Peningkatan pembangunan nasional di bidang ekonomi tidak bisa. merupakan instrument penting dan strategis dalam pemberdayaan ekonomi
|
|
- Leony Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LaU.r ]Jelakang Peningkatan pembangunan nasional di bidang ekonomi tidak bisa terlepas dari peran perbankan sebagai salah satu sektor pendukung. Bank merupakan instrument penting dan strategis dalam pemberdayaan ekonomi rakyat banyak untuk upaya mensukseskan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (UU Perbankan), yang menyatakan bahwa Bank adalah " badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak". Bank Indonesia dalam rangka pembinaan operasional perbankan, melakukan pengawasan terhadap operasional bank agar benar-benar melakukan fungsinya. Adapun pengawasan terhadap operasional perbankan tersebut diatur dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998, yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang sebelumnya yaitu Undang-undang No. 7 Tahun Hal baru yang dapat dijumpai dalam UU Perbankan adalah, adanya penyempurnaan konsep bank berdasarkan prinsip syari' ah. Prinsip tersebut diaplikasikan dalam bentuk penyediaan pembiayaan terhadap nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal ini merupakan salah satu perkembangan dalam dunia perbankan Indonesia, yang kemudian diatur secara khusus tentang 1
2 2 perbankan dengan prinsip syari'ah di dalam Undang-undang no.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Adanya Undang-undang no. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menjadi peluang bagi pengembangan industri perbankan syariah yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat. Hal ini dapat dilihat dari data statistic perbankan syariah (SPS) yang di publikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sebelumnya dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada gambar tabel 1 dibawah ini Perkembangan Statistik Perbankan Syariah (SPS) dapat dilihat sebagai berikut: Stattstlk Pt>rbankan Syariah Dl lndonhla Indikator Bank Ummn S~ah (BUS) 1. jwnlah bank jwnlah kantor Unit Usaha Syariah 1. UUS milik Bank Konvesional Jwnlah Kantor Bank Pembiayaan Ral'"}'3t Syariah 1. Jwnlah Bank Jwnlah kantor Total Kantor Sumber: Statistika Perbankan Syariah (SPS Jum 2014) Pada tabel 1 diatas dapat dilihat dalamjangka tahun perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan dalam memperluas usaha dan jaringannya. Pada tahun 2011 jumlah kantor yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) berjumlah unit kantor hingga pertumbuhan 8 persen pada tahun 2014 menjadi unit kantor.
3 3 Melihat perkembangan industri perbankan syariah diatas, saat ini pada perkembanganya industri perbankan syariah dibagi dalam dua kategori yaitu lembaga keuangan Syariah Bank (LKSB) seperti Bank Umum Syariah (BUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dan lembaga keuangan syariah bukan bank (LKSBB) seperti Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Pada dasamya lembaga keuangan syariah (LKS) memiliki dua fungsi dasar yaitu menghimpun kelebihan dana dari masyarakat dan menyalurkannya dana kepada masyarakat yang kekurangan dana dengan menjual produk-produk serta akad yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi kegiatan operasional kegiatan LKS sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Lahimya Lembaga Keuangan Syariah "Baitul Maa/ Wat Tamwif' yang biasa disebut BMT, sesungguhnya dilatarbelakangi oleh pelanggaran riba (bunga) yang secara tegas dilarang dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 275 yang artinya : "Allah SWT menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". Kemudian di surah Ar-rum ayat 39 juga dijelaskan bahwa: "Sesuatu riba (kelebihan) yang kamu berikan agar ia menambah kelebihan pada harta manusia maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah SWT". Tetapi hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islami dan Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan kepada lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi basil.
