UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEMA DAN UNSUR ESTETIKA PUISI ANYAR KATON KARYA ROEWANDI DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2012 MAKALAH NON-SEMINAR KEN KINASIH FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA DEPOK JANUARI

2 2

3 3

4 4

5 Analisis Tema dan Unsur Estetika Puisi Anyar Katon Karya Roewandi dalam Majalah Panjebar Semangat Tahun 2012 Ken Kinasih, Karsono H. Saputra Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok 16424, Indonesia Abstrak Penelitian ini membahas tentang analisis tema dan unsur estetika puisi Jawa modern melalui analisis unsur-unsur pembentuk puisi. Puisi yang dianalisis adalah puisi berjudul Anyar Katon karangan Roewandi yang telah dipublikasikan oleh majalah Panjebar Semangat pada bulan Maret Analisis ini menggunakan teori Karsono H. Saputra yang terdapat pada buku Puisi Jawa: Struktur dan Estetika. Menurut teori tersebut, unsurunsur pembentuk puisi terdiri dari empat aspek, yaitu aspek bunyi, aspek spasial, aspek kebahasaan, dan aspek pengujaran. Berdasarkan analisis keempat aspek tersebut, puisi Anyar Katon membicarakan tentang seseorang yang terlihat menawan dan berbudi baik, tetapi sebenarnya ia bertindak jahat dan tidak sepantasnya disebut menawan. Dengan demikian, tema dalam puisi ini adalah kemunafikan. Unsur estetika dalam puisi ini diwujudkan melalui pengulangan bunyi guru lagu, keteraturan pola guru gatra, serta penggunaan kosakata dari tiga ragam bahasa Jawa yang berbeda, yaitu ragam bahasa ngoko, ragam bahasa krama, dan bahasa arkais. Kata Kunci: estetika; puisi; tema; unsur pembangun. Analysis of Theme and Aesthetic Elements of Anyar Katon Poetry by Roewandi on Panjebar Semangat Magazine 2012 Abstract This research discusses the analysis of themes and aesthetics of modern Javanese poetry through analysis of the elements of poetry. Poetry analyzed is poem entitled Anyar Katon by Roewandi that has been published in Panjebar Semangat magazine on March This analysis uses the Karsono H. Saputra s theory which contained in Puisi Jawa: Struktur dan Estetika book. According to the theory, constituent elements of poetry consisting of sound aspect, spatial aspect, language aspect, and pronouncement aspect. Based on the analysis of the four aspects, Anyar Katon poetry is talking about someone who looks charming and have agood character, but in fact, he is a criminal and does not deserve to be called charming. Thus, the theme of this poems is a hypocrisy. Aesthetic elements of poetry realized through repetition sounds of guru lagu, regularity pattern of guru gatra, and the used of three kinds of Javanese in difference, are ngoko, krama, and archaic language. Keywords: aesthetic; constituent elements; poetry; themes. 5

6 1. Pendahuluan Sastra Jawa adalah sastra yang diciptakan dan dikembangkan oleh masyarakat Jawa serta menggunakan bahasa Jawa sebagai medianya. Seiring dengan perkembangannya, sastra Jawa menghasilkan berbagai kesusastraan, seperti puisi, prosa, dan drama. Salah satu kesusastraan yang berkembang dengan baik dalam masyarakat Jawa adalah puisi. Sebagian besar kesusastraan dalam masyarakat Jawa berbentuk puisi. Puisi dianggap sebagai tradisi yang terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat Jawa. Puisi adalah karya sastra yang menggabungkan kata-kata kiasan (imajinatif) dengan permainan bunyi. 1 lainnya. 2 Puisi ada dalam kadar yang relatif lebih padat daripada karya sastra Hanya dengan beberapa larik baris, puisi mampu mengungkapkan suasana hati maupun gagasan yang ingin dituangkan oleh penyair. Puisi kadangkala tidak banyak menceritakan apa-apa tetapi dapat melukiskan sesuatu, tidak menerangkan tetapi mengajak pembaca untuk berkreasi, tidak berbicara apa-apa tetapi berdendang dan berlagu, atau tidak berdendang dan berlagu tetapi justru membangun dan menimbulkan dendang atau lagu kepada para penikmatnya. 3 Bentuk puisi pertama yang dikenal oleh masyarakat Jawa adalah kakawin. Kakawin Ramayana adalah bentuk puisi pertama yang ditulis oleh masyarakat Jawa kuno pada tahun 825 Saka atau pada awal abad IX Masehi. 4 Ketika masuk zaman Jawa Pertengahan, muncul salah satu bentuk puisi yang disebut dengan kidung. Kemudian, pada zaman Jawa baru, masyarakat mengenal puisi yang disebut dengan macapat. Macapat adalah puisi yang harus ditembangkan atau dinyanyikan ketika pembacaannya. Ketiga bentuk puisi tersebut memiliki kesamaan, yaitu memiliki aspek bunyi dan aspek spasial yang teratur. Aspek bunyi dan aspek spasial pada ketiga bentuk puisi tersebut tunduk pada aturan pola baku. Seringkali para penyair menggunakan bahasa arkais atau mengubah bentuk kata agar puisinya sesuai dengan aturan pola baku. Pada akhir abad ke-20, muncul puisi Jawa modern. Puisi Jawa modern atau biasa disebut dengan geguritan pertama kali muncul di majalah Kejawen pada tahun Sejak saat itulah puisi Jawa modern berkembang dengan pesat dan dipopulerkan oleh berbagai media cetak, seperti majalah Panjebar Semangat, Djaja Baja, Djoko Lodang, dan Mekar Sari. 1 Herman J. Waluyo. Apresiasi Puisi: Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta hlm Hamidy. Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Bumi Pustaka. Pekanbaru hlm Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar sastra. Angkasa. Bandung hlm Poerbatjaraka. Kepustakaan Djawa. Djambatan. Jakarta hlm Ras, J.J. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Grafiti-Pres. Jakarta hlm. 18 6

