BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. erat yang tidak hanya menghasilkan kepuasan nasabah, namun lebih dari itu adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. erat yang tidak hanya menghasilkan kepuasan nasabah, namun lebih dari itu adalah"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Spirit utama dari bisnis perbankan adalah kepercayaan. Bagi Bank Riau, hubungan antara institusi perbankan dengan nasabah adalah hubungan saling mengerti dan saling memahami. Interaksi semacam ini pada akhirnya akan menciptakan hubungan erat yang tidak hanya menghasilkan kepuasan nasabah, namun lebih dari itu adalah kesetiaan. Dengan Surat Keputusan Gubernur KDH. Tk. I Riau No. 51/IV/1966 tanggal 1 April 1966 didirikan Bank Pembangunan Daerah Riau sesuai dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Daerah. Terhitung tanggal 1 April 1966 secara resmi kegiatan Bank Pembangunan Daerah Riau dimulai dengan status sebagai Bank Milik Pemerintah Daerah Riau. Adapun kantor pusat Bank Riau terletak di jalan Jenderal Sudirman No. 377 Pekanbaru, Riau-Indonesia. Dengan berbagai perubahan dan perkembangan kegiatan bank, sejak tahun 1975 status pendirian Bank Pembangunan Daerah Riau disesuaikan dengan Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Daerah Tingkat I Nomor 10 Tahun 1975, yang kemudian diatur kembali dengan Perda Tingkat I Riau Nomor 18 Tahun 1986 berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun Status pendirian BPD Riau selanjutnya diatur dan disesuaikan dengan Perda No. 14 Tahun 1992 tentang Bank Pembangunan Daerah Riau berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Selanjutnya

2 108 Bank Pembangunan Daerah Riau berubah status dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) sesuai hasil Keputusan RUPS tanggal 26 Juni 2002 yang dibuat oleh notaris Ferry Bakti, SH dengan Akta Nomor 33, yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2002 tanggal 26 Agustus 2002 dan telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2002 Nomor 50. Perubahan bentuk hukum tersebut telah dibuat dengan Akta Notaris Muhammad Dahad Umar, SH, Notaris di Pekanbaru Nomor 36 tanggal 18 Januari 2003 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM dengan Surat Keputusan Nomor: C HT TH.2003 tanggal 5 Mei Perubahan badan hukum tersebut telah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 13 Juni 2003 yang dituangkan di dalam Akta Notaris No. 209 tanggal 13 Juni 2003 Notaris Yondri Darto, SH, Notaris di Batam dan telah pula mendapat persetujuan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia nomor 5/30/KEP.DGS/2003 tanggal 22 Juli Visi dan Misi Bank Riau Harapan Bank Riau menjadi bank terkemuka dan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian daerah serta pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak terlepas dari visi dan misi Bank Riau yang memiliki slogan Tumbuh Kembangkan Usaha. VISI Sebagai perusahaan perbankan yang mampu berkembang dan terkemuka di daerah, memiliki manajemen yang profesional dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah sehingga dapat memberdayakan perekonomian rakyat.

3 109 MISI 1. Sebagai Bank sehat, elit dan merakyat. 2. Sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. 3. Sebagai pengelola dana pemerintah daerah. 4. Sebagai sumber pendapatan daerah. 5. Sebagai pembina, pengembang dan pendamping usaha kecil menengah Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Jenis struktur organisasi yang ada di Bank Riau adalah struktur unit bisnis strategis (strategic business unit/sbu) yang dapat membantu banyak upaya penerapan strategi. Struktur SBU mengelompokkan divisi-divisi yang sama ke dalam unit bisnis strategis serta mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab untuk setiap unit kepada seorang kepala divisi yang secara langsung melapor kepada direktur utama. Perubahan dalam struktur ini bisa memfasilitasi penerapan strategi dengan cara memperbaiki koordinasi antara divisi-divisi yang sama dan menyalurkan tanggung jawab ke unit-unit bisnis yang berbeda. Adapun jenis struktur organisasi ini dipilih oleh pihak manajemen berdasarkan karakteristik umum tertentu, seperti bersaing di industri yang sama, berlokasi di wilayah yang sama, atau memiliki konsumen yang sama. Dengan

4 110 menggunakan struktur SBU, maka tugas perencanaan dan pengendalian yang dilakukan oleh kantor perusahaan menjadi lebih mudah dan tertata. Saat ini Bank Riau dipimpin oleh direksi yang berjumlah 5 orang, terdiri dari 1 orang direktur utama dan 4 orang direktur, yaitu Direktur Komersial & Syariah, Direktur Konsumer & Mikro, Direktur Operasional, dan Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko. Selain itu Bank Riau juga memiliki 3 pejabat eksekutif yang bertanggungjawab langsung dengan direktur utama, yaitu Satuan Kerja Audit Internal, Divisi Perencanaan Strategis, Divisi Informasi Teknologi. Direksi dipimpin oleh Direktur Utama dan sesuai Undang-Undang Perseroan Terbatas berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Seluruh direksi Bank Riau tidak memiliki rangkap jabatan sebagai Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada bank, perusahaan dan atau lembaga lain, tidak memiliki saham melebihi 25% dari modal disetor pada perusahaan lain, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, tidak saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota direksi dan/atau dewan komisaris, dan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Direksi selalu berpedoman pada anggaran dasar bank dan tidak akan mendelegasikan wewenangnya secara umum kepada pihak yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi direksi.

5 111 Sumber : Bank Riau Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Riau

6 Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab dalam PT. Bank Riau Kepri Berikut ini penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab setiap divisi dalam struktur PT. Bank Riau Kepri : a. Direksi Fungsi direksi merupakan organ dari perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan anggaran dasar. 1. Tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran dasar dan keputusan RUPS. 2. Membuat dan menyampaikan laporan keuangan bank kepada dewan komisaris. 3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). 4. Menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit internal (SKAI), hasil pengawasan Bank Indonesia dan atau hasil pengawasan otoritas lain 5. Direksi dengan persetujuan dewan komisaris dapat mengangkat penasehat direksi, staf ahli direksi terutama yang berpengalaman di bidang ekonomi, moneter, keuangan, sumber daya manusia dan perbankan dengan tugas dan tanggungjawab diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7 113 b. Direktur Utama 1. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan, pengurusan dan pengelolaan bank guna menjamin keterpaduan dan kelancaran tugas-tugas bank. 2. Merencanakan, mengembangkan dan menetapkan kebijakan umum perseroan berdasarkan prinsip kehematan, efektif dan efisien, sesuai dengan visi, misi dan tujuan perseroan. 3. Mengarahkan, mengembangkan dan menetapkan strategi pengelolaan perseroan secara menyeluruh. 4. Menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku perseroan ditutup. 5. Wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh SKAI. c. Direktur Komersial & Syariah 1. Menyelenggarakan koordinasi, melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap kegiatan divisi-divisi di bawah supervisinya. 2. Menyiapkan rencana kerja anggaran tahunan (RKAT) dalam bentuk KPI (Key Performance Indicator) dan anggaran masing-masing unit kerja dibawah supervisinya. 3. Menyusun atau bertanggungjawab atas penyusunan rencana perkreditan yang akan dituangkan dalam rencana kerja bank yang akan disampaikan kepada Bank Indonesia serta memastikan bahwa pelaksanaannya telah sesuai dengan rencana.

8 Meningkatkan kinerja bisnis baik ditingkat divisi maupun diseluruh KC/KCP/Kedai sesuai target yang telah ditetapkan, dengan mengutamakan kegiatan pada penghimpunan dana sampai tercapainya keseimbangan antara pertumbuhan dana dan penyaluran dana. 5. Melaporkan secara berkala dan tertulis kepada dewan komisaris disertai langkahlangkah perbaikan yang telah, sedang, dan akan dilakukan sekurang-kurangnya mengenai : Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara keseluruhan. Perkembangan kualitas kredit yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur tertentu. Kredit dalam pengawasan khusus dan kredit bermasalah. Penyimpangan dalam pelaksanaan KPB (Kebijakan Perkreditan Bank). Temuan-temuan penting dalam perkreditan yang dilaporkan oleh SKAI. Pelaksanaan dari rencana perkreditan sebagaimana yang telah tertuang dalam rencana kerja bank yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Penyimpangan/pelanggaran ketentuan di bidang perkreditan. c.1. Divisi (SBU) Treasury & International 1. Menyusun anggaran (budget) tahunan dan melakukan monitoring/ pengendalian atas pelaksanaannya. 2. Memelihara likuiditas bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 3. Mengendalikan portofolio dana bank meliputi penempatan dana antar bank, surat-surat berharga, penyertaan, pasar uang dan pasar modal dalam upaya optimalisasi laba.

9 Mewakili direksi dalam mengadakan hubungan dengan pihak ketiga berkenaan dengan pelaksanaan tugas- tugas divisi. 5. Menyusun rencana kerja atau strategi bisnis divisi produk dan dana serta unit kerja dibawah supervisi dalam bentuk KPI. c.2. Divisi (SBU) Komersial 1. Melakukan analisa semua permohonan kredit di atas wewenang kantor cabang. 2. Mengadakan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka pelaksanaan kerja bidang komersial. 3. Bertanggung jawab terhadap pemasaran produk komersial yang meliputi promosi, desain promosi, harga dan tarif. 4. Menyusun rencana kerja atau strategi bisnis divisi perencanaan dan corporate secretary dan unit kerja dibawah supervisi dalam bentuk KPI. 5. Melakukan pembinaan pada kantor pelayanan (SBU) cabang dan lembaga keuangan lain yang berhubungan dengan kepentingan strategis bank. c.3. Divisi (SBU) Syariah 1. Mengendalikan portofolio dana syariah meliputi penempatan dana antar bank, surat-surat berharga, penyertaan, pasar uang dan pasar modal dalam upaya optimalisasi laba. 2. Bertanggung jawab dalam rangka pengembangan produk dana dan pembiayaan syariah. 3. Mencari sumber-sumber penghimpunan dana pihak ketiga dan memelihara sumber dana yang potensial.

10 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap semua aktivitas syariah dan melaporkannya kepada direktur supervisi. 5. Menyusun rencana kerja/ strategi bisnis divisi produk dan dana serta unit kerja dibawah supervisi dalam bentuk KPI. d. Direktur Konsumer & Mikro 1. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan pemasaran, promosi dan pengembangan produk serta program insentif yang diperlukan perusahaan. 2. Melaksanakan optimalisasi pemanfaatan fungsi divisi penanganan kredit bermasalah (PKB) dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan recovery yang dilakukan oleh KC/KCP/Kedai serta pihak terkait lainnya. 3. Mengkoordinasikan proses penyediaan dana jangka panjang untuk mengimbangi pembiayaan jangka panjang 4. Mengembangkan berbagai fungsi produk, khususnya tabungan, serta produk/jasa lainnya agar lebih kompetitif di pasar untuk percepatan peningkatan fee based income. 5. Mengkoordinasikan proses penerbitan obligasi PT. Bank Riau sebagai penyeimbang terhadap kebutuhan pembiayaan jangka panjang serta berbagai sarana untuk penyediaan dana lainnya sesuai dengan kebutuhan bank dan kondisi pasar seperti DOC (Deposit on Call), dan lain sebagainya.

11 117 d.1. Divisi (SBU) Konsumer 1. Melakukan pembinaan kantor pelayanan (SBU) mikro kecil dan konsumer yang berhubungan dengan kepentingan bisnis mikro kecil dan konsumer. 2. Bertanggung jawab dalam pengembangan produk kredit mikro dan konsumer. 3. Bertanggung jawab atas pencapaian kinerja/ target bisnis kredit konsumer dan mikro pada unit KC/KCP melalui pemimpin KC/KCP. 4. Melakukan analisa pasar (segmentasi pasar, target pasar dan positioning). 5. Mengkoordinasikan, merekomendasikan dan memproses persetujuan permohonan kartu kredit. d.2. Divisi Penanganan Kredit Bermasalah 1. Membuat dan mengelola data base nasabah kredit bermasalah dan kredit hapus buku. 2. Bekerjasama dengan pihak/lembaga eksternal dalam usaha untuk menyelesaiakan kredit bermasalah. 3. Melakukan penagihan dengan bekerjasama pihak-pihak terkait bila mana perlu dalam upaya menyelesaiakan atau menyelamatkan asset bank dan kredit hapus buku. 4. Mengevaluasi kegiatan penanganan kredit bermasalah dan melaporkan secara periodik proses penyelamatan maupun penyelesaian kredit bermasalah. 5. Menyusun rencana kerja/ strategi bisnis divisi perencanaan, corporate secretary dan unit kerja dibawah supervisi dalam bentuk KPI.

12 118 d.3.1 Direktur Operasional 1. Menyelenggarakan koordinasi, melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap kegiatan divisi-divisi dibawah supervisinya. 2. Melakukan pemenuhan ketentuan mengenai transparansi kondisi keuangan bank, antara lain dalam penyajian : Laporan tahunan audit dari akuntan publik. Laporan keuangan publikasi triwulanan. Laporan keuangan publikasi bulanan. Laporan keuangan konsolidasi. Laporan kepada Bank Indonesia. Meliputi seluruh aspek yang wajib diungkapkan dan disampaikan kepada pihakpihak terkait secara lengkap, akurat dan tepat waktu. 3. Memonitor dan mengevaluasi perkembangan usaha bank atau perusahaan lain yang sebagian sahamnya dimiliki oleh bank dan melaporkan hasil monitoring maupun evaluasinya kepada komisaris. 4. Menyusun sistem akuntansi sesuai berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian internal, terutama pemisahan fungsi pengurusan, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan. 5. Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi perseroan untuk menghasilkan penyelenggaraan pembukuan yang tertib, kecukupan modal kerja dengan biaya modal yang efisien, struktur neraca yang baik dan kokoh, penyajian laporan dan analisa keuangan tepat waktu dan akurat serta prinsip-prinsip lain sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu perseroan.

13 119 e. Direktur Operasional e.1. Divisi Umum 1. Memelihara dan melakukan pengadaan seluruh gedung kantor, rumah dinas, kendaraan dinas dan inventaris bank baik milik sendiri maupun sewa. 2. Bertanggungjawab dalam perumusan atau evaluasi sistem dan prosedur di lingkungan divisi umum. 3. Bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka perayaan dan hari besar. 4. Memelihara semua barang inventaris kantor pusat dan mengadministrasikan dokumen-dokumen bank termasuk semua surat masuk dan keluar dalam rangka pengarsipan. 5. Mendukung dan mengeksekusi semua penyelesaian biaya dan pemilihan vendor rekanan untuk promosi dalam upaya percepatan kegiatan promosi bank. e.2. Divisi Human Capital & Pelayanan 1. Menyusun program penghasilan dan kesejahteraan komisaris, direksi dan pegawai bank. 2. Menyelenggarakan, memonitor dan mengendalikan seluruh pendidikan dan latihan baik yang diselenggarakan secara internal, bekerjasama dengan pihak eksternal, maupun mengirim ke lembaga pendidikan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan di dalam negeri maupun di luar negeri. 3. Bertanggung jawab dalam program pengembangan dan kaderisasi pegawai. 4. Bertanggung jawab dalam penetapan dan penilaian KPI.

14 Melakukan teguran atau peringatan secara lisan maupun tertulis untuk dan atas nama direksi kepada pegawai yang telah melakukan tindakan tidak disiplin serta pelanggaran atau penyimpangan atas peraturan bank yang mengakibatkan kerugian bank sesuai prosedur kepegawaian yang berlaku. e.3. Divisi Keuangan & Operasional 1. Melakukan review dan pemantauan atas kegiatan operasional bank baik yang dilakukan oleh internal divisi operasional maupun KC/KCP/KK lainnya dan memastikan bahwa seluruh kebijakan yang ditetapkan dapat dimplementasikan dengan baik. 2. Memastikan pelaksanaan penerapan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) benar-benar terlaksanan dan berjalan dengan baik. 3. Melaksanakan dan mengelola Management Information System (MIS) dengan baik. 4. Melakukan evaluasi atas kebutuhan pengembangan atau perbaikan sistem operasi dan melaksanakan pengembangan bersama dengan unit kerja terkait. 5. Menyusun anggaran (budget) tahunan dan melakukan monitoring atau pengendalian atas pelaksanaannya. f. Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko 1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur risiko yang diambil oleh Perseroan secara keseluruhan, termasuk mengevaluasi dan memberikan arahan strategi manajemen risiko berdasarkan laporan yang disampaikan oleh satuan kerja manajemen risiko dan penyampaian laporan pertanggungjawaban kepada komisaris secara triwulan.

15 Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen yang dicerminkan antara lain adanya pemisahan fungsi antara Satuan Kerja Manajemen Risiko yang melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko dengan satuan kerja yang melakukan dan menyelesaikan transaksi. 3. Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan keakuratan metodologi penilaian risiko, kecukupan implementasi system informasi manajemen dan ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit Risiko. 4. Mengembangkan prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang dihadapi bank. 5. Memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen yang dibuat oleh bank kepada Bank Indonesia. f.1. Divisi Kepatuhan & Hukum 1. Melaksanakan, memonitor dan mengendalikan kegiatan nasabah melalui laporan internal, profil transaksi dan rekekning nasabah. 2. Melakukan penyempurnaan sistem untuk mendukung program anti money laundering. 3. Melakukan pengujian dan penelitian aspek kepatuhan sehubungan dengan rancangan kebijakan yang akan diputuskan oleh direksi. 4. Melakukan analisa laporan hasil pemeriksaan SKAI atau pemeriksaan eksternal dalam rangka koordinasi dengan SKAI untuk penyempurnaan prosedur kepatuhan di setiap unit kerja bank.

16 Bertanggungjawab terhadap tuntutan hukum yang dihadapi bank baik di dalam maupun di luar pengadilan. f.2. Divisi Manajemen Resiko 1. Melakukan identifikasi dan mengukur risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. 2. Menentukan limit eksposure manajemen risiko masing-masing unit kerja. 3. Melakukan analisa terhadap usulan aktivitas atau produk baru dari unit kerja operasional lainnya. 4. Melakukan validasi dan akurasi data dengan menggunakan internal model. 5. Melakukan review terhadap parameter yang ada pada aplikasi profil risiko dan me-review secara berkala penilaian risiko kontrol sistem pengawasan aktif dewan komisaris dan direktur. g. Divisi SKAI (Satuan Kerja Audit Internal) 1. Menjabarkan secara operasional perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan secara aktif (on-site) dan pemantauan secara pasif (off-site) serta memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang di-review kepada semua tingkatan manajemen. 2. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian intern dan prosedur yang ada pada seluruh aspek kegiatan bank untuk memperoleh keyakinan tercapainya tujuan dan sasaran bank secara optimal. 3. Melaksanakan proses kegiatan audit secara profesional dan independen dan proaktif serta berkelanjutan sesuai dengan internal audit charter dan buku pedoman perusahaan (BPP) risk based audit dan ketentuan yang berlaku.

17 Melakukan proses audit terhadap hal-hal diluar dari rencana kerja baik itu atas permintaan internal maupun eksternal yang berwenang sesuai persetujuan direksi. 5. Melakukan koordinasi tugas dan mendampingi pemeriksanaan ekternal dalam rangka kelancaran pelaksanaan pemeriksaan. h. Divisi Perencanaan Strategis 1. Melakukan analisa terhadap perkembangan kondisi makro dan mikro ekonomi keuangan baik secara regional maupun nasional guna merencanakan strategi bisnis perusahaan kedepan. 2. Membuat indikator perkembangan bisnis dalam rangka penyusunan anggaran KC/KCP/K Kedai dalam bentuk kebijakan umum direksi. 3. Menyusun rencana kerja dan anggaran bank jangka panjang (corporate plan) dan menengah (business plan). 4. Melaksanakan fungsi project management office (PMO) guna membantu Direksi dalam menjalankan program inisiatif perusahaan dan percepatan pengembangan usaha bank 5. Membuat analisa kelayakan terhadap perluasan jaringan kantor termasuk ATM serta analisa BEP terhadap jaringan kantor yang akan dibuka. i. Divisi Teknologi Informasi 1. Melakukan perencanaan, pengembangan dan kajian strategis fungsi TI meliputi TI infrastruktur, TI vendor, TI operasional, TI support termasuk TI system security untuk menghasilkan implementasi TI yang baik dan benar.

18 Melaksanakan review terhadap penerapan TI blue print, TI operasional, TI business proses untuk mengembangkan, menyelaraskan dan menerapkan TI organisasi dan perencanaan, TI vendor, TI jaringan operasional, TI technical support dan help desk dan TI infrastruktur termasuk TI security strategy dan TI blue print. 3. Menetapkan atau mengimplementasikan proses atau sistem pengembangan aplikasi atau system development life cycle (SDLC) secara end-to-end untuk memastikan setiap tahapan proses pengembangan telah sesuai dengan requirement atau request for proposal (RFP), business requirement definition (BRD) dan kebijakan pengamanan teknologi sistem informasi. 4. Melaporkan kegiatan operasional TI yang terdiri dari data center, help desk dan disaster recovery center (DRC) sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan. 5. Menjamin dan mengelola tersedianya dukungan dan layanan TI atau TI service dan delivery terhadap kebutuhan bisnis Bank Riau Produk dan Layanan Bank Riau Bank Riau terkenal dengan slogan The Spirit to Grow Emphaty & Action yang bermakna bahwa Bank Riau akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebutuhan ekonomi masyarakat yang diikuti dengan pemberian pelayanan yang empati dan pemberian solusi yang tepat bagi masyarakat. Bank Riau bergerak dalam industri perbankan di daerah Riau.

