BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia"

Transkripsi

1 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia Perkembangan perbankan Islam di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari perkembangan dan kemajuan perbankan Islam di dunia. Tahun 1990-an sebagai tonggak baru yang secara khusus memprakarsai berdirinya bank syariah di Indonesia, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Prakarsa khusus ini diawali dengan diselenggarakannya Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisurua, Bogor, Jawa Barat, Agustus Hasil Lokakarya ini, kemudian diperdalam dalam Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta pada bulan Agustus Hasil Munas ini, dibentuk kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI untuk mendirikan bank syariah di Indonesia, dengan tugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasilnya pada 1 November 1991 akhirnya ditandatangani pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang mulai beroperasi pada Mei Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia salah satunya di Kota Palangka Raya. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh 57 Veithzal Rivai, dkk. Bank and Financial Institution Management (Conventional and Sharia System) Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2007, h

2 59 Indonesia, ATM, serta merchant debet. Bank Muamalat Indonesia saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur dan Malaysia. BMI Cabang wilayah Kota Palangka Raya didirikan pada tanggal 20 Desember Seperti halnya dengan Bank Muamalat Indonesia Pusat merupakan bank syariah pertama yang ada di wilayah Kalimatan Tengah. Sedangkan di wilayah Kalimantan, BMI Cabang Kota Palangka Raya adalah cabang keenam di seluruh wilayah Kalimantan, sedangkan secara nasional cabang ke-37 dari seluruh wilayah Indonesia. BMI Cabang Kota Palangka Raya yang beralamatkan di Jl. Diponegoro No. 17, Kel. Langkai, Kec. Pahandut (Kal-Teng). Tempat yang dijadikan sebagai gedung BMI Cabang Palangka Raya merupakan gedung bekas Kantor Pos yang telah dilakukan rehabilitas dan renovasi hingga menjadi sebuah gedung yang indah. Adapun kode BMI Cabang Kota Palangka Raya adalah 631 dengan nomor telepon kantor (0536) dan fax (0536) Seiring berjalannya waktu, BMI Cabang Kota Palangka Raya makin berkembang, hal ini terbukti dengan adanya pendirian kantor cabang pembantu yang bertempat di Jl. Darmosugondo No. 11 Palangka Raya, di Jl. Cilik Riwut Km. 1 dan yang ada di Kota Sampit, Kab. Kotim beralamatkan di Jl. Aes Nasution No. 08, Telp. (0531) Keberadaan BMI di wilayah Kalimantan Tengah, sebagai wujud partisipasi dan eksistensinya dan untuk memberikan warna tersendiri di dunia perbankan

3 60 Indonesia. Dan juga sebagai upaya untuk menciptakan perbankan berbasis syariah. 2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Bank Muamalat Indonesia dalam menjalankan usahanya mempunyai visi dan misi dalam mengoperasionalnya. Hal ini juga sama dengan BMI Cabang Kota Palangka Raya yang mempunyai visi dan misi yang sama. Visinya adalah menjadikan Bank Muamalat Indonesia menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional. Sedangkan misinya adalah menjadi role model (bentuk kepedulian) lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keuanggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif mengoptimalkan nilai bagi stakeholders (pemberi dana). 3. Layanan Produk dan Jasa Landasan produk-produk dan jasa BMI Cabang Kota Palangka Raya berlandaskan prinsip-prinsip syariah yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat Kota Palangka Raya, seperti muḍārabah (bagi hasil), al-wadi ah (titipan), musyārakah (bagi hasil dalam bentuk kerjasama), murābaḥah (jual beli), ar-rahn (gadai), al-hiwālah, al-kafālah, dan alqarḍ. Dan yang terpenting dari semuanya itu adalah tidak adanya unsur bunga. Beberapa produk yang ditawarkan oleh BMI Cabang Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut:

4 61 a. Produk penghimpunan dana BMI Cabang Kota Palangka Raya terdiri dari dalam tiga bentuk, yaitu tabungan, deposito dan giro. Dalam bentuk tabungan yang terdiri dari Tabungan Ummat, Tabungan Haji Arafah, Tabungan Haji Arafah Plus, Tabungan Shar-E, dan Tabunganku. Sedangkan dalam bentuk deposito, yakni deposito muḍārabah dan deposito fulinvest, dan dalam bentuk giro, yaitu giro al-wadi ah dan giro Personal, serta adanya Nisbah atau Tarif dan Hi b. Produk pembiayaan BMI Cabang Kota Palangka Raya meliputi jual beli (murābaḥah, istisḥna, dan as-salam), bagi hasil (muḍārabah) dan (musyārakah), sewa (ijārah, ijārah mustaḥia bittamlik, KPRS baiti jannatī). Selain itu, BMI Cabang Kota Palangka Raya juga memberikan layanan-layanan baik dalam segi fisik maupun non-fisik. Adapun layanan dalam bentuk fisik diantaranya yaitu fasilitas transfer, kas kilat, letter of credit, bank garansi, dan layanan 24 jam (seperti mobile dan internet banking), dan lebih memudahkan layanan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia kepada para nasabah, Bank Muamalat Indonesia bekerja sama dengan jaringan ATM dan Kantor Pos Online Dokumen Produk BMI Cabang Palangka Raya, Tahun 2012.

5 62

6 63 B. Deskripsi Hasil Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini, yakni tentang penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya. Subjek penelitian ini adalah pimpinan cabang, head marketing, agenagen BMM yaitu pihak BMT, dan untuk informan para anggota pembinaan program KUM3 di Mushola Pasar Rajawali dan Mesjid Ukhwatul Muslimin. Adapun mengenai data hasil penelitian ini akan penulis uraikan. 1. Penerapan Demokrasi Ekonomi Perspektif Bankir Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya a. Subjek I, Bp. FD (head marketing BMI Cabang Palangka Raya) Wawancara dengan Bp. FD berlangsung di BMI Cabang Palangka Raya pada jam WIB. Penulis menerangkan mengenai asas demokrasi ekonomi yang terdapat dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Karena untuk memperjelas penelitian penulis yang berfokus dalam pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat. Pada saat diwawancarai Bp. FD dapat memberikan gambaran mengenai penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya. Berikut hasil wawancara dengan Bp. FD, bahwa: Demokrasi ekonomi dipahami disini sebagai asas, asas disini sebagai aturan main operasional BMI, setelah prinsip-prinsip syariah yang sudah kami terapkan. Perhatian kami terhadap masyarakat ekonomi lemah, itukan pekerjaan mulia, memperjuangkan ekonomi umat, membantu mereka jadi lebih mandiri dan berwawasan keislaman 59 4/10/ Wawancara dengan head marketing Bank BMI Cabang Palangka Raya, tanggal

7 64 Melihat keterangan di atas selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan mengenai kebijakan produk yang dapat mewakili dari penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya dalam bentuk penguatan ekonomi umat ini. Sebagai bentuk kepedulian BMI Cabang Palangka Raya terhadap usaha rakyat skala kecil yang ada di Kota Palangka Raya. Kata Bp. FD, sebagai berikut: Sebenarnya ini merupakan program yang sudah ada dan berkenlajutan dilakukan oleh kami, merupakan program CSR BMI. Masyarakat kecil dan pengusaha-pengusaha mikro dan kecil yang ada disekitar masjid, mau gak mau harus dibina dengan permodalan program KUM3 misalnya kerjasama dengan pihak BMT-BMT sebagai pelaksana di lapangan 60 Berdasarkan keterangan dari Bp. FD di atas, penulis sudah memiliki gambaran kebijakan produk yang digunakan oleh BMI Cabang Palangka Raya dalam penguatan ekonomi umat. Selanjutnya penulis kembali bertanya mengenai penyaluran produk KUM3 ini, untuk mengetahui usaha rakyat yang menjadi perhatian dari penerapan demokrasi ekonomi ini oleh BMI Cabang Palangka Raya. Bp. FD, mengatakan: Program KUM3 ini diperuntukkan bagi pemberdayaan masyarakat miskin, ibu-ibu janda, kaum duafa, pedagang kaki lima yang mempunyai kemauan yang besar untuk berubah, ya dengan program ini memberikan usaha mereka jadi lebih baik, semakin sejahtera 61 Melalui program KUM3 ini, BMI Cabang Palangka Raya telah melaksanakan penerapan demokrasi ekonomi dalam bentuk 60 Ibid. 61 Ibid.

8 65 pemberdayaan ekonomi umat yang direalisasikan pada pengusaha skala kecil yang ada di Kota Palangka Raya melalui mitra kerja dengan lembaga keuangan skala kecil yaitu BMT-BMT sebagai pelaksana di lapangan yang melakukan pemetaan masyarakat miskin yang memiliki usaha untuk diberikan modal atau dana bergulir sebagai usaha. Sehingga nantinya masyarakat ini dapat menjadi lebih baik dan sejahtera secara materi dan spiritual. b. Subjek II Bp. QM (branch manager BMI Cabang Palangka Raya) Hal pertama yang ditanyakan oleh penulis ajukan kepada Bp. QM adalah mengenai bentuk kebijakan produk KUM3 ini, dilakukan oleh bagian khusus atau hanya bagian dari kebijakan produk BMI Cabang Palangka Raya. Bapak QM, mengatakan: Itu program BMM yang khusus menangani pemberdayaan delapan asnab, walau memiliki badan hukum sendiri, tetapi tetap di bawah induknya Muamalat. Dalam pengembangan dan pemberdayaan fakir, miskin, fisabilillah, yatim piatu, ya delapan asnab 62 Setelah mendengar penjelasan dari Bp. QM mengenai kebijakan produk yang mewakili dari penerapan demokrasi ekonomi yang dibuat oleh BMM (baitul māl mu amalat) sebagai bentuk divisi khusus yang menangani CSR nya BMI Cabang Palangka Raya. Penulis melanjutkan bertanya kepada Bp. QM selaku Pimpinan Cabang, bagaimana penyaluran program ini sampai bisa dirasakan kepada masyarakat ekonomi ke bawah. Kata Bp. QM, iyalah: 15/10/ Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal

9 66 Itu melalui kerjasama dengan BMT-BMT seluruh Indonesia, awalnya BMT ada karena adanya Bank Muamalat, walau BMT-BMT belum ada payung hukumnya masih berbadan hukum koperasi 63 Penulis belum merasa mendapat informasi yang jelas dengan jawaban Bp. QM. Penulis lanjutkan pada pertanyaan tentang usaha rakyat yang menjadi perhatian dari program ini. Bp. QM menjelaskan: Pengusaha kecil yang kurang mampu untuk dibina, disuntikkan dana bergulir itu, setelah nanti berdiri sendiri, tapi jangan dilepas tetap dalam pengawasan dalam binaan BMM. Dana bergulir itu bagusnya cuma dua kali saja. Setelah dua kali maka akan diberikan kepada anggota yang lain, boleh dalam bentuk lembaga keuangan seperti komunitas BMT sendiri, yang akan menaungi pengusaha-pengusaha dari KUM3 tadi jadi duitnya gak kemana-mana berputar saja disitu. Kalau bagus ditambah lagi modalnya. 64 Selanjutnya penulis bertanya pada Bp. QM, menyangkut program KUM3 ini, apakah program KUM3 ini sudah menunjukkan perkembangan bagi usaha rakyat skala kecil, hal ini diutarakan Bp. QM, sebagai berikut: Iyalah beberapa dari komunitas masjid itu sudah mulai berjalan bagus usahanya, sudah melakukan pembiayaan komersil. Karena program ini bagus, dipantau bagus, dari ibadahanya, peningkatan ibadahnya, komunitasnya. Jadi dipantau terus oleh konsultannya, disinikan di bawah BMT. 65 Berdasarkan keterangan di atas, penulis menyimpulkan produk KUM3 ini merupakan program BMM (baitul māl mu amalat) merupakan anak divisi dari perusahaan BMI Pusat. BMM sebagai 63 Ibid. 64 Ibid. 65 Ibid.

10 67 lembaga jasa keuangan yang bergerak pada bidang sosial, yaitu yang diberi khusus kewenangan dalam memberdayakan delapan asnab yang disebutkan dalam Islam untuk dibina. Untuk mempermudah kerja BMI Cabang Palangka Raya dalam penyaluran program KUM3 ini untuk modal usaha masyarakat kelas bawah. BMI Cabang Palangka Raya bekerjasama dengan lembaga keuangan mikro yaitu BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah untuk sekaligus membina dan memberdayakan masyarakat miskin dalam hal meningkatkan pemberdayaan ekonomi umat. c. Subjek III, Bp. FA (BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM) Setelah penulis mendapatkan informasi yang jelas dari subjek I dan II mengenai proses penyaluran program KUM3 yang bekerjasama dengan pihak BMT Kube Sejahtera sebagai tim pelaksana di lapangan. Penulis melanjutkan menuju BMT Kube Sejahtera sebagai mitra kerja BMM melalui perwakilannya BMI Cabang Palangka Raya, untuk menanyakan seputar program KUM3 ini. Penulis bertanya mengenai latar belakang kerjasama ini, menurut Bp. FA, iyalah: Kenapa mesti BMT dipilih melaksanakan program KUM3 ini, jadi BMM di pusat melalui perwakilannya kantor cabang BMI, melakukan hubungan kerjasama. Jadi di daerah tidak ada kepanjangtanganannya, yang bergerak di lapangan itu tidak ada, karena Bank Muamalat dalam bentuk komersil, simpananpinjaman, simpanan-pinjaman. 66 8/10/ Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal

11 68 Lebih jauh lagi Bp. FA mengatakan bahwa program ini adalah program unggulan BMM yang diwakilkan pelaksanaannya melalui BMI kantor cabang seluruh Indonesia salah satunya BMI Cabang Palangka Raya dengan bekerjasama dengan BMT. Penulis melanjutkan bertanya tentang program KUM3 ini, apakah program ini disalurkan kepada pengusaha skala kecil. Kata Bp. FA, bahwa: Untuk program KUM3 sendiri itu adalah semacam program unggulannya BMM, jadi programnya itu pemberdayaan rakyat miskin dalam bentuk kelompok. Jadi kaum duafa dan fakir miskin dihimpun, terus dilakukan rangkaian kegiatan berupa pemberdayaan setiap minggu (training) berupa pertemuan kelompok. 67 Setelah mendapatkan keterangan dari Bp. FA, penulis kembali bertanya secara spesifik mengenai proses tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk menjadi anggota KUM3 ini, agar masyarakat miskin dapat mengakses pendanaan sebagai modal usaha mereka. Bp. FA memberikan kriteria-kriteria tertentu untuk menjadi anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, sebagai berikut: Harus mustaḥik, fakir, miskin, terus rumah mereka tidak layak huni, pendapatan tidak tetap, itu yang berhak menerima, dari kriteria itu diseleksi lagi, yang memang benar-benar mau mengikuti aturan program KUM3 ini. Misalnya training selama lima hari berturut-turut dan misalnya ga mau ikut training walaupun miskin maka tidak bisa. Karena bagaimana pun juga, itu untuk menyeleksi sifat amanah. 68 Melalui hasil pengamatan penulis di Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali Km. 5. Proses pelaksanaan training dilakukan selama lima 67 Ibid. 68 Ibid.

12 69 hari. Dimana setiap mesjid atau mushola sebagai tempat pembinaan dan proses penyeleksiaan anggota KUM3, anggota KUM3 dalam satu mesjid atau mushola terdapat lima kelompok, masing-masing kelompok terdapat lima anggota, disetiap kelompok terdapat ketua dan anggota. Ketua kelompok harus bisa mengkoordinir anggotanya untuk tetap ikut pelatihan (training) selama lima hari secara berturut-turut. Tanpa kehadiran satu saja anggota pada kelompok tertentu, maka kelompok tersebut tidak mendapatkan pinjaman program ini. Ini adalah bentuk penyeleksian anggota untuk mengetahui sifat amanah dari anggota kelompok tersebut. Selama lima hari para anggota melakukan perkenalan sesama anggota kelompok lain, diberikan edukasi mengenai ekonomi syariah dan lembaga syariah, serta cara kerjasama antara anggota dan kelompok lain. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang skala kecil, seperti penjual pentol, penjual kue, tanaman hias, penjual makanan, dan lain-lain. 69 Program ini sudah dilaksanakan pada tahap yang ke dua dalam penyaluran program pendanaan KUM3 ini di Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali Km. 5 dengan terus meningkatkan porsi pemberian pinjaman dari Rp. 1 juta sampai sebesar Rp. 1,5 juta untuk setiap anggotanya dengan iuran Rp. 50 ribu ditambah dengan Rp. 5 ribu buat tabungan anggota. Dilaksanakan pada hari Jum at sore pada jam /10/ Hasil observasi pada Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali, Km. 5 pada tanggal

13 70 sampai dengan WIB. 70 Penulis pun menanyakan tentang sumber dana ini pada pihak BMT Kube Sejahtera, melalui Bp. FA, mengatakan: Berasal dari dana-dana zakat yang dihimpun dari nasabah Bank Muamalat, masyarakat umum, keuntungan perusahaan dan para pegawai bank muamalat dan salurkan untuk program seperti KUM3 ini oleh BMM Pusat 71 Keterangan di atas dapat disimpulkan, mengenai latar belakang kerjasama BMM diwakili oleh BMI Cabang Palangka Raya untuk bermitra kerja dengan lembaga keuangan mikro seperti BMT Kube Sejahtera yang beralamat Jl. Rajawali Km. 4,5. BMT Kube Sejahtera sebagai tim pelaksana di lapangan yang mengetahui persis segmentasi masyarakat miskin yang tepat untuk menyalurkan dana bergulir ini. Program KUM3 ini adalah produk unggulan BMM dalam pemberdayaan masyarakat miskin dan kaum duafa dalam meningkatkan kesejahteraannya dan modal usaha. Untuk menjadi anggota KUM3 ini harus melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh BMT Kube Sejahtera selaku konsultan di lapangan. Adapun sumber dana untuk pelaksanaan program KUM3 ini berasal dari dana zakat yang dihimpun melalui laba perusahaan, nasabah-nasabah dan para pegawai BMI Cabang Palangka Raya. 70 Ibid. 8/10/ Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal

14 71 d. Subjek IV, SS (BMT At-Thayyibah selaku agen BMM) 17/10/2012. Setelah selesai mendapatkan keterangan dari subjek III, pencarian informasi berlanjut kepada BMT At-Thayyibah, Jl. Temanggung Tilung, No. 141 Palangka Raya. Alasan penulis untuk mencari informasi lebih jauh mengenai penerapan demokrasi ekonomi oleh BMI Cabang Palangka Raya yang direalisasikan melalui program KUM3. Pelaksanaan pembinaan atau training anggota KUM3 oleh BMT At-Thayyibah bertempat di Mesjid Ukhwatul Muslimin, Jl. Menteng 22. Anggota dan jumlah kelompok sama seperti Mushola Pasar Rajawali sebanyak lima kelompok, dengan jumlah keseluruhan anggota terdiri dari dua puluh lima anggota KUM3 pada satu mesjid atau mushola. Pembinaan dan training (pelatihan) disini oleh pihak BMT At- Thayyibah, melalui Mb. SS selaku tim pelaksana di lapangan untuk daerah Mesjid Ukhwatul Muslimin. Penulis bertemu dengan Mb. SS di BMT, untuk bertanya tentang program KUM3 ini. Penulis bertanya kepada Mb. SS mengenai tahapan-tahapan untuk menjadi anggota KUM3 At-Thayyibah, dan hal ini tidak berbeda dengan prosedur yang sudah ditetapkan pada BMT Kube Sejahtera. Menurut Mb. SS, bahwa: Diseleksi dulu orang ini, punya usaha atau tidak jadi dilakukan observasi ke lapangan untuk melihat usaha pedagang yang kecil-kecil, setelah itu ikut pelatihan selama lima hari berturut-turut untuk jadi anggota KUM3. Kalau tidak turun satu kali maka gagal atau mengulang lagi dari awal. Kalau ikut lima hari artinya serius Wawancara dengan pihak At-Thayyibah selaku agen BMM pada tanggal

15 72 Selanjutnya penulis bertanya kembali, usaha apa saja yang ikut menjadi anggota untuk KUM3 ini, Mb. SS menjawab: Kebanyakan disini pedagang pentol, ada pentol bakso dan ada juga pentol keliling, ada jamu, penjual nasi, mereka itu suami istri yang berjualan. Suaminya jualan pentol keliling, istrinya jualan mangkal. Jadi penghasilan mereka lumayan buat kebutuhan mereka sehari-hari. 73 Setelah mendengarkan pemaparan dari Mb. SS, penulis ingin mengetahui manfaat dari dana tersebut dari pandangan Mb. SS selaku yang diberi amanah oleh pihak BMM. Kata Mb. SS, bahwa: Manfaat dana ini untuk usaha biar mereka tidak manja, kalau hanya diberi jadi kebiasaan. Dana ini minjam jadi harus dikembalikan. Ini sebagai pembelajaran, jadi ada rasa tanggung jawab untuk mengembalikan 74 Selanjutnya penulis bertanya mengenai penyaluran dana KUM3 dan bentuk pendampingan oleh pihak BMT At-Thayyibah, Mb. SS memberikan gambaran: Penyaluran dana itu bertahap dari Rp. 1 juta sampai Rp. 2 juta, itu tanpa jaminan, jaminannya ketua kelompok. Pedampingan dengan mendengarkan cerita dan keluhan pedagang-pedagang, diberikan penyegaran rohani, berbagi pengalaman usaha, dan silaturahmi antar pedagang. 75 Ditarik sebuah kesimpulan dari hasil wawancara dengan subjek IV, Mb. SS. Dari pencarian dan peyeleksian anggota KUM3 sama seperti yang diterapkan oleh BMT Kube Sejahtera, yaitu melihat usaha masyarakat, mengikuti training selama lima hari berturut-turut sebagai 73 Ibid. 74 Ibid. 75 Ibid.

16 73 bentuk indikator amanah dan tanggung jawab untuk mengembalikan dana itu kembali. Kebanyakan pedagang yang diberikan adalah penjual pentol, penjual makanan dan lain-lain. Adapun dari segi manfaat dana ini untuk melatih masyarakat kecil untuk berwirausaha agar mereka tidak selalu menjadi mustaḥik sebagai penerima dana tapi untuk mendidik mereka menjadi muzzakī sebagai pemberi dana untuk yang lain. Di dalam pendampingan diberikan pengalaman usaha, peyegaran rohani dan menjalin silatuhrahmi antar sesama pedagang atau pengusaha kecil. e. Informan V dan VI, ZA dan MZ (Anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera) Sebelum penulis mengajukan pertanyaan dengan informan penelitian, terlebih dahulu menanyakan usaha yang sudah dijalankan. Usaha ZA adalah penjual soto lamongan yang berada di kawasan Pasar Rajawali sudah berjalan lebih dari enam bulan. ZA merupakan salah satu anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, sudah dua periode mendapatkan pembiayaan KUM3 oleh BMT Kube Sejahtera. ZA memerlukan modal untuk menambah modal buat usaha. Seperti perbaikan gerobak, perbaikan tenda, dan lain-lain. Melalui dana KUM3 ini, penulis bertanya mengenai pandangan ZA atas penyaluran program ini. Ini adalah hasil wawancara dengan ZA: Program ini sangat bagus sekali artinya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat mikro ke bawah, artinya BMT ini bisa

17 74 membantu orang-orang kecil jadinya tidak hanya oleh pengusahapengusaha besar untuk mengasih pendanaan 76 Selanjutnya penulis bertanya tentang untuk syarat menjadi anggota KUM3, sebagai prosedur penilaian untuk menyeleksi anggota yang amanah. ZA memberikan jawabannya, bahwa: Syarat-syaratnya sangat jelas yang pertama kalau ingin menjadi anggota KUM3 harus mengikuti pelatihan selama lima hari berturut-turut, itu harus hadir tidak boleh tidak ikut, jadi harus ikut selama lima hari. 77 Penulis bertanya pada informan selanjutnya untuk mendapatkan informasi lebih banyak dan jelas melalui MZ, selaku penjual kue di Pasar Rajawali. Yang bertempat tinggal di kawasan Pasar Rajawali, Km. 5. Penulis mengajukan pertanyaan tentang pendampingan dan pembinaan yang dilakukan oleh pihak BMT Kube Sejahtera, menurut MZ sebagai berikut: Berupa tukar pengalaman, cerita masalah usaha, pendidikan ilmu agama, diajarkan untuk berbicara mengelurkan pendapat, serta kerjasama kelompok 78 Hasil wawancara dengan informan V dan VI memberikan gambaran bahwa, penerapan demokrasi ekonomi dalam pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat melalui mitra kerja denga BMT Kube 76 Wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang makanan soto lamongan tanggal 10/10/ Ibid. 10/10/ Wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang kue tanggal

18 75 Sejahtera mendapat sambutan positif dari masyarakat Pasar Rajawali. Dana seperti KUM3 ini sangat membantu untuk menambah modal usaha mereka untuk menambah bahan-bahan produksi. f. Informan VII dan VIII, MS dan MN (Anggota KUM3 BMT At- Thayyibah) Penulis melakukan pencarian informan yang mendapatkan dana KUM3 BMT At-Thayyibah sebagai pembanding dari hasil wawancara dan observasi pada BMT Kube Sejahtera. Melalui subjek IV, Mb. SS memberikan petunjuk beberapa anggota KUM3 At-Thayyibah. Penulis menuju anggota KUM3 yang dimaksudkan, yang bertempat tinggal di Jl. Menteng 22 depan Mesjid Ukhwatul Muslimin, informan berinisial MS, sebagai pedagang pisang goreng dan minuman. Penulis bertanya mengenai penggunaan dana KUM3 sudah dimanfaatkan untuk apa saja. MS mengatakan: Dananya sangat kecil untuk membeli bahan-bahan untuk jualan, hanya 1 juta rupiah. Dana tersebut sudah digunakan untuk membeli minyak, untuk membeli gas untuk keperluan dapur, dan untuk uang saku cucu. 79 Ketika ditanya mengenai syarat untuk menjadi anggota KUM3 BMT At-Thayyibah, MS hanya menjawab. Ikut pelatihan selama lima hari secara berturut-turut. Selanjutnya penulis bertanya apakah dana ini sudah bermanfaat buat usaha. MS menjelaskan dananya yang 79 Wawancara dengan anggota KUM3 BMT At-Thayyibah, pedagang gorengan tanggal 17/10/2012.

19 76 diberikan sangat bermanfaat tetapi masih belum mencukupi untuk memenuhi keperluan buat nambah modal. 80 Penulis berlanjut mencari anggota KUM3 BMT At-Thayyibah, penulis menemukan informan MN, penjual pentol yang berjualan di depan jalan Menteng 22. Sudah berjualan selama satu tahun dan suaminya sudah lama berjualan pentol keliling. MN adalah pendatang dari daerah Pangkoh yang mencari kehidupan lebih baik di Kota Palangka Raya dengan pertama-tama berjualan sayur keliling dan sekarang beralih profesi jadi pejual pentol. Dalam sehari omset yang di dapat MN kisaran Rp. 400 ribu. Apabila gerobak 2 maka omsetnya mencapai Rp. 650 ribu per hari. MN sudah lama menjadi anggota BMT At-Thayyibah sejak berjualan sayur keliling, sekarang MN ikut program KUM3 dari BMT At-Thayyibah. Maka penulis bertanya soal dana bergulir seperti KUM3 ini menurut MN, dana ini digunakan sebagian untuk usaha dan sebagian untuk yang lain untuk kontrak rumah dan uang jajan anak. Dan penulis bertanya syarat untuk menjadi anggota KUM3. Kata MN, ikut pelatihan-pelatihan selama 5 hari. 81 Berdasarkan padangan di atas, disimpulkan proses untuk menjadi anggota KUM3 di BMT At-Thayyibah sama prosedurnya dengan BMT Kube Sejahtera. Harus mengikuti pelatihan selama lima hari berturut-turut untuk melihat anggota yang disiplin dan amanah. 80 Ibid. 17/10/ Wawancara dengan anggota KUM3 At-Thayyibah pedagang pentol tanggal

20 77 Soal pemanfaatan dana banyak digunakan modal usaha akan tetapi ada juga digunakan untuk keperluan yang lain. Penyaluran program dana KUM3 ini menurut anggota masih sangat sedikit melihat dengan keperluan yang sangat besar, yaitu bahan-bahan sudah mulai mahal di pasaran. Maka perlu mengoptimalkan lagi dana-dana seperti ini untuk memperkuat pengusaha-pengusaha kecil. 2. Kendala-Kendala dalam Penerapan Demokrasi Ekonomi pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya. Wawancara mengenai kendala-kendala dalam penerapan demokrasi ekonomi, penulis tidak mendapatkan waktu untuk wawancara lebih lama dari subjek I, Bp. FD. Karena pada saat penelitian penulis lakukan, Bp. FD sedang membuat laporan untuk persiapan Audit Perbankan Syariah dari Jakarta dan persiapan kedatangan kepala BMI untuk koordinator Kalimantan. Melihat hal tersebut, penulis tidak mendapatkan waktu setelah pertemuan pertama. Selanjutnya penulis menemui Bp. QM sebagai subjek II untuk mengtahui kendala-kendala yang hadapi dalam penerapan demokrasi ekonomi dalam hal pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat. Penulis membuat beberapa sub-sub bab biar lebih sistematis dan jelas mengtahui kendala-kendala yang dihadapi. Adapun sub-sub bab sebagai berikut:

21 78 a. Penyaluran Pendanaan Pertanyaan yang pertama penulis ajukan kepada Bp. QM masalah kendala-kendala dalam penerapan demokrasi ekonomi sebagai bentuk pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat dalam bentuk penyaluran produk komersil. Menurut Bp. QM, kendala terletak pada masyarakat yang notabene masyarakat ekonomi kecil masih dikatakan masyarakat belum bankable artinya masyarakat tidak sesuai dengan aturan main perbankan syariah karena tidak sesuai dengan prinsip analisis kredit 5 C perbankan. Berikut ini petikan hasil wawancara: Syarat-syaratnya sama dengan nasabah lain, tapi mereka (masyarakat miskin) penyimpangan disisi persyaratan itu belum termasuk nasabah bankable, bankable itu nasabah yang sudah mengerti aturan main diperbankan. Penyimpangannya disitu, misalnya jaminan, terletak pada analisis 5 C itu, neraca ngga ada, kapitalnya ngga ada, jadi itu yang dipikirkan. Jadi mungkin cari alternaitif-alternatif yang lain. 82 Hal ini juga ditambahkan oleh Bp. QM, bahwa masyarakat miskin atau pedagang-pedagang kecil sering berinteraksi dengan para rentenir sebagai cara pragmatis dalam mendapatkan dana cepat sebagai tambahan modal usaha atau bersifat komsumtif. Bp. QM membagi pengalamannya ketika berdialog dengan seorang rentenir yang ada di Kota Palangka Raya, ini lah perkataan beliau: Kita ngomong masalah rentenir, saya sudah bertemu langung dengan rentenir. Jadi para rentenir itu aja tumbuh di sini. Berupa modal itu dikasih pada pedagang-pedagang lapak di pasar itu, ya modalnya mungkin satu atau dua jutaan. Sebenarnya mereka mengambil bunga, dihitung tidak masuk akal lah. Itukan perhari, anggap saja perhari 5%, setahun 15/10/ Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal

22 79 berapa. Seharusnya BMT bisa menjembatani kepentingan seperti ini." 83 Tidak mengherankan apabila pedagang-pedagang kecil suka mengakses dana secara instan kepada para rentenir karena sulitnya mengakses dana ke Bank. Hal ini penulis temukan di lapangan secara langsung teryata sebagian masyarakat atau anggota KUM3, melakukan penambahan modal salah satunya melalui rentenir atau istilah mereka bank harian selain dana KUM3 tadi. Ketika penulis mengajukan pertanyaan kenapa lebih suka meminjam dana kepada bank harian (para rentenir), menurut informan MN, minjam ke lebih mudah mas, hari ini dilunasin besok bisa minjam lagi, bisa cepat dananya cair. Terus dilanjutkan pada pertanyaan apakah minjam ke bank harian (rentenir) tidak memberatkan. Teryata informan MN penjual pentol ini, dengan tegas mengatakan tidak memberatkan. 84 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kendala-kendala dalam penyaluran pendanaan KUM3 ini adalah masyarakat miskin masih dikatakan belum bankable dalam mengakses pendanaan komersil perbankan syariah. Dari sulitnya akses pendanaan dan kurangnya lembaga-lembaga keuangan dalam pemberdayaan usaha rakyat tidak heran masyarakat berpikir cepat untuk mendapatkan dana segar dari para rentenir. 83 Ibid. 17/10/ Wawancara dengan anggota KUM3 At-Thayyibah pedagang pentol tanggal

23 80 b. Pengembangan Usaha Masyarakat Kecil Selanjutnya masalah dalam penyaluran dana KUM3 adalah tidak semua masyarakat dapat merasakannya karena dana KUM3 ini hanya bagi masyarakat miskin yang memiliki usaha. Untuk masyarakat miskin yang tidak memiliki usaha tidak bisa mengakses pendanaan bergulir KUM3 ini, karena ditakutkan tidak bisa mengembalikan uang yang telah dipinjam. Ini lah hasil wawancara dengan subjek III, Bp. FA: Program ini lebih ditekankan pada orang miskin, artinya miskin yang memiliki usaha, kalau miskin tidak punya usaha takutnya macet, karena habis untuk konsumsi saja, jadi masih miskin dengan syarat ada usaha, karena dana ini sifatnya bergulir dan harus lancar 85 Secara teknis, pendampingan dan pembinaan usaha masyarakat kecil ketika penulis temui di lapangan, proses untuk menjadi anggota KUM3 ini, diikuti dua puluh lima anggota KUM3. Semuanya berjalan baik selama proses untuk menjadi anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Seiring waktu masalah-masalah pun terlihat kepermukaan. Dari pendampingan dan pembinaan usaha rakyat oleh pihak BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah, para anggota KUM3 mulai menunjukkan penurunan kedisiplinan dalam ketepatan waktu hadir seperti yang terjadi pada Mushola Pasar Rajawali yaitu pembinaan BMT Kube Sejahtera. Ketika waktu yang sudah ditetapkan dari jam WIB sampai dengan jam WIB 8/10/ Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal

24 81 masih banyak anggota datang terlambat 30 menit dengan berbagai alasan. Ada yang mengatakan ketiduran, banyak kesibukan dengan jualan. 86 Seperti wawancara penulis dengan informan MZ, dia mengatakan tidak ada yang nunggu jualan dan masih banyak kesibukan di dapur. 87 Penulis mengamati secara seksama selama dua periode penyaluran dana bergulir ini, bentuk pendampingan dan pembinaan hanya bersifat statis. Tidak ada perubahan pada manajemennya dalam penyampaian dan pembinaan anggota KUM3 ini, seperti di Mushola Pasar Rajawali sudah dua periode dalam penyaluran dana KUM3, bentuk pendampingan dan pembinaan anggota hanya dalam bentuk ceramah, berbagi pengalaman kerja dan lain-lain. Hal ini membosankan peserta apalagi kebanyakan yang menjadi anggota adalah ibu-ibu, ada yang sibuk mengurus anaknya ada yang sibuk dengan jualannya. Jadi perlu solusi yang tepat dalam manajemen pembinaan dan pengembangan usaha rakyat skala kecil seperti ini. c. Kredit Macet Mengenai kredit macet, penulis bertanya pada Bp. QM kenapa kredit macet ini bisa terjadi setelah dilakukan pembinaan dan pendampingan usaha rakyat. Menurut Bp. QM sebagai berikut: 86 Hasil observasi pada Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali, Km. 5 pada tanggal 12/10/ Wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang kue tanggal 10/10/2012.

25 82 Ya kalau namanya pengusaha kecil mungkin belum mengerti usaha, kendala usaha itu kan menurut pandangan mereka ya itu modal, sebenarnya nawaitu bukan disitu. Seharusnya semangatnya, seharusnya usaha itu akan tumbuh, tergantung niat dan semangatnya para pengusaha walau pun kecil. Padahal kuncinya disitu. Tarulah mereka yang kecil tidak punya niat dan semangat, saya kasih uang banyak pun akan habis juga. Ya larinya bukan usaha tapi komsumtif. Dan kredit macet. Masalahnya disitu. 88 Setelah mendapatkan penjelasan dari Bp. QM. Maka penulis melanjutkan pada subjek selanjutnya, yaitu Bp. FA. Penulis menanyakan tentang kredit macet yang terjadi pada penyaluran dana KUM3, beliau berpendapat bahwa: Yang jelas merupakan kendala untuk kelompok, itu kan memberatkan kelompoknya. Bagaimanapun juga kelompoknya sudah melakukan peryataan tanggung renteng. Jadi apabila satu anggota mengalami kredit macet, maka anggota yang lain dalam kelompok itu menanggung pembayaraan anggotanya yang satu itu, otomatis memberatkan 89 Hal ini ditambahkan oleh Bp. FA bahwa anggota kredit macet merupakan virus-virus bagi yang lain untuk mengikuti jejak anggota yang macet. Karena program ini berasal dari dana zakat jadi sifatnya hibah jadi sulit untuk dimintai pembayaran. Hal ini senada oleh subjek IV. Mb. SS menyatakan kredit macet, sebagai berikut: Iya ada terjadi kredit macet. Seharusnya ketua kelompok yang bertanggung jawab. Karena perjanjiannya tanggung renteng. Jadi ketua bertanggung jawab dengan kelompoknya. Masalahnya ini merupakan 88 Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/ Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012.

26 83 dana zakat atau dana hibah. Jadi sulit untuk ditagih beda seperti pinjam disini. Jadi tergantung hatinya untuk mau membayar. 90 Adapun alasan kenapa bisa kredit macet karena sebagian anggota KUM3 ini, menggunakan dana KUM3 tersebut bukan sepenuhnya untuk modal usaha akan tetapi lebih bersifat konsumtif. Karena mereka beranggapan uang yang dikasih masih sangat kecil untuk modal usaha dan lebih baik digunakan untuk keperluan bahan dapur atau alat-alat yang lain. Berdasarkan peryataan Bp. QM ada benarnya, ketika pendapatan meningkat maka kebutuhan pun ikut meningkat. Dan masyarakat seperti ini sudah biasa menikmati BLT- BLT (Bantuan Langsung Tunai) sehingga pendanaan KUM3 ini juga dianggap sebagai BLT yang tidak perlu dikembalikan lagi. 3. Solusi-Solusi dalam dalam Penerapan Demokrasi Ekonomi pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya Setiap kendala pasti ada jalan keluarnya dan bisa diatasi dengan terus mencari solusi-solusi yang terbaik dengan terus mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan. Mencari sebuah solusi adalah jalan terbaik agar kegiatan atau program yang telah berlangsung tetap bisa berjalan sebagaimana mestinya. Untuk menjawab permasalahan yang ada di atas penulis melakukan wawancara dengan beberapa subjek untuk mengetahui pandangan mereka dalam memberikan solusi atas masalah tersebut. Untuk itu penulis membuat solusi-solusi sesuai sub bab biar lebih sistematis dan 17/10/ Wawancara dengan pihak BMT At-Thayyibah selaku agen BMM pada tanggal

27 84 mempermudah untuk melihat pandangan para subjek memberikan jawaban. Ini lah urutan sub bab untuk bagian solusi: a. Penyaluran Pendanaan Ketika subjek II, Bp. QM bercerita terkait topik rentenir yang masih sering dilakukan oleh para pengusaha skala mikro dan kecil, penulis bertanya mengenai solusi terbaik dari pihak BMI Cabang Palangka Raya. Menurut Bp. QM: Solusi dari BMI yang pertama, ya salah satunya KUM3 tadi, untuk membangkitkan masyarakat yang notabane masih kecil. Solusi kedua, semestinya di sini banyak BMT yang dibentuk. Sehingga kita tidak terjun mengurus sangat kecil itu sekali. Karena bisnis semua itukan harus tumbuh, kalau menggarap yang kecil, taruhlah ibaratnya, kita menggali sumur masa dengan bulldozer, itu tidak mungkinkan. Tidak efektif dan efisien, maka seharusnya dengan penggali kalau cuma untuk 2 meter, kalau dengan bulldozer tidak akan efektif dan efisien. Maka harusnya lembaga keuangan sektor mikro, contoh konkritnya begitu. Harus menumbuhkan dari yang kecil, sebenarnya menyentuh masyarakat langsung yang kecil itu BMT-BMT yang berperan aktif. 91 Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendanaan KUM3 ini merupakan solusi terbaik dari pihak BMI Cabang Palangka dalam memberikan modal usaha dan juga sebagai bentuk kepedulian BMI Cabang Palangka Raya terhadap masyarakat ekonomi kecil untuk mengembangkan usaha mereka. Sehingga perlu lebih banyak lagi di bentuk lembaga keuangan sektor mikro seperti BMT untuk mengamankan para pengusaha mikro dan kecil dari jeratan para 15/10/ Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal

28 85 rentenir. Karena BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah lah memiliki peran yang efektif dan efesien untuk mengedukasi dan memberdayakan masyarakat ekonomi lemah dan kaum duafa. Dengan mengarahkan kepada usaha-usaha tepat guna demi meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan daya beli masyarakat miskin terhadap bahan produksi dan kebutuhan hidup. b. Pengembangan Usaha Masyarakat Kecil Penulis melanjutkan bertanya, bagaimana seharusnya sikap para wirausaha skala kecil dalam mengembangkan usaha agar lebih maju dan mandiri. Bp. QM, memberikan pandangan untuk hal ini: Seharusnya semangat wirausaha itu muncul, maka kalau kita mau berpikir untuk memperbesarkan usaha tergantung kita. Kalau usaha itu baik maka jadi besar juga usahanya. Penting semangat kerjanya, semangat perjuangannya. Padahal margin besar disini, dibandingkan di Jawa, jadi semangat kerja aja yang kurang. 92 Berlanjut pada subjek III, Bp. FA selaku Agen BMM untuk daerah kerjasama Kota Palangka Raya, untuk meminta solusi yang terbaik dari sudut pandang Bp. FA terkait pengembangan usaha anggota KUM3 ini, tidak mengenai seluruh klasifikasi masyarakat miskin. Hanya kategori masyarakat miskin memiliki usaha saja yang berhak mendapatkan pinjaman lunak ini untuk menambah modal usaha. Menurut Bp. FA seharusnya pemerintah daerah melalui Bazda (Badan Amil Zakat Daerah) mengikuti pola KUM3 ini, jadi tidak hanya pihak seperti BMM saja yang peduli dengan masyarakat miskin, 92 Ibid.

29 86 apalagi masyarakat yang tidak bisa disentuh oleh pihak seperti perbankan dan dana KUM3 ini. Ini lah petikan wawancara dengan Bp. FA: Diharapkan kepada pemerintah daerah melalui Bazda itu untuk mengadopsi pola-pola seperti program KUM3 ini, tidak hanya mengharap dari BMM saja, maka dengan mengoptimalkan, akan lebih banyak yang terbantu masjidmasjid. Sehingga jamaah masjid pada sejahtera 93 Pembahasan pada bagian ini untuk mencari sebuah solusi dari permasalahan yang ada pada pembinaan dan pendampingan usaha rakyat kecil oleh BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Permasalahan dalam pembinaan dan pendampingan terlihat tidak ada perubahan manajamen sosialisasi menyebabkan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah merasa bosan, maka penulis meminta solusi kepada subjek IV, Mb. SS untuk memberikan pendapatnya dalam menjawab permasalahan ini. Kata Mb. SS, bahwa: Seharusnya pola pembinaan dan pedampingan usaha rakyat ini tidak hanya peyegaran rohani dan berbagi pengalaman usaha. Tapi maunya pada peningkatan keterampilan, keterampilan membuat resepresep kue, keterampilan menjahit, keterampilan membuat bunga hias. Pasti ibu-ibu suka ikut pembinaan dan pendampingan seperti ini, jadi anggota senang perut kenyang. 94 Mendengar jawaban di atas penulis melanjutkan bertanya, kenapa pola itu tidak diterapkan. Menurut Mb. SS ini sudah merupakan aturan dari BMM Pusat. Penulis selanjutnya menanyakan 93 Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/ Wawancara dengan pihak BMT At-Thayyibah selaku agen BMM pada tanggal 17/10/2012.

30 87 kapan ini akan dilaksanakan. Mb. SS menjawab, ada dana besar tahun 2013 untuk pembinaan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat miskin. 95 Berdasarkan pemaparan di atas, solusi untuk mengembangkan usaha masyarakat miskin, modal utamanya adalah kemauan yang kuat untuk merubah keadaan hidup menjadi lebih baik dengan semangat wirausaha, karena peluang untuk berwirausaha di Kota Palangka Raya sangat besar didasari dengan semangat kerja yang tinggi. Maka untuk mendukung semangat wirausaha masyarakat kecil perlu dukungan modal usaha dari lembaga pemerintah, swasta dan perorangan. Dengan pemberian modal dengan pola KUM3 ini, perlu terus dikembangkan dan optimalkan oleh lembaga pemerintah melalui Bazda, BMI melalui BMM, lembaga keuangan mikro seperti BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah demi mengembangkan usaha masyarakat kecil pada semua klasifikasi. Hal terpenting juga berupa pendampingan dan pembinaan masyarakat kecil, tidak hanya bentuk pertemuan setiap minggu, akan tetapi lebih mengasah pada potensi dan kreasi masyarakat ekonomi lemah dengan cara pelatihan-pelatihan keterampilan membuat resep kue, menjahit dan lain-lain. 95 Ibid.

31 88 c. Kredit Macet Kredit macet tidak hanya terjadi di lembaga keuangan seperti perbankan, akan tetapi lebih kompleks terjadi pada lembaga keuangan mikro seperti BMT. Tidak sedikit terjadi kredit macet dalam penyaluran pinjaman bagi masyarakat mikro karena sifat tidak amanah yang dimiliki anggota. Seharusnya digunakan untuk meningkatkan modal usaha tapi kenyataannya ada yang digunakan untuk kebutuhan konsumtif anggota. Untuk menggindari masalah kredit macet Bp. QM memberikan indikator karakter anggota yang dipilih untuk diberikan pendanaan. Ini lah keterangan Bp. QM: Paling penting untuk usaha kecil, faktor utama adalah faktor amanah, amanah tidak memajukan usahanya, semangat, disiplin dan kejujuranya. 96 Penulis berlanjut bertanya pada subjek III, Bp. FA memberikan solusi lebih terperinci terkait kredit macet. Agar resiko kredit dapat diperkecil, Bp. FA memberikan beberapa solusi yang terbaik melalui pengalaman kerjanya yang telah lama bemitra dengan masyarakat mikro. Menurut Bp. FA dalam penyaluran dana KUM3 ini terletak pada kelompok. Kelompok sebagai kunci dari minimnya resiko kredit macet, ini lah haasil wawancaranya: Kuncinya di kelompok, saat melakukan training wajib bagi kelompok memilih anggotanya yang benar-benar dapat di percaya, yang tidak di percaya ditinggal saja. Maka apabila macet satu anggota 15/10/ Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal

32 89 kelompok tersebut maka kelompok tanggung renteng wajib melunasi anggota yang macet. Maka perlu benar-benar mencari orang yang amanah. 97 Hal lain ditambahkan oleh Bp. FA, bahwa namanya saja program KUM3, yaitu Program Usaha Mikro Muamalat Berbasis Mesjid. Jadi perlu memilih anggota yang aktif ke mesjid atau mushola, maka hal ini perlu penilaian dari pihak takmir mesjid tersebut. Karena takmir mesjid memiliki penilaian terhadap setiap jamaahnya yang dapat di percaya. 98 C. Analisis Data dan Pembahasan Pada sub bahasan ini, berisikan tentang pembahasan dan analisis hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan mengenai Penerapan Demokrasi Ekonomi Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya yang menjadi objek penelitian serta menjadi subjek adalah para pemegang kebijakan dan untuk memperkuat informasi, penulis mengambil empat informan dari anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Penyaluran pendanaan KUM3 ini, disalurkan pada empat tempat didaerah Kota Palangka Raya, yaitu di Mushola Pasar Rajawali Jl. Rajawali Km. 5, di Perumahan BMT Kube Sejahtera di Jl. Mahir Mahar, di Mesjid Ukhwatul Muslimin Jl. Temanggung Tilung, dan Daerah Kalampangan. 8/10/ Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 98 Ibid.

33 90 1. Penerapan Demokrasi Ekonomi Perspektif Bankir Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan penulis kepada semua subjek dan informan mengenai penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya yang tertuang pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Pendapat semua subjek dan informan mewakili untuk menggambarkan pola penerapan demokrasi ekonomi yang sudah diterapkan oleh BMI Cabang Palangka Raya. Untuk menggambarkan penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya, penulis membuat beberapa tahapan-tahapan dari penerapan demokrasi ekonomi bagi pemberdayaan ekonomi umat berdasarkan hasil keterangan subjek dan informan. Adapun tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Penyaluran Pendanaan Menurut Bp. FD, bahwa: Demokrasi ekonomi dipahami disini sebagai asas, asas disini sebagai aturan main operasional BMI, setelah prinsip-prinsip syariah yang sudah kami terapkan. Perhatian kami terhadap masyarakat ekonomi lemah, itukan pekerjaan mulia, memperjuangkan ekonomi umat, membantu mereka jadi lebih mandiri dan berwawasan keislaman 99 Penulis menyimpulkan dari semua sudut pandang subjek I, mengenai kebijakan produk berupa program pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat sebagai bentuk penerapan demokrasi 99 Lihat wawancara dengan head marketing Bank BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 4/10/2012, halaman 64.

34 91 ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya. Hal ini merupakan kepedulian BMI Cabang Palangka Raya tidak hanya sebagai lembaga bisnis tetapi juga sebagai lembaga keuangan yang dapat memberikan kesejahteraan umat banyak, karena BMI Cabang Palangka Raya memiliki tujuan raḥmatan lil ālamīn, pemberi rahmat bagi segenap umat. Karena itu sudah semestinya untuk tolong-menolong dalam hal kebajikan di muka bumi. Hal senada juga dilontarkan oleh Riawan Amin dalam bukunya The Celestial Management menyebutkan bahwa dalam konteks Muamalat, misi untuk terus menjadi pijar bagi bangkitnya Islam terus dijaga. Yakni dalam menyandang misi pemberdayaan ekonomi umat, diharapkan Muamalat bisa menjadi medan pertempuran (a place of warfare) dalam memajukan dan kebangkitan cahaya Islam melalui pengutan ekonomi umat. 100 Hal ini ditambahkan oleh Bp. FD, bahwa: Sebenarnya ini merupakan program yang sudah ada dan berkenlajutan dilakukan oleh kami, merupakan program CSR BMI. Masyarakat kecil dan pengusaha-pengusaha mikro dan kecil yang ada disekitar masjid, mau gak mau harus dibina dengan permodalan program KUM3 misalnya kerjasama dengan pihak BMT-BMT sebagai pelaksana di lapangan , h Riawan Amin, The Celestial Management, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 101 Lihat wawancara dengan head marketing Bank BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 4/10/2012, halaman 65 (footnote 900). Lihat Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 66 dan 67 (footnote 92 dan 93). Lihat wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012, halaman 68 (footnote 96 dan 97). Dan lihat wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang makanan soto lamongan tanggal 10/10/2012, halaman 75 (footnote 107).

35 92 Pada pelaksanaannya BMI Cabang Palangka Raya bekerjasama dengan BMM (baitul māl mu amalat) dalam menjalankan kebijakan produk, BMM merupakan suatu divisi khusus yang didirikan oleh BMI dalam menangani delapan asnab 102 dengan tugas membuat program peningkatan dan mendayagunakan usaha-usaha rakyat kecil dan golongan ekonomi lemah untuk lebih mandiri dan tangguh. Produk unggulan BMM dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin yaitu program KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Mesjid). Dalam memudahkan program ini untuk terlaksana, BMM melalui BMI Cabang Palangka Raya bermitra kerja dengan pihak lembaga-lembaga keuangan syariah yang bergerak pada sektor mikro yang langsung berhadapan dengan usaha masyarakat kecil, maka BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah ditunjuk atau diberikan amanah sebagai tim pelaksana di lapangan. Hal ini juga ditambahkan oleh Yulizar dan Hilman dalam majalah Sharing dalam optimalisasi mengetaskan kemiskinan perlu dukungan lembaga-lembaga keuangan seperti perbankan syariah pada sektor makro dan LKMS-LKMS (lembaga keuangan mikro syariah) dalam skala kecil yang akrab dengan masyarakat. Pola hubungan bisnis antara perbankan syariah dengan LKMS, dimana pihak perbankan syariah dapat menyalurkan dananya, sementara pihak LKMS memperluas jangkauan layanannya bagi usaha mikro, termasuk 102 Delapan asnab ialah orang fakir, miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu`alaff, memerdekan budak, orang yang berhutang, fisabilillah, dan musafir. Ini adalah orang-orang yang berhak atas dana-dana sosial seperti zakat. (At-Taubah: 60).

36 93 bagi masyarakat miskin. Selain itu juga pihak LKMS ini juga terkait dalam bentuk teknis, seperti training dan pendampingan para nasabah atau pengusaha UKM. 103 Adapun pola penyaluran program ini oleh BMI Cabang Palangka Raya dalam bentuk kebijakan produk dengan merealisasikan program KUM3 untuk mendayagunakan usaha masyarakat miskin terutama melalui bantuan modal, sebagai salah satu aspek penggerak roda ekonomi masyarakat kecil. Untuk mempermudah memahami pola penyaluran program ini dapat dilihat melalui skema sebagai berikut. 103 Yulizar D. Sanrego dan Hilman Fauzi N., Peran Intermediasi, h. 26.

37 94 Skema: Program KUM3. Dana-dana sosial: zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah (ZISWAH) BMM (Baitulmaal Muamalat) 1). Pemberdayaan Masyarakat Miskin, dan Duafa (Pembentukan Kapasitas) BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Palangka raya 2). Kebijakan Produk KUM3 Dalam Bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Dan Kaum Duafa (Pemberian Dana Bergulir Untuk Modal) BMT 1 BMT 2 BMT 3 Pola Lingkage Masyarakat Miskin dan Kaum Duafa (memilki usaha) siap untuk berinteraksi dengan lembaga keuangan formal (Perbankan Syariah) Sumber: Majalah Sharing

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Jl. Pangeran Di Ponegoro, Kec. Pahandut Kota Palangka Raya dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Jl. Pangeran Di Ponegoro, Kec. Pahandut Kota Palangka Raya dengan 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan penulis untuk melakukan penelitian mengenai penerapan demokrasi ekonomi pada Bank Muamalat Cabang Palangka Raya terhitung sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Sejarah berdirinya Bank Muamalat Indonesia

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Sejarah berdirinya Bank Muamalat Indonesia 42 BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah berdirinya Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merupakan bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan sistem syariah

Lebih terperinci

1 STAIN Palangka Raya PENERAPAN DEMOKRASI EKONOMI PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PALANGKA RAYA ABSTRAK. Arif Rahman 1

1 STAIN Palangka Raya PENERAPAN DEMOKRASI EKONOMI PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PALANGKA RAYA ABSTRAK. Arif Rahman 1 1 STAIN Palangka Raya PENERAPAN DEMOKRASI EKONOMI PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PALANGKA RAYA ABSTRAK Arif Rahman 1 Penelitian ini berfokus pada penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar kepercayaan. Bank dalam pendanaan operasionalnya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dasar kepercayaan. Bank dalam pendanaan operasionalnya sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan mitra usaha yang mempunyai peran penting dalam dunia usaha baik itu dalam dunia industri, dagang, jasa, dan lembaga keuangan lainnya. Bank merupakan lembaga

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN A. Gambaran Umum KJKS BMT Mandiri Sekjahtera Karangcangkring Jawa Timur 1. Latar Belakang Berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama yang universal tidak hanya berisi mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT yang berupa ibadah, tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ berarti terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perbankan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam kegiatan usahanya. Sedangkan bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor yang berperan vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah.

Lebih terperinci

Sejarah berdiri pada tahun 1946, Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan bank

Sejarah berdiri pada tahun 1946, Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan bank 1. Profil BNI Syariah Cabang Banjarmasin a. Berdirinya Sejarah berdiri pada tahun 1946, Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang kesejahteraan tidak akan lepas dengan lembaga keuangan. Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat

Lebih terperinci

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga 2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga dan bagi hasil sangatlah berbeda. 3) Untuk mengetahui tingkat kejujuran para anggota mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran 32 BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN A. Profil BMT Fajar Mulia Ungaran 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran Gagasan untuk mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu lembaga keuangan pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pembiayaan Musyarakah Pada KJKS Nusa Indah Cepiring

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pembiayaan Musyarakah Pada KJKS Nusa Indah Cepiring BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pembiayaan Musyarakah Pada KJKS Nusa Indah Cepiring Kendal Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal. sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal. sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan perbankan 1 di negeri yang bersangkutan sebab industri Perbankan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin maju dan berkembang, maka peradaban manusia pun akan selalu mengalami pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus dilakukan oleh para produsen dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan agar lebih berkembang

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan

BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA A. Latar Belakang Berdirinya BNI Syariah 1. Sejarah berdirinya BNI Syariah BNI (Bank Negara Indonesia) berdiri sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya lembaga keuangan makro maupun mikro yang tersebar ke berbagai pelosok tanah air, rupanya belum mencapai kondisi yang ideal jika diamati secara teliti.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA. A. Gambaran Umum BMT Amanah Ummah

BAB IV DESKRIPSI DATA. A. Gambaran Umum BMT Amanah Ummah 24 BAB IV DESKRIPSI DATA A. Gambaran Umum BMT Amanah Ummah 1. Sejarah BMT BMT Amanah Ummah pertama kali digagas oleh Drs. Waston, M.Hum selaku Dekan Fakultas Agama Islam UMS didukung oleh dosen-dosen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perbankan syariah pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syariah dan para ahlinya maupun para pakar

Lebih terperinci

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH Paper di bawah ini sama sekali tidak menghubungkan isi materi kuliah Hukum Ekonomi yang telah diberikan dosen ke dalam pembahasan hukum perbankan syariah. Yang dibahas dalam paper ini adalah sistem pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Disamping bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal dan bait at-tamwil. Bait al-maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orangorang atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia tidak akan terlepas dari peranan Kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat melaksanakan pengendalian moneter berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III SYARI AH CABANG SEMARANG. A. Profil Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. 1. Sejarah Singkat BNI Syari ah Cabang Semarang

BAB III SYARI AH CABANG SEMARANG. A. Profil Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. 1. Sejarah Singkat BNI Syari ah Cabang Semarang 1 BAB III PENENTUAN UJROH PADA PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARI AH CABANG SEMARANG A. Profil Bank BNI Syari ah Cabang Semarang 1. Sejarah Singkat BNI Syari ah Cabang Semarang BNI Syari ah cabang semarang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991 yang kemudian diikuti dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu Lembaga Keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah sebuah lembaga bagi masyarakat

Lebih terperinci

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH Guru Pembimbing Kelas : Nur Shollah, SH.I : SMK XI Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Perintah Allah tentang praktik akuntansi

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan sudah memiliki tempat yang memberikan cukup pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN PEMBIAYAANNYA DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHID (DPU-DT) CABANG SEMARANG A. ANALISIS PRAKTEK

Lebih terperinci

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Konsep & Sistem Perbankan Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukannya. Oleh karena itu, peranan kredit dalan operasi

Lebih terperinci

Bab Delapan Kesimpulan

Bab Delapan Kesimpulan Bab Delapan Kesimpulan Hasil temuan lapangan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, LKMS di Jawa Tengah mengalami perkembangan yang positif pada tahun 2009-2014, hal ini dikarenakan jumlah lembaga

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Dalam memasuki era globalisasi ekonomi, terutama sejak memasuki

Bab I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Dalam memasuki era globalisasi ekonomi, terutama sejak memasuki Bab I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dalam memasuki era globalisasi ekonomi, terutama sejak memasuki dekade 1980-an, sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia, khususnya industri keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. A. Gambaran Umum BTM Antasari Banjarmasin. 1. Latar Belakang Berdirinya BTM Antasari Banjarmasin

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. A. Gambaran Umum BTM Antasari Banjarmasin. 1. Latar Belakang Berdirinya BTM Antasari Banjarmasin 43 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA 1. Penyajian Data A. Gambaran Umum BTM Antasari Banjarmasin 1. Latar Belakang Berdirinya BTM Antasari Banjarmasin Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) adalah lembaga

Lebih terperinci

DOKUMENTASI WAWANCARA

DOKUMENTASI WAWANCARA LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA BROSUR KPR ib Tampak bagian depan dan belakang brosur Tampak bagian dalam brosur Yang ada di Cabang STRUKTUR ORGANISASI Tabel Angsuran Pembiayaan Rumah (KPR ib Muamalat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya bank yang menerapkan dual banking system dimana bank-bank. perbankan syariah ini melengkapi keberadaan sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya bank yang menerapkan dual banking system dimana bank-bank. perbankan syariah ini melengkapi keberadaan sistem perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia perbankan di Indonesia saat ini, perbankan syariah sudah tidak lagi dianggap sebagai tamu asing. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya bank yang menerapkan

Lebih terperinci

shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua

shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH PADA USAHA MIKRO DAN KECIL PADA KJKS MANFAAT A. Analisis Pembiayaan Mud}a>rabah Pada KJKS Manfaat. Lembaga keuangan syari ah merupakan lembaga Islam yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PEMASARAN PRODUK TABUNGAN ib MUAMALAT PRIMA DI BANK MUAMALAT INDONESIA KCP MOJOKERTO

BAB IV. ANALISIS PEMASARAN PRODUK TABUNGAN ib MUAMALAT PRIMA DI BANK MUAMALAT INDONESIA KCP MOJOKERTO BAB IV ANALISIS PEMASARAN PRODUK TABUNGAN ib MUAMALAT PRIMA DI BANK MUAMALAT INDONESIA KCP MOJOKERTO A. Analisis Pemasaran Produk Tabungan ib Muamalat Prima di Bank Muamalat Indonesia KCP Mojokerto Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Perkembangan Bank Syari ah berdasarkan UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Saat ini perbankan syariah telah memasuki

Lebih terperinci

BAB IV. Berbasis Masjid (KUM3) oleh Baitulmaal Mualmalat (BMM) Jakarta di. Dalam pendistribusian dana sosial produktif di Surabaya dilakukan

BAB IV. Berbasis Masjid (KUM3) oleh Baitulmaal Mualmalat (BMM) Jakarta di. Dalam pendistribusian dana sosial produktif di Surabaya dilakukan BAB IV ANALISIS MANFAAT PROGRAM KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID (KUM3) BAITULMAAL MUAMALAT (BMM) JAKARTA TERHADAP PENINGKATAN USAHA ANGGOTA DI SURABAYA A. Pendistribusian Dana Sosial Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini BMT memiliki peluang cukup besar dalam perannya mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini disebabkan karena BMT ditegakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan perbankan. Pertumbuhan ekonomi tergantung dari baik atau buruknya keadaan keuangan Negara dan peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga keuangan mikro yang berdasarkan prinsip bagi hasil dengan ketentuan yang ada pada Alquran dan Hadist.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup serta menggerakkan roda perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukannya. Oleh karena itu, peranan kredit dalam operasi

Lebih terperinci

BAITUL MAAL BAHTERA. Lembaga Amil Zakat Infaq & Shadaqah. SK.Walikota Pekalongan. Nomor : 451.1/02711 Tgl. 29 Desember 2004

BAITUL MAAL BAHTERA. Lembaga Amil Zakat Infaq & Shadaqah. SK.Walikota Pekalongan. Nomor : 451.1/02711 Tgl. 29 Desember 2004 BAITUL MAAL BAHTERA Lembaga Amil Zakat Infaq & Shadaqah SK.Walikota Pekalongan Nomor : 451.1/02711 Tgl. 29 Desember 2004 Mitra Pengelola Zakat (MPZ) Dompet Dhuafa SK Direktur Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa khawatir pada setiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis kemiskinan dengan memiliki komposisi masyarakat pra-sejahtera pada

BAB I PENDAHULUAN. garis kemiskinan dengan memiliki komposisi masyarakat pra-sejahtera pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH A.1 KEBERADAAN MASYARAKAT Kondisi komunitas di Kabupaten Demak yang masih berada di bawah garis kemiskinan dengan memiliki komposisi masyarakat pra-sejahtera

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Praktik Pembiyaan Mudharabah dengan Strategi Tempo di KSPPS TAMZIS Bina Utama Cabang Pasar Induk Wonosobo Sebagai lembaga keuangan, kegiatan KSPPS TAMZIS Bina

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BMT Syariah Tambang merupakan salah satu lembaga keuangan yang bersifat syariah, yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Lembaga Keuangan sangat penting di kalangan masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Peran Lembaga Keuangan sangat penting di kalangan masyarakat. Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peran Lembaga Keuangan sangat penting di kalangan masyarakat. Lembaga Keuangan telah berkembang pesat, sebagai contoh adalah Bank Syari ah. Berkembangnya Bank Syari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan bagian dari pelaksanaan ekonomi Islam. Bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK PINJAMAN PEMBANGUNAN MASJID DI LAZIS TAMAN ZAKAT BEKASI. 1. Sejarah Perkembangan LAZIS Taman Zakat Bekasi

BAB III PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK PINJAMAN PEMBANGUNAN MASJID DI LAZIS TAMAN ZAKAT BEKASI. 1. Sejarah Perkembangan LAZIS Taman Zakat Bekasi BAB III PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK PINJAMAN PEMBANGUNAN MASJID DI LAZIS TAMAN ZAKAT BEKASI A. Profil LAZIS Taman Zakat Bekasi 1. Sejarah Perkembangan LAZIS Taman Zakat Bekasi LAZIS Taman Zakat Bekasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. pembiayaan. Hal ini disampaikan langsung pada sesi wawancara 28 dengan. Manajer Utama BMT Amanah Ummah, Faisal Abdul Haris, S.E.

BAB V ANALISIS DATA. pembiayaan. Hal ini disampaikan langsung pada sesi wawancara 28 dengan. Manajer Utama BMT Amanah Ummah, Faisal Abdul Haris, S.E. 38 BAB V ANALISIS DATA A. Periodisasi Penerapan Sitem Muḍārabah di BMT Amanah Ummah Sukoharjo Pada tataran praktiknya, terdapat dua periode penerapan model muḍārabah di BMT Amanah Ummah, khususnya pada

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. BMT Gapura Makmur Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT GAPURA MAKMUR berdiri di desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten pada tanggal 6 Juli 21. Bergerak dalam bidang jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga intermediasi antara surplus unit dan deficit unit. Fungsi bank pada umumnya adalah sebagai penerima kredit dan pemberi kredit. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lain sebagai salah satu instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir ini,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di Pekalongan ) Pegadaian syari ah Pekalongan adalah suatu badan usaha milik pemerintah yang usaha intinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maupun lembaga yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI. maupun lembaga yang melancarkan arus uang dari masyarakat. 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat, Bank merupakan Perusahaan jasa yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah kemitraan/kerja sama dengan prinsip bagi hasil, hal ini merupakan sesuatu yang menarik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan syariah merupakan subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam secara keseluruhan. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN 47 BAB IV PROFIL PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Perkembangan bank-bank syariah di negara-negara Islam pada abad 19 memberi pengaruh terhadap Indonesia. Pada awal 1980-an, diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus ekonomi, baik sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Sejarah

I. PENDAHULUAN A. Sejarah I. PENDAHULUAN A. Sejarah Daerah pinggiran kota (sub urban) merupakan wilayah penyangga daerah kota, dengan kondisi penduduknya yang heterogen, baik dilihat dari kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya,

Lebih terperinci

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia PENDAHULUAN BMT berkembang dari kegiatan Baitul maal : bertugas menghimpun, mengelola dan menyalurkan Zakat, Infak dan Shodaqoh (ZIS) Baitul

Lebih terperinci