7 Berbeda dengan bentuk-bentuk puisi Jawa sebelumnya, puisi Jawa modern tidak terikat pada pola atau aturan baku. Para pujangga diberi kebebasan untuk membuat peruangan puisi dan bebas untuk menciptakan bunyi-bunyi bahasa dengan menggunakan kaidah estetika yang diyakini tanpa harus disesuaikan dengan aturan baku. Para penyair dapat mengutarakan ujarannya melalui berbagai aspek yang membangun sebuah puisi, seperti aspek bunyi, aspek kebahasaan, aspek spasial, dan aspek pengujaran. Hal inilah yang membuat puisi Jawa modern dengan mudah dapat menarik minat masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengungkapkan berbagai gagasan melalui karya sastra puisi Jawa modern. Sejak awal kemunculannya hingga saat ini puisi Jawa modern masih terus berkembang. Puisi Jawa modern mengandung tema yang sangat beragam. Namun, pemahaman suatu tema dalam puisi tidak semudah memahami tema dalam prosa yang bahasanya lebih lugas. Terlebih lagi, kebanyakan puisi Jawa modern mengungkapkan tema dan unsur estetika secara tersirat melalui aspek-aspek pembangun puisi. Untuk itu, proses pemahaman tema dan estetika puisi harus dilengkapi dengan pemahaman unsur-unsur pembentuk puisi. Unsur-unsur pembentuk puisi bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur lain, serta bersifat fungsional terhadap unsur lainnya. 6 Hal inilah yang kemudian mendorong adanya penelitian berbasis analisis struktural puisi Jawa modern meliputi analisis unsur-unsur pembangun puisi. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk menemukan makna dan unsur estetika yang terkandung dalam sebuah puisi. Salah satu bentuk puisi Jawa modern adalah puisi berjudul Anyar Katon. Puisi Anyar Katon adalah puisi karangan Roewandi yang dipublikasikan oleh majalah Panjebar Semangat pada bulan Maret Selain diterbitkan melalui media cetak, puisi Anyar Katon ini juga dipublikasikan melalui media online Panjebar Semangat pada 26 Maret 2012 dalam rubrik geguritan. Puisi Anyar Katon adalah puisi Jawa modern yang unik. Meskipun terbilang puisi Jawa modern, tetapi puisi ini cenderung masih memiliki keteraturan pola bunyi sebagaimana puisi Jawa tradisional. Selain itu, puisi ini menggunakan tiga ragam bahasa Jawa yang berbeda. Salah satunya adalah bahasa arkais, yaitu bahasa syair yang biasanya digunakan dalam puisi Jawa tradisional. Keunikan inilah yang membuat puisi Anyar Katon dipilih menjadi bahan dalam penelitian analisis unsur-unsur pembentuk puisi ini. 6 Herman J. Waluyo. Teori dan Apresiasi Puisi. Erlangga. Jakarta hlm. 25 7

8 2. Tinjauan Teoritis Puisi dibangun oleh beberapa aspek yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis segala aspek yang membangun sebuah puisi menjadi satu kesatuan yang utuh agar makna dalam puisi dapat dipahami dengan benar. Penelitian ini menggunakan teori Karsono H. Saputra yang ditulis dalam bukunya yang berjudul Puisi Jawa: Struktur dan Estetik. Menurut Karsono, puisi dibangun oleh beberapa aspek, yaitu aspek bunyi, aspek spasial, aspek kebahasaan, dan aspek pengujaran Aspek bunyi Puisi adalah kumpulan bunyi yang menjadi satuan-satuan bahasa secara bertingkat: satuan-satuan bunyi membentuk suku kata, suku kata membentuk satuan kata, dan satuan kata membentuk frasa, klausa, atau kalimat. Kumpulan bunyi tersebut, disebut sebagai bunyi segmental. Aspek bunyi dalam puisi tidak hanya membangun struktur kata dan kalimat saja. Aspek bunyi juga memiliki beberapa fungsi lainnya, antara lain a. Fungsi Estetik Kumpulan bunyi yang membentuk sebuah puisi berfungsi menciptakan makna estetis. Makna estetis atau keindahan ini muncul ketika ada pengulangan bunyi yang terjadi secara sistematis. Pengulangan bunyi yang sistematis ini dapat berupa pengulangan vokal, pengulangan konsonan, pengulangan sebagian pembentuk kata, dan pengulangan seluruh pembentuk kata. Bentuk pengulangan atau persamaan bunyi yang terjadi secara sistematis disebut purwakanthi dalam bahasa Jawa. Berdasarkan gejala pengulangan atau persamaan bunyinya, purwakanthi terbagi menjadi tiga macam. Purwakanthi Guru Swara Purwakanthi guru swara adalah pengulangan bunyi vokal pada kata dalam satu baris puisi. Pengulangan bunyi vokal ini dapat terjadi secara berurutan maupun secara berseling. Purwakanthi Guru Sastra 7 H. Saputra, Karsono. Puisi Jawa: Struktur dan Estetika. Wedatama Widya Sastra. Jakarta hlm

9 Purwakanthi guru sastra pengulangan bunyi konsonan pada kata dalam satu baris puisi. Pengulangan bunyi konsonan dapat terjadi secara berurutan maupun berseling. Purwakanthi Lumaksita Purwakanthi lumaksita adalah pengulangan kata, baik secara keseluruhan maupun sebagian, baik mengalami maupun tidak mengalami perubahan bentuk. Purwakanthi lumaksita dapat terjadi dalam satu baris puisi maupun dalam larik yang berbeda tetapi masih berurutan. Pengulangan dalam purwakanthi lumaksita tidak mengandung makna jamak seperti reduplikasi tetapi mengandung makna estetis. b. Fungsi Spasial Aspek bunyi juga berfungsi sebagai penanda spasial atau peruangan puisi. Penanda spasial muncul ketika bunyi pada akhir baris atau biasa disebut dengan guru lagu memiliki keteraturan bunyi atau berpola. Pola guru lagu biasanya terdapat pada puisi tradisional tetapi ada beberapa puisi modern yang juga masih menggunakan guru lagu berpola. c. Fungsi Aksentuasi Bunyi bahasa tidak memiliki makna kontekstual dalam puisi. Namun, kehadiran bunyi bahasa dapat memberi tekanan makna yang memberikan isyarat tertentu pada subsistem bahasa yang dilambangkannya. Pengulangan atau persamaan bunyi yang terjadi secara sistematis memberikan tekanan tertentu yang juga berkemungkinan sebagai kata kunci dalam memaknai puisi. 2. Aspek Spasial Aspek spasial atau peruangan adalah unsur yang menjadi ciri khas pada puisi. Berbeda dengan karya sastra prosa yang bentuk penulisan atau peruangannya adalah sebuah paragraf atau karya sastra drama yang berbentuk dialog percakapan antar tokoh, puisi memiliki peruangan khusus yang disebut dengan pada bait. Pada dibentuk oleh beberapa gatra baris, sebuah gatra dibentuk oleh beberapa tembung kata, dan tembung dibentuk oleh beberapa wanda suku kata. Pada puisi modern, tidak jarang dijumpai puisi yang tidak menggunakan peruangan bentuk bait. Banyak karya puisi modern yang menggunakan aspek spasial sebagai sarana pengekspresian sehingga aspek spasial seringkali sangat fungsional 9

