BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Credit Union (CU) Sumber Rejeki Pinang Baris adalah sebuah CU yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Credit Union (CU) Sumber Rejeki Pinang Baris adalah sebuah CU yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Credit Union (CU) Sumber Rejeki Pinang Baris adalah sebuah CU yang didirikan oleh Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga dampingan PKPA. CU Sumber Rejeki Pinang Baris hanya salah satu dari beberapa CU yang didirikan oleh PKPA baik di kota Medan maupun di luar kota Medan, tetapi bukan CU pertama yang didirikan oleh PKPA. Pendirian CU oleh PKPA pertama kali dilakukan di daerah dampingan PKPA yang lain yaitu Lhokseumawe, Aceh, tetapi CU Sumber Rejeki Pinang Baris merupakan CU pertama di kota Medan yang didirikan pada tahun Pengelolaan CU Sumber Rejeki oleh PKPA diserahkan kepada divisi Sanggar Kreativitas Anak atau biasa disebut dengan SKA bagian pendampingan ekonomi keluarga. Dibawah pengelolaan divisi SKA, CU Sumber Rejeki telah merekrut 20 orang wanita sebagai anggota CU dan juga mendirikan 2 CU lainnya di kota Medan yaitu di Ayahanda dan juga di Klambir Lima. Kedua CU tersebut masing-masing beranggotakan 14 wanita di Ayahanda dan juga 18 wanita & 1 pria di Klambir Lima, dengan total keseluruhan anggota CU dibawah naungan PKPA Medan berjumlah 49 anggota. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendirian CU Sumber Rejeki seperti diantaranya yaitu perkumpulan yang dilakukan rutin setiap minggu-nya untuk tetap menjaga kekerabatan antar anggota, pelatihan 1

2 pengelolaan sampah plastik yang dilakukan untuk mengurangi limbah plastik serta menambah daya kreatifitas anggota agar dapat menambah pendapatan, pelatihan pembibitan menggunakan media sampah diapers bayi yang ditujukan untuk mengurangi limbah diapers, pelatihan pembuatan kue kering yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan para anggota CU, penyuluhan hukum dari DEPKUMHAM dan berbagai kegiatan pendidikan maupun training lainnya yang masih disupport oleh yayasan PKPA (PKPA, 2015). Pendirian CU Sumber Rejeki oleh PKPA merupakan sebuah gebrakan untuk meningkatkan kesejahteraan anak melalui peningkatan ekonomi keluarga anak dampingan PKPA. PKPA berharap melalui CU Sumber Rejeki para anggota yang merupakan orang tua para anak dampingan dapat melakukan pengelolaan keuangan dengan baik, juga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan berbagai program yang telah dirancang divisi SKA PKPA. Hal ini agak menyimpang dari pola kerja PKPA, yang telah diketahui secara umum bahwa PKPA adalah sebuah yayasan non-pemerintahan yang bergerak untuk melindungi kehidupan dan hak anak yang semakin terenggut oleh keegoisan masyarakat. Dalam penanganan masalah anak, PKPA sudah memiliki pengalaman yang dapat dikatakan berkompeten. Karena PKPA sudah berdiri selama 19 tahun dalam melindungi hak anak, dan PKPA juga sudah melakukan berbagai kerja sama dengan beberapa instansi pemerintahan sehingga PKPA sudah diakui oleh pemerintahan kota Medan dalam menangani permasalahan anak. Beberapa divisi dibentuk untuk lebih memfokuskan PKPA menyelesaikan permasalahan anak yang ada, seperti divisi SKA yang melakukan pendampingan ekonomi melalui CU, juga biasa menangani mengenai permasalahan anak-anak komunitas miskin 2

3 kota (komunitas urban), anak-anak yang tinggal di daerah terisolir (remote area), anak jalanan dan anak berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat pendidikan rendah bahkan kesulitan mendapatkan akses pendidikan. Oleh sebab itu program yang dilakukan oleh SKA adalah membuka kelas pendidikan untuk anak usia dini (anak usia 2-5 tahun), bantuan beasiswa untuk akses pendidikan dasar bagi anak usia 6-18 tahun, vocational training dan kewirausahaan bagi remaja putus sekolah usia tahun. Terdapat juga divisi Pusat Layanan Informasi dan Pengaduan Anak (PUSPA) yang merupakan divisi pelayanan untuk memberikan perlindungan dari penanganan masalah anak, diantaranya korban kekerasan seksual seperti pelacuran paksa dikalangan anak-anak, traffiking untuk tujuan seksual, kekerasan fisik/seksual anak di dalam rumah tangga, incest (perkosaan dalam keluarga), anak yang berkonflik dengan hukum dan bentuk kekerasan lainnya; Pusat Informasi KESPRO dan Gender atau biasa disingkat menjadi PIKIR yang memiliki konsern pembahasan mengenai isu kesehatan reproduksi, narkoba, HIV-AIDS dan Gender pada orang muda; dan PKPA Emergency Aid yang memiliki misi kemanusiaan untuk respon emergensi dan kesiapsiagaan bencana yang difokuskan kepada anak-anak dan remaja sejak tahun 2003 di berbagai daerah di Indonesia dengan melakukan aksi tanggap darurat. Dengan mendirikan CU Sumber Rejeki, PKPA telah menambah jumlah CU yang ada di Sumatera Utara dibawah pengawasan Puskopdit BK3D Sumatera Utara yang pada tahun 2010 berjumlah 61 CU dengan total asset sebesar Rp 1 Triliun per November 2010, dan jumlah keanggotaan lebih dari anggota (PM Sitanggang, 2011). Seluruh anggota CU dibawah pengawasan Puskopdit BK3D Sumatera Utara, dan juga CU di wilayah lain di Indonesia dinaungi dalam 3

4 sebuah wadah yang bernama Credit Union Counseling Office (CUCO). CUCO ini memiliki fungsi memberikan konsultasi, menyediakan bahan dan program pelatihan, menyelenggarakan kursus-kursus, menyebarkan informasi dan merintis Badan Koordinasi Koperasi Kredit (BK3). Fungsi CUCO inilah yang menjadi cikal bakal pengembangan Credit Union di Indonesia, yang pertama kali dibawa ke Indonesia oleh Carolus Albrecht, seorang pastor Katolik pada tahun Sedangkan ide awal mengenai CU itu sendiri dikembangkan di Jerman oleh seseorang yang bernama Raiffesien pada tahun 1864, sebagai upaya menanggulangi kemiskinan yang disebabkan oleh revolusi industri dan kapitalisme yang terjadi di Jerman (Kompasiana, 2013). CU dianggap sebagai sebuah gagasan alternatif yang diharapkan dapat menjadi wadah bersama dalam mengatasi permasalahan kesenjangan sosial kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan saat ini dituntut menjadi fondasi kemajuan dan peradaban bangsa yang dituntut untuk memanusiakan manusia, oleh sebab itu pendidikan dianggap sebagai salah satu kunci dari penyelesaian masalah kemiskinan. Masyarakat yang memiliki ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah, berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke kota yang dianggap lebih layak dalam menjalani penghidupan. Padahal kenyataan yang didapat, masyarakat yang hanya bermodalkan harapan dan mimpi yang ingin mengubah nasib, harus bersaing secara ketat di kota. Tanpa keahlian dan juga pendidikan yang tinggi, masyarakat urban banyak yang beralih ke sektor pekerjaan informal seperti supir angkot, pedagang asongan, maupun penarik becak. Dan masyarakat yang melakukan urbanisasi tersebut tidak dapat bertahan di pusat kota, sehingga mereka hanya 4

5 akan dapat bertahan didaerah marginal (pinggiran) kota dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan mereka dahulu dari daerah asal dan bahkan masuk kedalam kategori miskin (Adul Aziez, 2012). Kualitas pendidikan yang rendah juga ikut mempengaruhi tingkat kemiskinan yang terjadi khususnya di pedesaan Indonesia. Karena tanpa dipungkiri, pendidikan formal yang tinggi dan dikatakan layak hanya akan didapati di daerah perkotaan. Kesenjangan ini disebabkan oleh keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintahan pusat, keadaan geografis Indonesia yang tentu saja berbeda karena luas negara Indonesia yang berpulau-pulau sementara sarana komunikasi dan transportasi belum memadai untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan di kota, telah diketahui bahwa pendidikan sudah dapat dikatakan sebagai suatu prestise dalam kehidupan berinteraksi. Melalui pendidikan masyarakat berharap akan kemajuan atau perubahan dalam kehidupan pencapaian strata yang lebih tinggi (Rojul Almunr, 2013). Dalam rangka mengurangi angka kemiskinan dengan meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah merancang sebuah program yang bernama Wajib Belajar 9 Tahun dengan menggratiskan biaya pendidikan dasar (SD dan SMP). Program tersebut berlandaskan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar tanpa dipungut biaya melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Keberhasilan program BOS dapat dilihat melalui satu ukuran Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada 5

6 tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar 9 tahun telah tuntas 7 tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All di Dakar (Kemendikbud, 2012). Dalam penyelesaian masalah kemiskinan, pemerintah juga merancang sebuah program yang disebut Operasi Pasar Khusus yang kemudian diubah menjadi RASKIN dengan fokus sasaran rumah tangga miskin. Penyaluran RASKIN (Beras untuk Masyarakat Miskin) dimulai dengan tujuan memperkuat pertahanan pangan rumah tangga khususnya rumah tangga miskin yang fungsinya diperluas menjadi bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Selama RASKIN tidak hanya menjaga kekuatan pangan rumah tangga miskin, tetapi juga menjaga stabilitas harga. Melalui beberapa program penuntasan angka kemiskinan di Indonesia, data menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terdapat jiwa masyarakat miskin kota maupun desa, sedangkan pada Maret 2009 terdapat jiwa masyarakat miskin kota. Berarti terdapat pengurangan angka kemiskinan sebesar jiwa atau sebesar 4,63%. Lalu selanjutnya pada periode 2011 jumlah penduduk miskin kota dan desa sebesar jiwa, dan pada periode maretseptember 2012 terdapat jiwa penduduk tercatat dalam keadaan miskin kota-desa. Periode maret-september 2013, terdapat sebanyak jiwa masyarakat miskin desa di Indonesia dan miskin kota sebanyak jiwa dengan total sebanyak jiwa berkurang dari tahun 2012 sebesar 1,95%. Dan pada periode maret-september 2014, tercatat sebanyak jiwa masyarakat miskin desa-kota dengan komposisi masyarakat miskin desa 6

7 sebanyak jiwa dan masyarakat miskin kota sebanyak dengan jumlah pengurangan sekitar 1,09% (BPS, 2014). Dengan kemiskinan yang masih menyelimuti Indonesia, pencapaian untuk menjadi negara kesejahteraan masih jauh dari harapan. Padahal kesejahteraan bangsa bukan hanya impian dari para proklamator Indonesia, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta saja. Hal tersebut sudah tercantum secara tersirat dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945 alinea IV yang menjelaskan bahwa bangsa Indonesia harus memajukan kesejahteraan umum. Sebagai negara yang merdeka sejak tanggal 17 Agustus tahun 1945 dan yang memiliki kedaulatan yang utuh atas kepemerintahan negara, Indonesia sudah seharusnya dapat menjadi negara yang memenuhi, melindungi, menghormati semua hak dan kewajiban dari warga negara agar tercapai kesejahteraan baik secara ekonomi maupun sosial. Oleh sebab itu masyarakat harus menciptakan inovasi dan kreatifitas untuk membangun imajinasi optimisme masyarakat agar pencapaian yang didapatkan maksimal. Selain itu negara juga harus mencari dan mengembangkan potensi masyarakat yang selama ini terkubur, agar dapat diberdayakan dalam membangun negara Indonesia yang lebih sejahtera. Berdasarkan uraian sebelumnya peneliti mencoba melakukan suatu penelitian dengan melihat dan menganalisa bagaiamana Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki di Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal kota Medan. 7

8 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan sebelumnya, perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah peranan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) sebagai pendiri dan pengawas Credit Union Sumber Rejeki dalam meningkatkan kemandirian masyarakat di Pinang Baris, kecamatan Medan Sunggal, kota Medan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah peranan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) melalui CU Sumber Rejeki dapat meningkatan kemandirian masyarakat anggota CU Sumber Rejeki di Pinang Baris, kecamatan Medan Sunggal, kota Medan Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka: 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai model pengembangan masyarakat. 2. Secara akademis, penelitian ini memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan bahan kajian serta studi komparasi bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah pengembangan masyarakat. 8

9 3. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dalam proses pengembangan konsep, teori maupun model pengembangan masyarakat. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian. 9

10 BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian. 10

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan dilaksanakan melalui berbagai penyempurnaan, namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi. Ketimpangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang Maha Esa yang lahir untuk dilindungi. Bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya masih menjadi masalah sosial yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

Anggaran Setelah Perubahan. Jumlah. Modal

Anggaran Setelah Perubahan. Jumlah. Modal LAMPIRAN I.3 : PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini fenomena masalah moral pada kalangan remaja semakin meningkat dan menjadi lebih kompleks dari masa-masa sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011 MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011 No Fokus / Kegiatan Plk (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Peningkatan kualitas tumbuh 1. APK PAUD (persentase)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan salah satu usaha untuk mecapai kehidupan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam sejarahnya rentenir atau tengkulak adalah pemodal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, atau dengan kata lain berada dalam lingkungan masyarakat. Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perekonomian Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menganut prinsip kekeluargaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB II PROFIL BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN PEREMBPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB II PROFIL BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN PEREMBPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ACEH TENGAH BAB II PROFIL BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN PEREMBPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ACEH TENGAH A. Gambaran Umum Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA A. Sejarah Pendirian Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan adalah Organisasi non pemerintah yang berkomitmen pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebanyak 95% jumlah penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula yang mendorong beras menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi telah menjadi topik yang popular di Indonesia terutama sejak pemerintah Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2017-2022 PERGI KE KEBUN MEMETIK SAHANG REHAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah

1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Dasar 1945 yang telah mengalami amandemen sebanyak 4 kali, melalui pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani, hal tersebut dijadikan parameter bahwa Indonesia adalah negara agraris. Sebagai Negara agraris beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perkembangan IPTEK yang pesat memaksa kita untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi magnet bagi penduduk perdesaan untuk berdatangan mencari pekerjaan dan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA Ir. Djuharsa M.D, MM KEPALA BADAN LITBANG DAN INFOMASI A G E N D A I. PROFIL PEKERJAAN LAYAK INDONESIA II. PERBANDINGAN RTKN DAN PROFIL DW INDONESIA

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, maka peneliti merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan aktif dalam upaya penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi masyarakat Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk tersebut dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan dan kenakalan remaja tidak dapat dilepas dalam konteks kondisi sosial-budaya zamannya. Sebab setiap priode sifatnya khas dan memberikan jenis tantangan khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan kerap kali menjadi persoalan yang tidak kunjung selesai, mulai dari kesadaran masyarakat sampai kemampuan pemerintah dalam menganalisis masalah dan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komputerisasi sering kali digunakan untuk membantu pencatatan dan pengolahan data dalam kegiatan instansi pemeritahan. Data yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diberikan kewajiban untuk menyusun Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Pendidikan dari segi kehidupan dirasakan sangat

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan dikenal dengan negara yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara berkembang adalah ditandai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sensitif menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

I. PENDAHULUAN. sensitif menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi dalam segala aspek kehidupan telah memacu bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara meningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya

BAB I PENDAHULUAN. Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman globalisasi saat ini pembangunan nasional sudah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Zaman globalisasi saat ini pembangunan nasional sudah semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi saat ini pembangunan nasional sudah semakin ditingkatkan. Semakin maju, masyarakat semakin cerdas dan semakin mengerti hak serta kewajiban

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun 2016-2021 Terwujudnya Ketahanan Pangan bagi Masyarakat Kabupaten Kediri yang Religius, Cerdas, Sehat, Sejahtera, Kreatif, dan Berkeadilan, yang didukung oleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur PP Nomor : 65 tahun 1951, Penyerahan urusan bidang pendidikan Pengajaran dan kebudayaan Kepada provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk masyarakat seperti kebebasan berpendapat atau freedom of

BAB I PENDAHULUAN. untuk masyarakat seperti kebebasan berpendapat atau freedom of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi di Indonesia mengamanahkan adanya kebebasan yang seluasluasnya untuk masyarakat seperti kebebasan berpendapat atau freedom of expression, mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK Pemerintah Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak yang berisi perjanjian-perjanjian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang untuk hidup lebih baik dari sebelumnya, berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang untuk hidup lebih baik dari sebelumnya, berlangsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang menata individu maupun sekelompok orang untuk hidup lebih baik dari sebelumnya, berlangsung sepanjang hanyat mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang 1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo Semarang Tipe kegiatan: Peremajaan kota Inisiatif dalam manajemen perkotaan: Penciptaan pola kemitraan yang mempertemukan pendekatan top-down dan bottom-up

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional, Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP) 1. Profil BKKB dan PP Kota Bandar Lampung Upaya pemerintah dalam hal mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini pendidikan memegang peranan penting bagi semua orang, karena dengan pendidikan semua orang akan memiliki bekal untuk kehidupan dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan meneruskan estafet kepemimpinan dan membangun negeri ini di masa yang akan datang. Tentu

Lebih terperinci

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH Upaya Penyelamatan Perempuan & Anak dari Kematian Sia-Sia Karena HIV & AIDS Bahan masukan RPJMD Propinsi Jawa Tengah TAHUN 2013-2018

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang ) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEMINAR INTERNASIONAL TEMU ILMIAH NASIONAL XV FOSSEI JOGJAKARTA, 4 MARET 2015 DR HANIBAL HAMIDI, M.Kes DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pemberdayaan perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis untuk tetap bertahan tidaklah hal yang mudah. Banyak perusahaan yang tidak mampu mempertahankan eksistensinya, dan hal yang menjadi penghambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya

Lebih terperinci