BAB III PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN MODAL VENTURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN MODAL VENTURA"

Transkripsi

1 BAB III PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN MODAL VENTURA Berikut ini adalah tabel mengenai pokok-pokok perubahan dan tambahan pengaturan dalam upaya penyempuraan, pengaturan kegiatan usaha modal ventura: Tabel 1. Periodisasi Perkembangan Kelembagaan Peraturan Modal Ventura Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) Pengaturan 1. PP 18 Tahun 1973 tentang Penyerta an Modal Negara untuk Pendirian 1. KepMenKeu. No. 250/KMK.04 /1995 Tentang Perusahaan Kecil dan menegah Pasangan Perpres No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiay aan.

2 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) Perusaha an Perseroa n dalam Bidang Pengemb angan Usaha Swasta Nasional. 2. Keppres 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiaya an. 3. KepMenK eu 1251/KM K.013/19 88 tentang Ketentua n dan Tata Cara Pelaksan aan Lembaga Pembiaya an. Usaha Dari Perusahaan Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura. 2. KMK No. 469/KMK.01 7/ Oktober 1995: Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal Ventura. 3. KMK No. 58/KMK.017 /1999 tanggal 15 Februari 1999: Pengawasan Kegiatan Perusahaan 2. Permenk eu No. 18/PMK. 010/201 2 tentang Perusah aan Modal Ventura. 64

3 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) 4. KepMenK eu Nomor: 1256/KM K.00/198 9 tanggal 18 Nopembe r 1989 yang menguba h Kepmenk eu 1251/ KepMenK eu 227/kmk.01/1994 : sektor: usaha perusaha an pasangan usaha dari perusaha an modal ventura dan perlakua n Modal Ventura Daerah sehingga lebih komprehensi f. 65

4 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) Bidang Kegiatan Usaha perpajak an atas penyerta an modal dan atau pengaliha n penyerta an modal perusaha an modal ventura. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu. (Pasal 2 ayat (1) Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan /penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan 66

5 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) Usaha (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu. (Pasal 1 angka 11 Keppres 61/88). KMK 250/1995). (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. (Pasal 1 ayat (2) PMK 18/2012). Status Hukum Pasal 1 ayat (2) PP 18 TAHUN 1973: didirikan bersamasama oleh Pasal 1 KMK 469/1995: Berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi 67 Pasal 11 ayat (1) PMK 18/2012: Berbentuk Perseroan Terbatas

6 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) Negara Republik Indonesia dan Bank Indonesia dalam bentuk Perseroan (PERSERO); Pasal 3 ayat (2) KEPPRES 61 TAHUN 1988 dan ketentuan lebih lanjut dalam periode I PMV berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi. atau Koperasi Sifat Pertanggungja waban Pasal 5 PP 18/73: Dikuasakan kepada Menteri Keuangan dan dapat Bagian Mengingat angka 4 KMK 59/99: Sesuai Anggaran Dasar. Bab III PMK 18/2012: Sesuai Anggaran Dasar. 68

7 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) dikuasakan dengan hak substitusi kepada seorang Menteri atau Pejabat Negara lainnya, dengan ketentuan bahwa Rancangan Anggaran Dasar PERSERO harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan. Jangka Waktu Penyertaan modal dalam setiap Perusahaan Pasangan Usaha Penyertaan modal perusahaan modal ventura pada setiap perusahaan pasangan Bersifat sementara dengan jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) 69

8 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 (sepuluh) tahun. (Pasal 2 ayat (1) KMK 227/1994). usaha dilakukan selama perusahaan pasangan usaha tersebut belum menjual saham di bursa efek dan untuk jangka waktu tidak melebihi 10 (sepuluh) tahun. (Pasal 2 ayat (1) KMK 250/1995). tahun. (Pasal 6 ayat (1) PMK 18/2012) Permodalan Pasal 3 ayat (1) PP 18 TAHUN 1973: Modal dasar PERSERO berjumlah Rp ,- (sepuluh milyar rupiah). Pasal 3 ayat (2) Pasal 1 KMK 469/1995: (a) Perusahaan Swasta Nasional sekurangkurangnya sebesar Rp (tiga milyar rupiah); (b) Perusahaan, Patungan sekurangkurangnya sebesar Rp Pasal 19 ayat (1) PMK 18/2012Per usahaan Nasional : (a) Koperasi memiliki simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebesar paling sedikit Rp

9 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) KEPMENKE U 1251/KMK. 013/1988: (a) Perusahaan Swasta Nasional sekurangkurangnya sebesar Rp (tiga milyar rupiah); (b) Perusahaan, Patungan sekurangkurangnya sebesar Rp (sepuluh milyar rupiah); (c) Koperasi sekurangkurangnya Rp (tiga (sepuluh milyar rupiah); (c)koperasi sekurangkurangnya Rp (tiga milyar rupiah) ,00 (lima miiar rupiah); (b) Perseroan Terbatas, modal disetor paling sedikit ,00 ( sepuluh miliar rupiah). Perusahaan Patungan, modal disetor paling sedikit sebesar Rp ,00 (tiga puluh miliar rupiah). 71

10 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) milyar rupiah). Pengelolaan Pasal 5 ayat (1) PP 18/73: Dikuasakan kepada Menteri Keuangan. Pasal 3 ayat (1) Pasal 57 PMK 18/2012Per usahaan Nasional. KEPPRES 61 TAHUN 1988: Bank; Lembaga Keuangan Bukan Bank; Perusahaan Pembiayaan. Pengawasan Pasal 5 ayat (2) PP 18/73: Menteri Keuangan dapat menyerahka n Pasal 1 KMK 58/99: Menteri Keuangan, dengan dibantu oleh Direktorat Jenderal Lembaga Pasal 11 Perpres 9/2009: Menteri melakukan pengawasan dan pemeriksaan 72

11 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) kekuasaan dengan hak substitusi kepada Menteri atau Pejabat Negara lainnya, dengan ketentuan bahwa Rancangan Anggaran Dasar PERSERO harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan. Keuangan dan PT Bahana. terhadap pembiayaan modal ventura. Larangan Pasal 5 Keppres 61/88: Perusahaan Pembiayaan dilarang menarik dana secara Pasal 9 Perpres 9/2009: Perusahaan Pembiayaan dilarang menarik dana secara 73

12 Indikator Periode 1 (mulai tahun ) Periode 2 (mulai tahun ) Periode 3 (2009- sekarang) langsung dari masyarakat dalam bentuk: Giro; Deposito; Tabungan; Surat Sanggup Bayar (Promissory Note). Perusahaan Perdaganga n Surat Berharga. langsung dari masyarakat dalam bentuk: Giro; Deposito; Tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamaka n dengan itu. Untuk lebih memahami tabel di atas, Penulis akan menarasikan dalam bentuk kalimat seperti di bawah ini: a. Periode 1 (mulai tahun ) Modal ventura diatur dalam PP 18 Tahun 1973 tentang Penyertaan Modal Negara untuk Pendirian 74

13 Perusahaan Perseroan dalam Bidang Pengembangan Usaha Swasta Nasional; Keppres 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan; KepMenKeu 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan; KepMenKeu Nomor: 1256/KMK.00/1989 tanggal 18 Nopember 1989 yang mengubah Kepmenkeu 1251/88; dan KepMenKeu 227/kmk.01/1994: sektor: usaha perusahaan pasangan usaha dari perusahaan modal ventura dan perlakuan perpajakan atas penyertaan modal dan atau pengalihan penyertaan modal perusahaan modal ventura. Bidang kegiatan usaha dalam periode ini ialah Perusahaan Modal Ventura melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu. Status hukum dalam periode ini terbagi menjadi dua, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 75

14 1973: didirikan bersama-sama oleh Negara Republik Indonesia dan Bank Indonesia dalam bentuk Perseroan (PERSERO). Sedangkan pada Keppres Nomor 61 Tahun 1988 dan ketentuan lebih lanjut dalam periode I PMV berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi. Sifat pertanggungjawaban dalam periode ini yaitu dikuasakan kepada Menteri Keuangan dan dapat dikuasakan kembali dengan hak substitusi kepada seorang Menteri atau Pejabat Negara lainnya, dengan ketentuan bahwa Rancangan Anggaran Dasar PERSERO harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan. Jangka waktu dalam periode ini yaitu tidak boleh melebihi jangka waktu sepuluh tahun. Permodalan dalam periode ini terbagi menjadi dua, yaitu: dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun1973 menyebutkan bahwa pemodal dalam kegiatan ini yaitu Negara Republik Indonesia dan 76

15 Bank Indonesia. Modal dasar PERSERO berjumlah Rp ,-(sepuluh milyar rupiah). Sedangkan dalam Kepmenkeu 1251/KMK.013/1988 pemodalnya adalah: (a) Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp (tiga milyar rupiah); (b) Perusahaan Patungan sekurangkurangnya sebesar Rp (sepuluh milyar rupiah); dan (c) Koperasi sekurang-kurangnya Rp (tiga milyar rupiah). Pengelolaan dalam periode ini dapat dikuasakan kepada Menteri Keuangan, atau menurut Keppres Nomor 61 Tahun 1988 dapat dikuasakan kepada Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan Perusahaan Pembiayaan. Sistem pengawasan dalam periode ini yaitu berada pada Menteri Keuangan, dan dapat menyerahkan kekuasaan dengan hak substitusi kepada Menteri atau Pejabat Negara lainnya, dengan ketentuan bahwa Rancangan Anggaran Dasar 77

16 PERSERO harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan. Larangan dalam periode ini ketika Perusahaan Pembiayaan menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk: Giro; Deposito; Tabungan; Surat Sanggup Bayar (Promissory Note), dan Perusahaan Perdagangan Surat Berharga. b. Periode 2 (mulai tahun ) Modal ventura diatur dalam KepMenKeu. No. 250/KMK.04/1995 tentang Perusahaan Kecil dan Menegah Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura; KMK No. 469/KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995 tentang Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal Ventura; dan KMK No. 58/KMK.017/1999 tanggal 15 Februari 1999 tentang Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah. 78

17 Bidang kegiatan usaha dalam periode ini ialah Perusahaan Modal Ventura melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu. Status hukum dalam periode ini berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi. Sifat pertanggungjawaban dalam periode ini sesuai dengan Anggaran Dasar. Jangka waktu dalam periode ini yaitu tidak boleh melebihi jangka waktu sepuluh tahun. Permodalan dalam periode ini ialah: (a) Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp (tiga milyar rupiah); (b) Perusahaan Patungan sekurang-kurangnya sebesar Rp (sepuluh milyar rupiah); dan (c) Koperasi sekurang-kurangnya Rp (tiga milyar rupiah). 79

18 Sistem pengawasan dalam periode ini yaitu berada pada Menteri Keuangan dengan dibantu oleh Dirjen Lembaga Keuangan dan PT. Bahana. c. Periode 3 (mulai tahun 2009-sekarang) Modal ventura diatur dalam Perpres Nomor. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Permenkeu No. 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura. Bidang kegiatan usaha dalam periode ini ialah Perusahaan Modal Ventura yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Status hukum dalam periode ini berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi. Sifat pertanggungjawaban dalam periode ini sesuai dengan 80

19 Anggaran Dasar. Jangka waktu dalam periode ini yaitu bersifat sementara dengan jangka waktu paling lama sepuluh tahun. Permodalan dalam periode ini ialah: Perusahaan Nasional: (a) Koperasi memiliki simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebesar paling sedikit Rp ,00 (lima miliar rupiah); (b) Perseroan Terbatas, modal disetor paling sedikit ,00 (sepuluh miliar rupiah). Perusahaan Patungan, modal disetor paling sedikit sebesar Rp ,00 (tiga puluh miliar rupiah). Pengelolaan dalam periode ini dapat dikuasakan kepada Perusahaan Nasional. Sistem pengawasan dalam periode ini yaitu dimiliki oleh Menteri Keuangan. Larangan dalam periode ini ketika Perusahaan Pembiayaan menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk: Giro; 81

20 Deposito; Tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. A. Perkembangan Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur tentang Modal Ventura Awalnya pengaturan modal ventura diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, disebutkan bahwa modal ventura diakui sebagai salah satu model penyaluran pembiayaan. Dalam keputusan tersebut ditentukan bahwa perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu. Bentuk hukum perusahaan modal ventura adalah Perseroan Terbatas atau Koperasi. Saham perusahaan modal ventura dapat dimiliki oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia (usaha patungan). Pemilikan saham oleh 82

21 Badan Usaha Asing ditentukan sebesar-besarnya 85% dari modal yang disetor. Perusahaan modal ventura dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk Giro, Deposito, Tabungan, Surat Sanggup Bayar (Promissory Note), tetapi dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar hanya sebagai jaminan atas hutang kepada Bank yang menjadi krediturnya. Setelah pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, selanjutnya dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Peraturan ini merupakan pelaksanaan lebih lanjut mengenai lembaga pembiayaan seperti yang telah disebut Keppres Nomor 61 Tahun Kemudian keputusan tersebut diubah dan disempurnakan oleh Keputusan Menteri Keuangan 83

22 Nomor 468 Tahun Dalam Keputusan Menteri Keuangan dinyatakan, lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang antara lain meliputi usaha modal ventura, kegiatan modal ventura dilakukan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha untuk: a. Pengembangan suatu penemuan baru; b. Pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya mengalami kesulitan dana; c. Membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan; d. Membantu perusahaan yang berada pada tahap kemunduran; e. Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa; f. Pengembangan berbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi, baik dari dalam maupun dari luar negeri; dan g. Membantu pengalihan pemilikan perusahaan. 84

23 Penyertaan modal dalam setiap perusahaan pasangan usaha bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 tahun. Penarikan kembali penyertaan modal oleh perusahaan modal ventura dalam segala bentuknya, dilaporkan kepada menteri keuangan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah dilaksanakan. Sebelum melakukan kegiatan usaha, perusahaan modal ventura wajib memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan. Izin usaha diberikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Izin usaha berlaku selama perusahaan modal ventura masih menjalankan usahanya. Terhadap pemberian izin usaha tidak dikenakan biaya. Perusahaan modal ventura wajib secara jelas mencantumkan Anggaran Dasar kegiatan pembiayaan yang dilakukannya. Jumlah modal disetor atau simpanan pokok dan 85

24 simpanan wajib bagi perusahaan modal ventura ditetapkan sebagai berikut: a. Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya Rp ,- (sepuluh miliar rupiah). b. Perusahaan Patungan Indonesia dan Asing sekurang-kurangnya Rp ,- (dua puluh lima miliar rupiah). c. Koperasi sekurang-kurangnya Rp ,- (lima miliar rupiah). Pembinaan dan pengawasan perusahaan modal ventura dilakukan oleh Menteri Keuangan. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh Departemen Keuangan dan dibantu oleh Bank Indonesia yang diatur dengan surat keputusan bersama. Perusahaan pembiayaan yang memperoleh izin usaha lebih dari satu kegiatan pembiayaan wajib memilih untuk menjadi perusahaan pembiayaan lain atau perusahaan modal ventura. Perusahaan pembiayaan yang telah memilih menjadi perusahaan 86

25 modal ventura dilarang melakukan transaksi Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Kartu Kredit, dan Pembiayaan Konsumen. Perusahaan modal ventura yang melakukan kegiatan pembiayaan yang bertentangan dengan ketentuan dalam keputusan ini dihentikan kegiatan-kegiatannya atau dicabut izin usahanya. Penghentian kegiatan atau pencabutan izin usaha dilakukan setelah: a. Diberikan peringatan secara tertulis kepada yang bersangkutan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan; dan b. Dilakukan pembekuan kegiatan atau izin usaha untuk jangka waktu 6 (enam) bulan sejak peringatan terakhir. Apabila sebelum berakhirnya masa pembekuan telah dilakukan perbaikan, maka kegiatan atau izin usaha diberlakukan kembali. Akan tetapi apabila sampai dengan berakhirnya masa pembekuan tidak 87

26 juga dilakukan perbaikan, kegiatan dihentikan atau izin usahanya dicabut. Peraturan selanjutnya yang mengatur mengenai modal ventura ialah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pada prinsipnya kegiatan modal ventura tidak termasuk dalam bisnis bank. Tetapi secara insidentil dan dalam hal tertentu, yakni dalam hal adanya kredit macet, bank dibenarkan untuk menyertakan modalnya ke dalam perusahaan debitur dengan ketentuan sampai masanya bank tersebut harus menarik kembali penyertaan modalnya. Jadi memang mirip kegiatan modal ventura. Perusahaan modal ventura yang pertama di Indonesia yakni PT. Bahana Pembina Usaha Indonesia (BAHANA), yang saham-sahamnya dipegang oleh Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Dengan demikian Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973 juga merupakan dasar hukum dan tonggak 88

27 sejarah mengenai berdirinya perusahaan modal ventura di Indonesia. Karena perusahaan modal ventura adalah badan hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas atau Perusahaan Perseroan yang modalnya terbagi dalam bentuk saham, maka bentuk penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha dilakukan dengan investasi pembelian saham. Apabila perusahaan pasangan usaha setuju mengembangkan perusahaan dengan bekerja sama dengan perusahaan modal ventura dalam bentuk penyertaan modal, baik penyertaan dalam bentuk pembelian saham yang sudah ada maupun dalam bentuk penambahan modal perseroan, ini berarti perusahaan modal ventura menyetorkan sejumlah uang sebagai harga saham yang akan dikuasainya. Dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 ditentukan, penyetoran atas saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau bentuk lainnya. Dalam Pasal 89

28 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 ditentukan, penambahan modal perseroan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS. Apabila penyertaan modal ini dilakukan melalui pembelian sebagian besar saham perusahaan pasangan usaha, maka akan berlaku ketentuan mengenai pengambilalihan, yang tentunya harus sudah mendapat persetujuan RUPS. Selain dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, berlaku pula ketentuan-ketentuan yang mengatur segi perdata dalam perundang-undangan seperti berikut ini: 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila bentuk hukum Perusahaan Modal Ventura adalah perusahaan perseroan. 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Berlakunya undang-undang ini 90

29 apabila perusahaan modal ventura melakukan jual beli saham di Pasar Modal. 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria dan Peraturan Pelaksanaannya. Berlaku undang-undang ini apabila perusahaan modal ventura mengadakan perjanjian mengenai dan berurusan dengan hakhak atas tanah. 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan Peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila perusahaan modal ventura berurusan dengan pendaftaran, pendaftaran ulang, dan pendaftaran likuidasi perusahaan. 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1991 dan Peraturan pelaksanaannya, semua tentang Perpajakan. Berlakunya undang-undang ini karena 91

30 perusahaan modal ventura wajib membayar pajak bumi dan bangunan, penghasilan, pertambahan nilai, serta pajak jenis lainnya. Dengan demikian dasar hukum berlakunya modal ventura ditinjau dari berbagai undang-undang dan peraturan hukum antara lain dari segi hukum perdata, segi hukum publik, dan dari segi hukum administratif B. Perkembangan Peraturan Perundang-Undangan yang Mengatur tentang Modal Ventura Mulai Sebelum Diatur dalam Peraturan Perundangundangan, Setelah Diatur dalam Peraturan Perundang-undangan, dan Modal Ventura Saat Ini. 1. Modal Ventura Sebelum Diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Keberadaan modal ventura secara resmi di mulai sejak akhir perang dunia kedua yang ditandai dengan berdirinya American Research and Development Corporation (ARDC). Perusahaan ini 92

31 melakukan investasi perusahaan yang baru berkembang dan belum dikenal oleh masyarakat luas. Dalam operasionalnya, ARDC melakukan investasi pada perusahaan (PPU) yang memiliki kriteria sebagai berikut: 2. memiliki teknologi baru atau konsep-konsep pemasaran yang baru atau inovasi terbaru; 3. mengizinkan campur tangan signifikan dari investor dalam pengelolaan perusahaan; 4. operasional PPU dilakukan oleh pekerja yang memiliki kompetensi terbaik dan berintegritas. 5. produk atau proses yang dimiliki setidaknya telah melewati tahap prototipe awal dan dilindungi oleh hak paten, hak cipta, atau perjanjian perdagangan rahasia. 6. menunjukkan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukannya divestasi pada waktu yang tidak terlalu lama. 93

32 7. berpeluang untuk memberikan nilai tambah atas investasi yang sudah ditanamkan. Perilaku berinvestasi yang dilakukan oleh ARDC memberikan gambaran awal mengenai pola kerja dalam industri modal ventura. Aturan investasi yang diterapkan banyak diterapkan oleh perusahaan modal ventura lain karena dianggap berhasil memberikan imbal hasil yang memuaskan investor Modal Ventura Setelah Diatur dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Usaha ini baru diperkenalkan melalui Kebijakan Paket Deregulasi tanggal 20 Desember 1988 (Pakdes 1988) yang diikuti dengan dikeluarkannya Kepres Nomor 61 Tahun 1988 yang telah diperbarui kembali melalui Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Perusahaan Pembiayaan. Keberadaan pembiayaan modal ventura ini adalah untuk mengeliminasi 1 Tim Studi Potensi Perusahaan Modal Ventura sebagai Altenatif Investasi, Op. Cit., hlmn., 8. 94

33 kendala umum yang selama ini dihadapi oleh usaha kecil seperti keterbatasan modal, kemampuan manajemen, dan teknologi yang memadai. Sebagai lembaga bisnis, usaha modal ventura tentu saja berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang besar, mengingat usaha ini mempunyai tingkat risiko yang tinggi (high risk capital). Meskipun demikian, bukan berarti usaha modal ventura ini tidak mempunyai misi humanistik (humanistic institution), yaitu lembaga penolong bagi usaha lemah agar dapat mengembangkan usahanya. Pada umumnya, investasi ini dilakukan dalam bentuk penyertaan modal secara tunai yang dilakukan dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan usaha. Kebanyakan dana ventura ini berasal dari sekelompok investor yang mapan keuangannya, bank investasi dan institusi keuangan lainnya yang melakukan pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi. Penyertaan modal 95

34 yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura kebanyakan dilakukan terhadap perusahaan yang baru berdiri sehingga belum memiliki riwayat operasional yang dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman. 2 Pembiayaan dengan pola modal ventura juga masih menimbulkan beberapa persoalan apabila dicermati dari sudut pandang pengembangan UMKM terutama bagi Perusahaan Pasangan Usaha. Hal ini disebabkan dalam praktik, apabila perusahaan menunjukkan gejala kegagalan, perusahaan yang bersangkutan cenderung diambilalih (take over) atau dilikuidasi oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV). 3 Melalui lembaga pembiayaan para pelaku bisnis bisa mendapatkan dana atau modal yang dibutuhkan. Keberadaan lembaga pembiayaan ini sangat penting, karena fungsinya hampir mirip sama dengan bank. 2 Harian Bisnis Indonesia, Loc. Cit. 3 Sunaryo, Loc. Cit. 96

35 Dalam prakteknya sekarang ini lembaga pembiayaan banyak dimanfaatkan oleh pelaku bisnis ketika membutuhkan dana atau barang modal untuk kepentingan perusahaan. Sejalan dengan itu, sejak tahun 1988 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk lebih memperkuat sistem lembaga keuangan nasional melalui pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan, diantaranya lembaga pembiayaan, dengan tujuan memperluas penyediaan pembiayaan alternatif bagi dunia bisnis/usaha sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan dana untuk menunjang kegiatan usaha. 4 Di dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan 4 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kedua, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001, hal

36 Lembaga Pembiayaan, kepada perusahaan lembaga pembiayaan diberikan izin untuk melakukan kegiatan di bidang modal ventura dan juga usaha leasing, anjak piutang, pembiayaan konsumen serta kartu kredit. Namun demikian, sebagian besar perusahaan yang memperoleh semua izin usaha tersebut tidak melakukan izin usaha modal ventura dengan berbagai alasan, antara lain disebabkan oleh karakteristik bisnis modal ventura ini sangat berbeda dengan sifat dan usaha pembiayaan lainnya. Akibatnya, beberapa waktu lama kemudian, usaha modal ventura masih belum berkembang. 5 Langkah berikutnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah memisahkan kegiatan usaha Modal Ventura dari kegiatan lembaga pembiayaan lainnya melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 tentang Pendirian dan 5 Ibid. 98

37 Pembinaan Usaha Modal Ventura. Dengan pemisahan itu tersebut minat investor untuk mendirikan perusahaan modal ventura pun meningkat. 3. Modal Ventura Saat Ini. Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan melalui Subdirektorat Modal Ventura sedang melakukan upaya penyempurnaan peraturan perundangan di bidang modal ventura. Penyempurnaan dimaksud untuk mengubah ketentuan dalam KMK 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Keuangan, KMK No. 469/KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995 tentang Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal Ventura, dan KMK No. 58/KMK.017/1999 tanggal 15 Februari 1999 tentang Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah sehingga lebih komprehensif. Pokok-pokok perubahan dan tambahan pengaturan dalam upaya penyempurnaan tersebut 99

38 meliputi pengaturan kegiatan usaha modal ventura, larangan dan batasan yang perlu diindahkan oleh perusahaan modal ventura, penyempurnaan ketentuan mengenai pendirian perusahaan modal ventura, dan ketentuan mengenai pelaporan perusahaan modal ventura. Peraturan perundang-undangan di bidang modal ventura sampai saat ini, diantaranya: 1) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan; 2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Keuangan; 3) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 250/KMK.04/1995 tanggal 2 Juni 1995 tentang Perusahaan Kecil dan Menengah Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal Ventura dan 100

39 Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura; 4) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 469/KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995 tentang Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal Ventura; 5) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 58/KMK.017/1999 tanggal 15 Februari 1999 tentang Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah; 6) Perpres No. 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan; dan 7) Permenkeu No. 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura C. Bagan Terkait dengan Perkembangan Peraturan tentang Modal Ventura Pengertian modal ventura adalah Penyertaan Negara dalam modal saham Perusahaan Perseroan (PERSERO) didirikan secara bersama-sama oleh 101

40 Negara Republik Indonesia dan Bank Indonesia (PP No 18 Tahun 1973), sementara Kepres 61 Tahun 1988, Kepmenkeu 1251/KMK.013/1988 mendefinisikan Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee Company). Pengertian dalam perkembangan pengaturan dengan disahkanya Pepres Nomor. 9 Tahun 2009 dan Permenkeu Nomor. 18/PMK.010/2011. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. 102

41 Pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan investasi modal ventura dalam mekanisme modal ventura secara konvensional dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan modal ventura itu sendiri sebagai badan hukum, atau dengan kata lain suatu perusahaan modal ventura dapat sebagai venture capital fund dan dalam waktu yang sama menjadi managemet venture capital company. Oleh karena itu, kebijakan dan analisis investasi dilaksanakan oleh perusahaan modal ventura yang bersangkutan. D. Analisis Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan akan memerlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak biasa hanya mengandalkan sumber pemerintah saja, partisipasi masyarakat sangat diharapkan untuk ikut aktif melakukan melalui keikutsertaan dalam menggerakkan perekonomian. Pemerintah telah 103

42 mencanangkan program industrialisasi sebagai pilar perekonomian. Menurut Thorstein Bunde Veblen merupakan suatu fenomena evolusi, dimana segala sesuatunya terus-menerus mengalami perubahan. Pola perilaku seseorang dalam masyarakat disesuaikan dengan kondisi sosial sekarang, perilaku tersebut cocok dan diterima maka perilaku akan disesuaikan dengan lingkungan. Keadaan dari lingkungan inilah yang disebut Veblen sebagai institusi. Dalam hal ini hendaknya jelas bahwa yang dimaksudkan Veblen dengan institusi bukan institusi kelembagaan dalam artian fisik mleainkan dalam artian yang terkait dengan nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan serta budaya, yang semuanya terrefleksikan dalam kegiatan ekonomi diakses tanggal 20 Januari

43 Suatu institusi muncul dan berkembang untuk meminumkan biaya transaksi sehingga dapat meningkatkan kinerja perekonomian. Biaya transaksi dalam pengembangan ekonomi kecil yang berkaitan dengan modal yang akan diberikan kepada pengusaha kecil dan menengah. Kebijakan pemerintah memberikan modal kepada usaha kecil dan menengah mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan ekonomi yang sekarang sedang berjalan. Ekonomi kelembagaan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan dorongan dan pola prilaku konsumsi masyarakat. Pemberian modal bagi usaha kecil dan menengah ikut menyumbang perilaku konsumsi dalam perkembangan ekonomi masyarakat, dan berusaha menghindari perbuatan yang akan merugikan orang banyak. Tetapi dengan pemberian modal dalam masyarakat mampu memberikan solusi yang terbaik, dan tidak terlalu tertarik dengan kepentingan masyarakat banyak. 105

44 Menurut Landreth dan Colandar membagi aliran Kelembagaan dalam ilmu ekonomi kelembagaan lama (old institutional economics) dan ilmu ekonomi kelembagaan baru (new institutional Economics). Mengkombinasikan dari kedua pandangan tersebut, pertama akan dikemukakan aliran ekonomi kelembagaan lama, kedua quasi dan aliaran ekonomi kelembagaan baru. Ketiga aliran ekenomi yang di kemukakan oleh Landreth dan Colandar menitik beratkan bahwa ekonomi kelembagaan masuk untuk mewartakan pada kegiatan ekonomi yang dipengaruhi oleh tata letak antarpelaku ekonomi. 7 Peran ekonomi kelembagaan sangat strategi dan penting untuk perkembangan ekonomi dengan memberikan modal bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya

45 Dalam dunia ekonomi, usaha modal ventura sangat penting dalam membantu perusahaan guna mengembangkan usahanya. Penyertaan modal dilakukan oleh perusahaan modal ventura ini kebanyakan dilakukan terhadap perusahaanperusahaan yang baru berdiri, kegiatan modal ventura dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Oleh karena itu, modal ventura juga berperan sebagai salah satu sumber pembiayaan alternative yang potensial untuk menunjang perekonomian nasional. Menurut Dahlan Siamat dengan melihat struktur perekonomian Indonesia, modal ventura dinilai lebih cocok diarahkan untuk membantu pengembangan sektor usaha kecil dan menengah yang secara kuantitas jumlahnya jauh lebih banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Kebijakan penguatan usaha kecil dan menengah melalui 107

46 berbagai deregulasi sejak tahun 1983 telah memacu perkembangan dunia usaha berkembang dengan cepat. Munculnya berbagai lembaga keuangan secara variatif sebagai sumber pembiayaan pembangunan menunjukkan kebutuhan untuk mengembangkan lembaga-lembaga keuangan konvensional yang dirasakan memadai dalam mengikuti perkembangan dunia usaha. 8 Usaha kecil dan menengah memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu Negara atau daerah. Peran penting usaha kecil dan menengah telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia yang berupaya mengembangkan usaha kecil dengan cara memberikan bantuan modal kepada usaha kecil dan menengah sebagai salah satu upaya pemberdayaan pelaku usaha kecil, banyaknya lembaga-lembaga keuangan mampu memberikan 8 Dahlan Siamat, Modal Ventura: Alternatif Pembiayaan Usaha Kecil- Menengah, Manajemen Usahawan, Jakarta, 1996, hlmn.,

47 kontribusi bagi para pelaku usaha kecil dan menengah dalam memberikan modal. Sebagai lembaga bisnis, usaha modal ventura berorentasi untuk memperoleh keutungan yang besar mengingat usaha modal ventura mempunyai tingkat resiko yang tinggi. Namun demikian, bukan berarti usaha modal ventura ini tidak mempunyai misi humanistic (humanistic institution) sebagai lembaga penolong bagi usaha lemah agar dapat mengembangkan usahanya. Meskipun masih terbatasnya ketentuanketentuan yang secara khusus mengatur soal modal ventura, tidak berarti akan menghambat pemanfaatan modal ventura sebagai alternatif pembiayaan, menurut Satjipto Rahardjo. Bagaimanapun masyarakat akan menemukan hukumnya sendiri, manakala hubungan-hubungan privat dalam bidang ekonomi yang tidak dapat dicegah mengharuskan mereka menyelesaikan persoalannya. Sebagaimana 109

48 diketemukan oleh Stewart Mc Caulay, apabila pada suatu ketika orang menyadari pada penggunaan sarana hukum formal, maka pertimbangan yang mendasarinya semata-mata tidaklah murni hukum, melainkan kepentingan-kepentingan pribadi. 9 Penyelidikan Mc Caulay termasuk ke dalam hukum perdata yang dasar motor penggeraknya adalah kehendak bebas mereka masing-masing orang. Berbagai alasan yang dapat dikemukakan bahwa prospek modal ventura pada masa yang akan datang akan cukup cerah. 10 Pendapat para ahli tersebut senada dengan analisis Penulis, mengingat pokok-pokok perubahan dan tambahan pengaturan dalam upaya penyempurnaan tersebut meliputi pengaturan kegiatan usaha modal ventura, larangan dan batasan 9 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Alumni, Bandung, 1990, hlmn., 72, 10 Sri Redjeki Hartono, Aspek Hukum Kegiatan Perusahaan Modal Ventura, Laporan Hasil Penelitian, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 1995/1996, hlmn.,

49 yang perlu diindahkan oleh perusahaan modal ventura, penyempurnaan ketentuan mengenai pendirian perusahaan modal ventura, serta ketentuan mengenai pelaporan perusahaan modal ventura. Artinya bahwa, walaupun keberadaan pembiayaan modal ventura ini adalah untuk mengeliminasi kendala umum yang selama ini dihadapi oleh usaha kecil seperti keterbatasan modal, kemampuan manajemen, dan teknologi yang memadai. Tetapi, usaha modal ventura mempunyai tingkat risiko yang tinggi (high risk capital) sehingga diperlukan intervensi pemerintah dalam pengaturannya guna melindungi para pihak, khususnya pihak yang lemah. Bahwa pemerintah terus melakukan penyempurnaan mengenai modal ventura dalam peraturan perundang-undangan, itu dapat dilihat bahwa modal ventura dari masa ke masa mengalami kemajuan, khususnya bagi UKM. 111

50 Jika dilihat dari tabel yang telah Penulis analisis per periode tersebut di atas, walaupun beberapa indikator masih sama pengaturannya dari periode ke periode, tetapi tetap dapat dilihat kemajuannya, khususnya dapat dilihat dalam indikator-indikator: a. Bidang Kegiatan Usaha: dalam Periode 1 dan 2 masih mengatur soal hal yang sama, yaitu Perusahaan Modal Ventura melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan dalam Periode 3, pengaturannya lebih komprehensif dan detail, yaitu Perusahaan Modal Ventura yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau 112

51 pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. b. Status hukum dalam periode 1 terbagi menjadi dua, Peraturan Pemerintah 18 Tahun 1973: didirikan bersama-sama oleh Negara Republik Indonesia dan Bank Indonesia dalam bentuk Perseroan (PERSERO). Sedangkan pada Keppres Nomor 61 Tahun 1988 dan ketentuan lebih lanjut dalam periode I PMV berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi. Lebih lanjut Status hukum dalam periode 2 berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi. Sifat pertanggungjawaban dalam periode ini sesuai dengan Anggaran Dasar. Jangka waktu dalam periode ini yaitu tidak boleh melebihi jangka waktu sepuluh tahun. Sedangkan dalam periode 3 tidak terdapat pererubahan. c. Sifat pertanggung jawaban: dalam hal pertanggungjawaban mengacu pada status badan hukum. Tidak terdapat perubahan secara 113

52 singnifikan, pertanggung jawaban kegiatan modal ventura sejalan dengan status badan hukum dan pengaturannya tentang PT (Perseroan Terbatas) yang terdapat dalam anggaran dasar. d. Jangka waktu: tidak terdapat perubahan baik di periode 1, periode 2, dan periode 3. Jangka waktu Penyertaan modal perusahaan modal ventura pada setiap perusahaan pasangan usaha dilakukan selama perusahaan pasangan usaha tersebut belum menjual saham di bursa efek dan untuk jangka waktu tidak melebihi 10 (sepuluh) tahun. e. Permodalan: Permodalan dalam Periode 1 terbagi menjadi dua, yaitu: dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973, yang menyebutkan bahwa pemodal dalam kegiatan ini yaitu Negara Republik Indonesia dan Bank Indonesia. Modal dasar PERSERO berjumlah Rp ,-(sepuluh milyar rupiah). Sedangkan dalam Kepmenkeu 1251/KMK.013/1988 pemodalnya adalah: (a) 114

53 Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp (tiga milyar rupiah); (b) Perusahaan Patungan sekurang-kurangnya sebesar Rp (sepuluh milyar rupiah); dan (c) Koperasi sekurang-kurangnya Rp (tiga milyar rupiah). Permodalan dalam Periode 2 ialah: (a) Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp (tiga milyar rupiah); (b) Perusahaan Patungan sekurang-kurangnya sebesar Rp (sepuluh milyar rupiah); dan (c) Koperasi sekurang-kurangnya Rp (tiga milyar rupiah). Sedangkan permodalan dalam Periode 3 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu: Perusahaan Nasional: (a) Koperasi memiliki simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebesar paling sedikit Rp ,00 (lima miliar rupiah); (b) Perseroan Terbatas, modal disetor paling sedikit 115

54 ,00 (sepuluh miliar rupiah). Perusahaan Patungan, modal disetor paling sedikit sebesar Rp ,00 (tiga puluh miliar rupiah). Artinya, dilihat dari periode perkembangannya, Periode 3 dipandang dari sudut permodalan ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding dengan kedua periode sebelumnya. f. Pengelolaan: Pengelolaan dalam periode 1 diambil alih oleh Menteri Keuangan, atau menurut Keppres 61/1988 dapat dikuasakan kepada Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan Perusahaan Pembiayaan. Sedangkan dalam Periode 3, pengelolaannya dilakukan oleh Perusahaan Nasional. Artinya, dalam hal ini pemerintah telah memberikan kepercayaan terhadap prospek modal ventura dengan menyerahkan sistem pengelolaannya kepada Perusahaan Nasional, bukan oleh Menteri Keuangan sendiri. 116

55 g. Pengawasan: dalam periode 1 dilakukan oleh Menteri Keuangan atau dapat diserahkan kekuasaan dengan hak substitusi kepada Menteri atau Pejabat Negara lainnya, dengan ketentuan bahwa Rancangan Anggaran Dasar PERSERO harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan.dalam periode 2 Mentri Keuangan dibantu oleh Direktorat Jendral Lembaga Keuangan dan Penujukan PT.BAHANA. Sendangkan periode 3 Pengawasan dilakukan oleh Mentri Keuangan mengikuti Pengelolaan yang dilakukan oleh Perusahaan Nasional. h. Larangan: dalam periode 1 Perusahaan Pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk: Giro; Deposito; Tabungan; Surat Sanggup Bayar (Promissory Note). Perusahaan Perdagangan Surat Berharga. Periode 2 tidak terdapat perubahan, Perubahan periode 3 larangan kegiatan modal 117

56 ventura memuat Deposito; Tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tentunya, dari periode ke periode pengaturan mengenai modal ventura yang tertuang di dalam peraturan perundang-undangan, Keputusan dan Peraturan Presiden, dan Keputusan dan Peraturan Menteri Keuangan, mengalami kemajuan. Artinya dari periode 1 sampai periode 3, prospek modal ventura ke tahun-tahun berikutnya dapat dipastikan akan lebih baik dan menjanjikan. Perusahaan modal ventura dapat menjadi mitra yang baik dalam pengembangan usaha bagi para pelaku usaha kecil dan menengah, sehingga memberikan manfaat bagi pengembangan usaha, khususnya bagi usaha kecil yang membutuhkan modal dan membantu kelancaran pertumbuhan usaha kecil dan menengah dengan cara memberikan penyertaan modal kepada para pelaku usaha kecil. Pemberian modal mampu menciptakan kondisi usaha 118

57 yang baik bagi pengusaha kecil dan menengah agar para pelaku usaha kecil dapat mampu menjadi pengusaha yang dapat diandalkan. Perusahaan modal ventura dapat menjadi wadah dan penyalur, dimana para pemodal yang memiliki dana ingin menyalurkan dananya tersebut kepada pihak perusahaan lain yang membutuhkan. Perusahaan modal ventura dalam menjalankan usaha penyertaan kepada perusahaan pasangan usaha adalah pihak yang dapat memberikan pelatihan dan pendampingan dibidang administrasi, akuntansi, manajemen dan pemasaran serta bidang lainnya yang mendukung kegiatan usaha perusahaan modal ventura. 119

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

BAB III Hasil Penelitian dan Analisis

BAB III Hasil Penelitian dan Analisis BAB III Hasil Penelitian dan Analisis A. Hasil Penelitian Pemaparan dalam Bab ini dibagi melalui dua cara penyajian. Penyajian yang pertama adalah akan dikemukakan mengenai kerangka periodisasi yang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlu dikemukakan terlebih dahulu kenapa. Penulis memilih judul Perkembangan Pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. Perlu dikemukakan terlebih dahulu kenapa. Penulis memilih judul Perkembangan Pengaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlu dikemukakan terlebih dahulu kenapa Penulis memilih judul Perkembangan Pengaturan Modal Ventura di Indonesia. Walaupun penyertaan modal sudah dikenal, serta

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN A. Pengertian Lembaga Pembiayaan Perusahaan merupakan Badan Usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mengembangkan unit usaha selain faktor makro dan mikro. Berbagai

I. PENDAHULUAN. dalam mengembangkan unit usaha selain faktor makro dan mikro. Berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR : 172/KM K.06/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan 1. Lembaga pembiayaan Pembiayaan sendiri berasal dari bahasa inggris financing, yang berasal dari kata finance yang artinya dalam kata benda

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN, bahwa dalam rangka meningkatkan peran Perusahaan Pembiayaan dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Perusahaan. Modal. Ventura. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyertaan, modal, ventura. usaha kecil, usaha menegah.

Kata kunci: Penyertaan, modal, ventura. usaha kecil, usaha menegah. PERAN LEMBAGA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL Nitaria Angkasa E-mail: nitaria10angkasa@gmail.com ABSTRAK Perkembangan lembaga pembiayaan yang baru-baru ini yang berkembang seperti

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 486/KMK.017/1996 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 486/KMK.017/1996 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 486/KMK.017/1996 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : 1. bahwa untuk meningkatkan kemampuan pendanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor yang relatif penting dan harus tersedia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan industri dapat dilihat tolak ukur keberhasilannya dari beberapa faktor, antara lain ditandai dengan banyaknya produk dan ragam yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PEMBIAYAAN, JAMINAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN MELALUI MODAL VENTURA

BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PEMBIAYAAN, JAMINAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN MELALUI MODAL VENTURA BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PEMBIAYAAN, JAMINAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN MELALUI MODAL VENTURA 2.1 Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan relatif baru

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN. Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama

BAB II MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN. Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama 21 BAB II MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN A. Lembaga Pembiayaan di Indonesia 1. Pengertian Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan lembaga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha kreatif dan inovatif yang mempunyai prospek nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun

BAB I PENDAHULUAN. usaha kreatif dan inovatif yang mempunyai prospek nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu badan usaha sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan atau modal. 1 Banyak pengusaha yang memiliki

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA

ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Januari 2014 Volume III Nomor 2 ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Yuliana Panjaitan * Budiman Ginting ** Ramli

Lebih terperinci

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN /PMK.010/201... TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN /PMK.010/201... TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.010/201... TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 dan Pasal

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 14&15 POKOK BAHASAN : MODUL (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH Oleh : DESKRIPSI Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Pembiayaan 1. Pengertian Lembaga Pembiayaan Menurut SK Menkeu No. 1251 / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan Merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa peningkatan akses dunia usaha pada sumber

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT 1 of 50 8/23/2014 7:22 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M No.73, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Modal Minimum. Modal Inti Minimum. Bank. Perkreditan Rakyat. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5686) PERATURAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digencar-gencarkan adalah ekonomi kreatif dalam kata lain adalah Usaha

BAB I PENDAHULUAN. digencar-gencarkan adalah ekonomi kreatif dalam kata lain adalah Usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada umumnya masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, pedagang, pegawai swasta,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39 Bank didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atau UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Kasus Posisi: Dalam kasus ini, telah terjadi wanprestasi serta perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PPU, yaitu CV. Surya Kencana terhadap PMV,

Kasus Posisi: Dalam kasus ini, telah terjadi wanprestasi serta perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PPU, yaitu CV. Surya Kencana terhadap PMV, Para pihak dalam perjanjian modal ventura terdiri dari : Perusahaan Modal Ventura (PMV), yaitu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Bank Perkreditan Rakyat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Syarat dan Prosedur dalam Pendirian Perusahaan Pembiayaan Berbentuk Perseroan Terbatas (Persero) Berdasarkan PMK No.84/2006 Sebelum membahas tentang syarat dan prosedur

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Modal ventura sesungguhnya memiliki catatan sejarah yang cukup panjang dan dalam perkembangannya mempunyai peran dalam perkembangan ekonomi modern (DR. Sofyan Djalil,

Lebih terperinci

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/ Tahun MEMUTUSKAN :

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/ Tahun MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-101/MBU/2002 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN

Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN iaccountax Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN Kamis, 12 Mei 2016 AGENDA I. Pendirian Perusahaan Pembiayaan Syariah II. A. Pendirian Kelembagaan Pendirian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

NOMOR TENTANG. : a. dalam. dimaksud : 1. Nomor. sebagaimana. Tahun 4033); Belitung. Kabupaten. Lembaran. Lembaran

NOMOR TENTANG. : a. dalam. dimaksud : 1. Nomor. sebagaimana. Tahun 4033); Belitung. Kabupaten. Lembaran. Lembaran PERATURAN DAERAH PROVINSII KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH KEPULAUAN BANGKAA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN HARTA WAJIB PAJAK KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN PENEMPATAN PADA INVESTASI DI PASAR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA

POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA (Studi di PT. Sarana Surakarta Ventura) Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2013... TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Koperasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2016 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5835) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA I. UMUM Dalam rangka mewujudkan industri Perusahaan Modal Ventura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha lembaga pembiayaan nonbank ini amat beragam dan sesuai dengan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. usaha lembaga pembiayaan nonbank ini amat beragam dan sesuai dengan kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia, perusahaan pembiayaan sebagai salah satu alternatif lembaga keuangan nonbank makin dikenal luas oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Definisi MODAL VENTURA. Syarat-syarat Modal Ventura 30/10/2016

Definisi MODAL VENTURA. Syarat-syarat Modal Ventura 30/10/2016 Definisi MODAL VENTURA Muhammad Ozal 156010200111019(05) Ana Maria Fernandez 156010200111075(29) Anang Ade Irawan 156010200111089(37) Modal ventura berasal dari bahasa inggris yakni venture capital. Venture

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi, kebutuhan masyarakat atas barang atau jasa semakin meningkat sekaligus bervariasi. Hal ini

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka LEASING Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka waktu berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan No.197, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5734). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI BAB I PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Kegiatan ekonomi yang berkembang akan membawa perkembangan pula dalam kegiatan bisnis, kegiatan ekonomi yang meningkat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian di Indonesia dalam menunjang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,

Lebih terperinci