BAB II LANDASAN TEORI. Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan"

Transkripsi

1 9 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Belajar Pengertian Belajar Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan lingkungannya. Hal ini dapat kita lihat secara formal bahwa siswa belajar di sekolah, siswa akan berinteraksi dengan guru, dengan teman-temannya, dengan buku-buku perpustakaan dan peralatan di dalam laboratorium. Di rumah ia berinteraksi dengan catatan-catatan kuliah, melaksanakan tugas yang diberikan guru, dan dengan alam lingkungannya. Sebagai mana telah dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Nasution (1992 : 39) bahwa : Learning is the process by which an activity originates or shange through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguish from changes by factors not artributable to training. Pendapat di atas memiliki arti bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahanperubahan oleh faktor yang tidak termasuk latihan. Untuk memperoleh dan menambah wawasan tentang belajar, berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian belajar dari berbagai ahli pendidikan. Natawijaya (1997: 1) menjelaskan bahwa : Belajar menurut arti yang luas yaitu suatu bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir.

2 10 Menurut pengertian di atas, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Menurut pendapat yang lebih modern belajar dianggap sebagai a change behavior atau perubahan tingkah laku seperti dikemukakan Sartain (M. surya 1995: 22) bahwa belajar... A change ini behavior as a result of experience atau belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan-perubahan meliputi respon terhadap stimulus (rangsanganrangsangan), memperoleh keterampilan, mengetahui fakta-fakta dalam mengembangkan sikap terhadap sesuatu. Selanjutnya M. Surya (1995: 23) mengemukakan pendapatnya tentang belajar ini sebagai berikut : Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang disengaja dan disadari oleh individu agar tercapai perubahan tingkah laku. Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingakah laku sebagai akibat dari pengalaman. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut berdasarkan Taxosomi Bloom adalah sebagai berikut : 1. Domain kognitif, yang meliputi kemampuan intelektual,

3 11 2. Domain Afektif, yang meliputi perubahan sikap, perasaan, apresiasi, dan cara penyesuaian diri, 3. Domain Psikomotor, yang meliputi kemampuan motorik atau keterampilan. Adapun hal-hal pokok yang ada dalam pengertian belajar menurut Sumadi Surya Subrata (1994: 253) adalah sebagai berikut : a. bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavior changes, aktual maupun potensial), b. bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan c. bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan disengaja). Selanjutnya menurut Winarno Surakhmad (M. Surya, 1995: 23) belajar merupakan proses : a. pengumpulan pengetahuan b. penamaan konsep dan kecakapan, serta c. pembentukan sikap dan perbuatan. Perubahan tingkah laku yang diharapkan adalah perubahan yang positif, sebab sebab perubahan tersebut berbentuk prestasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Engkoswara : Perubahan yang baik sudah barang tentu berbentuk prestasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu atau prestasi yang bertujuan. Prestasi itu dapat berupa penguasaan, penggunaan dan penilaian tentang sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan dasar dalam berbagai bidang. Namun demikian prestasi yang maksimal hendaknya dicapai dalam suasana.

4 Faktor faktor yang mempengaruhi Belajar Selanjutnya M. Surya (1995: 87) mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar (faktor internal), yaitu: 1. Faktor-faktor yang terletak dalam diri siswa (faktor internal), yaitu : a. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh murid. Kemampuan dasar (intelegensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar. Jika kemampuan ini rendah maka hasil yang dicapainya juga rendah. b. Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu. Bakat ini sebagaimana intelegensi merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu, siswa yang kurang atau tidak berbakat dalam suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan belajar. c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. Tanpa motivasi yang besar anak akan banyak mengalami kesulitan belajar, karena motivasi ini merupakan factor pendorong. d. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi siswa-siswi tertentu. Misalnya pertentangan yang dialami dalam dirinya situasi kekecewaan (frustrasi), dalam kesedihan, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan belajar. e. Faktor-faktor bawaan (herediter), seperti buta warna, kidal dan sebagainya. 2. Faktor-faktor yang terletak diluar diri siswa itu sendiri (faktor eksternal), yaitu:

5 13 a. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak, seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang dipelajari, perlengkapan belajar yang kurang tepat, situasi social di sekolah dan sebagainya. b. Situasi dalam keluarga yang kurang mendukung untuk situasi belajar, seperti kekacauan rumah tangga (broken home), kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan belajar, kurangnya kemampuan orang tua dalam hal pembiayaan. c. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan anak, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan (film, bacaan-bacaan), dan sebagainya. Secara fundamental Dollar dan Miller (Abin Syamsudin, 1995: 78) menegaskan bahwa keefektifan prilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu : a. Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the learning must want something). b. Adanya perhatian dan tahu sasaran (cue), siswa harus memperhatikan sesuatu (the learner must notice something), c. Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the learner must do something), dan d. Adanya evaluasi dan pengamatan hasil (reinforcement), siswa harus memperoleh sesuatu (the learner must get something).

6 14 Selanjutnya Soemadi Suryabrata (Sukardi, 1993: 30) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan dua golongan (dengan catatan overlapping tetap ada), yaitu: a. Faktor-faktor non sosial, dan b. Faktor-faktor sosial. 2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, inipun dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu : a. Faktor-faktor fisiologis, dan b. Faktor-faktor psikologis. Dengan melihat beberapa pendapat di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa pada setiap individu keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dengan segala aspeknya Prestasi Belajar Pengertian hasil belajar sebenarnya sangat luas karena tercakup di dalamnya perubahan dalam dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Syaudin (1993: 124), hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Pengertian prestasi belajar tidak terlepas dari pengertian hasil belajar mengajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan.

7 15 Pencerminan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar mengajar disebut prestasi belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh M. Surya (1995: 174), seluruh kecakapan hasil capai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan tes prestasi belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui keberhasilan belajar dapat dilihat melalui prestasi belajar salah satunya adalah melihat hasil akhir dari pembelajaran tersebut. Banyak para ahli pendidikan merumuskan tentang prestasi belajar, diantaranya adalah : Abin Syamsudin Makmun (1995: 7) menyatakan bahwa : Prestasi belajar merupakan indikator dari perubahan dan perkembangan perilaku dalam term-term pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan keterampilan (pengalaman). Perubahan dalam perkembangan ini mempunyai arah yang positif atau negative, dan kualifikasinya pun akan terbagi-bagi, tinggi, sedang, rendah atau berhasil, tidak berhasil dan lulus atau tidak lulus. Kriteria tersebut akan tergantung pada diri siswa itu sendiri. Nurdin Abas (1994: 42) menyatakan bahwa : Prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil belajar dari individu merupakan perubahan yang terdapat dalam diri individu yang dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku dan perbuatan, skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. W.S. Winkel (1996: 162) menyatakan bahwa : Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Dalam kaitannya dengan prestasi belajar, berarti bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai dalam kegiatan atau proses belajar. Tentu saja untuk mencapai pada tingkat keberhasilan dari proses belajar ini diperlukan suatu rentang waktu tertentu dan diperoleh setelah mempelajari materi pelajaran yang diperlukan.

8 16 Dengan melihat beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar mahasiswa dalam mempelajari pelajaran di kampus, setelah menempuh rentang waktu tertentu, dalam bentuk angka-angka/nilai-nilai yang diperoleh dari hasil test atau pengukuran suatu evaluasi. 1.2 Asistensi/Bimbingan Pengertian Asistensi/Bimbingan Asistensi merupakan layanan bimbingan, asistensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bimbingan tugas. Asistensi merupakan terjemahan istilah assist yang secara harfiah mempunyai arti membantu. Maka dari itu asistensi dan bimbingan adalah sama. Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah guidance, secara harfiah berasal dari kata guide, yang berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer). Pengertian bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (mahasiswa) agar memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif dan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengatasi masalahmasalah belajar yang dialaminya, sehingga mencapai prestasi belajar (pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian) yang optimal (Syamsu Yusuf LN, 2004 : 15). Dari definisi diatas dapat diangkat makna sebagai berikut: a) Bimbingan merupakan suatu proses, yang mengandung makna bahwa bimbingan itu merupakan kegiatan yang berkesinambungan, berlangsung

9 17 terus-menerus, buka kegiatan seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. b) Bimbingan merupakan helping, yang identik artinya dengan aiding, assisting, atau availing, yang artinya adalah bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah mahasiswa sendiri. Dalam bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri kepada mahasiswa, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan siswa. c) Bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberikan bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. d) Tujuan bimbingan secara umum adalah perkembangan optimal. perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar Tujuan Bimbingan Untuk mengungkapkan tentang tujuan bimbingan, kita diperlukan beberapa informasi tambahan. Dalam hal ini tujuan proses membantu itu dapat menumbuhkan pemahaman diri dan dunianya. Diperkirakan bahwa individuindividu yang memahami dirinya sendiri dan dunianya akan menjadi lebih efektif, lebih produktif dan manusia yang berbahagia. Mereka akan menjadi pribadi yang lebih fungsional (Carl Rongers, 1961).

10 18 Melalui layanan bimbingan individu-individu akan memiliki kesadaran yang lebih mendalam bukan saja tentang mereka, tetapi juga dapat berdiri sendiri, tujuan yang paling utama dari profesi membantu adalah termasuk perkembangan dan pertumbuhan psikologis terhadap kematangan sosial klien itu sendiri (Carl Rongers, 1962). Apabila dihubungkan dengan tujuan bimbingan dalam setting proses belajar mengajar dapat dirumuskan tujuan program bimbingan sebagai berikut : a) Meningkatkan motivasi belajar b) Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif c) Mengembangkan disiplin diri dalam belajar d) Mengembangkan pemahaman dan kemampuan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar e) Mengembangkan keterampilan belajar yang efektif f) Mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya Disamping itu upaya mewujudkan dan mencapai tujuan tersebut diatas tidak akan berhasil tanpa disertai dengan adanya program asistensi yang efektif sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Adanya sarana yang cukup, adanya dosen pembimbing, adanya pengertian dan kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terkait sehingga kegiatan asistensi akan terlaksana secara efektif dan efisien. Pemberian layanan asistensi yang tidak terencana dengan baik, sehingga pembimbing hanya memberikan layanan asistensi secara isedental yaitu menurut kebutuhan yang muncul pada saat tertentu seperti bila ada mahasiswa yang datang

11 19 untuk bimbingan, keberadaan demikian menurut W.S Winkell (dalam Wibisono A, 2006:17) mengandung banyak kelemahan, antara lain : 1. Bentuk dan cara pelayanan bimbingan kurang dipikirkan secara matang, sehingga kurang dapat dipertangungjawabkan. 2. Kontinuitas pelayanan bimbingan tidak terjamin. 3. Kalau pelayanan bimbingan sampai kepada semua mahasiswa, berapa jumlah mahasiswa yang akhirnya terlayani. 4. Perhatian terutama akan diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa yang memiliki masalah. 5. Evaluasi program bimbingan menjadi sangat sukar karena sebenarnya tidak ada program yang mempunyai sarana-sarana tertentu. Dari uraian diatas sangat jelas terlihat bahwa program bimbingan atau asistensi sangat penting bagi mahasiswa. Selain itu akan terbina hubungan baik antara mahasiswa dan dosen terutama apabila antara keduanya ada toleransi, akan terbina hubungan yang harmonis, saling menghargai dan menghormati. Serta tujuan dari proses belajar akan tercapai dengan hasil optimal Fungsi Bimbingan Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai tersebut di atas maka bimbingan berfungsi sebagai berikut: a) Menyalurkan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa mendapatkan solusi sesuai dengan potensi dirinya.

12 20 b) Mengadaptasikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa di kelas untuk mengadaptasikan jawaban terhadap permasalahan. c) Menyesuaikan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya. d) Pencegahan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiuswa untuk menghindari kemungkinan terjadinya hambatan. e) Perbaikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa untuk memperbaiki kondisi siswa yang dipandang kurang memadai. f) Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara wajar Prinsip-prinsip Bimbingan Prinsip-prinsip yang dikemukakan berikut berkenaan dengan tujuan, praktik, dan kaidah umum pelaksanaan bimbingan di lingkungan pendidikan. a) Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada mahasiswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan mahasiswa. Pembimbing tidaklah memaksakan kehendak dan mengarahkan perkembangan mahasiswa, tetapi bantuan yang diberikannya itu harus berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan permasalahan mahasiswa. b) Bimbingan diperuntukan bagi semua mahasiswa. Bimbingan tidak hanya ditunjukan kepada mahasiswa yang bermasalah atau salah satu dari mereka, tetapi ditunjukan kepada semua mahasiswa. Prinsip ini mengandung arti

13 21 bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan mahasiswa secara menyeluruh dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan mahasiswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di kampus. Prinsip ini juga mengandung arti bahwa pemberian bantuan kepada mahasiswa tidak menunggu munculnya masalah pada mahasiswa melainkan diarahkan kepada upaya mencegah munculnya masalah dan mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah sendiri. c) Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan mahasiswa. Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan mahasiswa baik fisik, mental, sosial, emosional dipandang sebagai suatu kesatuan dan saling berkaitan. d) Bimbingan berdasar kepada kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap mahasiswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dilakukannya. Pembimbing tidak memilihkan sesuatu untuk mahasiswa melainkan membantu mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk melakukan pilihan. e) Bimbingan adalah bagian terpadu dari pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan seluruh aspek kepribadian mahasiswa. f) Bimbingan dimaksudkan untuk membantu mahasiswa merealisasikan dirinya. Prinsip ini mengandung arti bahwa bantuan didalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu mahasiswa mengenali dan memahami dirinya,

14 22 mengarahkan diri kepada tujuan yang realistik, dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang diperoleh Asas-asas Bimbingan Penyelenggaraan bimbingan selain harus memperhatikan aspek fungsi dan prinsip, juga dituntut untuk mempedulikan beberapa asa yang mendasari kinerja pembimbing dalam melaksanakan tugasnya. Keberhasilan layanan bimbingan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pembimbing untuk memenuhi asas-asas tersebut, dan dia akan mengalami kegagalan atau hambatan dalam tugasnya, apabila tidak memperhatikannya. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut : a) Asas kerahasiaan, yaitu asas yang menuntut kerahasiaan segenap data atau keterangan peserta didik yang menjadi sasaran layanan. b) Asas kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik mengikuti/menjalani kegiatan bimbingan yang diperuntukan baginya. c) Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik bersikap terbuka dan tidak bersikap berpura-pura. d) Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik berpartisipasi secara aktif di dalam penyelanggaraan kegiatan bimbingan. e) Asas kemandirian, yaitu asas yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan, yaitu peserta didik mampu untuk mandiri dalam menyelesaikan permasalahan dalam kesulitan yang ditemukan dalam kegiatan belajar.

15 23 f) Asas kedinamisan, yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan bimbingna terhadap peserta didik yang sama kehendaknya selalu bergerak maju tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu. Terdapat tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa dalam rangka mencapai keberhasilan belajar, salah satunya adalah bimbingan/asistensi. Seperti yang diungkapkan oleh The Liang Gie, Oemar Hamalik, dan Dorothy Keither yang dikutip oleh Slameto (1995 : 88-89) yang intinya mencakup: 1. Tahap persiapan 2. Waktu dan jadwal 3. Pelaksanaan 4. Bimbingan/Asistensi 5. Membuat Arsip 6. Hasil Pengerjaan Tugas 1.3 Studio Perancangan Arsitektur III Kompetensi dan Tujuan Umum Perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur III Mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur III mempunyai bobot 3 SKS dan diberikan pada semester 6. Kompetensi yang diharapkan setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur III sesuai dengan silabus perkuliahan yaitu mahasiswa dapat merencanakan dan merancang bangunan publik.

16 24 Tujuan perkuliahan ini, yaitu setelah mahasiswa menyelesaikan perkuliahan ini, mahasiswa harus mampu membuat desain bangunan publik dengan rincian : 1. Melaksanakan survei pendahuluan dan menyusun preliminary design arsitektur. 2. Merancang dan menggambar predesain bangunan. 3. Merancang dan menggambar detail desain bangunan. 4. Membuat gambar perspektif (tiga dimensi). 5. Membuat laporan konsep perancangan, spesifikasi, dan biaya. Kegiatan kelas atau materi perkuliahan : 1. Analisis dan konsep tapak, ruang, bentuk, stuktur / kontruksi, material, dan utilitas. 2. Gambar lokasi dan situasi. 3. Gambar siteplan. 4. Gambar denah, tampak, potongan. 5. Gambar rencana arsitektur. 6. Gambar rencanan sistem struktur dan kontruksi. 7. Gambar rencana sistem utilitas (tata cahaya, tata suara, tata udara, distribusi air bersih, sistem pembuangan air kotor, limbah, dan air hujan, sistem sirkulasi, pengendalian bahaya kebakaran, sistem telekomusikasi skala 1:100). 8. Gambar detail. 9. Gambar perspektif (tiga dimensi). 10. Ujian Akhir Semester/Pemasukan tugas.

17 25 Persyaratan Perkuliahan : 1. Selalu hadir (minimal 80 % dari total pertemuan) dan aktif mengikuti perkuliahan/melaksanakan praktek studio sesuai jadwal. 2. Bekerja secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas. 3. Mengasistensikan tugas dan menyerahkan pada waktu yang telah ditentukan. 4. Mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Kriteria Penilaian : Bobot penilaian didasarkan kepada : 1. Keaktifan dalam praktek studio (15%). 2. Keaktifan dalam asistensi (25%). 3. UAS (Tugas : Perancangan bangunan) (60 %) Tugas terstruktur mahasiswa pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur III Materi-materi yang telah disampaikan di atas dalam pelaksanaannya ada kalanya tidak tersampaikan seluruhnya pada pertemuan tatap muka di studio. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, selain upaya oleh dosen dengan diadakannya program asistensi mahasiswa dituntut untuk mengimbanginya. Dengan cara memahami materi kuliah dengna cara belajar mandiri dan mengikuti secara intensif asistensi tugas SPA III yang telah ditentukan jadwalnya oleh dosen yang bersangkutan.

18 26 Dalam pengerjaan dan penyelesaian mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikannya tepat waktu, dan mahasiswa harus terbuka wawasannya tentang materi kuliah yang disampaikan di studio. Nana Sudjana ( 1989 :81) mengungkapkan bahwa tugas adalah : Tugas adalah suatu kegiatan belajar individu atau kelompok yang bertujuan memantapkan penguasaan siswa terhadap materi atau bahan yang telahdisampaikan didalam kelas dan dilakukan oleh siswa diluar jadwal yang telah ditentukan sekolah. Dapat disimpulkan bahwa tugas adalah kegiatan mahasiswa yang diberikan oleh dosen yang dikerjakan diluar jam kuliah sejalan dengan materi yang telah disampaikan di kampus. Belajar mempunyai tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan menambah penguasaan materi oleh mahasiswa. Tugas terstuktur pada mata kuliah SPA III merupakan suatu rangkaian tugas yang berkesinambungan antara SPA I, SPA II, dan SPA III. Dimana mahasiswa harus terlebih dahulu lulus pada mata kuliah SPA 1 dan SPA II baru diperbolehkan mengontrak mata kuliah SPA III. Tugas-tugas mata kuliah SPA I merupakan dasar penguasaan materi dari mata kuliah SPA II, begitu juga tugas-tugas terstruktur mata kuliah SPA II merupakan penunjang dan dasar penguasaan materi untuk mengerjakan tugas pada mata kuliah SPA III. Dapat disimpulkan bahwa SPA I, SPA II, dan SPA III mempunyai keterkaitan karena mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur merupakan perkuliahan praktikum yang menyajikan materi perancangan ruang dan bangunan dengan tuntunan fungsional, serta keterpaduan pemecahan dan

19 27 penerapan struktur, kontruksi, utilitas dan estetika dimana deskripsi tugas dari perkuliahan SPA III ini adalah : 1. Analisis dan konsep tapak, ruang, bentuk, stuktur / kontruksi, material, dan utilitas. 2. Gambar lokasi (skala 1:1000) dan situasi (skala 1:500). 3. Gambar siteplane (skala 1:200). 4. Gambar denah, tampak, potongan (skala 1:100). 5. Gambar rencana arsitektur (skala 1:100). 6. Gambar rencanan sistem struktur dan kontruksi (skala 1:100). 7. Gambar rencana sistem utilitas (tata cahaya, tata suara, tata udara, distribusi air bersih, sistem pembuangan air kotor, limbah, dan air hujan, sistem sirkulasi, pengendalian bahaya kebakaran, sistem telekomusikasi skala 1:100). 8. Gambar detail (bentuk, struktur, kontruksi, utilitas, material, skala 1:10 dan 1:20). 9. Gambar perpektif (tiga dimensi). 10. Ujian Akhir Semester / Pemasukan tugas.

20 28 Tabel 2.1 Distribusi Topik Dan Pembimbing Studio Perancangan Arsitektur III NO JUDUL PROYEK 1 Sekolah Tinggi 2 Universitas 3 Institut Kesenian Bandung 4 Institut 5 Universitas 6 Poliklinik 7 Universitas ARUS UTAMA PENDEKATAN/TEMA Pendekatan Lingkungan: Tema: Green Architecture Pendekatan Teknologi/Struktur: Tema: Struktur Biomorfik Pendekatan Bentuk: Tema: Struktur Metaforik Pendekatan Fisika Bangunan dan Lingkungan: Tema: Arsitektur Tropis Pendekatan Bentuk: Tema: Struktur Metaforik Pendekatan Perilaku: Tema: Akomodasi Perilaku Pemakai Difeferent Ability (Difabel) Pendekatan Teknologi/ME: Tema: Intelligent Building (Bangunan Pintar) PEMBIMBING DRA. Cornelia Rimba Usep Surahman, ST, MT DRA. Cornelia Rimba Fauzi Rahmanullah, SPD,MT DR. M. S. Barliana, MPD, MT, IAI Fauzi Rahmanullah, SPD,MT Drs. Irawan Suraseca, MT Fauzi Rahmanullah, SPD,MT Drs. Irawan Suraseca ST Usep Surahman, ST, MT DR. M. S. Barliana, MPD, MT, IAI Usep Surahman, SPT,MT Drs. Irawan Suraseca ST Usep Surahman, ST, MT Asistensi Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur III Program asistensi merupakan program wajib dalam melaksankan perkuliahan Studio khususnya SPA III. Program asistensi merupaka proses dalam tahap penyelesaian tugas-tugas yang diberikan pada mata kuliah SPA III. Asistensi juga merupakan salah satu kriteria penilaian. Asistensi wajib diikuti oleh mahasiswa pada jam mata kuliah SPA III dilakukan oleh dosen yang bersangkutan

21 29 atau oleh asisten dosen tersebut. Asistensi juga biasanya dapat dilakukan diluar jam kuliah dapat dilakukan di lingkungan kampus ataupun luar kampus tergantung permintaan dosen pembimbing masing-masing. Untuk memudahkan dosen biasanya dalam pelaksanaannya asistensi dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-7 orang yang menyelesaikan tugas dengan tema yang telah ditentukan oleh dosen. Dengan seperti itu maka semua mahasiswa akan lebih kondusif dalam melaksanakan asistensi tugas SPA III, walaupun pada kenyataannya tetap saja banyak mahasiswa yang merasa bahwa asistensi tidak penting, dan bahkan ada mahasiswa yang merasa bahwa dirinya bisa mengerjakan tugas tanpa perlu melaksanakan asistensi. Telah disampaikan pada poin sebelumnya bahwa penyelenggaraan bimbingan harus memperhatikan aspek fungsi dan prinsip selain itu juga keberhasilan bimbingan dipengaruhi oleh pembimbing untuk memenuhi asas-asas bimbingan. Selain itu disampaikan juga bahwa bimbingan adalah suatu kegiatan yang berupa proses dan faktor yang mempengaruhi adalah kesinambungan dua objek yaitu adalah pembimbing dan mahasiswa. Dengan melihat kondisi seperti ini maka yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini meliputi aspek-aspek : 1. Fungsi Bimbingan. Pengadaptasian Penyesuaian Pencegahan Perbaikan

22 30 Penyaluran 2. Proses Asistensi Persiapan Mental dan perlengkapan Waktu /Jadwal Asistensi Kehadiran Pembimbing 3. Asas Bimbingan Kesukarelaan Keterbukaan Kegiatan Kemandirian Kedinamisan Kerahasiaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar pada dasarnya merupakan proses interaksi individu dengan lingkungan. Hal ini dapat kita lihat secara formal bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pengalaman Belajar Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, pada hakekatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang konvensional (teacher centered), baik dalam penyampaian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang konvensional (teacher centered), baik dalam penyampaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil ulangan/ujian yang tinggi. Persepsi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMK PGRI 2 CIMAHI

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMK PGRI 2 CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD Nama : Deawishal Wardjonyputri NIM : 1600201 Kelas : 2A-PGSD Dosen Pengampu : Arie Rakhmat Riyadi M.Pd. KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD Moh surya (1988:12) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran dan mengajar tidak lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA 7 BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Teori Belajar Dan Prestasi Belajar 1. Teori Belajar Menurut Gagne (Dahar, 1996: 11) Belajar dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih sempurna. Pendidikan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip,

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, asas-asas Definisi Bimbingan Konseling Definisi bimbingan : 1.

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III SEMESTER VII STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III TA 312 PROF. DR. M. SYAOM BARLIANA, MPd, MT.IAI. DRS. DADANG AHDIAT, MSA USEP SURAHMAN, ST, MT. BETA PARAMITA, ST, MT ADI ARDIANSYAH, SPD, MT Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah, sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah, sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah, sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, merupakan suatu proses yang diharapkan mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyuapi para murid dengan begitu melimpahnya informasi serta kesimpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyuapi para murid dengan begitu melimpahnya informasi serta kesimpulan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Sekarang ini sekolah merupakan wadah yang paling cocok untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang paling efisien. Guru atau sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Konsep Belajar IPS a. Hakikat Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah manusia dan dialami oleh setiap orang. Hal itu disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan yaitu pembelajaran tematik terpadu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur merupakan salah satu jurusan yang

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur merupakan salah satu jurusan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur merupakan salah satu jurusan yang ada di bawah naungan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Salah satu misi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan

Lebih terperinci

Pengembangan Silabus dan R P P. oleh : Susiwi S

Pengembangan Silabus dan R P P. oleh : Susiwi S Pengembangan Silabus dan R P P oleh : Susiwi S Bagian Pertama 2 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur merupakan lembaga pendidikan yang berada di Fakultas Pendidikan dan Teknologi Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia.

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PROYEK AKHIR BAGI MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA 3 JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNY

PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PROYEK AKHIR BAGI MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA 3 JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNY PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PROYEK AKHIR BAGI MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA 3 JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNY Tawardjono Us., Sudiyanto, dan Kir Haryono (Dosen Jurdiknik Otomotif FT UNY) ABSTRAK

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF 178 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF Eki Nuryana 1, Inu H. Kusumah 2, Ridwan A. M. Noor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR SUYONO Guru SD Negeri 007 Suka Damai Kecamatan Singingi Hilir suyonos976@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

METODE PERANCANGAN-1

METODE PERANCANGAN-1 SATUAN ACARA PENGAJARAN METODE PERANCANGAN-1 Di susun oleh : Dr. Cut Nuraini, ST., MT. Architecture Program, Institut Teknologi Medan SISTEMATIKA SAP MODUL-1 MODUL-2 MODUL-3 MODUL-4 : PROYEK ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan yaitu. atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan yaitu. atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun manusia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di SD yang diberikan dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa melalui pendidikan dapat melestarikan dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, kemajuan suatu negara sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia secara utuh. Dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN Sri Wahyuni Adiningtiyas. Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling UNRIKA Batam Abstrak Penguasaan terhadap cara-cara belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Praktik Pembelajaran praktik merupakan suatu proses untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akhir belajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan awal untuk studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi apabila

Lebih terperinci

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan LOGO Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan Orientasi Program Perkuliahan Tujuan Substansi Isi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Kebijakan Perkuliahan 16 kali pertemuan tatap muka, termasuk Ujian

Lebih terperinci

BIMBI B N I GA G N K ONSE S LI L N I G DI SD ( S 1 - PGSD ) APR P I R LI L A T INA L

BIMBI B N I GA G N K ONSE S LI L N I G DI SD ( S 1 - PGSD ) APR P I R LI L A T INA L BIMBINGAN KONSELING DI SD ( S1 - PGSD ) APRILIA TINA L HAKEKAT BK (SD) LATAR BELAKANG Mengembangkan manusia Indonesia sesuai dg hakikat kemanusiaannya (individualitas, sosial, moralitas, dan keberagamaan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PRE-TEST DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X

PENGARUH PEMBERIAN PRE-TEST DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X PENGARUH PEMBERIAN PRE-TEST DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X Ujang Solihin 1) Zulkarnain 2) Sugeng Widodo 3) Abstract: Methods and types of research used experimental

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pengisi pembangunan yang sesuai dengan Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, terampil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BIMBINGAN. Cecep Kustandi KONSELING

BIMBINGAN. Cecep Kustandi KONSELING BIMBINGAN & Cecep Kustandi KONSELING PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi segala bidang. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, dan tingkah laku.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Belajar Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi perkembangan era globalisasi yang semakin pesat. Globalisasi membawa dampak besar khususnya bagi para

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Silakan pilih menu Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Minat Belajar Berbicara tentang minat, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perhatian, kesukaan, kecenderungan hati kepada atau keinginan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA A. Kajian teori 1. Konsep Belajar a. Pengertian Belajar BERFIKIR Belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari pembangunan dan juga berperan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci