BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dari Bab IV, maka akan. 1. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dari Bab IV, maka akan. 1. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif"

Transkripsi

1 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dari Bab IV, maka akan didukung dengan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. A. Pembahasan Analisis Deskriptif 1. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif Temuan penelitian pada variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar pada mapel produktif berada pada rentang nilai 81,10 sampai 82,99 sebanyak 41 siswa dengan presentase sebesar 23,2%. Selain itu diperoleh hasil nilai rata-rata mata pelajaran yang tertinggi ada pada mata pelajaran Simulasi Digital yakni 84,47, sedangkan nilai mata pelajaran produktif terendah ada pada mata pelajaran Teknik Listrik Dasar Otomotif sebesar 82, Efikasi Diri Pada variabel efikasi diri menunjukkan efikasi diri yang dimiliki siswa ada pada rentang skor 59 sampai 63 sebanyak 51 siswa dengan presentase sebesar 28,8%. Indikattor efikasi diri yang memiliki nilai rata-rata tertinggi ada pada indikator keyakinan diri dalam mencapai target/hasil yang diharapkan sebesar 3,37, sedangkan nilai rata-rata indikator paling rendah terdapat pada indikator keyakinan diri dalam mengatasi masalah yang muncul sebesar 3,11. 88

2 89 3. Nilai Praktik Kerja Lapangan Pada variabel nilai PKL didapatkan hasil nilai PKL paling tinggi ada pada rentang nilai 83,00 sampai 84,99 sebanyak 41 siswa dengan presentase sebesar 23,1%. Nilai rata-rata tertinggi ada pada aspek non teknis yakni sebesar 83,01, sedangkan rata-rata nilai aspek teknik sebesar 81, Kesiapan Kerja Pada variabel kesiapan kerja menunjukkan hasil tertinggi ada pada rentang skor 80 sampai 83 sebanyak 52 siswa dengan presentase sebesar 29,3%. Indikator kesiapan kerja yang memiliki nilai rata-rata tertinggi ada pada indikator mental dan psikologis sebesar 3,29, sedangkan nilai rata-rata indikator paling rendah terdapat pada indikator keterampilan sebesar 3,11. B. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Proses belajar mapel produktif yang diukur dengan melakukan penilaian mampu memberikan pengaruh terhadap proses PKL yang dilakukan siswa. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 12,81%. Didikung oleh penelitian Anita (2015), Maala (2017), dan Ramadhan (2015) bahwa penguasaan mata diklat produktif memberikan kontribusi signifikan terhadap keberhasilan PKL. Pada penelitian Sutrisno (2016), Setiawati (2015) dan Narwoto (2013) hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktif

3 90 dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dari penguasaan metode mengajar guru, media pembelajaran (sarana dan prasarna) yang digunakan guru, motivasi belajar, disiplin belajar dan dukungan orang tua baik. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif didapatkan siswa setelah menempuh pendidikan di sekolah. Hal-hal yang diajarkan mencakup teori kejuruan maupun praktik pada bidang kejurauan siswa. Mata pelajaran produktif SMK pada paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) ada pada kelompok C1 Dasar Bidang Keahlian terdapat satu mata pelajaran produktif yakni Gambar Teknik, pada C2 Dasar Program Keahlian yang terdiri dari empat mata pelajaran, yakni: Teknologi Dasar Otomotif, Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif, Teknik Listrik Dasar Otomotif dan Simulasi Digital, sedangkan untuk kelompok C3 Paket Keahlian yang terdiri dari tiga mata pelajaran, yaitu: Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan, Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan, dan Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan. (Permendikbud RI No. 70 Tahun 2013). Pada penelitian ini, pengambilan variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif diambil pada mata pelajaran produktif yang telah didapatkan siswa selama kelas X, yakni Gambar Teknik (Gamtek), Simulasi Digital (Simdig), Teknologi Dasar Otomotif (TDO), Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO), dan Teknik Listrik Dasar Otomotif (TLDO). Untuk mata pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan, Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga, serta Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan tidak diambil sebagai data penelitian karena pengajaran ketiga mapel tersebut belum tuntas diberikan pada siswa yang melaksanakan PKL di semester ganjil. Sebagai informasi sampel penelitian adalah siswa kelas XI yang telah melaksanakan PKL di semester ganjil 2016/2017.

4 91 Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar di sekolah siswa mendapat penilaian dalam tiga aspek, yakni: aspek kognitif, afektif serta aspek psikomotorik sesuai dengan Pemendikbud Tahun 2006 Nomor 22 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Aspek konitif merupakan penguasaan pengetahuan yang telah diterima di sekolah. Aspek afektif merupakan kemampuan sikap yang di dalamnya meliputi minat/ keinginan/ kesadaran siswa. sedangkan aspek psikomotorik merupakan ranah keterampilan siswa dalam praktik. Ketiga aspek baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang didapat di sekolah nantinya akan mereka gunakan sebagai bekal ilmu ketika siswa tersebut melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Industri. Aspek kognitif dan psikomotorik yang dipelajari siswa selama di sekolah secara terori maupun praktik nantinya akan diaplikasikan pada saat Praktik Kerja Lapangan berlangsung. Dengan dimilikinya bekal ilmu pengetahuan produktif dan ditunjang dengan keterampilan yang dipelajari saat siswa di sekolah diharapkan mampu membantu siswa dalam mengerjakan pekerjaan saat pelaksanan PKL. Aspek afektif juga memiliki pengaruh yang sangat besar saat siswa harus berinteraksi dengan lingkungan kerja saat PKL. Aspek afektif akan sangat berpengaruh pada soft skill dan sikap siswa saat berada di Industri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik/tinggi nilai mata pelajaran produktif yang didapatkan siswa di sekolah, maka akan semakin tinggi pula nilai Praktik Kerja Lapangan yang didapatkan. C. Kontribusi Efikasi Diri terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan Analisi data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara efikasi diri terhadap nilai

5 92 Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 3,57%. Efikasi diri pada siswa akan memicu nilai praktik kerja lapangan. Diharapkan jika siswa memiliki keyakinan diri yang tinggi dalam menghadapi berbagai persoalan maka akan dapat mengerahkan berbagai upaya dalam menghadapi persoalan (Permatasari, 2010). Dalam penelitian Santrock (2009) dan Lifiatno (2012) siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan akan menghadapi tugas/pekerjaan dengan keinginan yang besar. Senada dengan penelitian Naqiyah (2009) individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menganggap tugas/pekerjaan yang rumit menjadi tantangan dan terpacu untuk memecahkannya. Efikasi diri yang tinggi akan memiliki kecenderungan menyelesaikan masalah/kesulitan dengan perasaan tenang, yang akan berpengaruh pada saat siswa menghadapi Praktik Kerja Lapangan. Saat pelaksanaan PKL siswa akan dihadapkan dengan berbagai pesoalan-persoalan yang muncul seperti penyelesaian tugas-tugas yang rumit, target yang telah ditentukan dan sebagainya. Jika siswa yakin dan mampu menghadapai berbagai persoalan di tempat kerja saat PKL maka besar kemungkian akan mudah memperoleh nilai yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai Praktik Kerja Lapangan yang didapatkan. D. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif dan Efikasi Diri terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan Berdasarkan hasil analisis kontribusi nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan secara simultan

6 93 didapatkan hasil kontribusi sebesar 22,5%. Sedangkan kontribusi variabel lain di luar penelitian sebesar 77,5%. Lebih besarnya kontribusi variabel lain di luar variabel yang diteliti dikarenakan banyaknya faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel nilai PKL. Faktor-faktor lain tersebut bisa berfungsi sebagai faktor pendukung maupun faktor penghambat pelaksanaan PKL yang nantinya mempengaruhi nilai PKL siswa. Beberapa faktor pendukung diantaranya adalah: sumber daya manuasi yang ada, fasilitas yang digunakan, komunikasi yang dibangun dan sikap pelaksana (Nurharjadmo, 2008). Faktor sumber daya manusia mendukung lancarnya program PKL, khususnya guru-guru yang mengajar mapel produktif di SMK. Disamping itu, juga dalam penentuan industri pasangan, diharapkan jika instritusi pasangan PKL baik, maka akan diperoleh instruktur yang berkeahlian dan memiliki standar kemampuan mendidik yang baik. Selain SDM yang baik, fasilitas baik di sekolah maupun di tempat industri harus cukup maju. Jika peralatan di sekolah cukup lebih sederhana, maka dengan program PKL tersebut siswa diharapkan bisa menggunakan peralatan-peralatan yang lebih lengkap selama praktik di industri. Dari segi komunikasi, baik komunikasi antara sekolah dengan siswa maupun antara sekolah dengan pihak industri pasangan. Komunikasi antara sekolah dengan siswa seperti: sosialisasi program PKL, kurikulum PKL, berbagai aturan selama PKL berlangsung, yang nantinya akan menumbuhkan pemahaman siswa tentang manfaat dari program PKL. Komunikasi antara sekolah dengan industri pasangan, seperti: perjanjian kerja sama, pembekalan siswa yang akan melakukan PKL, saat pembimbingan hingga penilaian PKL. Dari segi sikap pelaksana dan sasaran program, baik sekolah maupun institusi pasangan. Komitmen dari kedua pihak agar

7 94 tercapainya program PKL harus dijunjung tinggi, sehingga proses PKL dapat menjadi wadah bagi siswa secara senyatanya dalam meningkatkan keterampilannya. Faktor-faktor penghambat PKL juga akan mempengaruhi nilai PKL siswa. faktor penghambat tersebut diantaranya: keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah serta hambatan yang bersumber dari siswa (Nurharjadmo, 2008). Faktor keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah menyebabkan siswa harus membayar biaya tambahan ketika PKL, sedangkan hambatan yang bersumber dari siswa seperti kurangnya keseriusan siswa saat melaksanakan program PKL. Siswa menganggap PKL sebagai formalitas belaka dan menganggap PKL suatu hal yang dilakukan dengan santai sehingga menyebabkan mereka sering bolos dan tidak memperhatikan selama program PKL. Ditunjang penelitian dari Putriatama (2016) seperti kurangnya koordinasi antara pihak industri dan sekolah sehingga pelaksanaan PKL belum memiliki pedoman yang jelas sampai mana kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, tempat PKL yang kurang sesuai sehingga siswa hanya memiliki sedikit pengalaman kerja yang berhubungan dengan kompetensinya dan minimnya bimbingan baik dari guru maupun pihak industru sehingga jika terjadi permasalahan di industri saat kegiatan PKL menjadikan siswa malas untuk menyelesaikannya. Selain banyak faktor yang mempengaruhi nilai PKL pengambilan data nilai hasil belajar mapel produktif yang diambil dari nilai rapot serta efikasi diri yang diambil dari hasil angket siswa masih belum sepenuhnya menunjukkan hal sebenarnya dari yang diteliti. Nilai rapot siswa yang merupakan gabungan dari banyak nilai ditunjang adanya sisten Standar Kompetensi Minimum (SKM) yang

8 95 harus dipenuhi siswa membuat data yang diambil belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu pengambilan data efikasi diri yang menggunakan angket dimungkinkan siswa tidak mengisi angket dengan keadaan siswa yang sebenarnya. Variabel nilai praktik kerja lapangan (PKL) sendiri dipengaruhi oleh variabel nilai hasil belajar mata pelajaran dan variabel efikasi diri. Hipotesis tersebut didapatkan dari kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Hubungan langsung antara variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dengan nilai praktik kerja lapangan didasarkan pada teori Pratomo (2014) dan Ramadhan (2015) pada bab dua, serta penelitian dari Anita (2015) Malaa (2017) dan Ramadhan (2015) pada point B. Hubungan langsung antara efikasi diri dan nilai hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) didasarkan pada teori Permatasari (2010), Santrock (2009), dan Lifiatno (2012) serta Naqiyah (2009) seperti yang dipaparkan pada point C. Dari hasil penelitian serta analisis yang didukung dari penelitianpenelitian terdahulu sehingga dapat disimpulkan bahwa smakin tinggi nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri, maka akan tinggi kesiapan kerja yang didapatkan. E. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif terhadap Kesiapan Kerja Analisis data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah

9 96 sebesar 10,42%. Hal tersebut didukung oleh penelitian dari Baiti (2014) bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara prestasi belajar dasar kejuruan terhadap kesiapan kerja siswa SMK sebesar 9%. Pada penelitian lain, Pratiwi (2016) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh prestasi belajar produktif terhadap kesiapan kerja siswa di SMK sebesar 44,9%. Hal senada didapatkan dari hasil penelitian Lestari (2015) bahwa terhadap pengaruh yang positif dan signifikan pengalaman PKL, hasil belajar mata diklat produktif dan dukungan sosial keluarga terhadap kesiapan kerja dengan koefisien determinasi sebesar 32,7%. Ditegaskan pula dari penelitian Mu ayati (2014) yang menunjukkan bahwa penguasaan mata diklat produktif berpengaruh sebesar 8,70% terhadap kesiapan kerja. Selanjutnya penelitian dari Margunani (2012) menunjukkan bahwa ada pengaruh penguasaan mata diklat produktif terhadap kesiapan kerja siswa sebesar 18,15%. Pebedaan kesiapan kerja yang dimiliki setiap individu dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti: 1) prestai, 2) keterampilan, dan 3) kecakapan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kecakapan seorang individu yaitu: 1) faktor kelahiran (herediter), 2) pengalaman interaksi dengan lingkungannya antara lain melalui proses belajar, 3) bakat yang bergantung pada individu yang bersangkutan (Makmun, 2009:61). Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah prestasi, dimana di dalamnya mencakup prestasi belajar. Prestasi belajar dapat diukur dengan melakukan penilaian hasil belajar yang telah dipelajari oleh individu selama di sekolah. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif mencerminkan sejauh mana kemajuan siswa dalam menyerap pembelajaran khususnya pembelajaran produktif paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Penilaian hasil belajar mata pelajaran

10 97 produktif dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes formatif dan tes sumatif. Pada penelitian ini data nilai hasil belajar mata pelajaran produktif TKR diambil dari rata-rata nilai total tiap mapel produktif yang ada di rapot siswa. Nilai hasil belajar yang tinggi dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika prestasi dari aspek-aspek tersebut baik maka kesiapan kerja siswa juga akan meningkat. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif yang didapatkan siswa selama di sekolah mampu membuat siswa menjadi individu yang siap kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai Praktik Kerja Lapangan yang didapatkan. F. Kontribusi Efikasi Diri terhadap Kesiapan Kerja Analisi data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara efikasi diri terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 1,72%. Penelitian yang dilakukan Kuniawati (2016) didapatkan hasil bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap kesiapan kerja. Didukung penelitian dari Yuwanto (2014), memaparkan bahwa ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kesiapan kerja sebesar 35,7%. Salah satu kemapuan yang harus dimiliki calon pencari kerja adalah kemampuan atau kesiapan mental. Individu yang mempunyai kematangan mental yang baik akan dapat membangkitkan kepercayaan diri (self efficacy) atau keyakinan diri dalam menghadapi lingkungan baru dimana insividu tersebut akan bekerja. Hasil penelitian dari Vouri (2005) menyatakan bahwa untuk memperoleh perubahan perilaku di masa depan maka perlu adanya keterampilan dan efikasi diri.

11 98 Diharapkan dengan individu tersebut memiliki keterampilan dan efikasi diri yang baik akan memperoleh hasil yang baik dalam berperilaku menghadapi dunia kerja. Dalam usahanya untuk menghadapi kerja seringkali mendapatkan kesulitan dan hambatan. Maka dari itu untuk dapat berbagai macam hambatan yang akan ditemuinya maka dibutuhanlah efikasi diri. Di dalam dunia kerja, individu harus dapat mengemban kehidupan keras serta tanggung jawab yang berbeda degan saat di dunia akademik. Dengan individu memiliki efikasi diri maka mampu memberikan pijakan untuk mengevaluasi dirinya agar mampu menghadapi tuntutan pekerjaan dan persaingan secara dinamis. Efikasi diri didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui beberapa kombinasi dari empat sumber, yaitu: pengalaman-pengalaman tentang penguasaan, pemodelan sosial, persuasi sosial, kondisi fisik dan emosi. Pengalamanpengalaman tentang penguasaan terkait dengan performa atau kinerja yang sudah dilakukan siswa di masa lalu, pengalaman yang diperoleh siswa akan membentuk mental siswa dalam menghadapi suatu hal sehingga siswa dapat kesulitan maupun hambatan sesuai pengalaman yang dilalui, selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013). Pemodelan sosial didapatkan siswa dari orang lain baik lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah. Pada pemodelan sosial siswa meniru tindakan melalui hasil pengamatan yang nantinya akan membantu siswa dalam memperoleh kesiapan kerja. Efikasi diri juga didapat dari persuasi sosial. Persuasi sosial diakibatkan dari interaksi dan komunikasi siswa dengan lingkungan sosialnya yang akan mempengaruhi pemikiran siswa terhadap bidang kerja yang akan digelutinya. Persuasi sosial didapatkan dari saran maupun nasihat yang diperoleh dari orang lain. Ditunjang dengan kondidi fisik maupun emosi, siswa

12 99 yang mampu mengatur emosinya dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya akan dibutuhkan di dunia kerja sehingga dapat memiliki efikasi diri yang baik. Kepemilikan efikasi diri pada individu diharapkan dapat meningkatkan kesanggupan siswa untuk bekerja dan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Efikasi diri menunjukkan terimplementasikannya proses belajar yang telah dijalani oleh siswa melalui perubahan tingkah laku yang dapat membentuk kesiapan kerja (Trisnawati, 2017). Dari hasil penelitian serta analisis yang didukung dari penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai kesiapan kerja yang didapatkan. G. Kontribusi Nilai Praktik Kerja Lapangan terhadap Kesiapan Kerja Analisi data yang dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan secara langsung antara nilai Praktik Kerja Lapangan terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. Nilai kontribusi yang dihasilkan adalah sebesar 19,89%. Didukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Valid (2013) menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pengalaman PKL terhadap kesiapan kerja siswa. senada dengan penelitian dari Muyasaroh (2013), Arifin (2014), Putriatama (2016) dan Pratiwi (2016) menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pengalaman PKL terhadap kesiapan kerja. Dikuatkan pula oleh penelitian Oktavia (2014) didapatkan hasil bahwa PKL memberikan kontribusi sebesar 22,15% terhadap kesiapan kerja. Hal ini disebabkan karena siswa mampu memperoleh ilmu pengetahuan yang baik di tempat di PKL.

13 100 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di SMK rata-rata dilaksanakan pada saat siswa kelas XI. Dilaksanakan dalam dua tahap, yakni gelombang pertama berangkat pada semsester ganjil dan gelombang kedua berangkat pada semester genap. Penelitian ini mengambil sampel pada siswa kelas XI yang melakukan PKL pada gelombang pertama yakni pada semester ganjil 2016/2017. Sebelum pelaksanaan PKL sendiri siswa mendapatkan bimbingan dan pengarahan oleh pihak sekolah. Penilaian terhadap siswa selama melaksanakan pekerjaan di dunia usaha/industri sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pihak industri. Aspek yang dinilai berupa aspek non teknis yang meliputi kedisiplinan, tanggung jawab, kreativitas, kemandirian, maupun etos kerja. Sedangkan aspek teknis yang meliputi tingkat penguasaaan ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Menurut Kurikulum SMK Pedoman Pelaksanaan penilaian menjadi wewenang penuh pihak industri selama pelaksanaan PKL. Sekolah hanya menerima hasil penilaian dari industri untuk dikonversikan terhadap mata pelajaran terkait. Pada akhir praktek kerja industri, siswa akan memperoleh hasil yang berbentuk nilai prestasi. Prestasi tersebut digunakan untuk mengakui kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari hasil pengembangan di lapangan. Hasil yang diperoleh siswa akan ditunjukkan dalam bentuk sertifikat. Dalam sertifikat ada tanda/surat keterangan (pernyataan tertulis) atau tercetak dari orang yang berwenang (DU/DI) yang dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian (prestasi yang diperoleh siswa dalam praktik kerja industri). Angka yang tertera pada sertifikat yang diperoleh siswa merupakan hasil penilaian yang dilakukan dunia industri (Instruktur di dunia usaha/dunia industri), dengan aspek yang dinilai adalah

14 101 sebagai berikut : a) Aspek teknis adalah tingkat penguasaan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya (kemampuan produktif), b) Aspek non teknis adalah menilai sikap dan perilaku siswa selama di dunia usaha dan dunia industri yang menyangkut antara lain: kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan sopan santun. Pengalaman yang didapat siswa selama melakukan PKL di Industri akan memiliki dampak yang positif pada kesiapan kerjanya. Saat persiapan PKL, siswa akan diberikan bekal keilmuan maupun gambaran pekerjaan yang akan dilakukan saat PKL. Saat program PKL berlangsung siswa dapat menerapkan bekal ilmu yang diberikan saat di sekolah serta dapat mengukur sejauh mana kemampuan, baik ilmu keterampilan maupun sikap yang dimilikinya. Sehingga saat siswa yang telah mengikuti program PKL akan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang dunia kerja yang sesungguhnya. Pengalaman PKL yang diterima siswa selama berada di Industri pasti akan mempengaruhi kesiapan kerjanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai PKL yang dimiliki siswa, maka akan semakin tinggi nilai kesiapan kerja yang didapatkan. H. Kontribusi Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif, Efikasi Diri dan Nilai Praktik Kerja Lapangan terhadap Kesiapan Kerja Berdasarkan hasil analisis kontribusi nilai hasil belajar mata pelajaran produktif, efikasi diri dan nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan secara simultan didapatkan hasil kontribusi sebesar 52,7%. Sedangkan pengaruh variabel lain di luar penelitian sebesar 47,3 %. Kontribusi lain diluar variabel yang diteliti bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: fisik, mental, emosi, pengetahuan, wawasan, kecerdasan, bakat,

15 102 minat, motivasi belajar, latar belakang ekonomi keluarga, bimbingan vokasional, informasi pekerjaan yang didapat siswa serta keaktifan berorganisasi siswa, dukungan sosial keluarga (Sari, 2012; Farida, 2012; Karina, 2012; Krisnamurti, 2017, Lestari, 2015). Selain banyak faktor pengambilan data nilai hasil belajar mapel produktif, efikasi diri serta nilai PKL yang diambil masih belum sepenuhnya menunjukkan hal sebenarnya dari yang diteliti. Nilai PKL siswa yang merupakan penilaian dari industri pasangan masih belum menunjukkan kemampun sebenarnya yang didapat siswa selama proses PKL. Yang terjadi di lapangan penilaian PKL dari industri masih belum mengevaluasi keseluruhan kemampuan siswa baik evaluasi materi maupun evaluasi keterampilan praktik. Pembahasan nilai hasil belajar mapel produktif dan efikasi diri sama seperti pembahasan pada point D. Variabel kesiapan kerja dipengaruhi oleh variabel nilai hasil belajar mata pelajaran, variabel efikasi diri dan nilai praktik kerja lapangan. Hipotesis tersebut didapatkan dari kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Hubungan langsung antara variabel nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dengan kesiapan kerja didasarkan pada penelitian Makmun (2009), Baiti (2014), Pratiwi (2016), Lestari (2015), Mu ayati (2014) dan Margunami (2012) pada point E. Hubungan langsung antara efikasi diri dan kesiapan kerja didasarkan pada teori Vouri (2005), Trisnawati (2017), Utami (2013), Kurniawati (2016) dan Yuwanto (2014) seperti yang dipaparkan pada point F. Hubungan langsung antara variabel nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan kesiapan kerja didasarkan pada penelitian Valid (2013), Musyaroh (2013), Oktavia (2014), Arifin (2015 dan Pratiwi (2016) pada point G.

16 103 Ditunjang penelitian Muktiani (2014) dan Baiti (2014) yang menyatakan bahwa PKL dan prestasi mata pelajaran produktif berpengaruh secara simultan terhadap kesiapan kerja sebesar. Nilai hasil belajar mapel produktif didapat dari prestasi belajar selama di sekolah memiliki peran penting dalam membangun kesiapan kerja siswa. prestasi belajar mapel produktif dijadikan bekal siswa untu bekerja. Dengan penguasaan materi maupun praktik mapel produktif yang baik akan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk bekerja setelah lulus. Selain itu bekal ilmu baik teoritis maupun praktik yang diberikan oleh guru selama di sekolah dapat mendukung kegiatan PKL siswa di Industri. Dengan hasil belajar mapel produktif yang baik maka PKL yang diadakan akan berjalan dengan lancar. Program PKL di industri akan memberikan gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya sehingga akan mendorong kesiapan kerja siswa setelah lulus. Temuan ini mengindikasikan bahwa dalam upaya meningkatkan kesiapan kerja siswa maka pembelajaran mapel produktif, efikasi diri dan pengalaman PKL harus lebih diintensifkan. Dengan demikian pembelajaran mapel produktif yang yang dilihat dari nilai hasil belajar mapel produktif, efikasi diri dan pengalaman PKL yang dilihat dari nilai PKL akan memberikan pengaruh positif secara simultan dalam pembentukan kesiapan kerja siswa. Berpijak pada besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel, pengalaman PKL yang dilihat dari perolehan nilai PKL memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan nilai hasil belajar mapel produktif dan efikasi diri terhadap kesiapan kerja siswa SMK paket keahlian TKR di Kota Malang. Artinya, perolehan besarnya nilai PKL yang menunjukkan seberapa besar

17 104 pengalaman yang didapat siswa saat PKL menentukan naik turunnya kesiapan kerja siswa SMK paket keahlian TKR di Kota Malang.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi manusia adalah dengan pendidikan. Pendidikan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi manusia adalah dengan pendidikan. Pendidikan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menumbuh kembangkan potensi manusia adalah dengan pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif 1. Konsep Belajar Pada dasarnya belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pelajaran 2016/2017. Terdapat empat variabel yang dideskripsikan dalam penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. pelajaran 2016/2017. Terdapat empat variabel yang dideskripsikan dalam penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) di Kota Malang. Subjek Penelitiannya adalah siswa kelas

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. sebelmnya, maka diperoleh kesimpula sebagai berikut: 1. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif memiliki kontribusi yang

BAB VI PENUTUP. sebelmnya, maka diperoleh kesimpula sebagai berikut: 1. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif memiliki kontribusi yang BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis data dan pembahasan pada bab sebelmnya, maka diperoleh kesimpula sebagai berikut: 1. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembangunan nasional. Penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan

Lebih terperinci

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh melalui lembaga pendidikan formal dan non formal. Hal ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini salah satu tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia adalah menyongsong era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi disetiap bidang.

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF 178 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF Eki Nuryana 1, Inu H. Kusumah 2, Ridwan A. M. Noor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan dan masa depan suatu negara, tanpa pendidikan yang baik mustahil suatu negara akan maju. Berhasil atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hekekatnya untuk membangun suatu Negara dibutuhkan individu individu yang

BAB I PENDAHULUAN. hekekatnya untuk membangun suatu Negara dibutuhkan individu individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang, saat ini berada pada masa pembangunan. Pembangunan ini meliputi segala bidang, baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan memberikan peningkatan kualitas dalam persaingan di dunia kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini giat membangun segala sektor pembangunan khususnya sektor industri. Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat ditambah dengan arus globalisasi menimbulkan perubahan-perubahan di segala bidang kehidupan. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional adalah bentuk pembangunan nasional yang berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia usaha/industri (DU/DI). Hal ini dilatarbelakangi oleh Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia usaha/industri (DU/DI). Hal ini dilatarbelakangi oleh Peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), lembaga pendidikan dituntut agar mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yaitu memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan tersedianya tenaga kerja yang berkualitas terutama dibidang teknologi dan industri, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Afif Miftah Amrullah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Afif Miftah Amrullah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan mengakibatkan peningkatan kualitas dalam persaingan di dunia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRAC... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRAC... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i ABSTRAC... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar mampu memilih karir, berkompetisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas individu yang mempunyai kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah. Salah satunya yaitu tentang kualitas pendidikan, yang saat ini menggunakan prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada sekarang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan administrasi dan organisasi Prakerin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dan berguna bagi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sengaja atau terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan era globalisasi saat ini, menuntut sumber daya manusia memiliki kualitas yang baik agar mampu bersaing dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah penduduk di Indonesia,masih banyak yang kurang berkualitas. Hal ini dilihat dari peringkat daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan tenaga-tenaga terampil, disiplin, kreatif, produktif serta berkompeten di bidangnya masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif Di Smk

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif Di Smk A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Meningkatnya jumlah penduduk, serta lapangan pekerjaan yang makin sedikit, menyebabkan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat membantu peserta didik dalam usaha mengembangkan

Lebih terperinci

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan merupakan usaha sadar bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaan berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan industri suatu bangsa bisa dikatakan sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kerja terampil yang terlibat langsung dalam proses produksi, disampaikan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SKRIPSI Oleh: SITI ROHANA NIM. K4304006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara kita yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya pemerintah untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah salah satu lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK 45 HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK Eka A. Saefudin 1, Iwa Kuntadi 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 131 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS aspek perilaku yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan yang mempunyai tugas mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja guna

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 233 HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN Muhamad Abdul Aziz 1, Ewo Tarmedi 2, Sunarto H. Untung 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

EKSPLORASI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN

EKSPLORASI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN 174 EKSPLORASI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN Henro N. M. Faizal 1, Wowo S. Kuswana 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber daya yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia merupakan syarat untuk mencapai pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum SMK edisi 2004 juga menjelaskan tujuan SMK antara lain: melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum SMK edisi 2004 juga menjelaskan tujuan SMK antara lain: melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan fomal untuk menghasilkan SDM yang siap terjun ke dunia kerja baik usaha maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, berbagai macam pembaharuan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa perubahan yang luas dan mendasar dalam semua aspek masyarakat. Perubahan yang berlangsung cepat menyeluruh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa atau peserta didik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), lembaga pendidikan harus dapat menciptakan sumber daya manusia yang tanggguh dan berkualitas yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Link and match adalah kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Lebih terperinci

STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK

STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK 1 STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK Aap Pandriana 1, Nana Sumarna 2, Ridwan A.M. Noor 3 Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK 173 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Afif M. Amrullah 1, Yayat 2, Iwa Kuntadi 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga formal yang mengutamakan pada bidang keahlian untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan suatu negara tidak dapat terlepas dari maju dan berkembangnya pembangunan, pendidikan memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu negara. Proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung maupun tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu pendidikan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas. (SDM). Salah satu SDM yang diharapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas. (SDM). Salah satu SDM yang diharapkan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu SDM yang diharapkan adalah memiliki keahlian dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa, menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat, termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan pasar bebas, perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat, perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci