BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fotografi sebagai media penyampai pesan dalam komunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fotografi sebagai media penyampai pesan dalam komunikasi"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fotografi sebagai media penyampai pesan dalam komunikasi Manusia telah melakukan komunikasi sejak kecil. Komunikasi tersebut dilakukan terus - menerus selama proses kehidupan, dengan demikian, komunikasi dilakukan untuk menghubungkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Menurut Gerald R. Miller Komunikasi adalah terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Adapun definisi ilmu komunikasi menurut pakar menurut Hovland ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Sedangkan Harold Laswell menjelaskan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan pertanyaan sebagai berikut : who says what in which channel to whom with what effect. Pendapat lain dari Stoner dan Wankel tentang pengertian komunikasi yaitu komunikasi merupakan proses dimana orang orang berusaha untuk memberikan pengertian melalui penyampaian pesan pesan berupa lambang Komunikasi Massa 1 Pengertian Komunikasi. Diakses pada tanggal 5 Februari 2014 dari

2 11 Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut: This new form can be distinguished from older types by the following major characteristic: it is directed toward relatively large, heterogeneus, and anonymous audiences; messages aretransmitted publicly, often-times to reach most audience member simultaneously, and are transeint in character; the communicator tends to be, or to operate whitin, a complex organization thet may involve great expense (Rakhmat seperti yang dikutip dalam Komala, dalam Karlinah. 1999). Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti siaran radio siaran dan televisi). Seperti halnya Gerbner yang mengemukakan bahwa komunikasi massa itu akan melibatkan lembaga, maka Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks 2. Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikannya ke khalayak luas. Secara teori, pada satu sisi, konsep komunikasi massa mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas, namun pada sisi lain, komunikasi massa merupakan proses dimana pesan tersebut dicari,digunakan, dan dikonsumsi oleh audiens. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan 2 Komunikasi massa. Diakses pada tanggal 5 Februari 2014 dari

3 12 oleh bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan media massa pada sejumlah orang Analisis Semiotika Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda - tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah - tengah manusia dan ditengah - tengah manusia. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek atau idea dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. 4 Dengan tanda - tanda, kita mencoba mencari keteraturan di tengah - tengah dunia yang centang - perenang ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan. Apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah mengajarkan kita bagaimana menguraikan aturan - aturan tersebut dan membawanya pada sebuah kesadaran, ujar Pines (dalam berger,2000a:14). 5 Beberapa jenis analisis semiotika secara umum adalah sebagai berikut, yaitu : 1. Semiotika Analitik, yakni semiotika yang menganalisis sistem tanda. 3 Burhan Bungin, 2010 Sosiologi Komunikasi Edisi pertama cetakan ke 3, Jakarta : Prenada Media Group 4 Alex Sobur,2009, Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Hal 14 5 Ibid 15

4 13 2. Semiotika Deskriptif, yakni semiotika yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. 3. Semiotika Faunal (zoosemiotik), yakni semiotika yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. 4. Semiotika Kultural, yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. 5. Semiotik Normatif, yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma - norma. 6. Semiotik Sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem ttanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat Semiotika Charles Sanders Peirce Peirce merupakan pakar semiotika yang berjasa karena teori tandanya. Seperti dipaparkan Lechte, bagi Peirce tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi oleh Peirce disebut ground. 7 Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. 6 Wibowo, Indiwan Seto Wahyu, 2011, Semiotika Komunikasi, Jakarta : Mitra Wacana Media, hal:5 7 Ibid Hal: 41

5 14 2. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. 3. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya ramburambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda menjadi tiga yaitu : 1. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret dan peta. 2. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. 3. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya besifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda (sign atau representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument, berikut penjelasannya : 1. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja

6 15 menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru bangun, atau ingin tidur. 2. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi kecelakaan. 3. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Selain itu Ada tiga elemen dari konsep dasar teori semiotika yang dikembangkan Charles Sanders Peirce atau yang terkenal dengan triangle of meaning atau segitiga makna, yaitu 8 : 1. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri. 2. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. 3. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. 8 Rahmat Kriyanto. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group hal 263

7 16 Berikut ini bagan Segitiga Makna (Gambar 1); Sign Interpretant Object Sumber gambar 1 : Alex Sobur, Analisis Teks Media, 2009 hal Fotografi Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tidak lain berarti menulis atau melukis dengan cahaya. Kata Fotografi diambil dari bahasa yunani yaitu kata Fotos yang berarti sinar atau cahaya dan Grafos yang berarti gambar. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka terhadap cahaya. Alat yang paling popular untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. 9 Prinsip dalam fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang 9 Bagas Darmawan,.Belajar Fotografi Dengan Kamera DSLR. Yogyakarta hal 2

8 17 telah di bakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan. Medium itu adalah lensa. Kamera memiliki lensa dan mengambil pantulan cahaya terhadap suatu objek menjadi sebuah image. Sebuah kamera dapat merekam sebuah image ke dalam sebuah film dan hasilnya tidak hanya bisa dibuat permanen tetapi dapat pula diperbanyak dan diperlihatkan kepada orang lain sedangkan mata hanya dapat merekam image ke dalam memori otak dan tidak bisa dilihat secara langsung kepada orang lain. 10. Dalam Fotografi ada tiga hal yang harus kita perdalam, namun bukan teknik ataupun peralatan. Kita harusmenguasai medan sepenuhnya, kita harus memperkuat rasa, emosi, hingga refrensi. Fotografi adalah MINDSET, apa yang ada dalam benak kita dan bagaimana kita harus mengaturnya. Itulah syarat mutlak yang harus kita kuasai. 11 Cahaya sangat penting di dalam fotografi dan cahaya merupakan elemen pokok yang harus ada, baik berupa cahaya alami maupun cahaya buatan. Pada dasarnya semua hasil karya fotografi dikerjakan dengan kamera berlensa, dan kebanyakan kamera memiliki cara kerja yang sama dengan cara kerja mata manusia. Selain itu kita juga harus menguasai tiga fundamental yaitu rasa, emosi, dan refrensi. Seorang fotografer akan kesulitan ketika dia tidak cukup banyak memiliki konsep yang kuat dan bagus, walaupun mempunyai peralatan yang mahal sekalipun. Fotografi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu : Jurnalism Photography 10 Bagas Darmawan,.Belajar Fotografi Dengan Kamera DSLR. Yogyakarta hal Frizareihan,. Women Photography. Jakarta.2011 hal 5

9 18 Foto jurnalistik yang dilakukan untuk penunjang bahan berita untuk diterbitkan melalui sebuah media dengan menciptakan gambar yang menceritakan sebuah kisah berita yang nyata dan realistis serta informatif Potrait Photography Foto Potrait bertujuan untuk menampilkan wajah, expresi dan kepribadian seseorang melalui sebuah foto Wedding Photography Foto pernikahan di buat untuk mengabadikan moment penting pengantin dalam acara pernikahan. Dalam melakukan foto pernikahan kita harus mengetahui setiap susunan acara pernikahan serta bergerak dengan cepat agar tidak tertinggal moment yang akan terjadi maupun yang sedang terjadi Landscape Photography Fokus dari foto landscape adalah pemandangan alam. Dari foto landscape tersebut dapat tergambar suasana suatu pemandangan alam yang sedang terjadi saat kita memotret untuk menampilkan kesan indah maupun seram dari tempat tersebut. Fotografi ini juga dapat dikombinasikan dengan manusia, hewan serta properti lainnya namun tetap foto terfokus terhadap pemandangan alam Food Photography Foto makajan biasanya di lakukan untuk membuat kemasan suatu prodak, iklan maupun menu hidangan dalam sebuah restoran. Foto yang dihasilkan harus

10 19 memberi kesan menarik atau menggoda mereka yang melihat foto makanan tersebut Wildlife Photography Foto ini dilakukan untuk mengambil gambar hewan yang menarik ketika mereka sedang melakukan aktivitas seperti makan, tidur, ataupun berkelahi Fashion Photography Fotografi fashion dilakukan untuk memperlihatkan Pakaian dan aksesoris fashion lainnya untuk kegiatan promosi Fine Art Fine art adalah karya dari sebuah seni berdasarkan semata mata pada visi dari seorang artis dan diciptakan didalam sebuah proses yang diperhatikan dengan teratur dalam membuat sebuah karya seni. Ketika kita mengunjungi sebuah website seorang fotografer yang berkaitan dengan karya fineart biasanya itu sebagai karya pribadi. Kita harus dapat membedakan hal tersebut dari applay art yaitu karya yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar atau untuk memenuhi permintaan klien. Fine art hanya mengekspresikan sebuah ide. Proses kreativitasnya hanya fokus kepada obyek karya seni itu sendiri, dan seni tersebut dibuat untuk kepentingan seni itu sendiri. Intinya karya seni itu dibuat untuk diri mereka sendiri bukan untuk orang lain. 12 El-Nino Irawan, Cara cepat bisnis fotografi. Bekasi hal 14-34

11 Nude Kata Nude adalah suatu hal yang dapat digunakan untuk memberikan kesan bagaimana seharusnya orang orang yang melihat dapat berfikir mengenai sebuah karya. Nude dapat digunakan dengan cara yang baik dan Nude juga sering digunakan untuk mendapat legalitas atas sebuah karya. Beberapa orang berfikir kata Artistic Nude mewakili sesuatu yang sangat spesifik dan pendekatan yang sempit. Sangat jelas bahwa hal ini tidak memiliki makna yang sama bagi setiap orang. Pada beberapa tingkatan level, kebanyakan gambar nude menyangkut kecantikan, kesempurnaan, dan kesopanan. Semua hal itu berkaitan dengan keindahan. Kenneth Clark menulis di bukunya yang berjudul The Nude a Study In Ideals Form Setiap kali kita mengkritisi seseorang dengan mengatakan bahwa lehernya terlalu panjang, pinggulnya terlalu lebar, dadanya terlalu kecil, kita sedang mengakui secara jelas akan keberadaan dari kecantikan yang diidamkan. Kenneth Clark beragumentasi bahwa nude bukanlah sebuah subyek dari sebuah seni melainkan bagian dari karya seni itu sendiri. Sebuah bentuk badan yang tanpa busana berfungsi sama halnya dengan pahlawan dalam sebuah gambar. Ketika kita berfikir nude sebagai sebuah aliran, kita dapat mengidentifikasi ada banyak sub bagian, termasuk kepribadian, simbol karya seni, abstrak, pemandangan dan pembelajaran lingkungan Louis Benjamin, The Naked and The Lens. Burlington hal 19

12 Digital Image Processing Digital image processing adalah proses pengolahan gambar dua dimensi oleh perangkat komputer digital (Jain, 1989, p1). Ada pun menurut Gonzalez dan Woods (2001,p2-3), digital image processing merupakan proses pengambilan atribut-atribut pada gambar dengan input dan output yang berupa gambar. Digital image processing mempunyai banyak macam aplikasi pada berbagai bidang, seperti: penajaman gambar, pendeteksian objek pada gambar, pengurangan noise, konversi gambar berwarna ke grayscale dan sebaliknya, kompresi data pada gambar, dan sebagainya Macam-Macam Penerapan Digital Image Processing Terlepas dari banyak dan luasnya penerapan dari image processing, penerapannya dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Representasi dan Pemodelan Gambar Dalam representasi dan pemodelan gambar (image representation and modelling), gambar yang dihasilkan dari proses akan memberikan gambaran tentang objek dari suatu lokasi (hasil foto dari kamera), karakteristik dari tubuh manusia (gambar X-Ray), suhu dari suatu area (gambar infrared) atau gambaran posisi dari target di sebuah radar. Hasil yang dapat dimengerti dan akurat merupakan hal yang paling penting dalam image representation. Dalam proses representasi dan pemodelan gambar, kuantitas dan karakter dari picture-element (pixel)

13 22 menggambarkan suatu objek. b. Restorasi Gambar Image restoration atau restorasi gambar adalah proses penghilangan atau minimalisasi degradasi kualitas yang terdapat pada suatu gambar. Hal ini termasuk perbaikan gambar atau foto yang buram, yang disebabkan oleh banyak hal, seperti keterbatasan kualitas sensor, usia gambar yang sudah tua, atau pun banyaknya noise pada gambar. c. Analisis Gambar Proses analisis gambar (image analysis) mempunyai tujuan melakukan pengukuran dan perhitungan pada sebuah image untuk menghasilkan penjelasan dan deskripsi dari gambar tersebut. Proses analisis gambar dapat diaplikasikan dalam bermacam-macam hal, mulai dari membaca barcode pada barang -barang di toko, menyortir suku cadang yang berbeda pada alur pabrik, sampai analisis orientasi dan besarnya sel darah pada gambar medis. Teknik analisis gambar melakukan pemgambilan dari fitur-fitur tertentu dari gambar untuk membantu mengidentifikasi objek yang diteliti. d. Rekonstruksi Gambar Bidang rekonstruksi gambar atau image reconstruction bertujuan untuk membuat sebuah objek dua dimensi atau lebih yang di buat berdasarkan beberapa proyeksi satu dimensi. Setiap proyeksi didapatkan

14 23 dengan memproyeksikan X-Ray (atau radiasi lainnya) melalui objek yang akan direkonstruksi. Contoh aplikasi dari rekonsruksi gambar adalah penggunaan Computer Topographic Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk memproyeksikan gambar 2 dan 3 dimensi dari bagian tubuh manusia. e. Kompresi Data Pada Gambar Data yang menyangkut informasi yang bersifat visual sangatlah besar sehingga memerlukan kapasitas penyimpanan yang sangat besar. Walaupun kemampuan beberapa media penyimpanan digital dapat memenuhi kebutuhan penyimpanan yang besar, umumnya kecepatan mengakses data pada media tersebut semakin lambat sebanding dengan makin besarnya kapasitas penyimpanan. Kompresi data pada gambar (image data compression) bertujuan untuk mengurangi jumlah dari bit (satuan terkecil dari data) yang diperlukan untuk menyimpan gambar tanpa mengurangi informasi yang benar-benar diperlukan. Aplikasi kompresi data untuk gambar banyak digunakan terutama pada industri televisi dan media, karena banyak gambar yang harus dikirim antara dua tempat berjauhan. Karena itu dibutuhkan ukuran gambar yang relatif kecil dengan kualitas yang tetap terjaga. f. Perbaikan Kualitas Gambar

15 24 Image Enhancement atau perbaikan kualitas gambar adalah aksentuasi atau penajaman elemen-elemen dari sebuah gambar seperti garis pemisah atau pembatas (edge and boundaries) atau tingkat kontras yang dapat membuat tampilan grafik dari gambar tersebut lebih berguna untuk dianalisis dan ditampilkan (Jain, 1989, p233). Proses image enhancement tidak memperbaiki atau meningkatkan kualitas dari informasi dan data yang sudah ada pada gambar. Proses tersebut meningkatkan rentang dinamis (dynamic range) dari elemen yang dikehendaki pada gambar sehingga elemen tersebut dapat diperhatikan atau dilihat lebih jelas. Image enhancement mencakup berbagai hal seperti: manipulasi kontras, pengurangan noise, penajaman garis batas (edge crispening and sharpening), interpolasi dan pembesaran gambar. Kesulitan terbesar yang sering dialami dalam proses image enhancement adalah menentukan besaran nilai yang akan diterapkan dalam proses tersebut. Karena itu banyak teknik-teknik image enhancement yang bersifat empirikal (berdasarkan trial and error) dan memerlukan prosedur yang interaktif untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. 2.7 Kamera DSLR ( Digital Singgle Lens Reflex Camera ) Kamera DSLR merupakan pengembangan dari kamera analog DSL yang menggunakan singgle lens. Lensa pada kamera DSLR dapat diganti - ganti sesuai dengan kebutuhan. Fitur yang ditanamkan pada kamera ini sangat lengkap. Tenaga Elektri kamera ini menggunakan baterai recharge. Resolusi gambar yang

16 25 dihasilkan bisa sampai 20 megapixel. Oleh sebab itu, DSLR ini bisa digunakan oleh para fotografer profesional serta orang - orang yang memiliki kemauan kemuan tinggi dalam fotografi. Kamera ini memiliki optik bagian luar sehingga dapat menggunakan lensa yang dapat diganti ganti, serta aksesoris yang beragam. Kamera ini juga mampu memproduksi bayangan dengan sudut pandang lensa. 14 Kita dapat menjumpai para fotografer sekarang banyak yang menggunakan kamera DSLR tersebut baik penghoby maupun fotografer profesional. 2.8 Nude Photograpy Jenis-jenis Foto Nude a. Fine Art Nude Fine Art Nude adalah fotografi telanjang yang memiliki nilai estetika dari bentuk tubuh manusia. Dengan eksekusi foto dari berbagai angle (sudut pandang pengambilan), kombinasi atau pengaturan pencahayaan, serta proses editing, foto yang dihasilkan akan semakin menarik. b. Body Part Body Part adalah foto yang menampilkan bagian-bagian tubuh tertentu. Bagian tubuh yang memiliki keindahan tersendiri atau bagian tubuh si model yang paling menonjol dan menarik. Dari penjelasan kedua jenis foto nude tersebut, dapat disimpulkan bahwa Fine Art Nude sudah pasti Body Part, tetapi Body Part belum 14 Bagas Darmawan,.Belajar Fotografi Dengan Kamera DSLR. Yogyakarta hal 10-11

17 26 tentu Fine Art Nude. Karena Fine Art Nude menampilkan seluruh tubuh si model dan dalam proses eksekusinya jarang ada model yang tetap memakai pakaian. Sedangkan Body Part, menampilkan bagian-bagian tubuh tertentu, seperti lipatan kaki, lekukan punggung, lekukan bentuk pinggang atau panggul, ruas-ruas jari, dan lain-lain. Bahkan dalam eksekusinya Body Part tidak selalu telanjang, karena yang dipotret hanya bagian-bagian tertentu, model sering mengenakan pakaian terbuka (pakaian dalam) 15. Nude Photography adalah gaya seni fotografi yang menggambarkan tubuh manusia telanjang sebagai sebuah objek. Nude fotografi harus dibedakan dari fotografi erotis, yang memiliki komponen bernada seksual. Nude fotografi juga harus dibedakan dari fotografi glamour, yang menempatkan lebih menekankan pada model dan memperlakukan model sebagai subjek utama. Banyak fotografer mempertimbangkan seni foto telanjang untuk menjadi orang yang mempelajari tubuh manusia, daripada sosok orang tersebut. Foto-foto telanjang seringkali tidak menunjukkan wajah sama sekali. Sebagai bentuk seni, fotografi telanjang adalah gambaran bergaya dari tubuh telanjang dengan garis dan bentuk sosok manusia sebagai tujuan utama. Fotografer ekstrim kadang menggunakan cahaya dan 15 Jenis-jenis nude Photography Diakses pada tanggal 20 januari 2014 dari

18 27 bayangan, kulit diminyaki, dan bayangan jatuh di seluruh tubuh untuk menampilkan tekstur dan struktur tubuh. 16 Jadi nude photography itu bukan hanya sekedar potret orang telanjang, Sebenarnya tujuan dari nude photography itu sendiri adalah memperlihatkan keindahan sosok makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, yaitu manusia Perbedaan Nude Photography dan Pornografi a. Nude Photography mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Nude Photography seringkali tidak menunjukkan wajah sama sekali (walau terkadang ada juga yang menunjukkan wajahnya). (2) Umumnya Nude Photography tidak berupa foto snapshot / candid. (3) Terkadang menggunakan pengaturan cahaya dan bayangan untuk mendapatkan tekstur dan struktur tubuh yang diinginkan (untuk tingkat yang lebih ekstrim). (4) Nude Photography pada proses mengutamakan konsep berisi makna atau pesan tertentu, bahkan bisa dijadikan sebagai simbolis. Bukan sekedar menjual sensualitas dan erotic. (5) Nude Photography tidak bertujuan untuk memancing rangsangan biologis seseorang, namun semua penilaian kembali pada masing-masing penikmat foto tersebut. b. Pornografi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 16 Nude Photography Diakses pada tanggal 20 Januari 2014 dari

19 28 (1) Pornografi umumnya mengekspose seluruh tubuh, serta menunjukan wajah objek foto. (2) Pornografi cenderung diambil secara terang-terangan dengan pengaturan cahaya yang flat. (3) Pornografi umumnya cenderung menggunakan model yang mempunyai tubuh proporsional. (4) Pornografi sering mengekspos bagian organ vital. (5) Pornografi bertujuan menjual sensualitas, bahkan bukan tidak mungkin Pornografi bertujuan untuk merangsang sensualitas seseorang Pengertian Estetika Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten ( ) pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan. Istilah estetika melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan. Keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan pengamat (Dharsono, 2004: 4). Pemahaman secara umum tentang nilai estetika pada suatu karya seni ini adalah setiap pancaran nilai-nilai keindahan yang tercermin dari sosok karya seni yang memberikan kualitas dan karakter tertentu (Soedjono, 2007: 3). Di satu sisi, nilai estetis tersebut dapat menjadi suatu tujuan utama dalam proses penciptaan. 17 Perbedaan Nude Photography dengan Pornography Diakses pada tanggal 5 Februari 2014 dari

20 Estetika Fotografi Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas tentang keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Herbet Read dalam bukunya The Meaning of Art merumuskan keindahan sebagai suatu kesatuan arti hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan inderawi (Dharsono, 2004: 10). Dalam buku Kisah Mata salah satu karya Seno Gumirah Ajidarma tertulis, bahwa pada tahun 1764 dalam buku yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Notes on Painting, Francesco Algarotti dari Venesia menulis Biarlah para pelukis muda, karena itu, mulai seawal mungkin untuk mempelajari gambar-gambar Ilahiah ini, jika ia tidak akan pernah merenungkannya... Pelukis harus menggunakan camera obscura seperti para naturalis dan astronom memanfaatkan mikroskop dan teleskop; dimana segenap peralatan ini samasama membuat alam diketahui dan dihadirkan kembali. (Ajidarma, 2003: 1) "The Camera Obcsura" oleh Shirley Stock diakses pada 3 juli 2015 dari

21 30 Gambar II.1. "The Camera Obcsura" oleh Shirley Stoc Dari kutipan paragraf diatas, menceritakan bahwa kamera adalah sebuah mesin untuk melihat, yang membantu pelukis mengambar potret wajah atau melukis pemandangan dalam studio (Ajidarma, 2003: 1). Camera obscura merupakan alat bantu menggambar para seniman Renaissance pada abad ke 15 yang kemudian berkembang dengan kelengkapan berbagai apparatus (lensa, diafragma, pengatur asa, light-meter, dll) untuk menjadi kamera fotografi yang dikenal saat ini (Soedjono, 2007: 8). Fungsi awal dari camera obscura memang diarahkan sebagai alat bantu menggambar pada saat itu, kemudian berkembang menjadi kamera pada saat ini yang menjadi suatu bagian dari seni itu sendiri yaitu seni fotografi. Foto memang merupakan usaha untuk meyakinkan, bahwa apa yang dipotret dapat hadir kembali dalam hasil karya berupa foto, persis seperti mata manusia melihatnya (Ajidarma, 2003: 2) Fotografi memiliki bermacam-macam manfaat dengan tujuan baik untuk dokumentasi penelitian, maupun sebagai media dalam ranah estetika. Estetika fotografi meliputi dua tataran, estetika pada tataran ideational dan estetika pada tataran technical (Soedjono, 2007: 8). Tataran ideational yaitu nilai estetika yang berhubungan dengan gagasan, ide atau suatu konsep. Sedangkan tataran technical yaitu penggalian nilai estetika melalui teknik pemotretan Estetika Pada Tataran Ideational

22 31 Secara ideational, dalam konteks fotografi ini ditinjau bagaimana manusia menemukan sesuatu ide dan mengungkapkannya dalam bentuk konsep, teori ataupun sebuah wacana. Dari ide dan konsep tersebut dapat dikembangkan dan ditindaklanjuti sehingga menghasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika (Soedjono, 2007: 8). Fotografi menjadi suatu wadah untuk berolah kreatif bagi fotografer yang ingin menyampaikan pesan sesuai ide dan konsep fotografer tersebut melalui suatu karya fotografi. Semua fotografer akan mengemas karya-karya fotografinya dengan ide dan konsep yang ditunjang dengan pemilihan objek dan trik-trik kreatif atau berbagai teknik untuk mendukung ideational-nya. Kajian utama dalam tataran ideational ini adalah bagaimana seorang fotografer mengembangkan berbagai ide kemudian membuatnya menjadi suatu konsep yang digunakan yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pembuatan suatu karya. Konsep dalam fotografi adalah suatu ide yang dituangkan dalam suatu karya fotografi oleh fotografer atau dari sekitarnya. Banyak karya fotografi yang dibuat dengan suatu konsep yang cukup sederhana sehingga orang dapat dengan mudah menangkap pesan yang terdapat pada foto tersebut. Namun ada juga foto yang membutuhkan suatu pemikiran yang mendalam sebelum menangkap pesan yang terdapat pada foto tersebut. Pada karya nude photography, pembuatan suatu konsep sangat diperlukan karena pemaknaan dalam suatu karya nude memerlukan pemikiran yang mendalam karena objek foto dalam suatu karya nude ditampilkan tanpa busana. Konsep pada suatu karya nude harus dipikirkan secara matang sebelum kemudian

23 32 dieksekusi, agar apa yang ingin fotografer tunjukan melalui sebuah karya foto tidak menjurus kearah pornografi Estetika Pada Tataran Technical Wacana estetika pada fotografi juga meliputi hal-hal yang berkaitan dengan teknis pengambilan suatu foto. Macam-macam teknik fotografi yang ada ternyata menghadirkan berbagai pengertian dan pemahaman istilah yang memiliki keunikan tersendiri (Soedjono, 2007: 14). Hal tersebut terjadi karena dalam setiap teknik yang digunakan berkaitan dengan peralatan yang ada dan digunakan dalam pengambilan suatu foto. Adapun masalah teknikal tersebut variannya meliputi teknik pemotretan dan tahap penampilan atau pengemasan hasil fotografi sesuai dengan kebutuhannya. Fotografer memiliki peran yang sangat penting dalam pemilihan teknik yang digunakan. Hal ini membutuhkan kemampuan dan penguasaan berbagai teknik pada fotografer tersebut. Meskipun peralatan fotografi yang digunakan dalam pengambilan suatu foto cukup lengkap, tetap dibutuhkan seorang operator yang dalam hal ini fotografer itu sendiri yang memiliki kemampuan teknis dengan kepekaan estetis dalam mengimplementasikan semua peralatan fotografi tersebut dalam menciptakan suatu karya fotografi yang bagus dan memiliki nilai estetika. Semua pemanfaatan secara teknikal dapat disesuaikan dengan fungsi dan tujuan fotografer masing-masing, contohnya seperti pemilihan background atau latar

24 33 belakang, angle atau sudut pandang pengambilan objek foto, dan lighting atau pengolahan tata cahaya atau pencahayaan. A. Background Background adalah latar belakang yang digunakan dalam proses pengambilan suatu foto. Pemilihan background pada foto yang dilakukan secara indoor didalam suatu ruangan studio dapat berupa sebuah gambar atau dinding dibelakang objek foto. Sedangkan pada suatu sesi foto yang dilakukan outdoor, background juga dapat berupa lingkungan perkotaan atau alam sekitar objek. B. Angle Salah satu unsur yang membangun sebuah keindahan suatu foto adalah angle atau sudut pengambilan objek foto. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Setiap fotografer mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil suatu angle, itu semua tergantung dari konsep, tujuan dan hasil yang diharapkan oleh fotografer. 1. Normal angle Normal angle adalah sudut umum pengambilan suatu foto karena pada posisi ini kamera yang dipegang oleh fotografer sejajar dengan objek foto. 2. Bird eye view atau eagle eye angle Angle ini merupakan suatu angle dimana fotografer berada disuatu ketinggian tertentu, oleh karena itu diistilahkan sebagai sudut pandang mata elang.

25 34 Ini biasanya dilakukan dalam melakukan landscape photography dimana angle yang kita tuju adalah keluasan ruang dengan objek yang berada dibawah fotografer. 3. Low angle Low angle adalah sudut pengambilan suatu foto dimana seorang fotografer berada lebih rendah dari objek foto. 4. High angle High angle adalah kebalikan dari low angle. Sudut pengambilan suatu foto dimana seorang fotografer berada lebih tinggi dari objek foto. 5. Frog eye angle Frog eye angle adalah sudut pengambilan suatu foto dimana angle yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari low angle. Angle ini menuntut seorang fotografer untuk mengambil posisi kamera yang dipegang sangat dekat dengan tanah. Bahkan tidak sedikit fotografer mencapai angle ini dengan posisi tiarap. C. Lighting Lighting adalah suatu istilah untuk pengolahan cahaya atau pencahayaan yang digunakan dalam fotografi. Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah

26 35 karya yang baik. Pengetahuan tentang pencahayaan harus mutlak dikuasai oleh seorang fotografer. Ada 2 jenis teknik pencahayaan, yaitu : 1. Available light Available light atau cahaya alami adalah sumber cahaya alam berasal dari matahari. Cahaya alami biasa digunakan dalam pemotretan luar ruangan atau outdoor. Untuk teknik pencahayaan ini, yang mempengaruhi kualitas cahaya matahari adalah posisi matahari, keadaan awan, dan cuaca. 2. Artificial Lighting Artificial Lighting adalah cahaya buatan yang sumber cahayanya yang berasal dari alat-alat fotografi yang menghasilkan suatu cahaya. Contohnya seperti lampu kilat elektronik atau dikenal dengan istilah flash. Cahaya buatan biasa digunakan untuk pemotretan diluar maupun didalam ruangan studio. Cahaya buatan digunakan pada saat pemotretan diluar ruangan ketika fotografer membutuhkan cahaya tambahan atau disekitar objek minim pencahayaan Antara Estetika dan Pornografi Pada Nude Photography Pornografi berasal dari bahasa Yunani yaitu πορνογραφία atau pornographia yaitu porne yang berarti pelacur dan grape yang berarti tulisan atau gambar, yang secara harfiah berarti tulisan tentang atau gambar tentang pelacur. Kadang kala pornografi juga disingkat menjadi porn atau porno. Menurut situs Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, di pornografi artinya adalah

27 36 penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit), dengan tujuan membangkitkan birahi atau gairah seksual. Jadi pengertian pornografi sebenarnya lebih menunjuk pada segala karya baik yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau lukisan yang menggambarkan pelacur (Armando, 2003: 1). Dalam pornografi, sang model akan ditampilkan sangat erotis dan porno, bahkan dapat mengundang birahi bagi yang melihat, tetapi dalam nude photography tentu saja tidak demikian, karena dalam nude photography sekalipun, setiap karya foto memiliki batasan atau aturan-aturan tertentu agar hasil karya tidak ditampilkan sisi erotis. Nude photography memang menampilkan objek foto manusia dalam keadaan telanjang namun nude photography berbeda dengan pornografi. Nude photography lebih menampilkan unsur keindahan pada karyanya. Terkadang orang salah menafsirkan antara nude photography dengan pornografi. Setiap individu pasti memiliki latar belakang dan pola pemikiran yang berbeda-beda. Pro dan kontra pasti akan timbul terhadap suatu karya apabila hasil karya tersebut merupakan foto objek manusia tanpa busana atau telanjang. Pandangan terhadap suatu karya pasti berbeda-beda, ada yang menilai suatu karya foto dari sisi pornografinya, namun ada individu lain baik itu seniman foto atau fotografer yang menilai suatu karya dari sisi keindahan seninya, entah itu lekukan tubuh atau hanya sekedar siluet dari bagian tubuh.

28 37 Tidak ada parameter yang pasti terhadap pornografi. Pornografi dipersepsikan dengan cara yang beragam. Setiap orang memberi batasan yang berbeda-beda terhadap pornografi itu sendiri. Orang bebas mengartikan pornografi dengan cara yang tidak sama (Wulandari, 2010: 2). Itu menjadi suatu masalah karena tidak ada standar yang jelas seperti apa pornografi itu karena pandangan setiap orang terhadap pornografi itu berbeda-beda. Dalam dunia fotografi, beda antara seni dan pornografi sangat tipis. Perbedaan tersebut terletak dihati nurani sang fotografer (Triadi, 2003: 1). Dengan kata lain fotografer sangat berperan dalam pembuatan suatu karya, tergantung bagaimana seorang fotografer memahami antara seni dan pornografi. Konsep dan teknik pengambilan suatu objek foto adalah tolak ukur terhadap hasil karya. Karya nude photography memiliki batasan tertentu, foto telanjang dalam kacamata seni umumnya ketelanjangan itu tidak ditampilkan porno. Dalam situs Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, di porno memiliki arti yang sama cabul yaitu keji dan kotor; tidak senonoh atau melanggar kesopanan dan kesusilaan. Sang model dalam foto telanjang masih menutupi bagian-bagian tubuhnya yang sangat vital. Atau kalau pun tidak, maka akan ditampilkan dengan efek-efek khusus pencahayaan (lighting) dalam foto, sehingga kesan vulgar dihilangkan. Berbeda dengan foto telanjang yang bukan mengutamakan segi artistiknya. Dalam pornografi, sang model akan ditampilkan sangat erotis dan porno, bahkan dapat mengundang birahi bagi yang melihat.

29 38 Akan tetapi meskipun awalnya sesuatu yang indah dapat dinilai dari aspek teknis dalam pembentukan suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan dari suatu karya khususnya karya fotografi. Persoalan yang berkenaan dalam masalah seni disebabkan bahwa dalam kenyataan karya seni tidak hanya berupa objek-objek estetik (karya yang indah), tetapi berbagai perwujudan dari ungkapan perasaan yang memiliki nilai seni (Dharsono, 2004:10). Seorang fotografer memang sangat berperan penting dalam hasil akhir sebuah karya foto. Konseptualitas dan teknik pengambilan suatu objek foto adalah tolak ukur terhadap hasil karya. Dari konsep, teknik dan hasil tersebut dapat dinilai suatu karya apakah merupakan suatu karya yang mengandung nilai estetika atau karya berbau pornografi

30 11 8

TEORI ESTETIKA, FOTOGRAFI DAN PORNOGRAFI. Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike.

TEORI ESTETIKA, FOTOGRAFI DAN PORNOGRAFI. Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. BAB II TEORI ESTETIKA, FOTOGRAFI DAN PORNOGRAFI 2.1 Pengertian Estetika Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer komunikasi atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer komunikasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer komunikasi atau pesan pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TipePenelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. 24

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana eksistensi manusia direpresentasikan melalui penggambaran dalam film Life

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perangkat komputer digital (Jain, 1989, p1). Ada pun menurut Gonzalez dan Woods

BAB II LANDASAN TEORI. perangkat komputer digital (Jain, 1989, p1). Ada pun menurut Gonzalez dan Woods BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Digital Image Processing Digital Image Processing adalah proses pengolahan gambar dua dimensi oleh perangkat komputer digital (Jain, 1989, p1). Ada pun menurut Gonzalez

Lebih terperinci

APA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global

APA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global APA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global Kata Fotografi diambil dari Yunani yaitu kata Fotos yang berarti sinar atau cahaya, dan Grafos yang bararti gambar. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji makna-makna dari sebuah perilaku, simbol maupun

Lebih terperinci

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit.

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam masyarakat. Media massa merupakan bagian yang penting dalam memberikan informasi dan pengetahuan di dalam

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2 MATERI: 14 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2 Deskripsi Materi Materi ini memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang teori-teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. 2

BAB I PENDAHULUAN. gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia fotografi telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Bahkan, dapat berhadapan dengan ratusan hasil fotografi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan budaya patriarki yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode analisis semiotika dengan paradigma konstruktivis. Yang merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

ALFIAN NUR ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG

ALFIAN NUR ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG ALFIAN NUR 41807056 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG LATAR BELAKANG Foto headline harus menarik berbeda dari yang lain, actual, informative dan lain sebagainya. Sebuah foto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Keberadaan fitur kamera dan kualitas kamera yang semakin baik pada ponsel memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk mengabadikan setiap momen atau kejadian

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang ada di sekitar kita tidaklah sesusah zaman dahulu. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang ada di sekitar kita tidaklah sesusah zaman dahulu. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini mengabadikan sebuah momen atau fenomena yang ada di sekitar kita tidaklah sesusah zaman dahulu. Hal tersebut juga sudah umum dilakukan oleh semua

Lebih terperinci

Commercial / Advertising Photography

Commercial / Advertising Photography Commercial / Advertising Photography F O T O G R A F I Fotografi berkembang sebagai dunia teknologi tersendiri dan teknologi fotografi telah mengubah wajah dunia menjadi dunia gambar. Melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Tinjauan Data Orang-orang kreatif membutuhkan wadah, Jakarta sudah memiliki wadah tetapi mereka tidak memiliki awareness yang sangat baik untuk diketahui masyarakat. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

TUGAS KOMPUTER PHOTOGRAPHY

TUGAS KOMPUTER PHOTOGRAPHY TUGAS KOMPUTER PHOTOGRAPHY SMA SANTO ALOYSIUS BATUNUNGGAL -BANDUNG- Disusun oleh: Stella (10A/17) Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik mungkin.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly).

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret LCC LP3I Balikpapan 20 Maret 2017 Fotografi berasal dari kata photos yang artinya cahaya dan Graphos yang artinya melukis. Jadi Fotografi artinya melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya, tidak akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualtatif.penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di bidang ini fotografer dapat bereksperimen dengan leluasa, menciptakan fotografi seni yang

Lebih terperinci

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA Anita Iskhayati, S.Kom Apa Itu Three-Point Lighting? Three-point lighting (pencahayaan tiga titik) adalah metode standar pencahayaan yang digunakan dalam fotografi,

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Proses dalam pembuatan karya seni fotografi ini, perlu sebuah ide untuk membuat karya yang akan penulis hasilkan. Berkembangnya teknologi sebuah kamera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang objek penggambarannya bisa dilakukan pada media batu atau tembok, kertas, kanvas, dan kebanyakan pelukis memilih

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses pelaksanaan umum BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN Dalam operasional studio setiap bagian pekerjaan haruslah saling mendukung. Dalam studio ini pembagian divisi dilakukan secara mutlak atau harus

Lebih terperinci

Teknik Pengambilan Foto

Teknik Pengambilan Foto Pertemuan 9 Fotografi Teknik Pengambilan Foto ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Teknik Pengambilan Foto Camera Shot Dalam produksi video maupun film, jenis-jenis shot dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya. Ironisnya banyak produser yang sering mengabaikan bidang promosi. Promosi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan oleh Astrid (1982:120) bahwa, Semenjak peluncuran satelit

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan oleh Astrid (1982:120) bahwa, Semenjak peluncuran satelit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam bidang komunikasi sudah sampai pada tingkat modernisasi dan kecanggihan media-media komunikasi. Bangsa Indonesia termasuk salah satu Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma berpikir dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme yang memandang bahwa kehidupan sosial bukanlah sebuah realita yang natural akan tetapi hasil

Lebih terperinci

Mengenal Foto Glamour

Mengenal Foto Glamour Mengenal Foto Glamour Apa itu glamour photography? Karena tidak ada rumusan resmi, maka beberapa situs mendefinisikan fotografi glamour secara beragam. Berikut rumusan rumusan yang dapat Anda temukan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Paradigma Paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian yang bersifat Kualitatif. Metode ini adalah meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

Lebih terperinci

Oleh : Ari Bowo Sucipto

Oleh : Ari Bowo Sucipto Oleh : Ari Bowo Sucipto PENGENALAN KAMERA A. KAMERA Secara umum pengertian kamera adalah alat untuk merekam obyek, gambar, imaji melalui sebuah lubang pada lensa yang melibatkan pencahayaan disekitar obyek

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon ( dalam Moleong, 2004: 49 ), Paradigma adalah cara mendasar untuk persepsi berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya sebagai penggerak industrialisasi, iklan bukanlah sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

Fotografi Dasar. Bayu Widiantoro & Simon Dodit. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum & Komunikasi Unika Soegijapranata

Fotografi Dasar. Bayu Widiantoro & Simon Dodit. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum & Komunikasi Unika Soegijapranata Fotografi Dasar Bayu Widiantoro & Simon Dodit Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum & Komunikasi Unika Soegijapranata Mengapa perlu FOTOgrafi Sisi Positif sebuah GAMBAR Lebih dapat cepat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menentukan kebenaran atau lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: VILLA LALU PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si PAMERAN. International exhibition ISACFA

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: VILLA LALU PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si PAMERAN. International exhibition ISACFA KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: VILLA LALU PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si PAMERAN International exhibition ISACFA International Studio For Arts and Culture FSRD ALVA ISI Denpasar,

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paragdima Sebuah tontonan akan menjadi daya tarik tersendiri jika memiliki jalan cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang membanggakan. Banyak unsur yang membuat foto tampak lebih

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang membanggakan. Banyak unsur yang membuat foto tampak lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan media yang digunakan untuk mendokumentasikan suatu moment penting. Fotografi merupakan bagian dari seni dan teknologi. Bersamaan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis. Iklan Provider 3 (tri) versi jadi dewasa itu menyenangkan tapi susah dijalanin akan dibedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat dihadapkan pada banyak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Foto jurnalistik sangat penting dalam menunjang pemberitaan dalam sebuah situs media online maupun surat kabar dan media lainnya. Seorang fotografer mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa (mass communication) yaitu komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagian kebudayaan massa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu bagaimana komunikasi narsisme agnezmo direpresentasikan dalam akun instagram @Agnezmo. Maka penelitian

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman media-media studio foto. 2. Memberikan pemahaman cara kerja media-media studio foto. 3. Memberikan pemahaman efek bayangan dari media-media studio foto.

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi selalu digunakan dan mempunyai peran yang penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Pengembangan Gagasan Dalam Proses membuat karya fotografi ini, diperlukannya sebuah ide awal untuk membuat karya yang akan penulis hasilkan. Dipilihlah toy model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fotografi merupakan bahasa Yunani yang dikenalkan oleh Sir John Herschel pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Fotografi merupakan bahasa Yunani yang dikenalkan oleh Sir John Herschel pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotografi, dalam bahasa Inggris dikatakan sebagai Photography. Fotografi merupakan bahasa Yunani yang dikenalkan oleh Sir John Herschel pada tahun 1839,berdasarkan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 2 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Apakah sensasi = persepsi? Apakah sensasi = persepsi? Sensasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Di era reformasi ini pers Indonesia memang mendapat angin segar dengan kelonggaran dalam pendirian perusahaan pers, serta dihapusnya penyensoran, pembredelan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang hasil temuannya tidak berdasar pada hitung hitungan angka stastitik. 1

BAB III METODE PENELITIAN. yang hasil temuannya tidak berdasar pada hitung hitungan angka stastitik. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini karena neuristik, maksudnya adalah harus sesuai adanya non hitung, dengan wawasan seluas luasanya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang

Lebih terperinci

Bab III TEORI PENUNJANG

Bab III TEORI PENUNJANG Bab III TEORI PENUNJANG 3.1. Pengertian Fotografi Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subyek yang dapat diproyeksikan ke sebuah layer; dan penemuan sebuah medium

BAB I PENDAHULUAN. subyek yang dapat diproyeksikan ke sebuah layer; dan penemuan sebuah medium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fotografi pada dasarnya adalah kemampuan menciptakan citra dari suatu subyek yang dapat diproyeksikan ke sebuah layer; dan penemuan sebuah medium yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di tayangkan oleh stasiun tv contohnya seperti film. pada luka-luka yang dialami Yesus dalam proses penyaliban.

BAB I PENDAHULUAN. yang di tayangkan oleh stasiun tv contohnya seperti film. pada luka-luka yang dialami Yesus dalam proses penyaliban. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini minat masyarakat luas terhadap suatu hiburan begitu tinggi, di karenakan kesibukan setiap orang untuk menjalani aktivitas yang padat setiap harinya membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media sering terjadi pada proses komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media sering terjadi pada proses komunikasi massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi komunikasi berlangsung dengan sangat cepat kearah yang lebih maju. Keberlangsungan proses komunikasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu

Lebih terperinci

Siapa Saja Bisa Motret! FB:

Siapa Saja Bisa Motret! FB: 081522640424 Siapa Saja Bisa Motret! 085298002228 budiekoharto@gmail.com ppekalimantan@gmail.com FB: budihartoeko76@yahoo.com Materi sudah lengkap (aspek legal, teknis website dan penulisan, fotografi)

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN

BAB III PROSES PENCIPTAAN BAB III PROSES PENCIPTAAN 1. Metode Penciptaan Sebuah proses penggarapan fotografi diawali dari pemahaman atas persoalan atau permasalahan, dan dilanjutkan dengan menggali tentang seluk beluk yang ada

Lebih terperinci

Fotografi 2. Lighting. Pendidikan Seni Rupa UNY

Fotografi 2. Lighting. Pendidikan Seni Rupa UNY Fotografi 2 Lighting Pendidikan Seni Rupa UNY Lighting Pencahayaan merupakan unsur utama dalam fotografi. Tanpa cahaya maka fotografi tidak akan pernah ada. Cahaya dapat membentuk karakter pada sebuah

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Ritus dalam Fotografi Essay PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn PAMERAN : Pameran Seni Rupa Mask Taksu of Singapadu Bentara Budaya Bali 4 13 November

Lebih terperinci