19 125 Perkembangan terkini, hampir semua bank di Indonesia telah sejajar dari segi fasilitas dan fitur. Maka seni persaingannya kini terletak pada pelayanan. Tidaklah mengherankan bila semua bank nasional, dari bank-bank papan atas hingga bank perkreditan rakyat merapatkan barisan untuk menciptakan sebuah service excellent. Dalam hal ini peran garis depan (front liners), seperti teller, customer service, operator telepon, hingga satuan pengamanan (satpam) sangat penting. Dalam menghadirkan pelayanan prima, peran petugas front office dinilai memegang peranan vital karena merekalah yang berhubungan langsung dengan nasabah. Saat ini petugas front liner tidak hanya harus berpenampilan menarik dan ramah, melainkan harus memiliki keterampilan menangani segala macam kebutuhan nasabah. Semua hal itu disadari oleh Bank Riau yang menerapkan standar service excellent dalam setiap gerak langkahnya melayani nasabah. Bank Riau lahir sebagai bank berkultur pribumi yang sangat mengerti kebutuhan dan perasaan nasabah. Dimana terdapat beberapa layanan yang disediakan Bank Riau untuk segi konsumer, diantaranya: 1. Produk kredit kendaraan bermotor (KKB). 2. Produk tabungan sinar belia. 3. Produk tabungan sinar pendidikan. 4. Produk kredit modal kerja (KMK) bagi developer atau pengembang. 5. Produk tabungan sinar. 6. Produk kredit pemilikan rumah (KPR).

20 Proses Bisnis Bank Riau Proses kerja kunci BR digambarkan sebagai berikut : Gambar 4.2 Proses Bisnis Front-Liner Bank Riau Berdasarkan gambar 4.2 diatas proses bisnis front-liner Bank Riau sebagai berikut: 1. Calon nasabah akan mendapatkan nomor antrian, setelah mendapatkan nomor antrian, nasabah akan dilayani oleh customer service (CS). CS akan memberikan penjelasan mengenai produk dan layanan yang dimiliki oleh Bank Riau. 2. CS akan meminta data diri calon nasabah seperti KTP, KK atau identitas diri pendukung lainnya.

21 Setelah informasi lengkap mengenai calon nasabah diperoleh maka CS akan menginput data ke sistem yang terhubung juga dengan teller. 4. Setelah itu nasabah akan dilayani oleh teller untuk dapat memberikan setoran pertama senilai Rp , Setelah itu nasabah akan mendapatkan buku tabungan yang berisi nomor rekening dan identitas kepemilikan tabungan. 6a. Jika nasabah ingin menabung: 6a1. Nasabah mengambil nomor antrian yang selanjutnya akan dilayani oleh teller Bank Riau. 6a2. Nasabah membawa uang yang akan ditabung, buku tabungan,slip untuk menabung yang terlebih dulu diisi. Setelah proses pengisian dan nomor antrian dipanggil maka nasabah akan dilayani teller. 6a3. Teller akan menginput data ke sistem dan mengeprint bukti bahwa uang dari nasabah telah masuk ke rekening nasabah. 6a4. Teller mengeprint buku tabungan nasabah yang dapat dilihat bahwa debit rekening nasabah tersebut bertambah dan ada bukti setoran. Minimal setoran senilai Rp ,00.

22 128 6b. Jika nasabah ingin menarik uang: 6b1. Nasabah mengambil nomor antrian yang selanjutnya akan dilayani oleh teller Bank Riau. Nasabah membawa buku tabungan dan slip penarikan uang yang terlebih dulu diisi nominalnya. 6b2. Setelah proses pengisian dan nomor antrian dipanggil maka nasabah akan dilayani teller. Teller akan menginput data ke sistem dan mengeprint bukti bahwa uang dari tabungan nasabah telah diambil atau dikurangi dari rekening nasabah. 6b3. Kemudian teller mengeprint buku tabungan nasabah yang dapat dilihat bahwa rekening nasabah bertambah pada sisi kredit dan berkurang pada sisi debit dan ada bukti pengambilan/penarikan Persaingan Industri Bank Riau menawarkan berbagai produk konsumer yang bervariasi, seperti produk kredit kendaraan bermotor (KKB), produk tabungan sinar belia, produk tabungan sinar pendidikan, produk kredit modal kerja (KMK) bagi developer/pengembang, produk tabungan sinar, produk kredit pemilikan rumah (KPR). Dalam penulisan skripsi ini, pesaing Bank Riau hanya akan dibatasi dalam beberapa industri perbankan saja yang ada dan berlokasi di Pekanbaru-Riau, diantaranya : 1. Dari sisi kredit kendaraan bermotor (KKB), pesaing utamanya adalah Bank Nasional Indonesia (BNI). 2. Dari sisi tabungan sinar belia dan tabungan sinar pendidikan yang ditujukan kepada pelajar dan mahasiswa yang masih berstatus aktif atau masih dalam usia sekolah

23 129 maksimal 28 tahun, pesaing utamanya adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Nasional Indonesia. 3. Dari sisi kredit modal kerja (KMK) yang bertujuan untuk membantu developer/pengembang untuk mendapatkan tambahan modal kerja dalam rangka pelaksanaan pembangunan perumahan baik berupa pembangunan kostruksi rumah, maupun berkaitan dengan sarana dan prasarana. Pesaing utamanya adalah Bank Rakyat Indonesia. 4. Dari sisi tabungan Sinar merupakan produk handalan Bank Riau dengan konsep budaya Riau dan Kepri yang mengandung arti Simpanan Amanah Riau. Pesaing utamanya adalah Bank Mandiri, Bank Nasional Indonesia. 5. Dari sisi kredit pemilikan rumah (KPR) dengan melalui Bank Riau dapat membeli tanah, atau kavling untuk perumahan, ruko, rumah susun, apartemen, membangun rumah tinggal/ruko, renovasi rumah tinggal/ruko, rumah susun atau apartemen. Pesaing utamanya adalah Bank Rakyat Indonesia Portfolio Investasi Sistem dan Teknologi Informasi yang Sedang Berjalan & Proyek Sistem Informasi pada Bank Riau Penggunaan Portfolio didasarkan pada aplikasi yang sedang berjalan dan rencana proyek yang akan datang Portfolio Aplikasi yang Sedang Berjalan (lights-on) Lights-On Portfolio adalah aktivitas operasional teknologi informasi yang sedang berjalan, meliputi portfolio aplikasi, infrastruktur, service, dan manajemen. Nilai-nilai

24 130 dari portfolio diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh para user yang menggunakan aplikasi Lights-On Portfolio Aplikasi Lights-On Menurut Benson et al (2004, p58), aplikasi dioperasikan dan digunakan untuk mendukung organisasi bisnis. Portfolio aplikasi, yaitu kumpulan aplikasi yang digunakan oleh user dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan aplikasi tersebut harus dirawat dan dioperasikan oleh unit SI/TI. Portfolio aplikasi Lights-On yang ada pada Core Banking di Bank Riau, sebagai berikut: a) Modul Xcross Application System (XAS) Tujuan: Sebagai platform utama yang menjadi dasar dari core banking yang digunakan oleh Bank Vision pada Bank Riau. Manfaat: Memberikan kemudahan bagi user di Bank Riau dan update informasi untuk para user. Fungsi: Letak parameter dari modul-modul yang digunakan oleh user di Bank Riau. User: Teller dan customer service. Jumlah pengguna: 12 orang. Biaya: Rp ,00 b) Modul Demand Deposit System (DDS) Tujuan: Sebagai media aplikasi yang me-manage mengenai giro, tabungan, giro+tabungan dari nasabah Bank Riau. Manfaat: Untuk mendukung proses transaksi nasabah di Bank Riau.

25 131 Fungsi: Sebagai penyedia layanan bagi nasabah yang ingin melakukan transaksi keuangan di Bank Riau. User: Teller. Jumlah pengguna: 8 orang. Biaya: Rp ,00 c) Modul Customer Information System (CIS) Tujuan: Menangani proses operasional kerja di Bank Riau untuk melayani nasabah. Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, Bank Riau dapat menyimpan history dan data-data nasabah, misalnya: entry, update, delete. Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk pembukaan rekening. User: Teller dan customer service. Jumlah pengguna: 12 orang. Biaya: Rp ,00 d) Modul Loan System (LNS) Tujuan: Menangani proses transaksi keuangan nasabah oleh user staff di Bank Riau. Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, dapat mempermudah proses pinjaman, pembukaan kredit untuk nasabah oleh staff Bank Riau. Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk mendapatkan personal identification number (PIN). User: Customer service. Jumlah pengguna: 4 orang.

26 132 Biaya: Rp ,00 e) Modul General Ledger System (GLS) Tujuan: Menangani proses transaksi keuangan nasabah oleh user staff Bank Riau. Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, dapat mempermudah kegiatan yang berhubungan dengan keuangan para nasabah. Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk pembukuan akuntansi. User: Customer service. Jumlah pengguna: 4 orang. Biaya: Rp ,00 f) Modul Time Deposit System (TDS) Tujuan: Menangani proses transaksi keuangan nasabah oleh user staff Bank Riau. Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, dapat mempermudah kegiatan yang berhubungan dengan keuangan para nasabah. Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk menangani hal-hal yang berhubungan dengan deposito. User: Teller. Jumlah pengguna: 8 orang. Biaya: Rp ,00

27 133 Tabel 4.1 Rincian Biaya Portfolio Aplikasi Lights-On Keterangan Jumlah (orang) Biaya Total (Rupiah) Modul XAS Modul DDS Modul CIS Modul LNS Modul GLS Modul TDS Total Biaya Sumber: Bank Riau Portfolio Infrastruktur Lights-On Menurut Benson et al (2004, p58), Infrastruktur merupakan komunikasi, platforms, dan software yang dibutuhkan untuk mendukung aplikasi dan service. Portfolio Infrastruktur yang dimaksud pada Bank Riau meliputi platform perangkat keras dan perangkat lunak yang disediakan untuk user, seperti processor, peralatan dan sarana komunikasi, operating system, dan fasilitas lainnya. Portfolio infrastruktur Lights-On yang terdapat pada Bank Riau, sebagai berikut: a) Hardware Menurut O Brien (2006, p36), Hardware meliputi semua peralatan dan bahan fisik yang digunakan dalam pemprosesan informasi yang mendukung kegiatan operasional perusahaan, seperti laptop atau desktop (PC), scanner, printer. Tujuan: pada Bank Riau, hardware digunakan sebagai alat pendukung administrasi dan operasional serta mendukung aplikasi dan sistem di Bank Riau. Manfaat: membantu perusahaan dalam melaksanakan proses bisnis, khususnya dalam membantu kegiatan operasional serta menjembatani interaksi antara user dengan aplikasi.

28 134 Fungsi : i. Menginput data dan menggunakan sistem aplikasi yang digunakan oleh Bank Riau. ii. Melakukan scan gambar yang dibutuhkan. iii. Mencetak laporan atau dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk dicetak. iv. Mesin penghitung uang secara cepat dan akurat. User: Teller dan customer service. Biaya: Rp ,00 Tabel 4.2 Rinician biaya Hardware Bank Riau Keterangan Jumlah (unit) Biaya total (Rupiah) PC Scanner Printer Laptop Total Biaya Sumber: Bank Riau b) Software License Menurut O Brien (2006, p713), Software adalah program dan prosedur komputer yang berkaitan dengan operasi sistem informasi yang memungkinkan sebuah hardware dapat berfungsi dengan baik. Pada Bank Riau sendiri memiliki software license Microsoft untuk jangka waktu 3 tahun. Biaya: Rp ,00

29 135 c) Network/ Jaringan Komunikasi Bank Riau bekerjasama dengan PT. Icon untuk menangani jaringan komunikasi pada kantor pusat Bank Riau Kepri di Pekanbaru. Tujuan: Sebagai jaringan komunikasi. Fungsi: mendukung operasional. User: Bank Riau Biaya: Rp ,00 d) Server (IBM AS/ 400 Model 550) Server merupakan sistem komputer yang menyediakan jenis layanan tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Server pada Bank Riau adalah server jenis IBM AS/ 400 Model 550 Tujuan: Sebagai tempat penyimpanan data dari segala aktivitas yang dilakukan oleh user di Bank Riau. Selain itu juga sebagai pusat lalu lintas data yang memudahkan pengaksesan oleh user yang berkepentingan. Manfaat: Sebagai tempat penyimpanan yang dapat menjaga keamanan dan integritas data serta sebagai alat untuk mengatur lalu lintas atau traffic data untuk mempermudah dan mempercepat akses data yang dilakukan user. Fungsi: melakukan back-up data di Bank Riau dan juga melakukan transfer data antar PC sesuai dengan keperluan serta menyimpan data-data transaksi nasabah. Biaya total: Rp ,00

30 136 Tabel 4.3 Rincian Biaya Portfolio Infrastruktur Lights-On Keterangan Biaya Total (Rupiah) Hardware Software License Network Server Total Biaya Sumber: Bank Riau Portfolio Service Lights-On Menurut Benson et al (2004, p58), service merupakan perluasan untuk organisasi bisnis. Portfolio service yaitu meliputi semua layanan dan dukungan yang dapat disediakan oleh divisi IT kepada user, seperti help desk. a) Exchange Mail Digunakan untuk komunikasi antar user (karyawan Bank Riau), seperti jaringan intranet perusahaan. Exchange Mail pada Bank Riau dikelola oleh PT. Bangsawan Cyberindo yang berguna untuk memudahkan komunikasi antar user Bank Riau dalam melakukan pekerjaan-pekerjaannya. Tujuan: Sebagai sarana komunikasi antara user Bank Riau, baik dari Direktur sampai kepada semua divisi yang ada di Bank Riau (seluruh unit). Fungsi: mendukung komunikasi antar user dalam melakukan pekerjaannya baik melalui maupun melalui chatting User: Bank Riau Biaya: Rp ,00 b) Security Bank Riau menggunakan security sebagai proteksi dari segala kemungkinan adanya virus, hacker, hal lainnya yang dapat menganggu dan

31 137 merusak sistem pada Bank Riau. Security yang digunakan oleh Bank Riau adalah Symantec Antivirus Cooperation 10. Biaya: Rp ,00 c) Hardware dan Software Maintenance Tujuan: Agar fungsi dari aplikasi dan infrastruktur yang digunakan tetap terjaga sehingga proses bisnis perusahaan dapat berjalan dengan lancar sesuai fungsinya masing-masing. Manfaat: menjaga dan meningkatkan performa sistem yang ada di perusahaan dan juga memberikan kenyamanan bagi user yang menggunakan sistem sehari-harinya. Fungsi: memelihara sistem aplikasi dan infrastruktur dengan melakukan pengecekan dan evaluasi rutin terhadap aplikasi dan infrastruktur yang digunakan. Biaya: Rp ,00 Tabel 4.4 Rincian Biaya Portfolio Service Lights-On Keterangan Biaya Total (Rupiah) Exchange Mail Security Hardware & Software Maintanance Total Biaya Sumber: Bank Riau Portfolio Manajemen Lights-On Menurut Benson et al (2004, p58), Portfolio manajemen merupakan sekumpulan aktivitas/kegiatan, manajemen dan layanan yang mendukung divisi TI untuk dapat melakukan layanan, baik yang bersifat infrastruktur ataupun sistem aplikasi kepada user-

32 138 nya, seperti perencanaan, penganggaran (budgeting) dan sumber daya manusia untuk aktivitas SI/TI. a) Operational Budget Management/Budgeting Operational Budget Management/Budgeting pada Bank Riau ditangani oleh bagian finance and accounting. Tujuan : menyediakan dana/biaya yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kegiatan yang akan diperlukan secara mendadak atau untuk keperluan IT di masa yang akan datang (tidak ada dalam perencanaan). Biaya : Rp ,00 b) Training program Training pada Bank Riau pada penulisan skripsi ini ditekankan pada frontoffice, yaitu teller dan customer service. Tujuan: memberikan pelatihan kepada teller dan customer service untuk memberikan peningkatan kerja sehingga user dapat menggunakan aplikasi yang ada maupun aplikasi baru yang akan diimplementasikan oleh Bank Riau. Biaya: Rp ,00 Tabel 4.5 Rincian Biaya Portfolio Management Lights-On Keterangan Biaya Total (Rupiah) Operational Budget Management Training Program Total Biaya Sumber: Bank Riau

33 Proyek Untuk meningkatkan loyalitas konsumen serta meningkatkan profit, maka Bank Riau ingin mengembangkan beberapa proyek ke depannya, diantaranya: 1. Proyek aplikasi Business Intelligent yaitu sistem informasi mengenai perilaku unit bisnis, vendor, nasabah, teknologi, pasar, produk dan layanan bank, serta lingkungan bisnis. Sehingga diharapkan dapat membantu manajemen melakukan pengambilan keputusan strategi teknologi informasi perbankan sebagai solusi nyata dalam menghadapi persaingan. Biaya: Rp ,00 2. Proyek aplikasi Management Information System (MIS) yaitu sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub unit dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan ouput dari model matematika. Output informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan. Biaya: Rp ,00 3. Proyek aplikasi Knowledge Management (KM) yaitu sebuah proyek yang akan menyediakan suatu database knowledge yang akan digunakan oleh seluruh karyawan untuk meningkatkan pengetahuan dan

34 140 keterampilan yang mereka miliki serta sebagai tempat penyimpanan berbagai pengetahuan-pengetahuan/ide-ide yang muncul dari karyawan yang dibuat dalam bentuk tertulis (terdokumentasi) agar dapat dimanfaatkan untuk kemajuan perusahaan kedepannya. Biaya: Rp ,00 Tabel 4.6 Rincian Biaya Proyek Keterangan Biaya Total (Rupiah) Business Intelligent Management Information System Knowledge Management Total Biaya Sumber: Bank Riau 4.2. Analisis Lingkungan Industri Analisis lingkungan industri pada Bank Riau dilakukan dengan menggunakan analisis eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor dari luar yang dapat dijadikan sebagai peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Serta analisis internal dengan mengidentifikasi faktor-faktor dari dalam perusahaan yang dapat dijadikan sebagai kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) Lingkungan eksternal Menurut David (2006, p 104), analisis lingkungan eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi tren dan kejadian yang berada di luar kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan, struktur organisasi, dan proses internal perusahaan. Seperti meningkatnya persaingan pasar, adanya masyarakat yang masih belum mengenal bank, peraturan pemerintah, serta faktor eksternal lainnya. Pada analisis

35 141 eksternal ini akan mengungkapkan peluang (opportunity) dan ancaman (threat) utama yang dihadapi Bank Riau sehingga manajer (direktur) dapat memformulasi strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman. Terdapat beberapa alat (tools) yang digunakan untuk mendukung/membantu menemukan point-point dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat), diantaranya: Analisis Remote Environment (PEST Analysis) Dalam buku karangan Robinson (2008, p112), analisis remote environment terdiri atas faktor-faktor yang berasal dari luar dan biasanya tidak terkait dengan situasi operasional suatu perusahaan, terdiri dari: a. Faktor Politik, Hukum, dan Pemerintah Untuk meningkatkan persaingan global menekankan kebutuhan akan peramalan yang akurat dalam bidang politik, pemerintah, dan hukum. Oleh karena itu, pihak manajemen Bank Riau dituntut untuk memahami sistem politik di Asia, khususnya di Indonesia. Bank Riau adalah milik pemerintah Propinsi Riau, pemerintah kabupaten/kota se-propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan Riau yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH. Tk. I Riau No. 51/IV/1966 tanggal 1 April 1966 yang disesuaikan dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Daerah. Terhitung tanggal 1 April 1966 secara resmi kegiatan Bank Pembangunan Daerah Riau dimulai dengan status sebagai Bank Milik Pemerintah Daerah Riau. Status pendirian Bank Pembangunan Daerah Riau diatur dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah No. 14 tahun 1992jo. Peraturan Daerah berdasarkan Undang-

36 142 Undang No.7 tahun 1992jo. Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. Kemudian sesuai dengan Keputusan RUPS tanggal 26 Juni 2002 dan dengan Perda No. 10 Tahun 2002 tanggal 26 Agustus 2002 serta dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 36 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM dengan Surat Keputusan No. C HT.01.TH.2003 tanggal 5 Mei 2003 dan persetujuan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 5/30/KEP.DGS/2003 tanggal 22 Juli 2003, status badan hukum Bank Pembangunan Daerah Riau menjadi berbadan hukum Perseroan Terbatas. Dimana Bank Riau memiliki tujuan untuk menjadi bank yang terkemuka, dikelola secara profesional sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. b. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi menarik tidaknya berbagai strategi yang dilakukan oleh Bank Riau. Sebagai contoh, ketika suku bunga meningkat dan nilai tukar mata uang yang tidak stabil sehingga dana yang dibutuhkan untuk melakukan ekspansi dan investasi menjadi lebih mahal atau tidak tersedia. Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,0-5,5% pada tahun 2010 dan Inflasi ditargetkan mencapai kisaran 5±1% pada tahun 2010 sehingga hal ini menyebabkan Bank Riau harus berpikir apakah sebaiknya melakukan investasi atau tidak. Selain itu, berdasarkan data statistik Indonesia pada tahun terdapat peningkatan pola konsumsi masyarakat (pengeluaran untuk konsumsi penduduk Indonesia rata-rata per kapita sebulan terhadap konsumsi barang dan jasa) yang

37 143 ditunjukkan pada tabel 4.12 dibawah, yaitu dari Rp pada tahun 2007 menjadi Rp pada tahun Sehingga hal ini dapat menjadi peluang bagi Bank Riau untuk mengembangkan bisnisnya. Misalnya, pada saat pola konsumsi masyarakat terhadap jasa meningkat, maka Bank Riau dapat menjadi salah satu alternative pilihan masyarakat untuk menabungkan uangnya sehingga memudahkan konsumern untuk bertransaksi. Tabel 4.7 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang dan jasa (bukan makanan/food) pada tahun Sumber: c. Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Trend Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan dapat membentuk cara seseorang hidup, bekerja, berproduksi, dan mengonsumsi. Bank telah mengubah banyak hal, baik dari faktor demografi (jumlah penduduk dan letak geografis), perilaku terhadap bisnis, gaya hidup, perubahan dalam perilaku masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan waktu luang, perubahan dalam hal selera dan preferensi di suatu daerah, dan lainnya. Dengan adanya bank, maka masyarakat saat ini lebih mudah dalam menyimpan, menggunakan dan menyalurkan dana

38 144 lebih baik lagi dibandingkan zaman sebelumnya. Misalnya saja dari aspek sosial, aspek ini akan dilihat dari manfaat bank (produk dan layanan) bagi lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh pada sistem pembayaran yang berlaku saat ini tidak hanya dilakukan secara tunai/cash namun dapat dilakukan dengan debit maupun kartu kredit yang menjadi gaya hidup saat ini. Sehingga transaksi lebih cepat, mudah dan aman karena tidak perlu membawa uang yang banyak hanya dengan satu kartu yang dapat difungsikan sebagai alat pembayaran. Namun harus diperhatikan dari sisi keamanan bagi pemegang kartu dan bank yang bersangkutan. d. Faktor Teknologi Menurut David (2006, p120), perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh yang dramatis terhadap organisasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri serta kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik dari keunggulan saat ini. Hal inilah yang menjadi dasar Bank Riau dalam menganalisis peluang dan ancaman untuk menciptakan suatu strategi perusahaan yang kompetitif. Dengan perkembangan teknologi saat ini, bank menyediakan berbagai macam layanan dengan tidak harus datang ke bank namun dapat bertransaksi (menabung, menarik, transfer, melakukan pembayaran) dengan menggunakan

39 145 Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di berbagai daerah. Tidak hanya ATM Bank Riau tetapi ATM Bersama jaringan Prima pun sudah dapat melakukan transaksi. Perkembangan Teknologi dapat secara cepat berkembang, namun dapat secara cepat pula menjadi usang (obsolete). Dengan berkembangnya teknologi, maka Bank Riau memiliki ancaman tersendiri yaitu apabila ia tidak secara cepat mengadopsi teknologi yang baru maka Bank Riau dapat ketinggalan dari para pesaingnya. Selain itu, ancaman yang dihadapi Bank Riau, yaitu dukungan jaringan infrastruktur yang masih buruk di Indonesia, khususnya di Pekanbaru- Riau dimana hal ini menyebabkan pihak Bank Riau tidak dapat bereksplorasi karena keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan transaksi dan informasi nasabah Bank Riau dan faktor lainnya. Sehingga dengan begitu, bisa saja para nasabah Bank Riau beralih ke produk substitusinya atau ke produk lain yang lebih unggul. Namun demikian Bank Riau telah memiliki antisipasi dengan melakukan pengembangan investasi proyek-proyek di masa mendatang. Sehingga Bank Riau memiliki peluang dengan memanfaatkan perkembangan teknologi ini untuk membuat suatu proyek Business Intelligent, Management Information System, Knowledge Management dalam pengembangan investasi proyek-proyek di masa mendatang. Sehingga dengan demikian, Bank Riau memiliki peluang dengan memanfaatkan perkembangan teknologi agar dapat melayani nasabah dengan lebih baik.

40 146 e. Faktor Kompetitif Menurut David (2006, p123), Bagian yang penting dalam audit eksternal adalah mengidentifikasi perusahaan pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan, kemampuan, peluang, ancaman, tujuan, dan strategi. Pada Bank Riau, terdapat beberapa pesaing yang dapat dilihat dari berbagai sisi, yaitu berdasarkan fokus pasar, proses cepat, service quality, keamanan dan kenyamanan, IT yang terintegrasi, hubungan interpersonal. Adapun pesaing Bank Riau yang berada di Pekanbaru adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Nasional Indonesia Analisis Kompetitif (Model Lima Kekuatan Porter) Menurut Michael Porter yang terdapat dalam Buku Strategic Management (David, p130), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas Lima Kekuatan Porter (Porter s Five-Force Model) yang ditunjukkan seperti pada gambar 4.3 dibawah ini. Kekuatan Tawar- Menawar Pemasok PT. Multipolar (Bank Vision) Ancaman Pendatang Baru Bank Jabar Persaingan Antar Perusahaan Sejenis BNI, Bank Mandiri, BRI Kekuatan Tawar- Menawar Konsumen Para nasabah, perusahaan atau instansi yang bekerjasama dengan Bank Riau Ancaman Produk Substitusi Pegadaian, lembaga keuangan non-bank lainnya. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.3 Model Lima Kekuatan PORTER

41 147 Berikut ini penjelasan lima kekuatan Porter pada Bank Riau: a. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli/Konsumen (The Bargaining Power of Customers) Pada Bank Riau, terdapat beberapa pihak yang dapat disebut sebagai konsumen, seperti: a) Para nasabah, dimana para nasabah tersebut berperan sebagai power Bank Riau untuk menaikkan posisi Bank Riau di dalam industri perbankan. Saat ini nasabah Bank Riau sudah tersebar di seluruh wilayah Riau dan Kepri. b) Perusahaan atau instansi yang bekerjasama dengan Bank Riau, merupakan konsumen utama yang ingin bekerjasama dalam jasa perbankan. Dimana perusahaan atau instansi ini merupakan salah satu sumber profit bagi Bank Riau. Dalam hal ini, konsumen Bank Riau memiliki kekuatan yang lebih besar dari bank pesaing. Hal ini dikarenakan produk dan layanan yang dibeli oleh kelompok dari industri ini adalah produk/layanan standard dan bukan merupakan produk untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) sehingga konsumen Bank Riau dapat mencari alternatif lain yang lebih baik. Selain itu, konsumen (khususnya perusahaan atau instansi yang bekerjasama dengan Bank Riau) juga memperoleh laba yang tidak begitu besar sehingga memungkinkan untuk mengurangi kerjasama dengan Bank Riau. Hal ini dikarenakan produk/layanan Bank Riau tersebut kadang kala dapat dinilai tidak terlalu penting bagi kualitas produk atau jasa di pembeli (perusahaan atau instansi yang bekerjasama).

42 148 b. Persaingan antar Perusahaan Sejenis (The Jockeying Among Current Rivalry) Bank Riau menawarkan suatu produk dari segi konsumer berupa produk kredit kendaraan bermotor (KKB), produk tabungan sinar belia, produk tabungan sinar pendidikan, produk kredit modal kerja (KMK) bagi developer atau pengembang, produk tabungan sinar, produk kredit pemilikan rumah (KPR). Bank Riau saat ini bersaing dengan bank-bank yang jaringan kantornya sampai ke daerah-daerah terpencil di daerah Riau dan Kepri, seperti BNI, BRI, Bank Mandiri. c. Kekuatan Tawar-Menawar Penjual/Pemasok (The Bargaining Power of Supplier) Bank Riau bergerak dalam industri perbankan Indonesia, khususnya di daerah Riau dan Kepri. Dimana untuk menyediakan teknologi informasi yang diperlukannya, Bank Riau sejak Oktober 2006 bekerjasama dengan pemasok utama yaitu, PT. Multipolar yang menyediakan pelayanan untuk sistem inti dari perbankan/core banking pada Bank Riau. Bank Riau menggunakan sistem Bank Vision yang di dalamnya terdapat modulmodul untuk aplikasi dioperasikan dan digunakan untuk mendukung organisasi bisnis yang digunakan oleh front-liners yaitu, teller dan customer service untuk melayani para nasabah. Adapun modul-modul yang terdapat pada bank vision adalah: Modul XAS (Xcross Application System) Modul DDS (Demand Deposit System) Modul CIS (Customer Information System) Modul LNS (Loan System) Modul GLS (General Ledger System) Modul TDS (Time Deposit System)

43 149 d. Ancaman Pendatang Baru (Threat Entry of New Comers) Bagi pendatang baru, potensi untuk memasuki industri perbankan di Riau dan Kepri, khususnya di Pekanbaru cukup sulit. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya pengetahuan khusus mengenai budaya yang terdapat pada masyarakar Riau dan Kepri untuk dapat mengembangkan industri ini serta kreatifitas dan akses sumber daya yang substansial. Untuk daerah Pekanbaru, pendatang baru dalam industri perbankan adalah Bank Jabar. Namun, Bank Riau memiliki kekuatan dalam mempertahankan posisinya dari ancaman pendatang baru. Hal ini dikarenakan beberapa faktor dibawah ini: a) Skala Ekonomi (economies of scale) Performa ekonomi Indonesia selama kuartal I/2009 mencatat laju produk domestik bruto (PDB) sebesar 4.4%. Ini bisa menjadi salah satu pertanda bahwa tahun 2009 perekonomian Indonesia akan stabil dan beranjak naik. Situasi ini tentunya membuat dunia usaha semakin berkembang dan dunia perbankan akan semakin tumbuh. Tahun 2009 Bank Riau berhasil mendapatkan laba operasional (sebelum pajak) sekitar Rp. 330 miliar. Dari jumlah itu sebanyak 60% atau sekitar Rp. 198 miliar dari keuntungan berhasil diperuntukkan bagi pendapatan asli daerah (PAD), sedangkan sisanya akan menjadi modal perbankan. Untuk dapat tetap bertahan dan mampu bersaing dengan para kompetitor, Bank Riau menyempurnakan fasillitas teknologi, meningkatkan pelayanan dan memodifikasi produk yang menarik sehingga mempermudah transaksi bagi nasabah. Selain itu, dibutuhkan juga karyawan yang mengerti teknologi dengan

44 150 baik dan mampu menggunakan teknologi tersebut serta keahlian analisis yang mendalam tentang proses bisnis. b) Diferensiasi Produk/Jasa (product differentiation) Bank Riau menciptakan hambatan dengan memaksa pendatang baru untuk menghabiskan biaya yang besar guna memenangkan loyalitas konsumen. Dimana Bank Riau telah menjadi captive market untuk pegawai Pemda Riau dan Kepri. Hal ini dapat berjalan dengan baik karena kerjasama yang baik antara Pemda dan Bank Riau yang saling menguntungkan dibanding dengan para pesaing. Sehingga dengan begitu, Bank Riau dapat menumbuhkan identifikasi merek di benak para konsumennya. Hal ini merupakan hambatan masuk bagi pendatang baru karena pendatang baru harus melakukan usaha yang ekstra agar lebih unggul dibanding Bank Riau. c) Persyaratan Modal Untuk masuk ke dalam industri ini dibutuhkan dukungan/persyaratan modal yang cukup besar, dapat dilihat dari table kinerja Bank Riau selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 di bawah ini:

45 151 Tabel 4.8 Kinerja Bank Riau Sumber : Bank Riau Sehingga dengan begitu dapat dilihat bahwa Bank Riau memiliki sumber modal yang kuat untuk mendukung investasi-investasi yang akan dilakukannya di masa yang akan datang. d) Kerugian Biaya yang Tidak Diperngaruhi oleh Ukuran Perusahaan Bank Riau memiliki keunggulan biaya yang tidak dimiliki oleh calon pesaingnya, tanpa melihat ukuran dan skala ekonominya. Keunggulan ini berasal dari teknologi yang dimilikinya, akses terhadap sumber teknologi terbaik (khususnya adanya kerjasama yang erat antara Bank Riau dengan supplier utamanya, yaitu PT. Multipolar, adanya kerjasama dengan para pers dan media untuk pemasarannya serta faktor-faktor pendukung lainnya. Hal ini menyebabkan calon pendatang baru yang ingin bersaing dengan Bank Riau harus melakukan strategi yang lebih baik lagi daripada Bank Riau. e) Akses terhadap Saluran Distribusi Dalam hal saluran distribusi, Bank Riau telah memiliki nasabah yang berasal dari masyarakat dan Pemda Riau dan Kepri. Dimana para nasabah ini boleh dikatakan

46 152 loyal terhadap Bank Riau. Hal ini dibuktikan dari meningkatnya jumlah nasabah yang menandakan bahwa aktifitas para nasabah di Bank Riau semakin meningkat tiap bulannya, baik nasabah yang berasal dari Riau maupun dari Kepri. Oleh karena itu, Bank Riau memiliki saluran distribusi yang kuat dikarenakan para nasabah ini banyak yang merekomendasikan Bank Riau kepada teman-temannya. Sehingga bagi calon pendatang baru, untuk membangun industri ini harus menciptakan saluran distribusinya sendiri. f) Kebijakan Pemerintah Pemerintah dapat memegang peranan utama secara tidak langsung dengan mempengaruhi hambatan terhadap masuknya pendatang baru melalui pengendalian atas kondisi otonomi daerah, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia mengenai Otonomi Daerah Nomor 32 Pasal 24, yang memiliki inti pemberian hak dan kewajiban bagi pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi serta berbagai peraturan lainnya. Sehingga dengan begitu, bagi pendatang baru yang ingin masuk ke industri ini harus benar-benar berpikir dua kali lipat jika ingin berhasil. e. Ancaman Produk Substitusi (Threat of Substitution Product) Menurut Pearce dan Robinson (2008, p132), Produk-produk substitusi yang perlu diperhatikan secara strategis adalah produk-produk substitusi yang memiliki tren membaiknya kinerja harga dibandingkan dengan produk industri tersebut, diproduksi oleh industri yang memperoleh laba tinggi, dan faktor-faktor lainnya. Pada pembahasan ini akan dibatasi produk subsitusi yang dapat mengancam Bank Riau hanya pada segi consumer dimana pesaing dapat memanfaatkan peluang dari

47 153 konsumen untuk membangun suatu bisnis yang menjadi daya tarik bagi konsumen untuk memperoleh layanan perbankan yang terbaik, seperti produk kredit kendaraan bermotor, produk tabungan sinar belia, produk tabungan sinar pendidikan, produk kredit modal bagi developer, produk tabungan sinar, produk kredit pemilikan rumah. Produk subsitusi yang cukup berperan adalah Pegadaian dan lembaga keuangan nonbank lainnya. Dengan meningkatnya kebutuhan dana yang cepat, maka semakin marak pula layanan yang cepat dan mudah dalam proses peminjamanan uang atau dana yang diperlukan masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pegadaian hanya dengan membawa identitas dan bukti yang valid sebagai jaminan maka masyarakatpun dapat mudah dalam meminjam dana yang diperlukan tanpa harus menunggu lama. Meskipun terdapat produk substitusi yang dapat mengancam Bank Riau, namun Bank Riau masih tetap dapat mempertahankan kekuatannya, yaitu dengan cara menciptakan kemudahan-kemudahan dan kenyamanan dalam transaksi perbankan yang tidak berbelit-belit dan lebih inovatif dibandingkan dengan para pesaing yang menyediakan produk substitusi. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal dengan menggunakan pendekatan Analisis Remote Environment (Faktor Politik, Hukum, dan Pemerintah; Faktor Ekonomi; Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan; Faktor Teknologi; dan Faktor Kompetitif) serta Analisis Kompetitif (Model Lima Kekuatan Porter) dan disertai dengan melakukan wawancara kepada pihak manajemen perusahaan, maka dapat diidentifikasikan Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) Bank Riau dalam daftar terbatas yang berasal dari lingkungan luar (eksternal environment) yang dapat dilihat pada Tabel 4.9

48 154 O1 O2 O3 O4 O5 Tabel 4.9 Analisis Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Bank Riau Peluang (Opportunity) Kondisi otonomi daerah yang memberikan keuntungan terhadap pemerataan ekonomi sesuai dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi. Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per bulan) terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank. Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi) Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain (kartu kredit, kredit multiguna dan lainlain) Ancaman (Threat) T1 Perkembangan produk-produk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM. T2 Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan non-bank, yaitu jaringan sampai ke pelosok daerah terpencil. T3 Konsumen dapat beralih ke produk substitusi ( misalnya dengan adanya Pegadaian). T4 Semakin meningkatnya tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik (misalnya dengan adanya call banking, sms banking) T5 Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing Sumber: Hasil Wawancara dan Pengolahan Data Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation EFE Matrix) memungkinkan manajemen Bank Riau untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif. Dimana pada tabel 4.10 dibawah ini menunjukkan EFE Matrix pada perusahaan Bank Riau. Tabel 4.10 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE Matrix) Bank Riau Faktor-Faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot Peluang (Opportunity) 1. Kondisi otonomi daerah yang memberikan keuntungan terhadap pemerataan ekonomi sesuai dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per bulan)

49 155 terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank. 3. Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun. 4. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi) 5. Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain (kartu kredit, kredit multiguna dan lain-lain) Total Peluang Ancaman (Threat) 1. Perkembangan produk-produk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM. 2. Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan non-bank, yaitu jaringan sampai ke pelosok daerah terpencil. 3. Konsumen dapat beralih ke produk substitusi (misalnya dengan adanya Pegadaian). 4. Semakin meningkatnya tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik (misalnya dengan adanya call banking, sms banking) 5. Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing Total Ancaman Keterangan: Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa total dari evaluasi faktor eksternal berjumlah 2,6368. Total nilai tertimbang diatas rata-rata 2.5 mengindikasikan bahwa Bank Riau mampu merespon dengan baik peluang dan ancaman yang ada di industrinya. Peluang terpenting agar berhasil di bisnis ini adalah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi) yang memiliki bobot 0,1081 (peringkat 4) dan ancaman yang paling berarti adalah semakin meningkatnya tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik yang memiliki bobot

50 156 0,1374 (peringkat 2). Skor bobot sebesar 2,6368 yang berarti diatas rata-rata (titik tengah 2,5) sehingga bisnis perbankan dari segi konsumer ini dapat dikatakan berhasil karena mampu menarik keuntungan dari peluang eksternal dan menghindari ancaman yang menghadang Bank Riau. Gambar 4.4 dibawah ini menunjukkan data hasil olahan menggunakan software 123ahp untuk mengolah hasil wawancara dengan Direktur Konsumer & Mikro mengenai peluang dan ancaman dari faktor eksternal perusahaan. Sumber: Gambar 4.4 Bobot Peluang dan Ancaman Eksternal Bank Riau Lingkungan internal Fungsi-fungsi Manajemen a. Pemasaran Pada Bank Riau, pemasaran yang dilakukan dalam rangka menjadi bank daerah yang terbaik dengan menyediakan layanan dan inovasi produk yang tersegmen. Oleh

51 157 karena itu diperlukan strategi persaingan yang tepat melalui diferensiasi, penyempurnaan infrastruktur dan budaya kerja yang berkualitas tinggi. 1. Sasaran (Target) Pemasaran Target pemasaran dari Bank Riau adalah berfokus pada pengembangan potensi ekonomi kerakyatan, mikro kecil dan menengah sehingga pangsa pasar Bank Riau menjadi lebih besar dan mengarah serta mengakar ke seluruh lapisan masyarakat. 2. Strategi Pemasaran Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Bank Riau, yaitu promosi yang konsisten secara above the line dan below the line. Strategi promosi above the line dilakukan dengan cara periklanan, seperti Bank Riau memasang iklan di TV, memasang iklan di majalah, memasang iklan di baliho memasang banner iklan di website-website lain, serta menyebarkan flyer-flyer. Sedangkan strategi promosi bellow the line dilakukan dengan mengadakan acara-acara/kegiatan-kegiatan, salah satunya adalah customer gathering seperti bakti sosial dan lainnya. b. Keuangan/Akuntansi i. Pendapatan Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Riau, sampai dengan Desember 2009, Bank Riau mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp.1,294 miliar dari anggaran sebesar Rp.1,469 miliar yang ditargetkan atau sebesar 88,10% dari pencapaian. ii. Biaya Total biaya yang dikeluarkan sampai dengan 31 Desember 2009 tercatat sebesar Rp.963 miliar atau lebih besar jika dibandingkan dengan periode

52 158 yang sama tahun 2008 sebesar Rp.784,53 miliar. Jika dibandingkan dengan pencapaian target tahun 2009 maka biaya telah mencapai 87,37% dari target. Ini menunjukkan bahwa Bank Riau mampu melakukan efisiensi secara efektif walaupun terjadi tekanan biaya antara lain disebabkan oleh meningkatnya beban operasional, seperti biaya umum dan administrasi, yaitu: promosi usaha, keperluan kantor, premi asuransi dan lain sebagainya. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja lebih banyak disebabkan oleh peningkatan gaji dan tunjangan, pendidikan dan pelatihan, jasa produksi, dan lain-lain. iii. Laba Laba yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2009 tercatat sebesar Rp.330,89 miliar sebelum pajak, atau lebih kecil jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp.401,49 miliar. Jika dibandingkan dengan pencapaian target tahun 2009 sebesar Rp.330,76 miliar maka laba telah mencapai 101,00% dari target. c. Produksi/Operasi Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, Bank Riau melakukan pengembangan usaha yang dijadikan stratregi jangka pendek, difokuskan pada peningkatan profitabilitas dan infrastruktur yang kuat sehingga mendukung ekspansi bisnis dan meningkatkan efisiensi melalui inisiatif yang diarahkan untuk : i. Melanjutkan pertumbuhan penyaluran kredit dengan fokus kepada segmen UMKM dan konsumer, secara selektif ditujukan pada sektor produktif. Target pertumbuhan kredit sebesar 53,68% dan rasio LDR sebesar 55,85%.

53 159 ii. Pertumbuhan DPK difokuskan pada dana non pemda dengan target pertumbuhan sebesar DPK sebesar Rp.2,15 triliun atau naik 19,00%. iii. Menyelaraskan TI untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan mengimplementasi MIS. iv. Memperkuat kemampuan SDM dengan penekanan pada peningkatan profesionalisme, produktifitas dan integritas SDM. v. Memperbaiki rasio pendapatan dan biaya. vi. Penyempurnaan pengawasan resiko kredit dan berkonsentrasi pada penagihan dan perbaikan struktur (collection and recovery). vii. Penyempurnaan organisasi dan manual internal perusahaan yang berhubungan dengan produk dan organisasi. viii. Pelaksanaan program perubahan yang penting secara bertahap dan berkesinambungan. Beberapa faktor penting yang menjadi perhatian dalam pengembangan bisnis Bank Riau adalah: i. Potensi stabilnya suku bunga, volatilitas nilai tukar dan gejolak perubahan harga minyak. ii. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit. iii. iv. Potensi meningkatnya kredit bermasalah. Persaingan pasar perbankan yang semakin ketat.

54 160 d. Sistem Informasi Manajemen Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan bagi semua keputusan manajerial. Sistem informasi yang terdapat pada Bank Riau menghubungkan pihak karyawan dengan pihak manajemen sehingga hal ini memudahkan mereka dalam berbagi informasi serta pemberian laporan yang cepat antara satu karyawan dengan karyawan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, Bank Riau menggunakan sistem aplikasi Exchange Mail yang berfungsi sebagai penghubung antara satu karyawan dengan karyawan lain dalam meningkatkan komunikasi di Bank Riau (melalui ataupun chating) Resource Based View (RBV) Dalam menganalisis lingkungan internal Bank Riau, digunakan pendekatan Resource Based View untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Bank Riau. Pendekatan RBV ini menekankan pada 3 kategori, yaitu: a. Sumber Daya Fisik (Aset Berwujud/tangible asset) Bank Riau memiliki keuntungan letak geografis di tengah kota serta saat ini Bank Riau sedang membangun Menara Bank Riau dengan biaya Rp 160 miliar sehingga lebih menunjang dalam industri perbankan. Untuk itu Bank Riau ingin tetap menjadi bank kebanggaan masyarakat Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dengan cara meningkatkan keunggulan kompetitifnya, seperti beroperasi di daerah yang sangat strategis. Serta memiliki jaringan distribusi (network) yang luas dan online. Selain itu, Bank Riau juga memiliki kecukupan modal yang baik dengan mendapat dukungan dari Pemda Riau dan Kepri sebagai pemegang saham sehingga menjadikan Bank Riau lebih unggul dibandingkan dengan para pesaingnya.

55 161 b. Sumber Daya Manusia (Aset tak Berwujud/intangible asset) Para karyawan yang bekerja di Bank Riau rata-rata memiliki pendidikan yang tinggi (rata-rata lulusan S1 dari berbagai universitas). Namun terdapat kelemahan di dalamnya, yaitu pengembangan SDM dan organisasi belum optimal sehingga kualitas SDM menjadi terbatas. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan Fee-Based masih rendah, kurangnya kemampuan karyawan dalam mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi yang belum optimal sehingga mengakibatkan tingkat kualitas pelayanan belum maksimal. c. Sumber Daya Organisasional (Kapabilitas Organisasional / organizational capabilities) Memiliki reputasi dan citra (image) yang baik menjadi sesuatu yang berharga untuk meningkatkan kompetensi di bisnis perbankan. Namun hal ini kurang didukung oleh strategi pemasaran yang belum terpadu, baik untuk produk dana maupun asset. Begitu pula dengan fitur produk yang masih terbatas. Setelah pengidentifikasian sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasional maka RBV menerapkan sekumpulan kriteria untuk menentukan sumber daya manakah yang merupakan kekuatan dan kelemahan Bank Riau serta sumber daya manakah yang merupakan sumber dari keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Bank Riau, maka akan dilakukan analisis sumber daya yang dimiliki perusahaan Bank Riau dengan menggunakan Resource-Based View yang akan dikemukakan pada table 4.11 dibawah ini.

56 162 Tabel 4.11 Analisis Resource-Based View (RBV) No Component (Resource/Capability) Valuable Rare Imperfectly imitable Nonsubtituable Competitive implications Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp (akhir tahun 2009) Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas) Melaksanakan Business process improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001) Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M- Banking Belum maksimalnya strategi marketing atau promosi yang dilakukan Sustained Competitive Advantage Sustained Competitive Advantage Sustained Competitive Advantage Temporary Competitive Advantage Temporary Competitive Advantage Competitive Disadvantage Competitive Disadvantage 8. Masih banyaknya complain dari nasabah Competitive Disadvantage Teknologi pendukung untuk memudahkan 9. pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada Informasi yang belum lengkap jika 10 dibandingkan dengan pesaing Sumber: Hasil Pengolahan Data Competitive Disadvantage Competitive Disadvantage Keterangan: Indikator-indikator empiris (empirical indicators): 1. Valuable (bernilai/penting), sumber daya harus dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan dan dapat memenuhi suatu kebutuhan pelanggan secara lebih baik dibandingkan dengan alternatif lain.

57 Rare (langka), sumber daya ini termasuk langka dan dikuasi oleh perusahaan dalam jumlah besar dan hanya sedikit pihak lain yang memiliki sumber data atau keahlian setingkat dengan yang perusahaan Bank Riau miliki. 3. Imperfectly imitable, susah untuk ditiru 4. Non-Subtituable, tidak ada barang pengganti untuk sumber daya ini Competitive Impications: 1. Competitive Disadvantage (kompetitif merugikan/kompetitif yang tidak terlalu membawa keunggulan bersaing bagi perusahaan) 2. Competitive Parity (kompetitif yang seimbang dengan perusahaan pesaing) 3. Temporary Competitive Advantage (keunggulan kompetitif sementara) 4. Sustained Competitive Advantage (keunggulan kompetitif yang berkelanjutan) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam lingkungan internal perusahaan dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen dan Resource-Based View, maka dapat diperoleh Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) Bank Riau yang ditunjukkan pada Tabel 4.12 S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 Tabel 4.12 Kekuatan dan Kelemahan Bank Riau (Faktor Internal) Kekuatan (Strength) Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp (akhir tahun 2009) Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas) Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001) Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online Kelemahan (Weakness) Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking Belum maksimalnya strategi marketing atau promosi yang dilakukan Masih banyaknya complain dari nasabah Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada

58 164 W5 Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing Sumber: Hasil Wawancara dan Pengolahan Data Matriks Evaluasi Faktor Internal Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation IFE Matrix) memungkinkan manajemen Bank Riau untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut yang ditunjukkan pada Tabel 4.13 Tabel 4.13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix) Bank Riau Faktor-Faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot Kekuatan (Strength) 1. Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar 2. Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp (akhir tahun 2009) 3. Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas) 4. Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001) 5. Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online Total Kekuatan Kelemahan (Weakness) 1. Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking 2. Belum maksimalnya strategi marketing/promosi yang dilakukan 3. Masih banyaknya complain dari nasabah 4. Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada 5. Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing Total Kelemahan Total Sumber: Hasil Wawancara dan Pengolahan Data

59 165 Keterangan: Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa total dari evaluasi faktor internal berjumlah 3,3963. Total nilai tertimbang diatas rata-rata 2,5 mengindikasikan bahwa Bank Riau memiliki posisi internal yang kuat. Faktor terpenting agar berhasil di bisnis ini adalah memiliki jaringan distribusi yang luas dan online yang memiliki bobot 0,2601 (peringkat 4). Dan Bank Riau sangat bermasalah dalam masih banyak complain dari nasabah yang memiliki bobot 0,0458 (peringkat 2). Skor bobot sebesar 3,3963 yang berarti diatas rata-rata (titik tengah 2,5) yang berarti bahwa adanya kesempatan yang baik dalam melakukan perbaikan dalam hal operasi, strategi, serta tingkat layanan (service) produk dan jasa Bank Riau. Gambar 4.5 dibawah ini menunjukkan data hasil olahan menggunakan software 123ahp untuk mengolah hasil wawancara dengan Direktur Konsumer & Mikro mengenai kekuatan dan kelemahan Bank Riau dari faktor internal perusahaan. Sumber: Gambar 4.5 Bobot Peluang dan Ancaman Internal Bank Riau

60 Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman(SWOT) Matriks SWOT merupakan alat pencocokan untuk membantu para manajer mengembangkan 4 jenis strategi, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT. Tabel 4.14 dibawah menggambarkan matriks SWOT untuk Bank Riau. Tabel 4.14 Matrik SWOT/TOWS Bank Riau Internal Eksternal Peluang (Opportunity) 1. Kondisi otonomi daerah yang memberikan keuntungan terhadap pemerataan ekonomi sesuai dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi. 2. Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per Kekuatan (Strength) 1. Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar 2. Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp (akhir tahun 2009) 3. Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas) 4. Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001) 5. Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online Strategi SO 1. Fokus pada pengembangan produk yang lebih baik, seperti menambah fitur-fitur untuk dapat lebih maksimal dalam melayani para nasabah (S1, S2, S4, S5, O4,O5) 2. Fokus pada nasabah yang ada saat ini dan calon nasabah yang baru (S1, S5, O2, O3) Kelemahan (Weakness) 1. Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking 2. Belum maksimalnya strategi marketing/promosi yang dilakukan 3. Masih banyaknya complain dari nasabah 4. Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada 5. Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing Strategi WO 1. Integrasi ke belakang dengan menggunakan outsourcing teknologi atas pengembangan aplikasi (W1, W4, W5, O4,O5) 2. Mengalokasikan dana untuk memberikan pendidikan atau pelatihan atau training bagi para manajer agar dapat meningkatkan kemampuan relationship unit bisnis

61 167 bulan) terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank. 3. Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun. 4. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi) 5. Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain (kartu kredit, kredit multiguna dan lain-lain) Ancaman (Threats) 1. Perkembangan produkproduk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM. 2. Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan nonbank, yaitu jaringan sampai ke pelosok daerah terpencil. 3. Konsumen dapat beralih ke produk substitusi (misalnya dengan adanya Pegadaian). 4. Semakin meningkatnya 3. Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis (S2, S3, S4, O1, O3, O4, O5) 4. Fokus pada peningkatan efisiensi operasional (S2, S3, O1, O2, O5) Strategi ST 1. Meningkatkan pelayanan nasabah (S1, S2, S4, T2, T3, T5) 2. Meningkatkan sumber daya manusia dan kapabilitas kompetitif (S2, S4, S5, T3, T4, T5) 3. Membuat perencanaan di awal untuk perubahanperubahan yang tidak diharapkan (S4, S5, T1, T2) 4. Menjadi sponsor dalam acara-acara yang digelar di Riau dan Kepri, sehingga meningkatkan brand image (W1,W2, O1, O2, O5) 3. Fokus pada pengembangan produk yang lebih baik (W1, W3, W5, O1, O4, O5) 4. Fokus pada pengembangan produk (W2, W3, W4, O1, O3, O5) Strategi WT 1. Penerapan teknologi yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif (misalnya sistem MIS untuk dapat meningkatkan kualitas layanan terhadap nasabah karena history dari semua nasabah sudah tertata dengan baik) (W2, W3, W5, T3, T5) 2. Fokus pada perencanaan dana investasi teknologi informasi (W4, W5, T2, T4) 3. Meningkatkan koordinasi antar divisi untuk penyediaan akses informasi yang lebih baik

62 168 tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik (misalnya dengan adanya call banking, sms banking) 5. Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Riau di masyarakat (S1, S2, S4, T3, T4, T5) (W3, W5, T1, T4) 4. Melakukan promosi dan strategi marketing (seperti dengan adanya hadiah-hadiah setiap ada event tertentu, misalnya saat peringatan berdirinya Bank Riau, setiap awal tahun, dan lain-lain) (W2, W5, T3, T5) Matriks Internal-Eksternal (IE) Berdasarkan analisis faktor Internal dan Eksternal pada Bank Riau, maka diperoleh skor bobot total untuk Internal Faktor Evaluation (IFE) adalah 3,3963 dan skor bobot total untuk Eksternal Faktor Evaluation (EFE) adalah 2,6368. Sehingga untuk analisis Matrik Internal-Eksternal, Bank Riau berada pada posisi sel ke II yaitu Tumbuh & Membangun. Berdasarkan data yang diperoleh, Bank Riau dapat melakukan strategi untuk melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi atau Bank Riau dapat melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah. Gambar 4.6 dibawah memperlihatkan posisi Internal dan Eksternal Bank Riau dalam Matriks Internal-Eksternal (IE).

63 169 SKOR BOBOT TOTAL IFE KUAT SEDANG LEMAH 3,0 hingga 4,0 2,0 hingga 2,99 1,0 hingga 1,99 TINGGI 3,0 hingga 4, I II III TUMBUH & TUMBUH & MENJAGA & MEMBANGUN MEMBANGUN MEMPERTAHANKAN SKOR BOBOT TOTAL EFE SEDANG 2,0 hingga 2,99 3 IV V VI TUMBUH MEMBANGUN & MENJAGA & MEMPERTAHANKAN PANEN DIVESTASI 2 VII VIII IX RENDAH 1,0 hingga MENJAGA & PANEN ATAU PANEN 1,99 MEMPERTAHANKAN DIVESTASI DIVESTASI 1 Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.6 Matriks Internal Eksternal (IE Matrix) ATAU ATAU Adapun alternatif strategi yang dapat diterapkan Bank Riau yang berupa melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi, terdiri dari: a. Fokus pada pengembangan produk yang lebih baik Hal ini merupakan strategi pengembangan produk yang dapat dilakukan oleh Bank Riau. Salah satunya adalah dengan cara melakukan investasi-investasi teknologi informasi untuk menyediakan sarana dan akses yang lebih baik untuk user (baik untuk karyawan Bank Riau maupun untuk para direktur). Misalnya Bank Riau membangun aplikasi Business Intelligent sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai pengambilan keputusan manajerial untuk pengembangan produk. Selain itu, Bank Riau dapat menggunakan kekuatannya untuk memperoleh peluang yang lebih baik. Misalnya dengan adanya kekuatan dalam melaksanakan

64 170 Business Process Improvement, sehingga Bank Riau dapat memanfaatkan kekuatan ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan produknya. b. Fokus pada nasabah yang ada saat ini dan calon nasabah yang baru Hal ini merupakan salah satu bentuk strategi Integrasi ke Depan, dimana Bank Riau berfokus pada kepuasan nasabah yang ada saat ini maupun calon nasabah untuk meningkatkan loyalitas mereka dengan cara memberi kepuasan akan produk/jasa dan service secara langsung. Salah satunya dengan cara mengadakan event Tabungan Berhadiah untuk menarik minat para nasabah dalam melakukan aktivitas/transaksi perbankan di Bank Riau. Apabila nasabah melakukan banyak aktivitas/transaksi perbankan (menabung) di Bank Riau, maka nasabah tersebut akan semakin banyak memperoleh undian dari tabungan berhadiah yang memiliki berbagai macam pilihan hadiah yang disediakan oleh Bank Riau. c. Fokus pada pengembangan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Dimana Bank Riau dapat mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis dengan mengadakan pelatihan, kursus atau training sehingga para manajer unit bisnis dapat mengetahui kebutuhan para nasabah melalui informasi yang tepat dan akurat. Hal ini dapat memberikan keuntungan (meningkatkan profit Bank Riau) karena kepuasan, loyalitas dan transaksi perbankan nasabah merupakan salah satu sumber profit perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya. d. Fokus pada peningkatan efisiensi operasional Bank Riau dapat melakukan pengembangan investasi teknologi informasi diperusahaannya yang bertujuan untuk menghilangkan redudansi proses-proses yang tidak perlu dan meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan Sumber Daya Manusia

65 171 (SDM) yang dimiliki oleh Bank Riau. Dengan adanya bantuan teknologi informasi, diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerja dari Bank Riau serta dapat menciptakan peningkatan efisiensi operasionalnya. Sedangkan altrenatif strategi yang berupa melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah terdiri dari: a. Melaksanakan diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah Dalam meningkatkan kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer maka Bank Riau melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan berdasarkan segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun. Bagi Upper Consumer yang dapat dikatakan sebagai nasabah priority, disediakan ruangan dan pelayanan khusus oleh Bank Riau. b. Menambah/mengadaptasi sumber daya dan kapabilitas kompetitif Dalam menjalankan bisnisnya Bank Riau bekerjasama dengan instansi dan perusahaan lain sehingga Bank Riau dapat mengadaptasi sumber daya dan kapabilitas kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan atau instansi tersebut. Sehingga dengan demikian, Bank Riau dapat menambah fasilitas serta teknologinya untuk memajukan kualitas Bank Riau. Adapun sumber daya yang dapat diadaptasi Bank Riau, misalnya sumber daya teknologi, sumber daya manusia, sumber daya material (keuangan), dan sumber daya-sumber daya lainnya.

66 172 c. Fokus pada pengembangan pasar di seluruh wilayah Riau dan Kepri Dengan melakukan kerjasama dengan instansi atau perusahaan lain, maka diharapkan Bank Riau dapat memperbaiki kualitas strategi marketingnya/promosi serta dapat melakukan pengembangan pasar di seluruh Riau dan Kepri. Misalnya Bank Riau dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan yang sudah terkenal sehingga Bank Riau pun dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk promosi Bank Riau Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) ini digunakan untuk menunjukkan strategi mana yang terbaik untuk diterapkan oleh Bank Riau. Matriks QSPM ini menggunakan input analisis dari faktor eksternal dan internal serta dari hasil pencocokan analisis Matriks SWOT dan Matriks IE untuk secara objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi alternatif yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam mengembangkan matriks QSPM terdapat alternatif-alternatif strategi yang berasal dari matriks SWOT dan matriks IE. Sehingga dalam pembahasan ini, akan diambil 2 alternatif strategi yang berasal dalam satu rangkaian eksklusif dimana mewakili dari semua alternatif strategi yang telah dirumuskan sebelumnya yang terdiri dari: a. Alternatif 1 (Melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi) Mencakup: fokus pada peningkatan jumlah nasabah, fokus pada pengembangan produk yang lebih baik, fokus pada pengembangan kemampuan relationship para manajer unit bisnis dan fokus pada peningkatan efisiensi operasional.

67 173 b. Alternatif 2 (Melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah) Mencakup: Melaksanakan diferensiasi pelayanan berdasarkan segmen konsumer, menambah/mengadaptasi sumber daya dan kapabilitas kompetitif, fokus pada pengembangan pasar di seluruh wilayah Riau dan Kepri. Pada tabel 4.15 dibawah ini akan dirumuskan kedua strategi inti yang mewakili semua alternatif pilihan yang berasal dari Matriks SWOT dan Matriks IE. Alternatif Strategi (QSPM untuk perusahaan Bank Riau) Tabel 4.15 Matriks QSPM untuk Bank Riau 1 Melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi 2 Melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah Faktor-Faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS Peluang (Opportunity) 1. Kondisi otonomi daerah yang memberikan keuntungan terhadap pemerataan ekonomi sesuai dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi. 2. Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per bulan) terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank. 3. Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen, yaitu segmen Lower Consumer, Middle Consumer, Upper Consumer. 4. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi) 5. Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain, seperti kartu kredit, kredit multiguna dan lain-lain. Ancaman (Threat)

68 Perkembangan produk-produk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM. 2. Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan non-bank, yaitu jaringan sampai ke pelosok daerah terpencil. 3. Konsumen dapat beralih ke produk substitusi (misalnya dengan adanya Pegadaian) 4. Semakin meningkatnya tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik (misalnya dengan adanya call banking, sms banking) 5. Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing ,00 Kekuatan (Strength) 1. Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp (akhir tahun 2009) Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas) Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001) Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online Kelemahan (Weakness) 1. Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking. 2. Belum maksimalnya strategi marketing/promosi yang dilakukan 3. Masih banyaknya complain dari nasabah 4. Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada

69 Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel 4.15 terdapat dua strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh Bank Riau, yaitu melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi serta melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah. Dari tabel tersebut diperoleh jumlah keseluruhan daya tarik total (TAS) sebesar 4,3341 untuk alternatif strategi pertama dan 3,1486 untuk alternatif strategi kedua yang mengindikasikan bahwa Bank Riau perlu melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi karena memiliki total daya tarik yang lebih besar dibandingkan melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah Arahan Strategi Bisnis Berdasarkan matriks QSPM yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh arahan strategi bisnis untuk melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi yang dapat digunakan oleh Bank Riau sebagai kerangka kerja dalam mendefinisikan tujuan dan sasaran perusahaan, seperti yang disajikan dalam Tabel 4.16

70 176 Tabel 4.16 Arahan Strategi Bank Riau Arahan Strategi Tujuan Metric Bobot a. Memberikan kepuasan kepada Jumlah nasabah 20 Meningkatkan jumlah nasabah 32% nasabah Jumlah aktivitas b. Meningkatkan loyalitas nasabah 12 perbankan para nasabah Jumlah nasabah yang a. Meningkatkan kualitas produk 13 Mengembangkan mengambil produk dan layanan Bank Riau produk yang lebih consumer Bank Riau 26% baik. Posisi Bank Riau di b. Meningkatkan Brand Image 13 Mengembangkan a. Meningkatkan profit kemampuan perusahaan relationship para b. Fokus pemberitahuan aktivitas manajer unit bisnis proses bisnis a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) b. Menghilangkan redudansi Meningkatkan proses yang tidak perlu dan efisiensi operasional penghematan sumber daya listrik (energi) Sumber:Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Rencana bisnis yang dimiliki oleh Bank Riau yaitu: a. Meningkatkan jumlah nasabah (bobot 32%) industri Tingkat kenaikan profit setiap bulan atau tahun 12 Kinerja satuan bisnis unit 12 Indeks Prestasi Kerja Waktu proses bisnis (pengolahan data dan informasi) Nasabah dan kepercayaan merupakan hal yang paling penting dalam menentukan kesuksesan sebuah bank. Dengan pemenuhan kebutuhan nasabah yang lebih baik lagi, diharapkan dapat meningkatkan kepuasan nasabah dan para nasabah dapat menjadi lebih loyal terhadap Bank Riau. Hal ini dapat diukur dengan melihat peningkatan jumlah nasabah serta jumlah transaksi keuangan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan produk dan layanan dari Bank Riau. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Bank Riau yaitu dengan mengadakan acara Gathering serta meningkatkan fitur-fitur yang memudahkan transaksi keuangan dari nasabah Bank Riau. Peningkatan fitur-fitur salah satunya dapat dilakukan dengan menyediakan/membangun aplikasi yang dapat melayani transaksi nasabah melalui % 18%

71 177 handphone sehingga dengan begitu nasabah dapat melakukan transaksi keuangan melalui handphone secara langsung (application mobile). Untuk memudahkan Bank Riau melakukan pemasaran aplikasi yang telah dibangun, maka Bank Riau dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi (operator telephone) yang ada di Indonesia (misalnya salah satunya Telkomsel) dan perusahan-perusahaan komunikasi lainnya. b. Mengembangkan produk yang lebih baik (bobot 26%) Peningkatan jumlah transaksi keuangan oleh nasabah Bank Riau dan posisi Bank Riau di industri memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan bisnis Bank Riau. Salah satu caranya adalah dengan memberikan layanan dan produk yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan brand image Bank Riau di masyarakat. c. Mengembangkan kemampuan relationship para manjer unit bisnis (bobot 24%) Kemampuan relationship para manajer unit bisnis merupakan salah satu sumber pemasukan (profit) bagi Bank Riau. Saat ini, produk konsumer dari satuan bisnis unit berupa produk dan layanan, yaitu produk kredit kendaraan bermotor (KKB), produk tabungan sinar belia, produk tabungan sinar pendidikan, produk kredit modal kerja (KMK) bagi developer atau pengembang, produk tabungan sinar, produk kredit pemilikan rumah (KPR). Dengan adanya produk-produk konsumer di Bank Riau, nasabah dapat memilih produk yang mereka butuhkan sehingga dengan begitu nasabah dapat meningkat setiap bulannya atau setiap tahunnya dan secara tidak langsung profit Bank Riau akan meningkat juga.

72 178 d. Meningkatkan efisiensi operasional (bobot 18%) Peningkatan efisiensi operasional bertujuan untuk menghilangkan redudansi proses yang tidak perlu serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para karyawannya. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara melakukan investasi SI/TI yang mengintegrasikan seluruh proses dan memudahkan setiap pekerjaan yang ada serta melakukan proses-proses yang dapat menghemat sumber daya dan energi. Hal ini dapat diukur dari penghematan waktu proses bisnis (pengolahan data dan informasi) serta dari Indeks Prestasi Kerja (IPK) karyawan sehingga Bank Riau dapat mencapai keunggulan kompetitif dalam bersaing di industrinya Demand/Supply Planning Untuk menghubungkan rencana bisnis dengan rencana SI/TI maka harus melakukan Strategic Demand / Supply Planning dan Innovation Planning. Dimana Strategic Demand / Supply Planning dan Innovation Planning terkait dengan arahan strategis bisnis, agenda strategi SI/TI dan kebutuhan strategi SI/TI. Ada 2 perencanaan yang dilakukan untuk mengaitkan arahan strategi bisnis dengan perencanaan SI/TI yaitu: Demand menyatakan apa yang bisnis perlukan dari SI/TI. Demand berarti dibutuhkan dalam IT Plan dan tindakan untuk melaksanakan arahan strategi bisnis yang dapat digunakan untuk memberi kemampuan dan perubahan bisnis dalam mencapai hasil yang dibutuhkan. Supply menjelaskan bagaimana SI/TI dapat memenuhi kebutuhan demand. Supply berarti SI/TI dapat berinovasi dan berkontribusi pada arahan strategi bisnis yang baru.

73 179 Rencana Strategic Demand / Supply Planning menjamin bahwa pasokan / Supply konsisten dengan kebutuhan / Demand. Berikut adalah Demand/Supply planning pada Bank Riau: Arahan Strategi Tujuan Strategi Inisiatif Strategi Tabel 4.17 Demand / Supply Planning Meningkatkan Jumlah nasabah Demand Supply Perencanaan strategi Perencanaan strategi Konteks strategi bisnis untuk penggunaan SI/TI untuk pemasok SI/TI Meningkatkan jumlah nasabah a. Memberikan kepuasan kepada nasabah b. Meningkatkan loyalitas nasabah Mengembangkan layanan yang mampu mengetahui spesifikasi kebutuhan nasabah Sumber: Hasil Pengolahan Data Divisi Konsumer dan Komersial memiliki informasi yang lengkap mengenai target konsumen Memperoleh informasi yang akurat dan cepat untuk memenuhi kebutuhan nasabah Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan tempat penyimpanan data yang mampu menghasilkan data dan informasi yang akurat mengenai kebutuhan konsumen Membangun sistem aplikasi yang mampu mengindikasikan permintaan produk dari nasabah di masa mendatang Application mobile dengan menyediakan atau membangun aplikasi yang dapat melayani transaksi nasabah melalui handphone secara langsung. Tabel 4.18 Demand / Supply Planning Mengembangkan Produk yang Lebih Baik Demand Supply Perencanaan strategi Perencanaan strategi Konteks strategi bisnis untuk penggunaan untuk pemasok SI/TI SI/TI Arahan Strategi Tujuan Strategi Inisiatif Strategi Mengembangkan produk yang lebih baik c. Meningkatkan kualitas produk dan layanan Bank Riau d. Meningkatkan brand image Bank Riau di masyarakat Melakukan inovasi-inovasi yang berbeda dengan pesaing dan meningkatkan kualitas produk Mengetahui produk yang memiliki value yang besar (paling menguntungkan) dan market-nya luas Memperkenalkan produk baru yang berkualitas ke nasabah Meningkatkan aktivitas perbankan nasabah untuk menaikkan posisi/rating Bank Riau di industri perbankan Membangun sistem yang dapat mengukur intensitas produk yang paling laku (disukai nasabah) Mengembangkan aplikasi yang dapat meningkatkan kualitas produk dan penambahan fiturfitur baru yang menarik Membangun aplikasi Business Intelligent sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai pengambilan keputusan manajerial untuk meningkatkan kepuasan nasabah.

74 180 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4.19 Demand / Supply Planning Mengembangkan Kemampuan Relationship para Manajer Unit Bisnis Arahan Strategi Konteks strategi bisnis Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Demand Perencanaan strategi untuk penggunaan SI/TI Menyediakan layanan dan produk yang berkualitas bagi nasabah Supply Perencanaan strategi untuk pemasok SI/TI Mengembangkan aplikasi yang dapat memudahkan user dalam melayani para nasabah Tujuan Strategi Inisiatif Strategi a. Meningkatkan profit perusahaan b. Fokus pemberitahuan aktivitas proses bisnis Menyediakan fitur-fitur produk yang menarik dan berkualitas bagi para nasabah Sumber: Hasil Pengolahan Data Memperoleh informasi kebutuhan para nasabah Menyediakan laporan per periode yang dapat dikirim tepat waktu (secara otomatis) kepada manajer unit bisnis Meningkatkan keuntungan (profit) setiap bulan dan meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan sistem yang dapat men-tracking aktivitas user secara efektif dan akurat Membangun aplikasi Management Information System yang digunakan sebagai informasi dari history para nasabah. Arahan Strategi Tujuan Strategi Inisiatif Strategi Tabel 4.20 Demand / Supply Planning Meningkatkan Efisiensi Operasional Demand Supply Perencanaan strategi Perencanaan strategi Konteks strategi bisnis untuk penggunaan SI/TI untuk pemasok SI/TI Meningkatkan efisiensi operasional a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki b. Menghilangkan redudansi proses yang tidak perlu dan penghematan sumber daya listrik (energi) Melakukan pengembanganpengembangan investasi SI/TI yang diperlukan serta mengadakan training user secara berkala Sumber: Hasil Pengolahan Data Mengefisiensikan dan mengefektifkan proses bisnis Menjadikan aplikasi Exchange Mail sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi para user secara up to date Meningkatkan kerjasama antar user dalam melakukan proses bisnis dan penghematan biaya untuk mencapai keunggulan kompetitif Membangun sistem yang dapat mengintegrasikan semua proses kerja para user yang berkaitan Mengembangkan aplikasi Exchange Mail untuk meningkatkan komunikasi antar user serta memperoleh informasi lebih cepat dan akurat Mengimplementasi sistem Knowledge Management yang dapat digunakan sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengetahuan (knowledge) antar karyawan agar dapat meningkatkan kinerja mereka

75 Agenda strategi SI/TI untuk penggunaan teknologi (Strategic Agenda for IS/IT) Agenda strategi SI/TI merupakan hasil dari demand/supply planning yang tergolong dalam perencanaan strategi bisnis dalam penggunaan SI/TI, baik itu dari arahan strategi, tujuannya maupun inisiatif strateginya. Agenda Strategi SI/TI menyatakan apa yang diinginkan oleh bisnis untuk dilakukan dengan dukungan SI/TI. Agenda Strategi SI/TI digunakan untuk merencanakan apa saja yang akan dilakukan atau tahapan-tahapan kegiatan dalam memenuhi arahan strategi perusahaan. Berikut agenda strategi SI/TI Bank Riau berdasarkan arahan strategi masing-masing: 1. Agenda strategi untuk meningkatkan jumlah nasabah a. Divisi Konsumer dan Komersial memiliki informasi yang lengkap mengenai target nasabah b. Memperoleh informasi yang akurat dan cepat untuk memenuhi kebutuhan nasabah c. Meningkatkan jumlah nasabah 2. Agenda strategi untuk mengembangkan produk yang lebih baik a. Mengetahui produk yang memiliki value yang besar (paling menguntungkan) dan market-nya luas b. Memperkenalkan produk baru yang berkualitas ke masyarakat Riau c. Meningkatkan aktivitas nasabah untuk menaikkan posisi/rating Bank Riau di industri perbankan

76 Agenda strategi untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis a. Memperoleh informasi mengenai nasabah yang akurat b. Meningkatkan keuntungan (profit) setiap bulan dan meningkatkan jumlah nasabah 4. Agenda strategi untuk meningkatkan efisiensi operasional a. Mengefisiensikan dan mengefektifkan proses bisnis b. Menjadikan Exchange Mail sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi para user secara up to date c. Meningkatkan kerjasama antar user dalam melakukan proses bisnis d. Penghematan biaya untuk mencapai keunggulan kompetitif Perencanaan Strategi SI/TI Rencana strategi sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI) merupakan apa yang harus SI/TI lakukan untuk memenuhi permintaan dari strategi agenda SI/TI. Berdasarkan hasil demand/supply planning yang merupakan hasil dari pembahasan rencana strategi SI/TI dalam pembahasan sebelumnya diperoleh rencana strategi TI untuk Bank Riau sebagai berikut: 1. Rencana strategi SI/TI untuk meningkatkan jumlah nasabah Dalam mencapai peningkatan jumlah nasabah yang ada di Bank Riau, maka Bank Riau dapat meningkatkan pelayanan dengan menggunakan teknologi dengan poses transaksi yang cepat dan akurat. 2. Rencana strategi SI/TI untuk mengembangkan produk yang lebih baik

77 183 Hal yang dapat Bank Riau lakukan untuk meningkatkan loyalitas nasabah serta menaikkan posisi/rating Bank Riau di industri perbankan yaitu dengan menyediakan layanan dan produk yang menarik, salah satunya dengan cara membangun aplikasi Business Intelligent sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai pengambilan keputusan manajerial untuk meningkatkan kepuasan nasabah. 3. Rencana Strategi SI/TI Mengembangkan Kemampuan Relationship para Manajer Unit Bisnis Untuk meningkatkan keuntungan (profit) Bank Riau setiap bulan atau setiap tahunnya serta meningkatkan jumlah nasabah maka Bank Riau dapat membangun Membangun aplikasi Management Information System yang digunakan sebagai informasi dari history para nasabah. Sehingga dengan adanya MIS maka semua history nasabah tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus maupun ouput dari model matematika.output informasi digunakan oleh manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Sehingga nasabah Bank Riau semakin loyal serta meningkatkan profit bagi Bank Riau. 4. Rencana strategi untuk meningkatkan efisiensi operasional Untuk mengefisiensikan operasional dan penghematan biaya untuk mencapai keunggulan kompetitif, maka Bank Riau dapat mengimplementasi sistem Knowledge Management yang dapat digunakan sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengetahuan (knowledge) antar karyawan sehingga dengan begitu kinerja karyawan dapat meningkat dan dapat menciptakan proses yang efisien.

78 Innovation Proses inovasi dapat menggerakkan manajemen bisnis untuk menangkap kesempatan bisnis yang didukung oleh teknologi informasi sehingga keunggulan kompetitif perusahaan dapat diperoleh. Proses inovasi terdiri dari 4 komponen, antara lain: 1. Business and Technology Monitoring Mengenai apa saja perubahan yang mempengaruhi perusahaan dan berdampak bagi perusahaan baik secara teknologi maupun bisnis? a. Penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi dapat memudahkan direktur dan seluruh karyawan memonitor aktivitas nasabah dan mendapatkan informasi yang akurat dan cepat. b. Mengukur kinerja teknologi informasi secara berkala sehingga terdapat hubungan yang jelas antara kebutuhan bisnis, perencanaan teknologi, dan arahan strategi. c. Memudahkan setiap user (karyawan dan direktur Bank Riau) dalam menjalankan proses bisnis yaitu menghasilkan pelayanan dan produk yang memuaskan para nasabah serta meningkatkan profit perusahaan secara significant. d. Memudahkan Direktur Bank Riau untuk menganalisis kebutuhan masyarakat (khususnya nasabah) karena data dan proses saling terintegrasi dari setiap divisi sehingga memudahkan pengambilan data dan informasi yang dibutuhkan. e. Memungkinkan untuk meningkatkan kinerja melalui investasi teknologi baru yang ada sehingga perusahaan dapat meningkatkan keunggulan kompetitifnya.

79 Innovation Visioning Mengenai apa yang dapat dilakukan? a. Mengembangkan proyek online banking sebagai sarana untuk memudahkan nasabah dalam melaksanakan transaksi perbankan agar nasabah menjadi lebih loyal sehingga rating Bank Riau dapat meningkat b. Membangun aplikasi mobile banking untuk para nasabah melalui kerjasama dengan operator komunikasi ataupun handphone di Indonesia c. Membangun sistem pengetahuan bagi karyawan seperti sistem knowledge management (help desk). 3. Business Context and Choices Mengenai apa yang seharusnya perusahaan lakukan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perusahaan harus menentukan pilihan untuk investasi teknologi informasi yang mendukung arahan strategi bisnis, diantaranya: a. Merancang serta mengembangkan sistem aplikasi yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan meningkatkan loyalitas nasabah yang menghasilkan peningkatan profit b. Merancang sistem yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing departemen atau divisi yang dapat mempercepat proses bisnis c. Memberikan pelayanan yang optimal dan menyediakan solusi untuk pemecahan masalah 4. Actionable Innovation Membahas inovasi yang dilakukan oleh Bank Riau dengan mengajukan pertanyaan Apa yang akan perusahaan lakukan? diantaranya:

80 186 a. Membangun sebuah application Business Intelligent Dimana aplikasi ini berguna sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai pengambilan keputusan manajerial untuk meningkatkan kepuasan nasabah. b. Membuat sebuah aplikasi Management Information System Dimana aplikasi ini berguna sebagai informasi dari history para nasabah. Sehingga dengan adanya MIS maka semua history nasabah tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus maupun ouput dari model matematika.output informasi digunakan oleh manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Sehingga nasabah Bank Riau semakin loyal serta meningkatkan profit bagi Bank Riau. c. Membangun sistem Knowledge Management Yang berfungsi sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengetahuan (knowledge) antar karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja mereka 4.6. Portfolio Lights-On Portfolio Lights-On merupakan aplikasi yang sudah ada, infrastruktur, service, dan manajemen. Portfolio Lights-On pada Bank Riau terdiri dari 4 bagian, yaitu: Portfolio aplikasi Pada Bank Riau terdapat beberapa aplikasi yang membantu perusahaan untuk memudahkan menjalankan segala aktivitas proses bisnis. Untuk aplikasi utama yang digunakan oleh user Bank Riau.

81 187 a) Aplikasi Modul XAS Tabel 4.21 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul XAS Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average / User 4,3 4,5 4,2 4,4 4,7 4,9 4,8 4,1 4,6 1,4 Average / Q 4,4 4,3 4,8 4,5 4,6 1,4 Score 4,4 4,7 3,0 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.22 Business Value Scorecard Modul XAS Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm

82 188 Bb Total 54,0 58,0 55,0 56,0 Average 4,5 4,9 4,6 4,7 Score 144,0 127,4 110,4 84,6 466,4 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio aplikasi Modul XAS: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.4 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3 Skor service adalah ( )/2 : 4.4 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.8 Accuracy (Keakuratan) : 4.5 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.7 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.6 Application Breadth : 1.4 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 3 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 466.4/100 = = 4.66 b) Aplikasi Modul DDS Tabel 4.23 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul DDS Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt

83 189 Rs Pt Ad Wj Sm Bb Average / User Average / Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.24 Business Value Scorecard Modul DDS Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio aplikasi Modul DDS: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.0 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.2 Skor service adalah ( )/2 : 4.1

84 190 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.6 Accuracy (Keakuratan) : 4.0 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.3 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.3 Application Breadth : 4.1 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.2 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 446.6/100 = = 4.47 c) Aplikasi Modul CIS Tabel 4.25 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul CIS Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average / User Average / Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data

85 191 Tabel 4.26 Business Value Scorecard Modul CIS Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio aplikasi Modul CIS: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.4 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.0 Skor service adalah ( )/2 : 4.2 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.1 Accuracy (Keakuratan) : 4.5 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.3

86 192 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 3.5 Application Breadth : 3.0 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 3.3 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 416.4/100 = = 4.16 d) Aplikasi Modul LNS Tabel 4.27 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul LNS Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth Hb Kh Fb Rn Average / User Average / Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.28 Business Value Scorecard Modul LNS Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Hb Kh Fb Rn Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data

87 193 Skor portfolio aplikasi Modul LNS: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.6 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.4 Skor service adalah ( )/2 : 4.5 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 3.9 Accuracy (Keakuratan) : 3.8 Skor Quality adalah ( )/2 : 3.9 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.5 Application Breadth : 1.8 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 3.2 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 398.8/100 = = 3.99 e) Aplikasi Modul GLS Tabel 4.29 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul GLS Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth Hb Kh Fb Rn Average / User Average / Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data

88 194 Tabel 4.30 Business Value Scorecard Modul GLS Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Hb Kh Fb Rn Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio aplikasi Modul GLS: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 3.9 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.4 Skor service adalah ( )/2 : 4.2 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 3.4 Accuracy (Keakuratan) : 3.7 Skor Quality adalah ( )/2 : 3.6 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.8 Application Breadth : 1.3 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 3.1 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 388.2/100 = = 3.88

89 195 f) Aplikasi Modul TDS Tabel 4.31 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul TDS Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt Rs Pt Ad Wj Sm Bb Average / User Average / Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.32 Business Value Scorecard Modul TDS Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Ad Wj Sm Bb Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data

90 196 Skor portfolio aplikasi Modul TDS: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.2 Responsiveness (Kecepatan respon) : 3.7 Skor service adalah ( )/2 : 3.9 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.0 Accuracy (Keakuratan) : 4.5 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.3 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 3.0 Application Breadth : 3.3 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 3.2 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 389.2/100 = = 3.89 Weigth Tabel 4.33 Weight Portfolio Aplikasi 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Modul XAS Modul DDS Modul CIS Modul LNS Modul GLS Modul TDS Sumber: Hasil kuesioner dan pengelohan data Unweight Tota Weight Total

91 197 Aplikasi Unit kerja Tabel 4.34 Portfolio Aplikasi Biaya (dalam jutaan Rp) Nilai penyelarasan Tingkat layanan Kualitas Intensitas penggunaan Ketergantungan Pengguna (Breadth) Modul XAS Teller dan CS Modul DDS Teller dan CS Modul CIS Teller dan CS Modul LNS Teller dan CS Modul GLS Teller dan CS Modul TDS Teller dan CS Sumber: Hasil Kuesioner Dan Pengolahan Data Portfolio infrastruktur Pada Bank Riau terdapat beberapa infrastruktur yang menunjang perusahaan dalam menggunakan aplikasi serta menjalankan proses bisnis, diantaranya terdiri dari hardware, software lisence, network atau jaringan komunikasi, dan server. a) Hardware Tabel 4.35 Hasil Kuesioner Infrastruktur Hardware Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Application Dependency Application Breadth An Mt Rs Pt

92 198 Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average/User Average/Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.36 Business Value Scorecard Hardware Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Total Average Score

93 199 Skor portfolio infrastruktur Hardware: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.4 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.5 Skor service adalah ( )/2 : 4.5 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 3.8 Accuracy (Keakuratan) : 4.1 Skor Quality adalah ( )/2 : 3.9 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.7 Application Breadth : 5.0 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.9 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 447/100 = 4.47 b) Software Lisence Software Responden Tabel 4.37 Hasil Kuesioner Infrastruktur Software Lisence Service Quality Usage Intensity Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average/User 3,8 3,9 4,1 4,4 4,3 4,1 4 4,2 4 3,8 Application Breadth Average/Q 3,8 4,3 4,2 4,1 4 3,8 Score 4,1 4,2 3,9 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data

94 200 Tabel 4.38 Business Value Scorecard Software Licence Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Total 52,0 56,0 50,0 57,0 Average 4,3 4,7 4,2 4,8 Score 137,6 122,2 100,8 86,4 447 Sumber: hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio infrastruktur Software License: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 3.8 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3 Skor service adalah ( )/2 : 4.1 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.2 Accuracy (Keakuratan) : 4.1 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.2 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.0 Application Breadth : 3.8 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 3.9

95 201 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 392.2/100 = = 3.92 c) Network atau Jaringan Komunikasi Tabel 4.39 Hasil Kuesioner Infrastruktur Network Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Dependency Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average/Us er Average/Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.40 Business Value Scorecard Network Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj

96 202 Sm Bb Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio infrastruktur Network : Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.2 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3 Skor service adalah ( )/2 : 4.3 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.4 Accuracy (Keakuratan) : 4.2 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.3 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.6 Application Breadth : 4.8 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.7 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 433.8/100 = = 4.34

97 203 d) Server Tabel 4.41 Hasil Kuesioner Infrastruktur Server Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average / User Average / Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.42 Business Value Scorecard Server Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm

98 204 Bb Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio infrastruktur Server : Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.2 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3 Skor service adalah ( )/2 : 4.3 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.1 Accuracy (Keakuratan) : 4.6 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.4 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.7 Application Breadth : 4.8 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.8 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 437.2/100 = = 4.37 Weigth Tabel 4.43 Weight Portfolio Infrastruktur 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Hardware Server Software license Network/Jaringan komunikasi Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Unweight total Weight total

99 205 Aplikasi Tabel 4.44 Portfolio Infrastruktur Unit kerja Biaya (dalam jutaan Rp) Nilai penyelarasan Tingkat layanan Kualitas Intensitas penggunaan Ketergantungan Pengguna (Breadth) Hardware Teller dan CS Software lisence Semua unit (Bank Riau) Network/Jaringan Semua unit Komunikasi (Bank Riau) Server Semua unit (Bank Riau) Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Portfolio service Pada Bank Riau terdapat beberapa service yang digunakan untuk menjalankan proses bisnis, diantaranya Exchange Mail yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antar karyawan dan Hardware and Software Maintenance yang berfungsi untuk merawat dan menyediakan fasilitas maintenance bagi hardware dan software yang digunakan oleh masing-masing staff (user) di Bank Riau. Serta security sebagai keamanan bagi informasi teknologi dan komunikasi user di Bank Riau. a) Exchange Mail Tabel 4.45 Hasil Kuesioner Exchange Mail Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn

100 206 Ad Wj Sm Bb Average/User Average/Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.46 Business Value Scorecard Exchange Mail Weight 32% 26% 24% 18% Mengembangkan Mengembangkan Meningkatkan Meningkatkan produk yang lebih kemampuan relationship jumlah nasabah efisiensi operasional baik para manager unit bisnis An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio service Exchange Mail : Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.2 Responsiveness (Kecepatan respon) : 3.9 Skor service adalah ( )/2 : 4.1

101 207 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 3.5 Accuracy (Keakuratan) : 3.6 Skor Quality adalah ( )/2 : 3.6 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 3.9 Application Breadth : 4.8 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.4 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 403.2/100 = = 4.03 b) Hardware and Software Maintenance Tabel 4.47 Hasil Kuesioner Hardware and Software Maintenance Service Quality Usage Intensity Responden Availabili Responsivene Application Application Functionality Accuracy ty ss Dependency Breadth Q 1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average / User 2 Average / Q Score 4, Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data

102 208 Tabel 4.48 Bussiness Value Scorecard Hardware and Software Maintenance Weight 32% 26% 24% 18% Mengembangkan Mengembangkan Meningkatkan Meningkatkan produk yang lebih kemampuan relationship efisiensi jumlah nasabah baik para manager unit bisnis operasional Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio service Hardware and Software Maintenance: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.3 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.2 Skor service adalah ( )/2 : 4.3 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.6 Accuracy (Keakuratan) : 4.4 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.5 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.5

103 209 Application Breadth : 4.7 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.6 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 448.8/100 = = 4.49 c) Security Tabel 4.49 Hasil Kuesioner Security Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average/User Average/Q Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.50 Business Value Scorecard Security Weight 32% 26% 24% 18% Mengembangkan Mengembangkan Meningkatkan Meningkatkan produk yang lebih kemampuan relationship para jumlah nasabah efisiensi operasional baik manager unit bisnis An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn

104 210 Ad Wj Sm Bb Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio Service Security : Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.3 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.6 Skor service adalah ( )/2 : 4.5 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.4 Accuracy (Keakuratan) : 4.5 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.5 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.4 Application Breadth : 4.8 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.6 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 446.2/100 = = 4.46

105 211 Tabel 4.51 Weight Portfolio Service Weigth 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Exchange mail Security Hardware Sofware maintanance Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Unweight total Weight total Aplikasi Unit kerja Tabel 4.52 Portfolio Service Biaya (dalam jutaan Rp) Nilai penyelarasan Tingkat layanan Kualitas Intensitas penggunaan Ketergantungan Pengguna (Breadth) Excahnge mail Semua unit (Bank Riau) Security Semua unit (Bank Riau) Hardware dan Software maintenance Semua unit (Bank Riau) Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Portfolio Manajemen Portfolio Manajemen yang terdapat pada Bank Riau terdiri dari Operational Budget Management dan Training program. a) Operational Budget Management Tabel 4.53 Hasil Kuesioner Operational Budget Management Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Hb Sm

106 212 Average / 4,3 4,3 4,7 4,7 4,7 3,7 4,7 4,3 5,0 1,3 User Average / 4,3 4,7 4,2 4,5 5,0 1,3 Q Score 4,5 4,3 3,2 Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.54 Business Value Scorecard Operational Budget Management Weight 32% 26% 24% 18% Mengembangkan Mengembangkan Meningkatkan Meningkatkan produk yang lebih kemampuan relationship jumlah nasabah efisiensi operasional baik para manager unit bisnis An Mt Rs Total 9,0 14,0 10,0 15,0 Average 3,0 4,7 3,3 5,0 Score 96,0 122,2 79, ,4 Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio manajemen Operational Budget Management: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.3 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.7 Skor service adalah ( )/2 : 4.5 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.2 Accuracy (Keakuratan) : 4.5 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.3 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 5.0 Application Breadth : 1.3 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 3.2 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 387.4/100 = = 3.87

107 213 b) Training program Tabel 4.55 Hasil Kuesioner Training program Service Quality Usage Intensity Responden Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Application Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Dependency Breadth An Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Average / User Average / Q Score Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.56 Business Value Scorecard Training Program Weight 32% 26% 24% 18% Mengembangkan Mengembangkan Meningkatkan Meningkatkan produk yang lebih kemampuan relationship jumlah nasabah efisiensi operasional baik para manager unit bisnis Mt Rs Pt Hb Kh Fb Rn Ad Wj Sm Bb Total

108 214 Average Score Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio manajemen Training program: Service (layanan) terbagi atas : Availability (ketersediaan) : 4.3 Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.2 Skor service adalah ( )/2 : 4.3 Quality (kualitas) terbagi atas : Functionality (fungsionalitas) : 4.6 Accuracy (Keakuratan) : 4.5 Skor Quality adalah ( )/2 : 4.6 Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas: Application Dependency : 4.5 Application Breadth : 4.3 Skor Usage Intensity adalah ( )/2 : 4.4 Penyelarasan Bisnis (Alignment): 412.6/100 = = 4.13 Tabel 4.57 Weight Portfolio Management 32% 26% 24% 18% Weigth Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Unweight Total Weight Total Operational Budget Management Training Program Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data

109 215 Tabel 4.58 Portfolio Management Intensitas Penggunaan Manajemen Unit kerja Biaya (dalam jutaan Rupiah)/tahun Nilai Penyelarasan Tingkat Layanan Kualitas Ketergantungan Pengguna (Breadth) Operational Budget Management Training Program Accounting & Finance Semua unit (Bank Riau) Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data 4.7 Prioritization Menurut Benson et al (2004, p142), Prioritization yaitu menganalisa dampak bisnis pada inisiatif TI dan memprioritaskannya berdasarkan arahan strategi (strategic intention). Teknik ini dilakukan untuk menilai manfaat dari setiap proyek yang akan dikembangkan oleh perusahaan. Adapun proyek-proyek yang akan dikembangkan oleh Bank Riau meliputi proyek aplikasi Business Intelligent, Management Information System, dan Knowledge Management. Penilaian manfaat ini akan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan proyek yang perlu diutamakan, dikembangkan, dan dilaksanakan serta proyek yang memberikan bottom-line impact yang terbaik bagi Bank Riau yang sesuai dengan arahan strategi bisnisnya Prioritization Scoring for Investment Project Untuk melakukan Prioritization IT pada Bank Riau, maka harus didasari oleh hubungan sebab-akibat dari inisiatif IT dengan arahan strategi Bank Riau. Masingmasing proyek yang akan dikembangkan oleh Bank Riau akan dilakukan perhitungan

110 216 dampak dan resiko (impact and risk) yang disesuaikan dengan arahan strategi Bank Riau. Perhitungan dampak (impact) digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak yang akan diperoleh Bank Riau dalam mengembangkan proyek yang akan dilakukannya di masa mendatang terhadap arahan strategi yang telah ditentukan. Sedangkan resiko digunakan sebagai dasar atas besarnya resiko dari masing-masing proyek. Hasil dari dampak dan resiko akan digunakan untuk memperoleh hasil terbaik mengenai proyek atas masing-masing penilaian dari manajer di Bank Riau sehingga pihak manajemen Bank Riau dapat memprioritaskan proyek yang memiliki dampak yang besar dan resiko yang lebih kecil sehingga investasi-investasi proyek yang akan dilakukan dapat menghasilkan return (tingkat pengembalian) yang lebih besar. Berikut ini adalah penilaian proyek yang akan dikembangkan dari masing-masing pihak yang terkait dengan arahan strategi Bank Riau. Tabel 4.59 Business Value Scorecard Proyek aplikasi Business Intelligent Responden 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional EZ Direktur Utama AZ Direktur Komersial & Syariah SA Direktur Konsumer & Mikro WM Direktur Operasional RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko Total Average

111 217 Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.60 Business Value Scorecard Proyek aplikasi Management Information System 32% 26% 24% 18% Responden Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional EZ Direktur Utama AZ Direktur Komersial & Syariah SA Direktur Konsumer & Mikro WM Direktur Operasional RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko Total Average Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.61 Business Value Scorecard Proyek aplikasi Knowledge Management Responden 32% 26% 24% 18% Meningkatkan jumlah Nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional EZ Direktur Utama SY Direktur Komersial & Syariah IR Direktur Konsumer & Mikro SB Direktur Operasional RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko Total Average

112 218 Score Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Risk assessment Menurut Benson et al (2004, p147), Penilaian resiko ini menerapkan tujuh kriteria resiko yaitu resiko proyek atau organisasi, ketidakpastian pendefinisian, ketidakpastian teknis, resiko infrastruktur sistem informasi, resiko teknis, resiko investasi, dan resiko manajemen proyek. Dalam penilaian resiko yang dilakukan, terdapat prinsip nilai yang tinggi berarti resikonya rendah dan menghasilkan potensi kesuksesan yang lebih besar (a higher number means lower risk, greater potential for success). Prinsip ini berarti bahwa pembobotan resiko yang dilakukan oleh setiap pihak yang terkait memberi arti bahwa bobot yang diberi nilai lebih tinggi akan menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi juga, demikian sebaliknya Portfolio proyek Portfolio Proyek merupakan perencanaan proyek-proyek sistem informasi yang bertujuan untuk mendukung arahan strategi perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif dalam industri perbankan. Berikut ini proyek-proyek yang akan dikembangkan oleh Bank Riau, diantaranya:

113 219 a) Proyek aplikasi Business Intelligent Tabel 4.62 Hasil Kuesioner Business Intelligent Nilai Resiko Responden Resiko proyek Ketidakpastian pendefinisian Ketidakpastian teknis Resiko Infrastruktur Resiko teknis Resiko investasi Resiko Manajemen Proyek EZ Direktur Utama SY Direktur Komersial & Syariah IR Direktur Konsumer & Mikro SB Direktur Operasional RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko Total Average Sumber: Hasil Kueosioner dan Pengolahan Data Nilai resiko terdiri atas : - Resiko proyek atau perusahaan = Ketidakpastian pendefinisian = 9 - Ketidakpastian teknis = Resiko infrastruktur SI = Resiko teknis TI = 9 - Resiko investasi = Resiko manajemen proyek = 9.4 Jumlah nilai resiko adalah: = 63.2 Dampak pada tujuan strategi berdasarkan Business Value Scorecard = Biaya = Rp

114 220 b) Proyek aplikasi Management Information System Tabel 4.63 Hasil Kuesioner Management Information System Nilai Resiko Responden Resiko proyek Ketidakpastian pendefinisian Ketidakpastian teknis Resiko Infrastruktur Resiko teknis Resiko investasi Resiko Manajemen Proyek EZ Direktur Utama SY Direktur Komersial & Syariah IR Direktur Konsumer & Mikro SB Direktur Operasional RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko Total Average Sumber: Hasil Kueosioner dan Pengolahan Data Nilai resiko terdiri atas : - Resiko proyek atau perusahaan = Ketidakpastian pendefinisian = Ketidakpastian teknis = Resiko infrastruktur SI = 9 - Resiko teknis TI = Resiko investasi = Resiko manajemen proyek = 8.4 Jumlah nilai resiko adalah: = 59.2 Dampak pada tujuan strategi berdasarkan Business Value Scorecard = 424 Biaya = Rp

115 221 c) Proyek aplikasi Knowledge Management Tabel 4.64 Hasil Kuesioner Knowledge Management Nilai Resiko Responden Resiko proyek Ketidakpastian pendefinisian Ketidakpastian teknis Resiko Infrastruktur Resiko teknis Resiko investasi Resiko Manajemen Proyek EZ Direktur Utama SY Direktur Komersial & Syariah IR Direktur Konsumer & Mikro SB Direktur Operasional RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko Total Average Sumber: Hasil Kueosioner dan Pengolahan Data Nilai resiko terdiri atas : - Resiko proyek atau perusahaan = Ketidakpastian pendefinisian = Ketidakpastian teknis = Resiko infrastruktur SI = 7 - Resiko teknis TI = Resiko investasi = Resiko manajemen proyek = 9.2 Jumlah nilai resiko adalah: = 59.4 Dampak pada tujuan strategi berdasarkan Business Value Scorecard = Biaya = Rp

116 222 Berdasarkan hasil perhitungan portfolio proyek yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan portfolio proyek yang akan ditampilkan pada tabel 4.65 dibawah ini. Nama Proyek Dampak (Impact) Resiko (Risk) Biaya (dalam jutaan Rupiah) Business Intelligent Management Information System Knowledge Management Sumber Bank Riau dan pengolahan data Analisis Resiko dan Dampak Terhadap Biaya Berdasarkan analisis hasil perhitungan terhadap dampak dan resiko pada masingmasing proyek yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh hasil yang ditunjukkan oleh bubble charts seperti yang digambarkan pada Gambar 4.7 di bawah ini. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.7 Analisis Dampak dan Resiko Terhadap Biaya

117 223 Keterangan: Bubble size mengindikasikan besarnya biaya yang diperlukan untuk pembangunan proyek yang terkait Alignment Menurut Benson et al (2004, p150), Teknik alignment digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lights-on bagi arahan strategi perusahaan serta Bank Riau dapat menganalisis dampak bisnis dari aktivitas TI yang dilakukan dalam portfolio. Berikut pembahasan alignment dari masing-masing portfolio Alignment Portfolio Aplikasi Alignment yang diperhatikan adalah alignment data aplikasi karena untuk memudahkan para manajer dalam melihat keterkaitan antara aplikasi dengan arahan strategi perusahaan. Data mengenai portfolio bidang SI/TI terhadap biaya untuk aplikasi terbesar merupakan salah satu hal yang menjadi dasar dalam analisis alignment data bagi perusahaan. Gambar 4.8 dibawah menunjukkan persentase aplikasi pada Bank Riau. Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.8 Persentase alignment portfolio aplikasi

118 224 Tabel 4.66 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan untuk alignment aplikasi. Tabel 4.66 Alignment Aplikasi 32% 26% 24% 18% Aplikasi Weight Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Unweighted Total Weighted Total (%) Nilai maks (%) Persentase Alignment Gap Nilai Sebenarnya XAS 25% % DDS 22% % CIS 16% % LNS 14% % GLS 12% % TDS 11% % Unweighted total Weighted Total (%) % 100% Nilai Maks (%) Persentase alignment Gap 26.45% 21.67% 19.68% 15.72% 83.52% Nilai sebenarnya % Sumber: Hasil Pengolahan Data Berikut ini keterangan tabel 4.66: Kolom weighted total Hasil dari kolom weighted total diperoleh dari perkalian antara kolom weight dengan unweighted total. Hasil dari Kolom weighted total yang vertikal diperoleh dari : Untuk modul XAS (25 * 18.7) = Untuk modul DDS (22 * 17.9) = Untuk modul CIS (16 * 16.6) = Untuk modul LNS (14 * 16.1) = Untuk modul GLS (12 * 15.6) = 187.2

119 225 Untuk modul TDS (11 * 15.7) = Hasil dari Kolom weighted total yang horizontal diperoleh dari : Untuk meningkatkan jumlah nasabah (32 * 24.8) = Untuk mengembangkan produk yang lebih baik (26 * 25) = 650 Untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis (24 * 24.6) = Untuk meningkatkan efisiensi operasional (18 * 26.2) = Kolom Nilai Maks Hasil dari Kolom nilai maks yang horizontal diperoleh dari : Nilai maks yang diperoleh dengan mengalikan nilai total dari 4 arahan strategi yang ada dengan nilai weight dari masing-masing aplikasi yaitu 20 dikali dengan weight, dengan nilai maks total adalah Hasil dari Kolom nilai maks yang vertikal diperoleh dari : Nilai maks yang diperoleh dengan mengalikan nilai total dari 6 aplikasi yang ada dengan nilai weight dari masing-masing arahan strategi yaitu 30 dikali dengan weight, dengan nilai maks total adalah Kolom persentase Hasil dari Kolom persentase yang vertikal diperoleh dari : Untuk modul XAS = ( 467.5/2000 ) * 100% = 23.38% Untuk modul DDS = ( 393.8/2000 ) * 100% = 19.69% Untuk modul CIS = ( 265.6/2000 ) * 100% = 13.28% Untuk modul LNS = ( 225.4/2000 ) * 100% = 11.27% Untuk modul GLS = ( 187.2/2000 ) * 100% = 9.36%

120 226 Untuk modul TDS = ( 172.7/2000 ) * 100% = 8.64% Untuk total persentase yang vertikal sebesar 85.62% Hasil dari kolom persentase yang horizontal diperoleh dari : Untuk meningkatkan jumlah nasabah = ( 793.6/3000 ) * 100% = % Untuk mengembangkan produk yang lebih baik = (650/3000 ) * 100% = 21.67% Untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis = ( 590.4/3000 ) * 100% = 19.68% Untuk meningkatkan efisiensi operasional = ( 471.6/3000 ) * 100% = 15.72% Untuk total persentase yang horizontal sebesar 83.52% Kolom Nilai Sebenarnya Hasil dari kolom nilai sebenarnya untuk vertikal diperoleh dari : Untuk modul XAS = ( 100/85.62 ) * 23.38% = 27.31% Untuk modul DDS = (100/85.62 ) * 19.69% = 22.99% Untuk modul CIS = (100/85.62 ) * 13.28% = 15.51% Untuk modul LNS = (100/85.62 ) * 11.27% = 13.16% Untuk modul GLS = (100/85.62 ) * 9.36% = 10.93% Untuk modul TDS = (100/85.62 ) * 8.64% = 10.10% Hasil dari Kolom persentase yang vertikal diperoleh dari : Untuk meningkatkan jumlah nasabah = ( 100/83.52 ) * 26.45% = %

121 227 Untuk mengembangkan produk yang lebih baik = (100/83.52 ) * 21.67% = 25.95% Untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis = (100/83.52 ) * 19.68% = 23.56% Untuk meningkatkan efisiensi operasional = (100/83.52 ) * 15.72% = 18.82% Gap Berdasarkan tabel 4.66 diperoleh gap horizontal dan gap vertikal sebagai berikut: o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada masing-masing modul aplikasi dalam perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase 85.62% dari keseluruhan 100%. Berikut penjabaran keterkaitan aplikasi perusahaan dengan arahan strategi perusahaan: Aplikasi modul XAS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 25% ternyata sebenarnya telah mencapai 27.31%% nilai penyelarasannya. Aplikasi modul DDS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 22% ternyata sebenarnya telah mencapai 22.99% nilai penyelarasannya. Aplikasi modul CIS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 16% ternyata sebenarnya baru mencapai 15.51% nilai penyelarasannya. Aplikasi modul LNS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 14% ternyata sebenarnya baru mencapai 13.16% nilai penyelarasannya.

122 228 Aplikasi modul GLS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 12 % ternyata sebenarnya baru mencapai 10.93% nilai penyelarasannya. Aplikasi modul TDS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 11% ternyata sebenarnya baru mencapai % nilai penyelarasannya. Untuk gap vertikal, aplikasi modul CIS, modul LNS, modul GLS, modul TDS masih kurang optimal, karena nilai sebenarnya belum sesuai dengan yang diharapkan (belum sesuai dengan target Bank Riau). o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara seluruh aplikasi pada Bank Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah dibuat pada saat awal penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang baik dengan persentase 83.52% dari keseluruhan 100%. Berikut penjabaran keterkaitan aplikasi terhadap strategi perusahaan: Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan jumlah nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 32% ternyata baru mencapai 31.67% nilai penyelarasannya. Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan produk yang lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 26% ternyata baru mencapai % nilai penyelarasannya. Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 24% ternyata baru mencapai 23.56% nilai penyelarasannya.

123 229 Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan efisiensi operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 18% ternyata sudah mencapai 18.82% nilai penyelarasannya. Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata aplikasi-aplikasi yang ada dalam perusahaan lebih difokuskan pada arahan strategi meningkatkan efisiensi operasional Alignment Portfolio Infrastruktur Alignment portfolio infrastruktur memungkinkan perusahaan untuk mengetahui keterkaitan infrastruktur dengan arahan strategi perusahaan. Gambar 4.9 dibawah menunjukkan persentase infrastruktur pada Bank Riau. Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.9 Persentase alignment portfolio infrastruktur Tabel 4.67 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan untuk alignment infrastuktur.

124 230 Tabel 4.67 Alignment Portfolio Infrastruktur 32% 26% 24 18% Infrastruktur Weight Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para Meningkatkan efisiensi operasional Unweighted Total Weighted Total (%) Nilai Maks (%) Persentase alignment Gap Nilai sebenarnya Hardware 31% % 32.15% Server 30% % 30.42% Software Licence 22% % 20.28% Network / 17% % 17.15% Jaringan komunikasi Unweighted Total Weighted Total % 100% (%) Nilai Maks (%) Persentase 25.60% 23.7% 19.20% 16.92% 85.51% alignment Gap Nilai sebenarnya 29.94% 27.82% 22.45% 19.79% 100% Sumber: Hasil Pengolahan Data Berikut ini keterangan dari tabel 4.67 : Gap Berdasarkan tabel 4.67 diperoleh gap vertikal dan gap horizontal yaitu: o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada masing-masing infrastruktur dalam perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang cukup baik dengan persentase % dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan infrastruktur perusahaan dengan arahan strategi perusahaan:

125 231 Infrastruktur hardware, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 31 % ternyata sebenarnya telah mencapai % nilai penyelarasannya. Infrastruktur server), yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 30 % ternyata sebenarnya telah mencapai % nilai penyelarasannya. Infrastruktur software license, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 22 % ternyata baru mencapai % nilai penyelarasannya. Infrastruktur Network/jaringan komunikasi, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 17 % ternyata sebenarnya telah mencapai % nilai penyelarasannya. Untuk gap vertikal yang terjadi ternyata nilai penyelarasan untuk software license masih kurang optimal, yaitu baru mencapai %. Secara keseluruhan infrastruktur yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan hasil wawancara telah berjalan cukup baik dan memiliki nilai penyelarasan yang cukup memuaskan serta hampir sesuai dengan target perusahaan. o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara seluruh infrastruktur pada Bank Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah dibuat pada saat awal penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase 85.51% dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan infrastruktur terhadap strategi perusahaan:

126 232 Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan jumlah nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 32% ternyata baru mencapai 29.94% nilai penyelarasannya. Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan produk yang lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 26 % ternyata sudah mencapai 27.82% nilai penyelarasannya. Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 24 % ternyata baru mencapai 22.45% nilai penyelarasannya. Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan efisiensi operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 18 % ternyata sudah mencapai % nilai penyelarasannya. Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata infrastruktur yang ada dalam Bank Riau lebih difokuskan pada arahan strategi mengembangkan produk yang lebih baik (27.82%) dan meningkatkan efisiensi operasional (19.79 %).

127 Alignment Portfolio Service Gambar 4.10 dibawah menunjukkan persentase service pada Bank Riau Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.10 Persentase alignment portfolio service Tabel 4.68 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan untuk alignment service. Tabel 4.68 Alignment Portfolio Service 32% 26% 24% 18% Service Weight Meningkatkan jumlah nasabah Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Unweighted Total Weighted Total (%) Nilai Maks (%) Persentase alignment Gap Nilai sebenarnya Exchange Mail 15% % 13.90% Security 50% % 50.30% Hardware & Software Maintenance Unweighted Total Weighted Total (%) Nilai Maks (%) 35% % 35.80% % 100%

128 234 Persentase 27.73% 22.53% 20.32% 15.96% 86.54% alignment Gap Nilai sebenarnya 32.04% 26.03% 23.49% 18.44% 100% Sumber: Hasil Pengolahan Data Berikut ini keterangan dari tabel 4.68 : Gap Berdasarkan tabel 4.68 diperoleh gap vertikal dan gap horizontal yaitu: o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada service yang diberikan perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase % dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan service perusahaan dengan arahan strategi perusahaan: Exchange mail, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 15 % ternyata baru mencapai 13.90% nilai penyelarasannya. Security, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 50 % ternyata sudah mencapai % nilai penyelarasannya. Hardware & Software Maintenance yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 35 % ternyata sudah mencapai 35.80% nilai penyelarasannya Untuk gap vertikal, Security (50.50%) dan Hardware & Software Maintenance (35.80%)sudah memenuhi target perusahaan, sedangkan untuk service Exchange Mail masih belum optimal. o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara service pada Bank Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah dibuat pada saat awal

129 235 penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase % dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan service terhadap strategi perusahaan: Service perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan jumlah nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 32 % ternyata sebenarnya sudah mencapai % nilai penyelarasannya. Service perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan produk yang lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 26% ternyata sebenarnya sudah mencapai % nilai penyelarasannya. Service perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 24 % ternyata baru mencapai % nilai penyelarasannya. Service perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan efisiensi operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 18 % ternyata sudah mencapai 18,44 % nilai penyelarasannya. Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata service perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis belum dapat memenuhi target perusahaan, sedangkan yang dapat memenuhi target perusahaan untuk saat ini adalah arahan strategi meningkatkan jumlah nasabah, mengembangkan produk yang lebih baik, dan meningkatkan efisiensi operasional.

130 Alignment Portfolio Manajemen Gambar 4.11 dibawah menunjukkan persentase manajemen pada Bank Riau Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.11 Persentase alignment portfolio manajemen Tabel 4.69 Alignment Portfolio Manajemen 32% 26% 24% 18% Manajemen Weight Meningkatkan jumlah adders Mengembangkan produk yang lebih baik Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis Meningkatkan efisiensi operasional Unweighted Total Weighted Total (%) Nilai Maks (%) Persentase alignment Gap Nilai sebenarnya Operational Budget Management Training program Unweighted Total 60% % 59.11% 40% % 40.89% Weighted Total (%) % 100% Nilai Maks (%) Persentase 22.72% 23.14% 17.04% 17.10% 80.00% alignment Gap Nilai sebenarnya % 21.30% 21.37% 100% Sumber: Hasil Pengolahan Data

131 237 Berikut ini keterangan dari tabel 4.69 : Gap Berdasarkan tabel 4.69 yang diatas diperoleh gap vertikal dan gap horizontal yaitu: o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada masing-masing manajemen dalam perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase 81.2% % dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan komponen portfolio manajemen perusahaan dengan arahan strategi perusahaan: Operational Budget Management, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 60 % ternyata sebenarnya baru mencapai 59.11% nilai penyelarasannya. Training program, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 40 % ternyata sudah mencapai % nilai penyelarasannya. Untuk gap vertikal yang terjadi ternyata nilai penyelarasan untuk Training program sudah memenuhi target perusahaan, yaitu sebesar 40.89%, sedangkan untuk Operational Budget Management masih belum optimal. o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara komponen portfolio manajemen pada Bank Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah dibuat pada saat awal penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase 80.00% dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan manajemen terhadap strategi perusahaan:

132 238 Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan jumlah nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 32 % ternyata baru mencapai 28.40% nilai penyelarasannya. Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan produk yang lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 26 % ternyata sudah mencapai % nilai penyelarasannya. Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 24 % ternyata baru mencapai 21,30 % nilai penyelarasannya. Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan efisiensi operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 18 % ternyata sudah mencapai % nilai penyelarasannya. Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata beberapa komponen dari portfolio manajemen sudah memenuhi target perusahaan, yaitu mengembangkan produk yang lebih baik (28.93 %) dan meningkatkan efisiensi operasional (21.37 %) serta terdapat juga beberapa portfolio manajemen yang masih belum dapat memenuhi target perusahaan yaitu meningkatkan jumlah nasabah dan mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis.

133 Analisis Persentase Biaya Persentase biaya dari masing-masing aplikasi, infrastruktur, service, manajemen (Lights-On) dan proyek dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini. Tabel 4.70 dibawah menunjukkan total biaya IT secara keseluruhan pada Bank Riau. Tabel 4.70 Total IT Cost pada Bank Riau Lights-On Biaya per tahun (dalam Rupiah) Aplikasi Infrastruktur Service Manajemen Total biaya Lights-on Proyek Business Intelligent Management Information System Knowledge Management Total biaya proyek Total biaya IT secara keseluruhan Sumber: Bank Riau Gambar 4.12 dibawah ini menunjukkan persentase biaya IT dalam bentuk diagram pie pada perusahaan Bank Riau Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.12 Persentase biaya IT secara keseluruhan pada Bank Riau

134 240 Berdasarkan gambar 4.12 dapat diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan untuk investasi teknologi informasi untuk Lights-On lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk proyek. Biaya yang dikeluarkan untuk investasi Lights-On mencapai 68% (Rp ) dan biaya investasi proyek sebesar 32% (Rp ). Berikut ini cara perhitungan persentase biaya IT: Lights-On : (Rp /Rp ) * 100% = 68 % Proyek : ( Rp /Rp ) * 100% = 32% Persentase Total Biaya Portfolio Lights-On Analisis terhadap portfolio Lights-On dilakukan dengan dukungan data portfolio dari semua sumber daya teknologi informasi, yaitu aplikasi, infrastruktur, manajemen, dan service yang sedang berjalan di Bank Riau. Pada tabel 4.71 dibawah ini menunjukkan biaya dari masing-masing Lights-On. Tabel 4.71 Biaya Lights-On Lights-On Biaya/tahun (dalam Rupiah) Aplikasi Modul XAS Modul DDS Modul CIS Modul LNS Modul GLS Modul TDS Total Infrastuktur Hardware Software License Network/Jaringan Komunikasi Server Total Service Exchange Mail Hardware & Software Maintenance Security Total Manajemen Operational Budget Management Training program

135 241 Total biaya Lights - On keseluruhan Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Total Gambar 4.13 dibawah ini menunjukkan perbandingan total biaya keseluruhan dari portfolio Lights-On. Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.13 Perbandingan total biaya Lights-on Keterangan: Perhitungan persentase untuk masing-masing aplikasi, infrastruktur, service, dan manajemen: Aplikasi: (Rp /Rp ) * 100% = 19.9= 20% Infrastruktur: (Rp /Rp ) * 100% = 46.6= 47% Service: (Rp /Rp ) * 100% = 22.8 = 23% Manajemen: (Rp /Rp ) * 100% = 10.4 = 10%

136 242 Berdasarkan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk infrastruktur merupakan biaya terbesar dari total biaya portfolio lights-on yakni dengan persentase sebesar 47% dan total biaya sebesar Rp Hal ini dikarenakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli aplikasi yang inovatif agar dapat menciptakan distinctive competitive (suatu keunggulan bersaing) dari para pesaingnya. Selain infrastruktur, service juga memiliki biaya terbesar kedua dalam portfolio lights-on dengan persentase 23% dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp Setelah itu, terdapat juga aplikasi yang memiliki persentase sebesar 20% dan total biaya sebesar Rp Dan untuk biaya yang paling kecil merupakan biaya manajemen yaitu sebesar 10% dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp Persentase Biaya Portfolio Aplikasi Gambar 4.14 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio aplikasi pada Bank Riau. Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.14 Persentase biaya portfolio aplikasi

137 243 Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing aplikasi: Modul XAS : (Rp /Rp ) * 100% = 24.2 = 24% Modul DDS : (Rp /Rp ) * 100% = 15.2 = 15% Modul CIS : (Rp /Rp ) * 100% = 15.6 = 16% Modul LNS : (Rp /Rp ) * 100% = 15.2 = 15% Modul GLS : (Rp /Rp ) * 100% = 15.5 = 16% Modul TDS : (Rp /Rp ) * 100% = 14.4 = 14% Berdasarkan gambar 4.14 diatas, dapat dilihat bahwa aplikasi yang memiliki nilai terbesar dalam menjalankan bisnis ini, yaitu modul XAS yang memiliki persentase sebesar 24% dengan total biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp Setelah itu, terdapat juga aplikasi lainnya yang tidak kalah penting, yaitu modul CIS dan modul GLS sebesar masing-masing 16% dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp dan Rp Kemudian terdapat aplikasi dari modul DDS dan modul LNS sebesar masing-masing 15% dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp dan Rp Kemudian terdapat aplikasi modul TDS sebesar 14% dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp

138 Persentase Biaya Portfolio Infrastruktur Gambar 4.15 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio infrastruktur pada Bank Riau. Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.15 Persentase biaya portfolio infrastruktur Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing infrastruktur: Hardware : (Rp /Rp ) * 100 = 6,9 = 7% Software License : (Rp / Rp ) * 100 = 42.2= 42% Network : (Rp / Rp ) * 100 = 2.1 = 2% Server : (Rp / Rp ) * 100 = 48.6 = 49% Berdasarkan gambar 4.15, dapat dilihat bahwa server menghabiskan biaya yang paling besar dengan persentase sebesar 49% dan total biaya Rp Hal ini berarti bahwa biaya yang diperlukan untuk menyediakan server pada Bank Riau sangat penting karena server merupakan salah satu infrastruktur utama dalam menjalankan segala

139 245 aplikasi pada proses bisnis perbankan Bank Riau. Kemudian, biaya terbesar kedua yaitu software license dengan persentase sebesar 42% dan total biaya Rp Selanjutnya biaya yang dikeluarkan untuk hardware sebesar 7% dengan total biaya Rp Dan biaya yang paling kecil dalam portfolio infrastruktur adalah network yaitu sebesar 2% dengan total biaya Rp /tahun Persentase Biaya Portfolio Service Gambar 4.16 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio service pada Bank Riau. Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.16 Persentase biaya portfolio Service Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing service: Exchange Mail (Rp /Rp ) * 100 = 16.6 = 17% Hardware & software maintenance (Rp /Rp ) * 100 = 72.8 = 73% Security (Rp /Rp ) * 100 = 10.4 = 10%

140 246 Berdasarkan gambar 4.16, dapat dilihat bahwa hardware & software maintenance menghabiskan biaya yang paling besar dengan persentase sebesar 73% dan total biaya Rp Hal ini dikarenakan dalam menjalankan bisnis ini, sering kali database/infrastruktur serta aplikasi lainnya selalu di update setiap saat agar informasi yang terdapat pada website Bank Riau selalu up to date. Sehingga dengan demikian, diperlukan biaya yang besar untuk me-maintenance hardware & software yang ada agar dapat mendukung proses bisnis yang berjalan. Sedangkan biaya lainnya yaitu Exchange Mail sebesar 17% dengan total biaya Rp yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antar para karyawan dan direktur pada Bank Riau. Biaya yang peling kecil adalah security sebesar Rp sebesar 10% Persentase Biaya Portfolio Manajemen Gambar 4.17 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio manajemen pada Bank Riau. Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.17 Persentase biaya portfolio Manajemen

141 247 Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing manajemen Bank Riau: Operational Budget Management (Rp /Rp ) * 100 = 71.4 = 71% Training program (Rp /Rp ) * 100 = 28.6 = 29% Berdasarkan gambar 4.17, dapat dilihat bahwa operasional budget management menghabiskan biaya yang paling besar dengan persentase sebesar 71% dan total biaya Rp Sedangkan biaya lainnya yaitu Training program sebesar 29% dengan total biaya Rp dimana biaya ini digunakan untuk memfasilitasi para karyawan melalui training-training yang dapat meningkatkan pengetahuan dan skill para karyawan Bank Riau serta meningkatkan kemampuan dalam menggunakan aplikasi dan infrastruktur baru yang digunakan pada Bank Riau.

142 Persentase Nilai Penyelarasan Strategi Gambar 4.18 Dibawah ini menunjukkan persentase nilai penyelarasan strategi Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.18 Persentase Nilai Penyelarasan Strategi

143 249 Berdasarkan gambar 4.18, dapat dilihat bahwa persentase nilai penyelarasan Lights-On cukup merata, yaitu berkisar antara 6.1% sampai 7.4%. Nilai penyelarasan tertinggi terdapat pada aplikasi XAS, yaitu sebesar 4.66 (7.4%). Sedangkan nilai penyelarasan terkecil terdapat pada aplikasi GLS, yaitu sebesar 3.88 (6.1%) dan juga terdapat pada operation budget management, yaitu sebesar 3.87 (6.15). Berikut rincian perhitungan nilai penyelarasan dengan persentase portfolio Lights-On: XAS = (4.66/63.13) * 100 = 7.4 % DDS = (4.47/63.13) * 100 = 7.1 % CIS = (4.16/63.13) * 100 = 6.6 % LNS = (3.99/63.13) * 100 = 6.3 % GLS = (3.88/63.13) * 100 = 6.1 % TDS = (3.89/63.13) * 100 = 6.2 % Hardware= (4.47/63.13) * 100 = 7.1 % Software License = (3.92/63.13) * 100 = 6.2 % Network = (4.34/63.13) * 100 = 6.9 % Server = (4.37/63.13) * 100 = 6.9 % Exchange Mail = (4.03/63.13) * 100 = 6.4 % Hardware & Software Maintanance = (4.49/63.13) * 100 = 7.1 % Security = (4.46/63.13) * 100 = 7.1 % Operation Budget Management = (3.87/63.13) * 100 = 6.1 % Training Program = (4.13/63.13) * 100 = 6.5 %

144 Analisis Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis (Alignment) dengan Kualitas (Quality) Lights-On Portfolio Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada Aplikasi Pada gambar 4.19 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan (alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada aplikasi yang berarti bahwa semakin tinggi nilai kualitas dan nilai penyelarasan suatu aplikasi, maka kinerja aplikasi tersebut semakin baik serta semakin sesuai dengan arahan strategi perusahaan. Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.19 Hubungan penyelarasan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Aplikasi

145 251 Berdasarkan diagram diatas, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai penyelarasan terhadap biaya aplikasi diatas, maka: Aplikasi XAS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.66 dan nilai kualitas sebesar 4.7 Aplikasi DDS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.47 dan nilai kualitas sebesar 4.3 Aplikasi CIS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.16 dan nilai kualitas sebesar 4.3 Aplikasi TDS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.89 dan nilai kualitas sebesar 4.3 Aplikasi LNS termasuk dalam kategori Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.99 dan nilai kualitas sebesar 3.9 Aplikasi GLS termasuk dalam kategori Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.88 dan nilai kualitas sebesar 3.6

146 Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada Infrastruktur Pada gambar 4.20 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan (alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada infrastruktur. Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.20 Hubungan Penyelarasan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Infrastruktur Berdasarkan gambar 4.20, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai penyelarasan terhadap biaya infrastuktur diatas, sebagai berikut: Infrastruktur Hardware termasuk dalam kategori Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.47 dan nilai kualitas sebesar 3.9 dengan total biaya sebesar Rp

147 253 Infrastruktur Software License termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.92 dan nilai kualitas sebesar 4.2 dengan total biaya sebesar Rp Infrastruktur Network termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.34 dan nilai kualitas sebesar 4.3 dengan total biaya sebesar Rp Infrastruktur Server termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.37 dan nilai kualitas sebesar 4.4 dengan total biaya sebesar Rp

148 Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada Service Pada gambar 4.21 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan (alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada service. Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.21 Hubungan Penyelarasan dengan kualitas (terhadap biaya) dan service Berdasarkan gambar 4.21, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai penyelarasan terhadap biaya service diatas, sebagai berikut: Exchange Mail termasuk dalam kategori Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.03 dan nilai kualitas sebesar 3.6 dengan total biaya sebesar Rp Hardware & software maintenance termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.49 dan nilai kualitas sebesar 4.5 dengan total biaya sebesar Rp

149 255 Security termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.46 dan nilai kualitas sebesar 4.5 dengan total biaya sebesar Rp Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada Manajemen Pada gambar 4.22 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan (alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada manajemen. Sumber : Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.22 Hubungan penyelarasan dengan kualitas (terhadap biaya) pada manajemen.

150 256 Berdasarkan gambar 4.22, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai penyelarasan terhadap biaya manajemen diatas, sebagai berikut: Operational budgeting management termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.87 dan nilai kualitas sebesar 4.3 dengan total biaya sebesar Rp Training program termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.13 dan nilai kualitas sebesar 4.6 dengan total biaya sebesar Rp Strategi Investasi Portfolio Berdasarkan Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas Gambar 4.23 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi total berdasarkan hubungan nilai penyelarasan strategis dengan kualitas. Sumber :Hasil Pengolahan Data Gambar 4.23 Strategi investasi total berdasarkan nilai penyelarasan dan kualitas terhadap biaya

151 257 Keterangan: Tabel 4.72 Keterangan Hubungan Penyelarasan dan Kualitas Aplikasi TI Berjalan Kategori Investasi Strategi Investasi Diabaikan (abandon) Aplikasi sebaiknya diabaikan Penyelarasan rendah Krisis (crisis) Penyelarasan tinggi (4,5) dan Kualitas hanya 2 atau kurang Tidak kritis, Stabil (noncritical, stabilize) Penyelarasan sedang (3) Peningkatan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) Penyelarasan tinggi (4,5) dan kualitas sedang (3) Memuaskan, Terkendali (excellent, monitor) Penyelarasan tinggi (4,5) Kualitas tinggi (4,5) Sumber: From Business Strategy to IT Action, 2004, p139 Aplikasi adalah kandidat investasi untuk meningkatkan kualitas, terutama aplikasi dengan penyelarasan yang tinggi. Mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan. Walaupun penyelarasan tinggi, kualitasnya biasa saja. Pengeluaran uang hanya jika darurat atau bila sumber daya habis. Mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitas. Pengeluaran uang untuk mempertahankan tingkat kualitas, namun investasi baru sepertinya tidak dibutuhkan. Gambar 4.23 menunjukkan bahwa portfolio Lights-On Bank Riau rata-rata berada pada kategori Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor) berdasarkan hubungan penyelarasan dan kualitasnya. Berikut perincian total biaya berdasarkan nilai penyelarasan dan kualitas: Untuk kategori Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor), memiliki total biaya sebesar Rp , yang terdiri dari: XAS (alignment = 4.66, quality = 4.7, biaya = Rp ) DDS (alignment = 4.47, quality = 4.3, biaya = Rp ) CIS (alignment = 4.16, quality = 4.3, biaya = Rp ) TDS (alignment = 3.89, quality = 4.3, biaya = Rp ) Software License (alignment = 3.92, quality = 4.2, biaya = Rp ) Network (alignment = 4.34, quality = 4.3, biaya = Rp ) Server (alignment = 4.37, quality = 4.4, biaya = Rp ) Security (alignment = 4.46, quality = 4.5, biaya = Rp )

152 258 Hardware & Software Maintanance (alignment = 4.49, quality = 4.5, biaya = Rp ) Operational Budget Management (alignment = 3.87, quality = 4.3, biaya = Rp ) Training Program (alignment = 4.13, quality = 4.6, biaya = Rp ) Untuk kategori Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed), memiliki total biaya sebesar Rp , yang terdiri dari: Hardware (alignment = 4.47, quality = 3.9, biaya = Rp ) Exchange Mail (alignment = 4.03, quality = 3.6, biaya = Rp ) Untuk kategori Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize), memiliki total biaya sebesar Rp , yang terdiri dari: LNS (alignment = 3.99, quality = 3.9, biaya = Rp ) GLS (alignment = 3.88, quality = 3.6, biaya = Rp ) Untuk kategori Krisis (Crisis) tidak ada Untuk kategori Diabaikan (Abdandon) tidak ada

153 Strategi Investasi Portfolio Kategori memuaskan, terkendali (excellent, monitor) Berdasarkan Penyelarasan dan Kualitas Gambar 4.24 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi memuaskan, terkendali berdasarkan penyelarasan dan kualitas. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.24 Strategi Investasi Portfolio kategori memuaskan, terkendali (excellent, monitor) berdasarkan penyelarasan dan kualitas Pada strategi investasi kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor) terdapat server yang memiliki biaya terbesar yakni Rp , kemudian terdapat software license sebesar Rp , hardware & software maintanance sebesar Rp , operational budget management sebesar Rp , aplikasi XAS sebesar Rp , aplikasi CIS sebesar Rp , aplikasi DDS sebesar Rp , training program sebesar Rp , aplikasi TDS sebesar

154 260 Rp , security sebesar Rp , network sebesar Rp Keadaan yang memuaskan dan terkendali menunjukkan bahwa Bank Riau perlu mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitas. Pengeluaran biaya untuk mempertahankan tingkat kualitas diperlukan, namun investasi baru sepertinya tidak dibutuhkan Strategi Investasi Portfolio Kategori ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) Berdasarkan Penyelarasan dan Kualitas Gambar 4.25 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi ditingkatkan hanya jika dibutuhkan berdasarkan penyelarasan dan kualitas. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.25 Strategi Investasi Portfolio kategori ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) berdasarkan penyelarasan dan kualitas Pada strategi investasi kategori Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) terdapat service Exchange Mail yang memiliki biaya terbesar yakni Rp , dengan biaya yang terkecil yakni infrastruktur Hardware sebesar Rp Keadaan yang ditingkatkan hanya jika dibutuhkan berdasarkan nilai

155 261 penyelarasan dan kualitas menunjukkan bahwa Bank Riau perlu mengontrol portfolio walau tingkat ketergantungannya tinggi, namun kualitasnya biasa saja. Pengeluaran biaya untuk portfolio ini diperlukan jika terjadi keadaan yang darurat ataupun sumber daya yang ada telah habis Strategi Investasi Portfolio Kategori tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize) Berdasarkan Penyelarasan dan Kualitas Gambar 4.26 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi tidak kritis, stabil berdasarkan penyelarasan dan kualitas. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.26 Strategi Investasi Portfolio kategori tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize) berdasarkan penyelarasan dan kualitas Pada strategi investasi kategori tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize) terdapat aplikasi GLS yang memiliki biaya terbesar sebesar Rp , dan biaya yang terkecil yakni aplikasi LNS yang memiliki biaya sebesar Rp Keadaan yang

156 262 tidak kritis, stabil berdasarkan nilai penyelarasan dan kualitas menunjukkan Bank Riau perlu mengeluarkan biaya sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan portfolio Persentase Tingkat Ketergantungan Strategi (Dependency) Gambar 4.27 dibawah ini menunjukkan persentase tingkat ketergantungan strategi. Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.27 Persentase Tingkat Ketergantungan Strategi

157 263 Berdasarkan gambar 4.27, dapat dilihat bahwa persentase tingkat ketergantungan Lights- On cukup merata, yaitu berkisar antara 4.7% sampai 7.7%. Tingkat ketergantungan (dependency) tertinggi terdapat pada operational budget management, yaitu sebesar 5.00 (7.7%). Sedangkan tingkat ketergantungan terkecil terdapat pada aplikasi TDS, yaitu sebesar 3.0 (4.7%). Berikut rincian perhitungan tingkat ketergantungan (dependency) dengan persentase portfolio Lights-On: XAS = (4.6/65) * 100 = 7.1% DDS = (4.3/65) * 100 = 6.6% CIS = (3.5/65) * 100 = 5.4% LNS = (4.5/65) * 100 = 6.9% GLS = (4.8/65) * 100 = 7.4% TDS = (3.0/65) * 100 = 4.7% Hardware = (4.7/65) * 100 = 7.2% Software License = (4.0/65) * 100 = 6.2% Network = (4.6/65) * 100 = 7.1% Server = (4.7/65) * 100 = 7.2% Hardware & Software Maintenance = (4.5/65) * 100 = 6.9% Security = (4.4/65) * 100 = 6.8% Operational Budget Management = (5.0/65) * 100 = 7.7% Training Program = (4.5/65) * 100 = 6.9% Exchange Mail = (3.9/65) * 100 = 6.0%

158 Analisis Hubungan Ketergantungan (Dependency) dengan Kualitas (Quality) terhadap Biaya Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya) Pada Aplikasi Gambar 4.28 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan kualitas (terhadap Biaya) pada Aplikasi. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.28 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Aplikasi

159 265 Berdasarkan gambar 4.28 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai ketergantungan terhadap biaya aplikasi diatas, maka: Aplikasi XAS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.6 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.7 Aplikasi DDS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.3 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.3 Aplikasi CIS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 3.5 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.3 Aplikasi TDS termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 3.0 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.3 Aplikasi LNS termasuk dalam kategori Ditingkatkan hanya jika diperlukan (improve only as needed), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.5 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.9 Aplikasi GLS termasuk dalam kategori Ditingkatkan hanya jika diperlukan (improve only as needed), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.8 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.6

160 Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya) Pada Infrastruktur Gambar 4.29 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan kualitas (terhadap Biaya) pada infrastruktur. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.29 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Infrastruktur Berdasarkan gambar 4.29 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai ketergantungan terhadap biaya infrastruktur diatas, maka: Infrastruktur Hardware termasuk dalam kategori Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.7 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.9

161 267 Infrastruktur Software license termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.0 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.2 Infrastruktur Network termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.6 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.3 Infrastruktur Server termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.7 dan nilai kualitas (quality) sebesar Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya) Pada Service Gambar 4.30 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan kualitas (terhadap Biaya) pada service. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.30 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Service

162 268 Berdasarkan gambar 4.30 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai ketergantungan terhadap biaya service diatas, maka: Hardware & software maintenance termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.5 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.5 Security termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.4 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.5 Exchange Mail termasuk dalam kategori Ditingkatkan hanya jika diperlukan (improve only as needed), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 3.9 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.6

163 Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya) Pada Manajemen Gambar 4.31 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan kualitas (terhadap Biaya) pada manajemen. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.31 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Manajemen Berdasarkan gambar 4.31 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai ketergantungan terhadap biaya manajemen diatas, maka: Operational Budget Management termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 5.0 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.3 Training program termasuk dalam kategori Memuaskan, terkendali (excellent, monitor), karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.5 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.6

164 Strategi Investasi Portfolio Berdasarkan Hubungan Ketergantungan dan Kualitas Gambar 4.32 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi total berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.32 Strategi investasi total Portfolio Lights-On berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas

165 271 Keterangan: Tabel 4.73 Keterangan Hubungan Ketergantungan dan Kualitas Aplikasi TI Berjalan Kategori Investasi Diabaikan (abandon) Ketergantungan rendah Krisis (crisis) Ketergantungan tinggi (4,5) dan Kualitas hanya 2 atau kurang Strategi Investasi Aplikasi sebaiknya diabaikan Aplikasi adalah kandidat investasi untuk meningkatkan kualitas, terutama aplikasi dengan Ketergantungan yang tinggi. Tidak kritis, Stabil (noncritical, stabilize) Ketergantungan sedang (3) Peningkatan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) Ketergantungan tinggi (4,5) dan kualitas sedang (3) Memuaskan, Terkendali (excellent, monitor) Ketergantungan tinggi (4,5) dan Kualitas tinggi (4,5) Sumber : From Business Strategy to IT Action, 2005, p66 Mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan. Walaupun Ketergantungan tinggi, kualitasnya biasa saja. Pengeluaran uang hanya jika darurat atau bila sumber daya habis. Mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitas. Pengeluaran uang untuk mempertahankan tingkat kualitas, namun investasi baru sepertinya tidak dibutuhkan. Gambar 4.32 menunjukkan bahwa portfolio Lights-On Bank Riau rata-rata berada pada kategori Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor) berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitasnya. Berikut perincian total biaya berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas: Untuk kategori Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor), memiliki total biaya sebesar Rp , yang terdiri dari: XAS(dependency = 4.6, quality = 4.7, biaya = Rp ) DDS (dependency = 4.3, quality = 4.3, biaya = Rp ) CIS (dependency = 3.5, quality = 4.3, biaya = Rp ) TDS (dependency = 3.0, quality = 4.3, biaya = Rp ) Software License (dependency = 4.0, quality = 4.2, biaya = Rp ) Network (dependency = 4.6, quality = 4.3, biaya = Rp ) Server (dependency = 4.7, quality = 4.4, biaya = Rp )

166 272 Hardware & software maintenance (dependency = 4.5, quality = 4.5, biaya = Rp ) Operational Budget Management (dependency = 5.0, quality = 4.3, biaya = Rp ) Training program (dependency = 4.5, quality = 4.6, biaya = Rp ) Security (dependency = 4.4, quality = 4.5, biaya = Rp ) Untuk kategori Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed), memiliki total biaya sebesar Rp , yang terdiri dari: LNS (dependency = 4.5, quality = 3.9, biaya = Rp ) GLS (dependency = 4.8, quality = 3.6, biaya = Rp ) Hardware (dependency = 4.7, quality = 3.9, biaya = Rp ) Exchange Mail (dependency = 3.9, quality = 3.6, biaya = Rp ) Untuk kategori Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize) tidak ada Untuk kategori Krisis (Crisis) tidak ada Untuk kategori Diabaikan (Abdandon) tidak ada

167 Strategi Investasi portfolio Kategori memuaskan, terkendali (excellent, monitor) Berdasarkan Ketergantungan dan Kualitas Gambar 4.33 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi memuaskan, terkendali berdasarkan ketergantungan dan kualitas. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.33 Strategi Investasi Portfolio kategori memuaskan, terkendali (excellent, monitor) berdasarkan ketergantungan dan kualitas Dari gambar 4.33 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya aplikasi, infrastruktur, service, dan manajemen berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas dengan kategori memuaskan dan terkendali, yang memiliki biaya terbesar adalah server sebesar Rp , sedangkan yang memerlukan biaya paling kecil yaitu network sebesar Rp Keadaan yang memuaskan dan terkendali berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas, menunjukkan Bank Riau perlu untuk mengontrol aplikasi tersebut untuk menjaga kualitasnya. Diperlukan pengeluaran biaya untuk mempertahankan tingkat kualitas, namun investasi baru sepertinya belum dibutuhkan.

168 Strategi Investasi Portfolio Kategori ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) Berdasarkan Ketergantungan dan Kualitas Gambar 4.34 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi ditingkatkan hanya jika dibutuhkan berdasarkan ketergantungan dan kualitas. Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.34 Strategi Investasi Portfolio kategori ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) berdasarkan ketergantungan dan kualitas Dari gambar 4.34 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya aplikasi, infrastruktur, service, dan manajemen berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas dengan kategori ditingkatkan hanya jika dibutuhkan, yang memiliki biaya terbesar adalah Exchange Mail sebesar Rp , sedangkan yang memerlukan biaya paling kecil yaitu LNS sebesar Rp Keadaan yang ditingkatkan hanya jika dibutuhkan berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas, menunjukkan Bank Riau memiliki ketergantungan tinggi, tapi kualitasnya biasa saja. Pengeluaran biaya untuk portfolio ini diperlukan jika terjadi keadaan yang darurat ataupun sumber daya yang ada telah habis.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Bank Riau Kepri BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Spirit utama dari bisnis perbankan adalah kepercayaan. Bagi Bank Riau Kepri, hubungan antara institusi perbankan dengan nasabah adalah hubungan

Lebih terperinci

BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Bank Riau Kepri adalah bank BUMD milik Pemerintah ProvinsiRiau dan

BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Bank Riau Kepri adalah bank BUMD milik Pemerintah ProvinsiRiau dan 41 BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV.1 Sejarah Perusahaan Bank Riau Kepri adalah bank BUMD milik Pemerintah ProvinsiRiau dan Kepulauan Riau yang berkantor pusat di Pekan Baru, Riau, Indonesia. Berdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Di tengah persaingan perbankan yang begitu ketat, inovasi pada produk

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Di tengah persaingan perbankan yang begitu ketat, inovasi pada produk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan industri perbankan saat ini telah bergeser ke fase kompetensi pelayanan. Di tengah persaingan perbankan yang begitu ketat, inovasi pada produk bukan lagi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. BANK RIAU CABANG BANGKINANG. A. Sejarah Berdirinya PT. Bank Riau Kepri Cabang Bangkinang

BAB II PROFIL PT. BANK RIAU CABANG BANGKINANG. A. Sejarah Berdirinya PT. Bank Riau Kepri Cabang Bangkinang BAB II PROFIL PT. BANK RIAU CABANG BANGKINANG A. Sejarah Berdirinya PT. Bank Riau Kepri Cabang Bangkinang Sejarah berdirinya PT. Bank Riau Kepri dimulai dari berdirinya PT. Baperi (PT. Bank Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang cepat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Propinsi Riau, Pemerintah Propinsi Riau, Pemerintah Kabupaten/Kota se-propinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Propinsi Riau, Pemerintah Propinsi Riau, Pemerintah Kabupaten/Kota se-propinsi 49 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat PT. Bank Riau Kepri Bank pembangunan Daerah Propinsi Riau adalah Bank milik Pemerintah Propinsi Riau, Pemerintah Propinsi Riau, Pemerintah Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 9 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55.

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55. BAB II PROSES BISNIS Untuk menggambarkan proses bisnis PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk., perlu dipahami ketentuan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah melalui Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Tata Kelola BPR Profil BPR Nama BPR Alamat BPR Posisi Laporan Modal Inti BPR Total Aset BPR Bobot Faktor BPR PT BPR KEPRI BINTAN JL. D.I. Panjaitan KM. IX No.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Bank Sarimadu PD. BPR Bangkinang Bank Sarimadu PD. BPR Bangkinang yang berada di Jalan DI. Panjaitan No. 96 Bangkinang tidak lahir dengan sendirinya.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 288 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 DAFTAR ISI Daftar isi... 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 A. Transparansi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance berdasarkan

Lebih terperinci

- 1 - UMUM. Mengingat

- 1 - UMUM. Mengingat - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM UMUM Dalam rangka meningkatkan efisiensi kegiatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tuntunan bagi industry untuk terus berkembang dan mandiri. Itulah yang dilakukan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tuntunan bagi industry untuk terus berkembang dan mandiri. Itulah yang dilakukan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Dalam era kompetisi seperti saat ini berhenti berinovasi berarti mati. Inovasi tuntunan bagi industry untuk terus berkembang dan mandiri. Itulah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2015 KEUANGAN OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Manajemen Risiko. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5761). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BANK RIAU KEPRI UJUNG TANJUNG. Provinsi Riau, Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Riau dan Provinsi

BAB II GAMBARAN UMUM BANK RIAU KEPRI UJUNG TANJUNG. Provinsi Riau, Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Riau dan Provinsi 14 BAB II GAMBARAN UMUM BANK RIAU KEPRI UJUNG TANJUNG A. Sejarah Bank Pembangunan Daerah Riau adalah Bank milik Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM - 1 - KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF-ASSESSMENT) PENERAPAN TATA KELOLA Tujuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA digilib.uns.ac.id BAB III DESKRIPSI LEMBAGA A. Sejarah PD. Bank Perkreditan Rakyat BKK Boyolali Perusahaan Daerah BPR BKK Boyolali Kota Kabupaten Boyolali merupakan hasil dari merger 18 PD.BPR BKK se Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah PT Bank Riau Kepri Capem Tanjung Batu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah PT Bank Riau Kepri Capem Tanjung Batu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah PT Bank Riau Kepri Capem Tanjung Batu Bank Pembangunan daerah merupakan kelanjutan usaha dan PT Baperi (PT Bank Pembangunan daerah Riau) yang didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/SEOJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/SEOJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/SEOJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH - 2 - KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

STRUKTUR KANTOR PUSAT

STRUKTUR KANTOR PUSAT STRUKTUR KANTOR PUSAT R U P S SEKRETARIS DEWAN KOMISARIS DEWAN KOMISARIS UTAMA KOMITE-KOMITE : AUDIT PEMANTAU RISIKO REMUNERASI & NOMINASI KEPATUHAN KREDIT KEPATUHAN SKMR SKAI KANTOR CABANG TYPE A,B &

Lebih terperinci

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PERINGKAT DEFINISI PERINGKAT INDIVIDUAL Peringkat Komposit 2 Penerapan good corporate governance di PT Bank Syariah Bukopin

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko

Lebih terperinci

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DEWAN KOMISIONER NOMOR../.../POJK/2015

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA AGI ANK PERKREDITAN RAKYAT PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA AGI PR - 1 - Penjelasan Umum Pedoman

Lebih terperinci

PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR

PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR Penjelasan Umum Tata Cara Pengisian Faktor Penilaian Profil BPR Nama BPR * PT. BPR CIPATUJAH JABAR Alamat BPR * JL. RAYA CIPATUJAH RT/RW 009/00 CIPATUJAH, KAB. TASIKMALAYA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERINGKAT Bobot Skor ANALISIS SELF ASSESMENT 2.000% 0.027

PERINGKAT Bobot Skor ANALISIS SELF ASSESMENT 2.000% 0.027 ASPEK PENILAIAN : PERINGKAT PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS 2 4 5 % A. Komposisi, Kriteria dan Indepensi Dewan Komisaris 2.000% 0.027 Jumlah Dewan Komisaris sekurang-kurangnya tiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Terhitung tanggal 01 April 1966 secara resmi kegiatan Bank Pembangunan Daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM. Terhitung tanggal 01 April 1966 secara resmi kegiatan Bank Pembangunan Daerah 61 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Bank kebanggaan milik masyarakat Riau dan Kepri ini didirikan sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Daerah. Terhitung

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Strategis Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA 1. Penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik Lembaga Pembiayaan Ekspor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/3/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Bank BJB Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.

BAB III METODE PENULISAN. adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. 15 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung, sementara data sekunder

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

% % % % 0.002

% % % % 0.002 ASPEK PENILAIAN : PERINGKAT 1 1 PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS 1 4 5 % A. Komposisi, Kriteria dan Indepensi Dewan Komisaris.000% 0.07 1 Sekurang-kurangnya 1 (satu) anggota Dewan Komisaris

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 1/PBI/2002 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR BANK BERDASARKAN PRINSIP

Lebih terperinci

PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN

PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN - 1 - A. CONTOH

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI. Bank Agroniaga pada mulanya didirikan atas pemahaman sepenuhnya dari

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI. Bank Agroniaga pada mulanya didirikan atas pemahaman sepenuhnya dari BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI A. Sejarah Ringkas Bank Agroniaga pada mulanya didirikan atas pemahaman sepenuhnya dari Dana Pensiun Perkebunan (DAPENBUN) sebagai pengelola dana pensiun karyawan seluruh

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. PERSYARATAN DOKUMEN PERIZINAN UANG ELEKTRONIK BAGI LEMBAGA SELAIN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa saat ini jumlah transaksi maupun nilai nominal pengiriman uang baik di

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERINGKAT DEFINISI PERINGKAT INDIVIDUAL Peringkat Komposit 2 Penerapan Good Corporate Governance di PT Bank Syariah Bukopin secara umum adalah Baik, sebagaimana tercermin

Lebih terperinci

Internal Audit Charter

Internal Audit Charter SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. merupakan tonggak awal berdirinya Bank Pembangunan Daerah (BPD) diseluruh

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. merupakan tonggak awal berdirinya Bank Pembangunan Daerah (BPD) diseluruh BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Bank Sumut Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 1995 adalah merupakan tonggak awal berdirinya Bank Pembangunan Daerah (BPD) diseluruh Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. didirikan dengan nama Bank Karya Produksi Desa (BKPD) Kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. didirikan dengan nama Bank Karya Produksi Desa (BKPD) Kecamatan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD. BPR) Astanajapura didirikan dengan nama Bank Karya Produksi Desa (BKPD) Kecamatan Astanajapura

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 25 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar isi 1

DAFTAR ISI. Daftar isi 1 DAFTAR ISI Daftar isi 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. BPR DASSA 2 TAHUN 2017 Transparansi Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance).... 3 A Pengungkapan Penerapan Tata Kelola... 3 1

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL BANK RIAU KEPRI CABANG SYARIAH

BAB II PROFIL BANK RIAU KEPRI CABANG SYARIAH BAB II PROFIL BANK RIAU KEPRI CABANG SYARIAH A. Sejarah Bank Riau Kepri Cabang Syariah Bank Pembangunan Daerah Riau adalah bank milik pemerintahan Provinsi Riau, Pemerintahan Kabupaten/Kota se Propinsi

Lebih terperinci

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: Kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi

Lebih terperinci

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Bank Umum Syariah Dengan telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tanggal

Lebih terperinci

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk KETENTUAN UMUM Pedoman dan Tata Tertib Kerja untuk anggota Direksi PT. Bank Maspion Indonesia Tbk, yang selanjutnya disebut Bank dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENJADI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi anggota Dewan

Lebih terperinci

II. PT. BANK GANESHA

II. PT. BANK GANESHA II. PT. BANK GANESHA 2.1 Data Perusahaan 2.1.1. Identitas Perusahaan PT. Bank Ganesha adalah perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Keuangan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Bank, yaitu sebagai

Lebih terperinci

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan No.130, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Jangka Panjang. Rencana Kerja. Anggaran. Persero. Penyusunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.06/2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Koperasi 3.1.1 Sejarah Singkat Koperasi Koperasi Buana Indonesia adalah Koperasi yang berikrar pada tanggal 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah PT.Bank Bukopin tbk PT. Bank Bukopin, tbk yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970 menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi

Lebih terperinci

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM SYARIAH Sehubungan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE

BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE A. Komite Audit 1. Dasar pembentukan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Analisa dan Pembahasan Manajemen 8,60% sudah sesuai dengan ketentuan BI mengenai GWM Valuta Asing. dalam batas yang diperkenankan ketentuan BI maksimal

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah; di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Sistem yang Berjalan

Bab 3. Analisis Sistem yang Berjalan Bab 3 Analisis Sistem yang Berjalan 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM

ANDRI HELMI M, SE., MM ANDRI HELMI M, SE., MM A. PENGERTIAN DAN PENTINGNYA PEMASARAN Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Bank merupakan industri

Lebih terperinci

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Modal. Kepemilikan. Pengurus. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 351) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) PERMODALAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LAMPIRAN LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS PT. CISANGKAN 1. Commisaris Fungsi : Merencanakan dan menentukan visi dan misi serta mengawasi kegiatan perusahaan maupun kinerja serta jalannya

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan No.142, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6085) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; MANAJEMEN RISIKO Penerapan Manajemen Risiko yang dilaksanakan oleh Bank Bumi Arta berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5841 KEUANGAN OJK. Bank. Rencana Bisnis. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 17) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan A. Sejarah Perusahaan Bank Tabungan Pensiunan Nasional terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard. BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Mega Cipta Mandiri didirikan pada tanggal 6 Februari 1996 di Jakarta. PT. Mega Cipta Mandiri bergerak pada bidang periklanan yaitu billboard. Banyak

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah; di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 25 /PBI/2011 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI A. Sejarah Ringkas Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan Syari ah. Bank ini didirikan karena masih banyak terdapat umat islam yang belum

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR)

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR) PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR) Erwin Sutomo 1, *), Teguh Bharata Adji 2) dan Sujoko Sumaryono

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PT.BANK RIAU KEPRI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PT.BANK RIAU KEPRI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PT.BANK RIAU KEPRI I. TUJUAN 1. Membantu Dewan Komisaris untuk senantiasa meningkatkan kualitas pelaksanaan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance)

Lebih terperinci