POTENSI BATUPASIR KARBONATAN SEBAGAI BAHAN GALIAN C DAERAH KAMPUNG SULITAIR,KABUPATEN SOLOK, PROPINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi

1 POTENSI BATUPASIR KARBONATAN SEBAGAI BAHAN GALIAN C DAERAH KAMPUNG SULITAIR,KABUPATEN SOLOK, PROPINSI SUMATERA BARAT Iqbal Maulana Siregar Jurusan Teknik Geologi,Fakultas Teknik. Universitas Islam Riau Jl.Kaharuddin Nasution No 113 Pekanbaru -Riau 28284,Indonesia Alamat siregar_iqbalmaulana@yahoo.com Abstract The area of sulitair village located in the west of the district solok western sumatra province, Indonesia. acccording geographically located between the coordinates '00' ' ' 00 '' S and '00' ' ' 00 '' E. The area of research is in the ombilin basin which fore-arc a basin of the sumatra subduction zone fault system. The fault was formed cause of depression result from subduction zone has result in the formation of lumps (blocks) on the fault at bed-rock. Fault at this stage has impact occurrence for half-graben formed as early ombilin basin formation. The development of regional tectonic sulitair village has gives an overview of morphological hills with elevation mdpl. The one of formation in the ombilin basin is sawahtambang formation which consists of siltstone, sandstone found from the north to the southeast of the sulitair village. The calcareous sandstone in this area have size of coarse sand to fine sand. Wood fossil at the researce area was typicaly sandstone non carbonate of sawahtambang formation with relative age in oligosen period..data collection was done using petrological analysis of samples taken in the field, and then determine the direction of the spread calcareous sandstone as determination of zones of potential mining Keywords:ombilin basin, geological mapping,resorce, calcareous sandstone Abstrak Daerah kampung sulitair terletak di barat dari kebupaten solok propinsi sumatera barat, secara geografis terletak diantara pada koordinat S dan E daerah penelitian berada dalam cekungan

2 ombilin yang merupakan cekungan depan busur dari sistem subduksi zona sumatera. Pembentukan sesar akibat defresi dari zona tumbukan mengakibatkan terbentuknya pensesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. sesar-sesar tersebut membentuk half-graben sebagai awal pembentukan cekungan ombilin.perkembangan tektonik daerah kampung sulitair telah memberikan gambaran morfologi perbukitan dengan ketinggian mdpl. Salah satu formasi pada cekungan ombilin adalah Formasi sawahtamabang yang terdiri dari batulanau, batupasir yang ditemukan dari utara sampai tenggara kampung sulit air. Batupasir karbonatan memiliki ukuran butir dari halus hingga kasar, fosil kayu pada lokasi penelitian mencirikan formasi dengan umur relative pada priode oligosen. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan analisis geomorfologi, analisis petrologi,dan analisis structural. dari sample yang diambil dilapangan. penentuan arah penyebaran batupasir karbonatan sebagai zona yang berpotensi dilakukan dengan cara penambangan. Kata kunci : cekungan ombilin, pemetaan geologi, bahan galian, batupasir karbonatan, Pendahuluan Daerah Solok merupakan kabupaten dengan nilai relif ketinggian dan tofografi yang tinggi. Hal ini disebabkan zona subduksi antara lempeng hindia Australia dengan lempeng Eurasia di pulau sumatera yang berdekatan dengan provinsi sumatera barat yang menyebabkan daerah ini memiliki banyak perbukitan dengan kelerengan yang sangat curam. Daerah yang memiliki bentang alam yang curam menyulitkan warga sekitar untuk melakukan pembangunan prasarana kehidupan dikarenakan daerah tersebut harus memiliki treatmen khusus dalam perencanaan kontruksi bangunannya sehingga memerlukan bahan galian untuk pondasi. Bahan baku kontruksi merupakan bahan yang sangat penting dalam pelaksanaan membantu proses pembangunan. Batupasir karbonatan merupakan salah satu bahan kontruksi yang digunakan dalam rekontruksi pembangunan jalan raya gedung dan perumahan. Keberadaan batupasir yang cukup melimpah di kampung sulitair solok menjadi hal yang menarik untuk dikaji secara ilmiah untuk mengetahui kualitasnya sebagai bahan galian untuk

3 dijadikan sebagai bahan kontruksi bangunan. Penelitian ilmiah mengenai tipe batupasir daerah sulitair diharapkan dapat membantu masyarakat dan penambang setempat terutama dikaitkan dengan penyediaan bahan baku untuk industri pemakai di Kampung sulitair. Pada akhirnya dapat didayagunakan untuk menunjang pertumbuhan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengembangan infrastruktur di kampung sulitair. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah analisa interpretasi gejala dan bukti geologi sebagi dasar untuk mengetahui proses proses geologi yang berkembang di daerah penelitian. Analisa geologi yang digunakan peneliti terdiri dari beberapa tahapan yaitu analisa peta topografi, digunakan untuk mengetahui keadaan bentang alam dan kelerengan.analisa topografi dalam penyelidikan ini menggunakan pengelompokan lahan menurut Van Djuidam,1985 melalui persamaan sebagai berikut : s = (n 1 ) Ic dx sp 100% Analisa topografi nantinya yang membantu dalam menginterpretasikan struktur kelurusan sehingga dapat membantu dalam menentukan penyebaran batuan.analisa Petrologi yang di amati pada setiap contoh batuan yang diambil langsung dari lapangan dengan pengamatan secara makroskopis (pengamatan mineran dengan menggunakan lup ). Analisa petrologi di gunakan untuk mengamati dan mendapatkan data batuan secara megaskopis seperti warna lapuk,warna segar,tekstur,ukuran butir dan lain lain. Data pemetaan permukaan seperti data analisa petrologi,analisa geologi nantinya akan diamati sehingga dapat dibuat peta geologi serta prediksi kondisi bahan galian yang terdapat di daerah setempat. Sehingga nantinya didapatkan hubungan dan perbandingan yang satu dengan yang lainnya. GEOLOGI REGIONAL Secara umum, Cekungan Ombilin dibentuk oleh dua terban berumur Paleogen dan Neogen, dibatasi oleh Sesar Tanjung ampalu berarah utara-selatan. Pada arah baratlaut terdapat subcekungan Payakumbuh yang terpisah dari Cekungan Ombilin dengan batas jalur vulkanik berarah utara-selatan. Subcekungan Payakumbuh diinterpretasikan sebagai bagian terban berumur Paleogen dari Cekungan Ombilin. Pembentukan Formasi ombilin bawah pada akhir miosen di awai dengan kenaikan air laut.perubahan proses pengendapan pada formasi sawah tambang yang mulanya berada pada

4 sungai menganyam (brainded river) beralih menuju pengendapan lingkungan laut pada formasi ombilin bawah dicirikan dengan adanya perbedaan jenis batuan batupasir diantara kedua formasi tersebut. GEOMORFOLOGI Bentuk topografi dan morfografi di daerah penelitian Desa kampung sulit air dan sekitarnya lebih dipengaruhi oleh proses eksogen dan endogen dari dalam bumi. Proses eksogen merupakan proses destruktif yang terjadi pada bentang alam seperti erosi dan pelapukan. Sedangkan proses endogen merupakan proses yang bersifat konstruktif seperti pengangkatan. Pada gambar 1.1 menunjukkan permukaan bumi yang digolongkan pada bentuk lahan dataran landai dan perbukitan, dimana pada daerah tersebut merupakan daerah perkebunan warga (a). Arah Baratdaya foto menggambarkan lahan perbukitan curam (b). Bentang alam di daerah penelitian di klasifikasikan dengan nilai besaran yakni angka (7-15%) menunjukkan kemiringan lereng landai yang terdapat pada daerah persawahan desa kampung Baru berarah Utara-Baratlaut, (16-30%) agak curam yang terdapat di daerah kampung sulit air berarah barat dari daerah penelitian, (31-70%) menunjukkan curam terdapat di daerah air terjun kampung baru dengan ketinggian 534 mdpl, perhitungan ini berdasar teori morfometri van Zuidam (1983). (TABEL 1.1). STATIGRAFI Satuan batuan dari formasi yang didapatkan di daerah penelitian berdasaarkan data yang didapatkan dari lapangan ( dari tua ke muda ) meliputi : 1.formasi brani Karakteristik formasi brani pada daerah penelitian dicirikan dengan jenis litologi konglomerat. Konglomerat pada daerah penelitian tersebar di arah Selatan Barat dari lokasi penelitian meliputi daerah sungai Kampung Baru dengan ukuran fragmen yang beragam (polemic ), mulai dari batuan beku granit, granudiorit dan kuarsit, matriks pasir kasar hingga lempung. Penyebaran batuan ini mencakup hampir % dari daerah penelitian

5 Gambar 4.7 Penyebaran konglomerat air terjun jenjang Kampung Baru Satuan Batupasir satuan batupasir didaerah penelitian terbagi menjadi dua yaitu: 1.batupasir karbonat 2.Batupasir nonkarbonat Perbedaan jenis batupasir didaerah penelitian disebabkan adanya perbedaan zona lingkungan pengendapan.batupasir karbonat mengindikasikan pengendapan didaerah laut sehingga apabila diberi larutan asam klorida akan menimbulkan buih,sedangkan Batupasir non karbonat mengindikasikan pengendapan lingkungan non laut sehingga apabila diberi larutan asam klorida, Batuan tidak akan menimbulkan buih. Satuan batupasir pada daerah penelitian diendapkan pada lingkungan yang mberbeda dan formasi yang berbeda juga. PEMBAHASAN Proses tahapan pembentukan cekungan ombilin dari awal pembentukan hingga akhir telah memberikan dampak terhadap pengendapan berbagai jenis formasi dengan litologi yang berbedabeda.sehingga beberapa jenis litologi mempunyai sifat dan karakteristik yang khas sebagai penanda dari formasi tertentu. Detail mapping yang dilakukan oleh peneliti dengan jalan melalui setiap sungai menemukan berbagai jenis litologi yang berbeda beda yang salah satunya adalah batupasir. Pengendaoan batupasir secara khusus akan dibahas mengenai karakteristik dan sifat-sifatnya. Ciri ciri yang telah dituliskan pada sub bab sebelumnya yang meliputi karakteristik batupasir yang mengandung karbonat,adanya mineral kalsit dan ditemukannya mineral alterasi glaukonit pada singkapan Batupasir karbonat. Karakteristik satuan ini mempunyai kemiripan dengan klasifikasi karakteristik Formasi ombilin pada geologi regional sawahlunto (silitonga dan kusumadinata, 1983) sehingga penulis menyimpulkan satuan batupasir karbonat berada pada Formasi Ombilin Bawah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Penentuan penamaan batupasir

6 karbonat dilakukan secara makroskopis dengan mengikuti kaedah dan tata cara pengklasifikasian batupasir berdasarkan Pettijohn (1987) (gambar ) D Gambar : Klasifikasi batupasir pettijonh(1987) karakteristik batupasir karbonaatan didaerah penelitian memiliki warna lapuk abu warna lapuk kuning keabuabuan,warna segar putih keabu-abuan,ukuran butir 0, mm, membundar tanggung, kemas tertutup,terpilah baik, permeabillitas buruk, porositas buruk, struktur masif, karonatan dan ditandai dengan hadirnya mineral kuarsa, plagioklas, kalsit ( mineral karbonat ). Pada zona satuan batupasir karbonat tepatnya di stasiun 4 hari 8 dijumpai mineral ubahan glaukonit yang memanjang dan memerus di selasela batupasir karbonat dengan warna batuan hijau tua (gambar 4.9a) penamaan karbonat pada batupasir karbonat didaerah penelitian disebabkan semen dari sedimen tersebut mencirikan karbonatan yang mengindikasikan penendapan di laut dangkal pada formasi ombilin bawah. POTEN SIBATUPASIR KARBONATAN SEBAGAI BAHAN GALIAN C

7 Setelah melakukan pengamatan dilapangan dan mapping secara keseluruhan maka didapatkan kesimpulan bahwa batupasir di daerah ini sangat berpetensi memberikan keuntungan bagi penduduk sekitar. Batupasir dapat ditambang dengan bentuk bongakah bongkah batuan besar maupun dalam bentuk penambangan pasir hasil endapan di hilir sungai dari daerah penelitian. Daerah sawahlunto yang mayoritas memiliki kelerengan agakcuram curam dengan potensi bahaya longsor yang besar memerlukan treatment khusus pada rekayasa kelerengan seperti membuat Gambar: pecahan batupasir karbonat dijadikan sebagai pondasi rumah masyarakat setempat. KESIMPULAN Perbedaan tektonik dan system pengendapan formasi di cekungan ombilin memberikan perbedaan karakteristik batuan dengan sifat-sifat yang tersendiri. Kenaikan muka airlaut pada awal miosen memberikan karakteristik karbonatan pada batupasir diformasi tersebut. Data Pemetaan geologi desa sulikair menyebutkan hampir 70 % batuan daerah tersebut di dominasi oleh batupasir karbonatan dan sedikit batupasir non karbonat. Kandungan batupasir yang melimpah di daerah penelitian dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarak setempat dengan melakukan penambangan batupasir. Desa suliklair yang didominasi daerah dengan topografi agak curam curam membutuhkan rekontruksi khusus dalam pembangunan sehingga Bahan baku batupasir sangat cocok untuk pembangunan konstruksi daerah tersebut..

8 UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman dari teknik geologi uir yang telah membantu dalam terselesaikannya penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Achiat, R., J. Guttormsen & R. Waworuntu (2009)- Complex geomodeling: Dayung Field a fractured Pre- Tertiary reservoir in the Southern Sumatra Basin, Indonesia. Proc. 33rd Ann. Conv. Indon. Petrol., IPA09-G- 148, 15p. Adiwidjaja, P. & G.L. de Coster (1973)- Pre-Tertiary paleotopography and related sedimentation in South Sumatra. Proc. 2nd Ann. Conv. Indon. Petrol. Assoc., p Silitonga, P.H., dan Kastowo, 1995, Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera Barat, Skala 1: Edisi ke dua, Puslitbang Geologi, Bandung.

9 Lampiran Table morfometri daerah penelitian gambar : peta geomorfologi daerah penelitian

10 Gambar: Peta geologi penyebaran batupasir daerah penelitian