PENGARUH PEMBANGUNAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KOTA MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBANGUNAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KOTA MEDAN"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBANGUNAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KOTA MEDAN (Studi Deskriptif Mengenai Masalah Lingkungan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi OLEH: ISKANDAR ARIF PUTRA DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Halaman Persetujuan Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan : Nama : Iskandar Arif Putra Nim : Departemen : Antropologi Judul : Pengaruh Pembangunan Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Kota Medan (Studi Deskriptif Mengenai Masalah Lingkungan di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan) Medan, April 2009 Pembimbing Skripsi Ketua Departemen Antropologi (Drs. Yance, M.Si) (Drs. Zulkifli Lubis, MA) NIP: NIP: Dekan Fisip USU (Prof.Dr. M. Arif Nasution, MA) NIP:

3 ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Pengaruh Pembangunan terhadap kehidupan Masyarakat Di Kota Medan(Studi Deskriptif Mengenai Masalah Lingkungan di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan) Disusun oleh Iskandar Arif Putra, , Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 88 Halaman, dan 7 lampiran yang terdiri dari surat izin penelitian dari FISIP-USU, foto-foto di lokasi penelitian, daftar interview guide, daftar informan, tabel tentang banjir, peta Sumatera dan letak Kota Medan, dan peta Kelurahan Sei Mati. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan sebaliknya, lingkungan dapat dipengaruhi oleh aktifitas manusia. Proses pembangunan yang dilakukan tanpa ada pelestarian lingkungan dapat menimbulkan masalah lingkungan, khususnya banjir, atas dasar ini maka dilakukan penelitian mengenai masalah banjir yang terjadi di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang banjir yang terjadi. Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap, maka proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui serangkaian observasi, wawancara mendalam dan dihadirkan dalam bentuk tulisan yaitu skripsi dan dengan bantuan kamera untuk mendapatkan foto sebagai data pelengkap. Observasi dilakukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat ataupun keadaan yang tersirat (tidak terlihat, hanya dapat dirasakan) dengan memperhatikan kenyataan atau realitas lapangan dalam konteks banjir. Wawancara dilakukan kepada seluruh informan yang secara langsung mengalami banjir. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa banjir yang terjadi di Kelurahan Sei Mati tidak hanya disebabkan karena adanya pembangunan di sekitar aliran sungai yang ada di Kelurahan Sei Mati, melainkan juga karena disebabkan oleh beberapa faktor lain. Secara umum, faktor-faktor tersebut adalah sampah, kebiasaan hidup manusia, dan faktor alam. Banjir juga telah membawa berbagai bentuk pengaruh dalam kehidupan masyarakat dalam beradaptasi, sehingga menghasilkan upaya-upaya dan tindakan yang dilakukan masyarakat guna mengatasi masalah banjir. Kata kunci : Pembangunan, Banjir, Adaptasi masyarakat.

4 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan utama penulisan skripsi ini untuk memenuhi keinginan penulis mempraktekkan ilmu yang diperoleh selain itu juga untuk memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dalam bidang Antropologi pada Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih : 1. Kepada Bapak Prof.Dr. M Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU, kepada Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA, selaku ketua Departemen Antropologi FISIP USU, kepada Bapak Drs. Yance, M.Si selaku Dosen pembimbing mulai dari proposal hingga penyusunan skripsi ini, 2. Kepada Ibu Prof. DR. Chalida Fachruddin selaku Dosen wali selama penulis dalam masa perkuliahan dan kepada Dosen-dosen Antropologi yang telah berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan. 3. Terima Kasih kepada seluruh informan yang telah bersedia berbagi pengalaman dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 4. Kepada kedua orang tua penulis, H. Buchori dan Hj. Mulyani. Kepada saudara-saudara penulis, Wahyuni, ST dan Khairinna, SH, serta adik kecil Muhamad Bakir Putra. 5. Kepada Muhamad Refan Suha Ginting, yang menjadi teman bermain di kala penulis lagi kusut dalam penulisan skripsi ini. 6. Terima Kasih kepada Bang Gigin t, Romi black Pramana dan Gita, buat segala kemudahan dalam membantu penyelesaian skripsi ini. 7. Terima Kasih kepada Taisa Muhaira, Amd yang telah bersedia memberikan yang terindah dan terbaik, serta selalu mendengarkan keluh kesah dan membantu penulis tanpa lelah. 8. Terima Kasih kepada komunitas The Coffe Black (abujang, kepik, pak min, begeh, si mbo) yang selalu membagi pengalaman dan pengetahuannya.

5 9. Kepada Ibnu, Liyan, Fikri, Blend, Luna, Ecy, Siwa, Boy, Annis, Adek, Buaya, Rani, Ratna, dan kerabat-kerabat lainnya selama masa perkuliahan yang selalu memberikan kebersamaan bagi penulis. Medan, April 2009 penulis Iskandar Arif Putra DAFTAR ISI

6 Halaman HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAK KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vi BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah dan Pembatasan Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data Analisis Data BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Kota Medan Sekilas Sejarah Kelurahan Sei Mati Lokasi Kelurahan Sei Mati Komposisi Penduduk di Kelurahan Sei Mati Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi Penduduk Menurut Etnis (Suku Bangsa) Komposisi Penduduk Menurut Agama Pola Pemukiman Mata Pencaharian Hidup Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana Sosial Sarana dan Prasarana Perekonomian Sarana dan Prasarana Transportasi Kehidupan Masyarakat BAB III. PEMBANGUNAN DAN MASALAH LINGKUNGAN Berdirinya Kota Medan dan Awal Pembangunan Pembangunan di Perkotaan Pembangunan dan Masalah Lingkungan

7 3.3.1 Pembangunan di Kota Medan Masalah Lingkungan di Kota Medan Banjir Sebagai Salah Satu Masalah Lingkungan di Kota Medan Banjir dan Menurunya Kualitas Lingkungan Penyebab Banjir di Kota Medan Banjir Karena Penggundulan Hutan di Daerah Hulu Banjir Karena Pendangkalan di Saluran Sungai dan Drainase Akibat Erosi dari Hulu Banjir Karena Pengaruh Pembangunan Fisik Kota Banjir Karena Manusia Tidak Menjaga Kelestarian Lingkungan.. 61 BAB IV. PENGARUH PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI. MATI, KECAMATAN MEDAN MAIMUN Pembangunan di Kelurahan Sei Mati dan Banjir Banjir Sebelum Adanya Perubahan Lingkungan di Kelurahan Sei Mati Banjir Setelah Adanya Perubahan Lingkungan di Sekitar Kelurahan Sei Mati Kawasan Banjir di Kelurahan Sei Mati Lingkungan Yang Sering Mengalami Banjir di Kelurahan Sei Mati a Lingkungan VII b Lingkungan VIII c Lingkungan IX Lingkungan yang Tidak Terkena Banjir Pengaruh Banjir Terhadap Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Sei Mati Bukan Menari di Atas Penderitaan Orang Lain Adaptasi Masyarakat di Kelurahan Sei Mati Terhadap Banjir BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran. 87 DAFTAR PUSTAKA. 89 DAFTAR LAMPIRAN

8 1. Surat Izin Penelitian Dari FISIP - USU 2. Peta Sumatera dan letak Kota Medan 3. Peta lokasi penelitian Kelurahan Sei Mati 4. Foto lokasi penelitian 5. Tabel tentang faktor penyebab banjir 6. Interview Guide 7. Daftar Informan BAB I PENDAHULUAN

9 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai pusat peradaban, kekuasaan, ekonomi, pengetahuan, dan inovasi, kota beserta masyarakatnya yang bersifat heterogen dan cenderung bersifat materialistis, menjadikan kota sangat berbeda dengan desa. Kota dan desa jelas memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari segi fisik maupun kehidupan masyarakatnya, hal ini sejalan dengan pendapat oleh Menno dan Alwi, yaitu : Dilihat dari segi fisik, kota adalah suatu pemukiman yang mempunyai bangunan-bangunan perumahan yang berjarak relatif rapat dan mempunyai sarana-sarana dan prasarana-prasarana serta fasilitas-fasilitas yang relatif memadai guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan penduduknya (Menno dan Alwi, 1994:4). Kota-kota yang ada di Indonesia pada saat ini identik dengan keberadaan gedung-gedung pencakar langit sebagai tempat perkantoran, rumah ibadah, hotel, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan fasilitas modern lainnya. Kondisi kota yang begitu padat telah menyebabkan peningkatan ekonomi lewat jalur agronomi sulit dijumpai di perkotaan. Sebagai gantinya, pemerintah mendorong lahirnya industri dan menjadikan kota selain sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, dan kebudayaan juga menjadi pusat industrialisasi (Marbun, 1990:101). Sudah sejak revolusi industri 1, peningkatan ekonomi yang dikembangkan melalui sektor industri telah dilakukan di perkotaan. Keberadaan industri-industri dan perkembangannya di kota sangat pesat saat ini karena didukung dengan adanya 1 Dalam Amsyari, 1986: Pada abad ke 18, masyarakat Eropa dan kepala-kepala pemerintahannya mengharapkan kesejahteraan ekonomi yang meningkat untuk masa depan mereka melalui revolusi industri. Kemudian berkembang pesatlah industri-industri di Eropa, yang kemudian menjalar ke benua lain seperti Amerika dan Asia.

10 kemajuan teknologi dan penerapannya yang semakin maju. Hal ini yang menyebabkan pembangunan kota melalui jalur industri menjadi alternatif yang dapat dikembangkan guna meningkatkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan pendapatan daerah kota. Kawasan-kawasan industri yang tumbuh dan berkembang di kota selain memberikan dampak positif dalam proses pembangunan, juga telah menimbulkan masalah bagi masyarakat yang harus diperhitungkan. Perkembangan industri dan teknologi yang ada di kota telah menimbulkan masalah lingkungan. Banyak terjadi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di kota yang telah mengganggu kehidupan masyarakat kota dan yang paling buruk, masalah lingkungan bisa membahayakan kelangsungan hidup masyarakat kota. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian lingkungan hidup tersebut sesuai dengan penjelasan tentang lingkungan hidup yang tertulis pada UU No 23 tahun Lingkungan hidup merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas manusia mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya kehidupan manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Kehidupan yang saling ketergantungan antara manusia dan lingkungannya menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil manfaat dari sumber daya alam yang menyediakan sumber-sumber kehidupan guna melangsungkan hidupnya. Posisi manusia sebagai subjek dalam pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang tersedia membuat manusia menjadi lupa diri,

11 didorong dengan adanya desakan pemenuhan kebutuhan hidup dan pencapaian kemakmuran masyarakat dengan jalan pembangunan. Sesuai dengan paham kapitalisme 2, manusia seperti kehilangan martabatnya dan secara setengah sadar telah menjadi robot atau kuli dari kemajuan teknologi yang ada di kota. Teknologi dan revolusi industri telah menyediakan satu dunia baru bagi masyarakat kota, tanpa perasaan telah mengeksploitasi sumber daya alam yang tersedia di kota. Perubahan pandangan hidup yang terjadi pada manusia di kota seperti ini mendorong sikap individualistik dalam penguasaan sumber-sumber daya alam yang digunakan demi pemenuhan kebutuhan hidup, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan alam yang ada. Banyak contoh kasus masalah lingkungan yang disebabkan karena adanya perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh pembangunan industri di kota-kota, seperti pembuangan limbah pabrik bumbu masak di daerah pengaliran sungai Brantas Surabaya yang menyebabkan ikan-ikan di sungai tersebut mati, masyarakat menjadi keracunan. Peristiwa ini terjadi pada bulan Juli tahun 1975 (Amsyari, 1986:56). Selain itu, masalah banjir di Jambi pada tahun 2006, akibat dari rusaknya daerah tangkapan dan resapan daerah aliran sungai Batang Hari dan penyempitan penampang sungai akibat sedimentasi yang mengakibatkan daya tampung sungai yang semakin rendah. Penurunan daya dukung daerah aliran sungai Batang Hari ini tidak hanya dirasakan ketika musim hujan tiba, tapi juga telah dirasakan ketika musim kemarau air sungai surut secara dratis dan terjadinya kekeringan di sumur-sumur warga ( Masih 2 Dalam Susilo, 2003:25. Kapitalisme dikenal sebagai paham ekonomi yang menempatkan modal sebagai satu-satunya cara untuk mencapai kepuasan ekonomi.

12 banyak lagi contoh kasus masalah lingkungan yang mengkhawatirkan lainnya di kota Jakarta, Bandung, Palembang, seperti juga yang ada di kota Medan. Penyebab terjadinya banjir secara umum dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002:78-79).. Yang termasuk sebab-sebab alami adalah: Curah hujan Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bila mana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan. Pengaruh fisiografi Fisiografi sungai seperti bentuk, fungsi, dan kemiringan daerah aliran sungai, bentuk penampang sungai, dan lokasi sungai merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir. Erosi dan sedimentasi Erosi berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai, dan besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Kapasitas sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat. Kapasitas drainasi yang tidak memadai

13 Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota tersebut menjadi sering terkena banjir. Pengaruh air pasang Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Yang termasuk penyebab banjir akibat tindakan manusia adalah: Perubahan kondisi DAS Perubahan DAS seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Kawasan kumuh Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang pinggiran sungai dapat menghambat aliran sungai. Sampah Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran. Drainasi lahan Drainasi perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi. Bendungan dan bangunan air

14 Bendungan dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik. Kerusakan bangunan pengendali banjir Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir. Perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakkan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakkan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir yang diperkirakan dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar. Berdasarkan dari kedua bentuk penyebab banjir tersebut, masih ada beberapa variabel lain yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya banjir, seperti yang terdapat pada tabel model banjir yang ada di lampiran. Variabelvariabel tersebut antara lain adalah, volume aliran, hidraulika aliran permukaan dan bawah permukaan, durasi pembentukan aliran langsung dari hulu ke hilir, luas daerah aliran sungai (DAS), dan tingkat meandering sungai. Kesemua variabel tersebut saling berhubungan dan berpengaruh terhadap terjadinya banjir.

15 Banjir yang dimaksud adalah meluapnya air dari badan air yang menggenangi daerah pinggiran badan air, yang dalam keadaan normal kering. Banjir yang terjadi akibat dari pengaruh pembangunan merupakan bagian yang termasuk ke dalam banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia. Pembangunan yang terjadi dengan jalan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia tidak sejalan dengan pelestarian lingkungan. Banjir yang terjadi akibat dari pengaruh pembangunan tidak pernah diharapkan oleh masyarakat, para pengusaha dan pihak-pihak yang terkait dalam program pembangunan, karena setelah banjir surut akan memberikan masalah baru bagi kehidupan masyarakat, seperti lingkungan yang kotor karena sisa sampah yang terbawa oleh banjir, jika lingkungan kotor akan menjadi tempat munculnya bibit penyakit, kerugian materi, tanah menjadi tidak subur dan lainlain. Hal-hal demikian ini akan terjadi pada suatu wilayah atau lingkungan yang telah mengalami banjir, dan menjadikan kualitas lingkungan menjadi menurun. Masalah lingkungan yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia kebanyakan merupakan produk sampingan dari kemajuan teknologi dan industrialisasi, yang keduanya bagian dari pembangunan di negara yang sedang berkembang. Indonesia termasuk dari negara dunia ketiga, negara yang sedang mengikuti arus globalisasi. Era globalisasi telah membawa Indonesia pada krisis multidimensi, untuk mengatasi berbagai keterpurukan di segala aspek kehidupan salah satunya dengan jalan menerapkan program pembangunan. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin

16 secara adil merata (Efendi,1988:9). Namun, realitanya yang ada di lapangan saat ini adalah pembangunan yang terjadi justru kebanyakan hanya untuk kepentingan sepihak. Segala bentuk kemakmuran dan kesejahteraan yang ingin dicapai melalui pembangunan, harus dibayar dengan mahal. Karena pada akhirnya ada titik batas (limit of growth) pertumbuhan. Ada batas buat produktivitas alam, pengurasan sumber daya alam dan pengejaran kemakmuran (Marbun,1990:103). Pembangunan memang satu hal yang harus dilakukan untuk menciptakan tatanan hidup masyarakat yang sejahtera. Di samping itu, pembangunan yang dianggap sebagai alat pertumbuhan bagi bangsa Indonesia tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup bangsa, tetapi juga harus melindungi dan tetap memelihara kelestarian lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh pembangunan yang terjadi di Kota Medan terhadap kaitannya dengan masalah lingkungan khususnya banjir yang sering terjadi di Kelurahan Sei Mati, Kec Medan Maimun dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Kecamatan Medan Maimun ini merupakan kawasan pemukiman yang keberadaannya berada di daerah pinggiran aliran sungai, yaitu Sungai Deli. Daerah tersebut saat ini telah menjadi kawasan yang tidak hanya menjadi lokasi pemukiman masyarakat, melainkan kawasan yang menjadi daerah terbangun, dimana terdapat beberapa perusahaan 3 yang sedang membangun di wilayah tersebut. 3 Perusahaan-perusahaan yang terkait dengan program pembangunan di Kec. Medan Maimun adalah: PT EKW, PT Alfinky, Perusahaan Istana Prima dan PT SJA, Pengusaha SPBU Katamso (

17 1.2 Perumusan Masalah dan Pembatasan Penelitian Beberapa hal yang akan dijadikan masalah dan sekaligus menjadi pembatas bagi penelitian ini nantinya agar tidak melebar terlalu jauh dan kehilangan tujuan utama yang ingin dicapai antara lain adalah : 1. Deskripsi tentang pengaruh pembangunan terhadap munculnya masalah lingkungan, khusunya banjir, di Kel Sei Mati, Kec. Medan Maimun. 2. Deskripsi tentang pengaruh banjir terhadap kehidupan masyarakat di Kelurahan Sei Mati, Kec. Medan Maimun. 3. Bagaimana adaptasi dan mitigasi dari masyarakat di Kelurahan Sei Mati, Kec. Medan Maimun terhadap masalah lingkungan yang terjadi. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan tulisan yang digunakan sebagai tugas akhir pada Departemen Antropologi Sosial FISIP USU. Secara teoritis penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas bahwa program pembangunan yang tidak hanya memberikan dampak yang baik pada kehidupan masyarakat, tetapi juga menimbulkan masalah lingkungan yang terjadi di Kelurahan Sei Mati. Lebih lanjut, tujuan dari penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari proses pembangunan terhadap munculnya masalah lingkungan di Kota Medan, khususnya banjir yang ada di Kelurahan Sei Mati, Kec. Medan Maimun.

