BAB II TINJAUAN TEORITIS
|
|
- Utami Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku Perilaku merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi yang bisa didapat dari individu maupun kelompok baik dari dalam dan luar lingkungan khususnya yang menyangkut domain perilaku seperti: pengetahuan, sikap dan tindakan Sarwono (dalam Warni, 2009). Namun, seorang ahli psikolois mencoba mengemukakan pendapatnya tentang perilaku. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari dalam dan luar diri. Selanjutnya, perilaku manusia merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati secara langsung Skiner (dalam Sinaga, 2010). Setiap individu mempunyai perilaku yang unik atau berbeda dengan yang lain oleh karena itu, dalam memahami dan mempelajari perilaku setiap individu atau kelompok sangat membutuhkan pemahaman yang baik. 2. Bentuk Perilaku Pada umumya, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut: a. Perilaku yang dapat diamati oleh orang lain misalnya, berbicara, berjalan, lari, menangis, melempar bola, berteriak dan lain sebagainya. b. Perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain misalnya berfikir dan merasakan (Sunardi, 2010). Kemudian, teori diatas didukung oleh teori Wawan dan Dewi (2010), dengan membagi dalam bentuk aktif dan pasif sebagai berikut: 6
2 7 a. Bentuk aktif, perilaku yang jelas dapat diobservasi secara langsung. Tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) merupakan overt behavior (perilaku yang bisa diamati). b. Bentuk pasif merupakan respon internal yang terjadi dalam diri manusia dan tidak dapat dilihat secara langsung oleh orang lain misalnya, berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Pendapat diatas, sama-sama memiliki arti dan tujuan yang sama, tentang bentuk perilaku setiap manusia. Dengan demikian, semua perilaku manusia yang dapat dilihat atau tidak, dapat menggambarkan perilaku manusia yang sebenarnya. 3. Proses Perilaku Menurut Rogers (dalam Wawan dan Dewi 2010), sebelum mengadopsi perilaku baru dalam diri seseorang terjadi suatu proses yang berurutan sebagai berikut: a. Kesadaran (Awareness) Merupakan sikap awal seseorang dalam menyadari atau mengetahui terlebih dahulu suatu stimulus (objek). b. Tertarik (Interest) Pada tahap ini, individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c. Evaluasi (Evaluation) Pada tahap ini, individu mulai mempertimbangkan atau menilai suatu tindakan terhadap stimulus dan akan dilaksanakan setelah mengetahui baik buruknya suatu stimulus. d. Mencoba (Trial) Individu mulai mencoba perilaku baru yang dianggap baik dan benar.
3 8 e. Adaptasi (Adaptation) Penyesuaian diri terhadap perilaku yang baru apakah mudah diterima atau tidak terhadap suatu rangsangan. Pada tahap-tahap diatas, dapat disimpulkan bahwa pengadopsian perilaku melalui proses diatas yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut dapat bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika tidak, maka perilaku tersebut hanya sementara atau tidak akan bertahan lama. 4. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan gigi dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor: lingkungan (environment), pelayanan kesehatan (health service), perilaku (behavior) dan keturunan (heredity). Dari pernyataan diatas maka status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau individu dipengaruhi oleh ke 4 (empat) faktor diatas dimana perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi lingkungan dan pelayanan kesehatan yang mana dalam lingkungan yang tidak bersih akan memudahkan terjadinya penyakit misalnya, karies Blum (dalam Warni, 2009). Faktor keturunan membuktikan dalam keluarga yang memiliki karies mendapat persentase kejadian karies yang lebih tinggi pada anak anak mereka dibanding dengan ayah dan ibu yang tidak memiliki karies. Dengan bandingan dari 12 (dua belas) pasangan gigi baik, hanya 1(satu) pasangan yang memiliki anak gigi karies. Sementara, dari 46 (empat puluh enam) pasangan yang karies, hanya 1 (satu) pasangan yang memiliki anak tidak karies dan yang lainnya menderita karies ringan, sedang dan tinggi (Tarigan, 2014). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak terlepas dari dari ke 4 (empat) faktor sebagai berikut:
4 9 a. Perilaku promosi kesehatan Dapat dimulai dari hal kecil dalam membersihkan gigi dan mulut untuk pemberian informasi pada masyarakat lain terutama pada bagian pedalaman yang memiliki banyak keterbatasan dari berbagai sumber informasi (Wawan dan Dewi, 2010). b. Perilaku preventif Pencegahan dilakukan sebelum mengalami suatu penyakit misalnya dengan mengurangi kebiasaan tidak berkumur-kumur setelah makan yang dapat digerakkan oleh kader misalnya, masyarakat yang telah mendapat pelatihan, tenaga kesehatan dan guru (Pudentiana et al. 2011). c. Perilaku kuratif Pada tahap pengobatan tentunya, rumah sakit atau puskesmas yang terdekat untuk mencari pengobatan segera agar tidak sampai pada tahap yang lebih lanjut (Pudentiana et. al. 2011). d. Perilaku rehabilitasi penyakit Setelah melalui tahap kuratif yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan setelah sembuh dari penyakit gigi dan mulut. Perilaku pelayanan kesehatan merupakan respon kesehatan terhadap sistem modern dan tradisional. Perilaku ini menyangkut fasilitas pelayanan, cara pelayanan petugas kesehatan dan ketersediaan obat (Wawan dan Dewi, 2010). Beberapa faktor diatas, tampak jelas sangat mempengaruhi kejadian karies, terutama pada faktor keturunan yang tidak dapat dimodifikasi dengan cara apapun. Pelayanan kesehatan yang tidak memadai, maka sumber informasi yang diterima tentang kesehatan sangat kecil sehingga berdampak pada tingkat kesehatan yang rendah khususnya dalam kesehatan gigi dan mulut.
5 10 Perilaku kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku kesehatan gigi positif dengan menggosok gigi sebaliknya, perilaku kesehatan gigi negatif misalnya, tidak menggosok gigi dengan teratur maka kondisi gigi yang sehat akan menurun dan berdampak pada gigi mudah berlubang Budiharto (dalam Warni, 2009). Perilaku kesehatan dapat tercermin dalam kebiasaan makan dan juga pemeliharaan kebersihan gigi secara teratur dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour yang bisa mengurangi insiden karies. Pembentukan perilaku, khususnya kebiasaan makan, mempengaruhi kerentanan dan risiko terjadinya karies Reich (dalam Warni, 2009). Menggosok gigi dengan baik minimal 2 kali (dua) dalam sehari, setelah sarapan dan sebelum tidur pada malam hari Depkes (dalam Warni, 2009). Kebersihan gigi dapat mengurangi angka kejadian karies jika, perilaku yang positif dapat dilakukan secara teratur dan rutin untuk dilakukan dan juga memodifikasi kebiasaan yang buruk. 5. Faktor faktor Perilaku a. Faktor faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep Green (dalam Sinaga, 2010), dimana perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor sebagai berikut: 1) Faktor predisposisi (Predisposing factors) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi dalam memenuhi kebutuhan atau alat untuk membersihkan gigi.
6 11 2) Faktor kemungkinan (Enabling factors) Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti ketersediaan sikat dan pasta gigi di rumah. 3) Faktor penguat (Reinforcing factors) Dalam faktor ini didukung oleh sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tenaga kesehatan dan guru dalam membantu atau menjadi panutan bagi masyarakat yang lain. Kegiatan promosi kesehatan sangat mendukung untuk dilakukan untuk menambah tingkat kesehatan masyarakat secara umum ditujukan pada ke 3 (tiga) faktor diatas selajutnya, akan ditambahkan perilaku kesehatan manusia. 6. Faktor faktor Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori sebagai berikut: 1) Perilaku yang disadari dan dilakukan Mencakup perilaku yang disadari oleh seseorang yang bermanfaat menunjang kesehatan. Golongan perilaku ini langsung dilaksanakan dengan kegiatan kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan dari penyakit yang dilakukan atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang bersangkutan, dengan orang orang lain atau suatu kelompok sosial. Misalnya, melakukan perawatan gigi dan mulut dengan cara menggosok gigi dengan baik dan benar. 2) Perilaku yang disadari tidak dilakukan Suatu perilaku yang banyak terdapat dikalangan orang yang berpendidikan atau yang berpengetahuan bahwasanya penting melakukan pemeliharaan kesehatan. Namun kesadaran dan pengetahuan yang dimiliki tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, sudah mengetahui
7 12 dampak jika tidak menggosok gigi namun, tetap saja tidak melakukannya dan juga tidak melakukan kumur kumur setelah mengkonsumsi makanan. 3) Perilaku tidak sadar yang dapat bermanfaat bagi kesehatan kesehatan Suatu perilaku yang tidak disadari oleh seseorang dan tanpa adanya dasar pengetahuan yang memadai tapi mampu memberi manfaat bagi kesehatan khususnya bagi kesehatan gigi dan mulut misalnya, makan sirih. 4) Perilaku tidak sadar yang berdampak negatif bagi kesehatan Masalah seperti ini yang paling banyak dijumpai pada masyarakat yang di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: pendidikan, sumber informasi dan lain sebagainya. Sehingga, tidak mampu melakukan pencegahan penyakit secara dini. Setiap perilaku yang kita lakukan baik secara sadar maupun tidak sadar akan berdampak pada diri sendiri, orang lain maupun masyarakat itu sendiri. Dengan berperilaku yang baik, tentunya akan menunjang kesehatan dan bebas dari penyakit. Misalnya, mempromosikan pentingnya menggosok gigi dan kumur kumur setelah makan. 7. Prosedur Pembentukan Perilaku Membentuk jenis respon atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu dan dilakukan secara dini Skinner (dalam Wawan dan Dewi, 2010). Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan metode yang sesuai. Apabila jika suatu tindakan telah dilakukan dengan benar maka dapat diberikan reward misalnya, memberi tepuk tangan. Hal ini akan membuat seseorang tetap mempertahankan perilaku (tindakan) tersebut dan cenderung akan sering dilakukan. Kemudian berdasarkan teori diatas, juga dilengkapi dengan contoh kebiasaan yang baik merawat gigi pada anak. Agar anak mempunyai kebiasaan
8 13 menggosok gigi sebelum tidur, maka anak harus dituntun dengan cara: 1) pergi ke kamar mandi sebelum tidur; 2) mengambil sikat gigi dan odol; 3) mengambil air dan berkumur; 4) melaksanakan gosok gigi; 5) menyimpan sikat gigi dan odol; 6) pergi ke kamar tidur. Contoh tersebut merupakan, pembentukan perilaku sederhana yang bisa dilakukan atau dituntut oleh orangtua anak. 8. Penilaian Perilaku Perilaku setiap individu dapat mempengaruhi derajat kesehatan Green (dalam Warni, 2009). Menurut Guilbert, pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan metode observasi (direct observation) melalui uji praktek, sedangkan pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan pertanyaan (questionnaire) (Warni, 2009). Cara mengukur indikator perilaku untuk pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki cara yang berbeda dengan perilaku. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap bisa dilakukan dengan teknik wawancara. Sedangkan, untuk memperoleh data perilaku dan praktek yang paling akurat adalah melalui observasi atau melakukan pengamatan (Notoadmojo, 2010). Berkaitan dengan itu perilaku memiliki 3 (tiga) domain sebagai berikut: a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition) dan penerangan yang keliru Mubarak (dalam Cahyono, 2010).
9 14 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi Mubarak (dalam Cahyono, 2010). 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan akhirnya makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat sikap terhadap penerimaan informasi dan nilai baru yang diperkenalkan. 2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3) Umur Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada fisik dan psikologis. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga hilangnya ciri lama, keempat timbulnya ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada psikologis taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4) Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
10 15 5) Pengalaman Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan bahwa pengalaman yang kurang baik segera dilupakan, jika menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan dan akhirnya membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 6) Kebudayaan Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai hubungan besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berhubungan dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang Mubarak (dalam Cahyono, 2010). 7) Infomasi Informasi merupakan salah satu unsur komunikasi yaitu suatu proses penyampaian informasi dari "komunikator" kepada "komunikan" (Notoatmodjo 2010). Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru Mubarak (dalam Warni, 2010). b. Sikap Sikap (attitude), merupakan ketersediaan seseorang dalam bertingkah laku atau merespon sesuatu yang baik dan buruk dari suatu objek yang didapat dari penginderaan baik dari penglihatan maupun mengimitasi dari orang lain (Notoadmojo, 2010). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku Green (dalam Warni, 2009).
11 16 Struktur sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen yang saling menunjang Azwar (dalam Warni, 2009) yakni: 1) Kognitif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi objek sikap. 2) Efektif Merupakan persaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. 3) Konotatif Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Interaksi dari ke 3 (tiga) komponen sikap, selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama maka komponen tersebut mempolakan arah sikap yang seragam. c. Tindakan Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata maka harus dipenuhi segala fasilitas setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya dapat diaplikasikan atau dipraktekkan apa yang telah diketahui atau telah dinilai baik. inilah yang dinamakan praktek (Notoadmojo, 2010). 9. Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Kejadian Karies Penentuan karakteristik individu dipengaruhi oleh berbagi faktor yang saling terkait antara satu sama lain sebagai berikut (Warni, 2009) sebagai berikut:
12 17 a. Jenis Kelamin Banyak survei menemukan bahwa anak perempuan memiliki prevalensi karies yang lebih tinggi dari pada anak laki laki pada umur yang sama. Diketahui bahwa rata- rata gigi permanen pada anak perempuan lebih dulu erupsi (tumbuh) dibandingkan pada anak laki - laki, sehingga lebih lama terpapar dengan serangan karies Carlos (dalam Warni, 2009). b. Pendidikan Orang Tua Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial penting yang berhubungan dengan prevalensi karies Reich (dalam Warni, 2009). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan karies tertinggi pada orang yang berpendidikan SD yaitu 8 (delapan) gigi perorang, SMP rata - rata 3 (tiga) gigi perorang (Warni, 2009). c. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan merupakan faktor sosial yang dapat mempengaruhi status karies gigi Reich (dalam Warni, 2009). Terutama pada orang tua anak yang berpendapatan rendah. B. Konsep Perawatan Gigi Karies 1. Defenisi Karies Gigi Perawatan gigi merupakan upaya yang dilakukan agar gigi tetap terjaga sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya lubang Asian Brain ( Cahyono, 2010). Karies merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. Asam yang terlalu tinggi dalam kelenjar saliva inilah yang membuat gigi semakin menipis dan terjadi proses demineralisasi yang tinggi dengan keluarnya mineral yang banyak sehingga akan membuat lubang pada gigi
13 18 (Sekarsari, 2012). keras misalnya, gigi. Mineral dapat berfungsi untuk struktur jaringan lunak dan Gigi karies juga dikenal kerusakan gigi atau rongga, merupakan infeksi, biasanya berasal dari bakteri yang menyebabkan demineralisasi (hilangnya mineral) jaringan keras (enamel, dentin dan sementum) dan perusakkan materi organik gigi dengan produksi asam oleh hidrolisis dari akumulasi sisa sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi (Hongini, 2012). 2. Tanda dan Gejala Karies Tanda adanya karies gigi awalnya dengan adanya bercak putih kapur pada gigi, ini menunjukkan area demineralisasi enamel. Hal ini disebut sebagai lesi karies yang baru atau microcavity. Setelah pembusukkan melewati , tubulus dentin yang memiliki bagian-bagian ke saraf gigi, menjadi terbuka dan menyebabkan sakit gigi. Rasa sakit dapat memperburuk dengan paparan terhadap panas, dingin atau makan manis dan karies juga dapat membuat bau mulut ( Hongini, 2012). Menurut Kamus Kedokteran (dalam Sinaga 2010), tanda dan gejala karies sebagai berikut:1) Adanya bercak putih dan plak pada gigi; 2) Jaringan gigi akan rusak permukaan gigi mulai berlubang dan bisa sampai akhir gigi; 3) Nyeri, terutama pada malam hari; 4) Gusi bisa membengkak dan tak jarang pipi juga akan membengkak. Tanda dan gejala diatas maka tampak jelas awal dari terjadinya karies sehingga membuat rasa sakit, kejadian karies ini, akan membuat aktifitas menjadi terganggu dan tidak bisa berkonsentrasi untuk melakukan aktifitas terlebih lebih jika terjadi pada anak anak akan membuat gelisah dan menangis secara terus menerus. Karies gigi juga dapat dilihat dengan kasat mata yakni dengan melihat gigi yang berlubang yang telah mengalami perubahan warna yang menjadi hitam dan coklat Potter dan Perry, Behrman et.al (dalam setiyawati, 2012).
14 19 3. Teori Penyebab Terjadinya Karies Proses terjadinya karies ini, didukung oleh teori beberapa pakar yang mengemukakan setiap pendapat yang mereka miliki dalam Tarigan (2014) antara lain. a. Teori glikogen Menurut Egide, glikogen dalam keadaan normal dijumpai bersama-sama dengan bahan-bahan organik dari seperti keratin. Bila konsumsi karbohidrat meningkat, maka glikogen pada jaringan akan bertambah. Glikogen berupa bahan makanan mikroorganisme mulut sehingga enzim glikogenase akan diuraikan menjadi glukosa. Glukosa ini akan dipecah menjadi asam susu sehingga terjadi karies dengan asidolisis. b. Teori fosfatase Menurut Eggers, menyatakan bahwa didalam air ludah ada dan kita temui enzim fosfatase dan protease. Bila fosfat makanan terlau banyak, akan terjadi ketidakseimbangan dalam darah dan air ludah. Sebaliknya, bila pada makanan unsur fosfor kurang, keseimbangan fosfor pada darah dan air ludah akan terganggu. Kemampuan air ludah untuk membersihkan akan menurun. Hal ini akan menyebabkan timbulnya karang gigi pada permukaan gigi yang merupakan gudang dari asam fosfatase protease. c. Teori endogen pulpogenesis fosfatase Menurut Csernyei, proses terjadinya karies karena ada kerusakan pada pulpa maka terjadi ketidakseimbangan flour dan magnesium. Dalam keadaan normal flour: magnesium sama dengan 1 : 6, sementara pada keadaan karies gigi perbandingan 1 : 28 maka akan terjadi pada penyerapan dentin dan diikuti kerusakan . Karena ketidakseimbangan tersebut maka akan terjadi ulkus yang diakibatkan dari kerusakan dentin dan . Bakteri-bakteri akan masuk ke ulkus ini dan proses perusakkan lebih lanjut akan terjadi. Karies ini terjadi karena terjadi pemecahan fosfor yang memecah dan dentin.
15 20 Beberapa teori penyebab karies diatas, ditemukan perbedaan pendapat antara teori glikogen dan fosfat namun disini, jika dilihat lebih dalam teori glikogen yang lebih mendasar dikarenakan sumber glukosa banyak dijumpai atau banyak kita konsumsi daripada kandungan fosfat dan ini terbukti pada kebiasaan anak usia sekolah jajan sembarangan yang berhubungan dengan makan makanan yang manis seperti: coklat, gulali permen dan lain sebagainya. 4. Etiologi Terjadinya Karies Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi interaksi dari 4 faktor utama yang ada dalam mulut: host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak) substrat (diet karbohidrat) dan terakhir faktor waktu Reich (dalam Warni, 2009). Selain faktor dalam mulut kemudian, ditambahkan Suwelo (dalam Warni, 2009), dengan faktor yang berasal dari luar: jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan yang berhubungan kesehatan gigi. Penyebab gigi karies diatas, ditambahkan pendapat Hongini (2012), mulut mengandung berbagai bakteri, tetapi yang diyakini menyebabkan karies: streptococcus mutans, actynomyces dan lactobacilli acidophilus. streptococcus mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies. Bakteri berkumpul sekitar gigi dan gusi sehingga lengket berwarna krem disebut plak yang berfungsi sebagai biofilm maka, dengan kondisi asam dalam mulut yang mengakibatkan atau mempercepat terjadinya karies gigi. 5. Patofisiologi Karies Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi, seperti: sukrosa (gula) dari sisa makanan yang dikonsumsi dan ditambah dengan tidak menggosok gigi atau kumur-kumur setelah makan sehingga, bakteri berproses menempel pada gigi dan waktu tertentu sukrosa berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan ph mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010).
16 21 Secara perlahan lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang foramen tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis. Kemudian setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Sehingga akan membuat gigi tersebut berlubang (karies) (Suryawati, 2010). 6. Indeks Karies Gigi Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun. Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F adalah gigi yang ditambal atau di tumpat karena karies dan dalam keadaan baik (Notohartojo dan Magadarina, 2013). Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T. Dengan adanya indeks karies gigi, dapat membantu melihat tingkat keparahan karies. 7. Klasifikasi Tingkat Karies Gigi Mengklasifikasikan tingkat keparahan karies gigi pada usia 12 tahun atau lebih dikategorikan menjadi lima kategori, untuk melihat tingkat karies maka, dilakukan observasi karies gigi yaitu dengan melihat tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0,0 1,0. Kemudian tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2-2,6. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7 4,4 dan tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF- T sebesar 4,5 6,5, serta tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar > 6,6 (Notohartojo dan Magdarina, 2013). Kemudian ditambahkan Malohing (2013), cara untuk mendapatkan hasil DMF-T dilakukan dengan rumus:
17 22 Indeks DMF-T = D + M + F Jumlah Populasi Berdasarkan cara untuk mendapatkan indeks karies, maka dengan mudah menentukan kategori dari sangat ringan hingga keparahan yang sangat tinggi. 8. Faktor yang Mempengaruhi Karies Gigi Banyak sekali yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Dengan semakin canggihnya pabrik makanan, semakin tinggi juga presentase karies pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan hasil pabrik tersebut (Tarigan, 2014). Sebagai berikut: a. Ras Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan presentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Dikarenakan geligi geligi pada rahang sering tumbuh tidak teratur. Dengan keadaan tersebut sulit untuk dibersihkan sisa makanan. b. Makanan Makanan yang kita konsumsi setiap hari dapat memberi pengaruh buruk dan positif pada gigi, pengaruh tersebut dapat dibagi menjadi: 1) Isi dari makanan yang menghasilkan energi misalnya, karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada masa pra erupsi dan pasca erupsi dari geligi. 2) Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan Makanan yang dapat membersihkan gigi yang dapat dari bahan alami seperti: apel, jambu air dan bengkoang. Sebaliknya, makanan yang lunak
18 23 dapat melekat pada gigi seperti: permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya. c. Air ludah atau saliva Air ludah setiap hari akan diproduksi sebanyak ml per 24 jam. Semakin sedikit produk air ludah maka kejadian gigi karies akan meningkat. d. Unsur Kimia Unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentase karies gigi ialah fluor. Pada tabel ini akan diperlihatkan beberapa unsur kimia yang dapat memperlambat kejadian karies gigi. Tabel 2.1. Pengaruh unsur - unsur kimia terhadap terjadinya karies gigi - Zin Menunjang terjadinya karies + Cadmium + Platina + Selenium - Magnesium (Mg) - Strontium - Berillium - Flour - Aurun (An) - Cuprum (Cu) Menunjang terjadinya karies Menunjang terjadinya karies Menunjang terjadinya karies Menghambat karies Menghambat karies Menghambat karies Menghambat karies Menghambat karies Menghambat karies
19 24 Dari beberapa faktor yang ada, maka dapat disimpulkan faktor makanan yang paling sering dan berat meyebabkan karies gigi dikarenakan makanan dapat mempengaruhi keadaan saliva yang awalnya melindungi atau menjadi buffer maka akan berubah menjadi kariogenik (asam) dengan ph 5,5 dan akan membantu koloni bakteri disetiap gigi. 9. Pencegahan Karies Gigi Tindakan pencegahan primer ini dilakukan sebelum terkena karies (Angela, 2005). Tindakan pencegahan primer ini meliputi: a. Modifikasi kebiasaan anak Modifikasi kebiasaan anak bertujuan untuk merubah kebiasaan anak yang salah mengenai kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat mendukung prosedur pemeliharaan dan pencegahan karies. b. Riwayat sosial Banyak penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada anak yang berasal dari status sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan anak dari status ini makan lebih banyak makanan yang bersifat kariogenik. c. Kebiasaan makan Mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di antara jam makan dapat berhubungan dengan peningkatan karies yang besar. Ada 5 (lima) faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung, padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi makan dan snacks serta lamanya interval waktu makan. 1,5 Anak yang berisiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan minuman manis di antara jam makan Vipeholm (dalam Angela 2005). Kebiasaan menggosok gigi merupakan cara yang efektif untuk mencegah karies. Menggosok gigi dapat menghilangkan plak dan deposit bakteri. Cara menggosok
20 25 gigi dengan menggosok seluruh bagian gigi secara vertikal dengan sudut 45 o dan sikat yang berbahan nilon juga dianjurkan mengganti sikat gigi minimal 1x (satu kali) dalam 3 bulan Potter dan Perry (dalam Setiyawati, 2012 ). Waktu yang efektif dalam menggosok gigi adalah 2 3 menit (Andlaw, 2012). Dengan melakukan hal diatas secara rutin, dapat dipastikan kejadian karies gigi dapat menurun dan meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut. Selanjutnya, pernyataan diatas ditambahkan oleh Tarigan (2014), pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi dan mulut, pencegahan karies dapat dibagi menjadi: a. Pengaturan diet Merupakan faktor yang paling signifikan menyebabkan penyakit karies. Konsumsi karbohidarat yang tinggi merupakan faktor penting untuk terjadinya karies. Diet pengganti diperlukan untuk mengurangi asupan karbohidrat. Namun, pengaturan diet jangka panjang sulit untuk dilakukan. b. Kontrol Plak Adanya plak berhubungan dengan perilaku menggosok gigi. Mengontrol plak dengan menggosok gigi sangat penting untuk dilakukan dan dianjurkan. Sebelum menyarankan hal-hal tersebut perlu diberi pemahaman. Dengan memperhatikan hal hal berikut: 1) Pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya. Pasien dengan penyakit kelaianan muskular, artritis, disarankan menggunakan sikat gigi elektrik 2) Cara menggosok gigi yang baik 3) Frekuensi dan lamanya menggosok gigi 4) Penggunaan pasta flour c. Penggunaan flour Manfaat floride untuk gigi dengan 3 (tiga) cara kerja: floride dapat menghambat perkembangan lesi karies dengan menghambat proses
21 26 demineralisasi, floride dapat meningkatkan ketahanan dari asam dan meningkatkan proses remineralisasi. Intinya flour yang tinggi dapat menghambat proses perkembangan bakteri. Dengan adanya pencegahan karies gigi diatas, dapat menjadikan salah satu acuan atau cara untuk mengurangi angka kejadian karies. Namun, kedua pendapat tersebut, bisa disimpulkan pada pencegahan primer inilah yang penting untuk dilakukan cara pencegahan karies gigi. 10. Perlindungan Terhadap Gigi Menurut Angela (2005), perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara penggunaan silen dan penggunaan fluor dan khlorheksidin sebagai berilkut: a. Silen Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang berisiko karies tinggi. Prioritas tertinggi diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6 8 tahun, molar kedua permanen di antara usia tahun, prioritas juga dapat diberikan pada gigi premolar permanen dan molar susu. Bahan silen yang digunakan dapat berupa resin maupun glass ionomer. Silen resin digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna sedangkan silen glass ionomer digunakan pada gigi yang belum erupsi sempurna sehingga silen ini merupakan pilihan yang tepat sebagai silen sementara sebelum digunakannya silen resin. Keadaan dan kondisi silen harus terus menerus diperiksa pada setiap kunjugan berkala. Bila dijumpai keadaan silen tidak baik lagi silen dapat diaplikasikan kembali. b. Dental floss Dental floss (benang gigi), merupakan alat yang mampu membersihkan gigi dari sisa makanan sehingga, kejadian karies dapat dikurangi dengan menggunakan benang gigi (Andlaw, 2012).
22 27 c. Klorheksiden merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta gigi, permen karet, varnis dan dalam bentuk gel. Flossing empat kali setahun dengan klorheksidin yang dilakukan oleh dokter gigi menunjukkan penurunan karies approximal yang signifikan. Demikian juga pada anak berisiko karies tinggi hal ini dapat digunakan untuk melengkapi penggunaan silen di bagian oklusi gigi (Angela, 2005). Perlindungan gigi secara dini lebih baik dilakukan daripada setelah menderita karies karena jika gigi sudah mengalami karies maka tidak mudah lagi untuk memperbaikinya kembali. C. Hubungan Perilaku tentang Perawatan Gigi dengan Kejadian Karies Pada Anak Menurut Houwink (dalam Cahyono, 2010), perawatan gigi pada anak perlu dilakukan karena, berbagai gangguan kesehatan gigi dan mulut yang mungkin terjadi antara lain karies gigi, plak, karang gigi, penyakit periodental, anomali posisi denti-fasial, ekstraksi, protesa gigi geligi, fraktur gigi, maupun berbagai penyimpangan lainnya. Selanjutnya, perawatan gigi menurut Wahyuni (dalam Cahyono, 2010) sebagai berikut: 1. Kurangi konsumsi makanan manis yang mudah melekat pada gigi seperti permen atau coklat. Namun melarang makan coklat atau permen juga dapat menimbulkan dampak psikis. 2. Ajak anak menggosok gigi secara teratur dan benar pada pagi, sore dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan setiap usai makan. Biasakan mereka berkumur setelah makan atau jajan yang manis. 3. Siapkan makanan kaya kalsium (ikan dan susu), fluor (teh, daging sapi dan sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A (wortel), C (buah), D (susu) dan E (kecambah). Mineral dan vitamin diperlukan untuk pertumbuhan gigi anak.
23 28 4. Jaga oral hygiene anak dengan baik. Bila ada karang gigi segera bawa ke dokter gigi untuk dibersihkan. Berdasarkan penelitian Oktrianda (2011), hubungan waktu, teknik menggosok gigi dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi pada murid SDN 66 Payakumbuh di wilayah kerja Puskesmas Lampasi Payakumbuh tahun Menunjukkan ada hubungan signifikan kejadian karies dengan teknik dan cara menggosok gigi. Penelitian Warni (2009), tentang hubungan perilaku anak murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies, menunjukkan hasil yang signifikan dengan kejadian karies gigi. D. Kerangka Konsep Skema 2.1. Kerangka Konsep Perilaku Tentang Perawatan gigi Kejadian Karies - Tidak Karies - Karies E. Hipotesa Ha: ada hubungan perilaku tentang perawatan gigi dengan kejadian karies
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan, akan menimbulkan masalah, salah satunya kerusakan pada gigi seperti karies atau gigi berlubang (Oktrianda, 2011).
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan banyak dijumpai pada penduduk dunia, terutama pada anak. Menurut hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia. Di negara maju dan negara yang sedang berkembang, prevalensi karies gigi cenderung meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dasar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. Aktivitas anak sekolah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi
Lebih terperinciGambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008
Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang
Lebih terperinciSri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak
TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya
BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Karies Gigi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Early Childhood Caries (ECC) merupakan gabungan suatu penyakit dan kebiasaan yang umum terjadi pada anak dan sulit dikendalikan. 1 Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan dalam visi dan misi Indonesia Sehat 2010. Usaha mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. Kesehatan gigi sangat penting karena berpengaruh pada fungsi pengunyahan, fungsi bicara, kualitas hidup,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Kebersihan gigi yaitu keadaan gigi geligi yang berada di dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan sangat digemari anak-anak saat jajan disekolah keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh yang dapat mempengaruhi kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), berdasarkan Survei
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah lesi gigi dekstruktif, progresif, yang jika tidak di obati akan mengakibatkan dektruksi total gigi yang terkena dan merupakan penyakit multifaktoria.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia dan dapat menjadi sumber infeksi yang dapat mempengaruhi beberapa penyakit sistemik.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluhan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang sering diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey kesehatan rumah tangga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses pencernaan makanan. Untuk itu kesehatan gigi dan mulut anak sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi mulut anak-anak. United States Surgeon General melaporkan bahwa karies merupakan penyakit infeksi yang paling
Lebih terperinciBAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang
BAB I I. Pendahuluan A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di negara berkembang dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian
Lebih terperinciPENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi 1. Definisi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri
Lebih terperinciKaries gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.
Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah. Kelainan yang sering dijumpai pada anak SD adalah karies gigi dan gingivitis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang, merupakan hasil, tanda, dan gejala dari demineralisasi jaringan keras gigi secara kimia, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian observational
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang masih harus mendapat perhatian khusus karena dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi. Pemeliharaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang hubungan antara tingkat keparahan karies pada periode gigi desidui dengan riwayat penyakit gigi ibu dilakukan di beberapa tempat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam pencernaan, gigi dan mulut berperan untuk mengunyah dan mengancurkan makanan yang masuk kedalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak TK (Taman Kanak-kanak) di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies, karena anak di pedesaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keju merupakan makanan yang banyak dikonsumsi dan ditambahkan dalam berbagai makanan untuk membantu meningkatkan nilai gizi maupun citarasa. Makanan tersebut mudah diperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi 1. Pengertian Karies Gigi Gigi berlubang atau karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, sementum, yang disebabkan oleh aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang sering terjadi di dalam rongga mulut yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, usia, ras, ataupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam kesehatan jaringan keras dan lunak didalam rongga mulut. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit karena bakteri pada gigi. Gigi berlubang merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling lazim. Gigi berlubang lebih banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Perkembangan Gigi Gigi mulai berkembang sebelum bayi dilahirkan. Pada tahap ini, status gizi ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi berjejal atau crowding dapat diartikan sebagai ketidakharmonis antara ukuran gigi dengan ukuran rahang yang dapat menyebabkan gigi berada di luar lengkung rahang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Gizi merupakan kebutuhan utama dalam setiap proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa anak-anak, berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan optimal menyeluruh termasuk
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES
SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES OLEH : Feradatur Rizka Eninea 11.1101.1022 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak adalah karies gigi. 1 Karies gigi
Lebih terperinciINDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Sri Hidayati 1, Naning K.Utami 2, Metty Amperawati 3 ABSTRAK Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang terbatas pada jaringan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI Widhi Sumirat Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan kesehatan mempunyai manfaat yang sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Para penganut teori perilaku Skinner percaya bahwa perilaku adalah respons terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, sehingga rongga mulut tidak dapat dipisahkan fungsinya dengan bagian tubuh lain. Rongga mulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERILAKU MENGOSOK GIGI KEBIASAAN MAKAN DAN MINUM TINGGI SUKROSA DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA DI MIN JEJERAN Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian keras yang terdapat dalam mulut yang juga sebagai organ pencernaan pada manusia dan hewan. Fungsi gigi adalah untuk mengoyak dan mengunyah makanan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Karies Gigi a. Definisi Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum), yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang mengkonsumsi air minum dari air PAH dan air PDAM di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit karies gigi serta penyakit gigi dan mulut masih banyak diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut Data Kementerian Kesehatan Tahun 2010
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan peran orang tua terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah di RA Sudirman
Lebih terperinci