10 dalam kaitannya dengan makna. Dalam beberapa puisi modern, aspek spasial bertautan erat dengan makna puisi. 3. Aspek Kebahasaan Puisi Jawa modern diwujudkan melalui bahasa Jawa. Puisi modern tidak terikat oleh kaidah tata bahasa atau gramatika bahasa Jawa baru yang baik dan benar. Dalam puisi modern, kata tidak harus dimaknai sesuai dengan gramatikanya karena kata merupakan satuan terkecil yang mempunyai makna. Kata-kata dalam puisi modern tidak hanya memiliki makna denotatif, melainkan juga makna konotatif. Bahkan, makna konotatif lebih dominan dalam aspek kebahasaan puisi. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pernyataan konotatif, bahasa dalam puisi tidak harus mematuhi kaidah struktur morfologis dan sintaksis sebagaimana yang seharusnya seperti dalam tata bahasa. Oleh karena itu, setiap penyair memiliki kebebasan untuk mengolah kata dan bahasa sesuai dengan kaidah dan estetika yang diyakininya. Kebebasan dalam memanipulasi atau memainkan kata yang dimiliki oleh penyair disebut sebagai licentia poetica. Dengan licentia poetica, penyair dapat menciptakan kata baru, mempermainkan kata yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku secara gramatika, baik pada morfologis maupun sintaksis. 4. Aspek Pengujaran Wacana dalam puisi tidak hadir dengan sendirinya, melainkan dihadirkan oleh subjek pengujaran. Dengan demikian, subjek pengujaran bertindak sebagai pencerita yang bertindak menghadirkan wacana puisi, sedangkan wacana puisi berperan sebagai objek pengujaran yang dihadirkan oleh subjek pengujaran. Objek pengujaran atau wacana dalam puisi dihadirkan oleh subjek pengujaran melalui aspek bunyi, aspek spasial, dan aspek kebahasaan. Di dalam objek pengujaran terdapat subjek ujaran, latar, dan tema yang menjadi satu kesatuan wacana yang utuh pada puisi. Subjek pengujaran terdiri dari dua jenis, yaitu subjek pengujaran intern dan subjek pengujaran ektern. Subjek pengujaran intern berarti ada subjek ujaran (tokoh) yang hadir secara nyata menceritakan objek pengujaran. Subjek pengujaran intern biasanya muncul dalam bentuk kata ganti aku, dak-/tak-, ingsun, sun, serta kata ganti lain yang termasuk dalam kata ganti orang pertama tunggal atau seringkali disebut sebagai aku liris. Sedangkan pada subjek pengujaran ektern, subjek pengujaran tidak secara nyata hadir menceritakan objek pengujaran. Pada kasus ini, subjek pengujaran berada di luar wacana. Tidak ada sebuah kata 10

11 atau petunjuk tentang sosok yang bertindak sebagai subjek pengujaran. Situasi seperti ini yang disebut subjek pengujaran ekstern atau subjek pengujaran tidak dalam objek pengujaran atau berada di luar wacana puisi. Wacana dalam puisi atau yang disebut sebagai objek pengujaran terdiri dari subjek ujaran, tema, dan latar. Subjek ujaran adalah tokoh, pribadi, atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek ujaran dapat muncul secara tersurat maupun tersirat. Adapun yang dimaksud dengan tema adalah gagasan utama yang mendasari sebuah puisi. Tema muncul secara nyata melalui aspek kebahasaan. Selain subjek ujaran dan tema, terdapat pula latar, yaitu keterangan yang menyertai atau berada dalam objek ujaran. Latar dapat berupa latar tempat, latar waktu, latar suasana, atau latar sosial. Pengenalan latar dapat membantu memberi makna pada puisi secara utuh. 3. Metode penelitian dan Sumber Data Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis puisi Jawa modern ini adalah metode deskriptif analisis. Metode penelitian deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. 8 Tahapan penelitian yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data, mengklarifikasi atau menyusun data, menganalisis data berdasarkan teori yang sudah ada, dan menginterpretasikan hasil analisis data tersebut. Kesimpulan pada metode deskriptif mengacu pada asumsi-asumsi fakta dan teori yang sudah ada. Bahan yang akan dianalisis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis adalah puisi Anyar Katon karangan Roewandi yang dipublikasikan oleh majalah Panjebar Semangat pada bulan Maret Selain diterbitkan melalui media cetak, puisi Anyar Katon ini juga dipublikasikan melalui media online Panjebar Semangat pada 26 Maret 2012 dalam rubrik geguritan.tahap penelitian yang akan dilakukan adalah mengumpulkan data tentang puisi Anyar Katon, mengklarifikasikan aspek-aspek yang terdapat dalam puisi menjadi empat aspek, yaitu aspek bunyi, aspek spasial, aspek kebahasaan, dan aspek pengujaran. Setelah itu, masing-masing aspek akan dianalisis berdasarkan teori Karsono H. Saputra yang ada dalam 8 Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta hlm

12 buku Puisi Jawa: Struktur dan Estetika. Tahap yang terakhir adalah mengambil kesimpulan yang berkenaan dengan tema dan unsur estetika yang terdapat dalam puisi Anyar Katon. 4. Analisis Puisi 4.1. Puisi Anyar Katon Anyar Katon Teja teja sulaksana tejane wong anyar katon Kula pitambuh tetanya asma jengendika Aja kumbi aywa lirwa awit pitepangan Mangsa kala niki padha cubriya Kula pitambuh pundi wisma kang kawuryan Dadi datan mamang tan lirwa ing kawaskithan Kathah jalma abusana endah tinretes kencana Parandene alaku culika turta tan darbe wisma Kula tetanya dhuh nimas ampun pasang walat Darbe sedya tindak pundi kanthi gita gita Temtu wonten wigati angambah laladan niki Nadyan samar semu tan ngetarani Sinten rowang ndika alaku bala Pinten cacahe sun takon ampun duka Nadyan cetha sampeyan tidhem tindak priyangga Sapa ngerti ana dom sumusuping tirta Dhuh nimas sun tetanya cubriya awit wanci ratri Kula tan bisa anampi andika yen tan walaka Teja teja sulaksane tejane wong anyar katon 12

13 4.2. Analisis Aspek Bunyi Aspek bunyi merupakan aspek paling utama dalam sebuah puisi karena pada hakikatnya, puisi adalah kumpulan dari bunyi-bunyi bahasa. Kumpulan bunyi-bunyi bahasa disebut pula dengan bunyi segmental. Bunyi-bunyi segmental yang membangun sebuah puisi mengandung fungsi-fungsi tertentu. Fungsi-fungsi tersebut, yaitu fungsi estetik, fungsi aksentuasi, dan fungsi spasial. 1. Fungsi Estetik Bunyi segmental yang membangun puisi Anyar Katon menghasilkan fungsi estetik atau keindahan. Fungsi estetik ini muncul ketika ada bunyi-bunyi yang muncul secara sistematis melalui pengulangan. Kondisi seperti ini disebut pula purwakanthi. Purwakanthi yang muncul dalam puisi Anyar Katon adalah purwakanthi guru swara dan purwakanthi lumaksita. Purwakanthi guru swara adalah pengulangan vokal atau runtun vokal pada kata dalam satu baris puisi, baik secara berurutan maupun secara berseling. Dalam puisi Anyar Katon terdapat tiga purwakanthi guru swara, yaitu: (1) Aja kumbi aywa lirwa awit pitepangan (2) Dadi datan mamang tan lirwa ing kawaskithan (3) Kula tan bisa anampi andika yen tan walaka Pada kasus (1), terdapat pengulangan gabungan vokal dan konsonan yang membentuk kesatuan bunyi /wa/ pada kata aywa dan lirwa. Pada kasus (2), pengulangan suku kata /da/ yang terjadi pada kata yang berurutan, yaitu kata dadi dan kata datan. Selanjutnya, pada kasus (3), terdapat pengulangan bunyi /an/ yang terjadi berturut-turut pada kata anampi dan andika. Purwakanthi lumaksita atau bisa juga disebut purwakanthi guru basa adalah pengulangan kata baik secara keseluruhan maupun sebagian. Pengulangan kata dapat pula mengalami atau tidak mengalami perubahan. Pada puisi Anyar Katon, terdapat dua purwakanthi lumaksita, yaitu: (1a) Teja teja sulaksana (1b) tejane wong anyar katon (2) Kula tan bisa anampi andika yen tan walaka Pada kasus (1a), terjadi pengulangan satu kata utuh, yaitu kata teja. Pengulangan yang terjadi merupakan salah satu bentuk reduplikasi yang bermakna jamak. Jadi, pengulangan kata teja pada kasus (1a) tidak termasuk purwakanthi lumaksita. Purwakanthi lumaksita 13

14 terjadi pada kata teja kasus (1b). Pengulangan ini bukan pengulangan kata secara utuh, melainkan kata yang mengalami perubahan bentuk menjadi tejane, kata teja diberi imbuhan /-ne/. Pada kasus (2), terdapat pengulangan kata yang secara utuh, yaitu kata tan. Kata tan diulangi sebanyak dua kali pada satu gatra. 2. Fungsi Aksentuasi Aksentuasi adalah penekanan yang terjadi pada bunyi segmental atau kata yang terdapat pada puisi. Penekanan atau aksentuasi berfungsi sebagai petunjuk mengenai makna yang terkandung dalam puisi. Penekanan dapat berupa kemunculan bunyi yang berulang secara sistematis. Terdapat beberapa kata yang berfungsi sebagai aksentuasi pada puisi Anyar Katon, yaitu (1) teja, (2) kula, (3) tetanya, (4) cubriya, (5) anyar katon. Dalam puisi ini, kata teja diulang sampai enam kali, yaitu tiga di baris pertama dan tiga dibaris terakhir. Kata kula mengalami empat kali pengulangan, yaitu di baris kedua, baris kelima, baris kesembilan, dan baris kedelapan belas. Kata tetanya diulang hingga tiga kali, yaitu pada baris kedua, baris kesembilan, dan baris ketujuh belas. Kata cubriya mengalami dua kali pengulangan, yaitu pada baris keempat dan baris ke tujuh belas. Sedangkan frase anyar katon mengalami pengulangan dua kali, yaitu pada baris pertama dan baris terakhir. Selain mengalami pengulangan, frase anyar katon juga menjadi judul puisi ini. Kata-kata yang telah disebutkan tadi merupakan bentuk penekanan yang menjadi kunci pada pemaknaan puisi. 3. Fungsi Spasial Salah satu ciri khas puisi Jawa baru dan puisi Jawa tengahan adalah adanya pengulangan bunyi suku kata terakhir atau guru lagu yang berpola. Guru lagu yang berpola menjadi salah satu penanda spasial pada puisi. Berbeda dengan jenis puisi Jawa yang lainnya, puisi Jawa modern tidak memiliki aturan guru lagu yang berpola. Puisi Jawa modern bebas menciptakan guru lagu tanpa pola baku. Namun, ada pula puisi Jawa modern yang masih menggunakan aturan guru lagu yang berpola. Begitu juga dengan puisi berjudul Anyar Katon karangan Roewandi ini. Persamaan bunyi guru lagu masih sangat terasa meskipun aturannya tidak ketat pada pola. Dari lima bait yang terdapat pada puisi, tiga bait diantaranya masih menggunakan guru lagu yang berpola, sedangkan guru lagu dalam dua bait lainnya tidak berpola. (1) Pola guru lagu bait pertama o a a a (2) Pola guru lagu bait kedua a a a a (3) Pola guru lagu bait ketiga a a i i 14

15 (4) Pola guru lagu bait keempat a a a a (5) Pola guru lagu bait kelima i a o Guru lagu pada bait kedua, ketiga, dan keempat puisi terlihat mengalami persamaan bunyi atau berpola, sedangkan guru lagu pada bait ketiga dan kelima tidak memiliki pola tertentu. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi Anyar Katon memiliki bunyi guru lagu yang berpola, meskipun polanya tidak ketat. Persamaan bunyi guru lagu yang berpola ini berfungsi sebagai penanda spasial yang melahirkan unsur estetika dalam puisi Analisis Aspek Spasial Salah satu perbedaan puisi dengan karya sastra lainnya adalah bentuk peruangannya. Puisi memiliki bentuk spasial yang khas, yaitu terdiri dari bait-bait yang membentuk puisi secara keseluruhan. Satuan-satuan spasial ditandai oleh sejumlah pemarkah sesuai dengan tataran masing-masing satuan. Pada tataran gatra baris, pemarkah spasial berupa guru wilangan jumlah suku kata dan guru lagu vokal pada akhir gatra atau rima akhir. Pada tataran pada bait, pemarkah berupa guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra jumlah baris dalam satu baris. Dalam puisi Jawa tradisional, guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra menjadi penentu jenis metrum sehingga kehadirannya mengikuti aturan pola yang sangat ketat, berbeda dengan puisi Jawa modern yang tidak memiliki metrum. Kehadiran satuan-satuan spasial pada puisi Jawa modern sama sekali tidak terikat oleh pola atau aturan tertentu. Berikut satuan spasial pada puisi Anyar Katon: Tabel 1. Pola Spasial Puisi Anyar Katon Pada Guru gatra Gatra ke- Guru wilangan Guru lagu o 2 14 a 3 14 a 4 11 a a 2 13 a 3 16 a 4 17 a a 2 14 a 15

16 3 15 i 4 11 i a 2 12 a 3 14 a 4 13 a i 2 16 a 3 16 o Puisi Anyar Katon memiliki lima pada bait yang masing-masing bait terdiri dari empat baris, kecuali baris kelima yang hanya terdiri dari tiga baris. Setiap bait dipisah dengan satu ruang kosong yang menandakan adanya perbedaan bahasan pada tiap bait meskipun kelimanya saling berkaitan. Puisi ini ditulis dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, tetapi tidak memenuhi halaman kertas. Dapat dilihat pada Tabel 1. Pola Spasial Puisi Anyar Katon bahwa satuan-satuan spasial guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra, tidak ada pola tertentu seperti pola pada puisi Jawa tradisional. Namun, satuan-satuan spasial guru gatra dan guru lagu puisi menunjukkan adanya keteraturan meskipun tidak ketat. Secara visualisasi, peruangan puisi Anyar Katon tidak menunjukkan adanya kaitan antara tipografi puisi dengan tema. Penyair tidak mengungkapkan makna puisi melalui aspek spasial. Aspek spasial puisi Anyar Katon hanya berfungsi sebagai unsur estetik yang diciptakan melalui persamaan bunyi guru lagu dan guru gatra yang berpola Analisis Aspek Kebahasaan Aspek kebahasaan yang terkandung dalam puisi Anyar Katon memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun puisi. Penyair menggunakan aspek kebahasaan sebagai sarana dalam menciptakan unsur estetika. Selain itu, penyair juga menggunakan aspek kebahasaan untuk mengungkapkan tema puisi. Aspek kebahasaan sangat erat kaitannya dengan makna dan tema karena penyair cenderung tidak mengungkapkan tema pada aspekaspek yang lain. Dalam aspek kebahasaan, unsur estetika diwujudkan melalui penggabungkan beberapa ragam bahasa Jawa. Sedangkan tema puisi diungkapkan dengan pilihan kata yang mengandung makna konotatif. 16

17 Aspek Kebahasaan Sebagai Perwujudan Estetika Bahasa yang digunakan dalam puisi Anyar Katon adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa baru memiliki ragam tutur yang disebut dengan unggah-ungguhing basa yang terdiri atas tiga ragam tingkat tutur, yaitu ragam bahasa Jawa krama, ragam bahasa Jawa madya, dan ragam bahasa ngoko. 9 Penggunaan ragam bahasa tersebut berdasarkan atas sikap penghormatan dan tingkat keakraban seseorang dengan lawan bicaranya. Puisi Anyar Katon juga menggunakan bahasa Jawa yang tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat estetis atau biasa disebut dengan bahasa arkais. 10 Puisi Anyar Katon menggabungkan antara bahasa Jawa ragam ngoko, krama, dan bahasa arkais dalam aspek kebahasaannya. Penggabungan antara bahasa Jawa krama dengan ngoko dan bahasa arkais terlihat pada kutipan berikut: (1) Aja kumbi aywa lirwa awit pitepangan Aja adalah kosakata dari bahasa Jawa ragam ngoko yang berarti jangan. Kumbi ingkar, awit sejak, dan pitepangan pertemuan adalah kata-kata dari ragam bahasa Jawa krama. Sedangkan aywa jangan dan lirwa sembrana termasuk kosakata dari bahasa arkais. Aja dan aywa memiliki arti yang sama, yaitu jangan tetapi penyair memilih dua kosakata dari ragam bahasa Jawa yang berbeda untuk memunculkan unsur estetika dalam puisi. (2) Pinten cacahe sun takon ampun duka (3) Kula tan bisa anampi andika yen tan walaka Cacahe jumlahnya, takon tanya, bisa dapat, yen jika adalah kosakata yang terdapat dalam ragam bahasa Jawa ngoko. Pinten berapa, ampun jangan, duka marah, kula saya, anampi menerima adalah kosakata dari bahasa Jawa ragam krama. Sun saya, tan tidak, andika kamu, walaka jujur adalah kosakata-kosakata yang dianggap sebagai bahasa arkais. Dalam pemilihan kosakata, penyair sengaja menggabungkan tiga ragam bahasa Jawa tersebut menjadi satu kesatuan puisi dalam rangka menciptakan unsur estetika dalam puisi. 9 Kridalaksana, Harimurti, dkk. Wiwara: Pengantar Kebudayaan dan Bahasa Jawa. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta hlm. xxii-xxiii. 10 Bahasa arkais berarti bahasa yang berhubungan dengan masa dahulu, bercirikan kuno, dan sudah tidak lazim dipakai. Bahasa Jawa arkais dianggap pula sebagai bahasa yang mengandung unsur estetika. (Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta hlm. 49). 17

18 Aspek Kebahasaan sebagai Pengungkap Makna Puisi Anyar Katon menggunakan aspek kebahasaan sebagai sarana untuk mengungkapkan tema puisi. Namun, tema yang terdapat dalam puisi ini tidak diungkapkan secara tersurat melainkan dengan cara tersirat. Banyak sekali kata-kata bermakna konotatif yang tidak dapat diartikan secara leksikal. Berikut kutipan dari puisi Anyar Katon yang berkaitan dengan tema, baik yang bermakna konotatif maupun tidak: (1) Teja teja sinar-sinar sulaksana pertanda baik tejane wong anyar katon sinarnya orang yang baru terlihat (2) Kula saya pitambuh tidak tau tetanya bertanya asma jengendika namamu Pada kutipan (1), kata-kata mengandung makna konotatif sehingga tidak dapat diartikan secara leksikal. Frasa sinar-sinar pertanda baik bukan berarti cahaya yang melambangkan kebaikan melainkan gambaran tentang sosok wong anyar katon yang terlihat teja bersinar atau menawan dan sulaksana pertanda baik yang diartikan menjadi berbudi baik. Kutipan (2) mangandung makna leksikal, yaitu tokoh kula tidak tau atau tidak mengenal wong anyar katon dan menanyakan siapa namanya. (3) Kula saya pitambuh tidak tau pundi dimana wisma rumah kang kawuryan yang terlihat (4) Kathah jalma banyak orang abusana endah berbusana indah tinretes kencana berhiaskan emas dan berlian (5) Parandene meskipun demikian alaku culika berbuat jahat turta dan tan darbe wisma tidak punya rumah Kutipan (3) menjelaskan bahwa kula tidak tau dimana rumah anyar katon. Wisma kang kawuryan mengandung makna konotatif yang mengacu pada rumah tempat tinggal anyar katon. Kutipan (4) mengandung makna konotatif karena banyak orang yang berbusana indah berhiaskan emas dan berlian bukan berarti menggambarkan banyak orang yang benarbenar menggunakan pakaian berhiaskan emas dan berlian, tetapi menggambarkan sosok orang-orang yang terlihat berharta dan sangat menawan. Kutipan (5) mengatakan bahwa meskipun orang-orang itu terlihat berharta dan menawan, tetapi sebenarnya mereka laku culika berbuat jahat dan tan darbe wisma tidak punya rumah atau diartikan miskin. Hal 18

19 ini menunjukkan bahwa orang-orang yang diceritakan oleh kula sebenarnya tidak benar-benar berharta dan menawan. (6) Kula saya tetanya bertanya dhuh nimas adinda ampun jangan pasang walat menggunakan mantra (7) Darbe punya sedya niat tindak pundi pergi kemana kanthi gita-gita dengan tergesa-gesa Pada kutipan (6), kula berkata pada adinda (wong anyar katon) untuk tidak menggunakan mantra. Kutipan (7) kula bertanya pada wong anyar katon mau pergi kemana dengan tergesa-gesa. Kutipan tersebut mengandung makna konotatif. Makna sebenarnya yang diungkapkan dalam kutipan tersebut adalah anyar katon pasang walat menggunakan mantra atau cara yang tidak baik untuk bisa mencapai tujuannya kanthi gita-gita dengan cepat. Kula menasehati wong anyar katon agar ampun pasang walat jangan mengunakan mantra atau cara yang tidak baik. (8) Sinten siapa rowang teman ndika alaku bala yang mengiringimu (9) Nadyan meskipun cetha jelas terlihat sampeyan tidhem tindak priyangga kamu sepi pergi sendiri (10) Sapa siapa ngerti tau ana ada dom sumusuping tirta jarum yang masuk dalam air Seluruh kutipan diatas mengandung makna konotatif. Pada kutipan (8), kula bertanya sinten rowang ndika siapa saja temanmu atau dapat diartikan siapa saja orang-orang yang laku bala mengiringimu atau mengikuti caramu (menggunakan mantra untuk mencapai tujuan dengan cepat). Kutipan (9), kula menjelaskan bahwa sebanyak apapun rowang ndika orang-orang yang mengikuti anyar katon, cetha sampeyan tudhem tindak priyangga tetap saja ia terlihat sendirian. Bahkan, (10) sapa ngerti ana mungkin saja ada dom susmusuping tirta salah seorang diantaranya yang diam-diam ingin mencelakai anyar katon. (11) Dhuh nimas adinda sun saya tetanya bertanya cubriya sombong awit sejak wanci waktu ratri malam (12) Kula saya tan tidak bisa bisa anampi menerima andika kamu yen jika tan tidak walaka jujur 19

20 Kutipan (11), kula mengatakan bahwa sun tetanya ia sudah banyak bertanya, tetapi (wong anyar katon) cubriya awit wanci ratri sombong tidak pernah menjawab sejak awal perkenalan. Kutipan (12) cenderung bermakna leksikal, yaitu kula tidak bisa menerima jika wong anyar katon tidak jujur. Berdasarkan analisis makna konotatif di atas, dapat diketahui bahwa puisi ini menceritakan tentang seseorang yang terlihat menawan dan berbudi baik, tetapi sebenarnya ia bertindak jahat dan tidak sepantasnya disebut menawan. Ia menggunakan mantra atau caracara yang tidak baik agar tujuannya dapat tercapai dengan cepat. Ada banyak orang-orang yang seperti itu, tetapi mereka tidak berteman bahkan saling bersaing dan mencelakai satu sama lain. Sesungguhnya, orang-orang yang tidak jujur dan munafik seperti itu tidak akan diterima oleh lingkungannya. Seperti itulah gagasan yang disampaikan oleh penyair melalui puisi ini. 4.5.Analisis Aspek Pengujaran Puisi merupakan salah satu sarana komunikasi antara penyair dengan pembacanya. Ada wacana yang disampaikan oleh penyair melalui puisi yang disebut dengan objek pengujaran. Objek pengujaran tidak hadir dengan sendirinya, melainkan disampaikan oleh tokoh yang dibuat oleh penyair dan disebut sebagai subjek pengujaran. Subjek pengujaran dan objek pengujaran merupakan dua hal yang selalu ada dalam sebuah puisi, meskipun kehadirannya tidak selalu tersurat. Begitu pula dengan puisi Anyar Katon, terdapat subjek pengujaran dan objek pengujaran yang membangun puisi menjadi kesatuan yang utuh. Subjek pengujaran yang ada dalam puisi Anyar Katon adalah subjek pengujaran intern, yaitu subjek pengujaran (tokoh) hadir secara nyata menyampaikan objek pengujaran. Berikut kutipan dalam puisi yang menunjukkan subjek pengujaran intern dalam puisi: (1) Kula pitambuh tetanya asma jengendika (2) Parandene alaku culika turta tan darbe wisma (3) Pinten cacahe sun takon ampun duka Pada kutipan (1) terdapat kata kula yang berarti saya dalam bahasa Jawa krama. Kutipan (2) terdapat imbuhan /ku/ yang berarti milik saya. Sedangkan pada kutipan (3) terdapat kata sun yang berarti saya dalam bahasa arkais. Kata-kata tersebut merupakan kata 20

21 ganti orang pertama yang menunjukkan adanya tokoh aku liris dalam puisi yang berperan sebagai pencerita. Selain subjek pengujaran, objek pengujaran juga termasuk unsur penting yang membangun puisi. Objek pengujaran terdiri dari subjek ujaran, latar, dan tema. Subjek ujaran merupakan tokoh, pribadi, atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam puisi Anyar Katon, yang menjadi pokok pembicaraan adalah wong anyar katon orang yang baru terlihat. Latar dalam puisi ini tidak terlalu kuat dalam hubungannya dengan makna. Hal ini disebabkan oleh bentuk puisi yang memang tidak berbentuk puisi naratif yang biasanya menonjolkan unsur latar. Secara keseluruhan, puisi Anyar Katon membicaraka tentang seseorang yang terlihat menawan dan berbudi baik, tetapi sebenarnya ia bertindak jahat dan tidak sepantasnya disebut menawan. Ia menggunakan cara yang tidak baik agar tujuannya dapat tercapai dengan cepat. Banyak orang yang seperti itu dan mereka saling mencelakai satu sama lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tema puisi adalah kemunafikan. 5. Kesimpulan Puisi Anyar Katon karya Roewandi merupakan salah satu bentuk puisi Jawa modern. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek pembangun puisi yang tidak terikat oleh kaidah pola tertentu. Analisis yang menggunakan teori Karsono H. Saputra dalam buku Puisi Jawa: Struktur dan Estetika mendapati bahwa aspek-aspek yang membangun puisi, yaitu aspek bunyi, aspek spasial, aspek kebahasaan, dan aspek pengujaran menjadi sarana perwujudan tema dan unsur estetika puisi. Aspek bunyi dalam puisi Anyar Katon menjadi salah satu unsur estetika puisi yang diwujudkan melalui pengulangan bunyi yang berpola atau biasa disebut dengan purwakanthi. Aspek bunyi pada puisi ini juga berfungsi sebagai pengungkapan makna puisi yang diwujudkan melalui aksentuasi atau penekanan pada kata tertentu yang berhubungan erat pada makna puisi. Berbeda dengan aspek bunyi, aspek spasial puisi Anyar Katon tidak berfungsi sebagai sarana pengungkapan makna puisi. Aspek spasial hanya berfungsi sebagai unsur estetik yang diwujudkan melalui guru gatra dan guru lagu yang cenderung teratur dan berpola. Aspek kebahasaan merupakan aspek yang sangat penting dalam puisi Anyar Katon. Aspek ini berfungsi sebagai perwujudan unsur estetika sekaligus pengungkapan makna. Dalam penciptaan unsur estetika, puisi ini menggabungkan ragam bahasa Jawa ngoko, krama, 21

22 dan bahasa arkais yang diyakini sebagai bahasa penyair yang indah. Penggabungan ketiga ragam bahasa tersebut sengaja dilakukan oleh penyair untuk menciptakan unsur estetika dalam puisi. sedangkan untuk mengungkapkan makna dan tema, puisi ini menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bersifat konotatif. Kata-kata dalam puisi ini tidak bisa diartikan secara leksikal. Bahkan, tiap kata mengandung makna tersendiri yang membangun makna puisi secara utuh. Aspek yang terakhir adalah aspek pengujaran. Melalui aspek pengujaran, dapat diketahui subjek pengujaran puisi yang dilambangkan dengan tokoh aku liris. Pokok pembicaraan atau objek pengujaran dalam puisi ini adalah wong anyar katon orang yang baru terlihat. Secara keseluruhan, puisi ini membicarakan tentang seseorang yang terlihat menawan dan berbudi baik, tetapi sebenarnya ia bertindak jahat dan tidak sepantasnya disebut menawan. Ia menggunakan cara yang tidak baik agar tujuannya dapat tercapai dengan cepat. Banyak orang yang seperti itu dan mereka saling mencelakai satu sama lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tema puisi adalah kemunafikan. Puisi Anyar Katon merupakan salah satu bentuk puisi Jawa modern. Puisi modern tidak terikat oleh aturan atau pola baku seperti pada puisi tradisional. Penyair bebas mengungkapkan tema, gagasan, serta makna melalui keempat aspek yang membangun puisi. Melalui keempat aspek itu pula penyair bebas menciptakan unsur estetika dalam puisi. Seperti itulah gambaran umum tentang puisi Jawa modern. 6. Saran Analisis tema dan unsur estetika sebuah puisi Jawa modern merupakan salah satu topik penelitian yang menarik. Melalui analisis unsur pembentuk puisi, dapat ditemukan berbagai hal yang diungkapkan oleh penyair secara tersirat. Hasil akhir dari analisis unsur pembentuk puisi dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai makna, tema, dan keindahan puisi. Apabila ingin mengadakan penelitian tentang analisis tema dan unsur estetika puisi, sebaiknya pilih puisi yang memiliki keunikan dan memiliki ciri khas tertentu sehingga analisis akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang menarik. Selain itu, gunakan teori analisis puisi yang sesuai dengan jenis puisi tersebut agar seluruh aspek dalam puisi dapat terkuak seluruhnya sehingga hasil akhir lebih maksimal dan memuaskan. 22

23 7. Daftar Referensi Buku Hamidy Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru: Bumi Pustaka. Herman J. Waluyo Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Herman J. Waluyo Apresiasi Puisi: Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti, dkk Wiwara: Pengantar Kebudayaan dan Bahasa Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Poerbatjaraka, R.M.Ng Kepustakaan Djawa. Jakarta: Djambatan. Ras, J.J Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Jakarta: Grafiti-Pres. Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saputra, Karsono H Puisi Jawa: Struktur dan Estetika. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Tarigan, Henry Guntur Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Kamus Poerwadarminta, W.J.S Baoesastra Djawa. Batavia: Wolters Uitgevers-Maatschappij. Utomo, Sutrisno Sastro Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 23

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum.

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: 0806481210 Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis

Lebih terperinci

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian BAB 3 SIMPULAN Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian dari kitab suci umat nasrani, yaitu Alkitab. Kitab Mazmur merupakan kitab terpanjang dan kitab yang paling banyak dikutip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret, yang membangkitkan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA NO KOMPETENSI DASAR KELAS MATERI INDIKATOR 1. 2. Menceritakan riwayat hidup paraga/tokoh

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1 Universitas Indonesia. Makna puisi-puisi..., Oscar Ferry, FIB UI, 2008

Bab 1 Pendahuluan. 1 Universitas Indonesia. Makna puisi-puisi..., Oscar Ferry, FIB UI, 2008 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi dari hasil pemikiran, pengalaman, dan ide manusia yang dituang lewat media dengan alat bahasa. Kreativitas dalam sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO Oleh: Noviorita Prahutami program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa noviorita@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang

Lebih terperinci

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA WACANA PUISI JAWA DALAM KOLOM GEGURITAN HARIAN SOLOPOS EDISI PEBRUARI-MARET 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pandidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang bentuk, nilai, dan fungsi parikan pada lirik lagu karya Genk Kobra yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL- FATAH CIKEMBANG

BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL- FATAH CIKEMBANG 185 BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL- FATAH CIKEMBANG Setelah penelitian mengenai kreativitas dalam kepenulisan dari Penyair Jawa Barat,

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA MAKALAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian sidang sarjana Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pemakai bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan media yang berbeda-beda. Secara garis besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali,

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 1 November 2015 9-14 Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU Nirwana Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP nirwana@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA CEKAK DONGENGE PAKDHE BAB LENDHUT LAPINDO

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA CEKAK DONGENGE PAKDHE BAB LENDHUT LAPINDO UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA CEKAK DONGENGE PAKDHE BAB LENDHUT LAPINDO JURNAL HARYO SUNDARU 0906641730 \ FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA Oleh Icha Meyrinda Ni Nyoman Wetty S. Mulyanto Widodo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail : ichameyrinda@yahoo.com

Lebih terperinci

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stilistika merupakan ilmu linguistik yang mengkaji tentang aspek gaya atau style di dalam karya sastra dengan menggunakan medium bahasa sebagai media telaahnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03)

PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03) PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03) 1. Jawaban: B Ide pokok paragraf terdapat dalam kalimat utamanya: terdapat di awal atau di akhir paragraf. Ide pokok paragraf tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R BAB V PENUTUP 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R yang diterbitkan oleh Rangkah Mas Surabaya pada tahun 1966, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai media pengantarnya tanpa menghilangkan unsur estetiknya. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL OLEH RUDY PRASETYO A1D111001

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL OLEH RUDY PRASETYO A1D111001 KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL OLEH RUDY PRASETYO A1D111001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018 ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN BAHASA (LANGUAGE GAMES) Tutin Mulyati NIM : 08210086 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG SOAL TUGAS TUTORIAL III Nama Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode/SKS : PDGK 4504/3 (tiga) Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-7 I. PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KOTARIH TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK NIA ELCERIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bentuk komunikasi yang dilakukan manusia dapat dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETEREAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA MTs

PENINGKATAN KETEREAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA MTs PENINGKATAN KETEREAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA MTs Oleh: Harisun Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo harisunnove@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kemampuan tertentu yang begitu istimewa. Manusia mampu beradaptasi untuk bertahan hidup karena Tuhan telah memberikan mereka otak. Manusia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair. ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN 2011-2012 Septiana Dwi Lestari 0821.0176 alka_dira@yahoo.co.id STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITAN DENGAN NATURAL APPROACH PADA SISWA KELAS VIIC SMPN 1 SAPURAN TAHUN AJARAN 2012/2013

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITAN DENGAN NATURAL APPROACH PADA SISWA KELAS VIIC SMPN 1 SAPURAN TAHUN AJARAN 2012/2013 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITAN DENGAN NATURAL APPROACH PADA SISWA KELAS VIIC SMPN 1 SAPURAN TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Hidayati Solichah program studi pendidikan bahasa dan sastra

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan yosi.wulandari@pbsi.uad.ac.id, titiek.suyatmi@pbsi.uad.ac.id,

Lebih terperinci

Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi

Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi 2010 2011 Oleh: Sheila Fera Phina 1 Abstrak Judul skripsi ini adalah Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Yayu M.Binol, Ali Karim, Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. 1. Variasi kedaerahan bahasa Jawa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang diungkapkan melalui bahasa sebagai pengantar yang memiliki nilai estetika atau keindahan

Lebih terperinci

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A.

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A. ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK Oleh: Itaristanti, M.A. Abstrak Tulisan ini mendeskripsikan hasil analisis bunyi, kata, dan citraan terhadap beberapa puisi anak. Tujuannya bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci