REMBESAN AIR ASIN PADA MODEL AKUIFER BEBAS DAERAH PANTAI. Kampus II FT Unhas Jl. Poros Malino Km.6, Sulawesi Selatan *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REMBESAN AIR ASIN PADA MODEL AKUIFER BEBAS DAERAH PANTAI. Kampus II FT Unhas Jl. Poros Malino Km.6, Sulawesi Selatan *"

Transkripsi

1 REMBESAN AIR ASIN PADA MODEL AKUIFER BEBAS DAERAH PANTAI Nurnawaty 1*, Mary Selintung 2, M. Arsyad Thaha 3 dan Farouk Maricar 4 1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 2,3,4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Kampus II FT Unhas Jl. Poros Malino Km.6, Sulawesi Selatan * nnnurnawaty@yahoo.com Abstrak Rembesan air laut di wilayah pesisir ke dalam air tanah tawar terkait dengan porositas dan permeabilitas batuan penyusunnya. Semakin besar pori-pori batuan semakin tinggi porositas dan permeabilitasnya. Satu hal yang dapat mempengaruhi kecepatan intrusi air laut ke dalam akuifer air tanah adalah debit rembesan. Di dalam permukaan tanah atau lapisan membran tanah terdapat garis aliran, dimana satu garis sepanjang butir-butir tanah akan bergerak dari bagian hulu ke hilir melalui media tanah yang tembus air (permeable). Masalah rembesan air dapat menyebabkan kerusakan jika terjadi tekanan air yang berlebihan, pada air tanah asin dapat menyebabkan intrusi air laut semakin panjang ke daratan.tujuandari penelitian ini adalahuntuk menyelidikihubungan antarakekuatanrembesan dankecepatan daripartikel pasirselama pengaliran air asin yang disebabkan oleharusrembesanke atas danhorisontal. Dalam percobaan, pasir laut dengan variasi jenis butiran kasar, sedang dan halusdigunakansebagai bahanuji dankecepatanmigrasi darirembesan airdanpartikel pasirdihitungdari jumlahdiukur tekanan dan waktu untuk mengetahui debit rembesannya. Hasil tesmenunjukkan bahwa Tekanan air pada partikelpasir kasar lebih rendah dibandingkan dengan pasir halus, untuk tinggi muka air terhadap jarak rembesan pasir halus lebih tingggi dibandingkan dengan pasir kasar, dan debit rembesan lebih besar pada pasir kasar disbanding yang lainnya.besar kecilnya rembesan yang terjadi pada akuifer pantai dapat dikontral dengan mengubah permeabilitas pasir tersebut. Kata kunci: akuifer pantai, permeabilitas, porositas, rembesan air asin 1. PENDAHULUAN Naiknya permukaan laut (Sea level rise) akibat meningkatnya suhu udara dunia merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh negara-negara pantai atau negara kepulauan di dunia, hal ini akan berpengaruh pada garis pantai, kawasan pantai yang makin berkurang, hilangnya sebagian hutan bakau, serta terjadinya abrasi dan sedimen, peristiwa ini terjadi bila keseimbangan terganggu.dua hal utama yang paling berpengaruh adalah tekanan dan rembesan. Apabila hal tersebut terjadi secara berlebihan bisa menyebabkan intrusi, dimana kadar air bersih dalam tanah pada suatu daerah otomatis akan tercemar dan menjadi berkurang. [Leonid, dkk : 2010], menurut [Papadopoulou, dkk : 2005] masalah intrusi air laut telah terjadi di banyak kota yang terdapat dekat pantai. Kekuatan air tanah ke laut, serta fluktuasi air tanah di daerah pantai. Perubahan kondisi fisik pantai akan mempengaruhi kelangsungan hidup penduduk di kawasan tersebut[st. Zubaedah, dkk : 2002], Aktivitas penyebab antara lain penggunaan air tanah yang berlebihan, perubahan fungsi lahan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan air tanah ke laut serta fluktuasi air tanah di daerah pantai. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rembesan Rembesan atau permeabilitas suatu bahan adalah pengaliran dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori, pori-pori tanah saling berhubungan antara satu dengan yang lainya. Sehingga air dapat mengalir dari titik yang mempunyai tinggi energi lebih tinggi ke titik dengan energi yang lebih rendah. Untuk tanah permebalitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang menggambarkan bagaimana air mengalir melalui tanah.walaupun secara teoritis, semua jenis tanah lebih atau kurang mempunyai rongga pori, dalam praktek, istilah mudah meloloskan air (permeable),ditunjukan untuk tanah yang memang benar-benar mempunyai sifat meloloskan air. Sebaliknya tanah disebut kedap air (impermeable),bila tanah tersebut mempunyai kemampuan 581

2 Prosiding SNTT FGDT 2016 meloloskan air yang sangat kecil, sehingga konsep dasar rembesan dari tinggi energi dan kehilangan energi ketika air mengalir melalui tanah telah disebutkan ketika air mengalir melalui medium berpori seperti tanah akan terjadi kehilangan energi yang terserap oleh tanah. Rembesan pada tanah merupakan aliran yang secara terus menerus mengalir dari hulu menuju hilir. Aliran air ini merupakan aliran dari air sungai melalui material yang lolos air (permeable), pola aliran dan debit rembesan yang keluar melalui tubuh bendungan atau dibawah tubuh bendung sangat penting dan perlu untuk diperhatikan. Menurut [Yeh William : 2006] analisa rembesan pada tanah umumnya dimodelkan baik secara fisik maupun secara empiris untuk mengetahui fenomena pola aliran dari rembesan. Selain itu, kondisi aliran yang digunakan dalam permodelan ini yaitu aliran tetap. atau (steady flow) terjadi di titik manapun jika kondisi seperti kecepatan, tekanan, dan kedalaman aliran tidak terjadi perubahan terhadap waktu. Sehingga, ratarata kecepatan dan tekanan aliran tersebut konstan sehingga mengalami kondisi pergerakan tanah akibat karena tekanan aliran tetap terus menerus mengalir dari hulu ke hilir. Debit rembesan yang besar dapat menimbulkan piping serta gejala sembulan (boiling) yang dapat membahayakan kestabilan tubuh tanggul [S.Sosrodarsono, dkk : 1997], Debit rembesan harus dibatasi yaitu 2% sampai 5 % dari debit rata-rata yang masuk ke dalam waduk atau saluran. Semakin besar debit ratarata yang mengalir maka presentase maksimal yang diambil harus semakin kecil Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung debit rembesan antara lain, Hukum Darcy, metode Dupuit, L Casagrandedll [S.Sosrodarsono, dkk : 1990] Pada Gambar 1 dibawah ini terdapat perbedaan tinggi muka air antara bagian hulu (h1) dan hilir atau tail water (h2). Dalam hal ini Dupuit mengasumsikan rembesan per unit dalam koordinat X dan Y dalam rumus q = k y dy (1) dx Integrasi dan disubtitusikan dengan boundary conditions qx = 0, y = h1 dan X = L, y = h2 Ditentukan sebuah rumus q = K (h 1 2 h 2 ) 2L Dengan : h 1 = tinggi nuka air di hulu (cm) h 2 = tinggi muka air di hilir (cm) L = panjang jarak horizontal K = koefisien fermeabilitas (2) K y h1 K h2 X Gambar 1. Rembesan Air asin dalam tanah dari hulu ke hilir Persamaan tersebut disebut Dupuit s Formula, sedangkan untuk menentukan formasi garis depresi ditentukan dengan menentukan tinggi h. L h = h 1 2 (h 1 2 h 2 2 ) X L (3) Besarnya debit menurut Schaffemak dan Van Iterson q = k a sin.tan (4) 582

3 Casagrande mengusulkan cara untuk menghitung rembesan (tubuh bendungan) yang didasarkan pada pengujian model, berdasarkan persamaan berikut : q = k a sin 2 (5) dimana : a = tinggi garis kemiringan hilir pada dasar (cm) d = jarak lintasan rembesan (cm) H = tinggi muka air Hulu (cm) = sudut kemiringan lereng hilir k = Koefisiem permeabilitas 2.2. Aliran Air Dalam Tanah Aliran air tanah diperlukan untuk mengetahui :Banyaknya rembesan yang mengalir dibawah permukaan tanah misalnya di bawah tubuh bendung, perubahan volume tanah akibat aliran air tanah, perubahan kekuatan geser tanah. Untuk aliran air yang melalui tanah berlaku hukum DARCY dan aliran adalah laminer kecepatannya relatif rendah [S.Sosrodarsono, dkk : 1990]. Q = k.i.a (6) Dimana : Q= Debit yang mengalir, dalam (l/det) atau (m 3 /det) i= Gradien hidrolik (cm) A= Luas penampang (cm 2 ) k= Koefisien permeabilitas (cm/det) Koefisien Permeabilitas (k) adalah kecepatan aliran yang melalui rongga, harga (k) bergantung kepada : ukuran butir (Soil grain), sifat dari pada air pori, angka pori (Void ratio) e, bentuk dan susunan pori (Porositas) n serta drajat kejenuhan Sr. Kecepatan Darcy dan rembesan kecepatan permeabilitas pada media berpori (pasir, kerikill berpasir, tanah dan tanah liat) berbeda sesuai panjang sampel, pada panjang sampel yang sama kecepatan Darcy menurun pada pasir halus sementara pada pasir kerikil kecepatan Darcy meningkat, nilai konduktivitas hidrolik atau koefisien permeabilitas bervariasi [Edi Harseno : 2006]. Untuk mengetahui tekanan air pori yang terjadi pada kedalaman di bawah muka air tanah. Bernoulli memberikan suatu persamaan ; h = P + V2 + z (7) γw 2g dengan: h = tinggi energy total, = tekanan (KN/cm 2 ), V = kecepatan (cm/det), w = berat volume air, g = percepatan gravitasi (cm/det 2 ), z = tinggi elevasi (cm) Kecepatan rembesan v di dalam tanah sangat kecil, maka factor kecepatan diabaikan, dimana V 2 /2g = 0. Dengan diabaikannya factor kecepatan maka persamaan Bernoulli menjadi : h = P + z (8) γw Untuk menghitung banyaknya rembesan lewat tanah dengan perbedaan tinggi energy, seperti pada gambar. Koefisien permebilitas tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kekentalan cairan, distribusi ukuran pori, distribusi ukuran butir, angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah. Harga koefisien rembesan untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda-beda.beberapa harga koefisien rembesan diberikan pada tabel 1 [S.Sosrodarsono, dkk : 1997]. 583

4 Prosiding SNTT FGDT 2016 Gambar 2. Aliran Rembesan Dalam Tanah Tabel 1. Harga koefisien rembesan (k) Jenis tanah K (cm/detik) (ft/menit) Kerikil bersih 1, ,0-200 Pasir kasar 1,0-0,01 2,0-0,02 Pasir halus 0,01-0,001 0,02-0,002 Lanau 0,001-0, ,002-0,00002 Lempung Kurang dari 0, Kurang dari 0, METODOLOGI Penelitian dilaksanakan secara eksperimental di laboratorium dengan rancangan penelitian sebagai berikut: 3.1. Alat, Bahan dan Model Penelitian Secara umum jenis alat, bahan dan model penelitian yang dipergunakan dalam percobaan antara lain : a. Alat : Eunha permeability tank model, Mistar ukur untuk mengukur kedalaman air dan elevasi dasar saluran, Mesin pompa air untuk digunakan pengisian air ke dalam alat EunhaPermeabeality Tank Model, Stop watch untuk mengukur kecepatan aliran, Ayakan no. 4, Bejana ukur / Gelas ukur, Kamera dan peralatan lainya yang digunakan untuk foto dokumentasi, Selang air, serta alat tulis b. Bahan Pasir putih dengan tiga tipe, lolos saringan no 200 (halus), lolos saringan no 100 (sedang) dan lolos saringan No.4 dan tetahan no.60 (kasar), Air, zat pewarna c. Model Penelitian Penyusunan model penelitian ini dengan menggunakan alat Eunha Permeability Tank model EH PMT 1800 Material 15 mm Acrylplate dengan standar volume 600 mm scale dengan dimensi 460 w x 700 H (mm). Dapat ditunjukan sesuai pada Gambar.3a.alat ukur, 3b dan 3c material pasir halus dan kasar Gambar 3a. Alat ukur Eunha Permeability 584

5 3.2. Variabel yang Diteliti Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variable yang diteliti yaitu : a. Variabel bebas : Tinggi muka air (H),Tekanan air (p)waktu (t),jarak lintasan rembesan (L) Sudut kemiringan lereng hulu ( ) b. Variabel terikat : Debit rembesan (Q f), Kefisien permeabilitas (k) Keterangan gambar : A. Titik Pengamatan tekanan B. Pipa Pembuang C. Tinggi muka air D. Model akuifer pantai (pasir pantai) E. Multi tube mano meter F. Pipa pengaliran Gambar 4.Pengamatan Rembesan air dalam pasir 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hubungan Kedalaman air dan Jarak Rembesan Data kedalaman dan jarak rembesan diambil berdasarkan hasil pengukuran pada tiga model tanggul dengan tiga jenis pasir yang berbeda pada tinggi muka air yang sama (H20), hasil pengukuran kedalaman dan jarak rembesan pada gambar 5 Grafik tersebut menunjukkan pola aliran pada setiap muka air,untuk muka air P Kasartinggi pizometer 20 cm pada jarak selang 40 cm, pada jarak selang 55 cm tinggi pizometer 15 cm dan mencapai jarak selang 100 cm tinggi pizometer 1,2 cm. Untuk Pasir sedang tinggi pizometer 20 cm pada jarak 45 cm, pada jarak selang 60 cm tinggi pizometer 15 cm dan mencapai jarak selang 95 cm tinggi pizometer 3.2 cm. Untuk Pasir halus tinggi pizometer 20 cm pada jarak 45 cm, pada jarak selang 65 cm tinggi pizometer 15 cm dan mencapai jarak selang 90cm tinggi pizometer 7 cm Jarak (cm) Pasir Halus Pasir Sedang Pasir Kasar Gambar 5. Hubungan antara Kedalaman air dan Jarak Rembesan 585

6 Seepage Velocity q (cm/s) Prosiding SNTT FGDT Analisa Debit Rembesan Berdasarkan Metode Dupuit Perhitungan debit rembesan pada pasir kasar K = mm/detik h1 = 20 cm h2 = 19.7 cm L = 5 cm q = K (h 1 2 h 2 2 ) 2L q = ( ) = ml/jam 2X 5 Hubungan antara jarak dan debit rembesan, masing-masing jenis pasir dengan metode Dupuit pada gambar 6berikut : Relationship Distance Vs Seepage velocity coarse sand Medium sand fine sand Distance (cm) Gambar 6. Hubungan antara Jarak dan Debit Rembesan Grafik diatas menunjukkan debit rembesan menggunakan metode Dupuit pada setiap jarak,untuk muka air Pasir kasardebit rembesan sebesar ml/jam pada jarak 47 cm,. Pasir sedangdebit rembesan sebesar ml/jam pada jarak 53 cm, sedangkan Pasir halusdebit rembesan sebesar ml/jam pada jarak 56 cm. Hal ini menunjukkan bahwa makin besar ukuran pori maka debit rembesan semakin besar. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa makin panjang jarak rembesan, maka semakin besar debit rembesan yang diperoleh berdasarkan kedalaman rembesan pada masing-masing jenis pasir. 5. KESIMPULAN Berdasarkan data pengamatan di laboratorium pemodelan terdirin atas jenis pasir halus, pasir sedang dan pasir kasar yang berasal dari pantai, Formasi pasir kasar lebih mampu melewatkan air dibanding pasir halus. Dilihat dari nilai K pasir halus sangat berpotensi menjadi dengan endapan pantai sebagai lapisan kedap air, sebagai akibat perbedaan karakter dan sifat dari batuan penyusun litologi, maka akan terjadi perbedaan nilai konduktifitas hidrolik. Hal ini akan mempengaruhi pola rembesan air asin pada daerah pantai dan sekaligus mempengaruhi pola aliran air tanah, dimana jika air melalui media dengan nilai konduktifitas yang lebih kecil, maka arah alirannya akan berubah menuju media dengan konduktifitas hidrolik yang lebih besar. Hal ini terjadi karena air cenderung mencari media yang dapat meloloskan air dengan kecepatan aliran yang lebih besar.sehingga bias disimpulkan bahwa besar kecilnya rembesan air asin yang terjadi pada akuifer pantai dapat dikontrol dengan mengubah permeabilitas pasir tersebut. DAFTARPUSTAKA Devendra Kumar et al, (2012), International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 7, July ISSN

7 Law, D. (2012). Modified Design of Experimental Setup and Measurement of Permeability of the Sand by Using, 2(7), Lecturer, S. (2003). Scaling of Seepage Flow Velocity in Centrifuge Models, 326(March). Leonid N., Germanovich and Lawrence C. Murdoch, (2010), Injection of solids to lift coastal areas, journal is The Royal Society Nurnawaty, et al (2015), Studi Pengaruh Sekat Grouting Air-Semen Pada Pasir Pantai Untuk Mengurangi Intrusi Air Laut, Prosiding SNTT3, FGDT-PTMVIMakassar ISSN X Papadopoulou MP, et al, (2005), Modelling The Saltwater Intrusion Phenomenon In Coastal Aquifers A Case Study Industrial Zone Of Herakleio In Crete, Global Nest Journal Vol.7 No.2, pp Siti Zubaedah Kurdi, dkk, (2002), Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar, Proseding Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global. Edi Harseno, dkk, (2008), Tinjauan tinggi tekanan Air di bawah Bendung dengan Turap dan Tanpa Turap Pada Tanah Berbutir Halus, FT UKRIM, Yogyakarta Udiana I Made, (2006), Teknik Pengujian Tekanan Air Pada Pekerjaan Grouting Proyek Bendungan/Waduk Nipah Madura Jawa Timur, Jurnal jurusan teknik Siplil FST Undana Seepage velocities derived from thermal records using wavelet analysis. (2013), S. Sosrodarsono, (1997), Bendungan Type Urugan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta S. Sosrodarsono dan Nakazawa, (1990), Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT Pradnya Paramita, Jakarta Wikipedia, (2012), diakses 5 Mei 2013 Yeh William WG, (2006), Modelling And Optimization Of Seawater Intrusion Brriers In Southern California Coastal Plain, Technical Completion Reports, University Of California Water Resources Centre, Uc Berkeley, ( 587

Studi Pengaruh Sekat Grouting Air-Semen Pada Pasir Pantai Untuk Mengurangi Intrusi Air Laut

Studi Pengaruh Sekat Grouting Air-Semen Pada Pasir Pantai Untuk Mengurangi Intrusi Air Laut Studi Pengaruh Sekat Grouting Air-Semen Pada Pasir Pantai Untuk Mengurangi Intrusi Air Laut Nurnawaty 1*, Farida 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan

Lebih terperinci

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH Permeabilitas : sifat bahan berpori (permeable / pervious), yang memungkinkan zat cair dapat mengalir lewat rongga porinya. Derajat permeabilitas tanah ditentukan

Lebih terperinci

ANALISIS REMBESAN PADA BENDUNG TIPE URUGAN MELALUI UJI HIDROLIK DI LABORATORIUM HIDRO FT UNSRI

ANALISIS REMBESAN PADA BENDUNG TIPE URUGAN MELALUI UJI HIDROLIK DI LABORATORIUM HIDRO FT UNSRI ANALISIS REMBESAN PADA BENDUNG TIPE URUGAN MELALUI UJI HIDROLIK DI LABORATORIUM HIDRO FT UNSRI Sukirman Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar Palembang Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki karakteristik tanah yang mudah meloloskan air. Berdasarkan hasil borring dari Balai Wilayah

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE Klasifikasi tanah metode USDA Klasifikasi tanah metode AASHTO Klasifikasi tanah metode USCS Siklus HIDROLOGI AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat di bawah permukaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

Permeabilitas dan Rembesan

Permeabilitas dan Rembesan 9/7/06 Permeabilitas dan Rembesan Mekanika Tana I Norma Puspita, ST.MT Aliran Air Dalam Tana Sala satu sumber utama air ini adala air ujan yang meresap ke dalam tana lewat ruang pori diantara butiran tananya.

Lebih terperinci

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR Johannes Patanduk, Achmad Bakri Muhiddin, Ezra Hartarto Pongtuluran Abstrak Hampir seluruh negara di dunia mengalami

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN Oleh : SYAHIDAH INAYAH D 111 08 857 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

PEMODELAN PEREMBESAN AIR DALAM TANAH

PEMODELAN PEREMBESAN AIR DALAM TANAH PEMODELAN PEREMBESAN AIR DALAM TANAH Muhammad Hamzah, S. 1,3, Djoko, S. 1, Wahyudi, W.P. 1, Budi, S. 2 1. Department Geophysics Engineering ITB 2. Department Mining Engineering ITB 3. Physics Department,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Air sebagai salah satu kebutuhan dasar semua mahluk hidup di dunia sama pentingnya dengan udara yang diperlukan untuk bernafas sangat erat dan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

PENGARUH FLUKTUASI MUKA AIR WADUK TERHADAP DEBIT REMBESAN MENGGUNAKAN MODEL SEEP/W (Studi Kasus di Bendungan Benel, Kabupaten Jembrana, Bali)

PENGARUH FLUKTUASI MUKA AIR WADUK TERHADAP DEBIT REMBESAN MENGGUNAKAN MODEL SEEP/W (Studi Kasus di Bendungan Benel, Kabupaten Jembrana, Bali) PENGARUH FLUKTUASI MUKA AIR WADUK TERHADAP DEBIT REMBESAN MENGGUNAKAN MODEL SEEP/W (Studi Kasus di Bendungan Benel, Kabupaten Jembrana, Bali) Rahman Hakim Ardiansyah 1), Sobriyah 2), Agus Hari Wahyudi

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah 1. Definisi Tanah Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung berbagai macam unsur senyawa kimia yang dinyatakan sebagai material pembentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN TINGGI TEKANAN AIR DI BAWAH BENDUNG DENGAN TURAP DAN TANPA TURAP PADA TANAH BERBUTIR HALUS

TINJAUAN TINGGI TEKANAN AIR DI BAWAH BENDUNG DENGAN TURAP DAN TANPA TURAP PADA TANAH BERBUTIR HALUS TINJAUAN TINGGI TEKANAN AIR DI BAWAH BENDUNG DENGAN TURAP DAN TANPA TURAP PADA TANAH BERBUTIR HALUS Edy Harseno 1) Edi Daryanto 2) 1) Jurusan teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta 2) Jurusan teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Air Tanah Tanah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energi yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL BANDUNG 2004 ABSTRAK

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL BANDUNG 2004 ABSTRAK PENGARUH GEOTEKSTIL PADA ANGKA PERMEABILITAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA-BEDA (STUDI LABORATORIUM) Disusun Oleh : Richard R. Sitorus. NRP : 9821058 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA Agnes Tristania Sampe Arung NRP : 0821024 Pembimbing : Ir.Endang Ariani, Dipl. H.E. NIK : 210049 ABSTRAK Papua

Lebih terperinci

Mekanika Tanah 2 Konsep Tegangan Efektif

Mekanika Tanah 2 Konsep Tegangan Efektif Mekanika Tanah 2 Konsep Tegangan Efektif Anggota kelompok : Rico Sihotang [10308078] Risty Mavonda P [10308079] Susanti [10308080] Company LOGO KONSEP TEGANGAN EFEKTIF Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah dan Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

ANALISA PENGOLAHAN AIR HUJAN (AIR TANAH) TERHADAP MUKA AIR TANAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERMEABILITAS LAPANGAN (SUMUR UJI)

ANALISA PENGOLAHAN AIR HUJAN (AIR TANAH) TERHADAP MUKA AIR TANAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERMEABILITAS LAPANGAN (SUMUR UJI) ANALISA PENGOLAHAN AIR HUJAN (AIR TANAH) TERHADAP MUKA AIR TANAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERMEABILITAS LAPANGAN (SUMUR UJI) (Studi Kasus : Pada Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro) Masykur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah untuk menganalisa kuat tekan dan permeabilitas beton foam. Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium teknologi beton Universitas Muhammadiyah Malang. 3.1.

Lebih terperinci

Observasi Garis Freatis pada Model Bendungan Berdasarkan Kepadatan Tanah Melalui Model Fisik

Observasi Garis Freatis pada Model Bendungan Berdasarkan Kepadatan Tanah Melalui Model Fisik Azmeri, dkk. ISSN 08532982 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Observasi Garis Freatis pada Model Bendungan Berdasarkan Kepadatan Tanah Melalui Model Fisik Azmeri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Air Tanah. Air Tanah adalah

Air Tanah. Air Tanah adalah Air Tanah Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Air Tanah adalah pergerakan air dalam rongga pori batuan di bawah permukaan bumi dan merupakan bagian integral dari sistem hidrologi air yg

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal 08 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. : 08-14, September 016 ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal I B. Giri Putra*, Yusron Saadi*,

Lebih terperinci

Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST.MT.

Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST.MT. JARINGAN ALIRAN (Flow Net) Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST.MT. Persamaan Kontinuitas Pada bab sebelumnya telah dibahas, untuk menghitung banyaknya air yang mengalir melalui tanah diperlukan hukum Darcy.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PERILAKU TINGGI TEKANAN AIR DAN REMBESAN PADA BENDUNG MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDUNG TANPA TURAP ABSTRACT

TINJAUAN PERILAKU TINGGI TEKANAN AIR DAN REMBESAN PADA BENDUNG MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDUNG TANPA TURAP ABSTRACT TINJAUAN PERILAKU TINGGI TEKANAN AIR DAN REMBESAN PADA BENDUNG MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDUNG TANPA TURAP Ariyani, N 1), Soehoed, Y.D.M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR M.S. Pallu 1, M.P.Hatta 1, D.P.Randanan 2 ABSTRAK Agradasi adalah penumpukan bahan-bahan

Lebih terperinci

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G. STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan Journal INTEK. April 17, Volume 4 (1): 6-6 6 Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan Hasdaryatmin Djufri 1,a 1 Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Tamalanrea Km., Makassar,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada

Lebih terperinci

DISERTASI MENGURANGI INTRUSI AIR ASIN PADA AKUIFER PANTAI

DISERTASI MENGURANGI INTRUSI AIR ASIN PADA AKUIFER PANTAI DISERTASI STUDI EKSPERIMENTAL MODEL SEKAT SOIL SEMEN UNTUK MENGURANGI INTRUSI AIR ASIN PADA AKUIFER PANTAI EXPERIMENTAL STUDY OF SOIL CEMENT BARRIER MODEL TO REDUCED SALTWATER INTRUSION AT COASTAL AQUIFER

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI 50 PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI Tugiran 1) Subari 2) Isman Suhadi 3) 1) Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam

Lebih terperinci

TUGAS MEKANIKA TANAH

TUGAS MEKANIKA TANAH TUGAS MEKANIKA TANAH PEMADATAN TANAH DOSEN : SIANA DEWI ARTHA, ST. NAMA : RESTU ILLAHI NIM : DBD 111 0120 JURUSAN : TEKNIK PERTAMBANGAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUJIAN TEKANAN AIR PADA PEKERJAAN GROUTING PROYEK BENDUNGAN/WADUK NIPAH MADURA-JAWA TIMUR. I Made Udiana *)

TEKNIK PENGUJIAN TEKANAN AIR PADA PEKERJAAN GROUTING PROYEK BENDUNGAN/WADUK NIPAH MADURA-JAWA TIMUR. I Made Udiana *) TENI PENGUJIAN TEANAN AIR PADA PEERJAAN GROUTING PROYE BENDUNGAN/WADU NIPAH MADURA-JAWA TIMUR I Made Udiana ABSTRA Injeksi semen bertekanan (grouting) adalah suatu proses, di mana suatu cairan diinjeksikan/disuntikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Manusia akan memanfaatkan Sumberdaya yang ada di Lingkungan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

DEBIT ALIRAN AIR TANAH MELALUI PIPA BERPORI

DEBIT ALIRAN AIR TANAH MELALUI PIPA BERPORI EBIT ALIRAN AIR TANAH MELALUI PIPA BERPORI Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta email : edysriyono@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah 1. Sifat fisik tanah gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah

Lebih terperinci

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN A. Pengertian Tanah Sejarah terjadinya tanah, pada mulanya bumi ini berupa bola magma cair yang sangat panas. Karena adanya proses pendinginan permukannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses TINJAUAN PUSTAKA Intrusi Air Laut Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah

Lebih terperinci

DEBIT ALIRAN AIR TANAH MELALUI PIPA BERPORI

DEBIT ALIRAN AIR TANAH MELALUI PIPA BERPORI EBIT ALIRAN AIR TANAH MELALUI PIPA BERPORI Edy Sriyono Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta email : edysriyono@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR Hikmat NRP : 9021020 NIRM: 41077011900138 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara. TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI 1. : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? : butiran tanah, air, dan udara. : Apa yang dimaksud dengan kadar air? : Apa yang dimaksud dengan kadar

Lebih terperinci

METODE SEDERHANA PENENTUAN DIMENSI GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI

METODE SEDERHANA PENENTUAN DIMENSI GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 METODE SEDERHANA PENENTUAN DIMENSI GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI Chairul Paotonan Staf

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

TEORI TERZAGHI KO K N O S N O S L O I L DA D S A I S SA S T A U T U DI D ME M N E S N I S

TEORI TERZAGHI KO K N O S N O S L O I L DA D S A I S SA S T A U T U DI D ME M N E S N I S TEORI TERZAGHI KONSOLIDASI SATU DIMENSI Teori Terzaghi tentang Konsolidasi Satu Dimensi Anggapan-anggapan Tanah homogen Tanah jenuh Butiran tanah dan air tidak dapat dimampatkan Kemampatan dan aliran hanya

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI Roski R.I. Legrans ABSTRAK Efek samping dari produk yang dihasilkan suatu industri adalah limbah industri. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993). BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:26) Metode Penelitian adalah cara yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:26) Metode Penelitian adalah cara yang 32 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (2006:26) Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya. Selanjutnya Surakhmad (1994:139)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di labolatorium hirolika pengairan jurusan teknik sipil fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

9/14/2016. Jaringan Aliran

9/14/2016. Jaringan Aliran Jaringan Aliran Jaringan aliran merupakan kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial. Garis aliran adalah suatu garis sepanjang mana butir butir air akan bergerak dari bagian hulu kebagian

Lebih terperinci

2.8.5 Penurunan Kualitas Udara Penurunan Kualitas Air Kerusakan Permukaan Tanah Sumber dan Macam Bahan Pencemar

2.8.5 Penurunan Kualitas Udara Penurunan Kualitas Air Kerusakan Permukaan Tanah Sumber dan Macam Bahan Pencemar DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN... i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... ii ABSTRAK... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT)

ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT) ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT) Auliya Nusyura Al Islami 1, Eko Andi Suryo 2, Arief Rachmansyah 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Kestabilan Struktur Embankment Di Daerah Reklamasi (Studi Kasus : Malalayang)

Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Kestabilan Struktur Embankment Di Daerah Reklamasi (Studi Kasus : Malalayang) Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Kestabilan Struktur Embankment Di Daerah Reklamasi (Studi Kasus : Malalayang) Richard Olden Sa pang Balamba S.,Sumampouw J. Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT Kolhua IPAB is a means of channeling water to the people

Lebih terperinci

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Agus Setyo Muntohar * Abstrak: Pengaruh aliran air atau rembesan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP KOEFISIEN PERMEABILITAS MATERIAL CRUSHEDLIMESTONE ABSTRAK

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP KOEFISIEN PERMEABILITAS MATERIAL CRUSHEDLIMESTONE ABSTRAK PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP KOEFISIEN PERMEABILITAS MATERIAL CRUSHEDLIMESTONE Agita Risma Artika NRP: 1221034 Pembimbing: Andrias Suhendra Nugraha, S.T., M.T. ABSTRAK Parameter permeabilitas menjadifaktor

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN DESAIN TEKNIS REHABILITASI GROUNDSILL KRETEK DI SUNGAI OPAK DISAMPAIKAN KEPADA BIDANG BINA MARGA DINAS KIMPRASWIL PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan Pengaruh Variasi Jarak Celah pada Konstruksi Dinding Pasangan Bata Beton Bertulang Penahan Tanah Terhadap Deformasi Lateral dan Butiran Yang Lolos Celah dari Lereng Pasir + 20% Kerikil Ach. Lailatul Qomar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Menurut Kalsim dan Sapei (2003), tanah (soil) berasal dari bahasa Latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan

Lebih terperinci

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap Badan Standardisasi Nasional SNI 8071:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan untuk memodelkan potensi hydraulic fracture pada saat pengisian pertama bendungan rockfill. Berikut

Lebih terperinci

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN May 14 Transpor Sedimen Karakteristika Aliran 2 Karakteristika fluida air yang berpengaruh terhadap transpor sedimen Rapat massa, ρ Viskositas, ν Variabel aliran

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.1. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi, terlebih dahulu harus diketahui kondisi existing dari lokasi tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) <satu spasi> Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2

KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) <satu spasi> Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2 Prosiding SNTT FGDT 2015 KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

SIMULASI PIPING DAN DAYA DUKUNG TANAH PADAA BANGUNAN SPILLWAY EMBUNG PROYEK AKHIR

SIMULASI PIPING DAN DAYA DUKUNG TANAH PADAA BANGUNAN SPILLWAY EMBUNG PROYEK AKHIR SIMULASI PIPING DAN DAYA DUKUNG TANAH PADAA BANGUNAN SPILLWAY EMBUNG PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas TeknikUniversitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, BAB 2 LANDASAN TEORI Pusat listrik memiliki berbagai macam sumber tenaga, diantaranya adalah: 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II Oleh : Iswinarti Iswinarti59@gmail.com Program Studi Teknik Sipil Undar

Lebih terperinci

Dosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST.

Dosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST. STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK, DAN DINAMIK TANAH TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG- MALANG Disusun Oleh : Aburizal Fathoni 3110.1060.14 Abraham

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Dicky Rahmadiar Aulial Ardi, Mahendra Andiek Maulana, dan Bambang Winarta Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi sungai Progo Hilir, porositas sedimen dasar sungai Progo Hilir pasca erupsi Gunung Merapi 2010, dan mengetahui

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN Amelia Ester Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ame910@gmail.com ABSTRAK Danau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Dikarenakan belum adanya buku peraturan dan penetapan standard untuk beton berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

BATAS SUSUT. Kadar air, w= 100% 89.63

BATAS SUSUT. Kadar air, w= 100% 89.63 ATTERBERG LIMIT BATAS SUSUT Nama Instansi : Unika Soegijapranata Kedalaman Tanah : 1.5 meter Nama Proyek : Praktikum Mektan Nama Operator : Lokasi Proyek : Lab Mektan Unika Nama Engineer : Deskripsi tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus mempertimbangkan daya dukung tanah yang sangat terbatas serta penurunan yang cukup besar dimana

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN Dea Teodora Ferninda NRP: 1221039 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Dalam pengelolaan air terdapat tiga aspek utama

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR Alpon Sirait NRP : 9921036 Pembimbing : Theo F. Najoan, Ir., M.Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

Analisis Potensi Air A I R

Analisis Potensi Air A I R Analisis Potensi Air A I R Sumber Daya habis terpakai tetapi dapat diperbaharui/di daur ulang Persediaan air bumi yang dapat diperbaharui diatur oleh siklus hydrologic (Siklus air), yaitu suatu sistem

Lebih terperinci

STUDI REMBESAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SEEP/W GEOSTUDIO ABSTRAK

STUDI REMBESAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SEEP/W GEOSTUDIO ABSTRAK STUDI REMBESAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SEEP/W GEOSTUDIO Christy Anandha Putri NRP: 0621032 Pembimbing: Ibrahim Surya, Ir., M.Eng. ABSTRAK Tanah tempat kita berpijak merupakan suatu unsur yang terbentuk

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: D-122

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: D-122 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 1) ISSN: 31-971 D-1 Studi Pengaruh Pembebanan Statis dan Dinamis Terhadap Dangkal dengan Perkuatan Tiang Buis dari Komposisi Optimal Beton yang Menggunakan Material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

ANALISA PERMEABILITAS ZONA INTI DAN ZONA FILTER BENDUNGAN LOGUNG

ANALISA PERMEABILITAS ZONA INTI DAN ZONA FILTER BENDUNGAN LOGUNG JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Halaman 70-82 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts ANALISA PERMEABILITAS ZONA INTI DAN ZONA FILTER BENDUNGAN LOGUNG Vrishella

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE

PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE Bona Johanes Simbolon NRP : 01211116 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu

Lebih terperinci

ALIRAN. Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc. Teknik Geologi

ALIRAN. Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc. Teknik Geologi ALIRAN Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc. Materi yang Dibahas Aliran Airtanah Jaring Aliran (Flow Net) Dispersi Aliran airtanah melalui bidang perlapisan Three point problem Aliran Airtanah MENGAPA TERJADI

Lebih terperinci

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen

Lebih terperinci