18 2. Memberikan gambaran tentang pengaruh banjir terhadap kehidupan masyarakat di Kelurahan Sei Mati, Kec. Medan Maimun. 3. Memberikan gambaran bagaimana kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Sei Mati, Kec. Medan Maimun yang berperan dalam pembentukan sikap dan cara beradaptasi dengan masalah lingkungan yang terjadi dan menghasilkan upaya-upaya dalam mengatasi banjir. Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Mendukung dan memperkaya referensi tentang masalah yang ditimbulkan dari pembangunan kota. 2. Mendukung dan memperkaya khasanah antropologi mengenai masalah lingkungan yang ditinjau dari sisi sosial yakni mayarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai. 3. Sebagai bahan acuan, pertimbangan, dan pembanding bagi pihak-pihak yang ingin mengangkat atau mengembangkan gambaran program pembangunan pada suatu masyarakat di pinggiran sungai. 1.4 Tinjauan Pustaka Masyarakat yang hidup di bumi ini memiliki kepentingan dan kebutuhan yang tidak terbatas, meskipun manusia yang menjadi bagian dari masyarakat memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Secara garis besar bisa dinyatakan bahwa sifat dari keinginan tersebut tidak terbatas (Amsyari, 1986:15). Sedangkan alat untuk memenuhi keinginan dari masyarakat itu terbatas.

19 Suatu lingkungan akan berubah seiring waktu yang terus berjalan, senada dengan pendapat yang dikatakan oleh Amsyari, bahwa lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial manusia akan selalu berubah dari waktu ke waktu (Amsyari,1986:23). Masyarakat harus melakukan penyesuaian dengan lingkungannya demi melangsungkan kehidupan. Dengan kata lain, masyarakat harus melakukan adaptasi agar bisa tetap bertahan hidup di tempat tinggalnya. Istilah adaptasi mengacu pada suatu proses yang menyebabkan suatu organisme berhasil menyesuaikan diri dengan baik pada lingkungan yang ada, dan hasil proses tersebut menghasilkan karakteristik-karakteristik yang menyebabkan organisme itu dapat menghadapi bahaya, dan menjamin sumber daya yang mereka butuhkan di lingkungan tertentu di mana mereka hidup (Haviland, 1985:348). Hubungan yang terjadi antara masyarakat dan lingkungannya (biotic community) yang terjadi di suatu daerah (abiotic community) yang diantara keduanya terjalin suatu interaksi yang harmonis dan stabil, terutama dalam jalinan bentuk-bentuk sumber energi kehidupan ini biasa disebut ekosistem (Amsyari, 1986:40). Dalam suatu ekosistem, masyarakat dan lingkungannya memiliki interaksi yang saling mempengaruhi dan keseluruhan ekosistem berbentuk suatu proses yang teratur dan berjalan terus menerus secara seimbang. Keseimbangan dari ekosistem merupakan hal yang harus terus dijaga oleh masyarakat, karena di dalam keadaan seimbang, sungai dan benda mati lainnya yang ada di lingkungan hidup akan selalu diolah oleh manusia untuk dijadikan sumber daya bagi kebutuhan hidup.

20 Ada dua bentuk ekosistem yang penting, pertama ialah ekosistem alamiah, dan yang kedua ialah ekosistem buatan. Ekosistem alamiah merupakan keseluruhan ekosistem di bumi ini (natural environment), seperti hutan belantara dan lautan luas yang belum ada campur tangan manusia dan ekosistem buatan diartikan sebagai hasil kerja manusia terhadap ekosistemnya, sehubungan dengan kemampuannya berpikir dan memiliki ilmu pengetahuan untuk mengolah materimateri yang ada di sekitarnya (Amsyari, 1986:41). Ekosistem buatan sering kita jumpai di daerah perkotaan, yang menjadi tempat tinggal masyarakat dengan berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda, kebudayaan yang beragam, dan tingkat kebutuhan yang berbeda pula. Masyarakat di kota beradaptasi terhadap lingkungan dengan cara yang sangat berbeda satu sama lain, karena perbedaan pola pikir dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat kota berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Pola pikir dan kebudayaan inilah yang menjadi pedoman dari masyarakat secara umum untuk beradaptasi dengan lingkungannya secara dinamis, meskipun terkadang masyarakat bertindak diluar dari pola pikir dari kebudayaan yang mengontrol hidupnya. Kebudayaan yang dimiliki masyarakat tidak hanya digunakan sebagai identitas diri mereka, tetapi menjadi pedoman dalam bertindak dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah, seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yan dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 1996:72)

21 Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat memiliki empat wujud, yang juga menurut Koentjaraningrat keempat wujud tersebut adalah artefak atau bendabenda fisik, sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, sistem gagasan, dan yang keempat sistem gagasan yang ideologis (Koentjaraningrat, 1996: 74-75). Berdasarkan dari empat wujud kebudayaan tersebut, peneliti terfokus pada sistem tingkah laku dan sistem gagasan yang dimiliki oleh masyarakat di lokasi penelitian guna mengetahui bagaimana menurut pandangan dan gagasan dari masyarakat terhadap pembangunan yang terjadi di daerah setempat dan pengaruhnya terhadap masalah lingkungan, serta melihat bentuk-bentuk upaya apa yang dilakukan oleh masyarakat agar bisa tetap bertahan hidup di lokasi yang sering dilanda banjir. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat tersebut tentunya menjadi satu kebudayaan yang dimiliki secara bersama oleh masyarakat di lokasi penelitian, dan upaya-upaya tersebut terwujud berdasarkan proses penyesuaian diri masyarakat dari masalah yang muncul dan mengganggu kenyamanan hidup mereka. Sehingga pada akhirnya mereka dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di tempat tinggal mereka dan melangsungkan kehidupan mereka sebagaimana mestinya. Untuk dapat melihat secara lebih jauh dan lebih khusus lagi masalah penelitian, peneliti mengkategorikan tema penelitian ini termasuk ke dalam bidang Antropologi Ekologi, dimana budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang terdiri dari kumpulan orang yang memiliki latar belakang hidup yang berbeda namun sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki suatu pedoman dan aturanaturan yang dimiliki secara bersama dan menjadi acuan dalam bertingkah laku dan

22 bertindak dalam kehidupan sehari-harinya, mempunyai peran untuk menuntun manusia bisa selalu hidup berdampingan dengan lingkungan dan menjaga kelangsungan suatu lingkungan tempat tinggal mereka itu sendiri. Karena begitu banyak hal yang selalu berhubungan dan hadir dalam kehidupan manusia, yang akhirnya tentu akan mempengaruhi segala yang ada di dalam kehidupan manusia itu sendiri. Salah satunya yang saat ini terjadi di Kota Medan, bahwa pembangunan yang terus dilangsungkan demi mencapai suatu tujuan secara langsung berkaitan dengan kehidupan manusia dan pemanfaatan lingkungan. Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Medan memang merupakan kota yang kompleks. Heterogenitas suku, bahasa, mata pencaharian merupakan variabel pengaruh bagi tingginya dinamika sosial. Tidak bisa dipungkiri lagi, geliat pembangunan kota Medan memang mengarah kepada ciri kota metropolis ( kognitar.wordpress.com/ 2008/01/24/Sesat Pikir Pembangunan Kota Medan/). Pembangunan di Kota Medan ditekankan pada sektor industri. Dengan memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia di kota, pemerintah kota Medan sedang gencar-gencarnya memanfaatkan lahan yang tersedia di setiap sudut kota sebagai lokasi mendirikan bangunan-bangunan milik para pengusaha dan pemilik modal sebagai tempat berlangsungnya pertumbuhan kota sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat kota. Emil Salim menjelaskan bagaimana hakekat dari suatu pembangunan, hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh Masyarakat Indonesia, yang berarti bahwa pembangunan mencakup: pertama, kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain; kedua, kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat; dan ketiga,

23 kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan sosial (dalam Fuad Amsyari, 1986:3) Hakekat pembangunan dari Salim inilah yang menjadi tolak ukur dalam melihat pembangunan yang terjadi di Kota Medan. Proses pembangunan yang dilaksanakan di Kota Medan diharapkan dapat mewujudkan harapan dan cita-cita dari masyarakat seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 45 yaitu merasakan hidup dalam keadilan dan kesejahteraan, namun pelaksanaan pembangunan bukan tanpa hambatan. Bertolak belakang dengan pendapat dari Hardjasoemantri, pembangunan dapat menimbulkan risiko-risiko kerusakan pada kemampuan dan fungsi sumber alam dan lingkungan (Hardjasoemantri, 1990:43). Melihat peristiwa yang kerap terjadi di kota-kota besar yang ada di Negara ini, penulis mengacu pada pendapat Hardjasoemantri dalam melakukan penelitian yang terfokus pada masalah lingkungan yang disebabkan oleh adanya pembangunan yang tidak sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan. Kemajuan teknologi dan kemampuan adaptasi yang didasari oleh pengetahuan yang telah berkembang pada masyarakat kota telah menyebabkan hubungan manusia dan lingkungannya menjadi tidak harmonis. Dimana pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan dan semena-mena tanpa menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada mengakibatkan semakin sedikitnya ruang terbuka hijau di kota, dan telah menciptakan masalah lingkungan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat kota. Pembangunan di kota telah mengurangi wilayah ruang terbuka hijau, seperti taman kota, dan wilayah-wilayah yang masih penuh dengan pepohonan

24 dan padang rumput yang subur. Belum lagi dengan keberadaan asap pabrik dan asap kendaraan, limbah industri, serta sampah dari masyarakat kota telah menyebabkan perkembangan polusi udara, air, dan tanah semakin meningkat di kota. Berkurangnya ruang terbuka hijau di kota mengakibatkan emisi gas rumah kaca menjadi semakin meningkat, cuaca semakin tidak menentu karena suhu udara juga ikut meningkat. Hal tersebut juga mempengaruhi pada kemampuan lapisan ozon bumi yang juga ikut menurun. Keadaan fisik kota yang penuh dengan gedung-gedung dan jalanan yang beraspal mengakibatkan kemampuan infiltrasi tanah juga ikut menurun, karena tidak ada lagi pepohonan yang mampu menyerap air melalui akarnya dan aspal telah menghambat daya serap tanah. Keadaan semakin diperburuk dengan kondisi sungai di kota yang telah mengalami perubahan bentuk alaminya, sehingga pada saat terjadi hujan, akan mengakibatkan banjir. Tidak berhenti hanya di situ, banjir yang terjadi akan menyisakan sampah, merusak keindahan lingkungan, dan merugikan masyarakat dalam bentuk material, pada akhirnya kualitas lingkungan akan menurun. Kualitas lingkungan dapat diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia di suatu wilayah. Kualitas lingkungan itu dicirikan antara lain dari suasana yang membuat orang betah/kerasan tinggal ditempatnya sendiri dan berbagai keperluan hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar/fisik seperti makan minum, perumahan sampai kebutuhan rohani/spiritual seperti pendidikan, rasa aman, ibadah dan sebagainya(\ 4.htm). Berdasarkan penjelasan tersebut, mewujudkan kualitas lingkungan yang

25 baik sejalan dengan hakekat pembangunan menurut Salim yang telah tertulis sebelumnya. Lebih diperjelas lagi, kerangka berpikir yang digunakan dalam melihat keterkaitan antara pengaruh pembangunan kota terhadap perubahan lingkungan serta kaitannya terhadap munculnya suatu masalah lingkungan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Ket: + = perubahan yang meningkat

26 - = perubahan yang menurun kuning = bentuk alur yang menjadi fokus masalah dalam penelitian Gambar 1. Bagan alur tentang pengaruh pembangunan terhadap perubahan lingkungan dan kaitannya dengan masalah lingkungan Penggunaan bagan tersebut nantinya diharapkan akan memudahkan penulis dalam menjelaskan bahwa terjadinya hubungan yang saling keterkaitan antara masyarakat kota dan lingkungan, dengan adanya pembangunan yang diterapkan di Kota Medan. Masyarakat mengambil peranan penting dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan, dan menyebabkan perubahan pada lingkungan dan kembali memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat. Berangkat dengan satu ide bahwa pengaruh lingkungan bagaimanapun pasti mempengaruhi manusia, dan sebaliknya tindakan-tindakan manusia bagaimanapun pasti mempengaruhi lingkungan, dan ini terjadi pada ekosistem yang ada di lokasi penelitian. 1.5 Metode Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Medan. Dipilihnya lokasi ini berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu : 1. Karena adanya suatu program pembangunan yang sedang dilakukan di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan dan mendapat sorotan yang tajam dari pemerhati lingkungan.

27 2. Lokasi tersebut merupakan daerah pemukiman yang berada di pinggiran sungai yang sering dilanda banjir sejak dulu Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriptif yang menggunakan jenis data kualitatif yang dibentuk oleh data lapangan sebagai data primer dan data sekunder. Untuk memperoleh data tersebut teknik penelitian yang digunakan adalah: a. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data-data dari lapangan atau lokasi penelitian. Data yang didapat berupa data primer, dan untuk mengumpulkan dat-data tersebut, teknik yang digunakan untuk memperolehnya antara lain: - Observasi Metode ini berupa pengamatan yang dipergunakan untuk mengamati suatu gejala atau situasi sosial tertentu dilokasi penelitian. Hal ini meliputi segala keadaan, kegiatan, peristiwa, perilaku yang melibatkan warga di Kelurahan Sei Mati yang telah mengalami masalah lingkungan tersebut dan melihat bagaimana kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Hasil dari pengamatan dan pengalaman di lapangan nantinya akan dijadikan data penelitian. - Wawancara

28 Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (Depth Interview) dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara (Interview Guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan menggunakan alat bantu rekam (tape recorder) untuk menghindari kemungkinan keterlambatan peneliti dalam mengikuti alur wawancara yang dilakukan terhadap informan. Pemilihan waktu untuk melaksanakan wawancara disesuaikan dengan keadaan dilapangan dan kegiatan masyarakat di lokasi penelitian. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah mencari data yang terdapat pada referensi tertulis, yang berisi tentang pembangunan, lingkungan, dan banjir serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang telah terjadi di lokasi penelitian, yaitu buku, artikel, dan sebagainya. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang cukup penting guna untuk melengkapi data primer yang diperoleh dilapangan. Data sekunder ini bersifat tidak langsung tetapi memiliki fungsi sebagai salah satu aspek pendukung bagi keabsahan data penelitian Analisis Data Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data ini diperlakukan sebagaimana adanya, tanpa dikurangi, ditambahi ataupun dirubah, untuk tidak

29 mempengaruhi keaslian data-data tersebut. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali atau diedit ulang, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan hasil wawancara mendalam yang akan dilakukan. Langkah selanjutnya data-data ini akan dianalisa secara kualitatif. Analisa data secara kualitatif dengan menggunakan teknik taksonomi data, yaitu data yang diperoleh dilapangan akan dikategorikan pada beberapa bagian yang sesuai dengan letak dan nilai data tersebut. Kategorisasi ini berfungsi untuk membantu memahami keberadaan nilai data (data primer dan sekunder). Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian.

30 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Kota Medan Kota Medan merupakan ibu kota dari Propinsi Sumatera Utara, yang keberadaannya tidak terlepas dari sejarah yang panjang. Kota Medan awalnya hanya merupakan sebuah kampung, kemudian berkembang menjadi kota metropolitan yang penuh dengan segala fasilitas infrastruktur serta kehidupan masyarakatnya yang kompleks. Perkembangan Kota Medan diawali dengan dibangunnya Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, dan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus

31 sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan ( ). Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, dan akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya perkembangan kebun tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. Keberadaan dan perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari peranan para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang dan profesi lainnya, peranan Nieuwenhuys sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang terletak di daerah Maryland telah menjadi factor pendukung utama pertumbuhan Kota Medan. Nieuwenhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat perdagangan tembakau miliknya ke daerah Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal dengan kawasan Gaharu. Proses perpindahan ini telah menciptakan perkembangan cikal-bakal kota Medan seperti sekarang ini, dan dijadikannya Medan menjadi ibukota dari Kesultanan Deli juga telah mendorong Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sekarang Kota Medan menjadi ibukota Sumatera Utara. Kota Medan saat ini memiliki 21 kecamatan, yang salah satunya adalah Kecamatan Medan Maimun. Kecamatan Medan Maimun ini berbatasan dengan

32 Medan Polonia di sebelah barat, Medan Kota di timur, Medan Johor di selatan, dan Medan Petisah di sebelah utara. Kecamatan Medan Maimun ini terdiri dari 6 kelurahan, yaitu : Sukaraja Aur Jati Hamdan Sei Mati Kampung Baru ( Daerah yang menjadi lokasi penelitian bagi peneliti adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Maimun ini, yaitu Kelurahan Sei Mati Sejarah Kelurahan Sei Mati Sejarah berdirinya daerah Sei Mati ini diawali ketika pada zaman penjajahan Belanda. Perkebunan yang dikelola oleh Belanda memerlukan tenaga kerja dalam mengerjakan perkebunan tersebut, oleh karena itu banyak pekerja yang berdatangan ke kota Medan, diantara para pekerja tersebut terdapat pekerjapekerja yang berasal dari daerah Mandailing. Seiring berjalannya waktu, maka semakin bertambah jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada sektor perkebunan milik Belanda tersebut. Hal ini juga mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja yang berasal dari daerah Mandailing, oleh karena mayoritas tenaga kerja perkebunan berasal dari Mandailing dan beragama Islam, maka mereka menghadap Sultan Deli. Mereka beranggapan tentunya Sultan Deli yang beragama Islam juga, akan membantu

33 mereka. Sultan Deli kemudian memberikan pinjaman wilayah sebagai tempat tinggal para pekerja yang berasal dari daerah Mandailing tersebut. Wilayah tersebut merupakan lahan kosong yang ada di sekitar Sungai Mati dan posisinya berada dekat dengan istana kesultanan. Keberadaanya yang dekat dengan aliran Sungai Mati, maka pada saat sekarang ini wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Sei Mati dan berada di bawah naungan Kecamatan Medan Maimun Lokasi Kelurahan Sei Mati Kelurahan Sei Mati terletak di tengah-tengah Kota Medan, tepatnya di sekitar Jalan Brigjen Katamso. Jalan tersebut merupakan salah satu jalan utama yang sering dilalui oleh masyarakat dan merupakan salah satu kawasan perdagangan yang ada di Kota Medan. Hal ini ditandai dengan keberadaan rukoruko yang menjual berbagai jenis kebutuhan masyarakat dan di sekitar Jalan Brigjen Katamso ini juga tersedia fasilitas infrastruktur yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, baik yang bermukim di sekitar jalan tersebut maupun dari luar wilayah kelurahan itu sendiri. Secara geografi, luas keseluruhan dari kelurahan ini adalah 0,23 km² (23 Ha). Kelurahan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut, yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sukaraja Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Suka Dame Kelurahan Sei Mati ini merupakan salah satu wilayah pemukiman di Kota Medan yang berdekatan dengan aliran sungai, yaitu Sungai Deli, sungai yang

34 sering meluap saat memasuki musim penghujan dan menyebabkan kelurahan ini menjadi kawasan pemukiman yang rawan banjir. Hal ini sesuai dengan data dari hasil observasi dan dokumen tertulis di kelurahan. Tabel 2.1 Pemanfaatan Areal Tanah Kelurahan Sei Mati No. Pemanfaatan Areal Tanah Luas (Km²) % 1. Luas Pemukiman 0,18 78,26 2. Luas Kuburan 0,02 8,69 3. Luas Pekarangan 0,01 4,35 4. Luas Perkantoran 0,02 8,69 Jumlah 0, Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2007 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa wilayah Kelurahan Sei Mati ini dimanfaatkan untuk pemukiman, areal kuburan, pekarangan, dan areal perkantoran. Pemanfaatan yang terbesar merupakan wilayah pemukiman, sekitar 78,26% dari keseluruhan wilayah, yaitu 0,18 km². Pemanfaatan selanjutnya adalah untuk areal kuburan dan areal perkantoran yang sama-sama memanfaatkan wilayah kelurahan ini sekitar 8,96%, yaitu 0,02 km² dan pemanfaatan yang terakhir adalah untuk areal pekarangan, yang pemanfaatannya 4,35%, yaitu hanya 0,01 km² dari jumlah keseluruhan wilayah kelurahan.

35 2.4. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sei Mati Keseluruhan jumlah penduduk di kelurahan ini adalah jiwa dengan KK. Komposisi penduduk di kelurahan ini dibagi berdasarkan umur, menurut etnis, dan menurut agama Komposisi Penduduk Menurut Umur Berdasarkan dengan tabel berikut ini, dapat dijelaskan komposisi penduduk berdasarkan umur. Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur No. Umur Jumlah % bulan 149 1, tahun tahun tahun , tahun , lebih dari 59 tahun ,44 Jumlah Sumber: Sistem Pendataan Kelurahan Sei Mati, 2007 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa penduduk yang berusia 1-12 tahun menjadi kelompok yang paling besar jumlahnya di kelurahan ini, yaitu berjumlah jiwa atau sekitar 34% dari jumlah keseluruhan penduduk di

36 kelurahan ini. Kelompok yang berada pada urutan kedua yang jumlahnya terbesar adalah penduduk yang berusia tahun, yaitu berjumlah jiwa atau sekitar 27% dari jumlah keseluruhan penduduk di kelurahan ini. Hal tersebut menjelaskan bahwa penduduk di kelurahan ini mayoritas berada dalam usia anakanak, remaja dan masa produktif yang masih menjalani masa pendidikan. Kelompok yang jumlahnya paling sedikit adalah penduduk yang masih bayi, yang berusia 0-12 bulan, adalah 149 jiwa atau 1,12% dari keseluruhan jumlah penduduk Komposisi Penduduk Menurut Etnis (Suku Bangsa) Kelurahan Sei Mati merupakan suatu wilayah pemukiman dari beragam etnis yang tidak hanya bersuku bangsa Mandailing saja, selain itu ada suku Minang, Batak, Jawa, Karo, Cina, dan lain-lain. Sesuai dengan data dari kelurahan, mayoritas penduduk di kelurahan ini adalah bersuku bangsa Mandailing, kemudian di urutan kedua adalah penduduk yang bersuku bangsa Cina,kemudian Minang, Jawa, Batak, dan Karo. Secara lebih jelasnya, komposisi penduduk di Kelurahan Sei Mati berdasarkan etnis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Etnis No Suku Bangsa Jumlah(jiwa) % 1. Mandailing ,8 2. Minang ,33 3. Batak 275 2,07

37 4. Karo 25 0,19 5. Jawa 300 2,3 6. Cina ,7 7. Lain-lain ,6 Jumlah Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2007 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di kelurahan ini adalah yang bersuku bangsa Mandailing, yaitu jiwa atau sekitar 31,8% dari jumlah keseluruhan penduduk. Penduduk terbesar yang jumlahnya berada di urutan kedua adalah penduduk bersuku bangsa Cina, yaitu jiwa atau sekitar 19,7% dari jumlah keseluruhan penduduk, disusul dengan penduduk yang bersuku bangsa Minang, Jawa, Batak dan Karo. Penduduk yang menetap di kelurahan ini memang berasal dari berbagai suku bangsa, namun kehidupan masyarakat di kelurahan ini bisa harmonis dan tidak pernah terjadi konflik di antara penduduk Komposisi Penduduk Menurut Agama Komposisi penduduk menurut agama yang dianut oleh masyarakat di kelurahan ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Kelurahan Sei Mati Menurut Agama No Agama Jumlah(jiwa) % 1. Islam ,12 2. Budha ,7

38 3. Kristen 285 2,14 4. Katholik 182 1,37 5. Hindu 90 0,7 Jumlah Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2007 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Sei Mati ini beragama Islam, yaitu 76,12% sama dengan jiwa. Hal ini sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana peribadatan bagi umat muslim yang ada di kelurahan ini, yaitu terdapat 3 mesjid dan 6 mushola. Prasarana peribadatan yang lainnya adalah 1 wihara yang digunakan oleh penduduk yang beragama Budha. Penduduk yang beragama Budha berada di urutan kedua jika dilihat dari besarnya jumlah penganutnya, yaitu 19,7% atau sekitar jiwa jumlah penduduk yang menganut agama ini. Tidak hanya penduduk yang beragama Islam dan Budha saja yang menetap di kelurahan ini, penduduk yang beragama Kristen, Katholik dan Hindu juga ada. Penduduk yang beragama Kristen jumlahnya 285 jiwa atau 2,14%, yang beragama Katholik jumlahnya 182 jiwa atau 1,37% dan terakhir penduduk yang beragama Hindu yaitu agama yang paling sedikit penganutnya di kelurahan ini, jumlahnya 90 jiwa atau 0,7%. Prasarana peribadatan yang terdapat di kelurahan ini memang hanya tempat ibadah bagi penduduk yang beragama Islam dan Budha saja, sedangkan tempat ibadah bagi penduduk yang beragama lain tidak tersedia, keadaan ini tidak menjadi suatu kesenjangan sosial bagi setiap penduduk yang berbeda kepercayaan. Mereka dapat hidup damai dan tidak ada sikap mendominasi meskipun besaran jumlah penduduk tiap-tiap agama berbeda-beda.

39 2.5 Pola Pemukiman Kelurahan Sei Mati ini terdiri dari 1-12 lingkungan. Setiap lingkungan yang ada di kelurahan ini menetap penduduk yang berasal dari suku bangsa dan agama yang berbeda-beda, namun mayoritas dari seluruh jumlah penduduk di kelurahan ini adalah bersuku Mandailing dan beragama Islam. Kelurahan ini termasuk wilayah yang padat penduduknya, hal ini ditandai dengan keberadaan rumah-rumah penduduk yang rapat dan masih banyak terdapat rumah yang satu dengan rumah lainnya yang dindingnya menyatu. Pemukiman masyarakat di kelurahan ini dipisahkan oleh Jalan Brigjen Katamso. Kelurahan ini memiliki wilayah pemukiman yang letaknya dekat dengan sungai dan wilayah pemukiman yang tidak berdekatan dengan sungai. Pemukiman di kelurahan ini dapat ditemui saat memasuki jalan-jalan kecil atau gang yang berada di pinggiran Jalan Brigjen Katamso. Jalan kecil yang menuju daerah pemukiman penduduk tersebut terbuat dari aspal dan kondisinya baik meskipun ukurannya kecil, kira-kira lebarnya hanya 2-2,5 meter dan saat dilalui kendaraan roda empat jalan tidak dapat dilalui lagi oleh kendaraan lain, meskipun hanya kendaraan roda dua. Rumah-rumah penduduk berdiri disetiap pinggiran jalan-jalan kecil tersebut. Pemukiman yang berdekatan langsung dengan aliran Sungai Deli merupakan daerah yang datarannya lebih rendah dari dataran di Jalan Brigjen Katamso, sehingga untuk menuju ke daerah pemukiman kondisi jalan berbentuk turunan. Daerah pemukiman yang berdekatan langsung dengan Sungai Deli ini terdapat beberapa lingkungan yang sering dilanda banjir ketika Sungai Deli

40 meluap karena diguyur hujan ataupun dapat kiriman banjir dari hulu sungai. Lingkungan tersebut adalah lingkungan VII, VIII, dan IX. Ketiga lingkungan tersebut merupakan daerah yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini, tentunya dengan tidak meninggalkan keadaan lingkungan-lingkungan lainnya yang ada di Kelurahan Sei Mati untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana keadaan kelurahan tersebut secara keseluruhan sebagai Wilayah pemukiman yang letaknya tidak berdekatan dengan aliran sungai atau berseberangan dengan daerah pemukiman di sekitar sungai keadaannya tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya lingkungan di daerah tersebut jarang dilanda banjir karena datarannya lebih tinggi, sedangkan untuk bentuk rumah dan jenis rumah secara keseluruhan hampir sama, yaitu rumah permanen, semi permanen, rumah kayu, bahkan rumah panggung masih ada di kelurahan ini. Rumah penduduk di kelurahan ini pada umumnya sudah menggunakan fasilitas listrik dari PLN dan air minum dari PDAM. Sebanyak 2412 unit rumah yang dilayani oleh fasilitas air dari PDAM. Masih ada beberapa rumah yang menggunakan sumur gali, sumur pompa, dan hidran umum, bahkan masih ada warga masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk memperoleh air demi keperluan sehari-hari. Sumur gali terdiri dari 15 unit untuk 15 KK, sumur pompa 5 unit untuk 10 KK, hidran umum 1 unit untuk 8 KK. MCK 1 unit untuk melayani 8 KK dan yang menggunakan sungai mencapai 118 KK. Kualitas air yang dihasilkan dari sumber-sumber air di kelurahan ini semua dalam kondisi baik dan jernih untuk minum, kecuali air dari sungai yang sudah tercemar. Hal inilah yang nantinya akan menjadi salah satu pembahasan lebih lanjut oleh peneliti.

41 Sarana lain yang dimilkiki oleh masyarakat dan tersedia bagi masyarakat di kelurahan ini adalah sarana komunikasi, yaitu berupa telepon umum dan wartel. Masyarakat juga sudah memiliki telepon rumah dan televisi, yang pada masa sekarang ini sudah menjadi suatu kebutuhan primer bagi masyarakat kota. Jumlah pelanggan telepon di kelurahan ini adalah 900 pelanggan, sedangkan jumlah tv pribadi yang terdapat di kelurahan ini adalah 1695 unit, dari jumlah tv tersebut 9 unit televisi menggunakan antenna parabola. 2.6 Mata Pencaharian Hidup Penduduk yang ada di Kelurahan Sei Mati ini mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam. Secara lebih jelas, jenis-jenis mata pencaharian dari penduduk di kelurahan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sei Mati No Jenis Pekerjaan Jumlah % 1 Buruh/swasta ,83 2 Pegawai negeri 320 9,35 3 Pengrajin 7 0,20 4 Pedagang ,30 5 Penjahit 51 1,49 6 Tukang batu 3 0,08 7 Tukang kayu 1 0,02 8 Peternak 1 0,02

42 9 Nelayan Montir 3 0,08 11 Dokter 10 0,29 12 Sopir 15 0,43 13 Pengemudi bajaj Pengemudi becak 35 1,02 15 TNI/polri 45 1,31 16 Pengusaha 120 3,50 Jumlah Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2007 Berdasarkan tabel tersebut, penduduk yang bermata pencaharian buruh/swasta menjadi mata pencaharian yang terbanyak, yaitu sebanyak 1705 orang (49,83%). Mata pencaharian yang juga cukup banyak dimiliki oleh penduduk di kelurahan ini adalah sebagai pedagang, yaitu sebanyak 1105 orang (32,30%), kemudian penduduk yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sebayak 320 orang (9,35%). Sesuai dengan jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat di kelurahan ini, dapat disimpulkan bahwa di daerah ini tidak terdapat areal persawahan, karena tidak ada penduduk yang beermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagi nelayan juga tidak ada, meskipun daerah ini dilalui Sungai Deli. 2.7 Prasarana dan Sarana Prasarana dan Sarana Sosial

43 Prasarana dan sarana sosial yang tersedia di kelurahan ini sudah cukup memadai meskipun belum lengkap, namun keberadaan prasarana dan sarana yang ada telah membantu masyarakat untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan keberadaan prasarana dan sarana yang ada di Kelurahan Sei Mati. Tabel 2.6 Jenis Prasarana dan Sarana No Sekolah jlh Tmp ibadah jlh Lap olah raga jlh Fasilitas kesehatan jlh 1 SD 5 Mesjid 3 Sepak bola 1 Apotik 1 2 TK 2 Mushola 6 Bulu tangkis 2 Posyandu 12 3 TPA 1 Wihara 1 Voli 1 Tmp praktek dokter 5 Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, Prasarana dan Sarana Perekonomian Prasarana dan sarana yang terdapat di kelurahan ini merupakan salah satu media yang menjadi bagian dari pemenuhan kebutuhan hidup penduduk, bahkan menjadi suatu usaha yang dimiliki oleh penduduk, seperti membuka warung nasi, kios kelontong dan lain-lain. Secara lebih jelas, berbagai macam prasarana dan sarana perekonomian yang terdapat di kelurahan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.7 Sarana dan Prasarana Perekonomian

44 No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Koperasi 1 2 Warung Makan 5 3 Kios Kelontong 5 4 Bengkel 3 5 Toko/Swalayan 10 6 Percetakan/Sablon 2 jumlah 26 Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2007 Sesuai dengan isi dari tabel di atas, jumlah keseluruhan prasarana dan sarana perekonomian yang tersedia di kelurahan ini ada 26, dengan keberadaan bermacam sarana dan prasarana tersebut sudah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Prasarana dan Sarana Transportasi Transportasi yang ada di kelurahan ini hanyalah berupa transportasi darat, dengan keberadaan jalan utama, yaitu Jalan Brigjen Katamso yang sudah beraspal dan jalan-jalan kecil atau gang yang juga sudah beraspal. Jalan utama di kelurahan tersebut sudah menjadi jalan yang sering dilalui oleh kendaraan-kendaraan umum, seperti angkot, becak, bus umum, dan taksi. Jalan utama tersebut merupakan jalan dua arah, yang dilengkapi dengan lampu jalanan yang masih berfungsi dengan baik. Begitu juga dengan lampu penerangan yang ada di jalan-jalan kecil atau gang di kelurahan ini juga dalam keadaan baik.

45 Masyarakat di kelurahan ini tidak akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan sarana transportasi karena alat transportasi yang tersedia di kelurahan ini sudah cukup memadai. Masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan ini memang sudah ada yang memiliki kendaraan pribadi, baik itu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, namun masih banyak yang tidak memiliki kendaraan pribadi dan mereka yang ingin berpergian ketujuan manapun, bisa memanfaatkan sarana transportasi yang tersedia sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. 2.8 Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang yang berbeda-beda namun dapat hidup rukun dan saling menghargai merupakan suatu cerminan dari semboyan yang dimiliki oleh bangsa ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Hal inilah yang terlihat di Kelurahan Sei Mati. Berdasarkan data dari kelurahan dan informasi dari warga setempat, di daerah ini penduduk yang beragama Islam merupakan mayoritas dari seluruh agama yang dianut oleh para penduduk yang ada di kelurahan dan penduduk yang bersuku Mandailing juga merupakan mayoritas dari suku bangsa yang dimiliki oleh para penduduk di kelurahan, namun bukan berarti bahwa penduduk yang mayoritas beragama Islam dan penduduk yang mayoritas bersuku Mandailing lebih berkuasa di kelurahan ini. Tidak pernah terjadi masalah atau konflik di antara para penduduk di kelurahan ini, selain itu juga tidak ada terlihat kesenjangan sosial meskipun penduduk di kelurahan ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam berbagai aspek kehidupannya. Hubungan yang terjalin antar warga di kelurahan

46 ini cukup baik dan akrab. Keberadaan letak rumah yang hampir tak ada jarak merupakan salah satu faktor yang menyebabkan warga saling mengenal satu sama lain dan dapat hidup harmonis. Selain itu dengan adanya berbagai lembaga kemasyarakatan yang terdapat di kelurahan ini semakin mempererat hubungan para warga. Berbagai macam kegiatan yang tujuannya demi kepentingan umum juga sering dilakukan oleh penduduk di kelurahan ini. Kegiatan-kegiatan yang sifatnya demi kepentingan umum biasanya dilakukan bersama-sama oleh setiap warga, seperti menjaga keamanan dan ketertiban di setiap masing-masing lingkungan yang ada di kelurahan ini, kemudian selalu bergotong royong dalam membersihkan lingkungan kelurahan, pengolahan tanah dan pembangunan rumah. Demi keamanan dan ketertiban di setiap lingkungan yang ada di kelurahan ini, di setiap masing-masing lingkungan terdapat satu pos siskamling. Penduduk yang hidup di kelurahan ini juga selalu mengikuti aturan-aturan yang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama dari para warga dan segala pihak yang bersangkuntan demi terwujudnya ketertiban dan ketentraman di kelurahan ini. Kelurahan ini juga memiliki beberapa lembaga-lembaga kemasyarakatan yang aktif dan berfungsi sebagai wadah bagi para penduduk untuk saling berinteraksi dan mempererat persatuan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut antara lain adalah kelompok PKK yang beranggotakan 50 orang, organisasi kepemudaan Pemuda Pancasila (PP) yang jumlah anggotanya 25 orang, juga terdapat karang taruna yang anggotanya berjumlah 10 orang, organisasi profesi (KAMPAK BM3) yang anggotanya 30 orang, 3 majelis taklim yang anggotanya 75 orang, kemudian Serikat Tolong Menolong (STM) yang menjadi

47 organisasi bapak-bapak dengan jumlah anggota 2252 orang, dan yang terakhir adalah 12 kelompok gotong-royong dengan jumlah anggota 120 orang. Kesemua lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut sudah cukup memadai untuk kepentingan masyarakat dan masih aktif bergerak di bidangnya sesuai dengan perannya masing-masing. BAB III PEMBANGUNAN DAN MASALAH LINGKUNGAN DI KOTA MEDAN 3.1 Berdirinya Kota Medan dan Awal Pembangunan Awal mula berdirinya Kota Medan merupakan suatu historis yang panjang, dimulai dari dibukanya satu perkampungan sampai pada perkembangan dari perkebunan tembakau dan masa penjajahan dari Belanda dan Jepang hingga masa kemerdekaan Republik Indonesia. Pertumbuhan dari masa ke masa tersebut merupakan suatu perkembangan yang menjadi awal pembangunan di Kota Medan. Kota Medan untuk pertama kalinya dibuka pada tahun 1590-an, oleh Guru Patimpus. Guru Patimpus adalah seorang yang bersuku Karo dan beragama Islam. Sejarah mencatat agama Islam masuk ke Sumatera Timur dalam paro kedua dari abad ke 16. Perkampungan yang dibuka oleh Guru Patimpus, posisinya terletak pada pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura (di sekitar kawasan jalan Putri Hijau sekarang), yang diberi nama Medan Putri. Kawasan tersebut merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, maka Medan Putri yang

48 merupakan cikal bakal kota Medan, dengan cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Tanah Deli (sebutan untuk Kota Medan pada masa lalu) memasuki masa kejayaannya pada tahun 1860-an sampai tahun 1870-an, yang ditandai dengan keberadaan kebun tembakau yang cukup luas di Tanah Deli. Tembakau tersebut merupakan tembakau yang sangat baik dan berkualitas tinggi, sehingga menjadi komoditi ekspor ke Eropa. Bersamaan dengan pesatnya pembukaan lahan baru untuk perkebunan tembakau adalah era dimana gelombang kuli untuk bekerja di perkebunan tembakau swasta milik Belanda datang secara besar-besaran. Para kuli yang disebut kuli kontrak adalah kebanyakan dari Jawa. Kebanyakan dari mereka tertipu oleh bujukan para agen pencari kerja yang mengatakan kepada mereka bahwa Deli adalah tempat dimana pohon yang berdaun uang (metafor dari tembakau). Dijanjikan akan kaya raya namun kenyataannya mereka dijadikan budak. Selama puluhan tahun mereka menjalani kehidupan yang sangat tidak manusiawi, upah yang sangat rendah, dan perlakuan kasar dari majikan. Keberadaan tembakau deli yang terkenal saat itu menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa lain untuk menguasai kekayaan alam yang ada di Kota Medan. Ketertarikan Belanda dengan kondisi tersebut menghasilkan suatu kerja sama dan suatu perjanjian yang ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun Perjanjian tersebut merupakan dasar berdirinya perusahaan De Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan. Pada tahun 1869, kantor pusat Deli Mij berpindah dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun

49 di pinggir sungai Deli, tepatnya di kantor PTPN II (eks PTPN IX) sekarang. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur. Orang lain yang juga mempunyai pengaruh penting dalam sejarah pembangunan di Kota Medan, yaitu Tjong A Fie, yang datang dari Canton. Tahun 1875, Tjong A Fie mengadu peruntungannya di Tanah Deli bersama abangnya Tjong Yong Hian. Dia membangun hubungan baik dengan Sultan Deli dan kaum Belanda pemilik perkebunan, sehingga kemudian dia ditunjuk sebagai Majoor der Chineezen atau Pemimpin komunitas China. Rumah Tjong A Fie di Kesawan rampung sekitar tahun 1900an, sebuah bangunan dengan perpaduan arsitektur dari China-Eropa dan Art Deco. Tahun 1913 dia menyumbangkan jam kota untuk gedung Balai Kota. Medan yang tumbuh dari kota dagang berkembang sebagai pusat pemerintahan. Pada 1 Maret 1887, ibu kota Karesidenan Sumatera Timur dipindahkan dari Bengkalis ke Medan. Setelah selesainya pembangunan Istana Maimun pada 18 Mei 1891, seiring dengan itu ibu kota Kesultanan Deli resmi pindah ke Medan. Pada tahun 1907 dibuka bank pertama di Medan, yaitu De Javasche Bank (kini Bank Indonesia). Pada tahun 1915, Medan secara resmi menjadi ibu kota provinsi Sumatra Utara, dan pada tahun 1918 resmi menjadi sebuah kotapraja. Masa pendudukan Belanda di Tanah Deli berakhir pada 1942, ketika bala tentara Jepang mendarat di tanjung Tiram, Asahan. Di masa pendudukan Jepang,

50 perekonomian rakyat Deli menjadi carut-marut. Masa keemasan Deli pun berakhir, dan kemasyuran tembakau Deli yang wangi dan sempat merajai pusat lelang tembakau dunia di Bremen, Jerman, kini tak terdengar lagi (Majalah Gatra, Edisi Khusus:2005). Peristiwa besar yang terjadi di Indonesia pada 17 Agustus 1945, merupakan suatu keadaan yang menjadi pemicu masyarakat Kota Medan mulai membangun kembali daerahnya, namun pada 1 September 1945 terjadinya ketegangan antara masyarakat Kota Medan dengan Belanda dan sebagian tentara Jepang yang berpihak pada Belanda, menyebabkan terjadinya pertempuran di Kota Medan, yaitu Pertempuran Medan Area. Pertempuran itu menghasilkan kemerdekaan bagi masyarakat Kota Medan seutuhnya. Pada tahun 1998, dari 4 hingga 7 Mei, Medan dilanda kerusuhan besar yang menjadi titik awal kerusuhan-kerusuhan besar yang kemudian terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Dalam kerusuhan yang terkait dengan gerakan Reformasi ini, terjadi pembakaran, perusakan, maupun penjarahan yang tidak dapat dihentikan aparat keamanan. Saat ini kota Medan telah kembali berseri. Pembangunan prasarana dan sarana umum gencar dilakukan. Meski jumlah jalan-jalan yang rusak dan berlubang masih ada, namun jika dibandingkan dengan dahulu, kondisinya sudah lebih baik. Kendala klasik yang dihadapi kota modern seperti Medan adalah kemacetan akibat jumlah kenderaan yang meningkat pesat dalam hitungan bulan, tidak mampu diimbangi dengan pertumbuhan ruas jalan yang memadai.

51 Saat ini, Medan terus berbenah dan pembangunan fisik terus berlangsung, sehingga pertumbuhan yang pesat tersebut mendorong Medan berkembang menjadi kota ketiga terbesar di Indonesia. 3.2 Pembangunan di Perkotaan Indonesia memiliki berbagai kota-kota besar yang bercirikan kota metropolitan. Indonesia mempunyai 4 kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan dapat tumbuh dan berkembang menjadi kota yang megah dan besar berkat adanya pembangunan yang ditekankan pada sektor industri dan perekonomian, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di kota maka pembangunan dapat terwujud. Pembangunan merupakan cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah di negara ini untuk mencapai tingkat kesejahteraan dan mewujudkan kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Keberadaan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi yang megah, pabrik-pabrik, masyarakat yang heterogen, dan berbagai pola kehidupan masyarakat yang kompleks merupakan wujud dari perkembangan yang terjadi di perkotaan. Keadaan yang demikian merupakan wujud dari pembangunan yang berlangsung di perkotaan. Perubahan-perubahan yang terjadi di kota-kota besar saat ini menjadi suatu tujuan yang diharapakan oleh pemerintah dan segenap warga masyarakat kota, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik melalui jalur industri dan perdagangan demi peningkatan perekonomian. Tinginya pendapatan daerah kota tentu akan mempermudah bagi pemerintah kota untuk terus mengembangkan

52 potensi-potensi yang ada di lingkungan kota, semakin membangun maka semakin besar kemungkinan untuk memperkecil krisis multidimensi yang menimpa bangsa. Sejak mencuatnya globalisasi, pembangunan menjadi satu-satunya strategi yang diterapkan guna meredam segala keterpurukan yang di alami bangsa ini. Hal yang paling mendasar dari pembangunan di perkotaan, adalah memanfaatkan lahan dan sumber-sumber daya alam yang tersedia secara optimal sejalan dengan menerapkan kemajuan teknologi canggih dan modern. Pembangunan merupakan tanggung jawab bersama bagi segenap masyarakat di perkotaan, baik itu pemerintah kota, pemilik modal, dan masyarakat kota. Keadaan yang seharusnya dapat terwujud adalah kerja sama yang baik dari berbagai pihak untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa, namun kenyataannya pembangunan yang terjadi di kota-kota besar hanya menguntungkan pihak tertentu. Penguasaan sektor perekonomian di kota hanya milik dari pihak-pihak luar atau investor asing yang bebas untuk melakukan kerja sama dengan pengusaha lokal, hampir rata-rata hanya mengambil keuntungan diatas penderitaan masyarakat banyak. Suatu hal yang sangat miris sekali tentunya, jika hal tersebut memang menimpa bangsa ini, bahwa kelebihan dan kekayaan milik bangsa yang tersimpan hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu saja. Kepentingan-kepentingan masyarakat yang juga harus diperhatikan tidak terakomodasi dan peran serta masyarakat yang juga diperlukan dalam kegiatan pembangunan tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Masyarakat hanya menjadi penonton dari keberadaan gedung-gedung pencakar langit, mewahnya pusat

53 perbelanjaan dan korban dari pembangunan yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. 3.3 Pembangunan dan Masalah Lingkungan Masalah lingkungan bukanlah masalah baru. Permasalahan inipun menjadi fokus perbaikan di masa kini dan masa depan, sehingga penanganannya sudah menjadi sangat penting untuk menjadi prioritas kerja. Masalah lingkungan sudah tentu menjadi tanggung jawab secara kolektif (tidak bisa hanya tanggung jawab pemerintah ataupun satu pihak saja). Indonesia yang dalam kurun waktu 5 tahun ini mengalami bencana dan sudah banyak menanggung kerugian khususnya yang akan dirasakan bagi generasi mendatang. Dalam kasus lingkungan hidup, malahan, pada kenyataannya Indonesia dianggap menjadi salah satu negara yang mempunyai andil yang sangat besar terhadap upaya kelestarian lingkungan dunia karena hutan-hutan di Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia. Ironisnya menurut catatan para pemerhati lingkungan hutan Indonesia, sebagian besar hutan Indonesia telah mengalami kerusakan. Penelantaran terhadap perlindungan hutan inilah yang saat ini menjadi penyebab terjadinya bencana yang menimbulkan banyak kerugian, seperti bencana kekeringan, banjir, dan tanah longsor ( Semua kejadian ini merupakan cermin bagi generasi yang mewarisi situasi masa lalu agar menghindari langkah-langkah yang dapat merusak lingkungan sejak dini, dari hal yang sekecil mungkin, antara lain menjaga kualitas lingkungan sekitar dengan menjaga kebersihan dan mulai memperhatikan gaya hidup yang

54 ramah lingkungan dan tidak konsumtif terutama dalam hal penggunaan saranasarana angkutan yang membutuhkan pembakaran serta barang-barang yang tidak dapat di daur ulang sehingga menjadi tumpukan sampah yang hanya akan menambah deretan banyaknya berbagai bentuk keadaan yang menimbulkan lingkungan semakin terusik. Untuk saat ini dan mungkin dalam jangka panjang, Indonesia akan mengalami keterbatasan akan adanya udara yang bersih atau bahkan air bersih dikarenakan polusi dan berbagai bentuk pencemaran lainnya. Masalah-masalah lingkungan yang telah dialami kota-kota di Indonesia sudah cukup banyak, mulai dari polusi asap pabrik, pembuangan limbah industri, kekeringan, kebakaran hutan, banjir dan lainnya. Kesemua masalah lingkungan tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia pula, salah satunya adalah berkaitan dengan kualitas lingkungan perkotaan yang harus selalu terjaga keseimbangannya, kualitas lingkungan yang mengalami penurunan tentunya akan mempengaruhi keseimbangan hidup masyarakat di kota. Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan adalah terjadinya banjir dan genangan air pada musim hujan. Permasalahan banjir kota sampai saat ini belum bisa diselesaikan secara menyeluruh, bahkan cenderung semakin kompleks permasalahannya. Perubahan fungsi lahan, yang semula merupakan lahan terbuka berubah menjadi pemukiman dan kawasan terbangun, bisa memperbesar kemungkinan terjadinya banjir. Sama halnya yang sering terjadi di Kota Medan, yang menjadi pusat dari pembangunan untuk wilayah Sumatera Utara. Megah dan besarnya Kota Medan tentu menjadi hal yang membanggakan bagi masyarakat, namun sayangnya kemegahan dan kemewahan yang ada di kota

55 ini tidak selaras dengan kelestarian lingkungan dan memberikan pengaruh terhadap masalah banjir, pencemaran lingkungan, polusi, dan berujung pada penurunan kualitas lingkungan di kota ini. Pembangunan yang dilaksanakan tidak hanya membawa manfaat bagi masyarakat kota, tetapi juga membawa masalahmasalah yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, bahwa pembangunan dapat menimbulkan risiko-risiko kerusakan pada kemampuan dan fungsi sumber alam dan lingkungan (Hardjasoemantri, 1990:43). Pemanfaatan sumber daya alam yang secara berlebihan demi keberlangsungan program pembangunan dan pembangunan yang tidak sejalan dengan pelestarian lingkungan akan berujung pada terganggunya kestabilan ekosistem dan menciptakan masalah-masalah lingkungan Pembangunan di Kota Medan Medan sebagai sebuah ibukota propinsi sekaligus menjadi pintu gerbang Indonesia di bagian barat, secara geografis sangatlah strategis karena dekat dengan negara tetangga seperti, Malasyia, Thailand, dan Singapura yang merupakan gerbang kedua ke dunia luar. Keadaan tersebut tentunya mendukung bagi terwujudnya suatu pembangunan yang membawa kota ini memiliki identitas di dunia internasional. Secara administratif, kota ini hampir seluruhnya berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu di sebelah barat, selatan dan timur, sedangkan sepanjang wilayah utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Kota Medan juga didukung oleh daerah-daerah yang kaya dengan sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara dan Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lainnya. Kondisi ini memberikan

56 peluang Kota Medan secara ekonomi untuk mengembangkan berbagai kerja sama yang sejajar dengan daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Wajah kota Medan dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan. Pembangunan yang begitu pesat terus dilangsungkan, tidak hanya pembangunan fisik semata, namun suasana birokrasi dan pola kehidupan masyarakatnya secara signifikan juga banyak mengalami perubahan. Perubahan secara merata tentunya yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pembangunan yang kian hari kian marak. Pembangunan secara merata merupakan cita-cita dari segenap masyarakat, dimana pemenuhan akan kesejahteraan dan kemakmuran dapat terwujud tanpa pandang bulu, hal tersebut tentu juga diinginkan oleh segenap warga di Kota Medan. Sama halnya dengan apa yang telah diceritakan oleh salah seorang warga di lokasi penelitian,yaitu Pak Amru : ya, pembangunan harus mentingin kepentingan rakyat juga, jangan hanya mentingin kepentingan orang-orang tertentu saja. Kan orang-orang kecil juga perlu diperhatikan, kalau perlu ada musyawarah antara pengusaha dengan masyarakat di sekitar daerah yang sedang dibangun agar ada kerja sama, dibahas apa yang perlu-perlu dibicarakan (Amru Lubis, 42 tahun). Berdasarkan dari hal tersebut, bahwa masyarakat memang menginginkan pembangunan dapat memberikan hasil yang berguna untuk masyarakat itu sendiri dan tidak hanya mengutamakan kepentingan pihak-pihak tertentu saja. Masyarakat juga bersedia ikut serta dengan kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan, apalagi jika pembangunan tersebut sedang berlangsung di daerah mereka, karena pembangunan tidak semata-mata hanya milik para penguasa dan pengusaha (investor) saja, masyarakat juga perlu tahu, apa dan untuk apa fasilitas yang dibangun di kota mereka.

57 Kota Medan yang saat ini juga bisa dikatakan sebagai wilayah yang plural, dengan keadaan fisik yang sudah banyak perkembangan dan kehidupan masyarakat yang dinamis dan multikultural telah memekatkan derajat kompleksitas kota. Heterogenitas suku, bahasa, dan mata pencaharian merupakan variabel pengaruh bagi tingginya dinamika sosial. Intensitas kegiatan masyarakat di daerah yang berpenduduk dua juta lebih ini juga cukup tinggi, sedikitnya terdapat 12 pusat perbelanjaan besar yang ramai dikunjungi warga di kota yang sepertinya terlihat akan menuju kota metropolitan. Tidak hanya pusat perbelanjaan saja, selain itu, terdapat pula empat hotel bintang lima yang saat ini menambah kemegahan kondisi fisik Kota Medan, yaitu Grand Angkasa Hotel, Cambridge Hotel dan Apartement, Hotel Arya Duta serta Hotel JW. Marriot. Medan juga memiliki enam hotel bintang empat, enam hotel bintang tiga, empat bintang dua dan delapan hotel bintang satu. Jumlah tersebut masih di luar hotel-hotel yang sedang dalam pembangunan seperti Crystal Square Hotel dan Aston International Hotel dan hotel yang akan dibangun seperti Hilton, Le Meredien Hotel, ITC Medan yang berada di atas lahan seluas 7 hektar, yang terletak di Jalan Jawa, Kota Medan. Kota Medan tidak hanya megah terlihat di kala matahari menyinari gedung-gedung yang menjulang di tengah kota ini, melainkan juga semarak di waktu malam dengan banyaknya pusat jajanan malam sebagai salah satu alternatif lokasi yang dapat menjadi tujuan masyarakat di Kota Medan untuk menikmati suasana malam yang indah dihiasi lampu-lampu kota dan bersantai sambil menikmati makanan dan minuman, di antaranya Merdeka Walk, Cafe Sudirman (lebih dikenal dengan sebutan Warkop Harapan), Café Gajah Mada (Warkop

58 Gajah Mada) dan Café Dr Mansyur. Kesemua lokasi tersebut menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh muda-mudi yang ada di kota ini sebagai lokasi berkumpul dengan teman ataupun rekan kerja sambil melepas penat dan lelah setelah seharian beraktifitas. Pembangunan infrastruktur, seperti hotel, pusat pendidikan, dan sarana pendukung kota lainnya terus dilakukan pada saat ini. Kehadiran infrastruktur ini akan memberi kontribusi terutama di bidang ekonomi, sosial dan tenaga kerja. Dimana sejak dimulai mendirikan infrastruktur sampai pada tahap pemanfaatan infrastruktur, nantinya diharapkan dapat menunjang peningkatan pada sektor perekonomian, sosial, serta menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat di kota ini. Selanjutnya, rencana pembangunan seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang kawasannya diusulkan di eks Hak Guna Usaha (HGU) Pulahan Seruai No 2/Sei Mati atas nama PT Pulahan Seruhai seluas hektar. Kemudian, dari bidang keagamaan, juga ada rencana pembangunan Medan Islamic Centre (Islamic Growth and Development Centre). Pembangunan MIC seluas 183 hektar yang berlokasi di Jalan Pancing 4 Medan ( Perkembangan dan kemajuan Kota Medan juga ditandai ketika dikemukakan oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni bahwa Medan termasuk kota di Sumut yang diakui soal kerukunan antarumat beragamanya, dan dapat dijadikan contoh oleh kota-kota lain yang ada di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam kesempatan silahturahmi dengan pemuka-pemuka agama se-sumatera Utara di Gedung Bina Graha Pemerintah Propinsi Sumut

59 ( Kondisi yang kondusif ini dapat terwujud berkat kerja keras dari aparat penegak hukum, tokoh agama dan pemuka masyarakat dan peran serta masyarakat di kota ini. Kondisi Kota Medan yang demikian mencerminkan bagaimana keadaan fisik Kota Medan, ineteraksi yang terjalin diantara umat beragama dan kehidupan masyarakat yang konsumtif pada alat-alat teknologi tinggi dan pengaruh modernisasi menjadi pelengkap dari ciri khas Kota Medan Masalah Lingkungan di Kota Medan Semakin berkembangnya Kota Medan oleh adanya pembangunan, maka semakin terbuai masyarakat oleh adanya kemegahan dan kemajuan teknologi sehingga melupakan betapa pentingnya pelaksanaan pembangunan disejajarkan dengan pelestarian lingkungan. Pembangunan di Kota Medan sangat rentan terhadap masalah-masalah lingkungan, ditandai dengan kenyataan bahwa masalah yang sering terjadi di kota ini adalah banjir dan genangan air, meski hanya diguyur hujan selama satu jam dan meski curah hujan berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, maka beberapa daerah di kota ini akan mengalami banjir. Daerah-daerah yang mengalami banjir tersebut adalah daerah yang terlihat tidak memiliki sistem drainase yang baik dan berada di sekitar pinggiran sungai. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Pengamat lingkungan dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ir.Jaya Arjuna, mengatakan, pada tahun 2008, sekitar 75 persen wilayah Kota Medan rentan mengalami banjir karena tidak berfungsinya

60 drainase. Daerah yang ada di Kota Medan dan beberapa wilayah pantai timur Sumut (singkatan dari Sumatera Utara) memang rentan dengan masalah banjir, hal itu terjadi karena angin musim timur yang berasal dari Laut China Selatan masih mengarah ke daratan Sumut, sementara udara bertekanan tinggi dari Samudera Hindia juga masih mengarah ke Sumatera. Akumulasi fenomena alam itu mengakibatkan wilayah pantai timur Sumut terutama Medan dilanda cuaca mendung yang berpotensi menjadi hujan setiap waktu dengan intensitas lebat atau di atas 50 milimeter per hari ( com/tag/banjir). Hal ini semakin diperburuk dengan pemanfaatan lahan secara berlebihan dan efek samping dari keberadaan industri yang menyebabkan pencemaran lingkungan yang semakin hari kian memprihatinkan saja. Keberadaan drainase (berupa selokan atau parit dan sungai) disetiap daerah rawan banjir yang ada di kota ini memang dalam kondisi yang kurang baik dan tidak memadai, seperti hasil dari observasi yang telah dilakukan saat penelitian di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun. Dimana selokan dan parit yang masih kurang memadai, tidak berfungsi dengan baik, serta masih banyak daerah pemukiman yang saluran drainasenya dipenuhi dengan sampah, bahkan sungai yang mengalir di kelurahan ini sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menampung dan mengaliri air secara maksimal. Banjir yang sering melanda Kota Medan tidak seharusnya terjadi karena terdapat sejumlah sungai yang mengalir melintasi kota ini yang menuju laut Belawan, serta secara tipografi, Kota Medan berada pada 25 meter di atas permukaan laut. Keadaan yang pada saat ini terjadi, bahwa kemampuan dari sungai untuk menampung debit air hujan tidak berjalan secara maksimal yang

61 disebabkan karena terjadinya perubahan kondisi fisik alami sungai (pelurusan, pembelokan, penimbunan di bibir sungai) dan penumpukan sampah yang mengendap, sehingga saat terjadi hujan air meluap melebihi bibir sungai dan melimpas di pinggiran sungai menuju dataran yang ada di sekitar sungai. Sungai yang seharusnya menjadi drainase utama kota menjadi tidak berfungsi, bahkan sungai telah tercemar oleh sampah maupun limbah industri, kesemua hal tersebut merupakan salah satu pengaruh yang disebabkan oleh adanya pembangunan. Fenomena banjir merupakan salah satu pengaruh dari kesalahan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang menjadi media dalam proses berlangsungnya pembangunan. Berkurangnya kemampuan daya serap tanah yang ada di kota ini juga menyebabkan beberapa daerah yang rawan akan banjir semakin sering tergenang air, bagaimana mungkin air yang tergenang di setiap ruas-ruas jalan di kota dapat dihindari jika kondisi jalanan yang ada di kota juga dalam kondisi yang buruk dan berlobang yang di kala turun hujan akan mirip kubangan. Tekstur aspal yang melapisi jalanan di kota juga telah mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air menjadi semakin lambat, belum lagi dengan ruang terbuka hijau yang semakin diperkecil arealnya di kota ini, dikarenakan pembangunan infrastruktur di mana-mana mengambil alih lahanlahan hijau baik di jantung kota maupun di pinggiran kota, sehingga tidak ada lagi atau sangat sedikit sekali air hujan yang dapat diresapkan kedalam tanah sebagai cadangan air tanah, dan sebagian besar di alirkan sebagai aliran permukaan sehingga kapasitas saluran drainase terutama di kawasan kota menjadi tidak memadai.

62 3.4 Banjir Sebagai Salah Satu Masalah Lingkungan di Kota Medan Banjir yang berkenaan dengan masalah yang terjadi di kota ini adalah meluapnya air dari badan air dan melimpas menggenangi daerah pinggiran badan air, yang dalam keadaan normal tidak tergenang air atau kering. Banjir yang terjadi di Kelurahan Sungai Mati merupakan, limpasan air banjir dari sungai karena debit air banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada. Banjir yang terjadi akibat dari pengaruh pembangunan ini tentu akan mempengaruhi kondisi lingkungan di Kota Medan, dan kondisi lingkungan tersebut niscaya, secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat yang hidup di Kota Medan. 3.5 Banjir dan Menurunnya Kualitas Lingkungan Masalah lingkungan, seperti banjir, merupakan salah satu yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas suatu lingkungan. Kualitas lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya yaitu : Lingkungan biofisik adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Komponen biotik merupakan makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia, sedangkan komponen abiotik terdiri dari benda-benda mati seperti tanah, air, udara, cahaya matahari. Kualitas lingkungan biofisik dikatakan baik jika interaksi antar komponen berlangsung seimbang.

63 Lingkungan sosial ekonomi, adalah lingkungan manusia dalam hubungan dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Standar kualitas lingkungan sosial ekonomi dikatakan baik jika kehidupan manusia cukup sandang, pangan, papan, pendidikan dan kebutuhan lainnya. Lingkungan budaya adalah segala kondisi, baik berupa materi (benda) maupun nonmateri yang dihasilkan oleh manusia melalui aktifitas dan kreatifitasnya. Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata, dan juga termasuk non materi seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, sistem politik dan sebagainya. Standar kualitas lingkungan diartikan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman, sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem budayanya ( /mol/mo_full). Menurunnya kualitas lingkungan ditandai dengan berubahnya tatanan asli dari suatu lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang menyebabkan fungsi lingkungan menjadi merosot atau tidak dapat menunjang kehidupan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berada di lingkungan tersebut. Suatu lingkungan yang kotor dan tercemar, tentu akan mengakibatkan masyarakat yang berada di lingkungan tersebut menjadi tidak nyaman, karena masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang kotor dan tercemar tentu akan mempengaruhi hidup masyarakat secara langsung ataupun tidak langsung. Berdasarkan dari ketiga kategori jenis kualitas lingkungan hidup yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa masalah lingkungan seperti banjir merupakan salah

64 satu yang mengakibatkan kualitas lingkungan menjadi menurun. Banjir dapat terjadi karena tidak adanya keseimbangan dari interaksi yang dilakukan antara manusia, lingkungan dan sungai. Manusia yang berperan sebagi mahkluk hidup yang mempunyai kemampuan untuk mengatur interaksi dengan mahkluk hidup lainnya di lingkungan sekitar (ekosistem), jika suatu lingkungan tidak terjaga keseimbangannya maka sangat mungkin terjadi maslah lingkungan seperti banjir. Banjir tentu akan mengakibatkan suatu lingkungan menjadi tercemar dan jauh dari yang namanya bersih, karena banjir akan menyisakan sampah, lumpur dan banjir juga dapat menimbulkan berbagai kerugian materi akibat banyak tempat tinggal masyarakat dan perabotannya menjadi rusak kareena terkena banjir, selain itu banjir juga dapat mengganggu aktifitas dari masyarakat, menggangu ketentraman hidup masyarakat, dan menyisakan trauma serta rasa kuatir akan terkena banjir susulan. 3.6 Penyebab Banjir di Kota Medan Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002:78-79). Penyebab terjadinya banjir yang ada di kota ini memang termasuk kedalam 2 kategori yang ada, baik itu dari sebab yang alami maupun dari tindakan manusia. Terdapat beberapa variabel umum yang mempengaruhi besaran banjir, yaitu hujan, volume air, faktor yang mempengaruhi perjalanan air, kapasitas alur sungai dan manusia.

65 Semua variabel tersebut, terjadi melalui mekanisme yang cukup panjang dan kompleks karena adanya saling keterkaitan antara variabel-variabel tersebut. Beberapa bentuk kejadian yang menyebabkan terjadinya banjir di Kota Medan, seperti yang terjadi di Kelurahan Sei Mati, berdasarkan dengan varaiabel-variabel yang mempengaruhi besaran banjir terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir di Kota Medan, yaitu banjir yang terjadi dikarenakan penggundulan hutan di daerah hulu, banjir yang terjadi akibat pendangkalan di saluran sungai dan drainase yang disebabkan terjadinya erosi dari hulu, banjir karena pengaruh pembangunan fisik di kota, banjir karena manusia tidak menjaga kelestarian lingkungan Banjir Karena Penggundulan Hutan di Daerah Hulu Hutan sebagai suatu ekosistem tempat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan dan tempat tinggal berbagai jenis binatang merupakan wilayah resapan yang harus tetap dijaga kelestariannya, dimana fungsi hutan saat terjadi hujan adalah menyerap air yang turun agar tidak langsung terjadi limpasan air yang banyak dan turun ke hilir melalui sungai, karena pepohonan akan menyerap air yang berguna sebagai salah satu zat yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan pertumbuhan dari pepohonan tersebut, sehingga pepohonan dapat terus tumbuh dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Namun, ketika penggundulan hutan terjadi dan begitu maraknya illegal logging di Indonesia, maka semakin banyak pula penebangan-penebangan liar terjadi di hutan. Batangbatang pohon yang terdapat di hutan tersebut di tebang dan diambil guna dijadikan bahan-bahan dasar produksi berbagai macam barang yang diolah untuk kepentingan manusia.

66 Mengambil ataupun memanfaatkan pohon yang ada di hutan memang tidak bisa dihindari, sehingga terjadi penebangan, tetapi memanfaatkan sumbersumber daya alam yang tersedia di hutan tidaklah harus dilakukan secara semenamena dan terlalu berlebihan, karena eksploitasi hutan tanpa reboisasi akan berujung pada hilangnya sumber-sumber daya alam yang tersedia di hutan dan mengakibatkan hutan menjadi tandus dan tak hijau lagi. Kota Medan memiliki beberapa sungai yang mengalir dari kawasan hutan dan pegunungan di hulu yang terletak di daerah Sibolangit dan Brastagi, ketika kawasan hutan tersebut sudah semakin kurang kemampuannya untuk menjadi kawasan resapan yang baik, maka saat terjadi hujan ataupun masuk pada musim penghujan, maka akan mengakibatkan sebagian air hujan tidak dapat diserap oleh tanah dan secara keseluruhan air hujan tersebut mengakibatkan semakin tingginya limpasan air yang memenuhi sungai dan alirannya akan semakin deras. Hal tersebut tentu akhirnya akan berpengaruh pada Kota Medan pula. Sudah dapat dipastikan, apabila daerah hulu mengalami banjir, maka Kota Medan yang yang secara geografis letaknya lebih rendah dari daerah hulu juga akan banjir. Seperti pendapat dari seorang pegawai kelurahan di lokasi penelitian, yaitu Pak Amos: saat saya berada di rumah mertua saya yang berada di Pancur Batu, mengalami banjir, maka juga dipastikan daerah kota (Kota Medan) pasti juga mengalami banjir. Karena pengalaman saya, saat saya berada di rumah mertua, dan tidak bisa masuk kerja, orang kelurahan mengatakan hal yang sama juga terjadi disini..ya disini banjir juga. ( Pak Amos Ginting, 37 tahun). Hal tersebut memberikan gambaran bagaimana daerah tetangga Kota Medan seperti Pancur Batu yang berada di dataran yang lebih tinggi dari Kota Medan, juga mempunyai pengaruh secara langsung dengan apa yang akan terjadi di Kota

67 Medan. Ketika daerah tetangga Kota Medan seperti Pancur Batu mengalami hujan deras dan banjir, maka aliran sungai dari hulu yang turun ke Kota Medan akan sangat mungkin membawa debit air yang cukup banyak dan mengakibatkan banjir. Hal tersebut di dukung dengan kondisi Kota Medan yang saat ini sering mengalami cuaca dan musim yang kurang ramah dan tidak menentu, karena hujan dapat terjadi kapan saja. Saat terjadi hujan, volume hujan, durasi hujan, intensitas hujan, frekuensi hujan dan urutan kejadian hujan tentu sangat mempengaruhi terjadinya banjir Banjir Karena Pendangkalan di Saluran Sungai dan Drainase Akibat Erosi dari Hulu Kondisi hutan yang semakin gundul akan menyebabkan kemungkinan terjadinya erosi kapan saja, yang membuat tanah, pohon dan bebatuan yang berada di daerah dataran tinggi akan turun dan longsor ke tempat yang lebih rendah karena tanah tempat tumbuhnya pepohonan tidak mampu menahan dan menopang beratnya pohon yang tumbuh di atas tanah tersebut, apalagi ketika tanah tersebut basah akibat terkena hujan, maka kondisi tanah yang semakin lembek akan memungkinkan tidak mampu menahan berat beban di permukaan tanah, sehingga tanah menjadi longsor kemungkinan terjadi erosi, salah satunya pada daerah yang berada pada tingkat kemiringan dan sudut yang curam. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap perjalan air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Daerah yang curam merupakan kawasan yang paling beresiko mengalami erosi dan longsor, kemudian limpasan air akan membawa tanah dan bebatuan

68 yang berserakan ke sungai kemudian mengendap di dasar sungai. Tanah dan bebatuan tersebut akan bercampur dengan batang dan dahan-dahan pepohonan yang telah menjadi sampah di sungai, sehingga saat terjadi hujan lebat dan terjadi banjir di daerah hulu, sungai yang ada di hulu akan mengalir dengan cukup deras mampu membawa segala apa yang dilewatinya, yang pada akhirnya terbawa sampai pada hilir sungai. Saat hal tersebut terjadi, maka pada akhirnya tanah, bebatuan, dan sisa-sisa serpihan batang pepohonan yang terbawa akan mengumpul dan mengendap di sungai yang terdapat di daerah hilir, seperti Kota Medan dan mempengaruhi kapasitas alur sungai. Kondisi tersebut pada akhirnya mengakibatkan dasar sungai menjadi meningkat kemudian sungai akan menjadi dangkal dan kondisi sungai yang dangkal seiring dengan kurangnya kapasitas daya tampung sungai, sehingga pada akhirnya air meluap ke bantaran aliran sungai yang telah dimanfaatkan untuk wilayah pemukiman masyarakat. Hal inlah yang banyak dialami di wilayah pemukiman di Kota Medan, termasuk Kelurahan Sei Mati Banjir karena Pengaruh Pembangunan Fisik di Kota Pembangunan fisik yang terjadi di kota telah menyebabkan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai kawasan resapan air, banyak lahan terbuka hijau yang telah berubah menjadi kawasan terbangun, yang kesemua hal tersebut merupakan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang. Kesalahan dalam pemanfaatan lahan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya banjir.

69 Pembangunan yang terjadi di Kota Medan, seperti yang ada di sekitar Jalan Gatot Subroto, Jalan Zainul Arifin, Jalan Imam Bonjol, dan sekitar kawasan Kantor Wali Kota Medan, yang mana daerah-daerah tersebut sekarang ini sudah bermunculan plaza dan mall modern, berupa bangunan baru bertingkat yang merupakan fasilitas bagi masyarakat di kota ini yang menawarkan berbagai kemudahan belanja dan perdagangan bagi penduduk Kota Medan. Kondisi yang demikian menyebabkan sulitnya air hujan yang turun di kota ini meresap ke dalam tanah, karena terhambat dengan keberadaan gedung-gedung yang memperkecil kawasan terbuka hijau dan kondisi jalan yang beraspal yang menutup tanah. Hal tersebut akan mengurangi kemampuan wilayah kota menyerap air hujan, yang hanya sebahagian kecil air hujan yang dapat diserap oleh tanah sebagai cadangan air tanah dan sebahagian besar lagi dialirkan sebagai aliran permukaan sehingga air tersebut tidak tertampung lagi di sungai dan menjadi banjir. Ketika sifat alami tanah tidak mampu lagi berfungsi secara maksimal, maka banjir ataupun genangan air akan berada di setiap sudut jalan dan daerah di kota ini, ditambah lagi dengan kondisi selokan dan drainase kota yang penuh dengan sampah dan tersumbat, keberadaan taman kota ataupun kawasan terbuka hijau yang ada di kota ini sangat sedikit sekali, dan tidak sebanding dengan banyaknya bangunan-bangunan yang berdiri megah yang kokoh di berbagai daerah di kota ini. Taman kota ataupun kawasan terbuka hijau di tengah kota sebenarnya mempunyai fungsi yang sangat baik untuk kehidupan masyarakat kota, karena selain berfungsi sebagai jantung bagi kota karena dapat mengurangi polusi udara

70 dengan adanya proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan, dan akhirnya tumbuhan akan menghasilkan output oksigen yang lebih banyak dari proses fotosintesis tersebut. Taman kota dan wilayah hijau di kota juga bisa menjadi daerah resapan air di tengah kota dan menjadi tempat untuk rileksasi dan bersantai bagi masyarakat kota Banjir Karena Manusia Tidak Menjaga Kelestarian Lingkungan Menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bagi kita semua, sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan lingkungan. Seperti suatu bentuk siklus yang saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain, dimana segala aktifitas manusia akan mempengaruhi lingkungannya dan perubahan yang terjadi pada lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia kembali, dan begitu seterusnya. Rendahnya kesadaran tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan menyebabkan manusia bertindak sembarangan, tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Banyak terjadi pembuangan sampah sebagai limbah rumah tangga, pembuangan limbah pabrik, merusak sifat alami dari lingkungan, seperti melakukan perubahan pada kondisi fisik sungai, yang kesemuanya akan berujung pada banjir. Memang sulit untuk memupuk kesadaran secara bersama dari keseluruhan jumlah penduduk kota ini yang jumlahnya hampir mencapai 2,1 juta jiwa untuk harus selalu menjaga kelestarian lingkungan. Hal yang paling mungkin untuk dilakukan adalah memulainya dari diri sendiri untuk menanamkan kebiasaan untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan disekitar kita, agar dapat dicontoh oleh yang lainnya. Dimulai dari

71 lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Hal tersebut sesuai dengan istilah, bahwa dimulai dari hal kecil maka akan memperoleh hasil yang besar. BAB IV PENGARUH PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI. MATI KECAMATAN MEDAN MAIMUN 4.1 Pembangunan di Kelurahan Sei Mati dan Banjir Kelurahan Sei Mati merupakan suatu pemukiman yang kondisi rumahnya relatif rapat dan memiliki sedikit selokan yang berfungsi tidak maksimal sebagai drainase. Sudah dapat dipastikan bahwa kondisi lingkungan yang ada di kelurahan ini merupakan salah satu kondisi yang sangat rentan dengan masalah banjir. Berdasarkan dengan kondisi wilayah yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Kelurahan Sei Mati terbagi menjadi dua bagian yang terpisahkan oleh Jalan Brigjen Katamso, dan bagian yang berada dekat dengan aliran sungai adalah fokus wilayah yang menjadi objek penelitian secara khusus, karena berkaitan dengan

72 topik yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini. Daerah tersebut yang memang secara langsung sering mengalami banjir, tepatnya di beberapa lingkungan yang ada di Kelurahan Sei Mati ini. Kelurahan Sei Mati adalah salah satu daerah yang wilayahnya menjadi bagian dari proses pembangunan yang berlangsung di Kota Medan. Ada sebuah lahan kosong yang dirubah menjadi wilayah terbangun dan sungai yang mengalami perubahan bentuk alami demi kemudahan dalam mendirikan bangunan di daerah pinggiran sungai, dan yang menjadi hal yang mendasar bahwa kelurahan ini juga salah satu daerah yang sering mengalami banjir sejak dulu. Setelah berkembang dan munculnya wilayah terbangun di lahan terbuka yang berada di sekitar pinggiran daerah aliran Sungai Deli, maka kelurahan ini semakin sering mengalami banjir dari biasanya dan hal ini terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini, belum lagi dengan perubahan pada sifat alami sungai, seperti berita yang dapat dibaca di berbagai media elektronik maupun media cetak dan informasi yang dapat diperoleh langsung dari para informan di lokasi penelitian. Seperti yang diceritakan oleh salah seorang ibu yang rumahnya berdekatan dengan sungai:...dulu banjir yang datang itu tiga kali dalam setahun, namun setelah proyek dilakukan sejak 1999, banjir makin sering terjadi sampai sekarang ini. Sekarang seringkali, dalam seminggu itu bisa terjadi dua sampai tiga kali banjir kalau hujan turun..kalo puncaknya banjir yang ya beberapa tahun terakhir ini lah, dari tahun 2006 (Sardila Prianti, 39 tahun) Hal senada juga diungkapkan oleh seorang warga yang saya temui saat sedang berkunjung ke Kantor Lurah Sei Mati: sekarang warga makin sering mengalami banjir, hampir setiap hujan turun, maka banjirlah daerah ini, apalagi kalau hujannya itu lama.

73 Sejak ada pengusaha yang ingin membangun di dekat sini, entah gimana tu sungainya jadi sering meluap dan banjir, selain karena musim hujan, sepertinya sih karena selokan penuh sampah, uda gitu terjadi penimbunan dan pembelokan sungai yang mengakibatkan fungsi alami sungai sebagai drainase utama di daerah sini sudah tidak berfungsi dengan baik..coba saja adek lihat sungainya di belakang sana.. (Sarbani Usman, 34 tahun) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang ada, bahwa banjir memang sudah menjadi langganan bagi masyarakat di kelurahan ini, baik sebelum adanya pembangunan maupun setelah adanya pembangunan di sekitar daerah pinggiran sungai. Menurut beberapa warga yang menetap di kelurahan ini, banjir yang sering terjadi saat ini memang berbeda dengan banjir yang dari dulunya sudah terjadi, sehingga dapat dibuat pembagian tentang banjir kedalam dua kategori, yaitu banjir yang sebelum adanya perubahan lingkungan di sekitar kelurahan ini dan banjir yang terjadi setelah adanya perubahan sifat alami lingkungan di kelurahan ini Banjir Sebelum Adanya Perubahan Lingkungan di Kelurahan Sei Mati Tepian aliran sungai merupakan suatu wilayah yang rentan dengan banjir, dikarenakan faktor alami dan bukan alami. Sewaktu-waktu kapasitas air sungai dapat naik melibihi penampang sungai dan melewati bibir sungai sehingga air meluap menggenangi daratan yang ada di sekitar sungai tersebut berada sehingga terjadi banjir. Hal inilah yang sudah terjadi sejak dahulu di kawasan tep[ian aliran sungai Deli, salah satunya Kelurahan Sei Mati. Sebelum adanya perubahan lingkungan dan adanya pembangunan di sekitar pemukiman Kelurahan Sei Mati, banjir yang terjadi hanya menggenangi daerah semak dan pepohonan yang ada di

74 sekitar sungai. Banjir yang sampai menggenangi daerah pemukiman sangat jarang sekali terjadi, kecuali banjir kiriman dari gunung dan pada saat yang bersamaan itu juga pada musim hujan, yaitu ketika selalu hujan di tiap harinya. Sejak berpuluh tahun yang lalu, keadaan lingkungan di Kelurahan Sei Mati memang sudah ramai dan rumah-rumah warga tertata tidak jauh berbeda seperti saat ini, kemudian di sekitar pemukiman tidak banyak terdapat sampah dan kondisi sungai yang mengalir di kelurahan ini juga masih sangat alami dan airnya jernih. Banyak warga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, untuk air minum dan masih ada sebagian warga menangkap ikan atau sekedar memancing untuk mengisi waktu luang di sungai tersebut. Semak dan pepohonan yang tumbuh disekitar sungai juga merupakan suatu bagian yang mendukung keasrian dari lingkungan di kelurahan tersebut. Hal ini diceritakan oleh salah satu warga yang lama menetap di kelurahan ini dan tahu seluk beluk kondisi kelurahan ini, yaitu Pak Fuad Lubis,..kondisi kelurahan ini telah berubah, sebelum masuk tahun 90- an, kelurahan ini masih jarang sekali mengalami banjir, hanya 2-3 kali dalam setahun karena kondisi lingkungan di kelurahan ini masih alami dan belum banyak pembangunan di pinggiran sungai.kalau soal sampah, sejak dulu memang banyak sampah, tapi warga selalu bergotong royong membersihkan lingkungan setiap 2 minggu sekali.. (Abdul Fuad Lubis, 51 tahun) Pak Fuad, yang dianggap sebagai informan kunci karena pengalaman yang dimilikinya selama tinggal di kelurahan ini telah membuatnya mengetahui secara jelas bagaimana perkembangan kelurahan ini sejak tahun 1990-an, dan hal tersebut membuat informasi yang diberikannya cukup banyak tentang keadaan kelurahan ini, terutama yang berhubungan dengan banjir.

75 Kondisi yang berbeda terjadi saat ini di Kelurahan Sei Mati, bahwa kondisi lingkungan di Kelurahan Sei Mati yang diceritakan oleh Pak Fuad, sudah tinggal bayang-bayang, kalau pembangunan yang tidak mengutamakan kelestarian lingkungan terus berlangsung dan masyarakat tidak mulai berbenah diri untuk selalu menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan. Hal tersebut merupakan suatu hal yang harus selalu terpatri dalam diri, tidak hanya dikhususkan bagi warga di Kelurahan Sei Mati ataupun kelurahan-kelurahan lain di Kota Medan yang juga sering mengalami banjir, melainkan juga untuk setiap orang yang ingin lingkungannya selalu terjaga dan stabil, yaitu untuk kita semua sebagai manusia yang hidup berdampingan langsung dengan alam sekitar Banjir Setelah Adanya Perubahan Lingkungan di Sekitar Kelurahan Sei Mati Pembangunan yang terjadi di sekitar Kelurahan Sei Mati telah mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi alami lingkungan yang ada di kelurahan tersebut. Seperti yang terlihat saat berada di kelurahan tersebut, bahwa sungai sudah tercemar dan airnya tidak jernih lagi, belum lagi dengan adanya perubahan fisik sungai akibat pendangkalan dan pelurusan ataupun penimbunan serta keberadaan dinding beton di pinggir sungai yang mengakibatkan banjir di pemukiman warga terjadi karena semua limpasan air sungai akan mengarah ke daerah pemukiman di Kelurahan Sei Mati yang bersebrangan dengan dindingdinding tersebut. Bayaknya bangunan-bangunan yang dibangun di daerah

76 pinggiran sungai juga merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir, hal ini yang diungkapkan oleh Pak Lurah di lokasi penelitian:..luapan sungai yang menyebabkan terjadinya banjir di sini mencapai 2,5 meter yang merendam 555 kepala keluarga dan jiwa, banjir itu terjadi di kelurahan VII, VIII dan IX..salah satu penyebabnya adalah banyaknya bangunan di pinggir sungai hingga daerah resapan air tidak berfungsi, karena itu warga menginginkan sungai diperlebar dan diperdalam agar mengurangi resiko banjir akibat banyaknya bangunan yang ada dipinggiran sungai dan pelurusan ataupun penimbunan di pinggir sungai..warga juga ada yang mengalami gatal-gatal di kulit dan batuk akibat banjir terus-menerus selama satu minggu.. (Ahmadin Harahap, 47 tahun) Pernyataan dari Pak Lurah tersebut juga di sepakati oleh salah satu warga yang bernama Agus Salim, umur 35 tahun yang tanahnya terjual dengan harga murah kepada pengembang, karena merasa terganggu bahwa tanahnya berhimpitan dengan tanah yang dibangun tembok oleh pengembang, dan kondisi tersebut memaksanya menjual tanah tersebut, itupun dengan harga yang murah, yaitu Rp per meter persegi, sedangkan harga pasaran tanah di tempat itu, katanya, mencapai Rp per meter persegi. Menurut Agus, nasib seperti itu juga dialami sebagian besar warga tetangga, yaitu di Kelurahan Kampung Baru yang juga terpaksa merelakan tanahnya untuk pelurusan Sungai Deli. Pembangunan yang terjadi di sekitar pinggiran sungai semestinya tidak terjadi, karena daerah pinggiran sungai yang juga dikatakan sebagai daerah sempadan sungai memang haruslah menjadi tempat tumbuhnya pepohonan atapun semak dan rawa, sehingga dapat menjadi kawasan resapan dipinggiran sungai dan akan mengurangi resiko terjadinya banjir. Sebenarnya sudah ada aturan yang menetapkan bahwa ada batas garis sempadan sungai yang tetap memiliki sifat alami dan tidak menjadi kawasan pembangunan, baik membangun rumah atau

77 pun menjadi kawasan industri. Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 5 tahun 1995 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai di Provinsi Sumut, diatur tentang garis sempadan penghunian di bantaran sungai, yang melarang adanya pembangunan yang melewati garis sempadan sungai apalagi sampai memakai badan sungai untuk pembangunan, sehingga tidak boleh ada bangunan permanen minimal tiga meter dari bibir sungai. Mengenai hal tersebut, saat ditanyakan kepada warga, ada yang memang mengetahui aturan tersebut tapi ada juga yang kurang tahu tentang aturan tersebut, khusunya para ibu-ibu rumah tangga, namun menurut mereka yang pasti bahwa semenjak adanya pembangunan di sekitar tepian sungai yang memang sudah tidak mengikuti aturan yang ada, tempat tinggal mereka semakin sering mengalami banjir dan warga yang langsung merasakan adanya masalah yang muncul akibat pembangunan di sekitar tepian sungai tersebut. Pembangunan di sekitar pinggiran Sungai Deli merupakan pemicu yang semakin memperburuk keadaan lingkungan di kelurahan ini, karena pemukiman yang ada di Kelurahan Sei Mati saat ini juga bermasalah dengan kondisi drainase atau selokan-selokan kecil yang ada di sekitar rumah warga, bahwa selokanselokan tersebut dipenuhi dengan sampah, hal ini juga dikatakan oleh Pak Paiman:..selokan yang ada di sekitar rumah warga juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir saya rasa, karena biasanya akibat sumbatan sampah, saat hujan deras selokan meluap dan airnya menggenangi rumah warga, mungkin karena kami hanya melakukan gotong royong bersihin kampong Cuma dua minggu sekali..jadi sampah sudah begitu banyak menumpuk'' (Paiman, 33 tahun).

78 Sampah yang memenuhi selokan-selokan tersebut tentu akan menyumbat jalannya air sampai pada saluran akhir, sehingga banjir akan lebih cepat terjadi. 4.2 Kawasan Banjir di Kelurahan Sei Mati Terdapat beberapa lingkungan yang menjadi langganan banjir di Kelurahan Sei Mati ini, yang merupakan daerah pemukiman yang memang langsung berdekatan dengan aliran Sungai Deli, dan beberapa informan yang ditemui di lokasi merupakan warga yang memang bertempat tinggal di beberapa daerah tersebut, hal ini sengaja dilakukan agar informasi dan data yang diperoleh memang lebih lengkap dan sesuai dengan apa yang mereka(informan) alami langsung saat sebelum banjir, dan sesudah banjir. Sedangkan informan lainnya merupakan warga yang juga masih berada di luar dari daerah yang sering terkena banjir, tetapi masih berada dalam Kelurahan Sei Mati Lingkungan yang Sering Mengalami Banjir Di Kelurahan Sei Mati Beberapa lingkungan yang sering mengalami banjir di Kelurahan Sei Mati adalah lingkungan VII, lingkungan VIII, dan lingkungan IX yang memang berada pada dataran yang lebih rendah dari lingkungan lain yang ada di Kelurahan Sei Mati, selain itu lingkungan-lingkungan tersebut merupakan daerah yang padat penduduk a Lingkungan VII Lingkungan yang di kepalai oleh Pak Azhari Nasution ini merupakan lingkungan yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan kebanyakan penduduknya bekerja sehari-hari sebagai karyawan swasta. Lingkungan ini

79 terbagi ke dalam beberapa gang, seperti Gang Ksatria, Gang Perwira, dan Gang Sosial. Ketiga gang tersebut terdapat sekitar 150 KK yang menjadi langganan banjir di lingkungan ini...banjir yang sering terjadi akhir-akhir ini bisa mencapai 1 meter, dan menggenangi hampir seluruh rumah yang ada di lingkungan ini.. (Azhari Nasution, 36 tahun). Hal tersebut yang di ceritakan oleh Pak Azhari ketika ditanyakan tentang banjir yang selalu di alami oleh penduduk di daerahnya. Tidak jauh berbeda dengan yang ada di lingkungan lain yang juga sering terkena banjir, bahwa kondisi tersebut mengakibatkan aktifitas sehari-hari warga yang telah menjadi rutinitas menjadi bertambah, yaitu harus selalu mengungsikan barang-barang di rumah agar terhindar dari banjir dan selalu siap sedia membersihkan sisa lumpur dan sampah yang berserakan saat banjir telah surut b Lingkungan VIII Terdapat beberapa gang di dalam kawasan yang dikepalai oleh Pak Rusli Nasution ini, seperti Gang Keluarga, Gang Kenanga, Gang Saudara dan Gang Bidan. Kesemua gang tersebut masuk kedalam Lingkungan VIII, dan selalu mengalami hal yang juga tidak jauh berbeda dengan apa yang di alami dengan gang lainnya yang ada di Lingkungan VII. Penduduk yang bertempat tinggal di lingkungan ini juga mayoritas memeluk agama Islam dan bermata pencaharian sehari-hari sebagai karyawan swasta. Selain itu, jika dilihat dari pendidikan, penduduk di lingkungan ini kebanyakan pendidikan terakhirnya adalah SD dan SMP.

80 Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara dengan penduduk yang ada di lingkungan ini, ada satu hal yang menarik bahwa keberadaan rumah penduduk ada yang sudah sangat dekat dengan pinggir sungai, dan ketika ditanyakan mengapa rumahnya berada dekat dengan pinggir sungai, informan menjelaskan bahwa tempat dibangunnya rumah mereka merupakan tanah yang dahulunya menjadi milik orang tua mereka yang juga bertempat tinggal di kelurahan tersebut, namun rumah orang tua mereka tidak dekat dengan pinggiran sungai. Mereka membangun rumah di tanah tersebut karena disuruh oleh orang tua mereka, agar masih tetap dekat dengan orang tua mereka meskipun mereka sudah tidak tinggal dirumah orang tua mereka lagi c Lingkungan IX Lingkungan IX merupakan daerah pemukiman yang bersebelahan dengan Lingkungan VIII, sudah pasti kalau di Lingkungan VIII mengalami banjir, maka Lingkungan IX juga mengalami banjir, begitu juga sebaliknya. Lingkungan ini dikepalai oleh Pak Sulaiman Heri, yang rumahnya juga ikut terkena banjir kalau banjir melanda lingkungannya. Sama dengan kedua lingkungan lain yang juga sering terkena banjir, bahwa mayoritas penduduk di lingkungan ini juga beragama Islam dan bermata pencaharaian sehari-hari sebagai karyawan swasta. Salah seorang penduduk di lingkungan ini mengatakan, banjir yang masuk ke dalam rumah telah membuat kami sekeluarga harus mengusap dada, barang yang ada dirumah kami banyak yang rusak karena saya dan keluarga gak bisa mengungsikannya yaa, waktu itu banjir terjadi saat saya dan anak-anak tidak ada dirumah, saya kerja dan anak-anak sekolah jadi kami gak tau.. (Faisal Wardana Siregar, 38 tahun)

81 Penjelasan dari Pak Faisal tersebut mencerminkan bagaimana banjir bisa terjadi kapan saja dan tidak dapat dipastikan, yang akhirnya merugikan penduduk yang mengalami banjir Lingkungan yang Tidak Terkena Banjir Selain dari lingkungan VII, VIII, dan IX, lingkungan lain adalah lingkungan yang jarang ataupun tidak pernah mengalami banjir yang seperti di alami oleh warga di lingkungan VII, VIII, dan IX. Lingkungan tersebut memang lebih banyak jumlahnya daripada lingkungan yang terkena banjir, tetapi jumlah warga dari keseluruhan lingkungan yang tidak terkena banjir itu hanya sedikit lebih banyak dari jumlah keseluruhan warga yang terkena banjir. Hal ini di karenakan lingkungan yang sering terkena banjir tersebut merupakan daerah pemukiman yang padat di Kelurahan Sei Mati ini. 4.3 Pengaruh Banjir Terhadap Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Sei Mati Berdasarkan dari observasi, wawancara dan juga pemahaman tentang fakta di lapangan, bahwa banjir yang sering terjadi di Kelurahan Sei Mati merupakan akibat ulah dari manusia dan pembangunan yang berlangsung di Kota Medan, yang sebenarnya tidak pernah diharapkan, oleh segala pihak yang khususnya masyarakat di kelurahan tersebut dan daerah-daerah sekitar aliran Sungai Deli, seperti Kelurahan Aur dan Kampung Baru yang juga sering mengalami banjir. Berikut adalah cerita dan informasi yang diperoleh untuk menggambarkan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan akibat dari banjir yang sering melanda

82 Kelurahan Sei Mati ini. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Mansyur, di lokasi penelitian:...daerah ini memang sering kena banjir, waktu saat banjir terjadi kami harus mengungsi sementara di posko...saya juga heran, ya hidup kayak makin susah aja, adek liat lah ni rumah saya (sambil menoleh kearah rumahnya) bayangkan aja saat air setinggi 1,5 meter penuhi rumah saya, kami sekeluarga harus mengangkat barang-barang yang ada, kemudian menyusunnya lagi pas uda banjir reda.. itupun harus membersihkan sisa-sisa banjir, ya dirumah ya dilingkungan sini juga.. (Mansyur Sadikin, 33 tahun). Kemudian penuturan dari seorang remaja laki-laki, Duan yang saat itu sedang duduk santai di teras rumahnya:...kalo uda banjir, kami jadi pening juga...ga bisa main bola, tu lapangannya (menunjuk kearah lapangan yang ukurannya tidak terlalu luas dan kira-kira letaknya 70 meter dari pinggiran sungai dan 50 meter dari tempat kami ngobrol) nah, kalo hujan tu lapangan gak bisa di pake...sedangkan kami uda biasa main bola tiap sore. Uda kebiasaan, jadi ya cemana ya,bang! kurang lengkap juga rasanya kalo ga main bola! Mana saya harus bersihkan rumah, ya kayak lumpur dan sampah yang numpuk karena sisa banjir.. (Duan Amrizal, 20 tahun). Berdasarkan pernyataan dari kedua warga tersebut, saya menyimpulkan bahwa banjir memang menjadi masalah dan menyebabkan berbagai kerugian bagi mereka, karena banjir tidak hanya menyebabkan lingkungan menjadi kotor, tetapi aktifitas dari warga bisa terganggu karena adanya banjir, seperti yang diungkapkan Duan yang menyesali terjadinya banjir karena tidak bisa bermain bola, dan pernyataan Pak Mansyur yang kerepotan karena harus mengangkut perabotan rumahnya ke posko agar tidak terendam banjir. Hal-hal yang demikian adanya merupakan salah satu yang sudah sangat sering dialami oleh masyarakat di Kelurahan Sei Mati.

83 Banjir yang terjadi di Kelurahan Sei Mati ini mempunyai pengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sudah dapat dipastikan bahwa lingkungan menjadi kotor dan tercemar karena dipenuhi sisa sampah dan lumpur yang menumpuk di lingkungan pemukiman saat air yang masuk kerumah warga telah surut, pada akhirnya akan mengakibatkan segala perabot yang ada di dalam rumah masyarakat menjadi rusak karena terkena air, keadaan yang dijelaskan oleh berbagai informan menggambarkan bagaimana sibuknya mereka mengungsikan barang-barang yang ada dirumah agar tidak terkena banjir dan rusak, seperti informasi dari Pak Sugiarto:..untung rumah saya ada lotengnya, jadi saat banjir terjadi saya sibuk mengungsikan barang-barang ketempat yang lebih tinggi agar tidak kena air, yang repot kalo warga yang rumahnya gak ada lotengnya..mereka harus mengungsikan barang-barang ke posko yang ada di kelurahan dan menunggu banjir reda dan siap membersihkan rumah mereka baru bisa kembali membawa barang-barang mereka, tapi kasihannya kalo saat baru beberapa hari banjir reda kemudian banjir datang lagi, sehingga mereka selalu merasa was-was dan kuatir sekali dengan banjir susulan.. (Sugiarto, 37 tahun) Rasa was-was dan kuatir bahkan rasa trauma merupakan hal yang selalu ada dalam benak dan pikiran masyarakat di Kelurahan Sei Mati. Selain itu, ada sebagian warga yang mengalami keluhan mengalami batuk-batuk dan gatal-gatal pada kulit mereka setelah terjadinya banjir. Berbagai keluhan memang dirasakan oleh masyarakat yang mengalami banjir, karena mulai dari adanya pembangunan yang menjadi salah satu yang mengakibatkan banjir semakin sering terjadi sampai pada saat banjir terjadi dan mulai surut, warga mengalami berbagai hal yang tidak pernah diharapkan.

84 Pengembangan wilayah pinggiran sungai menjadi awal kondisi yang tidak pernah diharapkan oleh masyarakat di Kelurahan Sei Mati dan sekitarnya. Pengembang melakukan pelurusan sungai dengan cara melakukan penimbunan dan membangun tembok yang bersebelahan dengan tanah para warga, demi melangsungkan proyek yang ada di sekitar pinggiran sungai. Tentu hal ini membuat warga yang memiliki tanah tersebut merasa terganggu dan terpaksa menjual tanah untuk pelurusan sungai dengan harga yang murah. Aktifitas kehidupan masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya yang setiap harinya berlangsung normal, menjadi terganggu semenjak banjir sering melanda tempat tinggal mereka. Masyarakat yang sehari-harinya membuka usaha, yang bekerja, dan yang melakukan rutinitas di luar rumah tidak dapat menjalankan aktifitasnya seperti biasa, masyarakat disibukkan dengan menghindari banjir, bagaimana mengungsikan barang-barang (perabotan rumah), sibuk dengan berusaha untuk mengantisipasi bagaimana banjir yang terjadi tidak sampai masuk ke dalam rumah mereka, namun banjir tetap melanda daerah tempat tinggal mereka. Dengan kata lain, banjir membuat orang tua tidak dapat bekerja, anak-anak tidak dapat bersekolah, dan segala aktifitas dihentikan demi mengatasi banjir yang terjadi. Hal demikian sudah merupakan suatu rutinitas yang harus dialami oleh masyarakat di kelurahan ini. Seperti yang diceritakan oleh salah satu masyarakat: yah..beginilah nasib kami, daerah ini memang sebetulnya sudah sejak puluhan tahun mengalami banjir. Saya tahu dari orang tua saya yang memang keturunan-keturunannya dari dulu sudah tinggal di daerah ini. Namun menurut saya, banjir saat ini semakin sering terjadi semenjak terjadi pelurusan sungai, kemudian musim hujan yang kita gak pernah tahu kapan akan turun hujan membuat saya dan pasti juga warga waswas karena banjir bisa terjadi kapan saja yang paling parah tu, pernah

85 juga meskipun gak hujan tapi bisa banjir..saya juga bingung, kalo dah hujan gak bisa kerja dan anak-anak gak bisa sekolah.. (Rizal Effendi Nasution, 40 tahun). Kemudian banjir yang terjadi di kelurahan ini juga pernah melanda Sekolah Dasar yang ada, seperti yang diungkapkan oleh penjaga sekolah:..udah sejak tahun 2002, SD yang dipindahkan dari jalan Brigdjen Katamso, samping Perpustakaan Daerah Medan sudah menjadi langganan banjir..saat terjadi banjir, air bisa menggenani seluruh ruangan yang ada di lantai 1 ini, meskipun tidak ada barang-barang sekolah yang rusak, karena dokumen dan buku-buku memang ada di lantai atas (sambil menunjuk salah satu ruangan yang ada di lantai 2) dan tersimpan dengan baik..ya, tiap banjir reda saya dan satu orang teman membersihkan sisa lumpur yang memenuhi 12 ruang kelas yang ada di lantai 1..saya dan teman saya ikhlas membersihkan semua lumpur yang memenuhi ruang kelas, karena memang sudah menjadi kewajiban kami untuk membersihkan semuanya.. (Sukidi, 34 tahun) Pak Sukidi sudah menganggap banjir yang terjadi di kelurahan ini, khususnya yang merendam SD ini sudah sepatutnya mendapat perhatian dari pihakpihak yang lebih mempunyai peran dalam mengatasi banjir, seperti pemerintah. Bagaimana mungkin fasilitas di bidang pendidikan, seperti SD ini dapat mewujudkan bagian penting dalam cita-cita bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, jika rumah sekolah telah rusak dan terendam banjir sehingga menghambat kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak yang akan menjadi generasi penerus di masa yang akan datang. Informasi yang diterima dari para informan di kelurahan ini hampir kesemuanya memberikan petunjuk bahwa sebenarnya pengaruh yang ditimbulkan dari banjir kebanyakan adalah keadaan yang menyebabkan masyarakat merasa sangat terganggu dan dirugikan dengan kejadian yang sering menimpa warga di kelurahan ini, terutama warga di lingkungan VII, VII, dan IX yang sering

86 mengalami banjir. Bagaimana mereka harus mengungsi, mengangkat barangbarang dari rumah mereka seperti televisi, kulkas, pakaian, dan perabotan lainnya agar terhindar dari banjir, kemudian mereka harus tinggal di posko darurat selama satu malam, bahkan sampai 5 malam lamanya, dan hal itu terjadi jika dalam beberapa hari setelah terjadi banjir, Kota Medan selalu diguyur hujan setiap hari sehingga frekuensi surutnya banjir lebih lama. Warga dapat kembali kerumah masing-masing setelah banjir surut, itupun kalau rumah mereka sudah dibersihkan terlebih dahulu, dan barang-barang yang tadinya ikut diungsikan dari rumah sudah di bawa kembali pulang. Sungguh sangat melelahkan bagi warga yang sering menerima musibah banjir ini. Lelah, letih, pasrah dan panik yang menjadi campur aduk merupakan bagian yang tidak terlupakan bagi warga yang terkena banjir, yang harus mengungsi di posko penampungan. Selama tinggal di posko, warga yang mengungsi mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah setempat. Bantuan yang diberikan berupa bahan makanan, minuman, dan obat-obatan bagi warga yang mengalami sakit ketika di posko pengungsian. Warga yang mengalami sakit tidak hanya para anak-anak, melainkan juga orang dewasa. Menetap di posko dan melewati hari-hari di posko merupakan suatu hal yang tidak lebih baik dari hari-hari biasanya yang dilewati di rumah sendiri, karena untuk makan, minum, tidur dan kegiatan-kegiatan seperti biasa yang dilakukan sebelumnya harus selalu dikondisikan dengan keadaan, tidak bisa seenaknya, dan orang di posko harus bisa saling memahami dan mengerti kondisi di posko, dengan kata lain beradaptasi dengan kondisi yang saat itu terjadi. Bagi warga yang biasanya sehari bisa makan sampai 3 atau 4 kali, dan bisa tidua

87 nyeyak di kasur yang empuk, mungkin di posko harus dikurangai porsi makannya demi berbagi dengan lainya dan tidur beralaskan tikar. Keadaan yang demikian memang sangat memprihatinkan dan membuat warga berada dalam kondisi yang sangat tidak baik, namun justru dengan keadaan seperti itu telah membuat masyarakat di Kelurahan Sei Mati ini mendapat sesuatu yang berharga, yaitu rasa persaudaraan, kepedulian, dan semangat untuk tetap ikhlas dengan apa yang terjadi telah membuat masyarakat menjadi terbiasa dengan banjir. Seperti yang di ungkapkan oleh Pak Mardi, yang menceritakan pengalamannya yang merasakan langsung bagaimana tinggal di posko penampungan ketika terjadi banjir,..saya sangat menyesali banjir yang saat ini sering terjadi, yang menbuat saya harus tinggal di posko untuk menghindari banjir yang ada..suatu keadaan yang sangat berat, tapi berkat banjir tersebut saya secara pribadi dan keluarga mendapatkan suatu pelajaran yang berharga, dimana kami dapat saling tolong menolong dan makin memupuk rasa persaudaraan sesama warga di kelurahan ini, ya seperti adanya sumbangan-sumbangan warga lain yang gak kena banjir, tapi mereka masih masuk bagian dari warga kelurahan ini..untuk membantu mengadakan bahan makanan dan obat..jadi kami merasa bahwa kami tidak sendirian di kelurahan ini.. (Mardika Sembiring, 38 tahun). Kondisi yang dirasakan Pak Mardi tentu juga dirasakan oleh kebanyakan warga yang terkena banjir, merasa bahwa banjir telah membawa masalah bagi hdiup mereka, namun tetap ada hikmah di balik musibah yang terjadi. Hikmah tersebut membuat anggapan tentang banjir yang terjadi di kelurahan ini sebenarnya tidak hanya membawa pengaruh yang buruk, namun secara emosional dan mental, warga yang terkena banjir mendapat suatu yang bermakna dalam hidup mereka, yaitu berupa pandangan tentang persaudaraan dan rasa ikhlas menghadapi cobaan hidup. Tidak hanya sampai disitu saja, bahwa

88 banjir juga membawa pengaruh yang baik untuk sebagian warga yang dapat melihat secercah peluang di balik musibah yang terjadi. 4.4 Memanfaatkan Sampah Setelah Banjir Reda Banjir yang sering terjadi di Kelurahan Sei Mati ini merupakan suatu lahan yang dapat menghasilkan suatu yang lebih, terutama bagi para warga yang bisa melihat bagaimana caranya agar banjir tidak hanya membawa masalah bagi warga, melainkan juga bisa memberikan manfaat. Suatu keadaan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, adalah beberapa pemuda yang memang menjadi bagian dari warga di kelurahan ini bisa berpikir dan punya inisiatif untuk memanfaatkan sampah-sampah yang berserakan setelah banjir reda, berupa sisa-sisa kemasan minuman dalam bentuk gelas plastik (cup) yang dapat dikumpulkan sebanyak mungkin dan dijual sebagai barangbarang botot. Mengumpulkan gelas-gelas tersebut tidak hanya membantu dalam kegiatan membersihkan lingkungan dari sampah dan sisa-sisa banjir hingga menjadi lebih bersih, melainkan membuat pemuda belajar untuk dapat menjaga lingkungan mereka, salah satu dari mereka yang memanfaatkan sisa sampah di lingkungan mereka mengatakan,..kami merasa dengan mengumpulkan sampah gelas-gelas plastik ini dapat menjaga kebersihan lingkungan sini, karena melihat keadaan yang sering terjadi di sini..bukan berarti kami memang mengharapkan banjir sering datang agar bisa mengumpulkan gelas-gelas plastik yang berserakan di sekitar rumah sebagai sisa sampah yang terbawa banjir..meskipun kami bisa mendapatkan uang dengan mengumpulkan gelas-gelas tersebut dengan cara menjualnya pada tukang botot, kami hanya menganggap memanfaatkan kegiatan yang harus kami lakukan seperti membersihkan lingkungan dan membersihkan rumah dari sisa banjir bisa lebih bermanfaat, yaa hitung-hitung sambil menyelam minum

89 air, sambil bersihkan rumah dan kelurahan, yaa bisa dapat uang.. (Fajril Hasibuan, 26 tahun). Peluang yang dimanfaatkan oleh Fajril dan kawan-kawan merupakan salah satu bentuk reaksi yang positif, selain mereka dapat membantu membersihkan lingkungan dan mencegah lingkungan mereka dari ancaman banjir susulan, paling tidak akan mengurangi resiko adanya banjir akibat sampah yang memenuhi lingkungan mereka. 4.5 Upaya Masyarakat dalam Mengatasi Masalah Banjir Banjir yang terjadi di Kelurahan Sei Mati ini, bukanlah banjir yang hanya terjadi sekali atau dua kali saja, dan dengan kondisi yang demikian adanya membuat masyarakat mempunyai cara dan tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat banjir, menjadi suatu adaptasi yang sesuai dengan budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Sei Mati ini. Berbagai bentuk cara dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat di kelurahan ini, khususnya bagi warga yang sering mengalami banjir setelah adanya pembangunan di kelurahan ini, antara lain seperti berbagai bentuk aktifitas yang masuk ke dalam agenda kegiatan rutin masyarakat, merubah kebiasaan membuang sampah sembarangan, membangun tempat tinggal (rumah) menjadi dua tingkat, tidak membangun rumah berdekatan dengan aliran sungai, dan sikap pasrah terhadap apa yang menimpa hidup mereka. Kesemua tindakan tersebut dilakukan demi mengatasi dan mencegah terjadinya banjir di lingkungan tempat tinggal mereka, meskipun masih ada beberapa warga yang menganggap bahwa banjir

90 memang sudah harus terjadi dan mau tidak mau mereka pasrah dengan keadaan yang terjadi tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Siti,..saya sangat miris dengan keadaan yang terjadi akhir-akhir ini di sini, warga mengalami musibah, walaupun tidak memakan korban jiwa, namun tetap ada kerugian yang dialami oleh warga dan saya termasuk dari bagian orang yang mengalami kerugian tersebut. Kami telah melaporkan keadaan yang terjadi di lingkungan kami pada pemrinta kota..namun tidak ada tindakan tegas dan penimbunan serta perusakan sungai tetap berjalan..sehingga saya berpikir mungkin banjir memang sudah harus terjadi, walaupun memang kita bisa mencegah dan menghindari terjadinya banjir, tapi buat saya segala sesuatu yang terjadi dalam hidup memang kehendak dari Yang Maha Kuasa, saya hanya pasrah saja dan berdoa agar lingkungan kami tidak mengalami banjir lagi.. (Siti Syahrani, 48 tahun). Sebagai seorang yang religius, Bu Siti menganggap bahwa banjir merupakan suatu musibah yang memang merupakan bagian dari kehendak-nya, dia hanya bisa menerima keadaan yang sering terjadi dengan pasrah dan berusaha berdoa, meskipun pada kenyataannya banjir yang terjadi di picu oleh adanya tindakan dari manusia dan pembangunan yang sedang berlangsung di sekitar daerah Kelurahan Sei Mati. Mereka sebenarnya telah melakukan tindakan pencegahan terhadap apa yang dilakukan di lingkungan mereka, bahwa pembangunan telah merusak sungai di lingkungan mereka, dan aksi-aksi penolakan dan pengaduan telah mereka lakukan, namun tindak ada tindakan tegas dari pihak yang berwenang dan pembangunan terus berjalan sampai banjir semakin sering terjadi di kelurahan ini. Merasa tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah pembangunan di pinggiran sungai, akhirnya warga hanya dapat melakukan tindakan dan sikap secara kelompok, yang mereka lakukan demi mengatasai dan mencegah terjadinya banjir di lingkungan mereka.

91 Semenjak banjir sering terjadi di kelurahan ini, warga merasa bahwa sampah yang menyumbat di selokan dan sampah yang tertimbun merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya banjir, karena berdasarkan teori tentang banjir, bahwa sampah memang merupakan bagian dari penyebab terjadinya banjir. Sampah-sampah yang menumpuk dan menyumbat aliran di selokan menjadi sasaran utama bagi warga yang harus diperhatikan untuk mencegah banjir. Setiap warga mulai lebih peduli dan lebih menjaga kebersihan, terutama di lingkungan keluarga sendiri, selain itu juga pada setiap seminggu sekali, warga bergotongroyong membersihkan lingkungan kelurahan. Kegitan bergotong royong memang telah mengalami perubahan semenjak sering terjadinya banjir setelah adanya pembangunan di sekitar aliran sungai, bahwa yang biasanya dilakukan selama dua minggu sekali, menjadi setiap seminggu sekali dilakukan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan, mulai dari pekarangan dan selokan sampai setiap jalanan di kelurahan. Mengatasi banjir tidak cukup hanya dengan membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal saja, melainkan dengan membangun tempat tinggal menjadi dua lantai merupakan alternatif yang dipilih oleh sebagian warga disini, hal ini diungkapkan oleh Kepala Lingkungan di lingkungan VIII yang memberitahukan bahwa semenjak terjadi banjir, beberapa warga yang mempunyai penghasilan lebih dan mempunyai kemudahan, menyempatkan membangun kembali rumah mereka yang dari satu lantai menjadi dua lantai (bertingkat). Mereka yang membangun rumah menjadi bertingkat mengambil pelajaran dari pengalaman setelah mengalami banjir, bahwa banjir yang telah menggenangi seisi rumah setinggi 1-2 meter telah mengakibatkan kerugian, dan mengharuskan

92 mereka menetap di posko banjir untuk sementara. Sedangkan kalau rumah mereka bertingkat, mereka tidak perlu repot-repot mengungsi ke posko untuk menghindari banjir, melainkan hanya mengungsikan segala perabotan dan barang-barang yang ada di lantai satu ke lantai dua, dan tidak perlu mengungsi ke posko banjir. Mengungsi dan bergabung bersama dengan warga yang lainnya di posko memang bisa membawa pengalaman yang tidak terlupakan bagi warga, namun mereka selalu diliputi rasa was-was dengan keadaan rumah mereka yang ditinggalkan, karena bagaimanapun juga berada ditempat sendiri lebih baik daripada ditempat orang lain, seperti pepatah yang mengatakan seburuk-buruknya rumah sendiri masih lebih lebih baik berada dirumah sendiri daripada rumah orang lain. Itulah yang menjadi dasar pemikiran dari setiap warga yang merasa kuatir dengan keadaan rumahnya saat ditinggalkan setelah tergenang banjir. Membangun rumah menjadi dua tingkat tentunya dilakukan oleh warga yang berada dekat dengan aliran sungai, karena sudah pasti bahwa saat banjir terjadi, rumah yang berada di dekat aliran sungai akan tergenang banjir. Tidak semua rumah yang ada di sekitar pinggiran sungai dihuni oleh keluarga yang mempunyai kemampuan ekonomi yang mampu, mereka adalah keluarga yang rumahnya semi permanen, beratapkan seng, dan hanya berlantai satu, mau tidak mau harus menerima kerusakan yang terjadi pada rumah mereka saat terkena banjir. Mereka mengatasi masalah tersebut dengan sengaja membuat rumah semi permanen dan rumah tidak dipenuhi dengan begitu banyak perabotan sehingga saat banjir terjadi, mereka tidak perlu kuatir dengan perabotan rumah yang akan rusak, dan bisa mengungsikan barang-barang yang sedikit jumlahnya dengan cepat ke tempat yang lebih baik untuk sementara sampai banjir reda.

93 Warga yang rumahnya semi permanent dan berada disekitar pinggiran sungai tidak bisa berbuat banyak selain ikut mengungsi ke posko banjir, dan pasrah dengan apa yang mereka alami. Mereka tetap bertahan dan akan kembali menetap di rumah mereka setelah banjir reda, dan saat banjir datang lagi, mereka akan mengusngsi kembali, begitulah seterusnya. Hal tersebut menjadi bagian dalam hidup mereka, karena mereka tidak tahu lagi harus tinggal dimana, rumah mereka merupakan satu-satunya tempat tinggal yang mereka miliki, dan mereka merasa sudah terbiasa dengan keadaan yang mereka alami. Menjadi pelajaran bagi warga lainnya, terutama di kelurahan ini, bahwa untuk mendirikan atau membangun rumah janganlah berdekatan dengan aliran sungai, atau lebih tepatnya sangat rentan membangun rumah di kawasan yang masih termasuk dalam daerah pinggiran sungai karena sewaktu-waktu dapat terjadi banjir yang menggenangi segala yang ada di daerah pinggiran sungai. Itu adalah salah satu yang menjadi alasan mengapa perlu ditetapkan Peraturan Daerah nomor 5 Tahun 1995 tentang Garis Sempadan Sungai, yang menjelaskan bahwa tidak boleh ada bangunan permanen minimal tiga meter dari bibir sungai, dan melarang adanya pembangunan yang dilakukan di sekitar pinggiran sungai. Aturan yang ditetapkan dalam Perda nomor 5 Tahun 1995 merupakan satu hal penting yang perlu dipahami oleh seluruh masyarakat yang berada dalam pemukiman di tepian sungai, dan tentunya juga perlu diperhatikan oleh semua lapisan masyarakat yang menjadi bagian dari proses berjalannya pembangunan yang saat ini diterapkan di Kota Medan. Peraturan seharusnya dapat dipahami serta dilaksanakan dengan bijaksana dan sebaik mungkin, bukan untuk dilanggar dan dihiraukan hanya demi kepentingan tertentu semata.

94 Beberapa bentuk kegiatan dan tindakan yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Sei Mati pada akhirnya menjadi suatu budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat lewat pengalaman dan pembelajaran dari apa yang telah dialami mereka selama beberapa tahun terakhir ini dan membentuk pola pikir mereka untuk melakukan hal-hal yang terbaik dalam kehidupan, terlepas dari kemungkinan yang akan terjadi pada hari esok, baik itu banjir dan masalahmasalah lain yang berpengaruh dalam kehidupan mereka di Kelurahan Sei Mati, pada akhirnya mereka menghasilkan pelajaran dari banjir dan dapat berupaya mencegah terjadinya banjir susulan di hari esok, kemudian dengan berbekal pengetahuan mereka terhadap masalah banjir yang telah terjadi, paling tidak mereka dapat melakukan hal-hal yang terbaik untuk mengatasai masalah banjir dan menghindari segala hal yang dapat menyebabkan banjir akan mencul di hari esok. BAB V KESIMPULAN dan SARAN

95 5.1 Kesimpulan Melihat permasalahan yang menjadi topik penulisan skripsi ini, terdapat beberapa intisari dari beberapa bab yang bisa dijadikan kesimpulan pada akhir penulisan skripsi ini. Hal-hal yang dianggap penting dari keseluruhan isi tersebut menjadi lebih ringkas, yaitu sebagai berikut : 1. Pembangunan kota pada saat ini terus dikembangkan demi pencapaian kesejahteraan masyarakat, dan mewujudkan cita-cita hidup makmur dengan memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia di kota. Sayangnya, yang terjadi bahwa pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang tersedia di lingkungan sekitar sering kali dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian sifat alami lingkungan itu sendiri. 2. Pembangunan yang bercirikan dengan teknologi dan industri di perkotaan dalam sektor ekonomi yang sedang berkembang pada saat ini lebih sering membawa pengaruh terhadap munculnya masalah lingkungan. Apalagi jika DAS menjadi kawasan untuk berlangsungnya pembangunan, sedangkan DAS merupakan salah satu wilayah yang tidak boleh menjadi kawasan terbangun, seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1995 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai di Provinsi Sumut. 3. Banjir yang terjadi di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun terjadi karena beberapa faktor, dan pembangunan di DAS merupakan salah satu faktor tersebut, yang pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan, dan menggangu kehidupan masyarakat.

96 4. Kegiatan pembangunan yang dilakukan di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun tidak melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sehingga tujuan akhir dari pembangunan di daerah tersebut tidak tercapai. 5.2 Saran Setelah adanya beberapa kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi ini, maka berdasarkan permasalahan yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini penulis mencoba untuk mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya dalam melakukan kegiatan pembangunan, tidak hanya memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan demi mencapai keuntungan dalam sektor ekonomi semata dan kepentingan pihak tertentu, melainkan juga perlu adanya pelestarian sumber daya alam dan menjaga keseimbangan lingkungan demi masyarakat dan kepentingan bersama. 2. Meningkatkan perekonomian kota lewat program pembangunan perlu dilakukan secara terencana, dengan memperhatikan tata ruang kota dan aturan-aturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. 3. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir dan mencegah penurunan kualitas lingkungan di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, masyarakat harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya banjir di lingkungan mereka, sehingga mereka dapat mencegah dan mengatasi masalah yang muncul akibat banjir. 4. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan pengawasan kegiatan pembangunan perlu dilakukan agar lebih terwujudnya semangat

97 kebersamaan dalam pembangunan dan mencapai tujuan akhir sesuai dengan apa yang diharapkan, karena pada akhirnya pembangunan dijalankan demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Daftar Pustaka

98 Amsyari, Fuad Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan, studi tentang banjir, karakteristik desa dan kota. Jakarta: Ghalia Indonesia. Arif, Saiful Menolak Pembangunanisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Colletta, J. Nat dan Kayam, Umar Kebudayaan dan Pembangunan, sebuah pendekatan terhadap Antropologi terapan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Daldjoeni, N Geografi Kota dan Desa. Bandung: Alumni. Efendi, Said Pembangunan Mengisi Kemerdekaan Indonesia. Medan: Yayasan Pola Pengembangan Daerah Medan. Fakih, Mansour Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar. Hardjasoemantri, Koesnadi Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Havilland, William A Antropologi. Jakarta: Erlangga. Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto Banjir (beberapa penyebab dan metode pengendaliannya dalam perspektif lingkungan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koentjaraningrat Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta. Marbun, B. N Kota Indonesia Masa Depan (masalah dan prospek). Jakarta: Erlangga Maryono, Agus Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Marzali, Amri Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.

99 Menno, S. dan Alwi, Mustamin Antropologi Perkotaan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Salim, Emil Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Soerjani, Mohammad Permasalahan Lingkungan Hidup dalam Tinjauan Filosofis Ekologis. Jakarta: CIDES. Soetomo Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilo, Y. Eko Budi Menuju Keselarasan Lingkungan: memahami sikap teologis manusia terhadap pencemaran lingkungan. Malang: Avveroes Press. Sumber Lain

100 Deskriptif Mengenai Masalah Lingkungan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan),

101 PETA SUMATERA dan LETAK KOTA MEDAN (Sumber : diakses pada 18-Januari pukul WIB).

102 PETA LOKASI PENELITIAN KECAMATAN di KOTA MEDAN (Sumber : diakses pada 18-Januari-2008 pukul WIB).

103 Salah satu rumah permanen yang dua lantai (bertingkat) milik warga yang ada di Lingkungan VII.

104 Sampah yang ada di Kelurahan Sei Mati ini merupakan salah satu yang menyebabkan terjadinya banjir. Membangun dinding beton dipinggiran sungai merupakan salah satu yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat alami sungai.

105 Kantor Lurah Sei Mati merupakan salah satu tempat yang menjadi posko banjir bagi sebagian masyarakat yang terkena banjir.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan yang menyandang status sebagai Pusat Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang menuntut kota

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Kota Medan Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup tinggi, dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Air merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kondisi Umum Kota Medan Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM Wardatul Jannah & Itratip Wenk_84@yahoo.co.id, itratip80@gmail.com Dosen Teknik Lingkungan Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB Abstrak;

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang setiap tahunnya dilanda banjir, fenomena tersebut merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan, sebab telah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN Mbina Pinem 1 Abstrak Permukiman kumuh sampai sekarang masih merupakan permasalahan penting bagi kota-kota di Indonesia, karena jumlah dan luasnya semakin meningkat.penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK. Halaman Persetujuan. Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK. Halaman Persetujuan. Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Halaman Persetujuan Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan : Nama : Ibnu Avena Matondang Nim : 030905021 Departemen : Antropologi Judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di dalam proses

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan suatu sumber daya alam di bumi dimana setiap organisme hidup membutuhkan salah satu sumber daya alam terbarukan ini. Air adalah zat atau materi atau

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*) MODEL PENANGGULANGAN BANJIR Oleh: Dede Sugandi*) ABSTRAK Banjir dan genangan merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar terhadap kondisi masyarakat baik secara social, ekonomi maupun lingkungan.

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada saat musim hujan. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) Delapan kecamatan di Kota Cilegon dilanda banjir, Rabu (25/4). Banjir kali ini merupakan yang terparah karena merata di seluruh kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak kota Palembang adalah antara 101º-105º Bujur Timur dan antara 1,5º-2º Lintang Selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatera Selatan, dipinggir kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Banjir yang sering terjadi di beberapa daerah merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan akibat misalnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan peradaban manusia, sumber daya air terutama sungai mempunyai peran vital bagi kehidupan manusia dan keberlanjutan ekosistem. Kelestarian sungai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut (Studi Deskriptif Di Desa Pekan Tanjung Beringin Dan Desa Pantai Cermin Kanan Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI Diajukan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Kondisi Umum Kota Medan Perkembangan Kota Medan sebagai kota metropolitan sekaligus kota paling maju di Pulau Sumatera berbanding lurus dengan gerak laju pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga bagimanusia dan semua makhluk hidup. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerahnya, kondisi fisik yang dimaksud yaitu topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah singkat event organizer Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu kegiatan, dalam prosesnya dikerjakan oleh sekelompok

Lebih terperinci

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Februari 2017 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 31-36 Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan Novrianti Program

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3 1. Untuk menambah air tanah, usaha yang perlu dilakukan adalah... membuat sumur resapan penggalian sungai-sungai purba tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki

Lebih terperinci

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Ruang terbuka sebagai daerah resapan Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persentasi uap air di udara semakin banyak uap air dapat diserap udara.

BAB I PENDAHULUAN. persentasi uap air di udara semakin banyak uap air dapat diserap udara. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi, air juga merupakan kebutuhan dasar manusian yang digunakan untuk kebutuhan minum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air. Kota Medan dilintasi oleh beberapa sungai termasuk diantaranya Sungai Sei

BAB I PENDAHULUAN. air. Kota Medan dilintasi oleh beberapa sungai termasuk diantaranya Sungai Sei 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan adalah salah satu kota yang sangat pesat pertumbuhannya, dimana daerah pinggiran yang selama ini adalah daerah pertanian ataupun lahan kosong berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci