BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD Perkembangan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dimulai dari adanya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi. Adanya rasa keingintahuan yang tinggi membawa manusia untuk mengamati gejala alam yang yang ada disekitarnya dan mulai untuk memahaminya. Hal ini menandakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Menurut Prihantoro dalam Trianto (2014 :137) hakikat IPA adalah suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari obyek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Sebagai aplikasi, teoriteori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Menurut Puskur dalam Trianto (2007 :100) mengatakan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Adanya sikap rasa ingin tahu tentang suatu benda atau fenomena alam yang dapat menimbulkan suatu masalah sehingga dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Oleh karena itu pembelajaran sains yang hanya membelajarkan fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat diartikan belum membelajarkan sains secara utuh. Dalam membelajarkan sains guru perlu melatih siswa untuk memiliki keterampilan proses dan menanamkan sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, jujur, bekerja keras, pantang menyerah, dan terbuka. Permasalahan yang ada tidak serta merta diselesaikan begitu saja, dalam IPA diperlukan suatu proses, yaitu proses pemecahan masalah yang dilakukan melalui prosedur ilmiah atau sering disebut dengan metode ilmiah. Hal ini dilakukan agar hasil yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, 6

2 7 percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Hasil akhir dari IPA adalah suatu produk yang berupa fakta, prinsip dan hukum yang dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Apikasi dalam IPA merupakan penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Carin dan Sund dalam Trianto (2007 :100) mengemukakan bahwa IPA sebagai pengetahuan yang disusun secara sistematis dari kumpulan data observasi dan eksperimen serta berlaku umum (universal). Sund,dkk dalam Mariana (2009 :17) menyatakan sains sebagai tubuh dari pengetahuan (body of knowledge) yang diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang sains melalui proses penemuan dan dilakukan secara terus-menerus. Jenkins dan Whitefield dalam Mariana (2009 :15) mengatakan bahwa sains merupakan pengembangan dari hasil eksperimen dan observasi yang menjadi serangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Chalmers dalam Mariana (2008 :16) menyatakan sains didasari oleh hal-hal yang kita lihat, dengar, raba, dan lain-lain. Pendapat atau pemikiran imajinatif tidak dapat dikatakan sebagai sains. Sains bersifat obyektif dan dapat dibuktikan. Dengan kata lain sains lebih menekankan pada cara memperoleh yaitu melalui observasi. Dari pengertian IPA dapat diambil tiga komponen penting yaitu, 1) proses ilmiah dalam mengamati fenomena alam serta penerapannya, 2) kumpulan konsep, teori, prinsip, dan hukum, 3) keingintahuan manusia untuk memahami alam. Melihat dari komponen-komponen IPA maka pembelajaran IPA adalah Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. IPA bukan hanya berfokus pada penguasaan disiplin ilmu, tetapi juga memahami hakikat proses belajar IPA yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu keterlibatan pancaindera sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran IPA. Dari pemaparan para ahli mengenai hakikat IPA maka dapat peneliti simpulkan bahwa IPA/sains bukan hanya sekumpulan fakta, konsep, prinsip, dan

3 8 hukum tetapi juga mencakup proses dan sikap. Pembelajaran IPA yang hanya mengedepankan aspek penguasaan konsep belum dapat diakatakan mengajarkan IPA secara utuh Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) Menurut Lie (2010 :28) model pembelaaran kooperatif merupakan model pembelajaran gotong royong. Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong adalah falsafah homo homini socius yang berarti manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Lie kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, artinya tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, sekolah, organisasi dan hal lain yang melibatkan aspek kerjasama. Slavin (2015 :8) mengungkapkan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama secara kolaboratif melalui kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans dalam Isjoni (2013 :12) mengemukakan cooperative learning merupakan pendekatan/serangkaian strategi yang dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar dapat bekerjasama selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2013 :12) menyatakan bahwa cooperative learning dapat meningkatan belajar siswa menjadi lebih baik dan meningkatkan perilaku sosial berupa sikap tolongmenolong terhadap sesama Menurut Hamdani (2010 :30) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivistik, yaitu siswa mengemukakan gagasan yang diperoleh dengan bahasa sendiri sesuai dengan hasil pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajnatif. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen dan saling membantu untuk memahami materi. Kelompok heterogen adalah campuran kemampuan siswa, jenis kelmain, dan suku. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang latar belakangnya berbeda. Pada pembelajaran kooperatif siswa diajarkan

4 9 keterampilan khusus agar siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar lembar kegiatan yang telah direncanakan. Johson dalam Lie (2010 :31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Ada lima unsur yang perlu diperhatikan dan diterapkan, kelima unsur tersebut adalah saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota dan evaluasi proses kelompok. Menurut Lie (2010 :38) untuk memenuhi kelima unsur model pembelajaran kooperatif diperlukan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompok. Setiap angota kelompok harus mempunyai niat (will) untuk bekerjasama dengan anggota lainnya dan manguasai kiat-kiat (skill) dalam berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Berikut penjelasan mengenai unsur-unsur model pembelajaran kooperatif : 1. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kerjasama kelompok yang efektif guru perlu menyusun tugas yang terstruktur serta membatasi jumlah anggota kelompok. Selanjutnya kegiatan kelompok akan dilakukan penilaian oleh guru. Penilaian dilakukan secara unik. Setiap siswa mendapat dua penilaian yaitu penilaian kelompok dan penilaian individu. Nilai kelompok didapat dari sumbangan setiap anggota. Dengan demikian akan timbul sikap saling ketergantungan yang positif antar siswa karena setiap anggota kelompok akan terpacu memberikan sumbangan terbaik untuk kelompoknya. Siswa dengan kemampuan rendah tidak akan minder terhadap rekan-rekanya karena mereka tetap bisa memberikan sumbangan untuk kelompoknya, begitupun sebaliknya siswa yang lebih pandai tidak akan merasa dirugikan karena rekanya yang kurang pandai telah memberikan sumbangan untuk kelompoknya. 2. Tanggungjawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Adanya penilaian kelompok yang didapat dari sumbangan setiap anggota, maka siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.

5 10 3. Tatap muka Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk saling bertatap muka, saling mengenal dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan keuntungan bagi siswa karena dari hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari unsur ini adalah siswa dapat menghargai perbedaan, menerima kekurangan masing-masing anggota kelompok sehingga dapat memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota kelompok. 4. Komunikasi antaranggota Tidak semua siswa memiliki kelebihan mendengarkan dan berbicara. Adanya sikap saling menerima, saling mendengarkan dan memberikan kesempatan anggota kelompok untuk mengutarakan pendapatnya menjadi unsur keberhasilan suatu kelompok. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses yang panjang dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar, pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok. Evaluasi perlu dilakukan untuk menilai sejauh mana kelompok telah berusaha untuk memberikan kinerja terbaiknya. Waktu untuk melakukan evaluasi kelompok tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sependapat dengan Johson, menurut Hamdani (2010 :31) unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. Artinya setiap anggota kelompok memiliki persepsi yang sama untuk berhasil. 2. Siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap diri sendiri untuk memahami materi dan memiliki tanggungjawab terhadap kelompok untuk membantu memahami materi. 3. Siswa harus memiliki tujuan yang sama dengan kelompoknya.

6 11 4. Siswa berbagi tugas dan bertanggungjawab dengan kelompoknya. 5. Siswa diberikan evaluasi dan penghargaan berdasarkan hasil yang diperoleh. 6. Siswa berbagi kepemimpinan dan memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar. 7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang telah dipelajari dengan kelompoknya. Dari pemaparan para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok berdasarkan tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen) untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Melalui belajar secara berkelompok siswa mampu menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit dengan menerjemahkan bahasa yang digunakan guru ke dalam bahasa siswa Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) Menurut Slavin (2015 :143) STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan pada setiap akhir pembelajaran diberikan kuis-kuis secara individual. Siswa dibagi menjadi kelompok yang heterogen dengan jumlah anggota 4-5 orang. Kelompok heterogen adalah kelompok yang terdiri dari perempuan dan laki-laki, memiliki keberagaman suku, memiliki tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Setiap anggota kelompok akan diberikan lembar kegiatan kelompok, mereka akan saling membantu satu sama lain untuk memahami materi dengan cara berdiskusi. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa agar dapat bekerjasama secara baik dengan kelompoknya sehingga dapat saling membantu dan mendukung dalam menguasai materi yang diberikan oleh guru.

7 Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran STAD (Student Teams Fase 1 Mengajar Achievement Divisions) Langkah-langkah model pembelajaran STAD menurut Slavin (2015 : ) Fase Kegiatan Guru Menyajikan informasi yang akan diajarkan kepada siswa dengan mendemonstrasikan secara aktif konsep-konsep menggunakan alat bantu visual, cara-cara lain, dan contoh konkrit yang banyak. Fase 2 Belajar Tim Fase 3 Tes Fase 4 Rekognisi Tim Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Memberikan soal evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Memberikan penghargaan untuk kelompok dan individu terbaik Komponen Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) Menurut Slavin (2015 : ) STAD terdiri dari lima komponen, yaitu presentasi kelas, tim kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. 1. Presentasi kelas. Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung yang sering kali dilakukan sebelum memulai pelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa adalah presentasi harus benar-benar berfokus pada unit STAD. Siswa akan diajak untuk memahami secara utuh materi yang disampaikan sehingga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis. Skor kuis individu yang mereka peroleh akan berpengaruh pada perolehan skor tim. 2. Tim Tim terdiri dari empat sampai lima siswa yang mewakili karakteristik kelas. Fungsi dari kelompok adalah mempersiapkan anggotanya untuk belajar bersama sehingga dapat mengerjakan kuis dengan baik. Tim adalah komponen paling penting dalam STAD. Setiap anggota tim bekerjasama melakukan yang terbaik untuk timnya, begitupun sebaliknya tim harus melakukan yang terbaik

8 13 untuk membantu anggotanya, sehingga akan timbul hubungan yang positif antarkelompok seperti rasa harga diri, dan sikap saling menerima antarsiswa. 3. Kuis Para siswa akan mengerjakan kuis secara individual. Kuis ini diberikan setelah guru selesai mempresentasikan materi dan siswa selesai melakukan praktik tim. Para siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, oleh karena itu setiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya. 4. Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan penghargaan kepada siswa agar mereka lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Tiap siswa akan diberikan skor awal yang diperoleh dari nilai kuis sebelumnya. Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis yang dibandingkan dengan skor awal mereka. Poin yang diperoleh siswa secara individual disebut sebagai poin kemajuan. 5. Rekognisi tim Rekognisi tim merupakan pemberian penghargaan untuk tim yang telah berhasil mencapai kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat dibuat sendiri oleh guru Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Slavin (2015 :237) Jigsaw paling sesuai digunakan untuk pembelajaran yang lebih menekankan pada konsep daripada penguasaan pengetahuan. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa. Siswa dituntut untuk memiliki sikap saling ketergantungan positif terhadap tim/kelompoknya sehingga dapat saling bekerjasama dalam memahami materi pembelajaran. Siswa tidak hanya bertanggungjawab secara individu untuk memahami materi, tetapi mereka juga bertanggungjawab terhadap kelompok untuk mengajarkan materi tersebut. Dalam Jigsaw siswa bekerja dalam tim yang heterogen yang diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit. Setelah

9 14 selesai membaca siswa dibagi kedalam kelompok ahli mereka mendiskusikan topik yang sama selama beberapa menit kemudian kembali kepada tim asalnya untuk mengajari tentang topik yang menjadi ahlinya Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran Jigsaw Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw menurut Slavin (2015 : ) Fase 1 Membaca Fase Fase 2 Diskusi Kelompok-ahli Fase 3 Laporan Tim Fase 4 Tes Fase 5 Rekognisi Tim Kegiatan Guru Membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa, dan selanjutnya menginstruksikan siswa untuk membaca. Menginstruksikan siswa untuk berkelompok dan berdiskusi sesuai dengan topik ahli yang sama. Menginstruksikan siswa untuk kembali ke timnya masing-masing dan bertanggungjawab mengajari topik mereka kepada teman satu timnya. Memberikan soal evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Memberikan penghargaan untuk kelompok dan individu terbaik Komponen Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Slavin (2015 : ) komponen dari model pembelajaran Jigsaw adalah materi, tim ahli, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. 1. Materi Materi dalam Jigsaw dibuat dalam bacaan singkat yang menggambarkan kesuluruhan materi yang akan diajarkan. Siswa akan membaca materi sehingga konsep-konsep yang dipahami dari beberapa siswa dapat disatukan. 2. Tim ahli. Pembagian tim/kelompok sama seperti STAD yaitu siswa dibagi kedalam kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai lima orang. Pembagian kelompok ini dinamakan kelompok asal, kemudian siswa akan diacak kembali untuk membentuk kelompok ahli. 3. Skor Skor digunakan untuk menghitung tingkat ketercapaian siswa dalam memahami materi. Skor dihitung berdasarkan perolehan skor individu dan kelompok.

10 15 4. Kemajuan individual Skor kemajuan individual digunakan untuk memberikan penghargaan kepada siswa agar mereka lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Tiap siswa akan diberikan skor awal yang diperoleh dari nilai kuis sebelumnya. Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis yang dibandingkan dengan skor awal mereka. Poin yang diperoleh siswa secara individual disebut sebagai poin kemajuan. 5. Rekognisi tim Rekognisi tim merupakan perhitungann skor sebagai dasar untuk memberikan penghargaan kelompok maupun individu Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Perlakuan Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Jigsaw Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) Kegiatan Guru Tahap Pelaksanaan Kegiatan Siswa Guru mendemonstrasikan secara aktif konsep-konsep menggunakan alat bantu visual, cara-cara lain, dan contoh konkrit yang banyak. Guru membimbing kelompokkelompok belajar. Mengajar Belajar Tim Siswa mendengarkan dengan cermat penjelasan guru tentang materi yang diajarkan, sehingga dapat membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Siswa bekerjasama dengan kelompok untuk menguasai materi pelajaran. Siswa menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan. Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Tes Siswa mengerjakan soal yang diberikan secara individu. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok dan individu terbaik. Rekognisi Tim Siswa menerima penghargaan untuk kategori kelompok terbaik dan individu terbaik.

11 16 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Jigsaw Kegiatan Guru Tahap Pelaksanaan Kegiatan Siswa Guru membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa, dan selanjutnya menginstruksikan siswa untuk membaca. Membaca Siswa membaca materi untuk menemukan beberapa informasi yang dapat digunakan untuk menjawab soal yang diberikan guru. Guru menginstruksikan siswa untuk berkelompok dan berdiskusi sesuai dengan topik ahli yang sama. Diskusi kelompok ahli Siswa bersama kelompok ahli mendiskusikan materi dan mengerjakan tugas yang diberikan sesuai dengan topik yang menjadi ahlinya Guru menginstruksikan siswa untuk kembali ke timnya masing-masing dan bertanggungjawab mengajari topik mereka kepada teman satu timnya. Laporan Tim Siswa kembali ke kelompok asalnya untuk saling megajari topik-topik yang telah mereka pelajari dengan tim ahlinya. Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Tes Siswa mengerjakan soal yang diberikan secara individu. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok dan individu terbaik. Rekognisi Tim Siswa menerima penghargaan untuk kategori kelompok terbaik dan individu terbaik Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku siswa yang terjadi setelah melalui proses belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup kognitif, psikomotorik, dan afektif. Penilaian hasil belajar adalah proses memberi nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2016: 3). Adanya kriteria dalam penilaian digunakan untuk membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan kriteria yang telah ditentukan. Penilaian hasil belajar didasarkan pada tujuan pembelajaran yang berisi tentang rumusan tingkah laku yang telah direncanakan dan harus dikuasai siswa.

12 17 Kingsley dalam Sudjana (2016 :22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan citacita. Sejalan dengan Horward, Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori yaitu keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris, sedangkan Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Berikut penjelasan mengenai klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom : 1. Ranah Kognitif Penilaian kognitif merupakan penilaian yang paling sering dilakukan. Ranah kognitif berkaitan dengan pencapaian siswa dalam aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah Afektif Ranah afektif merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman belajar. Hasil belajar afektif akan terlihat dari perubahan tingkah laku siswa seperti adanya perhatian terhadap pembelajaran, memiliki motivasi belajar yang tinggi, tumbuh sikap disiplin, dapat menghargai guru dan teman kelas, memiliki kebiasaan belajar dan mampu membangun hubungan sosial yang baik dengan lingkungan disekitarnya. 3. Ranah Psikomotorik Hasil belajar siswa juga dapat dilihat dari perubahan keterampilan (skill) sebagai akibat dari pengalaman belajar. Ranah Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan sederhana sampai dengan keterampilan kompleks. 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil-hasil penelitian terdahulu terkait dengan perbedaan hasil belajar menggunakan model STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Jigsaw. Berikut pemaparanyya : Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Learning Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Di Tinjau Dari Motivasi Berpretasi dilakukan oleh M. Zainal Mustamiin, I Wayan Lasmawan dan Nengah (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

13 18 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS dan motivasi berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan kelompok siswa yang mengikuti model konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata motivasi belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah 86,38 sedangkan rata-rata skor hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran konvensional adalah 72,50. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Zainal Mustamiin, I Wayan Lasmawan dan Nengah diperkuat dengan hasil penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Menulis Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Mendoyo oleh I Ketut Tastra, A. A. I N. Marhaeni, dan I Wayan Lasmawan (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar menulis ditinjau dari motivasi berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar menulis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil ini ditunjukkan dalam perhitungan analisis varians dua jalur menunjukkan bahwa F antar tingkat faktor pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (antar kolom) diperoleh FA hitung lebih besar daripada F tabel (FA hitung = 14,014 > F tabel =3,960). Hal ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar menulis antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran konvensional. Hasil perolehan rata-rata skor hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki rata-rata skor hasil belajar sebesar 61,95 sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional

14 19 memiliki rata-rata skor hasil belajar menulis sebesar 60,53. Mengacu pada hasil uji hipotesis yang diperoleh, kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar menulis. Temuan lain ditunjukkan pada penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw kelas V SD Negeri 01 Bedana Kabupaten Banjarnegara oleh Nani Ermawati (2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 0I Bedana Kabupaten Banjarnegara. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hal ini terlihat pada perolehan nilai siklus I diperoleh nilai rata rata 71,07 dengan ketuntasan belajar 67,9%, pada siklus II diperoleh nilai rata rata 74,4 dengan ketuntasan belajar 74,07%, sedangkan pada siklus III diperoleh nilai rata rata 85,5 dengan ketuntasan belajar 92,5%. Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kelas V SD Negeri 01 Bedana Kabupaten Banjarnegara dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa serta memberikan inovasi pembelajaran yang berdampak pada model pembelajaran yang sangat menyenangkan. Penelitian lain terkait penggunaan model STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Jigsaw terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kholisin (2014) tentang Perbedaan Hasil Belajar IPA Biologi Melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dan Tipe Student Teams Achievement Divission (STAD) di MTs Negeri Yogyakarta II yang menunjukkan adanya perbedaan nilai hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA Biologi melalui model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan STAD di MTS Negeri Yogyakarta II 2012/2013 pada materi gerak tumbuhan dan tanggapan siswa terhadap model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan STAD materi pokok gerak tumbuhan kelas VIII di MTS negerti Yogyakarta II tahun ajaran 2012/2013. Nilai yang diperoleh menggunakan model Cooperative Learning Tipe Jigsaw 71,25 sedangkan nilai yang diperoleh menggunakan model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divission (STAD) 68,40.

15 20 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rut Kartini (2015) tentang perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan Jigsaw diketahui ada perbedaan hasil belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw pada submateri sistem indra manusia kelas XI IPA SMA Kartika 1-2 Medan tahun pembelajaran 2014/2015. Dari analisis data diketahui bahwa nilai rata-rata siswa yang diajar dengan STAD adalah 79,083 dan yang diajar dengan Jigsaw adalah 84,279. Pada penelitian ini diketahui ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan melalui uji-t pada taraf signifikasi = 0,05 dan dk 62 diperoleh thitung (-3,024) < ttabel (-1,999) maka penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan jigsaw pada submateri sistem indra manusia kelas XI IPA SMA 1-2 Kartika Medan tahun pembelajaran 2014/2015. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada nilai yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Hasil temuan yang bertentang ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Khoirotun Nisa, Ngurah Ayu Nyoman M dan Susilawati (2013) tentang Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divission), TGT (Team Game Turnament), dan Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 26 Semarang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan Jigsaw terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif siswa kelas VII SMPN 26 Semarang tahun pelajaran Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa thitung > ttabel. Pada taraf nyata 5% maka H o ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan Jigsaw terhadap hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran

16 21 kooperatif yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata posttest, ketuntasan individu dan klasikal yang diperoleh hasil nilai rata-rata hasil belajar menggunakan STAD (Student Teams Achievement Divissions) 80,09, TGT (Team Game Turnament) 80,06 dan Jigsaw 74,73. Rata-rata hasil belajar siswa setelah mendapat pembelajaran STAD lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jigsaw, serta rata-rata hasil belajar siswa setelah mendapat pembelajaran TGT lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jigsaw. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pembelajaran Jigsaw memerlukan waktu yang lama. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang relevan, peneliti setuju dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Zainal Mustamiin, I Wayan Lasmawan dan Nengah, I Ketut Tastra, A. A. I N. Marhaeni, dan I Wayan Lasmawan, Nani Ermawati dan Rut Kartini yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada model pembelajaran STAD dalam meningkatkan hasil belajar. 2.3 Kerangka Berpikir Pada awal penelitian, peneliti memilih lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih berada di SD Gugus Kopi Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. Setelah itu peneliti memilih SD yang memiliki SD Gugus Kopi dengan tingkat kemampuan sama. SD yang dipilih adalah SDN 02 Malebo dan SDN 01 Gesing. SDN 02 Malebo dijadikan sebagai kelas eksperimen 1 dan diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran STAD sedangkan SDN 01 Gesing dijadikan sebagai kelas eksperimen 2 dan diberi perlakuan dengan model pembelajaran Jigsaw. Masing-masing kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diberikan soal pretest dan postest. Hasilnya kemudian dibandingkan untuk melihat perbedaan hasil belajar antara STAD dan Jigsaw.

17 22 ASTAD (Kelas Eksperimen 1 ) SDN 02 Malebo Pretest Postest Model Pembelajaran Kooperatif Learning Hasil Belajar Siswa Jigsaw (Kelas Eksperimen 2 ) SDN 01 Gesing Pretest Postest 2.4 Hipotesis Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hipotesis adalah asumsi atau dugaan yang bisa benar atau bisa salah mengenai sesuatu hal sehingga memerlukan pengecekan lebih lanjut. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : H o : Tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Jigsaw di kelas V SD Gugus Kopi Kandangan H a : Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Jigsaw di kelas V SD Gugus Kopi Kandangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses transfer atau perpindahan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut harus menjadi motivator, fasilitator, dan juga pengontrol

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan ilmiah. Pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Mohamad Nur (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan apa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efesien sehingga hasilnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dunia pendidikan adalah untuk memajukan suatu negara dari segala bidang dan aspek, tujuan ini tidak akan tercapai tanpa adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.1.1.1 Pengertian Model Menurut Salma(2009:33), istilah model diartikan sebagai design grafis, prosedur kerja yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning 2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang INSTRUMEN OBSERVASI PADA PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PEMBELAJARAN PAI KELAS IV DI SDN 15 PADANG PASIR, PADANG A. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BOLA VOLI DI KELAS VII SMPN 1 SIMPANG TIGA KABUPATEN ACEH BESAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang menandakan rendahnya sikap sosial siswa selama pembelajaran IPS saat pra penelitian berlangsung. Rendahnya sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Pengertian matematika menurut Glover (2006) yaitu Matematika merupakan suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,

Lebih terperinci

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan oleh manusia secara sadar menuju kedewasaan baik mental, emosional, maupun intelektual.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi di era modern ini. Dalam mempelajari matematika tidak cukup bila hanya dibaca dihafal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan diera

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Menurut Dimyati (dalam Heruman 2007:186) Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang merupakan hasil perencanaan secara sistematis yang dibuat oleh guru dalam bentuk satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran di sekolah, siswa didorong untuk lebih aktif agar dapat menghubungkan konsep materi yang telah didapatkan dengan konsep yang baru sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan pun semakin ketat. Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265) menyatakan bahwa Hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265) menyatakan bahwa Hasil belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video Taufik Nur Akbar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik (Majid, 2014:15). Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses belajar guru harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pemahaman dapat diartikan menguasai dengan pikiran. Karena itu, belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pemahaman dapat diartikan menguasai dengan pikiran. Karena itu, belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakekat Pemahaman Siswa Menurut Benyamin, pemahaman (Comprehension) diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Dalam kedudukannya pada kerangka pembangunan nasional, pendidikan bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas terutama dalam bidang pendidikan, karena pendidikan berperan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA Oleh: Leli Dwi Nugraheni, Mujiyem Sapti, Riawan Yudi Purwoko. Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Dalam proses pembelajaran guru mempertimbangkan model pembelajaran,

Lebih terperinci