4 4 Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga pendukung peningkatan kualitas usaha ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil berlandaskan sistem syariah. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga yang terdiri atas dua lembaga yaitu: Baitul Maal dan Baitul Tamwil. 1. Baitul Maal adalah lembaga yang kegiatannya menenma dan menyalurkan dana zakat, infaq, dan shadaqah. 2. Baitul Tamwil adalah lembaga yang kegiatannya mengembangkan usahausaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil dan mikro dengan mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi. Potensi untuk berkembang lebih pesat di masa mendatang masih sangat besar. Namun masih ada banyak kendala dan tantangan dalam operasional BMT -BMT. Dukungan berbagai pihak pun bel urn sepenuhnya kuat. Keberadaannya pada "dua kaki", sebagai lembaga keuangan mikro yang terkait erat dengan UMK.M dan sebagai lembaga yang bersifat syariah, belum berhasil diramu menjadi keunggulan yang berkesinambungan. Pihak otoritas ekonomi dan Pemerintah Daerah masih terkesan lambat memberi dukungan, bahkan kadang menghambat dengan regulasi atau birokrasi yang tidak dilandasi pemahaman permasalahannya. Dari sisi internal Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sendiri masih ada banyak kendala terkait permodalan, sistem operasional dan ketersediaan sumber daya insani yang memadai. Para pegiat pun sadar akan belum optimalnya perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Berbagai forum dan ketjasama antar mereka telah dilakukan, termasuk mendirikan asosiasi dan perhimpunan. Ada upaya
5 5 penyamaan beberapa hal yang memang perlu distandarisasi demi kemajuan bersama. Salah satu yang mendasar adalah menyepakati dan mengembangkan beberapa karakteristik dasar yang serupa, yang mencerminkan jati diri sebagai gerakan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Perhimpunan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Indonesia yang disebut juga sebagai Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Center merupakan asosiasi yang paling serius mengembangkan diri sejak didirikan pada tanggal 14 Juni Ada 142 Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang menjadi anggotanya sampai dengan pertengahan 2010, Mereka tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, antara lain: Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta, Sumatera dan Aceh. Bisa dikatakan, hampir semua yang termasuk besar menurut ukuran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) bergabung dalam Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Center. Namun, syarat dan kriteria yang utama dalam penerimaan keanggotaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) center adalah kesehatan operasional dan kelembagaannya, serta komitmen untuk mengembangkan gerakan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) secara nasional. Provinsi Jawa Timur dikenal merupakan salah satu provinsi yang memiliki pesantren paling banyak. Dengan jumlah pesantren sekitar buah, tentu saja Jawa Timur menjadi potensi pengembangan ekonomi kaum santri. Namun ironisnya, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sulit berkembang di wilayah Propinsi Jawa Timur hal ini disebabkan adanya kurang pemahaman dari masyarakat Jawa Timur itu sendiri mengenai peranan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Hal ini bisa dilihat dari pemeriksaan kesehatan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) oleh Lembaga ICMI Jatim yang menyebutkan bahwa
6 6 Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang masih eksis sampai sekarang hanya 40 unit dari 450 unit yang ada di Jawa Timur yang lain tinggal papan nama saja. Menurut Latief selaku ketua Organisasi Wilayah ICMI Jawa Timur menyatakan bahwa dari 38 Kabupaten!Kota di Jatim, hanya tiga kabupaten!kota yang masih bisa diharapkan prospek perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), yakni Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Banyuwangi dan Kota Surabaya, hal ini dikarenakan Pengurus Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di ketiga daerah ini memang memiliki kinerja yang bagus, disamping memang masyarakat sekitamya memerlukan kehadiran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Latief menambahkan rendahnya minat masyarakat mengajukan pinjaman ke Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), salah satunya disebabkan masyarakat lebih memilih bank umum, padahal lanjut latief pemberian kredit melalui Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) relatif mudah dan tidak dibebani bunga. Fakta yang ditemukan di lapangan menunjukkan banyak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang tenggelam dan bubar dari total 140 ribu BMT yang ada di Indonesia, termasuk koperasi syariah, hanya sekitar 28,5% yang aktif, hal ini disebabkan karena manajemen yang kurang profesional, pengelola yang tidak amanah memunculkan ketidakpercayaan masyarakat sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran dan kesulitan modal (Santoso, 2003). Selain faktor internal yang telah disebutkan terdapat pula masalah ataupun tantangan yang berasal dari faktor ekstemal seperti mengenai perkembangan BPRS yang semakin menguat dalam segi fasilitas pelayanan dan permodalan yang mengakibatkan bertambah sempitnya ruang gerak bagi Baitul Maal Wat
7 7 Tamwil (BMT) dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, mengingat perannya yang sangat besar didalam mendorong usaha mikro keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) mesti dijaga dan ditingkatkan kinerjanya, sehingga Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai intermediator dalam menjalankan kegiatan operasionalnya baik menghimpun dana dari nasabahnya yang kelebihan dana kemudian menyalurkan dananya kepada masyarakat ekonomi rendah maupun kepada masyarakat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang membutuhkan dana. Kemunculan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sebagai organisasi yang relatif baru dan perubahan teknologi semakin cepat, sehingga menimbulkan tantangan yang sangat besar bagi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu dengan banyaknya lembaga keuangan syariah, menjadikan posisi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil sebagai salah satu lembaga keuangan syariah harus mampu bersaing, terutama dengan lembaga keuangan syariah maupun konvensional yang sudah mempunyai nama dan sudah benefit di bidang keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan produk yang berkualitas. Melihat perkembangan lembaga keuangan syariah yang begitu banyak mucul sebagai salah satu alternatif lembaga keuangan mikro Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil sebagai salah satu lembaga keuangan syariah memberikan solusi dengan menawarkan berbagai macam produk pembiayaan ataupun jasa yang mampu untuk bersaing. Untuk memasarkan produk dan jasa Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil harus mampu menciptakan
8 8 produk-produk unggulan yang layak dan mudah diterima masyarakat. Itu semua dikarenakan persaingan usaha di sektor perbankan sangat ketat, belurn lagi persaingan itu datang dari lembaga keuangan non perbankan. Selain itu kemunculan para rentenir yang begitu banyak dan sangat kreatif dalam menarik nasabah dengan memberikan pinjaman begitu mudah tanpa syarat yang merepotkan bagi nasabah, hal ini membuat Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil harus jeli dalam membaca peluang sekecil apapun. Selain itu, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil harus bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah menciptakan produk-produk yang sudah ada agar lebih menarik dan mudah sehingga dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil. Berdasarkan dari basil observasi dan pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan, akad murabahah pada praktiknya di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil belum sepenuhnya menggunakan konsep jual beli yang utuh yang sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 04/DSN MUIIIV/2000. Dalam pembiayaan murabahah di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil, barang yang menjadi objek dalam jual beli tersebut dibeli oleh nasabah sendiri kemudian menyerahkan pembayarannya kepada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Hal ini yang dilakukan oleh Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Yadika Bangil, sehingga yang terjadi adalah pinjam-merninjam bukan jual-beli yang sebenamya. Sedangkan akad mudharabah adalah akad yang telah disepakati oleh para ulama akan kehalalannya Oleh karena itu, akad ini dianggap sebagai tulang punggung praktek perbankan syariah. DSN-MUI telah menerbitkan fatwa no:
9 9 07/DSN-MUVIV/2000, yang menyatakan bahwa "LKS (Lembaga Keuangan Syariah) sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian"( Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI hal.43). Praktek perbankan syariah di lapangan masih jauh dari apa yang di fatwakan oleh DSN. Andai perbankan syariah benar-benar menerapkan ketentuan tru, ruscaya masyarakat berbondong-bondong mengajukan pembiayaan dengan skema mudharabah. Dalam waktu singkat pertumbuhan perbankan syariah akan mengungguli perbankan konvensional. Namun kembali lagi, fakta tidak semanis teori. Perbankan syariah yang ada belum sungguh-sungguh menerapkan fatwa DSN secara utuh. Sehingga pelaku usaha yang mendapatkan pembiayaan modal dari perbankan syariah, masih diwajibkan mengembalikan modal secara utuh, walaupun ia mengalami kerugian usaha. Terlalu banyak cerita dari nasabah mudharabah bank syariah yang mengalami perlakuan ini. Pristiyanto, Mochamad Hasjim Bintoro, dan Soewamo Tjokro Soekarto (2013). Meneliti tentang Strategi Pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dalam Pembiayaan Usaha Mikro di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dan hasil dari dari penelitian ini adalah Strategi Pengembangan KJKS Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Mardlotillah yang dihasilkan dari matriks SWOT dan QSP diperoleh lima prioritas strategi yang disarankan, yaitu : (1) Peningkatan mutu layanan dan pengelolaan usaha sesuai syariah; (2) Meningkatkan pencitraan koperasi melalui peningkatan pengawasan internal
10 10 dan akuntabilitas laporan keuangan; (3) Meningkatkan mutu SDM yang handal dan tangguh; ( 4) Menjalin hubungan baik/k:emitraan dengan lembaga keuangan; dan (5) Optimasi pelayanan dan pembinaan/pendampingan usaha anggota untuk memotivasi loyalitas dan minat menabung anggota. Dian Pratomo, Musa Hubeis dan Illah Sailah (2009). Meneliti tentang Strategi Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Mengembangkan Usaha Mikro di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Y ogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif Dan hasil dari penelitian ini adalah analisis SWOT menunjukan bahwa posisi Baitul Maa/ Wat Tamwil (BMT) KUBE SEJAHTERA ini berada dalam kondisi grow. Maka implementasi strategi yang diperlukan yaitu (1) Memperbanyak kredit usaha untuk industry/usaha mikro; (2) Biaya pada simpanan nasabah seperti biaya administrasi sebaiknya dihilangkan, agar nasabah merasa tidak terbebani dengan biaya yang tidak diinginkan; (3) Dapat diminimalkan biaya pada proses pengurusan pembiayaan seperti biaya administrasi maupun biaya Notaris; ( 4) Dibuat penawaran paket-paket pembiayaan yang unik dan tidak dipunyai oleh paket pembiayaan pada lembaga keuangan yang lain dengan bagi hasil yang menarik; (5) Memilih lokasi yang dekat dengan nasabah yang memiliki karakteristik usaha yang digeluti, misalnya dekat dengan pasar, jika perlu ada karyawan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang mengambil setoran debitur ke lokasi tempat usaha tiap debitur; (6) Advertorial dapat dijalankan dengan memasang halaman advertorial di surat kabar lokal; (7) Testimoni dapat dilakukan melalui pertemuan-pertemuan dengan mengundang para nasabah dari kelompok
11 11 industry mikro; (8) Sales force diperlukan karena tidak semua nasabah mempunyai waktu untuk datang, bertanya dan bertransaksi dengan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di kantor. Dedik Irawan, Muhammad Irfan, Umi Kalsum (2013). Meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Pedesaan di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) AL HASANAH SEKAMPUNG. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, data yang dikumpulkan menjadi data primer dan data sekunder dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode SWOT. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 10 faktor internal yang berpengaruh terhadap perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al Hasanah yang terdiri dari 5 faktor kekuatan dan 5 faktor kelemahan. Faktor kekuatan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yaitu : (1) Tingkat pendidikan dan ketrampilan pengurus dan karyawan cukup tinggi dan profesional; (2) Sarana dan Prasarana Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) cukup memadai; (3) Pengurus sangat disiplin; ( 4) Penggunaan modal yang efektif; dan (5) Produk Pelayanan sangat membantu anggota. Faktor kelemahan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yaitu: (1) Anggota yang kurang memahami konsep syariah; (2) Kondisi gedung yang sempit; (3) Masih adanya biaya administrasi; ( 4) Modal yang dimiliki koperasi tidak besar; ( 5) Tidak semua anggota dapat menikmati produk pelayanan. 10 Faktor Ekstemal, yaitu : Peluang : (1) Tersedianya modal dari pihak ketiga; (2) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) menganut sistem bagi hasil; (3) Peraturan Pemerintah yang mendukung Baitul Maal Wat Tamwil (BMT); (4) Sebagian besar masyarakat setempat pedagang; (5) Teknologi transfer online. Faktor Ancaman yaitu : (1) Modal sebagian
12 12 besar dari pihak ketiga; (2) Kenaikan harga BBM; (3) Belum adanya undangundang yang mengatur konsep syariah; ( 4) Masyarakat tidak mengerti mengenai konsep syariah dan konvensional; ( 5) Biaya pengadaan yang tinggi. Berdasarkan strategi prioritas diperoleh tiga altematif strategi prioritas tertinggi yaitu : (1) Meningkatkan kualitas pelayanan; (2) Pengurus dan karyawan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi ; (3) Adanya kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta. Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, terdapat beberapa perbedaan. Selain objek penelitiannya yang berbeda, penelitian diatas berbeda penggunaan metodenya. Mulai dari penggunaan metode gabungan (kualitatif dan kuantitatif), metode kuantitatif saja, dan metode studi kasus. Melihat dari basil beberapa penelitian diatas, sebagaian besar penerapan strategi yang dilakukan sama misalnya penerapan strategi peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Akan tetapi dari penelitian Dedik Irawan, Muhammad Irfan dan Umi Kalsum (2013) dari beberapa strategi yang dianalisis sebagian besar menerapkan pengurangan biaya administrasi atau bahkan menghilangkan biaya administrasi dan tidak adanya strategi peningkatan mutu pelayanan di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) AL HASANAH SEKAMPUNG. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dari hal tersebut dan penulis mencoba menuangkannya dalam sebuah tesis yang berjudul "ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK PEMBIAYAAN DI BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) YADIKA BANGIL DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING".
13 Rumusan Masalah Bagaimana strategi pengembangan produk pembiayaan pada Baiful Maal Waf Tamwil (BMT) Yadika Bangil dalam keunggulan bersaing? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola strategi pengembangan produk pembiayaan pada Baiful Maal Waf Tamwil (BMT) Yadika Bangil dalam keunggulan bersaing. 1.5 Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan penelitian tm dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi : 1. Bagi peneliti, sebagai wawasan keilmuwan yang dapat menstimulus penulis untuk terns belajar mengenai konsep pembiayaan dengan prinsip syariah dan strategi pengembangan produk Baiful Maal Waf Tamwil (BMT). 2. Bagi BMT Yadika Bangil, sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan dan pengimplementasian strategi pengembangan produk dalam meningkatkan daya saing antar sesama BMT maupun bank konvensional. 3. Bagi Akademisi, semoga penelitian ini dapat menjadi inspirasi lanjutan untuk mengembangkan ekonomi islam dan memperluas informasi khususnya tentang Baiful Maal Waf Tamwil (BMT)
BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di Indonesia baru berkembang sejak kurang lebih satu dekade terakhir. Perkembangan ini dilatar belakangi
Lebih terperinciSTRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO
STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan lembaga-lembaga keuangan pembiayaan bagi konsumen dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor perbankan yang tetap kukuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, terlebih sektor pertanian ini ternyata menjadi penyelamat perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bank adalah suatu lembaga keuangan yang menerima deposito dan menyalurkannya melalui pinjaman. Layanan utama bank adalah simpan pinjam. Di bank, kita bias manabung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islam merupakan agama yang bersifat universal dan komprehensif Islam bersifat umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan syariah merupakan subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam secara keseluruhan. Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah, yang menjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis. Pada akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap penyerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia ditandai dengan diterbitkan Undang-undang mengenai industri perbankan syariah melalui Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah, yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sekarang ini, ada dua jenis lembaga keuangan syariah yaitu lembaga keuangan syariah yang berupa bank dan lembaga keuangan syariah non bank. Lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sejak dikeluarkannya fatwa bunga bank haram dari MUI pada tahun 2003 menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan syari ah merupakan lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya berbagai lembaga keuangan saat ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat akan lembaga keuangan yang bisa mendukung perekonomian mereka. Lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup yang beragam jenisnya baik yang bersifat fisik maupun rohani. Sebagaimana diketahui bahwa Allah SWT telah menjadikan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pemasaran tidak terlepas dari unsur persaingan. Biasanya tidak ada salah satu bisnis pun, yang dengan leluasa bisa santai menikmati penjualan dan keuntungan. Sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal bulan September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut ditujukan kepada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lain sebagai salah satu instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu lembaga keuangan pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit.
Lebih terperinciimplementasi praktis gagasan tersebut nyaris tenggelam dalam sistem ekonomi
BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, bank Islam hanya merupakan obsesi dan diskusi teoritis para akademisi baik dari bidang hukum (jiqh) maupun bidang ekonomi. Kesadaran bahwa bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah menjadi produk pembiayaan yang mampu mendominasi pembiayaan yang ada di bank Syariah daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dimana sektor ekonomi menjadi tolok ukur kemakmuran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan pesat dimana sektor perokonomian sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan investasi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia mengalami kemajuanpesat. Perkembangan industri keuangan syariah diawali dengan terbitnya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk investasi, modal kerja, maupun konsumsi. Salah satu sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam industri perbankan baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah, kredit dan pembiayaan merupakan sumber utama penghasilan yang sekaligus sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa khawatir pada setiap individu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 membuka semua tabir kerapuhan perbankan konvensional. Akibat krisis ekonomi tersebut telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah untuk mengeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang berdampak pada pesatnya kemajuan industri perbankan dan jasa keuangan beberapa tahun terakhir ini, menuntut masyarakat untuk memilih perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam istilah Indonesia disebut juga
Lebih terperinciLEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan syariah di dunia sekarang ini mengalami perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan semakin berkembang pesat, tidak hanya di perbankan tetapi juga Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Di sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin maju dan berkembang, maka peradaban manusia pun akan selalu mengalami pergeseran dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI
0 EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui serangkain perjuangan yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Islam muncul sebagai suatu ilmu yang disiplin, setelah melalui serangkain perjuangan yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi sebuah kepesimisan dalam menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada para pelaku pasar untuk berhati-hati dalam melakukan investasi. Di antara dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BMT adalah koperasi, dalam melakukan kegiatan usahanya baik berupa menghimpun dana maupun menyalurkannya mengacu pada aturan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang masih dalam tahap berkembang. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali bergantung terhadap bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ekonomi keuangan adalah proses kegiatan dalam mengelola keuangan yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Ekonomi keuangan termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ berarti terpenuhinya
Lebih terperinciUsulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPANAN SYARI AH ANGGOTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TAHUN 2015 (STUDI KASUS DI KJKS BMT SURYA MADANI BOYOLALI) Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit (Konvensional) atau pembiayaan (Syariah) kepada masyarakat yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang kesejahteraan tidak akan lepas dengan lembaga keuangan. Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dewasa ini menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan pertumbuhan dan eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari salah satu lembaga moneternya. Lembaga ini berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan perekonomian suatu negara. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup serta menggerakkan roda perekonomian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan kasus yang sangat ditakuti oleh setiap negara di dunia. Hal ini membuat setiap negara berusaha untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan lembaga keuangan syariah seperti Baitul Maal wat Tamwil sangatlah penting bagi sistem perekonomian di Indonesia. Sebagai lembaga keuangan syariah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi kelembagaan yang berbeda, tidak hanya berorientasi pada pengelolaan yang profit tetapi juga mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil Alamin, rahmat atau kebaikan bagi seluruh alam semesta termasuk manusia, yaitu untuk memperbaiki masyarakat, untuk mengatur pergaulan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syariah atau lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal yang tidak asing lagi.mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan lembaga keuangan syariah bank atau non bank di Indonesia adalah satu sisi yang menarik untuk dikaji. Ada optimisme yang besar bagi pendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi merupakan sesuatu yang penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu ekonomi juga menjadi indikator tingkat kesejahteraan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang bebas dari riba ( usury/interest), gharar (uncertainty), dan maysir (speculative/judi), serta kebathilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mempunyai tujuan untuk membentuk masyarakat dengan aturan sosial yang kuat. Dalam aturan itu, setiap individu diikat oleh persaudaraan dan kasih sayang seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Syariah, Unit Usaha Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), menjangkiti khususnya masyarakat muslim di negara ini.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran perbankan syariah di indonesia pada tahun 1990-an merupakan langkah awal perkembangan perbankan syariah pada saat ini setelah sekian tahun kita hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kegiatan perekonomian di Indonesia, secara garis besar diatur dalam Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen ke-4 Pasal 33 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Institusi keuangan belum dikenal jelas dalam sejarah Islam. Namun prinsipprinsip pertukaran dan pinjammeminjam sudah ada dan banyak terjadi pada zaman Nabi Muhammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah, sesungguhnya dilatarbelakangi oleh pelarangan riba (bunga) secara tegas dalam Al-Qur an. 1 Islam mengangap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan lembaga keuangan syariah terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan masyarakat muslim Indonesia akan adanya bank yang beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic Economic System), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu bagian dari konsep sistem ekonomi Islam yang lebih luas. Dalam menjalankan kegiatan bisnis dan usahanya, Lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak mulai dikembangkannya sistem bagi hasil dalam kurun waktu 17 tahun, total aset perbankan syariah telah mengalami peningkatan sebesar 27 kali lipat dari Rp 1,79
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT secara defenisi adalah balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembang perekonomian suatu negara semakin meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya kesadaran umat Islam dalam mengkaji ajaran Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga dakwah islam, majlis
Lebih terperinciTINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA
TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA Nur Aeni 1, Erni Unggul SU 2, Galih Wicaksono 3 eunggulsu@gmail.com 123 D3 Program Studi Akuntansi Politeknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Keberadaan UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sangat besar jumlahnya
Lebih terperinciISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH
ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH (Sulhan PA Bengkulu) 1. Perbankan Syari ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syari ah dan Unit Usaha
Lebih terperinciPERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS
PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat menunjukkan kontribusi yang positif bagi perekonomian domestik nasional. 1 Lembaga keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang cukup besar dalam usaha untuk meningkatkan perhimpunan dana dari masyarakat dan dapat mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mendasari kegiatan operasional perbankannya sesuai dengan aspek kehidupan ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan koperasi dalam perekonomian Indonesia walaupun tidak menempati porsi besar akan tetapi perkembangannya mengalami kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci