BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, baik berupa perdagangan barang maupun jasa. pasar yang mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indikator kemandirian daerah adalah besarnya pendapatan asli daerah (PAD), semakin besar PAD maka daerah tersebut akan semakin mandiri. Salah satu sektor yang dapat menggerakkan perekonomian adalah sektor perdagangan, baik berupa perdagangan barang maupun jasa. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah tidak hanya ditujukan untuk industri-industri besar dan sedang, tetapi perhatian yang sepadan harus pula diarahkan kepada industri-industri kecil atau rumah tangga serta pasar. Industri kecil merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian Indonesia. Industri kecil kaitannya dengan adanya pasar turut mengambil peranan dalam meningkatkan dan mobilitas tabungan domestik, khususnya pasar yang mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, dikarenakan menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi yang mengembangkan industri kecil, hal ini terlihat dari nilai ekspor non migas di Jawa Tengah yang dari tahun ke tahun meningkat. Peningkatan ekspor non migas dari tahun ke tahun juga lebih tinggi dibandingkan ekspor migas. 1

2 2 Tabel 1.1 Nilai Ekspor Jawa Tengah Menurut Komoditi Tahun (USD) No Tahun Non Minyak dan Gas Minyak dan Gas Jumlah Sumber : BPS Jawa Tengah 2014, diolah. Berdasarkan data tabel 1.1 nilai ekspor Jawa Tengah untuk non minyak dan gas lebih tinggi dibandingkan ekspor minyak dan gas. Menurut komoditi nilai ekspor dari tahun terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai ekspor Jawa Tengah sebesar USD kemudian meningkat pada tahun 2011 sebesar USD hingga tahun 2012 dan 2013 mengalami kenaikan USD dan USD pada 2014 nilai ekspor Jawa Tengah non minyak dan gas mencapai nilai USD , dalam sektor non minyak dan gas terdapat beberapa produk unggulan dari kayu olahan yaitu industri mebel. Industri mebel di Jawa Tengah adalah di Jepara Surakarta dan selanjutnya kota-kota lain seperti Semarang, Blora. Surakarta merupakan salah satu kota industri mebel, sentra industri mebel yang ada di Surakarta terdapat di Kecamatan Banjarsari Kelurahan Gilingan yaitu Pasar Mebel. Perkembangan industri mebel di Surakarta hingga saat ini terus berkembang dengan baik yang ditandai dengan ekspor. Sebagai daerah yang memiliki potensi yang besar di

3 3 sektor industri mebel menyebabkan komoditas mebel menjadi strategis untuk dipasarkan ke luar negeri (ekspor), dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.2 Realisasi Ekspor Kota Surakarta Menurut Komoditi Tahun (USD) No Komoditi Volume (Kg) Nilai FOB Volume (Kg) Nilai FOB 1. Batik , ,89 2. Gula Kelapa , ,00 3. Kantong Plastik , ,47 4. Kerajinan Rotan , ,80 5. Mebel , ,87 6. Tekstil , ,68 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta 2014, diolah. Berdasarkan tabel 1.2 tentang data realisasi ekspor Kota Surakarta menurut komoditi tahun , volume ekspor mebel menurun dari menjadi dengan nilai FOB USD ,06 pada tahun 2013 dan USD ,87 pada tahun Kurs menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ekspor mebel. Dalam pembayaran transaksi kita dihadapkan pada dua macam mata uang, yaitu uang domestik dan luar negeri. Adanya perbedaan mata uang yang dipergunakan di negara ekspor dengan negara pengimpor mengakibatkan adanya masalah, antara lain kurs valuta Asing. Kurs valuta Asing merupakan harga valuta Asing persatuan uang dasar yang dinyatakan dalam mata uang negara bersangkutan (Boediyono, 1991:100). Kalau seorang ekportir

4 4 mengekspor sejumlah barang ke Amerika Serikat, maka ekspor itu dinyatakan dengan mata uang dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayarannya, ekspor di Indonesia harus menukarkan mata uang rupiah dengan mata uang dollar (USD) berdasarkan perbandingan nilai tukar yang sudah ditentukan. Perbandingan nilai tukar tersebut merupakan harga satuan mata uang Asing (dollar) dalam nilai rupiah domestik (rupiah). Inilah yang disebut dengan harga atau nilai valuta Asing. Nilai valuta Asing adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang Asing. Sebagai contoh, setiap satu kesatuan mata uang dollar ($1,00) sama dengan Rp ,00. Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mengakibatkan adanya perbandingan nilai atau harga diantara kedua mata uang tersebut (Sukirno, 1981:297). Perbandingan nilai inilah yang seringkali disebut sebagai kurs. Inflasi menjadi salah satu faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ekspor mebel. Inflasi pada dasarnya merupakan situasi yang sangat komplek dari segi penyebabnya maupun pengaruhnya. Masalah inflasi sudah dialami oleh beberapa besar negara yang ada di dunia, terutama oleh negara-negara yang sedang membangun dengan tingkat yang berbeda-beda. Tingkat inflasi yaitu prosentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunaka sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2003:302). Pengaruh

5 5 inflasi domestik akan mengganggu kestabilan harga-harga yang pada akhirnya membuat ketidakstabilan ekonomi, sehingga akan menyebabkan kelesuan perkonomian dalam negeri. Inflasi di dalam negeri yang tinggi menyebabakan turunnya laju ekspor karena volume produksi untuk ekspor turun dan harga barang ekspor menjadi kurang kompetitif di pasaran Internasional sehingga mengurangi keuntungan eksportir secara riil. Inflasi yang menimbulkan akibat buruk pada masyarakat yang sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan itu yang perlu dihindari prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk sekiranya inflasi tidak bias dikendalikan, inflasi akan cenderung bertambah cepat, apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah terus tersebut cenderung akan mengurangi investasi yang produkstif, mengurangi ekspor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi (Tadaro, 1998:55). Peningkatan harga di dalam negeri akan ini dampak inflasi dan dapat memperlemah daya saing komoditi. Hal ini dapat dartikan bahwa gejolak yang berpengaruh terhadap impor secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor. Berpijak dari keberadaan dan peranan industri mebel di Kota Surakarta dalam memberikan sumbangan terhadap pembangunan daerah khususnya dan pembangunan nasional umumnya, maka perlu melakukan penelitian lebih

6 6 jauh tentang perkembangan ekspor mebel dari Surakarta ke luar negeri. Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka dalam penyusunan skripsi ini peneliti mengambil judul: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP EKSPOR MEBEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN B. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana pengaruh Inflasi, kurs, dan Suku bunga kredit secara serempak berpengaruh terhadap ekspor mebel di Kota Surakarta? b. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap ekspor mebel dari Surakarta ke luar negeri? c. Bagaimana pengaruh kurs terhadap ekspor mebel dari Surakarta ke luar negeri? d. Bagaimana pengaruh suku bunga kredit terhadap ekspor mebel dari Surakarta ke luar negeri? C. TUJUAN PENELITIAN a. Mengetahui pengaruh inflasi, kurs, dan Suku bunga kredit secara serempak berpengaruh terhadap ekspor mebel di Kota Surakarta. b. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap ekspor mebel dari Surakarta ke luar negeri.

7 7 c. Mengetahui pengaruh kurs terhadap ekspor mebel dari Surakarta ke luar negeri. d. Mengetahui pengaruh suku bunga kredit terhadap ekspor mebel dari Surakarta ke luar negeri. D. MANFAAT PENELITIAN a. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan seputar perekonomian industri mebel agar selanjutnya dapat diimplementasikan di kemudian hari yang bisa membantu perkembangan perekonomian di Indonesia. b. Akademis Hasil penelitian diharapkan menjadi pengembangan ilmu dalam bidang ekonomi pembangunan dan sebagai wacana dan sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang yang sama. c. Pengusaha mebel Meningkatkan usaha dari industri mebel yang sudah didirikan agar semakin berkembang dan merambah pasar internasional. d. Pembaca Menjadi masukan bagi masyarakat umum sebagai pengguna jasa perbankan dan media pengetahuan tentang ekonomi. Dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan ekspor pada industri mebel.