Bab 2 Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pompa Pompa merupakan alat yang lazim digunakan untuk mengalirkan fluida dari satu unit operasi ke unit operasi lainnya. Pompa digunakan secara luas di berbagai bidang kegiatan: industri, pertanian, rumah tangga dan berbagai macam bidang kegiatan lainnya. Satu sumber umum mengenai terminologi, definisi, hukum dan standar pompa adalah Hydraulic Institute Standards. Hydraulic Institute Standards telah disetujui oleh American National Standards Institute (ANSI) sebagai standar nasional. Klasifikasi pompa berdasarkan tipe didefinisikan oleh Hydraulic Institute yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Reciprocating pumps Positive displacement Blow case Rotary pumps Pumps Centrifugal Kinetic Regenerative turbine Special effect Gambar 2.1 Klasifikasi Pompa [1] 5

2 Pompa dibagi menjadi dua tipe fundamental berdasarkan cara transmisi energi pada media yang dipompa yaitu perpindahan kinetik dan perpindahan positif. Pada perpindahan kinetik, gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh elemen berputar yang disebut impeller memberikan energi kinetik pada fluida, menggerakkan fluida dari bagian hisap ke bagian buang. Sedangkan perpindahan positif menggunakan gerak bolak-balik dari satu atau beberapa piston atau aksi penekanan dari beberapa roda gigi yang berhubungan atau benda bergerak lainnya untuk memindahkan suatu media dari satu tempat ke tempat yang lain (misalnya: menggerakkan material dari bagian hisap menuju bagian buang). Media pemompaan umumnya berwujud cair, akan tetapi beberapa desain pompa bisa menangani bentuk-bentuk suspensi padat, bubur kayu, lumpur, ter dan substansi eksotik lainnya yang wujudnya hampir tidak menyerupai wujud cair. Meskipun demikian seluruh tabiat cairan harus ada pada jenis media yang dipompa. Hydraulic Institute menggolongkan pompa berdasarkan jenis, tidak berdasarkan aplikasi. Tetapi kenyataannya pemakai pada akhirnya berhadapan dengan masalah aplikasi spesifik. Dengan demikian sering kali unsur pengalaman merupakan dasar dalam memilih jenis pompa, bahkan hal ini diterapkan juga di industri Material Komponen Pompa Material yang umum digunakan untuk volute casing dan impeller pompa untuk air tawar (air hujan, air sungai, air danau), air minum, air limbah dan air laut pada temperatur normal diperlihatkan pada tabel 2.1. Material dalam kelompok A dipakai untuk volute casing yang beratnya hampir setengah berat keseluruhan pompa dan dibuat dari besi cor. Pompa-pompa biasa pada umumnya termasuk dalam kelompok A. Kelompok B memakai baja cor untuk volute casing. Material ini dipakai bila dikehendaki ketahanan yang tinggi terhadap keausan dan korosi atau jika diperlukan head yang tinggi. Material yang terdapat dalam kelompok C dan D dipakai bila ketahanan terhadap korosi sangat diperlukan, misalnya pada pompa yang digunakan untuk air laut atau di industri kimia. Pompa-pompa dengan konstruksi baja pada kelompok E adalah pompa berukuran besar. 6

3 Tabel 2.1 Material yang umum dipakai untuk pompa [2] Nomor Frekuensi Volute casing Impeller Pemakaian kelompok A-1 O FC FC Air tawar, air minum A-2 FC FCD Air tawar, air minum A-3 O FC SC Air tawar, air minum A-4 O FC BC Air tawar, air minum Air laut A-5 O FC PBC Air tawar, air limbah Air laut A-6 O FC ABC Air tawar, air limbah Air laut A-7 O FC SCS2 Air tawar, air minum Air limbah A-8 O FC SCS12 or SCS13 Air distilasi, air laut A-9 FC berlapis karet SCS12 or SCS13 Air limbah, air laut B-1 O SC SC Air tawar, air laut B-2 SC ABC Air tawar, air minum Air laut B-3 O SC SCS2 Air tawar, air minum Air limbah B-4 SC SCS12 or SCS13 Air limbah, air laut B-5 SC SCS14 or SCS15 Air laut C-1 O BC BC Air distilasi, air laut C-2 BC PBC Air laut C-3 ABC ABC Air laut D-1 SCS2 SCS2 Air limbah, air laut D-2 SCS2 SCS12 or SCS13 Air limbah, air laut D-3 SCS2 SCS14 or SCS15 Air laut D-4 O SCS12 or SCS13 SCS12 or SCS13 Air laut D-5 SCS12 or SCS13 SCS14 or SCS15 Air laut D-6 SCS12 or SCS13 Worthite Air laut E-1 O SS SC Air tawar E-2 O SS SCS2 Air tawar, air minum E-3 SUS27 SCS13 Air tawar, air minum Air laut 1. Frekuensi dengan tanda "O" berarti material sering digunakan. 2. FC (besi cor) menyatakan FC15,FC20, FC25, dan FC25 Ma. 3. BC (perunggu cor) menyatakan BC2 dan BC3. 4. SC berarti baja karbon cor. 5. ABC berarti perunggu aluminium cor. 6. Nomor kelompok besar berarti material dengan mutu lebih tinggi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal dikenal sebagai pompa pembangkit tekanan. Pompa sentrifugal memiliki elemen berputar yang memberikan energi kepada fluida. Volute casing mengarahkan fluida ke sisi buang. Pompa sentrifugal memiliki konstruksi sedemikian rupa sehingga aliran fluida yang keluar dari impeller akan melalui sebuah bidang tegak lurus poros pompa. 7

4 2.1.3 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.2, mempunyai sebuah impeller untuk mengangkat fluida dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi. Gambar 2.2 Bagan aliran f1uida di dalam pompa sentrifugal [2] Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller, maka fluida yang ada di dalam impeller, oleh dorongan sudu-sudu ikut berputar. Karena timbul gaya sentrifugal maka fluida mengalir dari tengah impeller ke luar melalui saluran di antara sudu-sudu. Dengan demikian head tekanan fluida meningkat. Demikian pula head kecepatannya bertambah besar karena fluida mengalami percepatan. Fluida yang keluar dari impeller ditampung oleh saluran berbentuk volut (spiral) di sekeliling impeller dan disalurkan ke luar pompa melalui nosel. Di dalam nosel ini sebagian head kecepatan aliran diubah menjadi head tekanan. Jadi impeller pompa berfungsi memberikan kerja kepada fluida sehingga energi yang dikandungnya menjadi bertambah besar. Dari uraian di atas jelas bahwa pompa sentrifugal dapat mengubah energi mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang mengakibatkan pertambahan head tekanan, head kecepatan, dan head potensial pada fluida yang mengalir secara kontinyu. 8

5 2.2 Pengecoran Logam Pengecoran logam merupakan teknologi pembentukan logam yang sudah digunakan manusia selama ribuan tahun. Berbagai produk dihasilkan dengan metode ini. Sebagian besar peralatan atau komponen mesin di industri berupa benda cor. Prinsip dasar pengecoran logam adalah mencairkan atau melebur logam lalu menuangkannya ke dalam rongga cetak pada cetakan, sehingga dihasilkan bentuk yang sesuai dengan rongga cetak Jenis Pengecoran Logam Pengecoran digolongkan menjadi beberapa jenis tergantung pada jenis cetakan yang digunakan dan bagaimana cara memasukkan cairan logam ke dalam cetakan tersebut Sand casting Sand casting merupakan proses pengecoran logam yang menggunakan cetakan dari pasir. Cetakan pasir dibentuk dengan memadatkan pasir yang melingkupi pola pada rangka cetak. Kemudian pola dikeluarkan dari cetakan pasir, sehingga menghasilkan rongga cetak yang akan dituang logam cair Gambar 2.3 Proses sand casting [3] 9

6 Proses sand casting ditunjukkan oleh gambar 2.3, yaitu: Langkah 1, pasir cetak diisikan ke dalam rangka cetak yang berisi pola belahan bawah. Langkah 2, pasir cetak dipadatkan, selanjutnya cetakan bagian bawah yang telah padat dibalik dengan posisi permukaan belahan menghadap ke atas. Langkah 3, rangka cetak dan pola belahan atas ditempatkan di atas cetakan bagian bawah. Langkah 4, pasir cetak diisikan ke dalam rangka cetak yang berisi pola belahan atas kemudian dipadatkan. Langkah 5, pola belahan atas dilepas dari rangka cetak bagian atas sehingga dihasilkan rongga. Langkah 6, pola belahan bawah dilepas dari rangka cetak bagian bawah sehingga dihasilkan rongga. Langkah 7, rangka cetak bagian bawah dan atas disatukan. Langkah 8, logam cair dituang ke dalam rongga cetakan Invesment casting Invesment casting merupakan proses pengecoran khusus menggunakan cetakan dari keramik, yang terbentuk melalui pencelupan pola lilin dan pola lilin tersebut dikeluarkan dengan proses pemanasan, sehingga menghasilkan rongga yang akan dituang logam cair Gambar 2.4 Proses investment casting [3] 10

7 Proses investment casting ditunjukkan oleh gambar 2.4, yaitu: Langkah 1, pola lilin dicelupkan ke dalam bubur keramik. Langkah 2, pola lilin dengan lapisan bubur keramik ditaburi pasir kuarsa. Langkah 3, lapisan bubur keramik dan pasir kuarsa didiamkan hingga membentuk cetakan keramik. Langkah 4, pola lilin dikeluarkan dari cetakan keramik dengan pemanasan. Langkah 5, logam cair dituangkan ke dalam cetakan keramik. Langkah 6, coran dipisahkan dari cetakan keramik dengan cara menghancurkan cetakan keramik. Coran dengan bentuk yang sulit dapat dilakukan dengan proses ini dan dapat digunakan untuk benda yang tipis. Cara ini cocok sekali diterapkan untuk coran dengan berat 5 kg, walaupun akhir-akhir ini telah dikembangkan untuk membuat coran dengan berat hingga 50 kg Centrifugal casting Centrifugal casting merupakan salah satu proses pengecoran yang menghasilkan produk cor berbentuk silinder atau benda kerja yang simetris pada cetakan yang berputar, dengan cara memutar cetakan pada sumbunya. Gambar 2.5 Proses centrifugal casting [4] Proses ini dapat dilakukan secara vertikal atau horizontal tanpa menggunakan inti. Rongga dan dinding coran terbentuk karena gaya sentrifugal ketika cetakan diputar. 11

8 Die casting Die casting merupakan proses pengecoran yang menggunakan hidrolik sebagai sumber energi untuk memberikan tekanan yang tinggi kepada logam cair untuk mengisi rongga cetakan logam. Keuntungan proses ini adalah waktu operasi yang singkat, permukaan yang baik dan kepresisian yang tinggi, bagian yang tipis dan berlubang dapat dibuat dan hemat pengerjaan lanjut. Kekurangannya adalah harga cetakan dan mesin yang mahal dan dimensi benda yang dapat dikerjakan terbatas. Gambar 2.6 Proses die casting [3] Proses Pengecoran Logam Pengecoran logam terdiri atas rangkaian proses yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Prinsip dasarnya yaitu mengolah logam dengan cara mencairkan logam, kemudian menuangkannya ke dalam rongga cetakan, sehingga menghasilkan bentuk yang sesuai dengan rongga cetakan. Sebelum proses pembuatan benda coran, diperlukan perancangan pola dan coran, yang bertujuan untuk menghasilkan benda tanpa cacat tuang, disamping itu perancangan juga akan memberikan kemudahan dan keseragaman dalam pembuatan benda coran. Proses pengecoran dengan cetakan pasir terdiri atas beberapa tahap, dimulai dari perancangan pola, perancangan coran, pembuatan pola, pembuatan cetakan, pembuatan pasir cetak dan inti, peramuan dan persiapan bahan, pembuatan inti, proses penuangan, proses pembongkaran, proses perlakuan panas, pemeriksaan dan pengujian. Diagram alir proses pengecoran logam dengan pasir cetak dapat dilihat pada gambar

9 Pemesanan Spesifikasi Desain Estimasi Perancangan Pola dan Coran Pembuatan pasir cetak dan pasir inti Pembuatan pola dan kotak inti Peramuan dan persiapan bahan Pembuatan cetakan dan inti Peleburan Penuangan Pembongkaran dan pembersihan coran Perlakuan panas dan pengerjaan akhir Pemeriksaan dan pengujian akhir Pengiriman Gambar 2.7 Bagan alir proses pengecoran logam Cetakan Pasir Cetakan pasir pada umumnya menggunakan pasir kuarsa yang diikat dengan sejenis lempung (bentonit). Kepadatannya dicapai dengan cara penumbukan menggunakan alat tangan atau dengan menggunakan mesin. 13

10 Pasir cetak Pasir cetak pada umumnya terdiri atas bahan dasar berupa pasir. Pasir bisa berupa pasir pantai, pasir sungai atau pasir silika yang disediakan alam. Bahan pengikat yang digunakan bisa berupa lempung, bahan sintesis ataupun semen. Disamping itu masih ditambahkan bahan-bahan lain untuk memperbaiki mutu pasir cetak seperti debu arang, serbuk gergaji, dan tepung. Pasir cetak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Mempunyai sifat keterbentukan (formability) sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok. Cetakan yang dihasilkan harus kuat sehingga tidak rusak karena dipindah-pindah dan dapat menahan logam cair pada waktu dituang ke dalamnya. Permeabilitas yang cocok. Diharapkan udara atau gas dapat keluar dari cetakan melalui rongga-rongga di antara butir-butir pasir. Distribusi besar butir yang cocok. Permukaan coran akan halus kalau coran dibuat di dalam cetakan yang berbutir halus. Namun bila butir pasir terlalu halus, gas akan susah untuk keluar dari cetakan. Tahan terhadap temperatur logam yang dituang. Dapat didaur ulang. Harganya murah Pasir cetak berpengikat resin pengeras cepat Komposisi pasir cetak jenis ini adalah : Pasir daur ulang : 90% Pasir baru : 10% Komponen 1 (resin phenol) : 0,8% Komponen 2 (Polysocyanat) : 0,8 % Katalisator : 0,5 1,8% Pembuatan cetakan Pembuatan cetakan dilakukan menggunakan tangan dan dibantu dengan peralatan sederhana, seperti : alat pemadat pasir, sendok potong, pencabut pola dan lain sebagainya. 14

11 Pembuatan cetakan dengan tangan dilakukan karena faktor-faktor : Bentuk benda coran yang sulit Jumlah pembuatan sedikit Ukuran benda yang besar Jumlah belahan pola atau inti yang banyak Faktor harga atau biaya Inti Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Jenis inti ada beberapa macam, yaitu inti kulit, inti CO 2 process, dan sebagainya. Nama-nama itu ditentukan menurut pengikat atau macam proses pembuatan inti. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan inti dengan tangan adalah: Kepadatan pasir inti di dalam kotak inti harus merata. Untuk bentuk inti yang rumit diperlukan penguat inti dari dalam. Diberikan saluran pembuangan gas. Perlakuan terhadap inti yang telah selesai dibuat perlu hati-hati agar tidak menyebabkan deformasi atau patah. Pasir inti berpengikat air kaca (CO 2 process) Pasir CO 2 adalah pasir dengan berpengikat air kaca (water glass) yang dikeraskan dengan hembusan gas CO 2, dan komposisi dari pasir ini adalah : Pasir daur ulang : 50-80% Pasir baru : 20-50% Air kaca : 2-5 % Bahan tambah : 1 % (serbuk aspal, gula tetes) Gas CO 2 : Dihembuskan Peleburan Peleburan adalah proses pencairan logam sampai suhu tertentu, sehingga logam layak untuk dituang ke dalam rongga cetak. 15

12 Peleburan menggunakan tanur induksi pada industri sekarang ini menjadi meluas, disebabkan: Mudah mengkontrol komposisi dan temperatur Slag (kotoran) yang terjadi sedikit, sehingga logam cair yang terbuang lebih sedikit Mengurangi jumlah pekerja Proses peleburan yang dilakukan terdiri atas: Pemuatan Pengaktifan tanur induksi Penahanan (holding time) Tapping Penuangan Penuangan Besi yang dialirkan dari tanur pelebur diterima oleh ladel dan kemudian dituangkan ke dalam cetakan. Jenis ladel terdiri atas ladel jenis gayung, ladel dengan jepitan pembawa, ladel yang dapat dimiringkan dengan tuas tangan (kapasitasnya 10 sampai kg), ladel yang dapat dimiringkan menggunakan pasangan roda gigi, dan ladel tuang dasar dengan sumbat (kapasitas 200 sampai kg). Ladel biasanya berbentuk kerucut atau silinder Pengerjaan Akhir Pengerjaan akhir merupakan tahap akhir dalam proses pengecoran logam. Pengerjaan akhir meliputi: pembongkaran, pembersihan, pemotongan dan penggerindaan Pembongkaran Cetakan diletakkan di atas meja getar yang mempunyai ayakan. Getaran diteruskan ke pasir dan coran melalui rangka cetak sehingga pasir terpecah-pecah dan jatuh melalui ayakan. Pasir yang jatuh dikumpulkan oleh konveyor ban sehingga hanya coran saja yang tinggal di atas meja getar. 16

13 Pembersihan Di permukaan produk cor yang telah dikeluarkan dari cetakan pasir pada umumnya masih ada pasir cetak yang menempel. Pasir cetak yang menempel pada permukaan produk cor ini dibersihkan dengan cara disemprot menggunakan mimis baja atau air sehingga dihasilkan produk cor dengan permukaan yang bersih dari pasir cetak Pemotongan dan penggerindaan Produk cor yang sudah dibersihkan harus dipisahkan dari sistem saluran dan penambah. Proses memisahkan sistem saluran dan penambah inilah yang disebut dengan pemotongan. Pemotongan sistem saluran dan penambah dilakukan menggunakan gerinda potong atau las potong. Produk cor yang sudah dibersihkan dari sistem saluran dan penambah kemungkinan masih terdapat sirip akibat permukaan pisah pada cetakan. Sirip ini dibersihkan dengan cara digerinda sehingga dihasilkan produk cor sesuai dengan bentuk yang diinginkan. 2.3 Pola dan Kotak Inti Pola adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk membentuk rongga cetak dan rongga cetak tersebut akan diisi dengan coran logam. Pada umumnya bentuk pola menyerupai benda cor, sedangkan bentuk lubang atau rongga dalam coran dibentuk oleh inti Pola Sebelum proses pembuatan pola, diperlukan perancangan pola yang bertujuan agar dihasilkan pola yang layak untuk dicetak di bengkel pengecoran logam. Faktor penting untuk menetapkan jenis pola adalah: Metode cetakan yang akan diterapkan Pertimbangan ekonomis yang sesuai dengan jumlah benda yang akan dibuat Letak belahan Peletakan sistem saluran dan penambah 17

14 2.3.2 Kotak Inti Kotak inti merupakan alat bantu atau kotak yang dibuat untuk membuat suatu inti. Kotak inti harus memenuhi 4 syarat: 1. Kotak inti harus kokoh 2. Dapat dilepas dari inti tanpa merusak kotak inti maupun inti 3. Memiliki kepresisian ukuran yang baik dan tahan lama 4. Cocok dengan bahan inti dan metoda pembuatan inti Jenis Pola Beberapa jenis pola yang ada, diantaranya : a. Pola Pejal Pola pejal adalah pola yang bentuknya hampir serupa dengan bentuk coran. Pola jenis ini dapat berupa pola tunggal atau pola belahan. Gambar 2.8 Pola pejal [3] b. Pola Sablon Pola Sablon digunakan untuk pembuatan cetakan coran yang berbentuk silinder atau berbentuk benda putar. Gambar 2.9 Pola sablon [3] 18

15 c. Pola Rusuk Konstruksi pola rusuk berupa rangka. Pola rusuk digunakan untuk membuat cetakan yang memiliki dimensi besar. Gambar 2.10 Pola rusuk [3] d. Pola Hilang Pola hilang adalah pola yang dibuat dari polystirol. Pola jenis ini hanya digunakan sekali. Pola hilang tidak dikeluarkan dari cetakan pasir. Besi cair langsung dituangkan ke pola berbahan polystirol yang masih berada dalam cetakan, sehingga pola menguap. Bentuk pola pada cetakan digantikan oleh besi cair yang akan membeku menjadi coran. e. Pola Pelat Berpasangan Pola pelat berpasangan merupakan sepasang pelat di mana kedua belahnya ditempelkan pola, sistem saluran dan penambah. Pola ini digunakan untuk produksi massal. Gambar 2.11 Pola pelat berpasangan [5] Bahan Pola Pola dapat dibuat dari kayu, kayu lapis, logam, atau bahan sintesis seperti resin. Pertimbangan penggunaan bahan-bahan tersebut adalah dari metode cetakan, bentuk benda, dimensi benda, serta jumlah coran yang akan dibuat. 19

16 Bahan-bahan yang digunakan untuk pola ialah kayu, resin atau logam. Dalam hal khusus digunakan "plaster" atau lilin sebagai bahan pola Kayu Kayu yang dipakai untuk pola adalah kayu saru, kayu aras, kayu pinus, kayu mahoni, kayu jati dan lain-lain. Pemilihan kayu berdasarkan macam dan ukuran pola, jumlah produksi, dan lamanya dipakai. Kayu yang kadar airnya lebih dari 14% tidak dapat digunakan, karena kayu belum stabil. Kayu akan terus mengalami perubahan bentuk hingga kadar airnya mencapai 14%. Kadangkala suhu udara luar harus diperhitungkan, tergantung pada daerah mana pola itu digunakan Resin sintetis Dari berbagai macam resin sintetis, hanya resin epoksi yang banyak dipakai. Resin epoksi mempunyai sifat-sifat: penyusutan yang kecil pada waktu mengeras, tahan aus yang tinggi. Resin epoksi dapat diberi zat aditif untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Sebagai contoh, kekerasan meningkat dengan mencampurkan bubuk besi atau aluminium ke dalam resin epoksi. Ketahanan bentur akan meningkat dengan menumpukkan serat gelas dalam bentuk lapisan. 2.4 Perancangan Pola dan Kotak Inti Perancangan pola diwujudkan dalam bentuk gambar konstruksi pola. Gambar konstruksi pola merupakan gambar kerja pemesinan yang diberi simbolsimbol tertentu. Simbol-simbol tersebut menunjukkan: permukaan pisah pola, kemiringan pola, penyusutan pola, radius coran dan tambahan pengerjaan Permukaan Pisah Pola Permukaan pisah pola merupakan batas antara cetakan atas dan cetakan bawah. Penentuan permukaan pisah cetakan atas dan cetakan bawah adalah penting untuk mendapatkan coran yang baik. Permukaan pisah dirancang sesuai 20

17 dengan kebutuhan cetakan. Dengan adanya permukaan pisah yang benar, maka diharapkan pola dapat dicetak dan mudah dicabut dari cetakan. Gambar 2.12 Permukaan pisah pola Kemiringan Pola Kemiringan pada sisi-sisi pola dibutuhkan agar pola dapat dengan mudah diangkat dan dikeluarkan dari cetakan. Prinsip pemakaian kemiringan adalah sebesar mungkin agar pola mudah dikeluarkan dan sekecil mungkin agar dimensi coran tidak berubah sehingga tidak mengganggu fungsi dari coran. Besarnya kemiringan yang diberikan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1. Fungsi benda cor 2. Metode pengerjaan cetakan (cetakan mesin atau tangan) 3. Bahan pola (misalnya logam atau kayu) 4. Tinggi benda cor, semakin tinggi benda cor maka kemiringan semakin kecil agar penyimpangan ukuran tidak terlalu besar. Gambar 2.13 Kemiringan pola 21

18 2.4.3 Penyusutan Pola Pada waktu pembekuan dan pendinginan, coran mengalami penyusutan. Dengan demikian pola yang dibuat harus lebih besar dari dimensi coran. Besarnya penyusutan tergantung dari jenis material yang akan dicor. Gambar 2.14 Penyusutan pola Radius Coran Pemberian radius coran untuk menghindari bentuk yang tajam. Radius coran diberikan dengan tujuan: menghindari efek panas akibat sudut pasir, menghindari cacat tuang akibat sudut benda yang tajam dan mengantisipasi sudut yang tajam pada cetakan Tambahan Pengerjaan Tambahan pengerjaan adalah penambahan ukuran pola agar coran dapat dikerjakan pada proses pemesinan. Gambar 2.15 Radius coran dan tambahan pengerjaan 22

19 2.5 Proses Pembuatan Pola dan Kotak inti Metode Pembuatan Pola dan Kotak Inti Secara garis besar metode pembuatan pola dan kotak inti digolongkan menjadi dua, yaitu metode pejal dan metode rakitan Metode pejal Pada metode pejal, pembentukan pola dilakukan dengan cara pemesinan atau membentuk secara manual satu bongkahan bahan sehingga diperoleh bentuk pola sesuai dengan gambar kerja. Gambar 2.16 Pola yang dibuat dengan metode pejal [3] Pola yang dibuat dengan metode pejal membutuhkan material dengan ukuran lebih besar dari ukuran polanya. Pada pembuatan pola dengan metode pejal secara manual, diperlukan keahlian yang cukup baik Metode rakitan Pada metode rakitan, pembentukan pola dilakukan dengan cara melakukan pembentukan secara parsial, kemudian komponen-komponen yang sudah dibentuk disatukan atau dirakit menjadi satu bentuk pola. Gambar 2.17 Pola yang dibuat dengan metode rakitan [6] 23

20 2.5.2 Alat Ukur Alat ukur dalam pembuatan pola digolongkan menjadi dua, yaitu alat ukur untuk pengukuran langsung dan alat ukur untuk pengukuran tak langsung. Gambar 2.18 Alat ukur untuk pengukuran langsung [3] Gambar 2.19 Alat ukur untuk pengukuran tak langsung [3] Alat Gores Alat gores digunakan untuk menandai atau menggores material sebelum material tersebut (kayu) dibentuk sesuai dengan gambar kerja. Gambar 2.20 Alat-alat gores [3] 24

21 2.5.4 Kerja Bangku Kerja bangku adalah kerja proses pembuatan pola yang dilakukan secara manual. Pada kerja bangku keahlian seorang pembuat pola sangat dibutuhkan. Adapun peralatan kerja bangku meliputi: bangku kerja, ragum kayu, klem, palu, tang, obeng, ketam kayu, gergaji kayu, pahat kayu dan kikir kayu Kerja Mesin Kerja mesin adalah kerja proses pembuatan pola yang dilakukan dengan menggunakan mesin. Pada kerja mesin, keahlian seorang pembuat pola dalam bidang pemesinan sangat dibutuhkan. Proses pembuatan pola pada umumnya merupakan kombinasi antara kerja mesin dan kerja bangku. Mesin-mesin untuk pembuatan pola digolongkan menjadi 4, yaitu : 1. Mesin persiapan material, yang meliputi: radial arm saw, circular saw, thickness planer dan surface planer. 2. Mesin kerja bangku, yang meliputi: drilling machine, band saw, disc sander, belt sander dan oscillating spindle sander. 3. Mesin pembentuk beraturan, yaitu meliputi : wood turning lathe dan wood milling. 4. Mesin tangan (handmachine), yang meliputi : hand drilling machine, jig saw, router, hand belt sander, hand circular saw dan hand planer Kerja Resin Kerja resin adalah kerja proses pembuatan pola dengan menggunakan bahan resin. Bahan resin berwujud cair sebelum dicampur katalis dan akan menjadi padat setelah dicampur dengan katalis. 25

22 Gambar 2.21 Kerja resin metode cor [6] Kerja resin digolongkan menjadi dua, yaitu: kerja resin metode cor dan kerja resin metode laminasi. Metode cor banyak digunakan untuk pembuatan pola pejal yang dipasang pada plat pola. Metode laminasi banyak digunakan untuk pembuatan kotak inti atau pola yang berfungsi sebagai cetakan pada pembuatan pola pejal yang menggunakan material resin. Resin yang digunakan dalam metode cor adalah resin yang berwujud cair dengan waktu pemadatan relatif cepat. Pada metode laminasi, resin yang digunakan adalah resin berwujud pasta dengan waktu pemadatan relatif lebih lama. Gambar 2.22 metode laminasi [6] Kerja resin Pada metode cor, resin dalam bentuk cair dituangkan pada pola awal yang berfungsi sebagai master hingga menutupi seluruh permukaan pola awal. Setelah resin cair menjadi padat, pola awal dipisahkan dari resin yang sudah memadat. Pada metode laminasi, resin berwujud pasta dilapiskan pada permukaan pola awal. Dalam keadaan mendekati wujud padat, serat fiber yang sudah dilapisi resin cair dilapiskan di atas lapisan resin berwujud pasta yang hampir memadat. Setelah resin memadat sempurna, pola awal dipisahkan dari resin tersebut. 26

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran. III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN

BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN Bertitik tolak pada cara kerja proses ini, maka proses pembuatan jenis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Proses penuangan. 2. Proses pencetakan. Proses penuangan adalah proses

Lebih terperinci

Merencanakan Pembuatan Pola

Merencanakan Pembuatan Pola SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Merencanakan Pembuatan Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal

Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal Proses yang lazim dilakukan dalam pembuatan pola volute casing pompa sentrifugal adalah proses dengan menggunakan metode rakitan. Pola

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material Metal Casting Processes Teknik Pembentukan Material Pengecoran (Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA Arianto Leman S., MT Disampaikan dalam : PELATIHAN PENGEMBANGAN RINTISAN PENGECORAN SKALA MINI BAGI GURU-GURU SMK DI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Proses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A

Proses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A Proses Manufaktur (TIN 105) 1 Suatu proses penuangan logam cair ke dlm cetakan kemudian membiarkannya menjadi beku. Tahapan proses pengecoran logam (dengan cetakan pasir) : Bahan baku pola Pasir Persiapan

Lebih terperinci

XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar

XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA A. Sub Kompetensi Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi zaman sekarang berkembang sangat cepat dan pesat,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi zaman sekarang berkembang sangat cepat dan pesat, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi zaman sekarang berkembang sangat cepat dan pesat, yang kemudian mempengaruhi meningkatnya kebutuhan proses produksi yang sebagian besar menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi

Lebih terperinci

Menyiapkan Pasir Cetak

Menyiapkan Pasir Cetak SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Menyiapkan Pasir Cetak Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian pasir cetak.

V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian pasir cetak. V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK A. Sub Kompetensi Pasir cetak dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian

Lebih terperinci

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 TIM PDTM SMK PGRI 1 NGAWI 1 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Judul modul ini adalah Modul Pengecoran.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Judul Tugas Sarjana Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Agus Susilo B.S Casing Pompa Sentrifugal Program Studi Teknik Mesin 13103148 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung Ringkasan

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES PENGECORAN

BAB 2 PROSES PENGECORAN BAB 2 PROSES PENGECORAN 2.1. Pendahuluan Proses pengecoran melalui beberapa tahap : pembutan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% Pengecoran suhu cetakan 250 C Pengecoran

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM 1 PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING URZA RAHMANDA, EDDY WIDYONO Jurusan D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini di dunia industri pengecoran logam di Indonesia masih banyak menggunakan metode sand casting. Metode sand casting adalah sebuah metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

BAB 3. PENGECORAN LOGAM BAB 3. PENGECORAN LOGAM Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai ketrampilan pembentukan material melalui proses pengecoran : Menguasai pembentukan komponen dari aluminiun melalui pengecoran langsung DASAR

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM pengecoran masih membutuhkan pekerjaan pekerjaan lanjutan. Benda benda dari logam yang sering kita lihat tidaklah ditemukan dalam bentuknya seperti itu, akan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu penanganan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (4) ISSN: 7-59 (-97 Print) F-66 Pengaruh Variasi Komposisi Serbuk Kayu dengan Pengikat Semen pada Pasir Cetak terhadap Cacat Porositas dan Kekasaran Permukaan Hasil Pengecoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era modernisasi yang terjadi saat ini menuntut manusia untuk melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR Latar belakang Pengecoran logam Hasil pengecoran aluminium

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai Studi Pustaka Identifikasi masalah Rencana Kerja dan Desain

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG Tugas Akhir ini Disusun dan Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam adalah salah satu teknik produksi manufaktur, teknologi pengecoran pun semakin menunjukan perkembangan sesuai dengan kebutuhan industri logam itu sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media aluran pipa dengan cara menambahkan energi

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan Seperti halnya pada baja, bahwa besi cor adalah paduan antara besi dengan kandungan karbon (C), Silisium (Si), Mangan (Mn), phosfor (P), dan Belerang (S), termasuk kandungan lain yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN Disusun Oleh Nama Anggota : Rahmad Trio Rifaldo (061530202139) Tris Pankini (061530200826) M Fikri Pangidoan Harahap (061530200820) Kelas : 3ME Dosen

Lebih terperinci

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL LOGO POMPA CENTRIFUGAL Dr. Sukamta, S.T., M.T. Pengertian Pompa Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Klasifikasi

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu pada bulan September

Lebih terperinci

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING TUGAS AKHIR PENGARUH CARBURIZING ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING PADA MILD STEEL (BAJA LUNAK) PRODUK PENGECORAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Laju Perubahan 2.1.1 Laju Perubahan Rata-Rata Laju perubahan rata-rata fungsi dalam selang tertutup ialah : 2.1.2 Garis Singgung pada Sebuah Kurva Andaikan sebuah fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Saat ini proses pengecoran sudah sangat luas aplikasinya di bidang industri, pengecoran adalah proses pembentukan logam dengan cara memasukan logam cair kedalam cetakan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing. PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA Idris Prasojo 23411466 Teknik Mesin Dr.-Ing. Mohamad Yamin Latar Belakang Berkembangnya teknologi pada industri kereta api. Beragam

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB I PROSES MANUFAKTUR BAB I PROSES MANUFAKTUR A. Pendahuluan. teknologi mekanik merupakan suatu proses pembuatan suatu benda dari bahan baku sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses tambahan. Dari sejarah

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR Oleh: Muhamad Nur Harfianto 2111 105 025 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto,

Lebih terperinci

1. POMPA MENURUT PRINSIP DAN CARA KERJANYA

1. POMPA MENURUT PRINSIP DAN CARA KERJANYA 1. POMPA MENURUT PRINSIP DAN CARA KERJANYA 1. Centrifugal pumps (pompa sentrifugal) Sifat dari hidrolik ini adalah memindahkan energi pada daun/kipas pompa dengan dasar pembelokan/pengubah aliran (fluid

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Rockwool. Dalam studi kali ini, material rockwool sebelum digunakan sebagai bahan isolasi termal dalam tungku peleburan logam ialah dengan cara membakar

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian III.1 Flowchart Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini dijelaskan pada flowchart Gambar III.1. Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Blower Pengertian Blower adalah mesin atau alat yang digunakan untuk menaikkan atau memperbesar tekanan udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu ruangan tertentu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang manufaktur, terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut dicorkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Pompa Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR INDUSTRI INOVATIF Vol. 6, No., Maret 06: 38-44 ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR ) Aladin Eko Purkuncoro, )

Lebih terperinci

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Materi Kuliah PROSES GERINDA Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1 : Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Pembelajaran 1 1). Peserta diklat dapat menentukan langkah kerja

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Proses Pengecoran Hasil Coran Tidak Ya Pengujian Komposisi kimia Pengujian Strukturmikro Pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) menjadi energi

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

11 BAB II LANDASAN TEORI

11 BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Velg Sepeda Motor [9] Velg atau rim adalah lingkaran luar logam yang sudah di desain dengan bentuk sesuai standar (ISO 5751 dan ISO DIS 4249-3), dan sebagai tempat terpasangnya

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM A. Sub Kompetensi Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

LU N 1.1 PE P N E G N E G R E TI T AN

LU N 1.1 PE P N E G N E G R E TI T AN BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN POMPA Pompa adalah peralatan mekanis yang diperlukan untuk mengubah kerja poros menjadi energi fluida (yaitu energi potensial atau energi mekanik). Pada umumnya pompa digunakan

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA

2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA 2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA HASIL PEMBELAJARAN Umum: Memberikan pengetahuan yang komprehensif tentang dasardasar proses foundry, proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pompa Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat lain yang diinginkan. Pompa beroperasi dengan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHALUAN 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHALUAN 1.1 Latar Belakang. Material atau bahan dalam industri teknik kimia dapat berupa bentuk padat, cair dan gas. Material dalam bentuk cair sendiri misalnya saja pada industri minuman, tentunya

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT Prima Eko Susanto 1, Hendra Suherman 1, Iqbal 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Minggu Pokok Bahasan 1 I. Pendahuluan sejarah dari teknologi pengecoran, teknik pembuatan coran, bahanbahan yang biasa digunakan untuk produk coran di tiap industri, serta mengetahui pentingnya teknologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro PENGARUH TEMPERATUR BAHAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PROSES SEMI SOLID CASTING PADUAN ALUMINIUM DAUR ULANG M. Chambali, H. Purwanto, S. M. B. Respati Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin : BOILER FEED PUMP A. PENGERTIAN BOILER FEED PUMP Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting TUGAS AKHIR Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting Disusun : EKO WAHYONO NIM : D 200 030 124 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan suatu proses pembuatan benda yang dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari pembuatan pola, cetakan, proses peleburan, menuang, membongkar

Lebih terperinci

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A Agus Salim Peneliti pada Bidang Peralatan Transportasi Puslit Telimek LIPI ABSTRAK Telah dilakukan pengecoran

Lebih terperinci

Membuat Cetakan Pasir dan Inti

Membuat Cetakan Pasir dan Inti SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Cetakan Pasir dan Inti Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. padi dan sebagainya. Di daerah daerah terpencil, misalnya terbuat dari bambu

TINJAUAN LITERATUR. padi dan sebagainya. Di daerah daerah terpencil, misalnya terbuat dari bambu TINJAUAN LITERATUR Kincir Air Ribuan tahun yang lalu manusia telah memanfaatkan tenaga air untuk beberapa keperluan, misalnya untuk menaikkan air keperluan irigasi, menggiling padi dan sebagainya. Di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan manusia dalam bidang industri semakin besar. kebutuhan akan material besi dalam bentuk baja dan besi cor juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen otomotif, kemasan makanan, minuman, pesawat, dll. Sifat tahan korosi dari Aluminium diperoleh karena terbentuknya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Definisi Proses Produksi Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus menerus (continous improvement) yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide ide untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Perbaikan dan Analisis

Bab 4 Hasil Perbaikan dan Analisis Bab 4 Hasil Perbaikan dan Analisis 4.1 Hasil Perbaikan 4.1.1 Hasil Percobaan Pembuatan Pola dan Kotak Inti Hasil pemeriksaan secara visual, pola dan kotak inti B tidak ada perbedaan dengan pola dan kotak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era industrialisasi pada saat sekarang ini, bidang pengecoran sangat penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya pembangunan di bidang industri

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan pompa sangat luas hampir disegala bidang, seperti industri, pertanian, rumah tangga dan sebagainya. Pompa merupakan alat yang

Lebih terperinci