ASPEK GEOTEKNIK DI KAWASAN PENDIDIKAN - JATINANGOR, SUMEDANG, JAWA BARAT OLEH : Zufialdi Zakaria. Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASPEK GEOTEKNIK DI KAWASAN PENDIDIKAN - JATINANGOR, SUMEDANG, JAWA BARAT OLEH : Zufialdi Zakaria. Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran"

Transkripsi

1 ASPEK GEOTEKNIK DI KAWASAN PENDIDIKAN - JATINANGOR, SUMEDANG, JAWA BARAT OLEH : Zufialdi Zakaria Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Jatinangor terletak di antara Sumedang dan Bandung. Kawasan ini diklasifikasikan sebagai kota menengah dengan fungsi perumahan, pusat perdagangan dan jasa, pendidikan dan pariwisata. Kawasan ini ingin mengadopsi konsep kawasan perguruan tinggi di luar negeri, seperti Edinburgh, Tsukuba, dan Stanford. Hal ini dimulai dengan berdirinya empat perguruan tinggi yaitu Unpad, Unwim, Ikopin dan STPDN/IIP. Di Kawasan Pendidikan ini, hadir pula beberapa sarana/prasarana wisata maupun fasilitas lainnya seperti: hotel, mall, padang golf, dan bumi perkemahan. Berdasarkan lokasinya yang terletak di kaki Gunung Manglayang, pengembangan wilayah di Jatinangor memerlukan kajian geoteknik mencakup analisis kestabilan lereng dan analisis daya dukung tanah yang sesuai untuk penempatan fondasi infrastruktur. Untuk fondasi dangkal jenis tapak berbentuk segi-empat, daya dukung yang diijinkan berkisar antara kg/cm2 sampai 67,284 Kg/cm2. Kekuatan daya dukung tanah (qa) menyebar di berbagai tempat bergantung kondisi keteknikannya. Nilai aktivitas tanah (A) berdasarkan metode Skempton (1953, dalam Lambe and Whitman, 1979) bernilai 0,38 sampai 0,81. Berdasarkan Williams & Donaldson (Hunt, 2007), potensi tanah ekspansif berkisar dari rendah sampai sangat tinggi. Kajian awal mengenai hubungan antara nilai dayadukung tanah yang diijinkan (qa) untuk fondasi dangkal (jenis tapak berbentuk segi-empat) dengan nilai Aktivitas A (yang bernilai aktivitas sedang-tinggi), memperlihatkan hubungan dengan persamaan Power regression qa = 18,6712 A (-2,0691), koefisien korelasi = Semakin meningkat angka Aktivitas (A), semakin menurun nilai daya dukung tanah (qa). Pada kajian pendahuluan hubungan antara kemiringan lereng ( ) dengan Faktor -0,7875 (R = ). Hubungan negatif pada persamaan tersebut menggambarkan: Semakin meningkat angka Aktivitas (A), semakin menurun Faktor Keamanan (F). Secara umum, lereng 46,52 o berada pada kondisi lereng kritis F=1,07. Kata kunci: Aspek geoteknik, daya dukung tanah, angka aktivitas, kestabilan lereng 274

2 ABSTRACT Jatinangor located between Sumedang and Bandung. This area is classified as a medium city with a housing function, the center of trade and services, education and tourism. This region wanted to adopt the concept of area universities abroad, such as Edinburgh, Tsukuba, and Stanford. This began with the establishment of four universities namely, Padjadjaran University, Unwim, Ikopin and STPDN / IIP. In this Education Area, there were several facilities / infrastructure of tourism as well as other facilities such as hotels, malls, golf courses, and campground. Based on its location which is situated at the foot of Mount Manglayang, the regional development of Jatinangor require geotechnical studies include analysis of slope stability and soil bearing capacity analysis that is suitable for placement of infrastructure foundation. For shallow foundation type rectangular-shaped site, the allowable bearing capacity ranges from 31,030 to kg/cm2 kg/cm2. Strength of soil bearing capacity (qa) spread in different places depending on the condition of engineering. Value of soil activity (A) based on the method of Skempton (1953, in Lambe and Whitman, 1979) is worth 0.38 to Based on Williams & Donaldson (Hunt, 2007), the potential for expansive soils ranges from low to very high. Preliminary assessment of relationship between allowable soil bearing capacity (qa) for shallow foundations (types of square footing) with a Number of Activity A (which is worth over medium-high activity), showed a relationship with Power Regression Equation qa = A ( ), coefficient correlation = Increasing number of activities (A), progressively decreasing the value of soil bearing capacity (qa). In preliminary studies of relationship between slope ( ) with safety factor (F), obtained equation = F -0,7875 (R = ). Negative relationship in the equation describing: increased Number of Activities (A), progressively decreasing safety factor (F). In general, slopes of is at a critical condition with F = Keywords: geotechnical aspects, soil bearing capacity, activity rates, slope stability PENDAHULUAN Jatinangor terletak antara kota Sumedang dan kota Bandung (Gambar 1). Jatinangor merupakan suatu Kawasan Pendidikan dengan hadirnya empat perguruan tinggi, mulai dari STPDN (IIP), IKOPIN, UNWIM dan UNPAD. Dengan hadirnya empat Pergurun Tinggi di Jatinangor, maka kawasan ini merupakan wilayah dengan potensi Pendapatan Asli Daerah yang menjanjikan 275

3 dengan hadirnya pertumbuhan kegiatan komersial di Jatinangor. Di kawasan ini, masih dibutuhkan berbagai fasilitas umum yang mendukung kebutuhan masyarakat pendatang dan masyarakat asli di kawasan tersebut. Berdasarkan konsep pengembangan struktur luar wilayah Metropolitan Bandung, Jatinangor dimasukkan ke dalam zona tersendiri yaitu Zona Jatinangor yang meliputi Kecamatan Sukasari, Jatinangor, Tanjungsari dan Cimanggung. Fungsi yang akan dikembangkan adalah sebagai kawasan pendidikan tinggi. Pertimbangan utama dalam menentukan fungsi zona menjadi pendidikan adalah keberadaan pendidikan tinggi di Jatinangor yang diharapkan di masa yang akan datang dapat dikembangkan dengan penataan yang layak sebagai Kawasan Pendidikan (Anonymous, 2009). Sebagai daerah yang masih bisa dikembangkan, ruang penempatan infrastruktur bangunan, jalan, jembatan, asrama, tempat kost, perumahan, kompleks pertokoan, sarana kesehatan dan sebagainya, akan membutuhkan tempat yang stabil baik lereng maupun daya dukung fondasinya yang didukung pula oleh kondisi bentang-alam yang memadai. Selain itu sarana ketersediaan air bersih dan ketersediaan tempat pengolahan sampah maupun tempat pembuangan sampah merupakan masalah yang masih perlu dipecahkan. Kebutuhan penempatan semua infrastruktur di atas tentu perlu melihat kondisi daerah yang akan ditempatinya, baik di daerah relatif datar-landai, maupun daerah berkemiringan seperti di bukit-bukit atau di kaki bukit dengan stabilitas lereng dan kondisi material batuan/tanahnya masing-masing. Kelemahan (kendala) dan kekuatan (potensi) dari kondisi geologi-teknik setempat sangat menentukan untuk berhasilnya pengembangan wilayah agar antisipasi keruntuhan lereng, kegagalan fondasi dan penempatan infrastruktur akan terdeteksi sedini mungkin. Kawasan Pendidikan Berdasarkan hirarki kota Struktur Tata Ruang Jawa Barat, kawasan Jatinangor diklasifikasikan sebagai kota menengah dengan hirarki IIA, yaitu dengan fungsi perumahan, pusat perdagangan dan jasa, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan interregional, pendidikan dan pariwisata. Kawasan ini ingin mengadopsi konsep kawasan perguruan tinggi di luar negeri, seperti Edinburgh, Tsukuba, dan Stanford. Hal ini sudah dimulai dengan kebijakan relokasi empat perguruan tinggi dari Bandung. Dalam sistem perkotaan Bandung Raya, kawasan ini ditetapkan sebagai kota dengan hierarki IA, yaitu kota yang dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan (counter magnet) di sekitar Bandung. Empat perguruan tinggi yang hadir di Jatinangor mencerminkan kawasan pendidikan atau kawasan Perguruan Tinggi. Selain itu, di Jatinangor hadir pula beberapa hotel besar, padang golf, dan Bumi Perkemahan Kiarapayung, yang menjadi sarana dan prasarana wisata lainnya. Jatinangor memiliki landskap yang sangat bagus, dikelilingi hutan, sawah, perbukitan dan lembah. Keberadaan Bumi Perkemahan Kiarapayung berpotensi menjadi sumber pertunjukan budaya dan teknologi, seperti pergelaran tahunan, bazar, maupun pertunjukan musik yang dapat 276

4 diselenggarakan di ruang terbuka yang bisa dilaksanakan di pinggir Kota Bandung. Berdasarkan hal tersebut, Jatinangor berkembang menjadi Kawasan Pendidikan. Pada umumnya perguruan tinggi tersebut berdiri pada batuan breksi volkanik dan lava dengan pelapukannya yang tersebar di kaki G. Manglayang. Menurut Sulistijo dkk. (1996), lalu lintas di Jawa Barat bagian tengah umumnya rawan terhadap longsoran karena pada umumnya melalui daerah dengan topografi curam, pelapukan dan curah hujan tinggi. Faktor Pengembangan Wilayah Menurut Hirnawan (2004), pengembangan fisik wilayah memerlukan kajian keteknikan geologi. yaitu: (1) Kemiringan lereng, (2) Stabilitas wilayah & karakter batuan, (3) Sifat fisik material : lempung, pasir, breksi, dan batuan beku. Tanah ekspansif dan sifat lempung seperti swelling clay, shrinkage, expansive soil, (4) Tingkat kesulitan fondasi, (5) Ancaman bencana geologi dan kelemahan geologi (6) Ketersediaan air (7) Ketersediaan bahan bangunan dan (8) Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah & limbah, dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tiga faktor pengembangan wilayah terakhir, yaitu faktor 6, 7 dan 8 di atas, tidak dikaji dalam tulisan ini. Perilaku keteknikan tanah di Jatinangor, yang pada umumnya merupakan hasil lapukan breksi vulkanik dan sebagian lava, perlu diketahui untuk menghindari atau mengatasi berbagai kelemahan geologi yang dapat merembet ke masalah lingkungan lainnya, antara lain terhadap kerusakan bangunan ataupun fondasi bangunan, kerusakan jalan dan ketidakstabilan lereng. Fondasi dan kestabilan lereng merupakan bagian dari kriteria geoteknik untuk pengembangan wilayah, maka diperlukan analisis kestabilan lereng dan analisis dayadukung tanah untuk fondasi. Sifat keteknikan tanah yang diperlukan untuk dua kriteria tersebut antara lain kohesi (c, KN/M 2 ) dan sudut-geser dalam ( derajat) sebagai salah satu variabel dalam perhitungan faktor keamanan lereng dan daya dukung tanah (Zakaria, 2004). Agar tidak terjadi kegagalan berupa keruntuhan lereng maupun keruntuhan fondasi, maka dalam analisis keduanya melibatkan Faktor Keamanan. Faktor keamanan untuk analisis dayadukung diberikan 2 sampai 3. Faktor Keamanan untuk analisis lereng diperlukan perhitungannya dengan berbagai metode. Tanah halus hasil lapukan breksi mapun lava mempunyai sifat-karakteristik yang khas sesuai dengan komposisi mineral penyusunnya, antara lain sifat mengembang/swelling jika ada air dan menyusut jika terkena udara atau terlapukkan secara fisik. Sifat slaking berupa mudah remuknya lempung, pecah berkeping-keping atau urai (Brotodihardjo, 1990). Sifat swelling umumnya menyebabkan tanah mudah menyusut dan mengembang yang besar sesuai perubahan kadar air tanah karena terjadinya perubahan volume apabila kandungan air dalam tanah berubah (Mudjihardjo dkk, 1997). Upaya pencegahan akibat dampak yang ditimbulkan oleh pengaruh sifat ekspansif tanah, dapat dilakukan melalui monitoring dan manajemen lingkungan, antara lain dengan perkuatan lereng dan rekayasa tanah dengan mengurangi potensi mengembang agar peningkatan volume tanah pada saat 277

5 basah (jenuh air) maupun penyusutan pada saat kering tidak terlampau besar. Wilayah Jatinangor pada umumnya merupakan hasil lapukan breksi vulkanik dan lava, masalah lingkungan perlu diketahui untuk menghindari atau mengatasi berbagai kelemahan geologi areal pengembangan yang dapat merembet ke masalah lingkungan lainnya, antara lain terhadap kerusakan bangunan, kerusakan jalan dan ketidakstabilan lereng. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi geoteknik Kawasan Penddikan Jatinangor, kondisi keteknikan tanahnyadan juga implikasinya terhadap kestabilan lereng dan dayadukung tanah untuk fondasi dangkal. Penelitian ini juga bertujuan menganalisis sifat tanah yang mengembang dan mengerut. Penelitian ini merupakan penelitian awal dari wilayah Kawasan Pendidikan di Jatinangor. Namun demikian, hasilnya dapat bermanfaat sebagai masukan bagi para perencana maupun pengambil keputusan, juga sebagai bahan pertimbangan dalam pembangunan maupun pengembangan wilayah di Jatinangor, terutama dalam inventarisasi lahan pengembangan wilayah yang aman dan stabil secara geologi. Analisis data sampel tanah hasil laboratorium mengenai sifat fisik dan mekanik tanah, terutama: kohesi, sudut geser dalam, dan bobot satuan isi tanah; termasuk batas-batas Atterberg (batas cair, batas plastis dan indeks plastis) dan digabung dengan % fraksi lempung akan digunakan untuk mencari angka aktivitas, (c) Analisis sifat ekspansif melalui pengelompokan nilai-nilai aktivitas (A) tanah lapukan lempung berdasarkan Williams & Donaldson, (d) Analisis kestabilan lereng tanah, (e) Analisis daya dukung tanah untuk fondasi. (f) Pekerjaan laporan di studio termasuk pembuatan gambar-gambar maupun tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tanah Di perbukitan banyak terdapat tanah residu hasil pelapukan breksi volkanik dan lava berwarna coklat muda kemerah-merahan. Tanah pelapukan tersebut pada umumnya diklasifikasikan (menurut USCS) sebagai tanah berukuran butir lanau, plastisitas tinggi) atau tanah jenis MH. Di beberapa tempat terdapat jenis tanah berupa CH (tanah berukuran butir lempung, plastisitas tinggi). METODE PENELITIAN Penelitian secara garis besar dilakukan mengikuti alur seperti pada Gambar 2: (a) Survey lapangan untuk mengidentifikasi litologi dan lapukannya di lapangan, (b) Karakteristik tanah di Jatinangor pada umumnya memperlihatkan kondisi tanah residual tipis. Di sekitar kaki lereng bukit Manglayang tempat didirikannya kampuskampus perguruan tinggi, hampir semua daerahnya memperlihatkan kondisi terebut sebagai berikut: Bagian paling atas dari 278

6 horizon tanah yang masih dipengaruhi oleh material organic, lempung organik, lempung s.d. lanau sebagian pasiran, kelembaban tinggi, plastisitas sedang-tinggi, simbol OH, MH-CH; Lanau, lempung s.d. pasir lanauan, warna cokelat tua, plastisitas rendah-tinggi, kelembaban rendah-tinggi, medium strength, simbol MH-CH; Pasir lempungan s.d. lanauan, warna cokelat kemerahan, bentuk partikel sub angular - angular, plastisitas sedang, kelembaban sedang, medium strength, sebagian memperlihatkan berlapis, simbol SM, SC; Pasir lempungan s.d. lanauan, warna cokelat kemerahan, kerikilan s.d. bongkah, bentuk partikel sub angular - angular, plastisitas sedang, medium strength, simbol SM, SC, GW Nilai aktivitas tanah dan potensi tanah- Aktivitas didapat antara 0,38 hingga 0.81 dengan menggunakan rumus Skempton (1953, dalam Lambe & Whitman, 1979). Hasil analisis sampel tanah dan nilai aktivitas A disampaikan dalam Tabel 1. Hasil uji sampel tanah disturbed (terganggu) pada kedalaman m umumnya memberikan indikasi tanah halus berupa lempung. Nilai Aktivitas mulai dari rendah sampai tinggi seperti pada Tabel di atas. Mineral lempung berdasarkan nilai A diperkirakan jenis kaolinitik (A antara 0,3 s.d. 0,5) dan ilitik (A antara 0.5 s.d. 1.3) berdasarkan Bowles (1989) Berdasarkan grafik modifikasi dari William & Donaldson (1979, dalam Hunt 2007), yang merupakan hubungan antara plastisitas dengan prosentasi ukuran butir lempung (< 2 m), maka tingkat potensi mengembang diperkirakan mulai dari rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi (Gambar 3). mengembang Berdasarkan analisis tanah dari uji laboratorium mekanika tanah didapat hasil sebagai berikut: Sampel tanah-terganggu terdiri atas jenis tanah CH atau lempung plastisitas tinggi, namun pada sampel tanahtakterganggu terdapat tanah yang diklasifikasikan sebagai: 1) MH, yaitu tanah lanau dengan plastisitas tinggi; 2) CH, yaitu lempung plastisitas tinggi Berdasarkan perbandingan indeks plastisitas dan % lempung dengan rumus modifikasi dari Skempton (1953, dalam Lambe & Whitman, 1979) nilai aktivitas dapat dihitung yaitu A = (% IP):(% lempung atau Daya dukung tanah Hubungan antara dayadukung tanah (qa) yang diijinkan (Tabel 2) untuk fondasi dangkal jenis tapak berbentuk segi-empat (square) dengan angka Aktivitas A (yang bernilai aktivitas sedang-tinggi), memperlihatkan hubungan dengan persamaan Power regression qa = 18,6712 A (-2,0691) dengan koefisein korelasi = Hubungan negatif dengan koefisien korelasi menggambarkan penurunan daya dukung tanah (qa) sejalan dengan peningkatan nilai Aktivitas tanah (A), artinya semakin tinggi nilai Aktivitas, semakin kecil nilai daya dukung tanahnya (Gambar 4). Penelitian khusus mengenai sifat fisik/mekanik tanah diperlukan terutama untuk memantau keamanan dari keruntuhan 279

7 fondasi, hal ini untuk mengetahui sejauh mana penurunan dapat terjadi setelah diberi beban (berupa bangunan). Kajian kondisi tanah tersebut sangat diperlukan bagi perencanaan fundasi. Pada tahap selanjutnya harus diperhatikan kondisi bangunan dan tanah, ada/tidaknya keretakan pada tubuh bangunan atau tanah sekitarnya. Kondisi retakan-retakan bisa merupakan indikasi adanya kelemahan geologi misalnya terdapat tanah ekspansif. Analisis kestabilan lereng Pada analisis kestabilan lereng akan dihitung nilai Faktor Keamanan (F). Faktor keamanan lereng menggambarkan seberapa besar kekuatan lereng tersebut akan aman dari kejadian longsor. Dalam penelitian ini perhitungan nilai F menggunakan metoda Fellenius. Hasil perhitungan Faktor Keamanan dibandingkan dengan makna kejadian longsor menurut Bowles (1989) seperti pada Tabel 3. Berdasarkan peneliti terdahulu (Hirnawan & Zakaria, 1991), analisis regresi-korelasi antar variabel tanah dari 48 sampel tanah undisturbed didapat persamaan regresi sbb.: wet = (R = ) c = (R = ) = (R = ) Berdasarkan variabel di atas, perhitungan Faktor Keamanan lereng dilakukan pada kondisi kadar air maksimum dengan menggunakan rumus sebagai berikut: c = kohesi (KN/M 2 ) sudut geser dalam ( o ) sudut bidang gelincir ( o ) tekanan air pori (KN/M 2 ) l = bidang gelincir per-sayatan (m); L = jumlah panjang bidang gelincir x li = tekanan pori (KN/M) W = luas per-sayatan x KN/M) Beberapa kondisi lereng dibuat, sebagai contoh (Zakaria, et al., 2007) adalah sebagai berikut : Lereng 45 o Lereng tunggal. Muka Air Tanah 2 meter. Tinggi lereng 10 m. Faktor Keamanan = Lereng 45 o Lereng tunggal. MAT diturunkan menjadi 3 meter. Tinggi lereng 10 m. Faktor Keamanan = Lereng 45 o Lereng dua teras. Muka Air Tanah 2 meter. Tinggi 5 m, teras 5 meter. Faktor Keamanan = Hubungan kemiringan lereng dengan Faktor Keamanan (F) dari beberapa hasil hitung F, dibuat regresinya dan didapatkan hubungan regresi (regresi power) sebagai berikut : ( ) (Gambar 5), sehingga didapat nilai batas-batas stabilisasi lereng yang dihubungkan dengan kemiringan lereng seperti pada Tabel 4. Kondisi pada tabel tersebut adalah kondisi pada saat tidak ada gempa dan bukan pada kondisi jenuh air atau bukan pada musim hujan. Gempa dan hujan akan menurunkan Faktor Kemananan, sehingga stabilitas lereng akan berubah. Untuk itu masih diperlukan penelitian lain yang melibatkan dua faktor di atas. cl+ tan (Wi cos i - i x li ) F = (Wi sin i ) 280

8 KESIMPULAN DAN SARAN Untuk mendukung pengembangan wilayah Jatinangor, diperlukan kondisi lereng yang stabil dan daya-dukung tanah yang sesuai untuk penempatan fondasi infrastruktur. Kestabilan lereng yang dimiliki tiap lereng berbeda-beda, setiap lereng mempunyai nilai Faktor Keamanannya yang bergantung kepada kondisi karakteristik keteknikan tanahnya dan material yang membentuk tubuh lerengnya. Secara umum, lereng yang berada di kemiringan >46,52 o perlu dipantau karena berada pada kondisi lereng kritis. Untuk mendapatkan hasil yang valid, diperlukan data yang memadai dengan simulasi lereng desain yang bervariasi, dan diperlukan perhitungan dengan melibatkan faktor hujan dan gempa. Hujan dan gempa akan menurunkan kestabilan lereng. Nilai faktor kemananan pada kedua kondisi ini akan lebih kecil dari kondisi pada saat kemarau. Daya dukung-tanah untuk fondasi dangkal jenis fondasi tapak pada tiap-tiap lokasi mempunyai nilai berbeda-beda sesuai dengan karakteristik keteknikan tanahnya. Diperlukan perhitungan daya dukung-tanah dengan kondisi terlemah. Untuk bentuk fondasi tapak segi-empat, pada kedalaman fondasi 1 M, dayadukung yang diijinkan (qa) berkisar antara 31,030 kg/cm2 sampai 67,824 kg/cm2. Daya dukung tanah menurun sejalan dengan peningkatan Angka Aktivitas tanah. Aktivitas tanah (A) berdasarkan metode Skempton (1953, dalam Lambe and Whitman, 1979) bernilai 0,38 sampai 0,81. Kemungkinan potensi tanah ekspansif mulai rendah sampai sangat tinggi berdasarkan Williams & Donaldson (Hunt, 2007), terdapat 4 kelompok potensi tanah mengembang, mulai dari kelompok tanah berpotensi mengembang rendah sampai sangat tinggi. SARAN Untuk menunjang pengembangan fisik di Kawas-an Pendidikan ini, diperlukan petapeta skala besar (misalnya 1:12.500). Petapeta tersebut berupa: Peta Geologi Jatinangor, Peta Geologi Teknik, Peta Hidrogeologi dan Peta Geologi Lingkungan. Untuk memperjelas hubungan antar variable sifat fisik dan mekanik tanah, diperlukan sejumlah data yang memadai dengan melibatkan uji statistik, sehingga hubungan antar variable keeratan hubungannya dapat diketahui signifikansinya. Studi geologi lingkungan yang komprehensif dapat melengkapi kajian geoteknik ini, terutama dalam kajian pengembangan wilayah Kawasan Pendidikan di kemudian hari. [UCAPAN TERIMA KASIH] Tulisan ini berdasarkan beberapa studi pustaka dan penelitian sekitar Jatinangor. Tulisan ini tidak sempat diseminarkan pada forum IAGI-2010, dan belum pernah dipublish. Terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 281

9 Universitas Padjadjaran, yang memberikan kesempatan melaksanakan penelitian di Jatinangor atas bantuan dari DIPA Unpad 2006 dan DIPA PNBP Unpad Terima kasih kepada Dr. Hardoyo Rajiyowiryono, M.Sc. yang telah memberikan beberapa saran dalam tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2009, Dinas Pemukiman dan Perumahan. Propinsi Jawa Barat, situs: tanggal akses: 9 September 2009, pkl 23:30 Bowles, J.E., 1989, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, hal. 161 Bowles, J.E., 1984, Foundation Analysis and Design, McGraw-Hill International Book Company, Singapore, 815 p. Brotodihardjo, A.P.P., 1990, Masalah Geoteknik di Sekitar Rencana Terowongan/Saluran irigasi Karedok Kanan, DAS Cimanuk, Proceedings Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI XIX, Desember 1990, hal Hirnawan, R.F., & Zakaria, Z., 1991, Sikap fisik tanah lapukan breksi volkanik terhadap kadar air sebagai dasar simulasi geometris lereng kupasans tabil di Jatinangor, Jawa Ba-rat, Proseding IAGI, 1991, hal Modul pendidikan dan pelatihan di PPPTMB, Tekmira, 80 hal. Hunt, R.E., 2007, Geologic Hazard, A Field Guide For Geotechnical Engineers, CRC Press, Taylor & Francis, New York, 323 p. Lambe, T.W. & Whitman, R.V., 1969, Soil mechanics, John Wiley & Sons Inc., New York, 553 p. Mudjihardjo, D., Sucipto, & Cindarto, 1997, Karakteristik Tanah Ekspansif Studi Kasus Rencana Pabrik Glukose Cimalaya- Cikampek, Bulletin Pusair, Th. VII, September No. 25, 1997, ISSN: hal Sulistijo, B., Gde Suratha dan Sugalang, 1996, Ketidakstabilan lereng di beberapa jalur ekonomi di Jawa Barat, Prosiding Seminar Sehari Kemantapan Lereng di Pertambangan Indonesia, Jurusan Teknik Pertambangan ITB 1996, hal Zakaria, Z., 2004, Aplikasi c dan ɣ untuk analisis kestabilan lereng dan analisis daya dukung tanah untuk fondasi, Lab. Geologi Teknik, Jurusan Geologi, FMIPA, UNPAD, Tidakditerbitkan, 30 hal. Zakaria, Z., Yuniardi, Y., & Sophian, I., 2007, Karakteristik keteknikan tanah dan hubungannya dengan pengembangan wilayah di Kawasan Pengembangan Terpadu Jatinangor, Kab. Sumedang, Jawa Barat. Bulletin of Scientific Contribution,Geologi Unpad, Vol. 5, No. 1, Januari 2007, hal Hirnawan, R.F., 2000, Geologi dalam Pembangunan Nasional, studium Generale, Jurusan Geologi FMIPA-UNPAD, 20 hal. Hirnawan, R.F., 2004, Analisis potensi dan kendala kewilayahan pertambangan, 282

10 Gambar 1. Lokasi Jatinangor, Jawa Barat DATA LABORATORIUM STUDI PUSTAKA SURVEY SIFAT FISIK TANAH SIFAT MEKANIK TANAH DATA LAPANGAN : Kemiringan lereng Litologi Tanah lapukan Kondisi air TABULASI DATA DAN EDITING ANALISIS & INTERPRETASI : Analisis sifat ekspansif tanah Analisis fondasi Gambar 2. Bagan alir penelitian 283

11 Tabel 1. Nilai Aktivitas Tanah di Kawasan Pendidikan Jatinangor No. Test- Pit % LL % PI % clay SAMPEL TANAH TERGANGGU / DISTURBED Nilai A sifat mineral Makna aktivita s Potensi Mengembang 1 TP-01 76,00 40,31 92,20 0,44 kaolinitik rendah rendah CH 2 TP-02 94,00 53,12 94,30 0,56 ilitik sedang sedang CH 3 TP-06 94,00 58,67 87,80 0,67 ilitik sedang tinggi CH 4 TP ,25 70,16 86,30 0,81 ilitik sedang sangat tinggi CH 5 TP-12 95,00 52,81 85,20 0,62 ilitik sedang tinggi CH 6 TP-16 90,50 49,37 74,00 0,67 ilitik sedang tinggi CH 7 TP-18 68,50 34,94 92,20 0,38 kaolinitik rendah rendah CH 8 TP-27 72,00 37,80 84,00 0,45 kaolinitik rendah rendah CH 9 TP-28 74,00 38,65 62,60 0,62 ilitik sedang tinggi CH 10 TP-30 82,00 44,12 85,00 0,52 ilitik sedang sedang CH 1) 2) 3) Ket.: 1) Skempton (1953, dalam Lambe & Whitman, 1979) 2) Bowles (1989) 3) Williams & Donaldson (1980, dalam Hunt, 2007) Tabel 2. Nilai Daya dukung Tanah fondasi dangkal pada kedalaman 1 meter di Kawasan Jatinangor Jenis Tana h SAMPEL TANAH TERGANGGU / UNDISTURBED No. Test-Pit W ɣ-wet c ϕ Nc Nq Nɣ (%) (g/cc) kg/cm2 (o) 1 TP-01 43,26 1,751 0, ,58 3,72 1,98 47,796 2 TP-02 49,35 1,722 0, ,58 3,72 1,98 67,824 3 TP-06 51,25 1,696 0, ,78 6,20 4,00 42,702 4 TP-07 44,32 1,785 0, ,18 8,46 5,94 39,693 5 TP-12 49,71 1,679 0, ,90 4,40 2,50 51,935 6 TP-16 42,94 1,766 0, ,24 4,06 2,24 48,202 7 TP-18 40,37 1,767 1, ,90 4,40 2,50 59,081 8 TP-27 47,18 1,702 0, ,24 4,06 2,24 39,940 9 TP-28 43,70 1,747 0, ,82 5,60 3,50 39, TP-30 44,74 1,764 0, ,26 3,04 1,46 31,030 *) Bowles (1984) Dayadukung tanah fondasi dangkal*) Fondasi tapak bentuk segi-empat 284

12 = Aktivitas sangat tinggi (TP-07) = Aktivitas sedang - tinggi (TP-2, TP-6, TP-12, 16, TP-28) = Aktivitas sedang (TP-30) = Aktivitas rendah (TP-01, TP-18, dan TP-27) Gambar 3. Tingkat potensi mengembang (swelling) tanah lapukan breksi volkanik di Jatinangor (grafik dimodifikasi berdasarkan Williams & Donaldson, 1980, dalam Hunt, 2007) 285

13 Gambar 4. Hubungan Dayadukung Tanah (qa) versus nilai Aktivitas tanah (A) dengan aktivitas sedang-tinggi untuk fondasi dangkal jenis tapak berbentuk segi-empat (square). Tabel 3. Nilai Faktor Keamanan dan maknanya (Modifikasi dari Bowles, 1989) NILAI FAKTOR KEAMANAN F kurang dari 1,07 F antara 1,07 sampai 1,25 F diatas 1,25 KEJADIAN / INTENSITAS LONGSOR Longsor terjadi biasa / sering. Lereng relatif labil Longsor pernah terjadi. Lereng kritis Longsor jarang terjadi. Lereng relatif stabil 286

14 F= 1,07 F= 1,25 Gambar 5. Hubungan sudut lereng dengan Faktor Keamanan lereng Tabel 4. Hubungan sudut lereng dengan Faktor Keamanan Lereng Nilai F F < 1,07 1,07 < F < 1,25 F > 1,25 Makna Lereng relatif labil, kondisi lereng sering terjadi longsor Lereng relatif kritis, kondisi lereng dengan longsor pernah terjadi Lereng relatif stabil, kondisi lereng jarang terjadi longsor Stabilisasi Lereng relatif labil Lereng relatif kritis Lereng relatif stabil Hubungan dengan (kemiringan lereng) > 52,58 46,52< < 52,58 o < 46,52 287

REKAYASA GEOTEKNIK DAYADUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL (KONDISI LOCAL SHEAR) MELALUI STABILISASI TANAH DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

REKAYASA GEOTEKNIK DAYADUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL (KONDISI LOCAL SHEAR) MELALUI STABILISASI TANAH DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN REKAYASA GEOTEKNIK DAYADUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL (KONDISI LOCAL SHEAR) MELALUI STABILISASI TANAH DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN Zufialdi Zakaria 1), Dicky Muslim 1), Agung Mulyo 1), Luthfan H. Jihadi 2)

Lebih terperinci

AKTIVITAS TANAH LAPUKAN BREKSI VULKANIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEKUATAN FONDASI DI JATINANGOR

AKTIVITAS TANAH LAPUKAN BREKSI VULKANIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEKUATAN FONDASI DI JATINANGOR AKTIVITAS TANAH LAPUKAN BREKSI VULKANIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEKUATAN FONDASI DI JATINANGOR Irvan Sophian *), Zufialdi Zakaria *), & Yuyun Yuniardi **) *) Lab. Geologi Teknik, Jurusan Geologi, FMIPA,

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH EKSPANSIV MELALUI PENAMBAHAN CaO DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYADUKUNG TANAH UNTUK PONDASI DANGKAL

PERBAIKAN TANAH EKSPANSIV MELALUI PENAMBAHAN CaO DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYADUKUNG TANAH UNTUK PONDASI DANGKAL P1P-02 PERBAIKAN TANAH EKSPANSIV MELALUI PENAMBAHAN CaO DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYADUKUNG TANAH UNTUK PONDASI DANGKAL Zulfialdi Zakaria 1, Dicky Muslim 1, Agung Mulyo 1 1 Staff Pengajar Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK. akey words : Soil activity, slope stability, soil bearing capacity, environmental management

ABSTRACT ABSTRAK. akey words : Soil activity, slope stability, soil bearing capacity, environmental management KARAKTERISTIK KETEKNIKAN TANAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH DI KAWASAN PENGEMBANGAN TERPADU - JATINANGOR, KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT Zufialdi Zakaria *), Yuyun Yuniardi **) & Irvan Sophian,

Lebih terperinci

GEOLOGI TEKNIK JATINANGOR: STUDI DAYADUKUNG TANAH BERDASARKAN PREDIKSI KADAR AIRTANAH UNTUK MENUNJANG ECO-CAMPUSS DI JATINANGOR

GEOLOGI TEKNIK JATINANGOR: STUDI DAYADUKUNG TANAH BERDASARKAN PREDIKSI KADAR AIRTANAH UNTUK MENUNJANG ECO-CAMPUSS DI JATINANGOR Geologi Teknik Jatinangor: Studi dayadukung tanah berdasarkan prediksi kadar air tanah untuk menunjang geologi GEOLOGI TEKNIK JATINANGOR: STUDI DAYADUKUNG TANAH BERDASARKAN PREDIKSI KADAR AIRTANAH UNTUK

Lebih terperinci

PERILAKU AKTIVITAS TANAH UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR DI MAJALENGKA DAN SEKITARNYA

PERILAKU AKTIVITAS TANAH UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR DI MAJALENGKA DAN SEKITARNYA PERILAKU AKTIVITAS TANAH UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR DI MAJALENGKA DAN SEKITARNYA Zufialdi Zakaria Laboratorium Geologi Teknik, Fakultas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT Physical development of the region

Lebih terperinci

POTENSI TANAH MENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT

POTENSI TANAH MENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Potensi tanah mengembang di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Zufialdi Zakaria & Edi Tri Haryanto) POTENSI TANAH MENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Zufialdi Zakaria 1) & Edi Tri Haryanto 2)

Lebih terperinci

Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Farach Abdurachman RONNY 1, Zufialdi ZAKARIA 2, dan Raden Irvan SOPHIAN 3 1 Laboratorium Geologi Teknik dan Geoteknik, Fakultas

Lebih terperinci

SOAL DIKERJAKAN DALAM 100 MENIT. TULIS NAMA, NPM & PARAF/TTD PADA LEMBAR SOAL LEMBAR SOAL DIKUMPULKAN BESERTA LEMBAR JAWABAN.

SOAL DIKERJAKAN DALAM 100 MENIT. TULIS NAMA, NPM & PARAF/TTD PADA LEMBAR SOAL LEMBAR SOAL DIKUMPULKAN BESERTA LEMBAR JAWABAN. UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 ( )''''''''''''''''''''''''''''''' MATA KULIAH GEOTEKNIK!"" #$ %"" & *+ )''''''''''''''''''''''''''''''' '''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

Lebih terperinci

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 :

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : IMPLIKASI KADAR AIRTANAH TERHADAP DAYADUKUNG TANAH DI WILAYAH GAMBIR DAN SEKITARNYA Himmes Fitra Yuda 1), Zufialdi Zakaria 2) & Emi Sukiyah 2) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

EVALUASI LINGKUNGAN UNTUK FONDASI DI DAERAH LAPUKAN BREKSI VULKANIK, JATINANGOR, SUMEDANG, JAWA BARAT

EVALUASI LINGKUNGAN UNTUK FONDASI DI DAERAH LAPUKAN BREKSI VULKANIK, JATINANGOR, SUMEDANG, JAWA BARAT Evaluasi lingkungan untuk fondasi di daerah lapukan breksi vulkanik, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat (Zufialdi Zakaria) EVALUASI LINGKUNGAN UNTUK FONDASI DI DAERAH LAPUKAN BREKSI VULKANIK, JATINANGOR,

Lebih terperinci

Zufialdi Zakaria. Laboratorium Geologi Teknik Jurusan Geologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran

Zufialdi Zakaria. Laboratorium Geologi Teknik Jurusan Geologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Seri Mata Kuliah 1 Zufialdi Zakaria Laboratorium Geologi Teknik Jurusan Geologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran 2006 1 DAYADUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL (1) Zufialdi

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Tati Andriani 1, Zufialdi Zakaria 1, Dicky Muslim 1, Agus Wiramsya Oscar 1 1 Fakultas

Lebih terperinci

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA Kemala Wijayanti¹, Zufialdi Zakaria 2, Irvan Sophian 2 1 Student at Dept. of Geological Engineering,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA Veronika Miana Radja 1 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Flores

Lebih terperinci

Peran Ilmu Dasar dalam Geoteknik untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan

Peran Ilmu Dasar dalam Geoteknik untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Peran Ilmu Dasar dalam Geoteknik untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Zufialdi Zakaria 1 & Luthfan Harisan Jihadi 2 Laboratorium Geologi Teknik, Fakultas Teknik Geologi

Lebih terperinci

Keaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %

Keaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha % 1. PENDAHULUAN Ende merupakan sebuah kabupaten yang berada di pulau Flores yang dibatasi oleh Kabupaten Ngada sebelah Barat, Kabupaten Sikka sebelah Timur, Laut Sawu di bagian Selatan dan Laut Flores di

Lebih terperinci

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G. STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai

Lebih terperinci

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 4,5 MODUL 4,5 Klasifikasi Tanah 1. PENGERTIAN KLASIFIKASI TANAH Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO) KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO) Abdul Samad Mantulangi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DAYADUKUNG TANAH UNTUK BERBAGAI TIPE FONDASI TAPAK PADA LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI DI BEBERAPA LOKASI, KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT

DAYADUKUNG TANAH UNTUK BERBAGAI TIPE FONDASI TAPAK PADA LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI DI BEBERAPA LOKASI, KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT DAYADUKUNG TANAH UNTUK BERBAGAI TIPE FONDASI TAPAK PADA LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI DI BEBERAPA LOKASI, KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT Zufialdi Zakaria 1), Agung Mulyo 1), Luthfan H. Jihadi 2), M. Bey

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN...

BAB I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman SARI. i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 2 1.2 Tujuan

Lebih terperinci

Beberapa Model Penelitian Kestabilan Lereng untuk Mahasiswa Program Sarjana

Beberapa Model Penelitian Kestabilan Lereng untuk Mahasiswa Program Sarjana Beberapa Model Penelitian Kestabilan Lereng untuk Mahasiswa Program Sarjana Zufialdi Zakaria Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM-21, Jatinangor-45363 Email : zufialdi.zakaria@unpad.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT Shinta Pramudya Wardani 1), R. M. Rustamaji 2), Aprianto 2) Abstrak Perubahan cuaca mengakibatkan terjadinya siklus pembasahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK KORELASI KUAT GESER UNDRAINED TANAH KELEMPUNGAN PADA KONDISI NORMALLY CONSOLIDATED DAN OVER CONSOLIDATED Sitti Hijraini Nur 1, Asad Abdurrahman 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar,

Lebih terperinci

POTENSI MENGEMBANG TANAH LEMPUNG DI WILAYAH KAMPUNG CIGINTUNG, DESA CIMUNCANG, KECAMATAN MALAUSMA, KABUPATEN MAJALENGKA, PROVINSI JAWA BARAT

POTENSI MENGEMBANG TANAH LEMPUNG DI WILAYAH KAMPUNG CIGINTUNG, DESA CIMUNCANG, KECAMATAN MALAUSMA, KABUPATEN MAJALENGKA, PROVINSI JAWA BARAT POTENSI MENGEMBANG TANAH LEMPUNG DI WILAYAH KAMPUNG CIGINTUNG, DESA CIMUNCANG, KECAMATAN MALAUSMA, KABUPATEN MAJALENGKA, PROVINSI JAWA BARAT 1) Widya Ika Retnoningtyas 1,), Zufialdi Zakaria 2), Emi Sukiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Depok terletak disebelah Selatan Jakarta yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Bila dilihat dari peta Geologi Jakarta Bogor (Direktorat Jendral Pertambangan,

Lebih terperinci

STUDI POTENSI MENGEMBANG DAN KEKUATAN TANAH EKSPANSIF DI DAERAH KEBUMEN DAN MAJENANG, JAWA TENGAH

STUDI POTENSI MENGEMBANG DAN KEKUATAN TANAH EKSPANSIF DI DAERAH KEBUMEN DAN MAJENANG, JAWA TENGAH Abstrak STUDI POTENSI MENGEMBANG DAN KEKUATAN TANAH EKSPANSIF DI DAERAH KEBUMEN DAN MAJENANG, JAWA TENGAH Y.S. Wibowo 1, Herryal Z. Anwar 1, dan Yugo Kumoro 1 1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Penelitian ini meninjau kestabilan sebuah lereng yang terdapat Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto, DAS Keduang, Wonogiri akibat adanya beban hujan 3 harian.

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG Frengky Alexander Silaban 1, Roesyanto 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG LAPUKAN FORMASI BALIKPAPAN DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG LAPUKAN FORMASI BALIKPAPAN DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR Karakteristik tanah lempung lapukan Formasi Balikpapan di Samboja, Kalimantan Timur (Zufialdi Zakaria, Geni Dipatunggoro, dan Edi Tri Haryanto) KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG LAPUKAN FORMASI BALIKPAPAN DI

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN 1 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR) Fandy

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISI Halaman SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR Yulvi Zaika, Syafi ah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono

Lebih terperinci

BAB II TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DAN SILICA FUME

BAB II TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DAN SILICA FUME DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 3 1.3 Lokasi Penelitian...

Lebih terperinci

ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA

ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA Ellisa Tuerah, O. B. A. Sompie, Alva N. Sarajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pada tahun 2006 bendung

Lebih terperinci

Aktivitas Tanah Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

Aktivitas Tanah Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Aktivitas Tanah Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Alifahmi; R. Irvan Sophian; Dicky Muslim Fakultas Teknik Geologi,

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND) ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND) Giverson Javin Rolos, Turangan A. E., O. B. A. Sompie Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO PENGARUH TINGKAT KEPADATAN TANAH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH Martini * Abstract To get flat land at hilly area is by doing " cut and fill", so that possibility that building

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Gunungpati merupakan daerah berbukit di sisi utara Gunung Ungaran dengan kemiringan dan panjang yang bervariasi. Sungai utama yang melintas dan mengalir melalui

Lebih terperinci

Oleh : FATZY HERDYANTO TUTUP HARIYADI PONCO.W

Oleh : FATZY HERDYANTO TUTUP HARIYADI PONCO.W JURUSAN TEKNIK SIPIL-LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA STUDI KARAKTERISTIK TANAH DAN TEKANAN MENGEMBANG TANAH EKSPANSIF TERHADAP PEMBASAHAN

Lebih terperinci

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG Abdul Jalil 1), Hamzani 2), Nadia Mulyanah 3) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email: nadia_mulyanah@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) Turangan Virginia, A.E.Turangan, S.Monintja Email:virginiaturangan@gmail.com ABSTRAK Pada daerah Manado By Pass

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35%

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35% BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pengujian tanah tanpa bahan tambah dan pengujian tanah menggunakan bahan tambah, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED) PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED) Adzuha Desmi 1), Utari 2) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kota Semarang, maka diperlukan sarana jalan raya yang aman dan nyaman. Dengan semakin bertambahnya volume lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lereng merupakan struktur geoteknik yang dapat terjadi oleh alam maupun buatan manusia. Lereng merupakan struktur yang terbuat dari material geoteknik berupa tanah

Lebih terperinci

PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK

PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK Nikodemus Leomitro NRP: 1221043 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.Sc. ABSTRAK Lereng merupakan sebidang tanah yang memiliki sudut kemiringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cara Analisis Kestabilan Lereng Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.1. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi, terlebih dahulu harus diketahui kondisi existing dari lokasi tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY) PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY) Muhammad Iqbal, S.A. Nugroho, Ferry Fatnanta Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yulianto (2013) dalam penelitiannya Analisis Dinding Penahan Tanah Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO... DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii PERNYATAAN... iv PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN LAPISAN TANAH DENGAN HAND BORING DI BANTARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI

PENYELIDIKAN LAPISAN TANAH DENGAN HAND BORING DI BANTARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI PENYELIDIKAN LAPISAN TANAH DENGAN HAND BORING DI BANTARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Arman Faslih Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur Universitas Haluoleo ABSTRACT Investigations into the

Lebih terperinci

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi 1

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi 1 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi 1 Daya Dukung Tanah Fondasi Dangkal Pada Bukit Hambalang Bagian Selatan, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Soil Bearing Capacity of Shallow Foundation in Southern

Lebih terperinci

EVALUASI KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT

EVALUASI KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT EVALUASI KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT Prahara Iqbal 1, Asep Mulyono 1, Arifan Jaya Syahbana 2 1 UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Tanah Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200, dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I 1 Pembagian Kelompok Tanah Tanah Khusus: Quick Clay: Tanah yang sangat peka terhadap gangguan. Apabila terganggu kekuatannya berkurang drastis. Kadar kepekaan

Lebih terperinci

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH ABU BATUBARA DAN KAPUR TERHADAP KEMBANG SUSUT TANAH LEMPUNG PADA KONDISI BASAH OPTIMUM Oleh : Herman *), Syahroni **) *) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II. METODELOGI PENELITIAN

BAB II. METODELOGI PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Sari... iii Kata Pengantar... iv Halaman Persembahan... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Foto... xiii Daftar Lampiran...

Lebih terperinci

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen ) INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen ) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi 2 Beny Ariyanto 3 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat

Lebih terperinci

KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK SEGMEN L-15 dan L-28, JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT

KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK SEGMEN L-15 dan L-28, JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT KESTABILAN LERENG KUPASAN TANAH VULKANIK SEGMEN L-15 dan L-28, JALUR LINTAS BARAT LIWA-BUKIT KEMUNING, LAMPUNG BARAT Commented [i1]: SUDAH DIEDIT CUT SLOPE STABILITY OV VOLCANIC SOIL AT L-15 AND L-28 SEGMENT,

Lebih terperinci

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE) PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE) Idharmahadi Adha 1 Abstrak Semen merupakan bahan additive yang sangat baik digunakan pada metoda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Sumedang merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dengan Ibukotanya adalah Sumedang, terletak sekitar 45 km Timur Laut kota Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL BAHAYA GEOTEKNIK PONDASI PLTN: STUDI KASUS PADA CALON TAPAK DI PULAU BANGKA

KAJIAN AWAL BAHAYA GEOTEKNIK PONDASI PLTN: STUDI KASUS PADA CALON TAPAK DI PULAU BANGKA KAJIAN AWAL BAHAYA GEOTEKNIK PONDASI PLTN: STUDI KASUS PADA CALON TAPAK DI PULAU BANGKA Basuki Wibowo, Imam Hamzah, Eko Rudi I, Bansyah Kironi -BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG Puspa Ningrum 1), Soewignjo Agus Nugroho 2), Muhardi 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

PENENTUAN SATURATION LIMIT SEBAGAI BATAS KEJENUHAN TANAH TERHADAP INFILTRASI AIR PADA LANAU BERPLASTISITAS TINGGI. Budijanto Widjaja 1, Eric Tanoto 1

PENENTUAN SATURATION LIMIT SEBAGAI BATAS KEJENUHAN TANAH TERHADAP INFILTRASI AIR PADA LANAU BERPLASTISITAS TINGGI. Budijanto Widjaja 1, Eric Tanoto 1 PENENTUAN SATURATION LIMIT SEBAGAI BATAS KEJENUHAN TANAH TERHADAP INFILTRASI AIR PADA LANAU BERPLASTISITAS TINGGI Budijanto Widjaja 1, Eric Tanoto 1 1 Program StudiTeknikSipil, FakultasTeknik, UniversitasKatolikParahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geoteknik merupakan suatu ilmu terapan yang peranannya sangat penting, tidak hanya dalam dunia pertambangan akan tetapi dalam berbagai bidang seperti teknik sipil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pegujian yang telah dilakukan terhadap tanah yang berasal dari proyek jalan tambang di Berau Kalimantan Timur,maka pada kesempatan ini penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR LEMPUNG DENGAN KADAR AIR DIATAS OMC TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG ORGANIK

PENGARUH KADAR LEMPUNG DENGAN KADAR AIR DIATAS OMC TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG ORGANIK PENGARUH KADAR LEMPUNG DENGAN KADAR AIR DIATAS TERHADAP NILAI DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG ORGANIK Khairatu Zaro 1), Soewignjo Agus Nugroho 2), Ferry Fatnanta 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Modul (MEKANIKA TANAH I)

Modul (MEKANIKA TANAH I) 1dari 16 Materi I Karakteristik Tanah 1. Proses pembentukan Tanah Tanah dalam Mekanika Tanah mencakup semua endapan alam yang berhubungan dengan teknik sipil kecuali batuan. Tanah dibentuk oleh pelapukan

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari

Lebih terperinci

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR Heru Dwi Jatmoko Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAKSI Tanah merupakan material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pembangunan jalan dimana tanah dasar merupakan tanah ekspansif yang terdiri dari tanah kelempungan dengan mempunyai kembang susut yang sangat besar, maka ilmu

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami bencana gerakan tanah adalah Provinsi Jawa Barat. Dari data survei yang dilakukan pada tahun 2005 hingga

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU Herman 1), Sarumaha E. 2) 1) Dosen Teknik Sipil 2) Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA Anwar Muda Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ABSTRAK Stabilisasi

Lebih terperinci

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR M1O-03 INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR Rizky Teddy Audinno 1*, Muhammad Ilham Nur Setiawan 1, Adi Gunawan

Lebih terperinci