MASJID DAN VIHARA: SIMBOL KERUKUNAN HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN BUDDHA (STUDI KASUS DI KELURAHAN BANTEN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG PROVINSI BANTEN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASJID DAN VIHARA: SIMBOL KERUKUNAN HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN BUDDHA (STUDI KASUS DI KELURAHAN BANTEN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG PROVINSI BANTEN)"

Transkripsi

1 MASJID DAN VIHARA: SIMBOL KERUKUNAN HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN BUDDHA (STUDI KASUS DI KELURAHAN BANTEN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG PROVINSI BANTEN) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Dita Sopia Sari NIM: PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

2 Masjid dan Vihara: Simbol Kerukunan Hubungan Antara Islam dan Buddha (Studi Kasus di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Dita Sopia Sari NIM: PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M i

3 ii

4 iii

5 iv

6 PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Penulisan transliterasi ini mengikuti buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (CeQDa) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ا Tidak dilambangkan ب b Be ت t Te ث ts te dan es ج j je ح h h dengan garis bawah خ kh ka dan ha د d De ذ dz de dan zet ر r Er ز z Zet س s Es ش sy es dan ye ص s es dengan garis di bawah ض d de dengan garis di bawah ط t te dengan garis di bawah ظ z zet dengan garis di bawah ع koma terbalik di atas hadap kanan غ gh ge dan ha ف f Ef ق q Ki ك k Ka ل l El م m Em ن n En و w We ه h Ha ء ` Apostrof ي y Ye v

7 ABSTRAK Dita Sopia Sari Masjid dan Vihara: Simbol Kerukunan Hubungan Antara Islam Dan Buddha (Studi Kasus di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten) Kelurahan Banten merupakan sebuah desa yang di dalamnya terdapat dua buah rumah ibadah bersejarah yang berbeda, yaitu Masjid Agung Banten dan Vihara Avalokitesvara. Berdirinya sebuah vihara di tengah-tengah masyarakat mayoritas beragama Islam juga kawasan bersejarah kerajaan Islam Banten tidak menjadikan pemeluk agama mayoritas bersifat sombong atau bahkan melakukan hal-hal diskriminasi terhadap mereka, keduanya saling menghormati dan menghargai. Ini terjadi sejak jaman dahulu hingga sekarang. Adanya kemajemukan ini, menunjukkan bahwa dialog antar umat beragama di Kelurahan Banten terjalin sangat baik. Bangunan Vihara Avalokitesvara Banten dibangun sekitar tahun 1652, berdiri lebih dulu daripada Masjid Agung Banten. Latar belakang pembangunannya menurut warga setempat ada kaitannya dengan salah satu wali Allah, Sunan Gunung Jati yang menjunjung tinggi nilai toleransi antar umat beragama. Vihara ini mengalami perpindahan tempat ke ke Kampung Pamarican Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Provinsi Banten pada tahun 1774, dahulu sebelumnya berada di Desa Dermayon, sekitar 500 M arah selatan Masjid Agung Banten. Bangunan Masjid Agung Banten didirikan pada abad ke-17 beserta bangunan komponen lainnya (komplek Masjid Agung Banten) yang didirikan secara tidak bersamaan, berangsur. Ada satu komponen bangunan yang menarik perhatian para pengunjung, baik di masa lampau hingga sekarang, yaitu menara. Menara terletak di sebelah timur masjid itu berfungsi sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan serta tempat untuk memantau keadaan di Teluk Banten tersebut, dibangun oleh arsitek asal Cina yaitu Tjek Ban Cut, bangunannya terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Menara ini memiliki makna fungsional simbolik terhadap pembangunan Banten setelah berdiri sebagai sebuah provinsi pada tahun 2000 dan resmi dijadikan simbol atau ikon lembaga pemerintahan Provinsi Banten. Kata Kunci: Masjid, Vihara, Simbol, Kerukunan, Beragama vi

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabb al-alamin, Segala puji bagi Allah, yang awal tanpa yang awal sebelum-nya, yang akhir tanpa yang akhir sesudah-nya. Maha suci AsmaNya, maha tampak anugrahnya. Ya Allah sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, shalawat yang awalnya tidak terbatas, yang batasnya tidak berujung, dan akhirnya tidak berhingga. Sesungguhnya, tidaklah mudah bagi penulis menyusun skripsi ini, tetapi meskipun demikian, penulis bertekad menyelesaikan skripsi ini agar dapat mengajukan salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini. Bantuan dan dukungan mereka, sedikit banyaknya telah meringankan beban penulis selama menyusun skripsi ini. Meskipun tidak semua pihak dapat penulis sebutkan satu persatu, setidaknya penulis merasa perlu menyebutkan sejumlah nama, yaitu: 1. Keluarga tercinta, mamah, bapak, teteh, kakak dan adik. Terutama kepada orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, dengan rasa cinta dan kasih sayang mereka secara tulus telah mengurus, membesarkan dan mendidik penulis hingga hari ini. Munajat doanya di setiap waktu telah memberikan kekuatan lahir dan batin dalam mengarungi bahtera kehidupan. 2. Ibu Dr. Sri Mulyati, MA selaku pembimbing Skripsi yang telah memberikan beberapa masukan yang sangat bermakna yang sejak semula dengan vii

9 ketulusan hati dan tidak bosan-bosan memberikan perhatian dan dorongan yang luas untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan semoga Allah segera mengangkat segala penyakit yang beliau alami juga senantiasa dalam lindungan-nya Amiin Yaa Rabbal alamin. 3. Dr. Media Zainul Bahri, M.A, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Halimah Mahmudy M.A, selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-Agama, yang selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswanya dengan baik dan sabar. 5. Kepala Desa, Para pengurus, baik humas Vihara Avalokitesvara juga Masjid Agung Banten dan masyarakat Kelurahan Banten yang telah memberikan banyak sumber utama dan informasi terutama yang berkaitan dengan judul skripsi ini. 6. Bapak Dr. Ahmad Ridho, DESA selaku Penasihat Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penulisan. 7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis. 8. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ushuluddin. 9. Para karyawan/karyawati Perpustakaan Utama dan Fakultas Ushuluddin Perpustakaan pusat Universitas Indonesia Depok, Perpustakaan daerah Kota Serang yang banyak membantu dalam menyediakan referensi yang dibutuhkan penulis. 10. Bagian Kemahasiswaan UIN Jakarta yang telah bersusah payah dalam memperjuangkan hak-hak mahasiswa khususnya mahasiswa penerima viii

10 beasiswa di UIN Jakarta. Semangat kak Amelia Hidayat sangat menginspirasi dan penulis ucapkan banyak terimakasih karena telah sangat sabar mengurus semua hal yang terkait dengan beasiswa, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, kebahagiaan dan kelancaran dalam mencapai segala aktivitas dan cita-cita untuk kakak dan ibu-bapak semua. 11. Untuk kalian teman kostan sekaligus teman SMP dan SMA penulis, Ade Khairunnisa dan Hilyati Fijriah yang bersedia membantu dan menemani penulis dalam keadaan susah. Semoga kalian selalu diberi kekuatan dan semangat dalam menghadapi kehidupan ini. 12. Teman-teman mahasiswa Jurusan Studi Agama-Agama angkatan Sahabat KKN AKRAB yang sudah memberikan semangat. 14. Pihak-pihak lain yang mungkin belum penulis sebutkan. Akhirnya, tidak ada gading yang tak retak, begitu bunyi pepatah, tidak ada manusia sempurna, penulis adalah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan, dengan kerendahan hati dengan pikiran yang terbuka penulis mohon kepada pembaca untuk dapat menyampaikan kritik dan saran guna perbaikan selanjutnya. Ciputat, 05 Januari 2017 Penulis ix

11 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... SURAT PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah... 9 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Manfaat Penelitian... 9 E. Tinjauan Pustaka F. Landasan Teori G. Metodologi Penelitian H. Sistematika Penulisan BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KELURAHAN BANTEN A. Profil Kelurahan Banten Sejarah Singkat Kelurahan Banten Kondisi Geografis Kondisi Keagamaan x

12 4. Kondisi Sosial B. Masuknya Buddha di Kelurahan Banten C. Masuknya Islam di Kelurahan Banten BAB III SEJARAH KEBERADAAN MASJID DAN VIHARA BERSEJARAH DI KELURAHAN BANTEN A. Masjid-Masjid Bersejarah Masjid Agung Banten Menara Banten B. Vihara Bersejarah Vihara Avalokitesvara Respon Masyarakat Kelurahan Banten Mengenai Keberadaan Vihara BAB IV GAMBARAN KEHIDUPAN HARMONI ANTARA UMAT ISLAM DAN BUDDHA DI KELURAHAN BANTEN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG PROVINSI BANTEN A. Bentuk Kehidupan Harmoni di Kelurahan Banten B. Simbol Kerukunan C. Relevansi Kehidupan Harmoni Antara Islam Dan Buddha Di Kelurahan Banten Dengan Konsep Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia ialah suatu negara yang majemuk dan kultural dengan berbagai macam suku, agama, dan kebudayaan. Negara ini memiliki tidak kurang dari 500 suku bangsa yang mencakup lebih dari 300 macam budaya, lebih dari 700 bahasa dan juga keragaman agama maupun kepercayaan. 1 Di samping keberanekaragaman suku bangsa dan tidak meratanya persebaran penduduk, bangsa Indonesia juga menganut agama dengan Islam sebagai mayoritas. 2 Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa dan Pasal 29 yang menjamin kebebasan beragama dan beribadah. Di samping kebebasan beragama, keputusan (Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia) yang fundamental ini juga merupakan jaminan tidak akan ada diskriminasi agama di Indonesia. 3 Bagi bangsa Indonesia, berbagai keragaman dan ke-bhineka-an yang ada merupakan anugerah yang sangat luar biasa dari Yang Maha Kuasa. Dan harus diwaspadai, karena tak jarang agama justru sebagai pemicu dan sumber konflik. Namun, dengan adanya nilai-nilai filosofis Pancasila yang tertuang dalam 1 Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama,t.t.), h Sudjangi,dkk., Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), h Alef Theria Wasim, dkk., (ed.), Harmoni Kehidupan Beragama: Problem, Praktik dan Pendidikan, Procedding Konferensi Regional International Association for the History of Religions (Yogyakarta dan Semarang: 27 Septemer-03 Oktober 2004), h

14 2 Konstitusi Negara, Undang-Undang Tahun 1945 (UUD 1945), bangsa Indonesia setidaknya telah memiliki ikatan yang kuat, memiliki pandangan hidup yang sama, aturan yang sama dan tujuan yang sama, yakni Negara yang adil, makmur, bahagia dan sejahtera. 4 Begitulah seharusnya yang manusia lakukan demi terciptanya kehidupan antar umat beragama yang harmonis, yaitu memiliki rasa toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengalaman agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Toleransi merupakan masalah yang aktual sepanjang masa, terlebih lagi toleransi beragama. Islam memberikan perhatian yang tinggi terhadap perlunya toleransi beragama sejak awal perkembangan Islam, baik tersurat dalam Al-Quran maupun tersirat dalam berbagai perilaku Nabi. Aktualisasi toleransi beragama di Indonesia dipandang masih jauh ideal karena itu sosialisasi dan pembinaan umat beragama di Indonesia perlu terus ditingkatkan. Beberapa peristiwa amuk massa di beberapa daerah di Indonesia, terlihat jelas pemicunya adalah perbedaan-perbedaan tersebut, dimana salah satunya adalah perbedaan agama. Seperti kerusuhan Umat Islam dan umat Budha yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Pada jumat malam tanggal 29 hingga 30 Juli 2016, sejumlah rumah ibadah yaitu 2 vihara, 8 kelenteng, 1 yayasan sosial dan mobil yang terparkir di halamannya hangus terbakar dalam amuk massa. Tidak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut, namun kerugian ditaksir mencapai sedikitnya ratusan juta rupiah. 4 Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama, h. 6-7.

15 3 Kerusuhan dipicu oleh seorang warga yang menginginkan suara azan dari pengeras suara Masjid Al-Makshum yang terletak di Jalan Karya, Kota Tanjungbalai, diperkecil, lantaran mengganggu aktivitas keluarga di rumahnya. Pihak pengurus masjid sempat mendatangi rumah warga tersebut seusai Shalat isya, namun karena situasi yang mulai tidak kondusif, kedua belah pihak dipisahkan dan diamankan oleh kepolisian setempat. Situasi sempat mereda setelah dilakukan mediasi, namun menjelang tengah malam, sedikitnya ratusan warga berkumpul bersiap melakukan penyerangan kepada rumah warga yang memprotes suara adzan masjid tersebut. Diduga massa kembali berkumpul setelah sebuah tulisan di Facebook yang memuat isu SARA terkait protes pengeras suara masjid. Massa sempat mencoba membakar rumah pemrotes, namun dicegah warga setempat. Massa kemudian beralih merusak, membakar, dan menjarah barang-barang di wihara dan kelenteng setempat. Menjelang pagi hari pada tanggal 30 Juli 2016, Polres Tanjung Balai bersama satuan Brimob serta TNI AL membubarkan massa yang melakukan kerusuhan. Tujuh orang yang diduga sebagai provokator ditangkap akibat perusakan vihara. 5 Hal ini berbeda dengan suasana di Kelurahan Banten, di mana umat Islam dan umat Buddha hidup rukun dan harmonis. Dalam pembukaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Oleh karena itu, sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi 5 lihat

16 4 sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara sesama manusia demi keutuhan Negara. Dalam memahami agama, seharusnya tidak hanya sebatas pada pemahaman agama secara eksoterik saja, melainkan harus dipahami sebagai sebuah kepercayaan sehingga ketika orang tersebut memahaminya, maka ia akan toleran terhadap agama lain tersebut. Dan jangan sampai suatu kaum atau seseorang merasa agama yang dianutnya paling benar dan sempurna dibanding agama lain. Sikap ini memunculkan hegemoni agama formal sedemikian rupa sehingga agama lokal, agama suku, ataupun aliran kepercayaan terpinggirkan oleh agama formal. 6 Kedangkalan pemahaman seperti inilah yang pada urutannya akan menyebabkan kurangnya rasa toleransi dan akan berujung konflik. Tidak halnya dengan suasana di wilayah situs bersejarah Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten ini walaupun mayoritas penduduknya Muslim namun kehidupan antara Islam dan Buddha ini tetap hidup rukun dan harmoni. Sampai-sampai antara kedua belah pihak ini tidak terlihat adanya perbedaan pendapat atau pikiran. Salah satu bentuk keharmonisannya yaitu dengan selalu diadakannya gotong-royong membersihkan kampung tempat tinggal mereka tiap minggunya. Mereka melakukan ini dengan bekerja sama satu sama lain dengan hati senang tanpa adanya keterpaksaan. Karena menurut mereka, perbedaan ini tidak dijadikan sebagai kekurangan tetapi sebagai penguat ikatan tali persaudaraan seperti masyarakat pada umumnya. 7 6 Mohammad Sabri, Keberagaman yang Saling Menyapa (Yogyakarta: Ittaqa Press, 1999), h Wawancara Pribadi dengan Aam, Kelurahan Banten, 07 Januari 2016.

17 5 Toleransi beragama dan keharmonisan hubungan antara umat Islam dan umat Buddha di Kelurahan Banten juga dapat terpancar dari arsitektur bangunan Masjid Agung Banten yang terletak tak jauh dari kawasan Vihara Avalokitesvara. Menurut data sejarah, Kelurahan Banten yang terletak di pesisir utara Jawa Barat didirikan pada tanggal 08 Oktober 1526, merupakan salah satu pusat kegiatan kerajaan Islam yang berkembang dari abad ke-16 sampai dengan abad ke-19 M. 8 Posisi geografis Provinsi Banten terletak di antara 5 50 LS LS dan BT BT dan luas keseluruhan wilayah Banten yaitu 8.651,2 KM. Selain menjadi kota dan pusat pemerintahan Provinsi Banten, Kota Serang juga memiliki tempat-tempat peribadatan umat beragama yang menyimpan nilai sejarah tinggi. Seperti Masjid Agung Banten dan Vihara Avalokitesvara (masih satu komplek dengan Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk dan bangunan-bangunan sejarah lainnya) yang berada di Kelurahan Banten. Masjid Agung Banten dibangun pada abad ke-16 M oleh Sultan Maulana Hasanuddin, ia adalah putra pertama dari Syarif Hidayatullah; Sunan Gunung Jati. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Provinsi Banten, tapi juga dari berbagai daerah luar Provinsi Banten. Komplek Masjid Agung Banten dirancang oleh tiga arsitek dengan latar belakang berbeda. Raden Sepat (arsitek asal Majapahit), Tjek Ban Tjut (arsitek asal Cina) memberikan ciri khas pada bagian atap bangunan utama yang bertumpuk lima yang mirip dengan pagoda Cina juga meru pada pura dan 8 Ambary, dkk., Laporan Penelitian Arkeologi Banten, dalam Halwany Michrob, Catatan Sejarah Dan Arkeologi: Eksport Import Di Zaman Kesultanan Banten (Serang: Kadinda, 1993), h. 6.

18 6 Hendrick Lucasz Cardeel. Arsitek sekaligus muallaf Belanda ini berperan membangun paviliun (tiamah) tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti masjid dan menara mercusuar. Ciri khas Masjid Banten dan ikon yang menarik perhatian para pengunjungnya adalah Menara yang letaknya di sebelah timur masjid. Bentuknya menyerupai sebuah mercusuar. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan sekitar masjid dan parairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut hanya sekitar 1,5 meter. Dahulu selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, juga digunakan sebagai tempat menyimpan senjata. Lalu asal-usul Umat Buddha yang ada di Kelurahan Banten berawal dari para pengikut Putri Ong Tien Nio yang berkembang biak dan kemudian dari sinilah awal mula berdirinya sebuah vihara di tengah-tengah masyarakat masyoritas Islam. Latar belakang pembangunan vihara selalu dihubungkan dengan cerita masyarakat setempat. Konon dahulu kala pada masa penguasa Banten Syarif Hidayatullah, datang sekelompok etnis Cina dengan Putri Ong Tien Nio (putri dari kaisar Dinasti Ming China) sebagai putrinya yang bertujuan hendak pergi ke Surabaya. Maksud kedatangan mereka untuk mencari dan mengisi kembali perbekalan mereka yang sudah habis. Mereka datang dengan menggunakan kapal dan mendarat di Pelabuhan Banten. Singkat cerita, Putri Ong Tien Nio menikah

19 7 dengan Raja Banten yang sedang menjabat saat itu, yaitu Sultan Syarif Hidayatullah (sebelum diangkat menjadi Walisongo) dan menjadi seorang Muslim. Kemudian Putri Ong Tien Nio merasa iba melihat para pengikutnya beribadah di mana-mana (di jalanan dan lain sebagainya) maka akhirnya atas seijin Sultan Syarif Hidayatullah (suaminya) dibuatkanlah rumah ibadah oleh Putri Ong Tien Nio untuk para pengikutnya yang terbagi menjadi dua tersebut, masjid Pecinan Tinggi untuk yang berpindah ke agama Islam dan Vihara Avalokitesvara bagi yang tetap teguh memeluk agama Buddha. 9 Vihara Avalokitesvara didirikan sejak abad ke-16 yaitu pada tahun Bangunan ini terletak di Kampung Pamarican Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen arah ke sebelah utara dari pusat Kota Serang. 10 Sejak masa kerajaan dulu, posisi Vihara ini berada di tengah komunitas muslim yang taat. Semula lokasinya di Desa Dermayon, (sekitar 500 m arah selatan belakang Masjid Agung Banten Lama) lalu berpindah ke Kampung Pamarican pada tahun Vihara ini merupakan salah satu vihara tertua di Indonesia. Keberadaan vihara ini diyakini sebagai bukti bahwa pada saat itu para penganut beda agama dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa konflik yang berarti. Vihara ini mempunyai klinik yang terbuka bagi siapa saja, baik non Buddha, kalangan apapun dan dari manapun. Klinik ini dibuka setiap hari jumat mulai dari WIB melayani penyakit umum yang ditangani oleh dua dokter umum. Hanya dengan membayar sebesar Rp maka seseorang sudah dapat memeriksakan diri dan berobat. 9 Wawancara Pribadi dengan Asaji Humas Vihara Avalokitesvara, Kelurahan Banten, 07 Januari Bangunan Kuno Di Banten, (Serang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, 2008), h. 45.

20 8 Dibukanya klinik ini semata-mata hanya untuk mempraktikkan ajaran yang sudah dipelajari yaitu salah satunya menebarkan cinta kasih yang luas dengan menolong siapapun. Karena setiap vihara pasti memiliki satu ajaran sebagai ciri khas yang wajib dipelajari lebih dalam lalu diamalkan atau dipraktikkan pada kehidupan sehari-hari. 11 Menerima Dharma dengan cara mempelajarinya disebut pariyati dan mempraktikkannya disebut patipatti. Praktik tanpa belajar, walaupun seringkali disertai dengan keyakinan yang mendalam tetapi buta, mudah terbawa ke jalan yang salah, dan kedua hal ini merupakan aspek yang saling melengkapi dan jika salah satunya tidak ada, maka tidak mungkin seseorang akan mampu merealisasi Dharma atau mencapai penembusan (pativedha). 12 Menurut penuturan Asaji, pihak vihara pun selalu siap sedia memberi bantuan ketika Masjid Agung Banten mengalami kerusakan bangunan. Contoh salah satunya ketika atap luar Masjid Agung rusak terkena sambaran petir. Tanpa berpikir lama atas adanya perbedaan keyakinan, pihak vihara pun segera memberikan bantuan materil demi kelancaran umat Islam yang beribadah. Bagi masyarakat Kelurahan Banten sendiri, bangunan vihara ini tidak hanya menjadi bangunan bersejarah ataupun tempat peribadatan semata tetapi menjadi simbol bagaimana masyarakat lampau mampu mewariskan keharmonisan dalam menghadapi setiap perbedaan yang ada. Masyarakat Banten juga dikenal masyarakat komunitas Muslim tapi nyatanya keharmonisan antar agama di kawasan Banten lama ini terjalin sangat baik, hidup berdampingan dengan damai 11 Wawancara Pribadi dengan Asaji Humas Vihara Avalokitesvara, Kelurahan Banten, 17 Febuari Biksu Buddhadasa, Mengajarkan Dharma Melalui Gambar (T.tp.: Karaniya, 2008), h. 56.

21 9 tanpa konflik yang berarti. Berangkat dari paparan di atas, penulis tertarik untuk menulis penelitian ini, dengan judul Masjid dan Vihara: Simbol Kerukunan Hubungan Antara Islam dan Buddha (Studi Kasus Di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten). B. Batasan dan Rumusan Masalah Agar penelitian ini tersusun dengan baik dan ada korelasi antara latar belakang masalah dengan judul atau tema yang dibuat, maka penulis membatasi pembahasannya hanya pada simbol pemersatu hubungan antara Islam dan Buddha di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah Masjid dan Vihara menjadi simbol kerukunan hubungan antara Islam dan Buddha di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan memahami bagaimana masjid dan vihara dapat menjadi simbol kerukunan hubungan antara Islam dan Buddha di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah: 1. Manfaat Akademis a. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran terutama mengenai hubungan antara umat Muslim dan Buddha di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten di masa lampau dan saat ini.

22 10 b. Penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akhir perkuliahan untuk gelar kesarjanaan Strata I (SI) Agama dalam Jurusan Studi Agama- Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat di (UIN) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini untuk menambah ilmu pengetahuan tentang simbol pemersatu antara umat Muslim dan Buddha di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten di masa lampau dan saat ini. E. Tinjauan Pustaka Untuk melengkapi penelitian ini, peneliti juga mencantumkan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Yang berkaitan dengan tema peneliti agar dapat menjadi referensi, namun peneliti belum menemukan penelitian yang serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut: 1. Buku karya Juliadi yang berjudul, Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah Dan Budaya, menjelaskan tentang Masjid Agung Banten mulai dari latar belakang didirikan, waktu pendirian bangunan, siapa pendirinya, siapa arsitekturnya, deskripsi dari setiap bangunan komplek Masjid Agung Banten, khususnya bangunan menara yang sengaja dibuat Bab tersendiri agar fokus pembahasannya. 2. Skripsi Anton Herrystiadi yang berjudul, Mesjid Agung Banten: Sebuah Tinjauan Arkeologi, memaparkan gaya bangunan (arsitektural) dan seni hias (ornamental) yang terdapat pada setiap bangunan komplek Masjid Agung Banten. selain itu juga memberi gambaran mengenai arti serta fungsi

23 11 bangunan-bangunan kuno bersejarah yang ada di Situs Banten Lama (termasuk yang ada di Kelurahan Banten). 3. Buku karya Tubagus Hafidz Rafiudin yang berjudul, Riwayat Kesultanan Banten, menjelaskan tentang asal usul nasab Syarif Hidayatullah, kerajaan serta kondisi sebelum kerajaan Banten berdiri, awal mula kesultanan Banten berdiri, serta riwayat dan perjalanan satu persatu raja Banten selama memerintah. 4. Dan buku karya Mubarok yang berjudul, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama, menjabarkan tentang anjuran dan peraturan perundangundangan pemerintah tentang kerukunan umat beragama di Indonesia, guna sebagai salah satu pedoman. F. Landasan Teori 1. Pengertian Agama Dan Keberagamaan Agama dan keberagamaan adalah dua kata yang maknanya berbeda satu dengan lainnya. Secara morfologis, masing-masing ungkapan tentu punya artinya sendiri. Sesuai dengan kaidah kebahasaan, perubahan bentuk dari kata dasar agama menjadi keberagamaan semestinya sudah cukup untuk mengingatkan bahwa keduanya harus dipakai dan diberi makna yang berbeda. Agama merupakan kata benda dan keberagamaan adalah kata sifat atau keadaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama memiliki arti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan dalam

24 12 bahasa Arab agama berasal dari kata Ad-din, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, dan kebiasaan. Secara sosiologis, agama didefinisikan menjadi dua perihal. Yang pertama, di bawah pengaruh Emile Durkheim 13 yang disebut fungsional agama, menurutnya agama didefinisikan dalam pengertian peranannya dalam masyarakat, agama merupakan suatu sistem interpretasi terhadap dunia yang mengartikulasikan pemahaman diri dan tempat serta tugas masyarakat itu pada alam semesta. 14 Jadi penafsiran agama bisa saja berubah, seperti halnya masyarakat, namun eksistensi agama itu sendiri tidak akan pernah hilang. Definisi yang kedua, yaitu substantif agama yang diperkenalkan oleh kaum sosiolog agama. sebenarnya mereka mengakui definisi fungsional, tetapi bagi mereka esensial agama itu berhubungan dengan dunia yang tidak tampak (the invisible world), mengarahkan orang pada pandangan yang bersifat eksteral terhadap agama (cukup dengan penjelasan murni faktual saja). Secara bahasa kata keberagamaan berasal dari kata beragama yang mendapat awalan ke-. Awalan ke- di sini lebih bermakna keadaan atau kondisi. Kata beragama sendiri diartikan menganut (memeluk) agama, beribadat, taat kepada agama (baik hidupnya menurut agama). maka kata keberagamaan dapat diartikan suatu keadaan beragama atau keadaan menganut agama, keadaan beribadat, dan keadaan taat kepada agama. Menurut Jalaludin, sikap atau perilaku keberagamaan adalah suatu tingkah 13 David Emile Durkheim atau yang lebih dikenal dengan Emile Durkheim adalah salah satu pencetus sosiologi modern. 14 A. A. Yewangoe, Agama Dan Kerukunan, 10 th ed. (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2011), h. 3.

25 13 laku manusia dalam hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya Pengertian Kerukunan Rukun berasal dari bahasa Arab ruknun, artinya asas-asas atau dasar, seperti rukun Islam. Rukun dalam arti kata sifatnya adalah baik atau damai. Kerukunan hidup umat beragama artinya dalam suasana damai, tidak bertengkar walaupun berbeda agama. 16 Bila kata kerukunan ini dipergunakan dalam konteks yang lebih luas, seperti antar golongan atau antar bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkan menurut tujuan, kepentingan dan kebutuhan masingmasing, sehingga dapat disebut kerukunan sementara, kerukunan politis dan kerukunan hakiki. Kerukunan hakiki adalah kerukunan yang didorong oleh kesadaran dan hasrat bersama demi kepentingan bersama. Jadi kerukunan hakiki adalah kerukunan murni, mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari segla pengaruh dan hipokrisi. G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif atau studi kasus dengan tema Masjid Dan Vihara: Simbol Kerukunan Hubungan Antara Islam Dan Buddha (Studi Kasus Di Kelurahan Banten 15 Ita Jumaroh, Perkembangan Keberagamaan Narapidana (Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cipinang Jakarta Timur) (Skripsi SI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016), h Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2013), h. 1.

26 14 Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi). Dan studi pustaka, yang dimaksud studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi tersebut diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, ensiklopdia dan sumber-sumber lainnya dalam bentuk tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. dan studi pustaka merupakan suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. 2. Jenis Data Data diperoleh melalui sumber primer dan sekunder dengan tujuan melengkapi data kajian dalam mengetahui dan memahami sikap toleransi umat beragama antara Islam dan Buddha di Kelurahan Banten. a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau seorang atau suatu organisasi langsung dari obyeknya. 17 Data primer diambil dengan melakukan wawancara dengan bagian Humas atau pengurus Masjid Agung Banten juga Vihara Avalokitesvara Banten, tokoh masyarakat dan warga setempat. b. Data sekunder yaitu data sejarah yang bersumber dari hasil rekontruksi orang lain, seperti buku dan artikel yang ditulis orangorang yang tidak sezaman dengan peristiwa tersebut. 18 Menurut sugiyono, data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain 17 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA Lembaga Administrasi Negara, 1999), h Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 21.

27 15 atau dokumen. 19 Data sekunder penulis ambil dari penelitian lapangan yang dilakukan di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten dengan melihat kerukunan antar umat beragama masyarakatnya dan buku-buku yang berkaitan dengan Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara Banten, sejarah Banten Lama, sejarah masuknya agama Buddha dan Islam ke Banten Lama (sekarang Kelurahan Banten), tentang kerukunan dan lain sebagainya. 3. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, diantaranya yaitu: a. Teknik Wawancara Yaitu penelitian yang diajukan secara lisan (pengumpul data bertatap muka dengan responden). 20 Dan bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi. 21 Pada tahap wawancara ini, penulis mewawancarai humas Masjid Agung Banten Lama dan Vihara Avalokitesvara Banten Lama, tokoh masyarakat, aparatur desa dan sejarawan Banten. Untuk mempermudah penulis dalam mengumpulkan data, penulis mencatat dan merekam jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan. 19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2010), h Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (jakarta: Rajawali Pers, 2010), h Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:PT Gramedia, 1977), h. 129.

28 16 b. Teknik Observasi (pengamatan/peninjauan secara cermat) Teknik observasi yaitu mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosialkeagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbolsimbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang di observasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena untuk penemuan data analisis. 22 Pada tahap ini penulis mendatangi tempat yang menjadi pusat penelitian untuk melihat secara langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau sikap yang merupakan bahan-bahan informasi penulis terhadap Masjid Agung Banten Lama dan Vihara Avalokitesvara sebagai bukti kerukunan umat beragama antara Islam dan Budha di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen. 4. Langkah-Langkah Pengumpulan Data a. Tempat Penelitian Kelurahan Banten atau Situs Banten lama memiliki beberapa ciri yang secara umum ditemukan pula pada kota-kota Islam yang sejaman di bagian-bagian lain di dunia. 23 Kelurahan Banten adalah situs yang merupakan sisa kejayaan Kerajaan Banten. Letaknya relatif tidak jauh dari Kota Jakarta, dapat ditempuh sekitar dua jam dari Jakarta. Di tempat ini terdapat banyak situs peninggalan dari Kerajaan Banten, diantaranya, Istana Surosowan, Masjid Agung Banten, Situs Istana Kaibon, Benteng Speelwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan 22 Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h Halwany Michrob, Catatan Sejarah dan Arkeologi: Eksport Import di Zaman Kesultanan Banten (Serang: Kadinda, 1993), h. 5.

29 17 Karangantu, dan Vihara Avalokitesvara. 24 Namun dari sekian banyak peninggalan bersejarah Kerajaan Banten, hanya beberapa yang masih berdiri tegak dan terawat. Penulis memilih dua situs peninggalan bersejarah dari kerajaan Banten yang akan diteliti lebih dalam mengenai keberagamaannya, yaitu Masjid Agung Banten dan Vihara Avalokitesvara yang terletak di Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan antara bulan Januari 2016 sampai dengan bulan September c. Pendekatan Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sejarah atau Historis Pendekatan historis yaitu untuk menelusuri asal-usul dan pertumbuhannya serta institusi-institusi keagamaan yang bersangkutan melalui periode-periode perkembangannya untuk mendapatkan gambaran yang jelas, yang dengannya konsep-konsep tentang pengalaman keagamaan dapat dihargai dan dipahami maka gambaran utuh mengenai suatu agama akan dapat dicapai. 25 Menurut Frederick J. Streng, interpretasi historis telah dibenarkan dengan daya tarik dokumentasi dan dengan klaim bahwa peristiwa-peristiwa historis diinterpretasikan sebagai hasil peristiwa-peristiwa historis lain atau sebagai hasil kekuatan-kekuatan 24 Jumat, Pkl WIB. 25 Mujahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h.28.

30 18 manusia. 26 Demikian pendekatan ini digunakan penulis karena berdasarkan penelitian yang dikaji yaitu mengenai sejarah Kelurahan Banten, sejarah masuknya Budha dan Islam ke Kelurahan Banten, segala sejarah yang menyangkut Masjid Agung Banten dan Vihara Avalokitesvara. 2) Sosiologis Sedangkan pendekatan sosiologis Pendekatan Sosiologis yaitu pendekatan yang diangkat dari ekspresiensi atau pengalaman konkrit sekitar agama yang dikumpulkan dari sana-sini, baik sejarah (masa lampau) maupun dari kejadian-kejadian sekarang. 27 Auguste Comte dan Henri Saint Simon adalah pendiri sosiologi. Bagi Comte, sosiologi mengikuti jejak ilmu alam, observasi empiris terhadap masyarakat manusia akan memunculkan kajian rasional dan positivistik mengenai kehidupan sosial yang akan memberikan prinsip-prinsip pengorganisasian bagi ilmu kemasyarakatan. 28 Demikian pendekatan ini digunakan penulis karena berdasarkan penelitian yang dikaji yaitu berhubungan langsung atau berinteraksi sosial dengan penduduk Kelurahan Banten serta meneliti interaksi sosial antar penduduknya. 5. Teknik Analisa Data Faktor terpenting dari sebuah penelitian adalah penggunaan metode yang tepat. Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis, deskriptif yaitu bersifat menggambarkan atau menguraikan 26 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama: Pengantar Awal Metodologi Studi Agama-agama (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama. penerjemah Imam Khoiri (Yogyakarta: LKiS, 2002), h. 274.

31 19 sesuatu hal menurut apa adanya. 29 Dan analisis yaitu penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 30 Jadi metode ini yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus menganalisa data-data yang menjadi hasil pengkajian dan pendalaman atas bahan-bahan penelitian. Dengan menguraikan (deskriptif) dan menganalisa, penulis berharap dapat memberikan gambaran secara maksimal atas objek penelitian (permasalahan) yang dikaji dan didalami di penelitian ini. Terakhir, hasil kajian dan pendalaman atas permasalahan dalam skripsi ini disajikan dengan menggunakan metode informal. Metode informal merupakan penyajian hasil analisis data dalam bentuk narasi. 6. Panduan Penulisan Penulisan dalam penelitian ini menggunakan standar yang ditetapkan dalam buku, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan malasah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, penulis menjelaskan 2012), h Darwin Winata, Kamus Saku Ilmiah Populer (T.tp.: Gamapress, t.t.), h Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

32 20 mengenai gambaran umum masyarakat Kelurahan Banten dan masuknya Islam dan Budha di Kelurahan Banten. Bab III, penulis menjelaskan tentang sejarah keberadaan masjid dan vihara bersejarah di Kelurahan Banten. Bab IV, penulis memaparkan relevansi kehidupan harmoni antara Islam dan Budha di Kelurahan Banten dengan konsep kerukunan umat beragama di Indonesia. Bab V, kesimpulan dan saran. Kesimpulan ini berisikan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini. Sedangkan saran berisi saran bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.

33 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KELURAHAN BANTEN A. Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Banten 1. Sejarah Kelurahan Banten Kata Banten berasal dari Wahanten atau Cibanten, yaitu nama sungai yang berada di dekat Banten 13 km ke arah selatan situs Banten Lama. Tetapi orang kemudian sering memberi julukan Katiban Inten (kejatuhan intan), yang diibaratkan dengan masuknya agama Islam ke Banten. Diawali dengan adanya kekuasaan Prabu Pucuk Umun dari kerajaan Padjajaran dan Banten Girang sebagai ibukotanya. Dan setelah Maulana Hasanuddin berhasil merebut daerah kekuasaan, maka ibukotanya dipindahkan ke Surosowan. 1 Pada pertengahan abad 16 sampai awal abad 19, Kelurahan Banten atau yang sering disebut Banten Lama dahulu merupakan pusat kerajaan yang bercorak Islam sejak tahun 1526 dan juga pusat perdagangan penting di kawasan Asia Tenggara. Menurut Tome Pires, 2 saat kerajaan Sunda berkuasa, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting. Karena berdasarkan letak geografisnya yang terletak di pesisir utara Jawa Barat, Selat Sunda. Banten lama sangat strategis bagi para pedagang dalam maupun luar negeri untuk rempah-rempah yang merupakan hasil daerahnya. 1 Lihat lebih jelasnya gambar no. 22 dan 23 Halwany Michrob dalam Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten: Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang XVI XX, h Seorang penjelajah yang berasal dari Portugis sekaligus inspektur pajak di Malaka yang ikut dalam ekspedisi ke Jawa dan menuliskan kesaksiannya ke dalam buku yang diberi judul Summa Oriental ( ). 21

34 22 Di kota ini (Surosowan) didirikan keraton, Masjid Agung, pasar, pelabuhan, perkampungan dan sebagainya. Kota ini ramai, karena merupakan pusat perdagangan yang pengunjung dan para pedagangnya datang dari berbagai negeri asing. Bahkan sampai didirikan perkampungan khusus untuk mereka, perkampungan orang India, Pegu, Persi, Arab dan lain-lain. Namun ada pula disediakan perkampungan bagi pedagang dalam negeri yang berasal dari berbagai daerah, seperti perkampungan orang Melayu, Ternate, Banda dan lain-lain. Kini kawasan kerajaan itu menjadi situs kepurbakalaan Banten Lama yang merupakan salah satu obyek wisata budaya unggulan di Kota Serang. Dan masa lalu kerajaan Banten tersebut hanya menyisakan bukti-buktinya. Bukti peninggalan tersebut merupakan saksi bisu kejayaan masyarakat dan budaya Banten di masa lalu, antara lain berupa bekas komplek Keraton Surosowan yang dibangun pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, komplek Masjid Agung Banten, komplek makam raja-raja Banten dan keluarganya, Masjid Pecinan Tinggi, komplek Keraton Kaibon, Masjid Koja, Benteng Speelwijk, Vihara, Watu Gilang, Danau Tasikardi, Masjid dan makam Sultan Kenari, Jembatan Rante, dan masih banyak lagi. Dan dalam Peraturan Daerah Kota Serang Bab IV tentang Pembangunan DPD (Destinasi Pariwisata Daerah) bagian Ketiga ayat (16) huruf a pun tertulis, yaitu: Banten Lama dan sekitarnya sebagai tempat wisata purbakala, budaya, minat khusus, pendidikan dan wisata kuliner. 3 Setelah Provinsi Banten terbentuk pada tahun 2000, maka tak lama kemudian Serang pun menjadi sebuah kota. Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan 3 Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 14 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun

35 23 Kota Serang. 4 Maka khusus desa-desa yang masuk dalam kawasan Kota Serang diubah namanya menjadi kelurahan. Dan Kelurahan Banten berada di kawasan Kota Serang dengan Kecamatan Kasemen. Namun masyarakat Serang sering menyebutnya dengan Banten Lama. 2. Kondisi Geografis Kelurahan Banten merupakan salah satu Desa dari 10 Desa yang berada di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Secara geografis Kelurahan Banten terletak pada 5 50 LS LS dan BT BT, dan secara administratif memiliki batasan-batasan sebagai berikut: 5 Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Berbatasan dengan laut Jawa : Berbatasan dengan Kelurahan Kasunyatan Kec. Kasemen : Berbatasan dengan Kelurahan Margaluyu Kec. Kasemen : Berbatasan dengan Desa Pamengkang Kec. Kramatwatu 3. Kondisi Keagamaan Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Negara Indonesia mempunyai moto semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya walaupun berbeda-beda tetap satu jua. Sebagaimana terlihat pada kondisi keagamaan di Kelurahan Banten, meski agama Islam menempati tingkat terbanyak dalam jumlah penganutnya atau bisa dikatakan mayoritas, mereka tetap saling menghormati dan mempunyai rasa toleransi yang tinggi. Untuk lebih jelasnya persentase keagamaan masyarakat di Kelurahan Banten dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 4 diakses pada 14 Desember, 10:30 WIB 5 Format Laporan Profil Desa dan Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Provinsi Banten tahun 2015.

36 24 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut No Agama Jumlah Persentase 1 Islam ,56% 2 Protestan 20 0,11% 3 Khatolik 15 0,08% 4 Hindu 0 0% 5 Budha 43 0,23% Jumlah ,00% Sumber: Data kependudukan Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten tahun Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa memang umat Islam sebagai masyarakat mayoritas. Karena masa lalu Banten dikenal sebagai pusat penyebaran dan kekuasaan Islam di Jawa bagian barat, maka banyak terdapat para kyai dan ulama. Dan Banten juga terkenal dengan kota pesantren, banyak para kyai, ustad dan ulama tersebut yang mendirikan pesantren di setiap daerahnya, baik pesantren modern maupun salafi. Dan sampai saat ini keberadaan pesantren terus bertambah. 4. Kondisi Sosial Ekonomi Kehidupan sosial ekonomi penduduk Kelurahan Banten secara umum dapat dikatakan masih sederhana, ditinjau dari sikap hidup, keadaan perumahan dan suasana lingkungannya. Mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan bertani.

37 25 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Persentase 1 Pegawai Negeri 62 2,46% 2 TNI 6 0,23% 3 POLRI 11 0,43% 4 Petani 36 1,43% 5 Pedagang ,08% 6 Nelayan ,67% 7 Pengrajin 5 0,19% 8 Peternak 5 0,19% 9 Montir/Tukang 24 0,95% 10 Dokter 3 0,11% 11 Jasa Lainnya 5 0,19% Jumlah ,00% Sumber: Data kependudukan Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten tahun Berdasarkan tabel di atas, mata pencaharian sebagai nelayan menjadi pilihan utama masyarakat Kelurahan Banten, karena keberadaan wilayah ini (pemukiman pesisir) sangat strategis untuk menangkap ikan.

38 26 B. Masuknya Buddha di Kelurahan Banten Agama Hindu dan Buddha memang menjadi agama tertua di Banten, khususnya Buddha. Secara umum, masuknya agama Buddha ke Banten dapat dilihat dari catatan tentang kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddhanya. Pada 130 M, Berdiri Kerajaan Salakanagara (Negeri Perak) yang beribukota Rajatapura yang terletak di pesisir barat Pandeglang. Raja pertamanya Dewawarman I ( M) yang bergelar Aji Raksa Gapurasagara (Raja penguasa gerbang lautan). Dan kemudian berdiri kerajaan Tarumanegara, ini terbukti pada prasasti yang ditemukan di Sungai Cidangiang, Lebak Munjul, Kabupaten Pandeglang yang diperkirakan dari abad ke-5. Prasasti berhurufkan palawa dengan bahasa sanksekerta menyatakan bahwa raja yang berkuasa di kawasan tersebut adalah Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara dengan kondisi negara pada saat itu berada dalam kemakmuran dan kejayaannya. Berita atau sumber-sumber sejarah mengenai Banten dari masa sebelum abad ke-16 memang sangat sedikit ditemukan. Kemudian Berita tentang Banten baru muncul kembali pada awal abad XIV dengan diketemukannya prasasti di Bogor. Prasasti ini menyatakan bahwa Pakuan Pajajaran didirikan oleh Sri Sang Ratu Dewata, dan Banten sampai awal abad XVI termasuk daerah kekuasaannya. Kerajaan Pajajaran memang merupakan kerajaan besar, yang daerah kuasanya meliputi: seluruh Banten, Kalapa (Jakarta), Bogor, sampai Cirebon, ditambah pula daerah Tegal dan Banyumas sampai batas Kali Pamali dan Kali Serayu. Barulah

39 27 kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Banten yaitu kerajaan Sunda, kerajaan Pajajaran. 6 Beralih ke masyarakat Buddha yang ada di Banten; khususnya Kelurahan Banten, mereka berasal dari daratan Tiongkok. Menurut Asaji, Asal mula etnis Tionghoa yang ada di Banten berawal dari pengikut Ong Tien yang kemudian berkembang biak. 7 Kata etnis berasal dari bahasa Yunani ethnicos artinya yang lain. Istilah ini digunakan untuk menerangkan keberadaan sekelompok penyembah berhala. Pada perkembangannya kemudian, istilah etnis ini menunjuk kepada kelompok yang diasumsikan memiliki sikap fanatik terhadap ideologinya. Sementara itu, dalam konsep ilmu sosial, istilah etnis itu ditujukan untuk menyebut sekelompok penduduk yang mempunyai kesamaan sifat-sifat kebudayaan, seperti bahasa, adat istiadat dan kesamaan sejarah. 8 Etnisitas yang dipandang sebagai fenomena dari kategori sosio-biologis dikarakteristikkan oleh gambaran-gambaran kewilayahan, agama, kebudayaan, bahasa dan organisasi sosial (istilah ini termasuk salah satu pendekatan teoritik fenomena etnisitas). Etnisitas bersifat primordial dan askriptif, bahwa seseorang menjadi etnis bukan karena pilihan dirinya. 9 6 Lihat juga Halwani Michrob, Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten (Jakarta: Yayasan Baluwarti, 1993), h. 30. Menjelang abad ke-16 Banten merupakan Desa nelayan dengan pelabuhan Banten yang dikuasai kerajaan Pajajaran (Hindu-Buddha). 7 Wawancara dengan Asaji, Banten, 10 September Lebih jelasnya lihat di pembahasan Bab III. 8 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, dalam Suhaedi, dkk., Etnis Cina di Banten (Serang: LP2M IAIN SMH Banten, 2014) h Suhaedi, dkk., Etnis Cina di Banten (Serang: LP2M IAIN SMH Banten, 2014) h. 11.

40 28 Orang Tionghoa datang ke Indonesia dalam beberapa gelombang. Walaupun kemungkinan dari abad ke-4 pun mereka sudah ada di kepulauan. Spekulasi-spekulasi mengenai kedatangan mereka telah disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan seperti artefak yang ditemukan di Jawa Barat, Batanghari dan Kalimantan Barat, dan juga peninggalan-peninggalan lain di beberapa keraton yang masih tersisa. 10 Di Banten Girang misalnya yang dianggap sebagai pusat pemerintahan daerah Banten sebelum Islam (kerajaan Sunda Padjajaran), dalam sebuah penggalian yang dilakukan oleh pusat Penelitian Arkeologi Nasional, bekerjasama dengan Ecole Francais d Extreme Orient (1989), ditemukan antara lain pecahan keramik dari masa Dinasti Han. 11 Di berbagai tempat lain, ditemukan juga keramik Cina dari masa Dinasti Tang, Song dan Ming, yang semuanya dianggap sejaman dengan masa sebelum Islam Banten. 12 Menurut Kong Yuanzhi, kontak antara penduduk Cina dan Kepulauan Nusantara (Indonesia) sudah terjadi sejak zaman Dinasti Tang, 13 Dinasti Ming, 14 dan Dinasti Qing. 15 Dan menurut Peter Carey, hubungan (terutama dalam hal 10 Ibid, h Dinasti Han berdiri pada tahun 202 SM sampai 220 M. Dinasti ini termasuk salah satu dinasti yang peling berpengaruh dari 3 dinasti di Tiongkok dengan 2 kali pergantian pemerintahan, Kaisar Gaozhou dan Kaisar Ai. 12 Siti Fauziyah, Melacak Sino Javanese Muslim Culture Di Banten (Serang: Lembaga Penelitian IAIN SMH Banten, 2012), h Dinasti Tang (618M-907M) adalah salah satu dinasti yang paling berpengaruh di Cina daerah selatan Cina tersebut merupakan tempat yang sangat strategis untuk perdagangan, dari tempat tersebut timbul lah keinginan untuk memperluas kolega perdagangan mereka dengan melakukan pelayaran. 14 Dinasti Ming adalah satu dari dua dinasti yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina dengan dua kali pergantian pemerintahan, yaitu Kaisar Hongwu dan Kaisar Chongzhen (1368 M 1644 M). 15 Dinasti Qing (1644 M-1911 M) adalah salah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Tiongkok. Asing disini berarti dinasti yang di kuasai oleh nonhan. Karena dahulu bangsa Han dianggap sebagai sebuah entitas Tiongkok. Dan lihat., Kong Yuangzi dalam I Wibowo dan Syamsul Hadi, Merangkul Cina : Hubungan Cina Indonesia Pasca Soeharto (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2009), h. 24.

41 29 perdagangan) antara Cina dengan Jawa sudah terjadi berabad-abad yang lalu, dan diperkirakan pada awal era Kristen. Karena pada saat puncak kejayaan Kerajaan Majapahit (abad ke-14), masyarakat golongan atasnya sudah terbiasa dengan barang-barang yang berasal dari negeri itu, seperti porselin, sampang, sutera dan barang mewah lainnya. Orang-orang Tionghoa yang berada di Indonesia, mereka pada umunya berasal dari Propinsi Fujian di bagian Cina selatan yang terdiri dari beberapa suku bangsa seperti Hokkien, 16 Toechiu, Hakka dan Kanton. 17 Pada masa Dinasti Tang, daerah Cina bagian selatan ini merupakan daerah yang ramai dalam bidang perdagangan. Sehingga mendorong mereka untuk melakukan pelayaran dagang dan mencari kehidupan yang baru. Pada Dinasti Tang ini orang-orang Tionghoa mulai berdatangan ke Nusantara (terutama di pelabuhan-pelabuhan Jawa), puncaknya pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 merupakan migrasi besarbesaran bagi orang-orang Tionghoa ke seluruh dunia. Selain itu, kekuatan yang menggerakkan mereka dibalik perpindahan tersebut adalah keadaan yang sulit di tanah air mereka sendiri, tekanan politik dari Dinasti Qing dan juga kondisi perekonomian yang memburuk setelah Perang Candu Diyakini sebagai imigran pertama Tionghoa yang tiba di Nusantara sekitar tahun Ini terbukti dari batu nisan tertua yang ditemukan di Asia Tenggara (Brunei) menunjukkan tahun 1264 dan secara jelas menunjukkan bahwa orang yang namanya tertera di batu tersebut adalah orang Hokkien. Inkripsi-inkripsi yang ada di batu nisan juga menempatkan suku Hokkien sebagai kelompok yang muncul di Jawa Barat sebelum Belanda berkuasa di Batavia. 17 Mulai tiba di Nusantara, terutama di pelabuhan-pelabuhan Jawa pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke Kong Yuan Zhi, A Study of Chinese Loanwords (from South Fujian dialects) in The Malay and Indonesian Languages, dalam Suhaedi, dkk., Etnis Cina di Banten (Serang: LP2M IAIN SMH Banten, 2014) h. 26. Perang Candu adalah konflik militer yang terjadi di wilayah timur Cina (yang pada saat itu sedang dikuasai dinasti Qing) pada abad ke-19. Perang ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara Dinasti Qing dengan Inggris mengenai perdagangan candu di daratan Cina. Candu adalah sejenis narkotika, yang dahulu digunakan keperluan pengobatan sebagai obat bius, namun bergeser fungsinya menjadi obat penghilang stres bagi pemakainya dengan dosis yang tinggi dan memberi efek ketagihan. Lalu penguasa Dinasti melarang penggunaan dan peredaran candu, kemudian para pedagang Eropa (khususnya Inggris) merasa rugi

42 30 Secara umum, orang Tionghoa sudah tersebar di Batavia (sekarang Jakarta) sejak tahun 1619 dan menjadi bagian terpenting dari perekonomiannya. Dan setiap tahun imigran Tionghoa ilegal yang diturunkan di Pulau Seribu atau Pantai-pantai yang sepi terus bertambah. Batavia menjadi kota konsentrasi orang Tionghoa terbanyak. Mereka berhasil menguasai perdagangan ekspor kunci beras dan kayu jati. 19 Dan pada tahun , orang Tionghoa merupakan penduduk Banten terbesar kedua setelah orang Banten asli. Jumlah orang Tionghoa yang tinggal di Serang, Pandeglang dan Lebak berjumlah kurang lebih 1500 jiwa. Jumlah orang Tionghoa terbanyak tinggal di Tangerang, yaitu orang pada tahun Di ibukota Keresidenan Banten orang Tionghoa pada tahun , tidak lebih dari 395 jiwa. Sementara di Pandeglang, tidak lebih dari 83 orang, dimana lebih dari 2/3-nya tinggal di Labuan. Lebak sendiri ketika itu menjadi tempat tinggal bagi orang Tionghoa hanya 29 jiwa. 20 Identitas budaya dan kedudukan komunitas Tionghoa di dalam masyarakat Indonesia sering menimbulkan perdebatan yang sengit. masalah Cina pada masa Orde Baru, contohnya, telah sekian lama diperbincangkan di dalam masyarakat Indonesia sendiri dan yang pada akhirnya menghasilkan pertanyaan-pertanyaan, apakah orang Tionghoa Indonesia seharusnya tetap mempertahankan identitas budaya berasimilasi ke dalam kebudayaan Indonesia?. 21 dengan adanya peraturan itu, maka mereka diam-diam menyelundupkan candu ke dalam wilayah Dinasti Qing (jalur ilegal). 19 Lebih jelasnya lihat Peter Carey dalam Orang Jawa dan Masyarakat Cina ( ), h Mufti Ali, Misionarisme Di Banten (Serang: Laboratorium Bantenologi, 2009), h Suhaedi, dkk., Etnis Cina di Banten (Serang: LP2M IAIN SMH Banten, 2014), h. 22.

43 31 Hubungan yang tidak harmonis antara etnis Cina dan pribumi sebagai akibat politik rasialis penjajah menumbuhkan prasangka-prasangka terhadap etnis Cina yang disertai kurang intensnya interaksi diantara kedua etnis itu turut memperlebar jarak diantara keduanya. Kedekatan etnis Cina dengan penjajah menumbuhkan pendapat bahwa mereka juga penjajah. Hal ini dikuatkan dengan kondisi sosial masyarakat yang terjadi selama itu yaitu bahwa etnis Cina memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar khususnya dalam kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan. Faktor lain yaitu pada kebijakan pemerintah penjajah saat itu yang telah diterapkan sejak abad 19 terlihat sangat diskriminatif, menjadikan etnis Cina menduduki posisi dominan di bidang ekonomi yang berpengaruh besar dalam kehidupan ekonomi masyarakat pribumi. Ini menimbulkan masyarakat pribumi mengalami kemiskinan dan penderitaan dan masyarakat pribumi berpendapat bahwa masyarakat Tionghoalah penyebab semua ini. Kondisi mereka saat itu sangat tertindas. Masyarakat Tionghoa merasa seperti diadu domba oleh pihak kolonial. Yang menjadikan mereka tidak disukai oleh pribumi. Bahkan pada tahun 1740 di bawah pemerintah Gubernur Jendral Valckenier terjadi pembunuhan besar-besaran terhadap etnis Tionghoa di Batavia orang etnis Tionghoa ditumpas habis. Pembantaian yang dilakukan Belanda secara besar-besaran terhadap orang Tionghoa dimaksudkan agar kalangan bisnis etnis Tionghoa ini betul-betul tunduk terhadap Belanda. Itu sebabnya tidak banyak muncul oposisi-oposisi dari kalangan etnis Tionghoa. Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa tidak berhenti hanya pada masa Kolonial Belanda, namun terus berlanjut hingga Orde lama dan Orde Baru.

44 32 Namun pada hakikatnya, baik kompeni Hindia Timur Belanda, maupun para pengusaha kerajaan-kerajaan Jawa membutuhkan orang-orang Cina itu dengan segala kegiatan yang mereka lakukan di bidang perdagangan dan kebutuhan akan peranan mereka ini dicerminkan dalam kedudukan administratif dan hukum yang istimewa yang diberikan kepada mereka (masyarakat Tionghoa). 22 Setelah Indonesia merdeka dan Belanda angkat kaki dari Indonesia tahun 1949, kalangan nasionalis Indonesia mulai berpikir tentang identitas nasional mereka. 23 Kelompok-kelompok etnis yang beragam, khususnya Tionghoa memiliki dua pilihan yang membingungkan. Jika mereka ingin tetap beradadi Indonesia, maka mereka harus siap berasimilasi dan menjadi warga negara Indonesia, sedangkan yang enggan menjadi warga negara Indonesia maka ia harus pergi meninggalkan negara Indonesia. Dan akhirnya sebagian besar masyarakat peranakan Tionghoa menjadi warga negara Indonesia. Nampaknya ini bukan akhir dari ketertindasan etnis Tionghoa, karena mereka merasa masih dibedakan dengan masyarakat Indonesia asli. Ini dilihat dari kesukuan mereka, suku atau etnis Tionghoa bukan berasal dari negeri Indonesia. Negeri Indonesia hanya memiliki suku, Sunda, Jawa, Batak, Dayak dan masih banyak lagi. 22 Peter Carey, Orang Jawa dan Masyarakat Cina ( ). Penerjemah Redaksi PA (Jakarta: Pustaka Azet, 1985), h Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia Penerjemah Nur Iman Subono (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005), h. 8.

45 33 Berbagai cara telah ditempuh oleh kalangan Tionghoa demi keeksistensiannya diakui, mulai dari berasimilasi, menikah dengan pribumi, memberi nama anaknya menjadi nama Indonesia, dan sampai berpindah agama ke agama Islam. Sedangkan proses asimilasi yang dibuat pemerintah saat itu yakni : 1) Aturan penggantian nama 2) Melarang segala bentuk penerbitan degan bahasa serta aksara Cina 3) Membatasi kegiatan-kegiatan keagamaan hanya dalam keluarga 4) Tidak mengizinkan pagelaran dalam perayaan hari raya tradisional Tionghoa di muka umum 5) Melarang sekolah-sekolah Tionghoa dan menganjurkan anak-anak Tionghoa untuk masuk ke sekolah umum negeri atau swasta Kesenjangan dan hubungan yang kurang baik ini menyulitkan komunikasi antara keduanya. Dan tak dapat dipungkiri, prasangka seperti itu masih tertanam pada masyarakat pribumi sampai saat ini. Namun segala macam prasangka atau diskriminasi terhadap etnis Tionghoa mulai berkurang sejak masa pemerintahan Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gusdur. Pada masa kepemimpinan Gusdur, konsep bangsa Indonesia mengalami perubahan dan modifikasi peraturan No.14 tahun 1967 menjadi Keppres No.6 tahun 2000 yang membolehkan aktivitas etnis Cina yang tidak harus meminta ijin lagi. Ia menawarkan konsep bangsa Indonesia yang nonras. Ia juga menolak pembentukan bangsa berdasarkan Islam sebagaimana tercermin dalam partai baru yang dibentuknya.

46 34 Partai tersebut disebut Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia mengatakan lebih lanjut bahwa Indonesia terdiri bukan hanya dari dua ras, melainkan tiga, yaitu: ras Melayu, Austro-Melanesia dan Cina. Ketiga ras tersebut yang membentuk kebangsaan Indonesia. Ia tidak hanya menganggap orang Tionghoa sebagai bagian dari bangsa Indonesia, tetapi juga menerima budaya etnik tersebut termasuk agama dan kepercayaan mereka. 24 Meskipun demikian, ia tetap menekankan arti pentingnya kesetiaan politik dan penerimaan atas nasionalisme Indonesia yang harus dimiliki oleh mereka. C. Masuknya Islam di Kelurahan Banten Islam adalah agama yang mula-mula tumbuh di jazirah Arab, tepatnya di kota Mekkah. Disampaikan oleh seorang rasul yang bernama Muhammad SAW yang lahir pada tahun 570 M. Pokok ajaran agama Islam adalah Tauhid, yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang ada di dunia ini; oleh karenanya manusia hendaknya hanya tunduk kepada Yang Menciptakannya saja, tidak kepada yang lain. Semula agama ini hanya dipeluk oleh sekelompok kecil saja, lalu Nabi Muhammad bersama para sahabat melakukan dakwah menyebarkan agama Islam dari tempat ke tempat. Para saudagar yang sedang berjualan pun aktif menyebarkan ajaran agama Islam maka sampailah menyebar ke seluruh negeri dan pelosoknya. 24 Ketika Gus Dur menjabat sebagai Presiden, ia mencabut peraturan No.14/1967 yang membatasi praktik adat-istiadat dan agama Tionghoa pada tingkat pribadi. Ia juga merayakan Tahun Baru Cina secara terbuka dengan masyarakat Tionghoa yang disponsori oleh perhimpunan keagamaan Konghucu Indonesia (Matakin).

47 35 Di kepulauan Nusantara, diperkirakan pada abad ke-7 dan ke-8 M (abad pertama Hijriah), pedagang-pedagang Muslim telah singgah di nusantara, sehingga agama Islam sudah banyak dikenal dan dianut oleh beberapa penduduk pribumi di nusantara. Namun Secara umum, periode awal Islamisasi di Banten dimulai sejak kehadiran Sunan Ampel dan Gunung Djati. 25 Tercatat dalam sejarah bahwa penduduk Banten Girang/Wahanten Girang (sekarang Kelurahan Banten) yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Mas Jong dan Agus Jo (jika disingkat nama keduanya menjadi Ki Jong Jo ) yang diislamkan oleh Sultan Maulana Hasanuddin. 26 Namun menurut versi lain, Islamisasi di Banten telah dilakukan jauh sebelum Syarif Hidayatullah dan Hasanudin datang. Sunan Ampel sudah lebih dahulu mengislamkan beberapa masyarakat Banten. Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, dikisahkan tentang usaha Syarif Hidayatullah bersama 98 orang muridnya mengislamkan penduduk Banten. 27 Lalu secara perlahan agama Islam pun diterima oleh masyarakat Banten, bahkan bupati Banten pun pada saat itu merasa kagum akan tingginya ilmu dan akhlak Syarif Hidayatullah 25 Lihat Hafidz Rafiudin dalam Riwayat Kesultanan Banten, h. 15. Setelah dakwah di Aceh lalu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) mendatangi Banten, namun di sana sebelumnya sudah lumayan banyak pemeluk agama Islam berkat dakwahnya Sunan Ampel. Dari sini lalu Syarif Hidayatullah melanjutkan perjalanan dakwahnya ke Cirebon. 26 Lihat Hafidz Rafiudin dalam Riwayat Kesultanan Banten, h Mas Jong dan Agus Jo awalnya adalah pengikut Prabu Saka Domas yang diutus untuk menghalangi niat Maulana Hasanudin dalam mensyiarkan agama Islam di Banten. namun setelah mereka bertemu dengan Maulana Hasanudin, mereka akhirnya mengucapkan kedua kalimat syahadat dan masuk Islam yang kemudian menjadi pengikut taat Maulana Hasanudin dan membantu memerangi Prabu Saka Domas. Sebelum masuk Islam nama mereka adalah Azar Jong (menjadi Mas Jong) dan Azar Jo (menjadi Agus Jo), telah diganti oleh Maulana Hasanudin. Dan diperkuat melalui wawancara pribadi dengan Pa Jaenal (sekertaris Kelurahan Banten) pada tanggal 10 Oktober Lihat Halwani Michrob dalam Banten dalam Pergumulan Sejarah, h

48 36 kemudian ia menikahkan adiknya yang bernama Nyai Kawunganten dengan Syarif Hidayatullah. 28 Berbeda lagi dengan Halwani Michrob menyatakan bahwa, Masuknya pengaruh Islam ke wilayah Banten ditandai dengan penyerbuan Fatahillah, 29 utusan kerajaan Demak, ke Banten Girang pada tahun Pusat pemerintahan kemudian dikuasai oleh Fatahillah dan dipindahkan ke Banten (1526). Pada masa inilah berkembang pesat pembangunan kota Banten dan pelabuhannya. 30 Namun jika diurutkan berdasarkan hasil penelitian dari data-data yang ada, Sunan Ampel-lah yang lebih dulu mengislamkan beberapa masyarakat Banten, lalu disusul oleh Syarif Hidayatullah, yang jelas memang tidak diketahui tepat pada tahun berapa Islam masuk ke Kelurahan Banten. 28 Dari perkawinan ini lahirlah dua orang anak yang bernama Ratu Winahon atau Wulung Ayu dan Pangeran Sebakinking atau Hasanudin. 29 Fatahillah/Fadhillah Khan/Faletehan (panggilan orang Portugis) adalah anak dari Maulana Makhmud Ibrahim Sultan Hud di Pasai/Aceh yang lahir pada tahun 1490 dan wafat 1570 juga menantu dari Syarif Hidayatullah. Ia ditugaskan oleh Syarif Hidayatullah membantu Hasasanuddin dalam merebut Baanten dari Pakuan Padjajaran. 30 Halwani Michrob, Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten (Jakarta: Yayasan Baluwarti, 1993), h. 30

49 BAB III SEJARAH KEBERADAAN MASJID DAN VIHARA BERSEJARAH DI KELURAHAN BANTEN A. Masjid Bersejarah Dari segi harfiah, masjid adalah tempat sembahyang umat Muslim. Namun jika dilihat dari asal katanya, masjid berasal dari bahasa Arab: masjidun berarti ism makaan (kata yang menyebutkan tempat), dan fi il madi (pekerjaan yang sudah dilakukan/terjadi) nya sajada. Masjidun mempunyai arti tempat sujud dan sajada mempunyai arti ia sudah sujud. Masjid dalam ajaran Islam sebagai tempat sujud tidak hanya berarti sebuah bangunan atau tempat ibadah tertentu, karena di dalam ajaran Islam Tuhan telah menjadikan seluruh jagat raya ini sebagai masjid; tempat sujud. 1 Dalam hadist yang diriwayatkan Shahih Muslim pun berbunyi: 2 و ج ع ل ت ل ن ا ال أ ر ض ك ل ه ا م س ج د ا و ج ع ل ت ت ر ب ت ه ا ل ن ا ط ه ىر ا Artinya: Dan (Allah) telah jadikan bumi seluruhnya sebagai tempat sujud bagi kita dan (Allah) jadikan debunya sebagai alat bersuci. Pada masyarakat pelabuhan/pesisir, apabila masyarakat Islam telah berkumpul dan memiliki pemukiman sendiri, maka dibangunlah sebuah masjid. h Juliadi, Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya (Yogyakarta: Ombak, 2007), 2 Muslim Bin Hajjaj, Shahih Muslim Vol. 1 (Bairut: Dar Ihya Al-Turats Al- arabi), h

50 38 Dalam masyarakat Islam, masjid memiliki peranan penting yang merupakan pusat pertemuan orang-orang beriman dan merupakan lambang kesatuan umat. 3 Sejatinya fungsi dan peran masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang harus dijaga fungsinya dengan baik. Jika melihat dari jaman Rasulullah, masjid merupakan tempat yang menjadi pusat kegiatan di masyarakat yang meliputi pendidikan dan pembinaan umat. Jadi masjid tidak hanya sekedar tempat ibadah saja, tetapi diharapkan mampu untuk menyelesaikan masalah sosial di masyarakat seperti kemiskinan, kebodohan dan juga masalah kehidupan seharihari. Masjid bersejarah yang ada di kawasan Banten Lama/Kelurahan Banten yaitu Masjid Agung Banten, Masjid Koja dan Masjid Pecinan Tinggi. Namun Masjid Koja kini hanya menyisakan puing-puing bangunannya yang sudah tidak terlihat seperti sebuah masjid. Begitupun juga dengan Masjid Pecinan Tinggi 4 hanya meninggalkan menaranya saja dan sudah tidak dapat digunaan untuk beribadah lagi. Hanya Masjid Agung Bantenlah yang hingga kini masih dapat digunakan untuk aktivitas ibadah oleh masyarakat. 3 De Graaf dan Pigeud, Kerajaan-Kerajaan Islam Di Jawa, dalam Thanti Felisiani, Pawestren Pada Masjid-Masjid Agung Kuno Di Jawa: Pemaknaan Ruang Perempuan (Skripsi SI Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2009), h Masjid Pecinan Tinggi terletak di kampung Pamarican Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten. Masjid ini peninggalan Sultan Syarif Hidayatullah yang didirikan untuk masyarakat Cina pengikut Ong Tien yang memeluk agama Islam.Namun kini menyisakan menaranya saja.

51 39 1. Masjid Agung Banten Gambar 3.1 komplek Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten merupakan merupakan situs bersejarah peninggalan Kesultanan Banten. 5 Masjid ini terletak di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Didirikan pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanudin (putra Sunan Gunung Jati) pada abad ke-17 atau sekitar tahun 1560an dan terus mengalami renovasi oleh sultan-sultan Banten selanjutnya. Masjid ini dirancang oleh tiga arsitek dengan latar belakang berbeda. Raden Sepat (arsitek asal Majapahit), Tjek Ban Tjut (arsitek asal Cina) dan Hendrick Lucasz Cardeel (arsitek asal Belanda).Sekilas bangunan masjid berarsitektur unik ini terlihat seperti perpaduan gaya Hindu-Jawa, Cina, dan Eropa. Namun sebenarnya, arsitektur Masjid kebanggaan masyarakat Banten ini sarat dengan nilai-nilai Islami disetiap bangunannya. 5 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, Masjid-masjid Kuno di Banten: Seri Mengenal Banten I (Serang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, 2008), h.1.

52 40 Memang, Masjid Agung Banten ini selalu ramai karena menjadi sumber riset bagi para peneliti, baik menyangkut pendidikan, sejarah, kebudayaan, sosial, maupun ekonomi. Bahkan, merupakan tujuan wisata religi bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Fungsi Masjid Agung Banten bagi masyarakat Banten tidak lain adalah sebagai tempat beribadah. Melaksanakan solat lima waktu, solat dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha);dan melaksanakan solat sunnah yang lain, tempat bermusyawarah para ulama Banten memecahkan masalah keagamaan warga Banten. 6 Sejarah pendirian Masjid Agung Banten berawal dari instruksi Sunan Gunung Djati kepada anaknya, Hasanuddin. Konon, Sunan GunungDjati memerintahkan kepada Hasanuddin untuk mencari sebidang tanah yang masih suci sebagai tempat pembangunan Kerajaan Banten. Di lokasi itulah kemudian Hasanuddin mulai mendirikan Kerajaan Banten beserta sarana pendukung lainnya, seperti masjid, alun-alun, dan pasar yang merupakan ciri tradisi kerajaan Islam di masa lalu. 7 Seni bangunan yang berkembang pada jaman Indonesia masa Islam menunjukkan adanya perpaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah ada. Salah satu bentuk perpaduan itu adalah pada seni bangunan 6 Wawancara dengan Jaenal Sekretaris Kelurahan Banten, Kelurahan Banten, 03 April Lihat Yeyen Erviana, Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten (Skripsi SI Fakultas Assyari ah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2012), h. 58. Lihat juga Juliadi dalam Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya, h.31. Ciri utama kota sebagai pusat kerajaan adalah keberadaan keraton (istana) sebagai pusat kota. Istana di Jawa menghadap ke utara dan dihadapannya terdapat sebuah alun-alun besar. Di sebelah barat alun-alun terdapat masjid agung dan di sebelah timur alun-alun terdapat sebuah pasar.

53 41 masjid. Dengan adanya hasil akulturasi 8 ini, bangunan masjid di Indonesia pada jaman perkembangan Islam memiliki bentuk yang unik. Berdasarkan data-data penelitian, Masjid Agung Banten ini memiliki dua unsur arsitektural, yakni arsitektur lokal yang meneruskan tradisi dari masa sebelum Islam (Hindu-Buddha) dan arsitektural asing (dalam hal ini arsitektur Belanda). Seni hiasnya (ornamental) hampir keseluruhannya juga memakai motifmotif yang telah dikenal pada masa sebelum Islam datang. Konsepsi dasar pendirian Masjid memang erat kaitannya dengan hukum Islam, tetapi wujud fisik masjid itu sendiri sesungguhnya bersifat sekuler. Ia lepas dari ketentuan hukum dan dengan demikian memberi kesempatan kepada pembangunnya untuk mengembangkan daya kreasinya. 9 Bentuk atap Masjid Agung Banten ini agak lain dari masjid yang ada di daerah Pulau Jawa lainnya, karena atap masjid yang merupakan kubah bagi masjid lain, pada masjid ini berbentuk trapezium bertingkat dan bersusun lima, mengecil ke atas. Mungkin dimaksudkan perencananya sebagai perlambang rukun Islam. 10 Dan jika diperhatikan dua tumpukan atap konsentris paling atas samarsamar mengingatkan pada idiom Pagoda Cina juga bentuk meru pada Pura. Terlepas dari makna atau simbol dan filosofi yang melekat padanya, atap bertingkat secara teknis memberi kelapangan sirkulasi udara dan memberi pencahayaan yang tidak menimbulkan efek silau. 8 Akulturasi dapat didefinisikan sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. 9 Anton Herrystiadi, Mesjid Agung Banten: Sebuah Tinjauan Arkeologi (Skripsi S1 Fakultas Sastra Jurusan Arkeologi, Universitas Indonesia, 1990), h Abdul Baqir Zein, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia (Jakarta: Gema Insani, 1999), h

54 42 Gambar 3.2 kemiripan antara atap masjid, pagoda Cina dan meru pura Sebagai masjid kerajaan, 11 Masjid Agung Banten mempunyai peran penting pada jamannya; peran dalam pemerintahan dan kemasyarakatan. Sesuai dengan ukurannya yang paling besar dan namanya Agung, masjid ini memiliki keistimewaan tersendiri. Di masa lalu masjid ini mendapat perhatian khusus dari para penguasa tertinggi Banten. selain masjid juga terdapat banyak bangunan yang berdiri di Komplek Masjid Agung Banten, yaitu menara, tiamah, serambi, dan makam para Sultan. Gedung tiamah dibangun oleh seorang Muslim Belanda, bernama Hendrick Lucas Cardeel, yang kemudian memperoleh gelar Pangeran Wiraguna. Dahulu gedung ini digunakan untuk tempat berdiskusi memperbincangkan masalah-masalah agama Islam. 12 Dan kini bangunan 11 Dahulu kala, masjid kerajaan atau masjid negara dibangun sebagai simbol kerukunan umat juga sebagai tanda kekuasaan seorang Sultan atau sebuah kerajaan. Memang hampir semua kesusltanan Islam di Jawa membangun sebuah masjid agung yang segala keperluannya disediakan oleh kerajaan dan juga dipergunakan untuk upacara keagamaan yang diselenggarakan oleh kerajaan. 12 Abdul Baqir Zein, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, h. 165.

55 43 permanen bertingkat dua itu dijadikan Museum Purbakala Banten, tempat penyimpanan benda-benda kuno peninggalan Kesultanan Agung Banten. Bagian masjid selanjutnya adalah serambi. Sebenarnya serambi terdapat pada sekeliling masjid, namun terdapat bagian serambi terbesar yang terletak di sisi timur dan atapnya terpisah dari atap bangunan utama. Atap serambi berbentuk limasan dan terdiri dari dua tingkat. Untuk menopang atap serambi, di tengahtengah dipasang 12 tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati. Serambi utama ini disebut oleh masyarakat dengan pendopo. Dan di sisi timur serambi terdapat empat kolam yang disebut pakulahan yang pada jaman dahulu digunakan untuk berwudhu atau bersuci sebelum melakukan solat. Selain itu ada juga dua letak pemakaman yang dipisahkan, di bagian utara dan selatan. Ini tempat dimakamkan para sultan Banten dan keluarganya. Dan ternyata bangunan-bangunan yang ada di komplek Masjid Agung Banten ini dibangun secara bertahap (tidak sekaligus) dan setiap bangunannya memiliki fungsi khusus. Menara misalnya, selain berfungsi sebagai tempat adzan, juga berfungsi sebagai sarana pengawas pantai.

56 44 2. Menara Banten Gambar 3.3 menara Masjid Agung Banten Menara berasal dari kata bahasa Arab, nar yang berarti api, kemudian diberi awalan ma, sehingga membentuk kata tempat manaroh yang berarti tempat menaruh api atau cahaya di atas. 13 Namun dalam bahasa Indonesia, kata manaroh diucapkan menjadi menara. Dalam literatur Arab dan Persia, cahaya diidentikkan dengan kegembiraan jiwa dan kepandaian. Adanya menara lazimnya seperti masjid-masjid yang ada di luar Indonesia. Contohnya masjid-masjid di Mesir dan Masjid Abas di Karbala, Irak, memiliki menara yang sangat tinggi dan megah. Dan menara masjid yang pertama dikenal adalah menara Masjid Sidi Ukba di Khairawan, Tunisia. 14 Di sana Menara menjadi bagian penting, karena merupakan tempat muadzin menyerukan adzan sebagai panggilan orang untuk shalat. Jika di Indonesia, pemberitahuan waktu 13 Juliadi, Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya, h Ibid, h. 99.

57 45 shalat di samping dengan seruan adzan, juga dilakukan dengan pemukulan sebuah bedug atau kentongan. Ini dikarenakan menara bukanlah tradisi yang melengkapi masjid di Jawa pada masa awal, maka Masjid Agung Banten termasuk di antara masjid yang mula-mula menggunakan unsur menara di Jawa. Menurut Jaenal, menara ini adalah simbol peradaban Islam juga bukti toleransi antar umat beragama di masa lampau sangat harmoni. Beberapa ahli sejarah seperti Kemal C.F Wolff Schoemaker, dalam karangannya yang berjudul Architectuur Islam, mengemukakan bahwa bangunan menara yang ada di dekat masjid itu diilhami dari sebuah mercusuar. 15 Seperti mercusuar peninggalan Belanda yang ada di pantai Anyer. Bentuk tersebut lazim ditemukan di Negeri Belanda, seperti segi delapan, pintu lengkung bagian atas, konstruksi tangga melingkar seperti spiral, dan kepalanya (puncaknya) memiliki dua tingkat. Berita itu menunjukkan pula bahwa menara dibangun tidak lama setelah bangunan Masjid Agung Banten. Menurut hasil penelusuran Dr K.C Crucq, yang karangannya berjudul Aanteekeningen Over de Manara te Banten (beberapa catatan tentang menara di Banten) pernah dimuat dan dipublikasikan dalam Tidscrift Voor de Indische Taal, Land and Volkenkunde van Nederlandsch Indie, menyebutkan bahwa menara dibangun pada masa Sultan Maulana Hasanudin ketika putranya Maulana Yusuf sudah dewasa dan menikah. Menara yang terletak di sebelah timur masjid itu berfungsi sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan serta tempat untuk memantau keadaan di Teluk Banten tersebut, dibangun oleh arsitek asal Cina yaitu Tjek Ban Cut yang 15 Ibid, h

58 46 diberi gelar Pangeran Wiraguna oleh Sultan Ageng Tirtayasa kemudian direnovasi oleh Hendrick Lucas Cardeel dari Belanda pada tahun 1683 dan pada saat itulah masuk pengaruh budaya Eropa yang sebelumnya banyak dipengaruhi agama Buddha yaitu dengan adanya padma (bunga teratai) pada puncak menara. Bunga teratai adalah lambang agama Buddha. Dalam ajaran agama Buddha, bunga teratai melambangkan panna (kebijaksanaan). 16 Juga bentuk badan menara memiliki denah segi delapan yang merupakan bentuk bangunan Indonesia pra Islam (Hindu-Buddha). Sangat terlihat jelas akulturasi budaya yang kuat dalam komplek Masjid Agung Banten tersebut. Catatan Dirk Van Lier di tahun 1659 maupun Wouter yang datang pada tahun 1661 menyebut, menara masih digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata atau amunisi orang Banten. Kemudian baru antara lain tulisan Stavorinus yang menulis tentang Banten tahun 1769 menyebut menara sebagai tempat memanggil orang untuk sembahyang (solat). Namun dewasa ini, menara ini tidak lagi digunakan oleh para muadzin, karena pengeras suaralah yang dipasang di atas menara dan muadzin cukup bertugas (adzan) di dalam masjid. Kini menara itu dijadikan sebagai tujuan wisata bersejarah oleh para pengunjung. Dari atas menara masjid yang bergaya Eropa ini, para pengunjung dapat melihat keindahan alam sekitarnya, bekas reruntuhan Kesultanan Banten, bahkan Pelabuhan Karangantu serta perahu-perahu nelayan. 17 Dan menurut catatan sejarah Banten (baik dalam babad Banten maupun catatan Belanda) pun, menara yang menjadi ciri khas masjid ini selalu menjadi 16 Eka-Citta Bersatu Dalam Dharma: Simbol Dalam Budhisme (Yogyakarta: Kamadhis UGM, 2008), h. 12. Terdapat berbagai macam sikap patung Buddha Sakyamuni, dan ada patung Sakyamuni yang duduk di atas bunga teratai. 17 Abdul Baqir Zein, Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia, h. 164.

59 47 pusat perhatian para pengunjung pada masa lampau, bahkan sampai saat ini. Para pengunjung selalu menyempatkan diri untuk berfoto dan naik ke atas menara yang terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Dan untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km. Menara ini memiliki dua fungsi. Dimana fungsi religius merupakan fungsi utamanya yaitu untuk mengumandangkan suara adzan dari atas menara. Fungsi spiritual ditunjukkan sebagai daya tarik para peziarah. Fungsi sosial ditampilkan oleh menara sebagai bentuk pengakuan pada umunya masyarakat Banten sebagai simbol kesatuan kultural yang paten. Adapun terakhir fungsi komunikasinya adalah menara Masjid Agung Banten tidak hanya sebagai petunjuk letak Banten, tetapi menara ini mampu memberi informasi tentang dirinya yang bermakna bagi keseluruhan. Fungsi komunikasi ini dapat diketahui dengan memahami simbol-simbol yang ada pada menaranya. Menara Masjid Agung Banten digunakan sebagai simbol atau lambang atau logo pemerintahan Provinsi Banten. Bahkan beberapa kabupaten dan lembaga pemerintah dan non pemerintah di provinsi Banten juga menggunakan menara Masjid Agung Banten sebagai logonya. 18 Menurut catatan Badan Pusat Statistik Provinsi Banten (BPS), simbol menara Masjid Agung Banten yang bertingkat dua berwarna putih dengan memolo (puncak) berwarna merah, 18 Juliadi, Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya, h. 95.

60 48 menjulang tinggi ke angkasa melambangkan masyarakat Banten mempunyai semangat yang tinggi untuk mewujudkan masyarakat madani, serta adanya tujuan mulia yang senantiasa berpedoman pada petunjuk Allah SWT, menara Masjid Agung Banten juga melambangkan budaya dan historis Banten yang kokoh pada pendirian zaman kesultanan 19 dan lebih jelasnya akan dibahas pada bab IV. B. Vihara Bersejarah 1. Vihara Avalokitesvara Gambar 3.4 pintu gerbang Vihara Avalokitesvara dari dalam vihara Sebelum jauh membahas makna dari bangunan Vihara, perlu diketahui dahulu makna dari Vihara itu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Vihara/Wihara berarti biara yang didiami oleh para biksu (umat Buddha). Vihara adalah sebuah rumah ibadah umat Buddha, sedangkan Kelenteng adalah tempat xxi. 19 Banten Dalam Angka 2003 (Serang: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2003), h.

61 49 ibadah umat Khonghucu. Kebanyakan dari sebagian orang, kedua nama rumah ibadah ini sering kali tertukar, padahal isi dan fungsinya berbeda. 20 Sebelum mengenal vihara, tempat tinggal para bhikku/bhikkuni adalah goa-goa, di bawah pohon, di kuburan, di atas bukit, ditumpukkan jerami dan ditempat penduduk yang menyediakan untuk menginap. 21 Dan pengertian lebih sederhananya, dahulu vihara hanyalah sebuah pondok atau tempat tinggal atau tempat penginapan para bhikku/bhikkuni dan samanera/samaneri. Vihara atau asrama pertama dalam sejarah Buddha terletak di atas tanah yang dinamakan Isipatana Migadaya (Taman Rusa Isipatana), dekat kota Banarasi, India. Tempat yang sangat indah ini mengandung makna sejarah yang sangat penting bagi umat Buddha. Kini vihara berkembang menjadi tempat melakukan segala macam bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan dan tradisi Buddha dan di dalam vihara terdapat satu bahkan lebih ruangan untuk penempatan altar. Fungsi Vihara Avalokitesvara Bagi masyarakat Banten yang beragama Buddha juga sama sebagai tempat beribadah, bersembahyang pada Yang Maha Agung. Aktivitas beribadah sangat banyak, diantaranya ibadah mingguan, ibadah harian, bersedekah dan masih banyak lagi. Tidak berbeda dengan pendapat Dr. M. Ikhsan Tanggok, salah satu dosen Ushuluddin di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, fungsi vihara tidak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga digunakan sebagai tempat mereka mengadukan nasibnya. 20 Wawancara pribadi dengan Asaji kepala Humas Vihara Avalokitesvara, Kelurahan Banten, 07 Januari Yoyoh Masruroh, Makna dan Tata Cara Bhakti Puja Dalam Ajaran Buddha Maitreya (Skripsi SI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 16.

62 50 ada yang datang untuk bersembahyang dan ada juga yang datang untuk bersembahyang sekaligus meramal nasibnya. 22 Nama Avalokitesvara berasal dari nama seseorang yang mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan mahkluk selain dirinya di alam semesta, yaitu Boddhisattva (bahasa sanskerta) buddhis yang dijadikan contoh adaptasi simbolis buddhis yang terbaik, ia mampu bertahan terhadap tantangan religius dan jaman. Kemasyhurannya tersebar di Sri Lanka dan bahkan sampai ke dunia modern, seperti Eropa dan Amerika. 23 Adapun di Kelurahan Banten, terdapat sebuah vihara bersejarah bernama Vihara Avalokitesvara yang dibangun pada abad ke-16 atau sekitar tahun 1652 pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Berarti keberadaan Vihara Avalokitesvara ini sudah ada sebelum Masjid Agung Banten berdiri. Dan posisi astronomisnya berada pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Vihara ini berada sekitar 500 m sebelah Barat Masjid Agung Banten. 24 Vihara Avalokitesvara menjadi sarana untuk melakukan ibadah selain itu terdapat Sekolah Tinggi Agama Buddha serta lembaga Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Banten, Majelis Agama Buddha Tantrayana Sukhavati Indonesia (MASUKHAVATI), PBDNSI Vihara Avalokitesvara Ciapus, Majelis Agama Buddha Tridharma Indonesia, Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, Majabumi Tanah Suci Cilegon, dan Magabuddhi (Majelis Agama 22 Lihat lebih jelasnya M. Ikhsan Tanggok dalam Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h Lihat Piyasilo Mahathera dalam AVALOKITESVARA: Asal, Perwujudan, dan Makna (Karaniya), h Juliadi, dkk., Ragam Pusaka Budaya Banten, 1th ed. (Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, 2005), h. 128.

63 51 Buddha Teravadha Indonesia) yang mengelola. Dari semua lembaga tersebut ada acara yang dilakukan dalam setahun sekali, yaitu santunan untuk orang yang kurang mampu berupa sembako dimana umat Buddha Kelurahan se-kota Serang menyumbangkan sebagian hartanya. Latar belakang pembangunanvihara selalu dihubungkan dengan cerita masyarakat setempat dan bermacam versi. Bahkan ada yang sampai mengadaada/dibuat-buat dan jauh dari cerita aslinya. 25 Diceritakan dalam buku Ragam Pusaka Budaya Banten, Pada zaman dahulu ada rombongan dari Cina yang akan pergi ke Tuban. Karena kehabisan bekal, mereka memutuskan untuk singgah di Banten tepatnya di kanal (Sungai Cibanten). Dari persinggahan tersebut terjadi perseteruan antara rombongan Cina dengan penduduk Banten. Perseteruan tersebut memuncak ke perkelahian. Rombongan Cina yang dipimpin oleh Putri Ong Tien Nio mengalami kekalahan. Melalui kemenangan tersebut, Syarif Hidayatullah sebagai penguasa Banten pada saat itu menikahi Putri Ong Tien Nio. Sebagai dampaknya, timbul perpecahan di kalangan Cina sendiri. Sebagian dari mereka memeluk agama Islam dan sebagian lagi tetap pada ajaran dari tanah leluhurnya. Mengantisipasi keadaan tersebut, Syarif Hidayatullah mengambil kebijakan untuk tetap menghargai kedua kubu dengan membangun sebuah Masjid di daerah Pecinan dan sebuah lagi Vihara Buddha Avalokitesvara di Dermayon. Berdasarkan informasi tersebut maka vihara ini termasuk dalam kategori vihara tertua di Pulau Jawa. Semula vihara ini 25 Meski sebenarnya, hasil penelitian tentang sejarah itu ada banyak/dari berbagai sumber yang belum tentu tepat kebenarannya.

64 52 dibangun di Desa Dermayon, kemudian dipindahkan ke Kampung Pamarican Kelurahan Banten pada tahun Tidak jauh berbeda dari keterangan Pak Asaji, 27 dahulu ada rombongan dari Cina yang dipimpin oleh Putri Ong Tien Nio yang akan pergi ke Surabaya. Karena kehabisan bekal, mereka memutuskan untuk singgah di pelabuhan Banten. 28 Singkat cerita, Putri Ong Tien Nio dipinang oleh Tuan Raja Syarif Hidayatullah dan menjadi seorang muallaf. Pengikut Putri Ong Tien Nio pun terbagi menjadi dua, sebagian mereka ada yang berpindah memeluk agama Islam dan ada juga yang tetap teguh dalam Buddhanya. Lalu Putri Ong Tien Nio meminta ijin agar dibuatkan sebuah bangunan ibadah bagi pengikutnya yang masih beragama Buddha. Maka dibuatkanlah Vihara Avalokitesvara dan Masjid Pecinan 29 untuk yang berpindah agama Islam. 30 Sedangkan menurut Jaenal, menikahnya Putri Ong Tien Nio dengan Syarif Hidayatullah dan didirikannya pula sebuah vihara semata-mata bukan hanya sekedar diplomasi politik berdakwah, tetapi ada motivasi lain. 31 Jika menurut Mufti Ali, 32 Vihara itu didirikan atas dasar apresiasi Syarif Hidayatullah kepada Putri Ong Tien Nio dan sebagai salah satu trik diplomasi seorang raja 26 Juliadi, dkk., Ragam Pusaka Budaya Banten (Serang: Balai pelestarian peninggalan purbakala, 2005), h Kepala Humas Vihara Avalokitesvara Kelurahan Banten. 28 Alasan Putri Ong Tien memutuskan untuk singgah di Pelabuhan Banten karena terdapat keramaian yang memungkinkan ia mudah mendapatkan perbekalan, dan ternyata setelah ditelusuri tempat itu adalah daerah pemerintahan Banten yang pada saat itu dikuasai oleh Raja Syarif Hidayatullah. 29 Lihat, Juliadi dalam Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah Dan Budaya (Serang: Balai pelestarian peninggalan purbakala), h. 23. Setelah pusat pemerintahan dipindahkan ke daerah pesisir di Teluk Banten, Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah sebagai penguasa Banten pada saat itu pertama-tama membangun sebuah masjid di tepi barat sungai Cibanten Barat, Masjid ini kemudian dikenal dengan Masjid Pecinan Tinggi. 30 Wawancara pribadi dengan Asaji kepala Humas Vihara Avalokitesvara, Kelurahan Banten, 07 Januari Wawancara dengan Jaenal Sekretaris kelurahan Banten, 10 Agustus Seorang sejarawan Banten dan dosen Institut Agama Islam Negeri kota Serang.

65 53 untuk merekatkan hubungan antar bangsa. Syarif Hidayatullah sangat menghormati keberagaman agama dan yang terpenting menurutnya adalah kondisi perekonomian warga Banten tanpa mempermasalahkan perbedaan agama. 33 Vihara yang namanya diambil dari seorang Boddhisatva yang dikenal sebagai Dewi Welas Asih (Kwan Im) ini, konon dibangun atas perintah Syarif Hidayatullah sebagai bentuk nyata atas kehidupan beragama yang harmonis pada masa itu dan kini menjadi salah satu vihara tertua di Indonesia. Pada pintu gerbang vihara dihiasi dengan dua ekor naga yang melambangkan lanak kuda yang bermakna suatu permohonan kepada yang Maha Kuasa. Saat memasuki vihara, pengunjung akan menjumpai Goa-goa Pagoda yang terletak di sisi kanan dan sisi kiri pintu vihara. Pagoda ini dipercaya dapat memenjarakan elemen negatif dari manusia atau tolak bala. Oleh karena itu pengunjung biasanya membakar kertas dan meletakkannya di dalam Pagoda tersebut agar semua elemen negatif yang ada dalam diri ikut terbakar dan tercengkram dalam Pagoda ini. Namun sebelum itu, pengunjung yang datang dengan tujuan ibadah (jika yang non Buddha dan hanya sekedar melihat-lihat tidak dianjurkan sembahyang) harus melakukan sembahyang di 15 altar terlebih dahulu, diantaranya Tian Kwu (Tuhan Yang Maha Esa), sang Kwan Tie (Tuhan penguasa alam), maha Kwan In dan lain-lain dengan menggunakan dupa. Patung Avalokitesvara yang konon berasal dari Dinasti Ming, terdapat di altar utama yang ada di depan, yang di sisi kiri kanannya terdapat ruang-ruang yang lebih kecil untuk ibadah. Pada salah satu dinding vihara terdapat papan bingkai catatan tentang bencana tsunami yang pernah terjadi di Banten pada Wawancara pribadi dengan Mufti Ali, Serang, 10 Agustus 2016.

66 54 Agustus Catatan yang ditulis dalam tiga bahasa ini menjelaskan bagaimana mengerikannya peristiwa tersebut, dan pada saat itu orang-orang berlindung di dalam vihara, sementara air bah menggelundung di luar vihara dengan derasnya menyapu kebun kelapa dan segala benda yang ada, orang-orang di dalam vihara berdoa memohon perlindungan. Lalu mukjizat pun terjadi, air dan lahar pun tidak masuk ke dalam vihara. Di bagian belakang terdapat Dharmasala yang dihubungkan oleh koridor cantik berhiaskan kisah legenda ular putih. Legenda Mbah Banten yang sakti penjaga sumber mata air (sumur tua) yang dipercaya membawa kemujaraban menjadi legenda lokal yang ada di vihara ini. Banyak yang meminta air mujarab ini, tidak hanya dari golongan orang yang beribadah di vihara ini melainkan juga yang datang dari jauh dengan latar belakang yang berbeda. Bahkan ada juga seorang pejabat dan seorang artis yang datang untuk meminta air dari sumur tua itu. 34 Dan vihara yang memiliki kapasitas orang ini akan ramai jika dikunjungi pada saat menjelang perayaan Imlek dan upacara-upacara keagamaan yang lainnya. 2. Respon Masyarakat Mengenai Keberadaan Vihara Masyarakat Kelurahan Banten adalah tipikal masyarakat yang bertoleransi tinggi. Mereka tidak merasa terganggu karena berdirinya sebuah vihara dan segala aktivitasnya; selama tidak mengganggu ketentraman warga. Mereka mengakui bahwa vihara itu adalah peninggalan masyarakat jaman dulu yang harus dijaga dan dirawat. Terlebih lagi sebagian mereka mempercayai bahwa vihara itu peninggalan Sunan Gunung Djati, Syarif Hidayatullah. 34 Wawancara pribadi dengan Asaji kepala Humas Vihara Avalokitesvara, Kelurahan Banten, 07 Januari 2016.

67 55 Menurut Jaenal, semenjak berdirinya vihara itu tidak pernah ada konflik antar warga yang berbeda keyakinan tersebut. Karena wangsit dari para pendahulu mereka itu semua (bangunan bersejarah) harus dijaga dan dirawat agar anak dan cucu mengetahui sejarah Banten, jika mendzalimi mereka (umat Buddha), itu berarti sama saja umat Islam yang di Desa Banten itu mendzalimi Allah, karena dalam Islam tidak pernah diajarkan berbuat dzalim terhadap semua makhluk ciptaan Allah. 35 Bagi masyarakat Banten sendiri, bangunan vihara ini tidak hanya sekedar menjadi bangunan bersejarah ataupun tempat peribadatan semata, tetapi juga sebagai simbol bagaimana masyarakat lampau mampu mewariskan keharmonisan dalam menghadapi setiap perbedaan yang ada. Dan berdasarkan hasil wawancara kepada warga pun tidak ada yang kontra dengan keberadaan vihara itu. Mereka sudah terbiasa dengan kegiatan vihara, seperti adanya pengobatan gratis yang diberikan oleh pihak vihara. Karena terbukti pasiennya bukan hanya dari umat Buddha saja, tapi warga Kelurahan Banten maupun non pun boleh berobat. Telah diketahui, masyarakat Banten dikenal sebagai komunitas mayoritas muslim, tapi nyatanya keharmonisan beragama di kawasan banten lama ini terjalin sangat baik, bahkan tak jarang penduduk yang tinggal di sekitar kawasan vihara ikut terlibat dan membantu ketika ada acara dan perayaan-perayaan di vihara. Dan ketika Masjid Agung Banten mengalami kerusakan di bagian atapnya 35 Ibid

68 56 akibat angin kencang, lalu pihak vihara dengan sigap memberi bantuan material. 36 Inilah bukti adanya sikap toleransi yang tinggi terhadap hubungan antar agama. 36 Wawancara pribadi dengan Asaji kepala Humas Vihara Avalokitesvara, Kelurahan Banten, 07 Januari 2016.

69 BAB IV GAMBARAN KEHIDUPAN HARMONI UMAT ISLAM DAN BUDDHA DI KELURAHAN BANTEN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG PROVINSI BANTEN A. Bentuk Kehidupan Harmoni di Kelurahan Banten Sebagai sebuah kelurahan yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam, Kelurahan Banten tetap memegang teguh sikap toleransi dan keharmonisan dengan para pemeluk agama lain yang diwariskan masyarakat lampau. Adanya para pemeluk agama selain Islam yang kini sudah menjadi warga Kelurahan Banten, bukan berarti warga yang mayoritas Islam harus bersikap acuh dan melakukan hal-hal diskriminasi terhadap mereka. Adapun makam kuno di dekat reruntuhan Masjid Pecinan, makam itu adalah tempat peristirahatan terakhir sepasang suami istri pengurus Masjid Pecinan keturunan etnis Tionghoa yang bernama Thio Bou Seng (suami) dan Ciu Kiongt Khiam (istri) yang meninggal pada tahun Ini membuktikan dahulu umat Buddha dan Muslimnya sudah berbaur. Mereka paham bahwa keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar tercipta masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, keberadaan vihara pada masyarakat Kelurahan Banten yang mayoritas Muslim tidak pernah 1 Wawancara pribadi dengan Asaji, Kelurahan Banten, 03 April

70 58 membuat mereka bercerai-berai. Justru mereka sangat harmonis dan saling mendukung dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Adapun contoh sebagian dari bentuk keharmonisan antara umat Muslim dengan umat Buddha di Kelurahan Banten, yaitu sebagai berikut: 1. Aktifitas sosial keagamaan a. Aktifitas sosial keagamaan pemeluk Muslim Umat Muslim yang ada di Kelurahan Banten selalu rutin melakukan kegiatan pengajian bergilir di setiap rumah warga (umat Islam) masingmasing RT. Dan sudah menjadi tradisi selesai pengajian atau pembacaan doa atau ngeriung itu pembagian berkat. Berkat adalah berupa makanan, seperti nasi beserta lauknya, dan kue-kue tradisional khas daerah itu. Filosofi berkat itu sendiri adalah mengharap keberkahan dari Yang Maha Kuasa. 2 Lalu berkat itu juga dibagikan ke rumah warga yang kurang mampu, anak yatim, juga para lansia tanpa membedakan agama yang dianutnya. b. Aktifitas sosial keagamaan pemeluk Buddha Dalam agama Buddha, setiap vihara wajib memiliki salah satu ajaran pokok Buddha yang kemudian harus dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nah Vihara Avalokitesvara yang ada di Kelurahan Banten ini mempunyai klinik yang terbuka bagi siapa saja. Klinik ini dibuka setiap hari jumat mulai dari WIB melayani penyakit umum yang ditangani oleh dua dokter umum. Hanya dengan membayar sebesar Rp maka seseorang sudah dapat memeriksakan diri dan berobat. 2 Wawancara pribadi dengan Ade. Kelurahan Banten, 10 September 2016.

71 59 Dibukanya klinik ini semata-mata hanya untuk mempraktikkan ajaran yang sudah dipelajari yaitu salah satunya menebarkan cinta kasih yang luas dengan menolong siapapun. Dan mereka juga rutin membagikan sembako kepada orang yang kurang mampu setiap tahunnya. 2. Bentuk-bentuk kerjasama dalam bidang sosial kemasyarakatan a. Gotong-royong Kegiatan gotong royong dijadikan kegiatan rutinitas setiap minggunya oleh seluruh masyarakat Kelurahan Banten. Setiap kepala rumah atau perwakilan rumah harus ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar, seperti membersihkan selokan, rumput yang sudah tinggi dan lain sebagainya. Sedangkan para ibu-ibu sibuk menyiapkan jamuan untuk dihidangkan kepada para pekerja. 3 b. Pembangunan sarana dan prasarana Salah satu kegiatan pembangunan sarana dan prasarana di Kelurahan Banten yaitu pendirian gapura yang biasanya diganti setiap menjelang 17 Agustus hari kemerdekaan RI. Gapura dibuat semenarik dan sebagus mungkin. 4 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjalinnya kerukunan antar umat beragama di Kelurahan Banten, yaitu sebagai berikut: 1. Kesadaran Beragama Kesadaran beragama merupakan bagian yang terasa dalam pikiran dan dapat di uji melalui intropeksi atau dapat dikatakan bahwa ia adalah aspek mental dan aktivitas agama. karena kesadaran orang untuk beragama merupakan 3 Wawancara pribadi dengan Jaenal Sekretaris kelurahan Banten, 10 Agustus Wawancarapribadi dengan Aam. Kelurahan Banten, 11 Oktober 2016.

72 60 kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan ia. Dan sikap keberagamaan seseorang itu berbeda-beda dan sulit untuk diubah, sebab ini sudah berdasarkan pertimbangan dan pemikiran yang matang. 2. Menghargai Kemajemukan Warga Kelurahan Banten yakin bahwa ajaran agama adalah yang paling mulia, namun keyakinannya itu tidak harus membuat mereka arogan dan merendahkan agama lain. jadi dengan kata lain, dalam sisi yang lebih substantif, menghargai kemajemukan mendorong untuk membuka diri terhadap dialog dan saling menukar informasi tentang kebijakan dan anti terhadap permusuhan. 3. Toleransi Antar Umat Beragama Sudah terlihat jelas toleransi antar umat beragama di Kelurahan Banten terjalin sangat harmonis. Memang toleransi dan kerukunan merupakan bahasan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kerukunan berdampak pada toleransi, begitupun sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan. Jika tri kerukunan (antar umat beragama, intern umat beragama dan umat beragama dengan pemerintah) tercipta serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan menghasilkan masyarakat yang rukun.berikut salah satu dialog aksi yang penulis lakukan kepada Asaji, Pandita juga humas Vihara Avalokitesvara Banten: Dita: apakah pernah terjadi konlik antara umat Buddha dengan umat Muslim Kelurahan Banten?

73 61 Asaji: Dari dulu hingga sekarang tidak pernah terjadi konlik seperti kerusuhan atau yang lain sebagainya. Selama ini kami (umat Buddha dan Muslim) selalu berinteraksi sosial dengan baik. Dita: Menurut anda apa faktor yang membuat umat Islam dan umat Buddha Kelurahan Banten hidup dalam kerukunan? Asaji: Sederhana saja. Menurut saya kami umat Buddha dan Muslim Kelurahan Banten melakukan hal yang seharusnya dilakukan sebagai warga Negara Indonesia, tidak melakukan kekerasan, bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik, tidak menaruh kecurigaan yang ujungnya menimbulkan konlik.kami umat Buddha selalu terbuka kepada umat Muslimnya. Dita: Adakah kegiatan sosial yang dilakukan umat Buddha Kelurahan Banten sebagai bentuk keharmonisan antar warganya? Jika ada, apa saja kegiatannya? Asaji: Ada. Kami Umat Buddha Kelurahan Banten secara rutin tiap tahun melaksanakan bagi-bagi sembako kepada semua warga yang kurang mampu.kami meminta data dari kelurahan siapa saja warga yang kurang mampu, baru kami membagikan sembakonya. Kegiatan ini semata-mata untuk menolong warga yang kurang mampu tidak ada unsur lain seperti politik dan lain-lain. 4. Dialog Antar Umat Beragama Dialog antar umat beragama yang terjadi di Kelurahan Banten juga sudah terjalin sangat baik. Dialog merupakan pencegahan adanya pemikiran negatif terhadap suatu kaum.

74 62 Begitupun juga dalam perayaan hari besar baik itu dari agama Islam atau umat Budha di Kelurahan Banten berjalan dengan sangat khidmat dan lancar seperti perayaan-perayaan hari besar agama pada umumnya, yang membedakan adalah adanya warga Muslim pada perayaaan Waisak yang diselenggarakan oleh umat Budha di kelurahan Banten, atau sebaliknya umat Budha berada dalam perayaan hari besar agama Islam. Mereka melakukan ini hanya sekedar memeriahkan saja, tapi tidak saat momen yang sakral (berdoa, sembahyang dan lain-lain). Bagi warga Kelurahan Banten, perbedaan kepercayaan bukanlah menjadi penghalang untuk menjalin interaksi sosial yang harmonis. Mereka tidak merasa terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari di atas perbedaan keyakinan ini. Kunci keharmonisan lainnya juga ada pada komunikasi atau dialog antar pemuka agamanya. Ujar Pak Asaji, beliau sangat dekat dengan seorang Ustad yang pernah mengisi pengajian di masjid-masjid Kota Serang. Beliau sering bertukar pikiran, dan saling bertanya tentang masalah agama. Begitupun juga anggota Kelurahan tidak membedakan dalam hal memberikan pelayanan jika ada warganya yang non Islam datang ke kantor Kelurahan karena keperluan keanggotaan. B. Simbol Kerukunan Secara etimologis istilah simbol diserap dari symbol dalam bahasa inggris yang berakar pada kata symbolicum dalam bahasa latin. Sedangkan dalam KBBI kata simbol berarti lambang. 5 Pengertian simbol tidak akan pernah lepas dari ingatan manusia. Secara tidak langsung manusia pasti mengetahui apa 5 Kamus Besar Bahasa Indonsia (Balai Pustaka, 1988), h. 840.

75 63 yang disebut simbol, terkadang simbol diartikan sebagai suatu lambang yang digunakan sebagai penyampai pesan atau keyakinan yang telah dianut dan memiliki makna tertentu. Salah satu tokoh yang membicarakan simbol adalah Herbert Blumer, dia adalah seorang tokoh modern dari teori interaksionisme simbolik. Menurutnya, interaksionisme simbolik menunjuk kepada sifat khas dari dari interaksi antar manusia. Dan ciri khasnya adalah baha manusia salig menerjemahkan Dalam sebuah daerah, banyaknya penduduk dengan suku yang beranekaragam tentu sangat sulit pula untuk disatukan. Oleh karenanya dibutuhkan beberapa simbol yang bisa dijadikan pedoman sebagai alat kerukunan antar bangsa/rakyatnya. Beberapa alat kerukunan masyarakat Banten terdapat pada lambang daerahnya, semboyan dan bahasa yang digunakan sehari-hari. Pembahasan ini adalah inti dari kajian penulis yaitu membahas masjid dan vihara yang menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Kelurahan Banten. Alasan mengapa Masjid Agung Banten dan Vihara Avalokitesvara dijadikan sebagai simbol kerukunan adalah sebagai berikut: 1. Masjid Agung Banten Alasan penulis menjadikan Masjid Agung Banten sebagai salah satu simbol kerukunan hubungan antar umat beragama di Kelurahan Banten yaitu terletak pada bangunan masjidnya, mulai dari arsitektur sampai ornamennya yang terbilang unik dan klasik. Masjid ini didirikan oleh Sultan Mulana Hasanuddin, seorang anak dari Sunan Gunung Jati (wali Allah). Yang mana sunan Gunung Jati ini selalu mengajarkan dan menerapkan sikap toleransi kepada anak-anaknya dan rakyatnya.

76 64 Maka terciptalah bangunan Masjid Agung Banten dengan perpaduan antara Islam, Hindu-Buddha, Jawa dan Eropa. Ia mensyiarkan agama melalui pendekatan kultural. Artinya budaya lokal yang telah hidup jauh sebelum kedatangan beliau ke Banten tetap dipelihara, namun disisipi ajaran agama. Misalnya, masuknya doa-doa yang bersumber dari ajaran Islam manakala masyarakat di Pulau Jawa, khususnya Banten melakukan ritual budaya mitoni (upacara kehamilan tujuh bulan) juga pada kebiasaan dalang wayang kulit menyisipkan hadits Nabi Muhammad SAW, bahkan ayat suci Al-Quran. Setiap bangunan komplek masjid ini dibangun dengan arsitektur dan ornamen perpaduan Hindu-Buddha, Jawa dan Eropa. Contohnya pada atap dari masjid yaitu tumpang lima yang mengingatkan pada pagoda Cina juga meru pada pura. Dan pada puncak menara terdapat sebuah ornamen bunga teratai. Yang mana bunga teratai adalah simbol dari agama Buddha. Bunga teratai melambangkan kebijaksanaan. Juga pada bagian badan menara berbentuk segi delapan yang merupakan bentuk bangunan Indonesia pra Islam (Hindu-Buddha). Demikian sudah terlihat jelas pada perpaduan arsitektur dan ornamental masjid yang menggambarkan bahwa Masjid dapat dijadikan simbol kerukunan antar umat beragama di Kelurahan Banten. 2. Vihara Avalokitesvara Alasan penulis menjadikan Masjid Agung Banten sebagai salah satu simbol kerukunan hubungan antar umat beragama di Kelurahan Banten yaitu terletak pada latar belakang didirikannya vihara ini. Vihara ini didirikan di tengah-tengah masyarakat mayoritas beragama Islam dengan ijin Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ini menandakan bahwa Syarif Hidayatullah sangat bertoleran

77 65 terhadap agama selain Islam meskipun ia seorang wali Allah dan interaksi sosial antar umat beragama dari jaman dahulu hingga sekarang masih terjalin harmonis. Dengan kata lain, jauh sebelum adanya peraturan dari pemerintah tentang kerukunan antar umat beragama, sudah terjalin dan berjalan dengan baik. Banten adalah sebuah provinsi di Tatar Pasundan,wilayahnya luas serta subur dan terletak paling baratdi Pulau Jawa, Indonesia.Provinsi ini pernah menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.Barulah pada Rabu 4 Oktober tahun 2000, disahkan pembentukkan Provinsi Banten ini dengan melewati beberapa tahap musyawarah. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Adapun sebuah simbol yang menambahkan informasi tentang kerelevansian dengan simbol-simbol bukti kerukunan di atas yaitu lambang Provinsi Banten. Gambar 4.1 lambang Provinsi Banten Lambang yang digunakan Provinsi Banten berbentuk perisai dengan warna dasar hijau, di dalamnya terdapat gambar unsur-unsur lambang dan tulisan BANTEN, serta didesain pita berwarna kuning dengan semboyan IMAN

78 66 TAQWA. Lambang daerah Banten terdiri dari dua bagian perincian sebagai berikut: 6 1. Bentuk Gambar a. Kubah Masjid, melambangkan kultur masyarakat Banten yang agamis. b. Bintang Ilahi, pengejawantahan pancaran semangat keyakinan yang menyinari seluruh jiwa masyarakat Banten. c. Menara Masjid Agung Banten bertingkat dua berwarna putih dengan memolo (puncak) berwarna merah, menjulang tinggi ke angkasa, melambangkan masyarakat Banten mempunyai semangat yang tinggi untuk mewujudkan masyarakat madani, serta adanya tujuan mulia yang senantiasa berpedoman pada petunjuk Allah SWT, Menara Masjid Agung juga melambangkan budaya dan sejarah Banten yang kokoh pada pendirian zaman kesultanan. d. Gapura Kaibon berwarna putih, melambangkan Daerah Propinsi Banten sebagai pintu gerbang peradaban dunia dan pintu gerbang perekonomian dan lalu lintas internasional menuju era globalisasi. e. Padi berwarna kuning berjumlah 17 (tujuh belas) dan kapas berwarna putih berjumlah 8 (delapan) tangkai, 4 (empat) kelopak berwarna. coklat, 5 kuntum bunga melambangkan Provinsi Banten merupakan daerah agraris yang cukup sandang, pangan, jumlah padi dan kapas menunjukkan hasil Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus pada 14 Desember 2016, 10:30 WIB

79 67 f. Gunung berwarna hitam, melambangkan kekayaan sumber daya alam dan tekstur tanah yang agak bergelombang tidak merata terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. g. Badak Bercula Satu berwarna hitam adalah satwa langka satu-satunya yang dilindungi dunia, melambangkan masyarakat yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran dan dilindungi oleh hukum. h. Laut berwarna hitam dengan gelombangnya yang berwarna putih berjumlah 17 (tujuh belas) melambangkan daerah maritim yang kaya dengan potensi lautnya, mencerminkan historis dan peluang ke depan Banten sebagai Bandar Samudera Perdagangan Internasional serta mengandung makna kedalaman, jiwa, keluasan wawasan dan pandangan, muara tempat berlindungnya masyarakat Banten. i. Roda gerigi berwarna abu-abu. berjumlah 10 (sepuluh), melambangkan orientasi semangat kerja pembangunan serta menunjukkan sektor industri. j. Dua garis Marka, Landasan Pacu Bandara Soekarno Hatta berwaarna putih dan 3 (tiga) Lampu Pemandu (Beacon Light) berbentuk bulatan berwarna kuning melambangkan pemacu semangat untuk mencapai cita-cita. Makna yang terkandung dalam angka 8 (delapan), 9 (sembilan) dan 10 (sepuluh) mempunyai arti lahirnya Provinsi Banten yang ditetapkan dan diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2000, tentang pembentukan Provinsi Banten, pada tanggal 17 Oktober k. Pita berwarna kuning sebagai pengikat, melambangkan betapa indah dan kuatnya ikatan persatuan dan kesatuan dalam integritas dan heterogenitas masyarakat Banten.

80 68 l. Semboyan lambang daerah IMAN TAQWA. sebagai landasan pembangunan menuju Banten mandiri, maju dan sejahtera (Darussalam). 2. Makna Warna Lambang a. Warna merah, melambangkan keberanian yang didasari kebenaran. b. Warna putih, melambangkan kesucian, kebijaksanaan dan kearifan. c. Warna Kuning, melambangkan kemuliaan, warna jiwa, lambang cahaya dan kebahagiaan, lambang kejayaan dan keluhuran budi. d. Warna hitam, melambangkan keteguhan, kekuatan dan ketabahan hati. e. Warna abu-abu, melambangkan ketabahan. f. Warna biru, melambangkan kejernihan, warna laut melambangkan kedamaian, ketenangan. g. Warna hijau, melambangkan kesuburan. h. Warna coklat, melambangkan kemakmuran. C. Relevansi Kehidupan Harmoni Antara Umat Islam dan Buddha di Kelurahan Banten Dengan Konsep Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia Kerukunan umat beragama adalah program pemerintah meliputi semua agama; semua warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden Soeharto dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: pemerintah tidak akan menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut ditujukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada semua pemuka agama dan masyarakat agar melakukan jiwa toleransi terhadap sesama umat beragama.

81 69 Pada tahun 1972 dilaksanakan dialog antar umat beragama. Dialog tersebut adalah suatu forum percakapan antar tokoh-tokoh agama, pemuka masyarakat dan pemerintah. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran bersama dan menjalin hubungan pribadi yang akrab dalam menghadapi masalah masyarakat. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendominasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa. Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia adalah program pemerintah sesuai dengan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) tahun 1999 dan Propenas (Program Pembangunan Nasional) 2000 tentang sasaran pembangunan bidang agama. Kerukunan hidup di Indonesia tidak termasuk akidah atau keimanan menurut ajaran agama yang dianut oleh warga negara Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu. Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Setiap umat beragama diberi kesempatan melakukan ibadah sesuai dengan keimanan dan kepercayaan masing-masing. Sebagai sebuah negara yang

82 70 masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi dan situasi seperti ini merupakan suatu kewajaran sejauh perbedaan-perbedaan ini disadari keberadaannya dan dihayati. Namun ketika perbedaan-perbedaan tersebut mengemuka dan kemudian menjadi sebuah ancaman untuk kerukunan hidup, maka perbedaan tersebut menjadi masalah yang harus diselesaikan. Maka pemerintah membuat perundang-undangan yang membahas ruang lingkup kerukunan umat beragama di Indonesia. Peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan beragama dan komunikasi antarumat beragama di Indonesia bisa dibilang sudah cukup banyak, mulai dari UUD 1945, sejumlah undang-undang, peraturan pemerintah, sampai dengan peraturan menteri. 7 Sejumlah regulasi yang disediakan inilah sebagai pedoman bagi umat beragama dalam mengekspresikan dan melaksanakan keyakinan agamanya di depan publik. Semua peraturan perundang-undangan tersebut wajib dipahami betul-betul oleh setiap warga Indonesia, agar tidak ada keraguan, saling mengganggu bahkan sampai menyakiti satu sama lain. Bangsa Indonesia harus bangga memiliki Pancasila sebagai ideologi yang bisa mengikat bangsa Indonesia yang demikian besar dan majemuk. Pancasila adalah konsensus nasional yang dapat diterima semua paham, golongan dan kelompok masyarakat di Indonesia. Kehidupan bangsa Indonesia akan semakin kukuh, apabila segenap komponen bangsa, di samping memahami dan melaksanakan Pancasila, juga secara konsekuen menjaga sendi-sendi utama lainnya, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 7 Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: PKUB Sekretariat Jenderal Kemenag RI), h. 10.

83 71 Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika sebagai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. 8 Negara Indonesia menganut prinsip kebebasan dalam beragama. Landasan konstitusi yang membahas tentang hak hidup bagi tiap-tiap penduduk terdapat dalam pasal 29 ayat 2, sebagai berikut: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 29 ini merupakan pasal yang orisinal sejak disahkannya UUD 1945, sehingga dapat dikatakan bahwa prinsip kebebasan beragama (freedom of religion) yang dianut oleh pemerintah Indonesia bukan barang baru, melainkan wujud dari gagasan para founding fathers NKRI. 9 Negara yang multi agama seperti Indonesia ini, kerukunan umat beragama merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya stabilitas dan ketahanan Nasional. Karena itu kerukunan umat beragama perlu dibina dan ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal agama adalah merupakan kekayaan budaya nasional yang dapat menjadi kebanggaan.manusia dengan keterbatasannya mempunyai masalah yang serba kompleks dan penuh dinamik dalam menjalin interaksi sosial. Dalam memelihara keharmonisan hubungan antara sesamanya belum tentu berjalan lancar. Untuk memelihara keharmonisan hubungan ini, Tuhan menurunkan agama yang mengandung pedoman dasar dalam mengatur hubungan antara sesama manusia itu sendiri. 8 Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 1th ed. (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2012), h Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: PKUB Sekretariat Jenderal Kemenag RI), h

84 72 Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh. Agama bukan hanya dipandang sebagai instrumen mobilisasi politik, melainkan memperlakukannya sebagai sumber etika dalam interaksi, baik diantara sesama penguasa dengan penguasa maupun penguasa dengan rakyat. Dalam sejarah perjalanan bangsa, tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi perekat dan pengikat kerukunan bangsa adalah nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Semakin tinggi intensitas konflik keagamaan pada sebuah komunitas umat beragama menandakan kualitas kerukunan keagamaan pada komunitas tersebut semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin tinggi kualitas kerukunan keagamaan pada sebuah komunitas umat beragama menandakan semakin rendah intensitas konflik keagamaan pada komunitas tersebut. Banyak faktor yang dapat memelihara kerukunan keagamaantetap dalam kondisi sehat. Di antara faktor tersebut adalah pengembangan persepsi yang positif antar umat yang berbeda faham keagamaan. Persepsi positif ini semacam antibody, ketahanan diri yang memang sudah melekat pada diri seseorang. Persepsi positif merupakan fitrah manusia sebagai mahluk sosial yang sama-sama ingin selalu berteman dan hidup berkelompok. Berikut faktor yang dapat memelihara kerukunan umat beragama dalam kondisi sehat: Persepsi, yakni aspek kehidupan yang masuk dalam wilayah penilaian para pemeluk agama dalam kaitannya dengan pemeluk agama lainnya. Dalam 10 Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2013), h. 12.

85 73 tindakan sosial atau sikap yang muncul, persepsi atau penilaian biasanya mendahului tindakan tersebut. Dengan kata lain, persepsi biasanya mendorong lahirnya sikap atau bahkan tindakan. Akan tetapi dalam penelitian ini persepsi didudukan sebagai variabel dependen karena persepsi terhadap pemeluk agama lain juga dipengaruhi oleh norma atau world view yang dipunyai oleh para pemeluk agama bersangkutan. 2. Sikap, yakni pendirian yang diperlihatkan oleh para pemeluk agama yang berupa respon terhadap pemeluk agama lainnya. Aspek ini akan menggambarkan apa yang akan dilakukan oleh pemeluk agama sehubungan dengan hadirnya fakta sosial di hadapan mereka. Sikap yang dimaksud di sini bisa berupa tindakan, tetapi bisa juga berupa tindakan diam. Tetapi dalam penelitian ini sikap akan diungkapkan melalui pernyataan-pernyataan. Secara teoritis sikap dan juga tindakan seseorang sangat dipengaruhi baik oleh nilai yang hidup dalam diri orang bersangkutan atau yang hidup dalam masyarakat yang mengelilinginya. Sikap sosial seorang pemeluk agama atau bahkan tindakan-tindakan tertentunya bisa merupakan respon terhadap tindakan yang dilakukan oleh pemeluk agama lain atau terhadap kondisi kehidupan yang diciptakan oleh pemeluk agama lain tersebut. Meskipun ajaran bisa saja berpengaruh terhadap sikap seorang pemeluk suatu agama, unsur sosial atau kondisi sosial politik biasanya lebih mendorong dalam memunculkan sikap dalam kaitannya dengan pemeluk agama lain tersebut. 3. Kerjasama, yakni aspek hubungan sosial antara para pemeluk agama yang berbeda. Persepsi atau penilaian selain bisa mendorong lahirnya sikap juga bisa melahirkan tindakan-tindakan kerjasama. Jadi kalau sikap lebih

86 74 merupakan tindakan ke dalam dalam artian belum melahirkan tindakan nyata berkaitan dengan hubungan mereka dengan pemeluk agama lain, kerjasama adalah realitas hubungan sosial. Kerjasama dalam hal ini bisa diperlihatkan, misalnya, dalam tindakan gotong royong. Proses kehidupan bertoleransi dapat dilihat dari adanya partisipasi seluruh umat beragama, karena toleransi menjunjung tinggi kebebasan dan kesamaan yang menyeluruh, yaitu tidak ada diskriminasi. Toleransi sebagai pandangan hidup manusia menuntut manusia untuk menerapkan perilaku hormat menghormati pada setiap tindakan dan aktivitasnya, sehingga akan tercipta suatu masyarakat yang memiliki kultur toleransi. Masyarakat yang penuh dengan sikap toleransi adalah masyarakat yang mempunyai perilaku hidup, baik dalam keseharian dan tindakan yang dilandasi oleh unsur-unsur hidup bertoleransi. Penerapan sikap dan unsur-unsur toleransi pada setiap tindakan sehari-hari meliputi: menghargai dan memahami keanekaragaman, menghormati kebebasan, pelaksanaan musyawarah, dan mengakui persamaan. Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam mewujudkan kerukunan, tidak cukup hanya membangun persepsi. Akan tetapi sikap dan tindakan antarumat beragama, cukup besar kaitannya dengan variabel kerjasama dan membangun kerukunan. Demikian juga kerjasama antarumat beragama sangat berhubungan erat dengan membangun kerukunan. Sekalipun kerukunan beragamapada dasarnya adalah urusan internal pada masing-masing daerah akan tetapi kerukunan beragama adalah modal utama menuju kerukunan nasional. 11 Kerukunan beragama juga dapat dilihat melalui 11 M. Ridwan Lubis, Agama Dalam Diskursus Intelektual Dan Pergumulan Kehidupan Beragama (Jakarta: Kemenag RI, PKUB, 2015), h. 251.

87 75 pendekatan organisme. Pendekatan ini menggambarkan bahwa kerukunan beragama di Indonesia dapat diibaratkan sebagai mahluk hidup yang kadangkala mengalami kondisi sakit, kadangkala sehat dan kadangkala sekarat. Kerukunan beragama adalah sebuah kondisi yang dinamis, selalu on going process dan selalu berubah di setiap saat. Kondisi kerukunan keagamaan pada saat ini memang menampakkan wajah yang ramah dan baik, tetapi pada saat yang lain mungkin akan menampakkan wajah yang buruk, tergantung bagaimana perkembangan lingkungan strategis di sekitarnya. Di antara lingkungan strategis yang secara teoritik sangat berpengaruh adalah lingkungan sosial keagamaan, ekonomi, politik dan keamanan. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih tetap menghargai sesama manusia, menyukai hidup rukun, damai, toleran, gotong royong, persatuan, santun dan menghargai adanya pluralitas paham keagamaan, meskipun diakui bahwa penyimpangan budaya ini tetap juga eksis. Karena itu setiap umat beragama harus tetap waspada. Potret kehidupan masyarakat Kelurahan Banten telah relevan dengan nilai-nilai atau Undang-Undang Negara mengenai kehidupan umat beragama yang harmonis. Tidak adanya isu konflik antar pemeluk beda agama ini atas usaha anggota masyarakat atau para pemeluk agama dalam mencegah terjadinya gesekan konflik dan menjaga keharmonisan. Berarti masyarakat Kelurahan Banten menandakan kualitas kerukunan keberagamaannya tinggi dan intensitas konnflik keagamaannya rendah. Jika kerukunan beragama di Indonesia sedang dalam kondisi baik dapat bermakna sebagai justifikasi terhadap budaya bangsa Indonesia yang

88 76 sesungguhnya memang mencintai kerukunan dan kedamaian. Persepsi, sikap dan relasi sosial bangsa Indonesia nampaknya masih tetap mengindikasikan budaya kerukunan keagamaan masih mengakar dalam masyarakat.masyarakat Indonesia pada umumnya masih tetap menghargai sesama manusia, menyukai hidup rukun, damai, toleran, gotong royong, persatuan, santun dan menghargai adanya pluralitas paham keagamaan, meskipun diakui bahwa penyimpangan budaya ini tetap juga eksis.karena itu setiap umat beragama harus tetap waspada. Meskipun kondisi kerukunan beragama saat ini dinilai dalam kategori kondisi baik, dan tradisi kerukunan itu telah membudaya sejak lama, namun sangat disadari bahwa penyimpangan norma sosial dan budaya dalam bentuk letupan-letupan konflik keagamaan tidak bisa dihindari sejak lama juga. Karena itu, pemerintah Indonesia sejak era kemerdekaan hingga era reformasi dituntut tetap waspada dan terus berusaha agar kerukunan keagamaan tetap terpelihara dan konflik keagamaan dapat ditekan. Bagi bangsa Indonesia, pemancangan pilar-pilar utama yang sangat fundamental agar seluruh umat beragama tetap dalam kondisi rukun telah dilakukan oleh para founding fathers Republik Indonesia. Pilar-pilar itu terdapat dalam Dasar Negara NKRI Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang sebagian substansinya adalah negara memberikan jaminan untuk melindungi eksistensi agama, keanekaragaman penganut agama dan kepercayaan umat beragama di Indonesia. Secara tidak langsung, Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 tersebut juga mendorong seluruh umat beragama yang berbeda-beda itu agar dapat hidup rukun, damai, saling menghargai, dengan motto negara Bhineka Tunggal Ika. Karena menurut Ridwan Lubis, dasar dan filsafat bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pancasila adalah titik temu dari semua

89 77 keragaman karena semuanya menuju kepada titik yang satu yaitu kebenaran absolut yang dinyatakan pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. 12 Prinsip toleransi perlu ditanamkan dalam diri setiap individu agar segala bentuk penindasan dan diskriminasi terhadap kelompok maupun individu agama tidak terjadi.kehidupan toleransi pada dasarnya menghormati martabat manusia sebagai makhluk yang dapat menentukan dan mengambil sikap hidup sendiri sesuai dengan agama yang dianut.toleransi beragama dapat memberikan kesejahteraan bagi umat beragama, dan tidak hanya untuk kepentingan satu agama Buddha namun untuk semua umat beragama, sehingga umat beragama merasa hidup dalam ketenangan dan keharmonisan serta dapat hidup bahagia dan sejahtera secara berdampingan. Demikian menurut penulis, keidupan umat beragama di Kelurahan Banten sudah memasuki kriteria atau relevan dengan konsep kerukunan umat beragama di Indonesia, yang menginginkan peran agama-agama dalam menegakkan demokrasi dan kebebasan dengan tetap berpijak pada cita-cita luhur bangsa, semangat kebangsaan dan kekeluargaan berdasarkan Pancasila UUD Dan juga sudah dibahas di atas bahwa rumusan GBHN 1999 (Garis-Garis Besar Haluan Negara) dan Propenas(Program Pembangunan Nasional) 2000 telah sesuai dengan program pemerintah (kerukunan umat beragama) itu. Dalam GBHN 1999 secara tegas dikatakan bahwa fungsi, peran dan kedudukan agama adalah sebagai landasan moral, spiritual dan etika dalam penyelenggaraan negara serta 12 Ibid, h. 246.

90 78 mengupayakan agar segala peraturan perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama-agama ), h A.A Yewangoe, Agama Dan Kerukunan. 10 th ed (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,

91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masjid Agung Banten dan Vihara Avalokitesvara adalah simbol kerukunan umat beragama di Kelurahan Banten. Mereka, umatnya menjaga keharmonisan dengan berinteraksi sosial dengan baik, menjaga komunikasi. Keharmonisan antar umat beragama yang terjadi di Kelurahan Banten sudah sepatutnya dicontoh oleh masyarakat lain. Keberadaan Vihara Avalokitesvara di tengah-tengah masyarakat mayoritas Islam sekaligus berdekatan dengan Masjid Agung Banten tidak menjadikan kedua pihak saling bertengkar/konflik. Pada masing-masing perorangan mempunyai sikap toleransi yang tinggi, saling menghormati dan menghargai. Mereka mempunyai prinsip untuk tidak saling mencampuri urusan pribadi. Karena yang berhubungan dengan keagamaan itu bersifat privasi. Tapi ini bukan berarti antara mereka saling acuh. Interaksi sosial diantara mereka terjalin sangat baik. Adapun faktor pendukung yang kuat yaitu pada simbolik menara Masjid Agung Banten. Menara ini memiliki makna fungsional simbolik. Dimana fungsi religius merupakan fungsi utamanya yaitu untuk mengumandangkan suara adzan dari atas menara. Fungsi spiritual ditunjukkan sebagai daya tarik para peziarah. 79

92 80 Fungsi sosial ditampilkan oleh menara sebagai bentuk pengakuan pada umunya masyarakat Banten sebagai simbol kesatuan kultural yang paten. Adapun terakhir fungsi komunikasinya adalah menara Masjid Agung Banten tidak hanya sebagai petunjuk letak Banten, tetapi menara ini mampu memberi informasi tentang dirinya yang bermakna bagi keseluruhan. Fungsi komunikasi ini dapat diketahui dengan memahami simbol-simbol yang ada pada menaranya. Maka pada tahun 2000 saat Provinsi Banten resmi dibangun, menara Masjid Agung Banten digunakan sebagai simbol atau ikon Lembaga Pemerintahan Provinsi Banten. Hubungan antara kedua budaya dan agama akan selalu terjalin dengan baik, syaratnya harus dilandasi dengan komunikasi dan keterbukaan. Karena komunikasi dan keterbukaan melahirkan cinta dan perdamaian. Hasil penelitian ini memiliki makna penting untuk mengevaluasi apakah kebijakan pembangunan agama selama ini di bidang kerukunan umat beragama sudah berjalan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia atau belum. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dalam kerangka untuk meningkatkan kualitas kerukunan keagamaan yang lebih baik di masa yang akan datang dan agar kondisi persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga secara baik. B. Saran Memperhatikan keharmonisan yang terjadi antara hubungan umat Islam dengan umat Budha di Kelurahan Banten melalui tulisan ini penulis menyarankan kepada pembaca untuk menanamkan rasa toleransi yang tinggi terhadap umat yang berbeda agama. Karena setiap orang memiliki hak kebebasan beragama, seperti tertera dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat (2).

93 81 Bagi pemerintah juga perlu memperhatikan kepentingan urusan umat beragama, khususnya pemerintah daerah/pejabat daerah Kelurahan Banten jangan sampai ada konflik terjadi antar pemeluk agama dan selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat Kelurahan Banten, harus melakukan perbaharuan laporan data penduduk secara rutin karena yang penulis rasakan kemarin selama penelitian buku format data penduduknya tidak jelas dan tidak lengkap dan juga diharapkan selalu menjaga serta merawat situs-situs bersejarah yang masih ada.

94 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mufti. Misionarisme Di Banten. Serang: Laboratorium Bantenologi, Ali, Sayuti. Metodologi Penelitian Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Bangunan Kuno Di Banten. Serang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, Banten Dalam Angka Serang: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Buddhadasa, Biksu. Mengajarkan Dharma Melalui Gambar. T.tp.: Karaniya, Carey, Peter. Orang Jawa dan Masyarakat Cina ( ). Penerjemah Redaksi PA. Jakarta: Pustaka Azet, Connolly, Peter (ed). Aneka Pendekatan Studi Agama. penerjemah Imam Khoiri.Yogyakarta: LKiS, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, Masjid-masjid Kuno di Banten: Seri Mengenal Banten I. Serang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, Eka-Citta Bersatu Dalam Dharma: Simbol Dalam Budhisme. Yogyakarta: Kamadhis UGM, Erviana, Yeyen. Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten. Skripsi SI Fakultas Assyari ah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2012.

95 Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 1 th ed. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, Fauziyah, Siti. Melacak Sino Javanese Muslim Culture Di Banten. Serang: Lembaga Penelitian IAIN SMH Banten, Felisiani, Thanti. Pawestren Pada Masjid-Masjid Agung Kuno Di Jawa: Pemaknaan Ruang Perempuan. Skripsi SI Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Format Laporan Profil Desa dan Kelurahan Banten Kecamatan Kasemen Provinsi Banten tahun Ghazali, Adeng Muchtar. Ilmu Perbandingan Agama: Pengantar Awal Metodologi Studi Agama-agama. Bandung: Pustaka Setia, Hajjaj, Muslim Bin. Shahih Muslim Vol. 1. Bairut: Dar Ihya Al-Turats Al- arabi. Herrystiadi, Anton. Mesjid Agung Banten: Sebuah Tinjauan Arkeologi. Skripsi S1 Fakultas Sastra Jurusan Arkeologi, Universitas Indonesia, Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA Lembaga Administrasi Negara, Juliadi. Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Ombak, Juliadi. dkk, Ragam Pusaka Budaya Banten, 1 th ed. Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, Jumaroh, Ita. Perkembangan Keberagamaan Narapidana (Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cipinang Jakarta Timur). Skripsi SI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016.

96 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:PT Gramedia, Lubis, M. Ridwan. Agama Dalam Diskursus Intelektual Dan Pergumulan Kehidupan Beragama. Jakarta: Kemenag RI, PKUB, Mahathera, Piyasilo. AVALOKITESVARA: Asal, Perwujudan, dan Makna Karaniya. Manaf, Mudjahid Abdul. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Masruroh, Yoyoh. Makna dan Tata Cara Bhakti Puja Dalam Ajaran Budha Maitreya. Skripsi SI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Michrob, Halwany. Catatan Sejarah Dan Arkeologi: Eksport Import Di Zaman Kesultanan Banten. Serang: Kadinda, Michrob, Halwani. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Jakarta: Yayasan Baluwarti, Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama,t.t. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 14 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun Rafiudin, Tubagus Hafidz. Riwayat Kesultanan Banten. Banten: T.p, Sabri, Mohammad. Keberagaman yang Saling Menyapa. Yogyakarta: Ittaqa Press, 1999.

97 Sudjangi. dkk, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama. Jakarta: Departemen Agama RI, Suhaedi, dkk., Etnis Cina di Banten. Serang: LP2M IAIN SMH Banten, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA, Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Suryadinata, Leo. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia Penerjemah Nur Iman Subono. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, Tanggok, M. Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta: UIN Jakarta Press, Theria Wasim, Alef. dkk, ed. Harmoni Kehidupan Beragama: Problem, Praktik dan Pendidikan, Procedding Konferensi Regional International Association for the History of Religions. Yogyakarta dan Semarang: 27 Septemer-03 Oktober Wawancara Pribadi dengan Aam, Kelurahan Banten, 07 Januari Wawancara Pribadi dengan Ade. Kelurahan Banten, 11 Oktober Wawancara Pribadi dengan Asaji. Kelurahan Banten, 07 Januari 2016, 17 Febuari dan 10 September. Wawancara Pribadi dengan Jaenal. Kelurahan Banten, 10 Agustus Wawancara dengan Jaenal Sekretaris Kelurahan Banten, Kelurahan Banten, 03 April 2017.

98 Wawancara Pribadi dengan Mufti Ali. Serang, 10 Agustus Wibowo, I dan Hadi, Syamsul. Merangkul Cina : Hubungan Cina Indonesia Pasca Soeharto. Jakarta: Gramedia Pustaka, Winata, Darwin. Kamus Saku Ilmiah Populer. T.tp.: Gamapress, t.t. Yewangoe, A. A. Agama Dan Kerukunan, 10 th ed. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, Zein, Abdul Baqir. Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia. Jakarta: Gema Insani, Website:

99 Bersama Lurah Kelurahan Banten Bersama sekretaris Kelurahan Banten Bersama Pak Asaji Humas Vihara Avalokitesvara

100 Kumpulan dokumentasi acara-acara hari besar Umat Buddha Ibadah ketika Hari Raya Waisak Tangga menuju puncak menara Masjid Agung Banten Pemandangan dari puncak menara Masjid Agung Banten

101 Menara Masjid Agung Banten Depan Masjid Agung Banten Bersama Pak Razaq Bersama Bu Nurhayati

102 Bersama Aam Bersama Bu Awangsih Bersama Bu Kodriah Pintu gerbang Vihara Avalokitesvara dengan ornamen dua naga

103 Suasana Pasar Karangantu Kelurahan Banten Suasana interaksi sosial warga Kelurahan Banten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii PERSEMBAHAN... iii NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv PENGESAHAN TESIS... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 29 BANDAR LAMPUNG

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 29 BANDAR LAMPUNG PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 29 BANDAR LAMPUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili)

PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili) PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STUDI KORELASI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII SMP N 4 CEPIRING KENDAL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM TERHADAP MOTIVASI KESEMBUHAN (Studi Kasus Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL.... ii PERSEMBAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... v LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks... x DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Halaman Judul.. ii Halaman Pernyataan Keaslian.. iii Halaman Persembahan. iv Halaman Persetujuan Pembimbing... v Halaman Pengesahan... vi Halaman Motto... vii Halaman Kata

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TRANSLITERASI...

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP N 1 WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP N 1 WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP N 1 WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

POLITIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Analisis Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunannya)

POLITIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Analisis Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunannya) POLITIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Analisis Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunannya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN AGAMA ISLAM TERHADAP RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK SMP HASANUDDIN 4 MIJEN SEMARANG

PENGARUH PENGETAHUAN AGAMA ISLAM TERHADAP RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK SMP HASANUDDIN 4 MIJEN SEMARANG PENGARUH PENGETAHUAN AGAMA ISLAM TERHADAP RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK SMP HASANUDDIN 4 MIJEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SENGKETA TANAH WAKAF MASJID DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA PAKEM KEC. SUKOLILO KAB. PATI) TESIS

SENGKETA TANAH WAKAF MASJID DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA PAKEM KEC. SUKOLILO KAB. PATI) TESIS SENGKETA TANAH WAKAF MASJID DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA PAKEM KEC. SUKOLILO KAB. PATI) TESIS Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Islam Oleh : MOHAMMAD

Lebih terperinci

POLA PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DI DESA GONDOSARI RW 01 GEBOG KUDUS

POLA PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DI DESA GONDOSARI RW 01 GEBOG KUDUS POLA PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DI DESA GONDOSARI RW 01 GEBOG KUDUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh :

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DENGAN AKHLAQ PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI SRIWULAN 3 KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PROBLEMATIKANYA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN NON FORMAL (Studi Pelaksanaan Program PAI Pada Paket C PKBM Indonesia Pusaka Ngaliyan Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V DI MI AN NUR DEYANGAN KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH MODALITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA KELAS IV-V SD SIDOREJO 03 BRANGSONG KENDAL SKRIPSI

PENGARUH MODALITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA KELAS IV-V SD SIDOREJO 03 BRANGSONG KENDAL SKRIPSI PENGARUH MODALITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA KELAS IV-V SD SIDOREJO 03 BRANGSONG KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG INTENSITAS BIMBINGAN MEMBACA AL-QUR AN OLEH GURU DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PESERTA DIDIK KELAS IV MI GONDANG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK. (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI

PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK. (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

MANAJEMENN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KEGIATAN BELAJAR SD ISLAM AZ ZAHRA BANDAR LAMPUNG TESIS

MANAJEMENN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KEGIATAN BELAJAR SD ISLAM AZ ZAHRA BANDAR LAMPUNG TESIS MANAJEMENN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SD ISLAM AZ ZAHRA BANDAR LAMPUNG TESIS Oleh IQRIMA AINI NPM : 1522030045 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105

ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105 ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT 30-31 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DAN TEAM QUIZ PADA KELAS V DI MI RIYADLOTUTH THOLIBIN PANUNGGALAN

Lebih terperinci

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM HUKUM KEWARISAN MENURUT IMAM SYAFI'I DAN HAZAIRIN (Studi Perbandingan Dalam Kasus Ahli Waris Pengganti Dan Relevansinya Dengan KHI) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Islam Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DENGAN METODE QIRO ATI (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS 5 DAN 6 DI SDN 1 MONTONGSARI WELERI KENDAL TAHUN AJARAN 2016/2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman PERSETUJUAN... i SURAT PERNYATAAN... PENGESAHAN... ABSTRAKSI... PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... Halaman PERSETUJUAN... i SURAT PERNYATAAN... PENGESAHAN... ABSTRAKSI... PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN... i SURAT PERNYATAAN... PENGESAHAN... ABSTRAKSI... PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

FUNGSI LABORATORIUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 4 MAGELANG

FUNGSI LABORATORIUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 4 MAGELANG FUNGSI LABORATORIUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 4 MAGELANG SKRIPSI Disusun untuk memenuhi Tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh : STRATEGI GURU PAI DALAM MENCIPTAKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DENGAN PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 8 SEMARANG (Studi Kasus Peserta didik Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran

Lebih terperinci

KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MANAHIJUL HUDA PENGGUNG DESA NGAGEL KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN

KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MANAHIJUL HUDA PENGGUNG DESA NGAGEL KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SKI POKOK BAHASAN MENGENAL PERISTIWA HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE YATSRIB DENGAN METODE INDEX CARD MATCH KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MANAHIJUL HUDA

Lebih terperinci

TAHUN AJARAN 2012/2013. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi.

TAHUN AJARAN 2012/2013. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi. PERBANDINGANN HASIL BELAJAR BERDASARKAN GENDER PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS XI IPA MA MATHOLI UL HUDA BUGEL JEPARA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TRANSLITERASI... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan... Halaman Persembahan... Halaman Persetujuan Pembimbing... Halaman Pengesahan... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan... Halaman Persembahan... Halaman Persetujuan Pembimbing... Halaman Pengesahan... Halaman Motto... ix DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Persembahan... iii Halaman Persetujuan Pembimbing.... iv Halaman Pengesahan..... v Halaman Motto.... vi Halaman Kata Pengantar.... vii

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI... PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN...iii PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TRANSLITERASI... xii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

PEDOMAN TRANSLITERASI. Huruf Arab ا. Huruf Latin. Tidak dilambangkan ط th ب B ظ zh ت T ع ث Ts غ g ج

PEDOMAN TRANSLITERASI. Huruf Arab ا. Huruf Latin. Tidak dilambangkan ط th ب B ظ zh ت T ع ث Ts غ g ج PEDOMAN TRANSLITERASI Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab ا Tidak dilambangkan ط th ب B ظ zh ت T ع ث Ts غ g ج J ف f ح H ق q خ Kh ك k د D ل l ذ Dz م m ر R ن n ز Z و w س S ه h ش Sy ء ص Sh ي Y ض Dh Huruf Latin

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister (S.2) Manajemen Pendidikan Islam

TESIS. Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister (S.2) Manajemen Pendidikan Islam PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KYAI TERHADAP KEDISIPLINAN DAN KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA KAJEN KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI TAHUN 2016 TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah

Lebih terperinci

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-AZIZ LASEM REMBANG

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-AZIZ LASEM REMBANG PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-AZIZ LASEM REMBANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133

PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133 PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB...

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB... DAFTAR ISI HALAM AN J UDUL...... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN MOTTO....... vi HALAMAN KATA PENGANTAR......

Lebih terperinci

KONSEP PENGANGKATAN KEPALA NEGARA MENURUT PANDANGAN AL-MAWARDI DAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI

KONSEP PENGANGKATAN KEPALA NEGARA MENURUT PANDANGAN AL-MAWARDI DAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI KONSEP PENGANGKATAN KEPALA NEGARA MENURUT PANDANGAN AL-MAWARDI DAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI TESIS Diajukan Kepada Institut Agama Islam (IAIN) Antasari Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN (TA ZIR) TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-RIZQI BABAKAN LEBAKSIU TEGAL

PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN (TA ZIR) TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-RIZQI BABAKAN LEBAKSIU TEGAL PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN (TA ZIR) TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-RIZQI BABAKAN LEBAKSIU TEGAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Lebih terperinci

Oleh : SITI SURYANI NIM:

Oleh : SITI SURYANI NIM: STUDI KOMPARASI TENTANG KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE AL-MA ARIF DI TPQ NU 13 AL-MA ARIF KEMBANGAN KALIWUNGU DENGAN SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE QIROATI DI TPQ MUSTABANUL KHOIROT

Lebih terperinci

HADIS TENTANG MELIHAT PEREMPUAN SEBELUM DILAMAR. (Dalam Kitab al-ja>mi al-s{ah}i>h} al-tirmidhi> Nomer Indeks 1087) SKRIPSI. Oleh:

HADIS TENTANG MELIHAT PEREMPUAN SEBELUM DILAMAR. (Dalam Kitab al-ja>mi al-s{ah}i>h} al-tirmidhi> Nomer Indeks 1087) SKRIPSI. Oleh: HADIS TENTANG MELIHAT PEREMPUAN SEBELUM DILAMAR (Dalam Kitab al-ja>mi al-s{ah}i>h} al-tirmidhi> Nomer Indeks 1087) SKRIPSI Oleh: HOMSILATUL JANNAH NIM: E03209049 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DARUSSALAM MARTAPURA TESIS

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DARUSSALAM MARTAPURA TESIS PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DARUSSALAM MARTAPURA TESIS RELA NINGSIH NIM. 11 0253 0834 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI PASCASARJANA PROGRAM

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN BUSANA MUSLIM DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA (STUDI KASUS BUTIK ALAM BENING, KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG)

STRATEGI PEMASARAN BUSANA MUSLIM DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA (STUDI KASUS BUTIK ALAM BENING, KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG) STRATEGI PEMASARAN BUSANA MUSLIM DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA (STUDI KASUS BUTIK ALAM BENING, KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam

Lebih terperinci

MODEL PENANAMAN AKHLAK PADA ANAK AUTISME DENGAN METODE PEMBIASAAN DI SEKOLAH AUTIS PESANTREN ANAK SHOLEH BAITUL QUR AN NGABAR SIMAN PONOROGO

MODEL PENANAMAN AKHLAK PADA ANAK AUTISME DENGAN METODE PEMBIASAAN DI SEKOLAH AUTIS PESANTREN ANAK SHOLEH BAITUL QUR AN NGABAR SIMAN PONOROGO MODEL PENANAMAN AKHLAK PADA ANAK AUTISME DENGAN METODE PEMBIASAAN DI SEKOLAH AUTIS PESANTREN ANAK SHOLEH BAITUL QUR AN NGABAR SIMAN PONOROGO SKRIPSI Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI POKOK PENGARUH ENERGI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PAI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS II SD NEGERI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK

PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PAI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS II SD NEGERI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PAI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS II SD NEGERI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. STUDI DESKRIPSI TENTANG PEMBELAJARAN PKN MATERI SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT DENGAN MODEL THE POWER OF TWO AND FOUR DI KELAS IV MI NEGERI BANTARBOLANG PEMALANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN TESIS Oleh: FADLIYANUR NIM. 1202520950 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA

Lebih terperinci

KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AD-DAINURIYAH SEMARANG

KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AD-DAINURIYAH SEMARANG KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AD-DAINURIYAH SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TK PADMA MANDIRI KEDATON BANDAR LAMPUNG. Oleh DINI PRATIWI NPM :

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TK PADMA MANDIRI KEDATON BANDAR LAMPUNG. Oleh DINI PRATIWI NPM : IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TK PADMA MANDIRI KEDATON BANDAR LAMPUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU SMPNU 06 KEDUNGSUREN KALIWUNGU SELATAN KENDAL SKRIPSI

KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU SMPNU 06 KEDUNGSUREN KALIWUNGU SELATAN KENDAL SKRIPSI KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU SMPNU 06 KEDUNGSUREN KALIWUNGU SELATAN KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

KONSEP KHAUF DAN RAJÂ AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYÂ ULÛM AL-DÎN SEBAGAI TERAPI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN

KONSEP KHAUF DAN RAJÂ AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYÂ ULÛM AL-DÎN SEBAGAI TERAPI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN KONSEP KHAUF DAN RAJÂ AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYÂ ULÛM AL-DÎN SEBAGAI TERAPI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PERILAKU KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA MA NEGERI KENDAL DENGAN SISWA SMA NEGERI 1 KALIWUNGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

STUDI KOMPARASI PERILAKU KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA MA NEGERI KENDAL DENGAN SISWA SMA NEGERI 1 KALIWUNGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 STUDI KOMPARASI PERILAKU KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA MA NEGERI KENDAL DENGAN SISWA SMA NEGERI 1 KALIWUNGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... i ii iii iv v vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA AGAMA DI SMA NEGERI 7 BANJARMASIN

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA AGAMA DI SMA NEGERI 7 BANJARMASIN PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA AGAMA DI SMA NEGERI 7 BANJARMASIN TESIS Oleh Ellya Noor NIM. 1002530700 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA BANJARMASIN 2016 ii PERAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERYATAAN... ii HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN KATA PENGANTAR... vii HALAMAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat. guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam. Ilmu Pendidikan Islam. Oleh : MASLIHATUN NI MAH

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat. guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam. Ilmu Pendidikan Islam. Oleh : MASLIHATUN NI MAH PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MI MIFTAHUL HUDA BOGOREJO SEDAN REMBANG TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan

Lebih terperinci

Peran Humas Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Selatan dalam Mempublikasikan Kegiatan Keagamaan Melalui Website

Peran Humas Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Selatan dalam Mempublikasikan Kegiatan Keagamaan Melalui Website Peran Humas Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Selatan dalam Mempublikasikan Kegiatan Keagamaan Melalui Website SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW. Oleh

PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW. Oleh PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW Skripsi Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika. PENGARUH KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN LIMIT PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 DI MADRASAH ALIYAH MATHOLI UL HUDA BUGEL JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA ASPEK KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR AN SISWA KELAS X SMA WALISONGO SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA ASPEK KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR AN SISWA KELAS X SMA WALISONGO SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014 HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA ASPEK KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR AN SISWA KELAS X SMA WALISONGO SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG

MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Prodi Kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Biologi. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Biologi. Oleh: PENGARUH PENGUASAAN PENGGUNAAN MIKROSKOP TERHADAP NILAI PRAKTIKUM IPA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN PADA SISWA KELAS VII DI MTs NEGERI KETANGGUNGAN BREBES TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN WALISONGO SEMARANG 2017

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN WALISONGO SEMARANG 2017 PERAN BANK SAMPAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (STUDI KASUS BANK SAMPAH JATI ASRI DI JATI KULON KECAMATAN JATI-KUDUS) SKRIPSI Disusun Guna Melengkapi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

STRATEGI HUBUNGAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN CITRA SEKOLAH DI SMP NU 07 BRANGSONG KENDAL

STRATEGI HUBUNGAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN CITRA SEKOLAH DI SMP NU 07 BRANGSONG KENDAL STRATEGI HUBUNGAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN CITRA SEKOLAH DI SMP NU 07 BRANGSONG KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Kependidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii PERSEMBAHAN... iii NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv PENGESAHAN TESIS... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TESIS

PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TESIS PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan

Lebih terperinci

BAGI SISWA KELAS IV MI AL-MUJAHIDIN GUMALAR ADIWERNA TEGAL.

BAGI SISWA KELAS IV MI AL-MUJAHIDIN GUMALAR ADIWERNA TEGAL. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL QURAN HADIS MATERI POKOK MENERAPKAN KAIDAH-KAIDAH ILMU TAJWID HUKUM BACAAN IDGHAM BIGHUNAH, IDGHAM BILAGHUNAH, DAN IQLAB MELALUI METODE CARD SORT BAGI SISWA KELAS IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i SURAT PERNYATAAN... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan oleh banyak orang Islam, beberapa diantaranya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan oleh banyak orang Islam, beberapa diantaranya adalah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan spiritual setiap orang seringkali mengalami pasang surut, ada kalanya mengalami kehampaan sehingga timbul hasrat ingin mengisi kekosongan qalbunya.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KETRAMPILAN KEAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOMOTORIK MELALUI PELAKSANAAN CAMPING DAKWAH RAMADAN SISWA SISWI KELAS XI MADRASAH ALIYAH

PENDIDIKAN KETRAMPILAN KEAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOMOTORIK MELALUI PELAKSANAAN CAMPING DAKWAH RAMADAN SISWA SISWI KELAS XI MADRASAH ALIYAH PENDIDIKAN KETRAMPILAN KEAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOMOTORIK MELALUI PELAKSANAAN CAMPING DAKWAH RAMADAN SISWA SISWI KELAS XI MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN NEGERI 1 SURAKARTA TESIS Diajukan sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI ANTARA AKHLAK ANAK NON TKI DAN TKI DI MTs NU 06 SUNAN ABINAWA PEGANDON KENDAL

STUDI KOMPARASI ANTARA AKHLAK ANAK NON TKI DAN TKI DI MTs NU 06 SUNAN ABINAWA PEGANDON KENDAL STUDI KOMPARASI ANTARA AKHLAK ANAK NON TKI DAN TKI DI MTs NU 06 SUNAN ABINAWA PEGANDON KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN TA ZIR TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI PUTRI DALAM MENAATI PERATURAN DI PONPES AL-IMAN PURWOREJO

PENGARUH PENERAPAN TA ZIR TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI PUTRI DALAM MENAATI PERATURAN DI PONPES AL-IMAN PURWOREJO PENGARUH PENERAPAN TA ZIR TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI PUTRI DALAM MENAATI PERATURAN DI PONPES AL-IMAN PURWOREJO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TRANSLITERASI... x BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : Fajar Muzaki 0906010012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MIN SUMURREJO KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MIN SUMURREJO KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MIN SUMURREJO KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah

Lebih terperinci

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini PEDOMAN TRANSLITERASI Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini menggunakan pedoman transliterasi dari Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v PERSEMBAHAN... vi MOTTO... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

STUDI KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN S{ALAT. KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN KARANGROTO GENUK SEMARANG TAHUN 2017

STUDI KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN S{ALAT. KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN KARANGROTO GENUK SEMARANG TAHUN 2017 STUDI KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN S{ALAT FARD}U DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN KARANGROTO GENUK SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS IVB DI MIN SUMURREJO KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 / 2016

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS IVB DI MIN SUMURREJO KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 / 2016 PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS IVB DI MIN SUMURREJO KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU QARDHAN HASANA BANJARBARU

MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU QARDHAN HASANA BANJARBARU MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU QARDHAN HASANA BANJARBARU TESIS Diajukan Kepada Universtas Islam Negeri (UIN) Antasari Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program Magister

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DI MI MIFTAKHUL ULUM DESA KEJENE KECAMATAN RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI ANAK DALAM KELUARGA PADA KELOMPOK VARIAN MASYARAKAT JAWA (Priyayi, Santri dan Abangan) DI DESA KUNIR KEC. DEMPET KAB.

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI ANAK DALAM KELUARGA PADA KELOMPOK VARIAN MASYARAKAT JAWA (Priyayi, Santri dan Abangan) DI DESA KUNIR KEC. DEMPET KAB. PENDIDIKAN BUDI PEKERTI ANAK DALAM KELUARGA PADA KELOMPOK VARIAN MASYARAKAT JAWA (Priyayi, Santri dan Abangan) DI DESA KUNIR KEC. DEMPET KAB. DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

KERJASAMA UMAT BERAGAMA DALAM AL-QUR AN Perspektif Hermenutika Farid Esack

KERJASAMA UMAT BERAGAMA DALAM AL-QUR AN Perspektif Hermenutika Farid Esack KERJASAMA UMAT BERAGAMA DALAM AL-QUR AN Perspektif Hermenutika Farid Esack Dr. Achmad Khudori Soleh, M.Ag Erik Sabti Rahmawati, M.Ag, MA Pengantar Prof. H. Mahmoud Mustafa Ayoub. PhD UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persayaratan Dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. STUDI KOMPARASI ANTARA GAYA BELAJAR VISUAL AUDITORI DAN KINESTETIK TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VIII DI MTS DARUL ULUM SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci