DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Transkripsi

1 SKRIPSI PENGARUH PENGEMASAN DENGAN PERLAKUAN KMnO4 TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK BUNGA KRISAN TIPE YELLOW FIJI STANDAR SELAMA PENYIMPANAN Oleh : RIFQI DARMAWAN F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1

2 PENGARUH PENGEMASAN DENGAN PERLAKUAN KMnO4 TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK BUNGA KRISAN TIPE YELLOW FIJI STANDAR SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Rifqi Darmawan F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2

3 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH PENGEMASAN DENGAN PERLAKUAN KMnO4 TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK BUNGA KRISAN TIPE YELLOW FIJI STANDAR SELAMA PENYIMPANAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : RIFQI DARMAWAN F Dilahirkan pada tanggal 29 November 1984 Di Trenggalek, Jawa Timur Tanggal Lulus : Menyetujui, Bogor, Agustus 2007 Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr. NIP Dosen Pembimbing Akademik 3

4 RINGKASAN Rifqi Darmawan. F Pengaruh Pengemasan Dengan Perlakuan KMnO4 Terhadap Karakteristik Fisik Bunga Krisan Tipe Yellow Fiji Standar Selama Penyimpanan. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr. Bunga merupakan salah satu komoditi pertanian yang bisa dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Bunga krisan merupakan salah satu komoditas bunga potong yang sangat penting kedudukannya. Jumlah produksi bunga krisan di Indonesia mencapai 47 juta pada tahun 2005 (Badan Pusat Statistik,2006). Hal tersebut menggambarkan tingginya kebutuhan akan bunga potong khususnya krisan. Orang akan mengharapkan bunga yang didapatkannya baik dari membeli secara langsung atau melewati pemesanan berada dalam kondisi baik pada saat diterimanya. Akan tetapi karena pada umumnya bunga mempunyai sifat yang mudah rusak, maka diperlukan beberapa cara untuk mencegahnya. Bunga merupakan produk hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan bersifat extremely perishable sehingga hanya memiliki masa simpan yang pendek. Tanaman pada umumnya akan mengeluarkan suatu hormon yang dinamakan etilen untuk membantu proses-proses fisiologis yang terjadi di dalam tanaman itu sendiri. Menurut Benyamin Lakitan (1995), etilen dapat menyebabkan penuaan dan pengguguran daun, menghambat pemanjangan buah, menghambat pembesaran daun, dan lain-lain. Selama proses pascapanen bunga sebelum sampai kepada tangan konsumen, akan terdapat suatu fase dimana bunga akan mengalami perpanjangan waktu. Selama proses tersebut, bunga akan memproduksi gas etilen yang akan mempercepat laju respirasi bagian bunga yang dipotong tersebut. Laju respirasi akan menyebabkan kelopak bunga cepat menguncup, padahal bunga diusahakan sebisa mungkin agar tetap segar dan mengembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kemasan yang diberikan perlakuan menggunakan cairan kimia KMnO4 pada perubahan fisik bunga krisan selama penyimpanan. Penelitian ini dilakukan di PT. Alam Indah Bunga Nusantara Jl. Raya Mariwati Km 5.5 Desa Kawung Luwuk Sukaresmi Cipanas, Jawa Barat. Penelitian berlangsung selama bulan Mei Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga krisan Yellow Fiji tipe standar yang diperoleh dari PT. Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN) Desa Kawung Luwuk Sukaresmi Cipanas, bahan kimia Kalium Permanganat (KMnO4), kertas HVS, kertas koran, kertas buram, dan kertas kraft. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cool storage untuk penyimpanan suhu rendah. RHS color chart tahun 2001 untuk penentuan warna, jangka sorong, sprayer, bak air, penggaris, gunting bunga dan alat tulis. Bunga dikemas dengan menggunakan 4 jenis bahan kemasan yang berbeda yang telah dilakukan pencelupan dengan konsentrasi 5% dan 10%. Kemudian, bunga diamati parameter fisiknya setiap 4 hari sekali selama 15 hari penyimpanan Dari uji Duncan didapatkan hasil bahwa perlakuan yang paling bagus untuk mencegah kerusakan bunga berupa pertambahan diameter yang terlalu besar yaitu perlakuan A1B2 (kemasan HVS, konsentrasi 5%), yang hanya meyebabkan penambahan diameter sebesar 32 %. Sedangkan untuk parameter panjang tangkai 4

5 didapatkan hasil bahwa bunga yang mengalami perlakuan A4B1 (kemasan buram, konsentrasi 10%), menyebabkan perubahan panjang tangkai yang paling sedikit yaitu sebesar %. Untuk parameter susut bobot, dengan uji lanjut Duncan didapatkan hasil bahwa bunga yang mendapatkan perlakuan A4B1 (kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 10%) tidak berbeda nyata dengan kemasan yang memberikan pengaruh kerusakan paling kecil. Hasil uji lanjut Duncan pada hari penyimpanan yang terakhir (H ke-15) didapatkan hasil bahwa kemasan yang memberikan pengaruh terkecil pada perubahan diameter tangkai yaitu A4B1 (kemasan buram, konsentrasi 10%), dengan perubahan sebesar 1.33%. Selama masa penyimpanan pada cold storage, semua bunga yang mendapatkan perlakuan yang berbeda tidak ada yang mengalami kelayuan. Untuk paramter perubahan warna mahkota, adanya pengaruh perlakuan pada kemasan tidak memberikan pengaruh nyata pada perubahan warna. Dari hasil uji organoleptik terhadap parameter warna mahkota, penampakan, dan kesukaan didapatkan hasil bahwa perlakuan yang diberikan pada bunga krisan tidak bisa memberikan jaminan untuk memperpanjang kualitas bunga krisan. 5

6 RIWAYAT HIDUP Rifqi Darmawan dilahirkan di sebuah kabupaten terpencil di Jawa Timur yaitu kabupaten Trenggalek pada tanggal 29 November 1984, dan merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Memulai pendidikannya di TK Dharma Wanita I Ngetal dan selesai pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Ngetal I dan lulus tahun Setelah 6 tahun mengenyam pendidikan dasar, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri I Trenggalek pada tahun yang sama dan lulus tahun 2000, kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya ke SMU Negeri I Trenggalek pada tahun yang sama dan lulus pada tahun Kemudian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis juga sempat aktif pada beberapa kegiatan organisasi yang ada di kampus, diantaranya Keluarga Islam Teknik Pertanian (KITA), BEM Fateta, HIMATETA, dan LDK DKM Al Hurriyah. Pada tahun 2006 penulis mengikuti kegiatan Praktek Lapangan yang merupakan kegiatan wajib mahasiswa pada semester VI di Fakultasnya, pada Engineering Center, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Puspiptek Serpong. Judul yang diambil yaitu MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN PADA PROSES PRODUKSI BIODIESEL DI BPPT PUSPIPTEK SERPONG Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaanya, penulis melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENGEMASAN DENGAN PERLAKUAN KMnO4 TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK BUNGA KRISAN TIPE YELLOW FIJI STANDAR SELAMA PENYIMPANAN. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Lilik Pujantoro, MAgr. 6

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillaahi robbil alamin, tiada rasa syukur yang pantas terucap selain hanya ditujukan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmatnya yang melimpah, yang dengan itu semua, akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah persembahan kecil berupa rangkaian kegiatan tugas akhir pada Departemen Teknik Pertanian yang terdiri dari kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. Shalawat serta salam tidak pula terlewatkan, ditujukan kepada suri tauladan kita, penancap tonggak revolusi peradaban, dan seorang guru yang luar biasa, Rasulullah SAW. Skripsi ini berjudul Pengaruh Pengemasan Dengan Perlakuan KMnO4 Terhadap Karakteristik Fisik Bunga Krisan Tipe Yellow Fiji Standar Selama Penyimpanan. Semoga sebuah persembahan kecil ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan. Rangkaian kegiatan akhir ini tidak mungkin selesai dengan baik tanpa dukungan dan bimbingan dari mereka yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis, yaitu : 1. Almarhumah Ibunda dan alamarhum ayahanda tercinta yang telah dengan sabar mendidik dan membesarkan penulis dari kecil. Semoga kita nanti dipertemukan dalam surganya. 2. Kedua kakakku yang tercinta, Mas Arfan dan keluarga (Mbak Santi, Salman, dan si kembar) dan juga Mas Rizal dan keluarga (Mak Yuli dan Hanna), yang selalu memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil. 3. Dr. Ir. Lilik Pujantoro, MAgr, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis, dan juga seluruh dosen dan staf Departemen Teknik Pertanian. 4. Pak Tatan dan seluruh staf dan karyawan PT. Alam Indah Bunga Nusantara, yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk melakukan kegiatan penelitian. 7

8 5. Kang Cecep dan keluarga yang telah menyediakan tempat menginap selama penulis melakukan penelitian 6. Fuad Ariestyadi atas dukungan moril dan materiil (maturnuwun motore mas), Irawan atas semangatnya, Eka, dan Anne yang selalu mewarnai hari dengan keceriaaan. 7. Keluarga besar TEP (TEP 38, 39, dan 40), tanpa adanya kalian, penulis mungkin tidak akan pernah selesai menyelesaikan skripsi. 8. Teman-teman satu kamarku, Aksodiana dan Kiki, terimakasih atas bantuannya selama ini Akhirnya penulis menyadari bahwa pada skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca yang membangun selalu penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna dengan baik. Bogor, Agustus 2007 Penulis 8

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTARISI...iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN PENELITIAN... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. BUNGA KRISAN... 4 B.ETILEN...10 C.KALIUMPERMANGANAT...13 D.KEMASAN...15 III.METODOLOGIPENELITIAN...21 A.WAKTUDANTEMPATPENELITIAN...21 B.BAHANDANALATPENELITIAN...21 C.METODE PENELITIAN...22 D.PENGAMATANNILAIPARAMETERFISIK...25 E.UJIORGANOLEPTIK V.HASILDAN PEMBAHASAN...28 A.PENCELUPAN...28 B.DIAMETERMAHKOTA...29 C.PANJANG TANGKAI...31 D.BOBOT BUNGA...34 E. DIAMETER TANGKAI...36 F. WARNA...39 G. KELAYUAN...41 H. UJI ORGANOLEPTIK...42 V. KESIMPULAN DAN SARAN...45 A. KESIMPULAN...45 B. SARAN...46 DAFTAR PUSTAKA...47 LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL halaman Tabel 1.Data statistik bunga potong di Indonesia... 1 Tabel 2. Standar Nasional Indonesia bunga krisan potong segar... 7 Tabel 3. Sifat fisik etilen...12 Tabel 4 Sifat fisik Kalium Permanganat...15 Tabel 5. Analisa sidik ragam perubahan diameter pada hari ke-4 penyimpanan...31 Tabel 6. Duncan perubahan diameter mahkota pada hari ke-15 penyimpanan... 1 Tabel 7. Analisa sidik ragam perubahan panjang tangkai pada hari ke-8 penyimpanan...33 Tabel 8. Uji Duncan pada hari ke-8 penyimpanan...33 Tabel 9. Analisa sidik ragam susut bobot pada hari ke-12 penyimpanan Tabel 10. Uji lanjut Duncan susut bobot pada hari ke-12 penyimpanan...36 Tabel 11 Analisa sidik ragam pada hari ke-8 penyimpanan Tabel 12 Uji lanjut Duncan pada hari ke-15 penyimpanan...38 Tabel 13 Perubahan warna mahkota selama penyimpanan...39 Tabel 14. Analisa sidik ragam perubahan warna mahkota pada hari ke-15 penyimpanan

11 DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Bunga krisan...4 Gambar 2. Bunga krisan kemasan tersier...6 Gambar 3. Skema pertumbuhan dan perkembangan tanaman...11 Gambar 4. Kalium Permanganat...21 Gambar 5 Kemasan primer untuk mahkota...22 Gambar 6. Bunga yang siap untuk disimpan di cool storage...23 Gambar 7. Diagram alir proses penelitian...24 Gambar 8. RHS Colour chart...26 Gambar 9. Proses pencelupan kertas kemasan...28 Gambar 10. Perubahan diameter mahkota bunga krisan selama penyimpanan...29 Gambar 11. Perubahan diameter mahkota bunga krisan tanpa perlakuan...30 Gambar 12 Perubahan panjang tangkai bunga krisan selama penyimpanan...32 Gambar 13.. Kertas kemasan A1B2 yang sobek...32 Gambar 14. Perubahan panjang tangkai bunga krisan tanpa perlakuan...33 Gambar 15. Perubahan bobot bunga selama penyimpanan...34 Gambar 16. Perubahan bobot bunga tanpa perlakuan selama penyimpanan...35 Gambar 17. Perubahan diameter tangkai bunga krisan selama penyimpanan...37 Gambar 18.. Perubahan diameter tangkai bunga krisan tanpa perlakuan selama penyimpanan...38 Gambar 19. Warna bunga krisan39 Gambar 20. Kesegaran bunga krisan pada hari penyimpanan ke Gambar 21. Uji organoleptik terhadap skor hedonik warna mahkota...41 Gambar 22. Uji organoleptik terhadap skor hedonik penampakan...43 Gambar 23 Uji organoleptik terhadap skor hedonik kesukaan

12 DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1. Data pengamatan bunga krisan H Lampiran 2. Data pengamatan bunga krisan H Lampiran 3. Data pengamatan bunga krisan H Lampiran 4. Data pengamatan bunga krisan H Lampiran 5. Data pengamatan bunga krisan H Lampiran 6. Hasil analisa sidik ragam terhadap perubahan diameter tangkai Tangkai...49 Lampiran 7. Hasil analisa sidik ragam terhadap perubahan bobot bunga Lampiran 8. Hasil analisa sidik ragam terhadap perubahan diameter mahkota bunga Lampiran 9. Hasil analisa sidik ragam terhadap perubahan panjang tangkai Lampiran 10. Hasil analisa sidik ragam terhadap perubahan warna mahkota Lampiran 11. Uji Duncan perubahan diameter tangkai Lampiran 12. Uji Duncan susut bobot bunga Lampiran 13. Uji Duncan perubahan mahkota bunga Lampiran 14. Uji Duncan perubahan panjang tangkai Lampiran 15. Uji Duncan perubahan warna mahkota Lampiran 16. Lembar uji organoleptik

13 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bunga merupakan salah satu komoditi pertanian yang bisa dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Tanaman hias bunga adalah tanaman hias yang memiliki kemampuan menghasilkan bunga dengan aneka bentuk, warna, ukuran, dan keharuman yang unik. Bunga potong merupakan sebutan untuk tanaman hias yang ditanam untuk diambil bunga dan tangkainya. Bunga potong adalah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan kerja, pariwisata, dan menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Komoditi tersebut sudah sejak lama dikonsumsi baik untuk dalam negeri maupun luar negeri. Kebutuhan akan komoditi ini menjadi sangat tinggi ketika akan ada peringatan hari besar agama ataupun peringatan lainnya. Berbagai jenis dan varietas bunga sudah sejak lama disukai oleh banyak orang karena sifat-sifat menariknya. Kegunaan bunga bahkan sudah bergeser dari sekedar untuk hiasan sampai berkembang sebagai alat komunikasi. Bunga potong disamping sebagai bahan untuk rangkaian bunga juga merupakan sarana peralatan tradisional, agama, upacara kenegaraan, dan keperluan ritual lainnya (Rosa Widyawan dan Sarwintyas Prahastuti, 1994). Bunga disukai karena warna, bentuk, bau ataupun sifat unggul lainnya. Salah satu komoditas bunga potong yang menjadi primadona konsumen yaitu bunga krisan. Jenis bunga ini merupakan tanaman bunga potong yang terpenting kedua di dunia setelah bunga mawar. Tabel 1. Data statistik bunga potong di Indonesia Jumlah Bunga produksi (ton) Anggrek Mawar Krisan Gladiol Sumber : Badan Pusat Statistik (2006) Dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik seperti yang terlihat pada tabel 1, dapat diambil kesimpulan bahwa bunga krisan merupakan salah satu komoditas bunga potong yang sangat penting kedudukannya. Jumlah produksi 13

14 bunga krisan di Indonesia mencapai 47 juta pada tahun Hal tersebut menggambarkan tingginya kebutuhan akan bunga potong khususnya krisan. Orang akan mengharapkan bunga yang didapatkannya baik dari membeli secara langsung atau melewati pemesanan berada dalam kondisi baik pada saat diterimanya. Akan tetapi karena pada umumnya bunga mempunyai sifat yang mudah rusak, maka diperlukan beberapa cara untuk mencegahnya. Secara umum, bunga sebisa mungkin untuk dipertahankan kesegarannya sampai kepada tangan konsumen. Bunga merupakan produk hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan bersifat extremely perishable sehingga hanya memiliki masa simpan yang pendek. Karena bunga memiliki bentuk yang tidak rigid (kaku), maka pada umumnya bunga akan mudah rusak karena tekanan ataupun benturan mekanis. Hal tersebut biasanya terjadi pada saat transportasi komoditi tersebut. Selain itu, metode penanganan yang kurang tepat juga bisa menyebabkan kerusakan atau mengurangi sifat yang baik dari bunga. Bunga dengan mutu prima akan mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga potong yang bermutu rendah. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen yang tepat dalam produksi krisan khususnya untuk yang berskala besar. Penanganan pasca panen tersebut diantaranya adalah pemanenan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pemajangan pada display toko-toko bunga. Tanaman pada umumnya akan mengeluarkan suatu hormon yang dinamakan etilen untuk membantu proses-proses fisiologis yang terjadi di dalam tanaman itu sendiri. Etilen dapat membantu proses pematangan dan pemasakan buah. Pada tanaman bunga, gas etilen dapat mempercepat proses pemekaran kuncup, menyebabkan warna bunga menjadi pucat ataupun juga dapat menyebabkan tidak mekarnya kuncup bunga. Selain itu, menurut Benyamin Lakitan (1995), etilen dapat menyebabkan penuaan dan pengguguran daun, menghambat pemanjangan buah, menghambat pembesaran daun, dan lain-lain. Selama proses pascapanen bunga sebelum sampai kepada tangan konsumen, akan terdapat suatu fase dimana bunga akan mengalami perpanjangan waktu. Selama proses tersebut, bunga akan memproduksi gas etilen yang akan mempercepat laju respirasi bagian bunga yang dipotong tersebut. Laju respirasi akan menyebabkan 14

15 kelopak bunga cepat menguncup, padahal bunga dusahakan sebisa mungkin agar tetap segar dan mengembang. Untuk mengurangi kandungan etilen yang bisa mempercepat laju respirasi tersebut, ada beberapa zat yang bisa digunakan untuk menyerapnya. Salah satu yang bisa digunakan yaitu KMnO4. B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini yaitu : Mengetahui pengaruh penggunaan kemasan yang diberikan perlakuan menggunakan cairan kimia KMnO4 pada perubahan fisik bunga krisan selama penyimpanan. 15

16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. BUNGA KRISAN Bunga krisan (Dendranthema grandiflora) atau juga yang sering disebut dengan bunga seruni merupakan salah satu primadona bunga potong di dunia. Jenis tanaman hias ini merupakan jenis tanaman bunga potong yang penting kedua di dunia. Krisan termasuk dalam famili Compositae, yang diduga berasal dari dataran Cina. Tanaman krisan yang berasal dari dataran Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Prancis pada tahun Varietas krisan modern telah ditemulan pada abad ke-17. Menurut Rukmana dan Mulyana dalam Niken Kendarini, tanaman krisan masuk ke Indonesia ada tahun 1800-an dan sejak tahun 1940 tanaman krisan mulai dikembangkan secara komersial. Gambar 1. Bunga krisan Bunga ini disukai karena mempunyai beraneka ragam varietas yang mempunyai warna dan bentuk yang bermacam-macam pula. Keunggulan lain yang dimiliki oleh bunga potong adalah tanaman ini bisa diatur masa pembungaan dan masa panennya menurut kebutuhan konsumen. Pada bunga krisan dikenal warna dasar putih, kuning, merah, atau keunguan. Akan tetapi, para pemulia tanaman telah berhasil melakukan persilangan dari varietas-varietas yang ada untuk menghasilkan ribuan nuansa dari warna dasar tadi, seperti krem, merah muda, jingga, dan hijau. Dari satu warna tersebut, masih ada warna gradasi yang terdapat di dalamnya. Tanaman krisan tergolong tanaman perdu dengan batang tanaman yang tumbuh tegak. Jika dibiarkan terus menerus maka batang akan menjadi keras 16

17 berkayu. Daun tanaman ini mempunyai bentuk tepi bercelah dan bergerigi. Akar tanaman krisan adalah tunggang dengan kedalaman berkisar antara cm. Pada umumnya, masa segar bunga krisan berkisar antara 5-7 hari, tergantung pada penanganan pascapanen, lingkungan, dan varietasnya. Pemetikan yang terlalu awal akan menyebabkan bunga mekar tidak sempurna dan warnanya pucat. Sebaliknya, pemetikan yang terlambat akan menyebabkan bunga tidak bertahan lama di tangan konsumen. Adapun klasifikasi bunga krisan adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotiledonae Ordo : Compositales Famili : Compositae Genus : Chrysanthemum Spesies : Chrysanthemum indicum Menurut klasifikasi National Chrysanthemum Society dalam Niken Kendarini, ada 13 kategori bentuk bunga krisan berdasarkan susunan dan jumlah mahkota bunganya, anatara lain : 1. Single, yaitu pada tiap tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga dan susunan mahkota bunganya hanya satu lapis petal. 2. Semi double, yaitu mahkota bunga tersusun dari lima lapis petal. 3. Spoon, yaitu helai bunganya berbentuk seperti sendok. 4. Quill, helai bunganya berbentuk seperti bulu ayam. 5. Laciniated, helai bunga berbentuk langsing dengan ujung terbelah dan saling melekuk membentuk tabung. 6. Spider, helai bunganya berbentuk ramping seolah-olah seperti labalaba. 7. Thistle, helai bunganya berbentuk ramping, menggulung dengan bagian ujung tetap membuka sehingga seperti lubang kecil. 17

18 8. Anemone, helai bunganya berbentuk lebar, menyebar keluar dengan piringan dasar lebar. 9. Incurve, helai bunganya berbentuk lengkung kedalam, tersusun rapat dan membentuk kepala bunga membulat. 10. Reflex, helai bunganya berbentuk lengkung keluar. 11. Reflexing incurve, helai bunganya seperti incurve tetapi amat melekuk. 12. Decorative, bunga berbentuk bulat seperti bola, mahkota bunga berbentuk rapat, di tengah pendek dan semakin ke tepi semakin panjang, serta piringan dasar bunga tidak tampak. 13. Pompon, bentuk bunganya mirip dekoratif tetapi mahkota bunganya menyebar ke semua arah. Berdasarkan jumlah kuntum bunganya, krisan dibagi dua yaitu krisan standar dan krisan spray. Sedangkan berdasarkan penggunannya krisan dibagi menjadi krisan potong dan krisan pot. Tanaman krisan memerlukan suhu antara C untuk pertumbuhannya dan memerlukan suhu C untuk masa pembungaannya. Dengan demikian ketinggian yang cocok untuk budidaya bunga krisan yaitu pada ketinggian antara m dpl. Bunga ini memerlukan kelembapan antara 70-90%. Sedangkan untuk tempat tumbuhnya, bunga ini akan tumbuh baik pada kondisi tanah yang bertekstur liat berpasir, gembur, drainase baik, dan mempunyai ph antara Tanaman krisan memerlukan tambahan penyinaran selama beberapa jam setiap hari untuk merangsang pertumbuhan vegetatif. Penambahan penyinaran yang paling baik yaitu pada tengah malam. Tanaman krisan yang kurang mendapatkan pencahayaan akan tumbuh kurus dan tinggi. Gambar 2. Bunga krisan untuk pengiriman luar kota 18

19 Saat panen yang tepat adalah pada saat bunga telah ½ mekar atau 3-4 hari sebelum bunga mekar penuh. Pada saat itu, bunga telah mencapai ukuran penuh, intensitas warna hampir mencapai puncaknya, mahkota bunga terbuka 45 0 terhadap garis vertikal dan mata bunganya masih merapat atau tenggelam. Pada saat bunga mekar penuh, warna bunga akan cemerlang, mahkota bunga terbuka mendekati 90 0 terhadap garis vertikal, dan mata bunga mulai menegembang atau menyembul diantara lingkar mahkotanya. Penanganan pasca panen yang biasa dilakukan pada bunga potong yaitu pemanenan, pembersihan, grading, pengemasan, pengangkutan, pengawetan, dan penyimpanan. Pemutuan dalam pasca panen bunga potong krisan sangat penting karena berpengaruh besar terhadap harga, kualitas, dan penilaian konsumen. Oleh sebab itu diperlukan ketelitian dan perhatian yang lebih dengan fasilitas yang memadai dalam pelaksanaannya. Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia untuk bunga krisan potong sebagai berikut : Tabel 2. Standar Nasional Indonesia untuk bunga krisan potong segar. No. Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai minimum -tipe standard -tipe spray aster kancing santini 2 Diameter tangkai bunga -tipe standard, aster dan kancing -santini cm cm cm cm mm mm >5 > Asalan Asalan Asalan Asalan Asalan Asalan 19

20 3 Diameter bunga setengah mekar mm > Asalan -tipe standard -tipe spray mm >40 >40 >40 Asalan aster mm >35 >35 >35 Asalan kancing mm >30 >30 >30 Asalan santini 4 Jumlah kuntum bunga ½ mekar pertangkai -tipe spray kuntum >6 >6 >6 Asalan 5 Kesegaran bunga Segar Segar Segar Asalan 6 Benda asing/kotoran % >10 maksimal 7 Keadaan tangkai bunga Kuat, Kuat, Kuat, Asalan lurus, tidak pecah lurus, tidak pecah lurus, tidak pecah 8 Keseragaman kultivar Seragam Seraga m Seraga m Seraga m 9 Daun pada 2/3 Bagian Lengkap Lengka Lengka Asalan Tangkai Bunga dan seragam p dan p dan seragam seragam 10 Penanganan Pasca Panen Mutlak perlu Perlu Perlu Asalan Sumber : Badan Standardisasi Nasional BSN Dalam menentukan grade, dalam hal ini yang berhubungan erat dengan kualitas bunga krisan potong, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Panjang tangkai 2. Diameter batang bunga 3. Diameter bunga saat dipanen 4. Kemekaran bunga saat dipanen 20

21 5. Jumlah bunga mekar dalam batang 6. Kesegaran bunga 7. Keadaan tangkai bunga 8. Keseragaman kultivar 9. Keadaan daun 1/3 bagian 10.Keadaan daun 2/3 bagian 11. Hama dan penyakit 12. Kelenturan 13. Jumlah dalam kemasan 14. Bentuk rangkaian dalam kemasan 15. Pembungkus 16. Pengikat 17. Perlakuan pasca panen Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah : A. Tingkat pecahnya benang sari : 0 = Belum pecah 1 = Pecah 0 25 % dari lingkar bunga 2. = Pecah % dari lingkar bunga 3. = Pecah % dari lingkar bunga 4. = Pecah > 75 % dari lingkar bunga B. Tingkat Perubahan Warna Bunga 0 = Sesuai deskripsi varietas 1 = Pudar 0 25 % dari warna asli 2. = Pudar % dari warna asli 3. = Pudar % dari warna asli 4. = Pudar > 75 % dari warna asli C. Kondisi Bunga 0 = Segar 1 = Layu 2. = Kering 0 25 % 3. = Kering % 21

22 4. = Kering % 5. = Kering > 75 % D. Tingkat Perubahan Warna Daun 0 = Hijau 1 = Menguning 0 25 % 2. = Menguning % 3. = Menguning % 4. = Menguning > 75 % E. Kondisi Daun 0 = Segar 1 = Layu 2. = Kering 0 25 % 3. = Kering % 4. = Kering % 5. = Kering > 75 % B. ETILEN Kelayuan adalah suatu tahap normal yang selau terjadi dalam siklus kehidupan tanaman (FG Winarno dan Moehammad Aman, 1979). Gejala-gejala kelayuan pada tanaman ditandai dengan adanya absisi pada daun buah dan bagian bunga, pematangan buah, dan pengurangan daya tahan terhadap penyakit. Dalam fisiologi pasca panen pada kebanyakan tanaman hortikultura, etilen memegang peranan yang sangat penting, karena di satu sisi zat ini menguntungkan sedangkan pada sisi yang lain akan merugikan. Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas (FG Winarno dan Moehammad Aman, 1979). Menurut FG Winarno, beberapa hormon tanaman yang aktif dalam proses kelayuan adalah auxin, giberelin, asam absisat (abscisic acid), sitokinin, dan etilen. Zat ini akan menguntungkan untuk meningkatkan kualitas buah dan sayuran melaui percepatan dan penyeragaman ripening sebelum produk dipasarkan. Etilen juga bisa merugikan karena peranannya dalam meningkatkan laju senescence (ketuaan) dan mengurangi masa simpan produk hortikultura. 22

23 Etilen merupakan anggota pertama dari hidrokarbon tidak jenuh atau kelompok olefin. Gas ini memiliki sifat yang mudah melemaskan (anesthesis) dan beraroma manis (asphyxient). Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan kesadaran sampai kematian. Jika etilen berbentuk cairan, maka jika terkena kulit atau mata akan menyebabkan luka bakar. Selain itu, pencampuran etilen dengan udara memiliki potensi untuk meledak jika konsentrasi etilen meningkat di atas 3.1 % volume. Konsentrasi tersebut merupakan kali konsentrasi yang diperlukan untuk memulai pemasakan kebanyakan produk hortikultura. Total volume sel dewasa muda senescence perkecambahan Gambar 3. Skema pertumbuhan dan perkembangan tanaman Etilen merupakan hormon tanaman yang aktif dan bekerjasama dengan hormon tanaman lainnya. Etilen diproduksi dari methionin melalui jalur yang termasuk intermediet S-adenosyl-methionine (SAM) dan I-amino-cyclopropane- 1-carboxylic acid (ACC). Etilen merupakan anggota pertama dari hidrokarbon tidak jenuh atau kelompok olefin. Sifat fisik dari etilen dapat dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 3. Sifat fisik etilen 23

24 kenampakan berat molekul titik didih (760 mmhg) titik didih (300 mmhg) Tidak berwarna, gas hidrokarbon mudah menguap, beraroma manis C C b.p/pada mmhg titik beku pada tekanan jenuh tekanan permukaan pada C batas bakar pada udara tinggi batas bakar pada udara rendah C per mmhg C 16.4 dyne/cm 32 % vol 3.1 % vol Sumber etilen dapat berupa polutan udara selama penanganan pasca panen berbagai jenis komoditas hortikultura, dari pembakaran, dan buah yang mengalami pemasakan. Sumber lainnya yang kemungkinan menghasilkan etilen yaitu buah dan sayuran yang terdekomposisi, beberapa jenis lampu penerang, jamur yang tumbuh, asap rokok, bahan karet yang terkena panas atau sinar ultra violet, dan juga tanaman yang terkena virus. Fakta yang paling penting untuk diperhatikan pada penanganan pasca panen hortikultura adalah komoditi tersebut masih hidup. Produk hortikultura akan meneruskan reaksi-reaksi metabolisme dan masih mempertahankan sistem fisiologis sebagaimana saat masih melekat pada pohon induknya. Terdapat 3 (tiga) macam perubahan fisiologis setelah inisisasi atau perkecambahan (Bambang Budi Santoso dan Bambang Purwoko, 1992), yaitu : pertumbuhan, pematangan, dan senescene (pelayuan). Salah satu zat yang bepengaruh terhadap perubahan fisiologis tanaman adalah etilen. Etilen memegang peranan penting pada tanaman, kadangkala akan menguntungkan dan kadangkala akan merugikan. Menurut Bambang Budi Santoso dan Bambang Purwoko (1992), etilen mempunyai beberapa peran yang merugikan pada tanaman hortikultura, yaitu : 24

25 a. Mempercepat senescence dan menghilangkan warna hijau pada buah mentah b. Mempercepat pemasakan buah selama penanganan dan penyimpanan c. Russet spotting pada selada d. Pembentukan rasa pahit pada wortel e. Pertunasan kentang f. Gugurnya daun g. Pengerasan pada asparagus h. Mempersingkat masa simpan dan mengurangi kualitas bunga i. Gangguan fisiologis pada tanaman umbi lapis j. Pengurangan masa simpan buah dan sayuran Hasil tanaman yang dipanen (misalnya bunga) sebagaian besar biasanya telah memasuki proses pemasakan, atau mentah menjelang masak, dengan perhitungan agar dalam penyimpanan sementara dan kemudian pengiriman hasil tanaman tersebut tidak terlalu masak atau terjadi penuaan (senescence). Hasil tanaman yang kondisinya terlalu masak akan cepat mengalami kerusakan terutama pada waktu pengiriman dan penyampaian kepada konsumen. Hasil tanaman yang menjadi tua telah mengalami proses-proses pemunduran yang secara normal mengakhiri umur fungsional suatu organ. Dalam hal ini, etilen disinyalir berpengaruh terhadap senescence pada bunga potong. C. KALIUM PERMANGANAT Beberapa cara untuk menunda kematangan dan ketuaan (senescence) tanaman dan buah-buahan telah dilakukan di negara lain. Hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan kesegaran produk hortikultura dalam jangka waktu tertentu, sehingga pembusukan atau kerusakan pada produk tersebut bisa dihindari. Ada beberapa cara yang lazim dipakai untuk pencegahan kerusakan pada produk hortikultura, antara lain penambahan bahan kimia, pelapisan lilin 25

26 (waxing), pengemasan dengan polyethylene, dan pendinginan. Dari beberapa metode tersebut bisa juga digunakan kombinasi untuk memperpanjang umur simpan produk (Pantastico, 1986). Penyerap etilen yang dapat digunakan adalah potasium permanganat (KMnO4), karbon aktif dan mineral-mineral lain, yang dimasukkan ke dalam sachet. Scott dkk mengembangkan bahan yang lebih praktis, yaitu KMnO4 pada vermikulit (Pantastico, 1986). Bahan yang paling banyak digunakan adalah kalium permanganat yang diserapkan pada silika gel. Permanganat akan mengoksidasi etilen membentuk etanol dan asetat. Bahan penyerap etilen ini mengandung 5% KMnO4 dan dimasukkan ke dalam sachet untuk mencegah keluarnya KMnO4 karena KMnO4 bersifat racun. Kalium permanganat (KMnO4) merupakan salah satu jenis bahan yang dapat menyerap kandungan etilen dalam udara. Kandungan etilen dalam udara perlu dihilangkan atau dikurangi untuk memperpanjang masa simpan bunga potong. Kalium permanganat akan mengoksidasi etilen dan diubah ke dalam bentuk etilen glikol dan mangandioksida. CH2 = CH2 + KMnO4 H2O CH2OH + MnO2 Bahan kimia yang mengandung KMnO4 bisa ditemukan di toko kimia dengan merek dagang purafil. Persyaratan bahan ini harus kuat dan memiliki luas permukaan yang besar. Selama ini telah diteliti beberapa bahan yang bisa digunakan sebagai penyerap atau pengikat permanganat. Beberapa bahan tersebut adalah vermikulit, batu apung, dan bata (Bambang Budi Santoso dan Bambang Purwoko, 1992). Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai penyerap permanganat yaitu beberapa jenis kertas kemasan yang biasa digunakan sebagai kemasan hortikultura. Tabel 4. Sifat fisik Kalium Permanganat 26

27 Tampilan: Bau: Kelarutan: Berat jenis: ph: Volatilasi (21 C): Titik Cair: kristal berwarna ungu tidak berbau 7g dalam 100 g air 7 tidak ada informasi C D. KEMASAN Kemasan berfungsi sebagai pelindung atau untuk mengawetkan produk pangan maupun nonpangan. Kemasan juga membatasi antara produk yang dikemas dengan lingkungan sekelilingnya. Bunga merupakan salah satu komoditi nonpangan yang mudah rusak dan harus dipasarkan dalam keadaan segar. Pada bunga potong, kemasan selain untuk mempertahankan mutu juga berfungsi sebagai penunjang kegiatan transportasi, distribusi, dan juga sebagai usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran. Secara umum, kemasan berfungsi sebagai berikut : a. Menjaga produk agar tetap bersih b. Menjaga produk dari kerusakan fisik, perubahan kadar air, dan pengaruh sinar c. Memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, dan distribusi d. Menyeragamkan produk dalam ukuran, bentuk, dan bobot sesuai dengan standar yang ada e. Menampakkan informasi, daya tarik, dan tampilan yang jelas dari produk f. Memberikan informasi yang lain, seperti cara pemakaian, kode produk, dll. Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Menurut Mimi Nurminah (2002), pada bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan (dekorasi) yang bertujuan untuk: a) memberikan kemudahan dalam 27

28 mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan kuantitasnya, b)memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya, c) menarik perhatian pembeli, d) memberikan keterangan pada pembeli tentang cara menggunakan produk yang dikemas. Menurut Erliza dan Sutedja dalam Mimi Nurminah bahan kemasan harus mempunyai syarat syarat tertentu yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan daerah kering. Badan Standardisasi Nasional dalam SNI , menyatakan beberapa informasi yang harus ada pada label yang tertera pada kemasan krisan, yaitu : a. Nama perusahaan b. Nama kultivar c. Kelas mutu d. Kode bunga e. Jumlah bunga dalam kemasan f. Berat kotor g. Berat bersih h. Identitas pembeli di tempat tujuan i. Tanggal panen dan perkiraan daya tahan j. Petunjuk penanganan yang dianjurkan Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi (shiping/delivery package) dan pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package). Pemakaian material dan pemilihan rancangan kemasan untuk pengangkutan dan distribusi akan berbeda dengan kemasan untuk perdagangan eceran. Kemasan untuk pengangkutan atau distribusi akan mengutamakan material dan rancangan yang 28

29 dapat melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedangkan kemasan untuk eceran diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen untuk membeli. Menurut Mimi Nurminah dan Elisa Julianti (2006), kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan), yaitu : a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus produk. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe. b.kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya. c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas. Pengemasan bunga pada PT. AIBN dapat dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu pengemasan primer (pencontongan), untuk bunga tipe standar bertujuan untuk melindungi bagian petal bunga akibat gesekan dan meningkatkan ketahanan tangkai bunga terhadap penanganan yang dilakukan pada pascapanen seperti sortasi dan pengelompokkan serta distribusi. Ada beberapa macam jenis bahan kemasan primer yang dapat digunakan, seperti plastik, berbagai macam kertas dan net bunga dari jaring plastik. Tahap kedua yaitu pembungkusan (wrapping), bertujuan agar bunga menjadi tidak mudah bergerak sehingga kemungkinan tangkai bunga patah selama distribusi dapat dikurangi. Tahap ketiga adalah pengepakan yang bertujuan untuk mengurangi gerak bunga selama distribusi dan memudahkan penanganan selama distribusi. Pengemasan ini hanya dilakukan untuk pesanan pesanan yang mempunyai jarak relatif jauh, seperti tujuan kota Semarang dan Surabaya. Ada beberapa bahan yang bisa digunakan sebagai kemasan. Masing-masing bahan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan tergantung dari produknya. Bahan kemasan alami seperti tanah liat, buluh bambu, atau daun-daunan dapat digunakan untuk penyimpanan produk hortikultura yang singkat. Bahan kemasan 29

30 alami mempunyai kelemahan kurang bisa melindungi produk dari pengaruh lingkungan. Akan tetapi keunggulannya yaitu biaya yang murah dalam pembuatannya dan mudah untuk didapatkan. Selain itu juga tidak merusak lingkungan. Selain bahan alami terdapat juga bahan buatan, seperti kertas, plastik, gelas, kaleng, dll. Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum ditemukannya plastik dan aluminium foil. Bahan ini terbuat dari pulp (bubur kayu) yang ditambahkan dengan beberapa bahan tambahan yang sengaja ditambahkan untuk mendapatkan sifat dan karakteristik tertentu yang diinginkan Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan adalah sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Beberapa jenis kertas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertas tahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas yang dibuat dari modifikasi kertas-kertas ini. Wadahwadah kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak, kaleng fiber, drum, cawan-cawan yang tahan air, kemasan tetrahedral dan lain-lain, yang dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif. Karakteristik kertas didasarkan pada berat atau ketebalannya. Berdasarkan berat maka kertas dapat dinyatakan dalam berat (lb)/3000 ft2 atau yang disebut dengan rim. Di Amerika Serikat banyaknya rim standard untuk kertas kemasan adalah 500 lembar dengan ukuran 24 x 36 inchi (61 x 91.5 cm). Di Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya ukuran yang lebih umum adalah grammage (g/m2).grammage untuk kertas kemasan primer berkisar antara 18 lb/rim 90 30

31 lb/rim (30 g/m2 150 g/m2), sedangkan untuk corrugated board berkisar antara lb/rim ( g/m2). Dalam pemakain kertas sebagai bahan kemasan, perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu ketahanan tarik, daya tahan terhadap gesekan, ketahan sobek, daya regang, ketahan retak, daya serap air, permeabilitas, dan beberapa sifat fisik yang lain. Kertas bisa digunakan sebagai kemasan primer dan kemasan sekunder. a. Kertas HVS Kertas HVS merupakan kertas yang biasanya digunakan untuk alat tulis kantor. Kertas ini mempunyai warna putih dan lebih bersih. Kertas ini dipilih karena kemudahan dalam mencarinya untuk dijadikan sebagai bahan kemasan. b. Kertas koran Kertas koran merupakan salah satu jenis kertas yang banyak digunakan sebagai media masa cetak yang diterbitkan setiap hari dengan jumlah yang besar dan setelah dibaca biasanya langsung dibuang. Kertas koran mengandung sekitar % pulp mekanis dan % pulp kimia yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan kertas. Kertas koran dapat dibuat dari berbagai bahan baku diantaranya kertas koran bekas (ONP), campuran kertas bekas (MWP), CPO, campuran pulp dan kertas bekas. Pada kertas koran bekas, kontaminan utamanya adalah tinta cetak yang umumnya terdiri dari pigmen atau butiran tinta yang berperan sebagai pembawa warna berbentuk partikel padatan kecil, vehicle atau zat pembawa pigmen berfungsi mengalirkan pigmen tinta pada kertas selama pencetakan sehingga dapat berikatan dengan serat. Vehicle umumnya berupa resin, minyak nabati, dan larutan volatile. Menurut Jenni Rismijana, dkk. 2003, proses cetak pada kertas koran umumnya dilakukan secara offset atau letterpress. Sistem pencetakan pada kertas memakai tinta dengan zat pembawa pigmen tidak mengering tetapi hanya diadsorpsikan pada serat dan dicetakkan pada kertas yang tidak disalut (uncoated). Zat pembawa pigmen tersebut dapat disabunkan dengan alkali untuk melepaskan pigmen sehingga partikel karbon pecah menjadi partikelpartikel halus yang dapat dihilangkan secara efisien dengan proses deinking 31

32 konvensional yakni cara flotasi atau washing. Dengan perkembangan dalam bidang bioteknologi, biodeinking semakin diminati dengan penggunaan enzim selulase dan hemiselulase untuk menghilangkan kontaminan tinta dari kertas bekas karena lebih ramah lingkungan dan tidak banyak limbah dari penggunaan bahan kimia. Kertas koran ini digunakan sebagai bahan kemasan dalam penelitian ini karena kemudahan dalam mencari. c. Kertas kraft Kertas kemasan yang paling kuat adalah kertas kraft dengan warna alami, yang dibuat dari kayu lunak dengan proses sulfat. Jenis kertas ini merupakan jenis kertas kasar. Kertas jenis ini biasa juga disebut dengan line board, yang biasanya dibuat dari kayu cemara. Kertas ini dibuat dengan proses kraft. Pada umunya kertas kraft berwarna coklat, akan tetapi dengan proses kimia dapat diubah warnanya menjadi putih. d. Kertas buram Kertas buram mempunyai penampakan yang kurang bersih. Serat-serat kayu sebagai bahan bakunya masih terlihat. Jenis kertas ini biasa digunakan untuk kegiatan ATK (alat tulis kantor) pada kegiatan-kegiatan yang bernilai kurang penting. Kertas ini,udah dan murah untuk didapatkan. 32

33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT. Alam Indah Bunga Nusantara Jl. Raya Mariwati Km 5.5 Desa Kawung Luwuk Sukaresmi Cipanas, Jawa Barat. Penelitian berlangsung selama bulan Mei 2007 B. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga krisan Yellow Fiji tipe standar yang diperoleh dari PT. Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN) Desa Kawung Luwuk Sukaresmi Cipanas. Cara pemilihan sampel dengan pemilihan sampel bunga krisan secara acak. Selain itu, juga digunakan bahan kimia Kalium Permanganat (KMnO4) sebagai penyerap etilen. Bahan lain yang digunakan adalah beberapa jenis kemasan yaitu kertas HVS, kertas koran, kertas buram, dan kertas kraft Gambar 4. Kalium permanganat 2. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cool storage untuk penyimpanan suhu rendah. RHS color chart tahun 2001 untuk penentuan warna, jangka sorong, sprayer, bak air, penggaris, gunting bunga dan alat tulis. 33

34 C. METODE PENELITIAN Untuk melakukan kegiatan penelitian ini, ada 2 macam perlakuan yang dilakukan terhadap spesimen. Perlakuan pertama yaitu pencelupan kemasan dengan konsentrasi KMnO4 yang berbeda dan perlakuan bahan kemasan yang berbeda. 1. Faktor pembungkus a. kertas HVS b. Kertas koran c. Kertas buram d. Kertas kraft 2. Faktor metode konsentrasi KMnO4 a. konsentrasi 5% b. konsentrasi 10% Pada tingkat kemekaran bunga 50% bunga dikemas (conthong) dengan masing-masing kemasan yang ditentukan. Bunga krisan dipanen pada derajat kemekaran komersial, lalu tangkai bunga dipotong sepanjang 70 cm. Bunga kemudian dikemas dengan jenis kertas yang berbeda-beda, yang sebelumnya telah dicelupkan dengan konsentrasi KMnO4 yang berbeda, yaitu 5 % dan 10 %. Bunga yang telah dikemas lalu diikat (bunching) dalam setiap ikatan terdapat 1 tangkai bunga, lalu dimasukkan kedalam cool storage dengan suhu C. Gambar 5. Kemasan primer untuk mahkota bunga 34

35 Secara berturut-turut bunga dikeluarkan dari ruang pendingin. Bunga contoh pertama dikeluarkan pada hari ke empat setelah masa simpan dalam ruang pendingin. Setelah itu bunga contoh kedua dikeluarkan pada hari ke delapan setelah masa simpan. Lalu bunga contoh ketiga dikeluarkan pada hari ke dua belas setelah masa simpan. Semua bunga contoh yang dikeluarkan diletakkan di tempat yang memiliki suhu ruang, dengan tujuan mengetahui vase life untuk tiap-tiap contoh setelah masa simpan dalam cool storage. Sebagai kontrol digunakan bunga yang tanpa dikemas sama sekali. Selama masa penyimpanan dan vase life dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap : 1. Parameter fisik : panjang tangkai, diameter tangkai, diameter mahkota bunga, kelayuan dan warna fisik mahkota. 2. Parameter organoleptik : warna, penampakan dan kegemaran. Data yang diperoleh diolah dengan faktorial RAL dan dilanjutkan dengan DMRT dengan dua kali ulangan. Bunga yang telah diberi kemasan primer dan sekunder Ember yang berisi air Gambar 6. Bunga yang siap untuk disimpan di cool storage 35

36 Bunga krisan Grading pada lahan Penconthongan mahkota (kemasan primer) Panen Sortasi dan grading Pengukuran parameter fisik awal (panjang tangkai,diameter mahkota,diameter tangkai,warna) Bunga tanpa dikemas Pengemasan dengan kertas HVS Pengemasan dengan kertas koran Pengemasan dengan kertas buram Pengemasan dengan kertas koran Konse ntrasi 5 % Konse ntrasi 10 % Konse ntrasi 5 % Konse ntrasi 10 % Konse ntrasi 5 % Konse ntrasi 10 % Konse ntrasi 5 % Konse ntrasi 10 % Penyimpanan (Suhu cold storage C) Pengamatan parameter fisik akhir dan analisis data selesai Gambar 7. Diagram alir proses penelitian 36

37 D. PENGAMATAN NILAI PARAMETER FISIK Pengamatan dan pengujian mutu bunga potong krisan setelah penyimpanan meliputi panjang tangkai, diameter tangkai, diameter mahkota bunga, kelayuan dan warna bunga. Pengamatan dan pengujian dilakukan pada keadaan awal sebelum dilakukan penyimpanan, kemudian setiap hari selama masa penyimpanan 15 hari. 1. Panjang Tangkai Panjang tangkai bunga diukur dengan menggunakan mistar secara tegak lurus dari ujung mahkota bunga sampai ke ujung tangkai. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil rata-ratanya. Perhitungan penyusutan panjang tangkai adalah sebagai berikut: panjangakhir tan gkai( cm) panjangawal tan gkai( cm) Penyusu tan(%) = x100% panjangawal tan gkai( cm) 2. Pengukuran diameter mahkota Pengukuran diameter mahkota dilakukan terhadap bunga krisan potong selama masa penyimpanan. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan atau penyusutan yang terjadi karena proses metabolisme bunga selama masa penyimpanan. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong untuk diameter mahkota bunga dan penyusutan diameter tangkai bunga dan dilakukan pangukuran pada dua titik yang berbeda, yaitu bagian bawah dan atas tangkai, kemudian dirata-ratakan. Perhitungan penyusutan panjang dan diameter tangkai bunga adalah sebagai berikut : Penyusutan (%) = Diameter akhir mahkota bunga (mm) - diameter awal mahkota Diameter awal mahkota bunga (mm) bunga(mm) x100% 3. Pengukuran diameter tangkai Pengukuran dilakukan selama masa penyimpanan, yaitu setiap 4 hari sekali. Pengukuran ini untuk mengetahui perubahan diamter tangkai, karena proses metabolisme tanaman setelah panen. 37

38 Penyusutan (%) = Diameter awal tangkai atau bunga (mm) - diameter akhir tangkai(mm) Diameter awal tangkai bunga (mm) x100% 4. Bobot bunga Bobot bunga diukur selama masa penyimpanan untuk mengetahui pengaruh metabolisme terhadap sifat fisik bunga. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan digital. Bobot yang diukur yaitu seluruh batang dan mahkotanya. Penyusutan (%) = Bobot awal bunga (gr) - bobot akhir bunga (gr) Bobot awal bunga (gr) x100% 5. Kelayuan Kelayuan diamati secara visual selama proses penyimpanan. Kelayuan ditandai dengan mulai menggulungnya mahkota kearah luar dan dikatakan layu apabila mahkota benar-benar jatuh kebawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota. 6. Warna Penampakan pada bunga krisan potong yang diamati adalah warna mahkota bunga. Warna mahkota bunga diamati dengan menggunakan RHS Colour chart. Pada alat tersebut terdapat berbagai macam warna dengan kodenya masingmasing. Mahkota bunga ditempelkan pada lubang yang terdapat pada kertas tersebut dan dicari kode warna yang tepat. Gambar 8. RHS Colour chart 38

39 E. UJI ORGANOLEPTIK Uji organoleptik dilakukan terhadap warna, penampakan dan kegemaran. Pengujian dilakukan sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan. Pengujian dilakukan dengan mengambil panelis sebanyak 4 orang untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap parameter yang akan dianalisa. Penilaian berdasarkan kriteria suka dan tidak suka. Skala nilai yang digunakan adalah : 1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka 3 = biasa 4 = suka 5 = sangat suka 39

40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENCELUPAN Sebelum kemasan digunakan sebagai pelindung produk, kemasan dicelupkan terlebih dahulu pada larutan KMnO4. Larutan yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu dengan konsentrasi 5% dan 10%. Pada penelitianpenelitian terdahulu yang menggunakan KMnO4 sebagai penyerap etilen, konsentrasi yang lazim digunakan yaitu dalam satuan ppm. Pada awal konsep penelitian, akan digunakan dua macam konsentrasi larutan, yaitu konsentrasi 50% dan 100%. Akan tetapi, setelah dicoba dilakukan percobaan pembuatan larutan dengan konsentrasi 50% dan 100%, butiran KMnO4 tidak bisa larut seluruhnya dalam air, sehingga menghasilkan endapan pada dasar bak air. Setelah dilakukan beberapa kali percobaan, akhirnya ditemukan bahwa butiran Kalium Permanganat mulai larut pada konsentrasi 10%. Gambar 9. Proses pencelupan kertas kemasan Zat yang digunakan sebagai pelarut KMnO4 adalah air. Berat air yang digunakan sesuai dengan jumlah konsentrasi yang diinginkan pada masing-masing perlakuan. Pada konsentrasi 10%, butiran KMnO4 dengan berat 550 gr dilarutkan pada air dengan berat 5000gr. Sedangkan pada konsentrasi 5%, digunakan butiran KMnO4 dengan berat 250 gr dengan berat air 5000 gr. Kertas yang akan digunakan sebagai kemasan dicelupkan dalam larutan tersebut dengan waktu 5 menit. Setelah itu, kemasan tersebut dikeringkan dengan didiamkan selama beberapa saat. Selama proses pencelupan, digunakan sarung 40

41 tangan untuk melindungi kulit terkena langsung cairan tersebut. Pada konsentrasi tersebut, larutan kimia tersebut dapat mengakibatkan kulit tangan melepuh, perih, dan gatal. B. DIAMETER MAHKOTA Bunga merupakan komoditas hortikultura yang masih melakukan aktifitas metabolisme setelah pemanenan. Proses tersebut selalu mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang akhirnya akan menyebabkan benda-benda tersebut menjadi rusak (FG. Winarno dan Moehammad Aman, 1979). Pada proses metabolisme tanaman, akan terjadi beberapa perubahan fisik dan kimia yang pada umumnya terdiri dari perubahan tekanan turgor sel, dinding sel, zat pati, protein, warna, senyawa turunan fenol, dan asam-asam organik. Salah satu perubahan fisik yang diamati selama masa penyimpanan krisan yaitu kemekaran bunga. Kemekaran bunga ditunjukkan dengan peningkatan diameter mahkota bunga sampai maksimum dan selanjutnya menurun sampai bunga menjadi layu H0 H4 H8 H12 H15 HVS + 10% HVS + 5% Koran + 10% Koran + 5% Kraft + 10% Kraft + 5% Buram + 10% Buram + 5% Gambar 10. Perubahan diameter mahkota bunga krisan selama penyimpanan Keterangan : HVS + 10% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 10% (A1B1) HVS + 5% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 5% (A1B2) Koran + 10% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 10% (A2B1) Koran + 5% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 5% (A2B2) Kraft + 10% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 10% (A3B1) Kraft + 5% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 5% (A3B2) Buram + 10% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 10% (A4B1) Buram + 5% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 5% (A4B2) 41

42 Pada gambar di atas, menunjukkan bahwa diameter mahkota krisan mengalami penambahan pada semua jenis perlakuan. Bunga tersebut masih aktif melakukan proses metabolisme dengan direndamnya seluruh batang bunga pada masing-masing perlakuan ke dalam ember yang berisi air. Untuk mengganti kandungan air yang hilang melalui penguapan, sel-sel yang terdapat pada batang akan berusaha menyerap air sebagai pengganti air yang telah hilang. Proses kemekaran bunga selama penyimpanan menggunakan energi yang didapatkan dari proses respirasi bunga. Respirasi bunga menggunakan oksigen untuk pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang akan menghasilkan CO2, air dan energi. Kontrol H0 H4 H8 H12 H15 Kontrol Gambar 11. Perubahan diameter mahkota bunga krisan tanpa perlakuan Hasil analisa sidik ragam (lampiran 8) menunjukkan tidak adanya pengaruh kemasan dan konsentrasi terhadap perubahan diameter mahkota pada hari ke 4, 8, 12, dan 15. Hal tersebut karena proses metabolisme bunga krisan masih aktif terjadi, karena tangkai bunga selalu terendam air selama penyimpanan. Air merupakan zat yang berperan pada proses metabolisme tanaman. Sedangkan dari uji Duncan didapatkan hasil bahwa perlakuan yang paling bagus untuk mencegah kerusakan bunga berupa pertambahan diameter yang terlalu besar yaitu perlakuan A1B2 (kemasan HVS, konsentrasi 5%), yang hanya meyebabkan penambahan diameter sebesar 32 %. Kertas HVS mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kertas buram dan kertas koran. Pada jenis kertas kraft, sebenarnya merupakan jenis kertas yang paling kuat dan 42

43 tebal yang digunakan pada penelitian kali ini. Akan tetapi, karena pengaruh KMnO4 pada kertas tersebut, menyebabkan kertas tersebut labil dan mudah sobek. Tabel 5. Analisa sidik ragam perubahan diameter pada hari ke-4 penyimpanan Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung F tabel Kemasan Konsentrasi kemasan * konsentrasi Error Total Tabel 6. Uji Duncan perubahan diameter mahkota pada hari ke-15 penyimpanan perlakuan N A1B a A2B a A3B a A1B a A4B a A4B a A3B a A2B a C. PANJANG TANGKAI Panjang tangkai merupakan salah satu parameter fisik untuk menentukan kualitas bunga. Untuk kualitas atau grade AA, Badan Standardisasi Nasional menetapkan panjang tangkai bunga krisan yaitu 76 cm. Pada saat penyimpanan, bunga krisan masih melakukan proses metabolisme, yang salah satunya akan berakibat pada perubahan panjang tangkai. Dari gambar 12 di bawah, dapat diketahui bahwa panjang tangkai bunga krisan selalu mengalami peningkatan selama penyimpanan. Semua bunga yang mengalami perlakuan yang berbeda mengalami kenaikan nilai panjang tangkai, kecuali pada bunga krisan yang mengalami perlakuan A1B2 Hal tersebut terjadi kemungkinan karena kemasan bunga krisan yang mengalami perlakuan tersebut mengalami kerobekan. Hal tersebut terjadi karena perlakuan KMnO4 pada kertas kemasan tersebut, yang 43

44 mengakibatkan kertas menjadi kaku, sehingga pada saat dilakukan pengamatan kertas menjadi mudah robek H0 H4 H8 H12 H15 HVS + 10% HVS + 5% Koran + 10% Koran + 5% Kraft + 10% Kraft + 5% Buram + 10% Buram + 5% Gambar 12. Perubahan panjang tangkai bunga krisan selama penyimpanan Keterangan : HVS + 10% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 10% (A1B1) HVS + 5% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 5% (A1B2) Koran + 10% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 10% (A2B1) Koran + 5% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 5% (A2B2) Kraft + 10% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 10% (A3B1) Kraft + 5% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 5% (A3B2) Buram + 10% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 10% (A4B1) Buram + 5% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 5% (A4B2) Besarnya kenaikan panjang tangkai bunga krisan sangat kecil. Kenaikan nilai panjang tangkai tersebut berkaitan dengan susunan dinding sel pada tangkai bunga krisan. Perubahan yang terjadi setelah pemanenan pada dinding sel tanaman hanya menyangkut susunannya saja (Pantastico, 1986). Gambar 13. Kertas kemasan A1B2 yang sobek 44

45 Hasil analisa sidik ragam yang dilakukan pada hari 4, 8, 12, dan 15, menunjukkan bahwa adanya pengaruh faktor yang dilakukan, yaitu interaksi antara kemasan dan konsentrasi terhadap perubahan panjang tangkai pada hari ke 8, 12, dan 15. Dari hasil uji lanjut Duncan, didapatkan hasil bahwa bunga yang mengalami perlakuan A4B1 (kemasan buram, konsentrasi 10%), menyebabkan perubahan panjang tangkai yang paling sedikit yaitu sebesar 0.18 %. kontrol H0 H4 H8 H12 H15 kontrol Gambar 14. Perubahan panjang tangkai bunga krisan tanpa perlakuan Tabel 7. Analisa sidik ragam perubahan panjang tangkai pada hari ke-8 penyimpanan Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung F tabel Kemasan Konsentrasi Kemasan * Konsentrasi * 3.24 Error Total Tabel 8. Duncan perubahan panjang tangkai pada hari ke-8 penyimpanan Perlakuan N A1B a A4B ab A3B ab A2B b A4B b A3B b A2B b A1B b 45

46 D. BOBOT BUNGA Bobot bunga merupakan salah satu parameter fisik yang diamati pada penelitian kali ini. Bobot bunga selama penyimpanan sangat berkaitan dengan proses metabolisme yang terjadi selama penyimpanan. Pada gambar 15 di bawah semua bunga yang mendapat perlakuan yang berbeda mengalami penurunan bobot bunga, kecuali pada bunga krisan dengan perlakuan A1B2. Pada hari pengamatan yang ke 8, bobot bunga mengalami kenaikan dari gr pada hari penyimpanan ke 4 menjadi gr pada hari penyimpanan yang ke 8. Hal ini terjadi karena kondisi kemasan dengan perlakuan A1B2 mengalami kerusakan berupa robek karena pengaruh proses pencelupan pada larutan KMnO4, sehingga menyebabkan kertas menjadi mudah robek H0 H4 H8 H12 H15 HVS + 10% HVS + 5% Koran + 10% Koran + 5% Kraft + 10% Kraft + 5% Buram + 10% Buram + 5% Gambar 15. Perubahan bobot bunga selama penyimpanan Keterangan : HVS + 10% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 10% (A1B1) HVS + 5% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 5% (A1B2) Koran + 10% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 10% (A2B1) Koran + 5% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 5% (A2B2) Kraft + 10% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 10% (A3B1) Kraft + 5% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 5% (A3B2) Buram + 10% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 10% (A4B1) Buram + 5% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 5% (A4B2) Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi berpengaruh nyata pada penurunan bobot bunga pada hari pengamatan ke-12. Hal tersebut 46

47 terjadi karena kondisi ruang penyimpanan yang sering dibuka lama pada hari ke- 11 penyimpanan, karena pada waktu itu kegiatan pascapanen di PT Alam Indah Bunga Nusantara sangat tinggi, sehingga pintu ruang penyimpanan sering terbuka lama untuk memasukkan dan mengambil bunga potong. Pintu ruang penyimpanan yang terbuka akan menaikkan suhu sehingga bunga akan kehilangan bobotnya karena penguapan air. Evaporasi akan meningkat bila suhu lingkungan tinggi dan kelembapan udara di sekitar bunga relatif rendah (Soekartawi 1996) kontrol H0 H4 H8 H12 H15 kontrol Gambar 16. Perubahan bobot bunga tanpa perlakuan selama penyimpanan Dengan uji lanjut Duncan didapatkan hasil bahwa bunga yang mendapatkan perlakuan A3B1 (kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 10%) memberikan pengaruh susut yang paling kecil diantara bunga yang mendapatkan perlakuan yang lain yaitu sebesar 12.92%. Hal tersebut karena kemasan kraft yang digunakan mempunyai ketebalan yang paling besar dibandingkan jenis kertas yang lain yang digunakan pada penelitian ini. Ketebalan kertas mungkin menjadi penghalang O2 yang digunakan sebagai proses metabolisme yang akan menyebabkan kerontokan mahkota dan daun. Rontoknya daun dan mahkota bunga akan menyebabkan turunnya bobot bunga yang signifikan selama pentimpanan. Bunga dengan perlakuan A4B1 (kertas buram, konsentrasi 10%) tidak berbeda nyata dengan bunga yang mendapatkan perlakuan A3B1. Sehingga untuk hasil yang paling baik untuk parameter susut bobot, penulis memilih bunga dengan perlakuan A4B1 yang memberikan hasil optimal. 47

48 Tabel 9. Analisa sidik ragam susut bobot pada hari ke-12 penyimpanan Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung F table Kemasan Konsentrasi * 4.49 Kemasan * Konsentrasi Error Total Tabel 10. Uji lanjut Duncan susut bobot pada hari ke-12 penyimpanan Perlakuan N A3B a A1B a A4B a A2B a A1B ab A3B ab A2B ab A4B b 48

49 E. DIAMETER TANGKAI Diameter tangkai merupakan salah satu parameter fisik yang diamati dalam penelitian ini. Pengukuran dilakukan pada awal penyimpanan dan selanjutnya pada setiap 4 hari sekali sampai hari penyimpanan yang ke 15. Tangkai bunga merupakan salah satu parameter untuk menentukan mutu bunga krisan. Tangkai dengan diamteer yang besar akan mampu untuk menopang seluruh berat bunga, sehingga peluang untuk terjadinya bent neck (melengkungnya tangkai) menjadi kecil. Diameter tangkai yang sesuai dengan grade AA yang telah ditentukan oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu sebesar 4-5 mm. Tangkai mengalami perubahan diameter selama penyimpanan karena aktifitas metabolisme yang terjadi. Pada gambar 17 di bawah dapat dilihat bahwa, tangkai mengalami penyusutan diameter selama penyimpanan. Besarnya penyusutan diameter tangkai sangat kecil sekali pada semua bunga yang mendapatkan perlakuan yang berbeda. Penyusutan diameter terbesar yaitu sebesar 0.88 mm dan penyusutan diameter tangkai paling kecil yaitu 0.04 mm HVS + 10% HVS + 5% Koran + 10% Koran + 5% Kraft + 10% Kraft + 5% Buram + 10% Buram + 5% Gambar 17. Perubahan diameter tangkai bunga krisan selama penyimpanan Keterangan : HVS + 10% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 10% (A1B1) HVS + 5% : Kemasan HVS, konsentrasi KMnO4 5% (A1B2) Koran + 10% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 10% (A2B1) Koran + 5% : Kemasan kertas koran, konsentrasi KMnO4 5% (A2B2) Kraft + 10% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 10% (A3B1) Kraft + 5% : Kemasan kertas kraft, konsentrasi KMnO4 5% (A3B2) Buram + 10% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 10% (A4B1) Buram + 5% : Kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 5% (A4B2) 49

50 Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan diameter tangkai mulai pada hari penyimpanan ke 8 dan ke-12. Jika dibandingkan dengan data hasil pengukuran diameter tangkai pada bunga yang tidak mendapatkan perlakuan sama sekali (kontrol), terdapat perbedaan hasil pengukuran diameter tangkai. Pada kontrol, diameter tangkai mengalami kenaikan diameter selama penyimpanan. Hal tersebut berkaitan dengan aktifitas metabolisme yang mungkin dihambat oleh pengaruh perlakuan. Kontrol H0 H4 H8 H12 H15 Kontrol Gambar 18. Perubahan diameter tangkai bunga krisan tanpa perlakuan selama penyimpanan Hasil uji lanjut Duncan pada hari penyimpanan yang terakhir (H ke-15) didapatkan hasil bahwa kemasan yang memberikan pengaruh terkecil pada perubahan diameter tangkai yaitu A4B1 (kemasan buram, konsentrasi 10%), dengan perubahan sebesar 1.33% Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung F tabel 50

51 Kemasan * 3.24 Konsentrasi kemasan * konsentrasi Error Total Tabel 11. Analisa sidik ragam perubahan diameter tangkai pada hari ke-8 penyimpanan Tabel 12. Uji lanjut Duncan pada hari ke-15 penyimpanan perlakuan N A4B a A4B a A2B a A3B a A3B ab A1B ab A1B ab A2B b F. WARNA Warna mahkota bunga merupakan salah satu parameter fisik yang digunakan sebagai pertimbangan konsumen untuk membeli bunga. Warna mahkota yang dapat bertahan lama akan lebih disukai oleh konsumen daripada warna mahkota yang lebih cepat pudar. Warna bunga krisan tipe Yellow Fiji tersusun atas warna putih (brightness), warna kuning dan sedikit warna merah (Alamanda, 2007). Pada pengamatan warna mahkota bunga pada penelitian ini digunakan alat RHS Colour Chart. Alat ini terdiri dari beberapa lembar kertas dengan gradasi warna yang sangat kecil. Pada bagian tengah kertas tersebut terdapat lubang yang akan digunakan untuk mencocokkan warna produk (bunga) dengan warna yang cocok dengan warna yang terdapat pada kertas. Masingmasing jenis warna mempunyai kode huruf dari A sampai D. Dari kode huruf A, warna dimulai dari yang agak gelap dan berturut-turut sampai ke D mengalami gradasi yang lebih terang. Pada kondisi awal penyimpanan (H0), semua mahkota bunga krisan yang diamati memiliki warna dengan kode Yellow group 7C. 51

52 Gambar 19. Warna bunga krisan Tabel 13. Perubahan warna mahkota selama penyimpanan perlakuan warna H 0 warna H 4 warna H 8 warna H 12 warna H 15 A1B1 YG7C YG 7D YG7D YG7D YG7D YG7C YG 7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG 7C YG7C YG7C YG7C A1B2 YG7C YG 7C YG7C YG7D YG7D YG7C YG 7D YG7D YG7D YG7D YG7C YG 7C YG7C YG7D YG7D A2B1 YG7C YG7C YG7D YG7D YG7D YG7C YG7C YG7C YG7D YG7D YG7C YG7C YG7D YG7D YG7D A2B2 YG7C YG7C YG7C YG7D YG7D YG7C YG7C YG7C YG7D YG7D YG7C YG7C YG7C YG7C YG7D A3B1 YG7C YG7C YG7C YG7C YG7D YG7C YG7C YG7C YG7C YG7D YG7C YG7D YG7D YG7D YG7D A3B2 YG7C YG7D YG7D YG7D YG7D YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7D A4B1 YG7C YG7C YG7C YG7D YG7D YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7D YG7D YG7D YG7D A4B2 YG7C YG7C YG7D YG7D YG7D YG7C YG7D YG7D YG7D YG7D YG7C YG7C YG7C YG7C YG7D Kontrol YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C YG7D YG7C YG7C YG7C YG7C YG7C 52

53 Pada pengamatan warna mahkota bunga krisan, semua mahkota bunga mengalami perubahan kode warna dari C ke D selama penyimpanan, atau mengalami peruabahan warna menjadi lebih terang, kecuali pada bunga yang mendapat perlakuan A1B1 ulangan 2 dan 3, A3B2 ulangan ke 2, A4B1 ulangan ke 2, dan kontrol ulangan 1 dan 3, yang tidak mengalami perubahan warna sama sekali. Perubahan warna mahkota bunga menjadi lebih terang diakibatkan karena aktifitas metaolisme bunga tersebut. Dari analisa sidk ragam terhadap perubahan mahkota bunga krisan, didapatkan hasil bahwa adanya perlakuan pada kemasan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata dengan kemasan yang tidak diberikan perlakuan. Tabel 14. Analisa sidik ragam perubahan warna mahkota pada hari ke-15 penyimpanan Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung F tabel Kemasan konsentrasi kemasan * konsentrasi Error Total Warna yang terdapat pada produk hortikultura dipengaruhi oleh adanya pigmen. Dalam menetukan jenis pigmen yang terdapat dalam hasil pertanian, FG Winarno dan Moehammad Aman, 1979 menggunakan pedoman sebagai berikut, warna hijau biasanya disebabkan oleh pigmen khlorofil, warna biru atau purple biasanya disebabkan oleh anthosianin, warna merah disebabkan pigmen likopen atau anthosianin, warna jingga disebabkan pigmen karoten, dan warna kuning disebabkan pigmen xantofil. Adanya perubahan warna kemungkinan disebabkan karena adanya kandungan gula yang tedapat dalam pigmen lepas. Oleh karena itu kandungan gula yang hilang tadi menyebabkan pigmen menjadi tidak stabil. Adanya kandungan zat kimia (KMnO4) pada kemasan mengakibatkan warna kecoklatan pada mahkota bunga dengan perlakuan A1B2, karena adanya kontak langsung antara kemasan dengan perlakuan kimia dengan mahkota bunga tersebut. hal tersebut mengakibatkan warna menjadi kurang menarik. G. KELAYUAN 53

54 Kelayuan diamati secara visual selama proses penyimpanan. Kelayuan ditandai dengan mulai menggulungnya mahkota ke arah luar dan dikatakan layu apabila mahkota benar-benar jatuh kebawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota. Selain pada mahkota, kelayuan juga diamati pada daun. Selama masa penyimpanan pada cold storage, semua bunga yang mendapatkan perlakuan yang berbeda tidak ada yang mengalami kelayuan. Kelayuan bisa disebabkan oleh respirasi dan evaporasi yang masih terjadi pada bunga potong. Proses respirasi adalah proses penggunaan cadangan makanan untuk diubah menjadi energi, CO2, dan air dengan bantuan oksigen (Soekartawi, 1996). Dengan berlangsungnya proses ini, cadangan makanan pada bunga akan menurun dan bisa menaikkan suhu lingkungan, sehingga akan mempercepat kelayuan bunga potong. Evaporasi akan menyebabkan berkurangnya air dalam bunga potong. Kehilangan air hingga 10% atau lebih akan menyebabkan bunga menjadi layu dan mengakibatkan turunnnya mutu bunga. Gambar 20. Kesegaran bunga krisan pada hari penyimpanan ke 8 H. UJI ORGANOLEPTIK 54

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI PENGARUH PENGEMASAN DENGAN PERLAKUAN KMnO4 TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK BUNGA KRISAN TIPE YELLOW FIJI STANDAR SELAMA PENYIMPANAN Oleh : RIFQI DARMAWAN F14103091 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI Oleh : FUAD ARIESTYADI F14103063 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH BAHAN KEMASAN DAN METODA PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MUTU FISIK BUNGA KRISAN (CHRYSANTHEMUM sp) POTONG VARIETAS FIJI YELLOW SELAMA PENYIMPANAN Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F14103072

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu 4 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang merupakan tanaman yang termasuk kedalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas monokotiledon (berkeping satu) ordo Zingiberales dan famili Musaseae.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan a. Puspita Nusantara Tahun : 2002 Asal Persilangan Diameter Batang Diameter Bunga Diameter Bunga Tabung Jumlah Bunga Jumlah Bunga Tabung : Tawn

Lebih terperinci

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH BAHAN KEMASAN DAN METODA PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MUTU FISIK BUNGA KRISAN (CHRYSANTHEMUM sp) POTONG VARIETAS FIJI YELLOW SELAMA PENYIMPANAN Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F14103072

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Oleh : YOLIVIA ASTRIANIEZ SEESAR F14053159 2009 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI Oleh : FUAD ARIESTYADI F14103063 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEMASAN PRIMER PADA TRANSPORTASI BUNGA POTONG KRISAN (Chrysanthemum indicum) Oleh : DINI TURIPANAM ALAMANDA F

PENGKAJIAN KEMASAN PRIMER PADA TRANSPORTASI BUNGA POTONG KRISAN (Chrysanthemum indicum) Oleh : DINI TURIPANAM ALAMANDA F PENGKAJIAN KEMASAN PRIMER PADA TRANSPORTASI BUNGA POTONG KRISAN (Chrysanthemum indicum) Oleh : DINI TURIPANAM ALAMANDA F14103019 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN

TEKNOLOGI PASCA PANEN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN Oleh : TIM PENGAMPU LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016 DAFTAR ACARA PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENDINGINAN (Cooling / Refrigerasi) : Adalah penyimpanan bahan pangan (Nabati/Hewani) diatas suhu titik beku tetapi kurang dari 15oC Pendinginan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi tanaman jeruk nipis 1. Klasifikasi Klasifikasi jeruk nipis menurut (Sarwono,2001) adalah sebagai berikut : Regnum Devisi Sub Divisi Class Subclass Ordo Family Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mawar Menurut Tjitrosoepomo (1996), Morfologi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub- Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) Oleh : Ali Parjito F14103039 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Buah jambu biji dapat dipanen dengan melihat ukuran, bentuk, dan perubahan warna buah. Setelah buah mulai berubah warna menjadi hijau lebih pucat

Lebih terperinci

KEMASAN SAYURAN SEGAR

KEMASAN SAYURAN SEGAR KEMASAN SAYURAN SEGAR Souvia Rahimah Jatinangor, 19 April 2010 KEMASAN SAYURAN SEGAR Kemasan plastik dengan lubang lubang ventilasi Gabungan antara baki / kotak styrofoam dan clingwrap Kantung plastik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

Anang Suhardianto FMIPA Universitas Terbuka. ABSTRAK

Anang Suhardianto FMIPA Universitas Terbuka. ABSTRAK ANALISIS PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK CAISIN DENGAN PERLAKUAN PENGATURAN SUHU DIMULAI DARI SESAAT SETELAH PANEN, SELAMA PENGANGKUTAN, HINGGA SETELAH PENYIMPANAN *) Anang Suhardianto FMIPA Universitas

Lebih terperinci