SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DAN RESPON KLB ( PHEIC ) (Pada Pelaksanaan Ibadah Haji) Budi Santosa, SKM.MKKK KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA
|
|
- Verawati Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DAN RESPON KLB ( PHEIC ) (Pada Pelaksanaan Ibadah Haji) Budi Santosa, SKM.MKKK KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA
2 OUTLINE PERATURAN PRUNDANGAN Tugas Pokok dan Fungsi KKP SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN HAJI DAN RESPON KLB (PHEIC ) KESIAPAN BANDARA JUANDA
3 PERATURAN PERUNDANGAN 1. UU No 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut 2. UU No 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara 3. UU No 4 tahun 1984 tentang Wabah 4. UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran 5. UU No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji 6. UU No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan 7. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 8. PP No 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan 9. Permenkes No 356 / 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja KKP 10. Permenkes No.15 tahun 2016 tentang Istitoah Kes Jamaah haji 11. Permenkes No 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
4 11. Permenkes No,15 tahun 2016 tentang Istitoah Kesehatan 12. Permenkes No 131/ Menkes/Per/lll/l984 tentang Pengamanan Kesehatan Perjalanan Peserta Umrah 13. raturpermenkes No 131/ Menkes/Per/lll/l984 Kesehatan Perjalanan Peserta Umrah tentang Pengamanan 14. Permenkes No 131/ Menkes/Per/lll/l984 tentang Pengamanan Kesehatan Perjalanan Peserta Umrah 15. Keputusan Menkes No 4241Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam Rangka Karantina Kesehatan 16. Instruksi Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan No.HK.07.01/D111.4/217/2008 tentang Pemberlakuan Kartu ICV baru 17. Instruksi Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang telah menerbitkan Prosedur Tetap Nomor HK d/Ll.4/220/2009 Tentang Vakslnasl Meningitis Meningokokus dan Penerbitan International Certificate Of Vaccination (ICV) bagi Jemaah Ibadah Umroh
5 Surat Edaran Dirjen PP dan PL, No: PM.01.02/D/II.1/1335/2013 tanggal 24 Juni 2013 kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah tentang peningkatan kewaspadaan terhadap MERS CoV bagi jemaah haji. Surat Dirjen PP dan PL, No: IR.02.02/D/III.3/444/2014 kepada Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Indonesia (AMPHURI) dan Asosiasi Muslim Penyelenggara Umrah dan Haji (AMPUH) tentang kewaspadaan MERS CoV termasuk upaya pencegahan bagi jemaah haji dan umrah.
6 Dasar Penyelenggaraan Kesehatan Haji UU No. 13 Tahun 2008 Bab III Pasal 6 Bab VIII Pasal 31
7 Posisi Kesehatan Haji PASAL 47 Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan Kesehatan Haji PASAL 48 Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan: a. pelayanan kesehatan; b. pelayanan kesehatan tradisional; c. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit;... m. Kesehatan Matra...
8 Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan (peran Puskesmas, Din Kes Kab/Kota dan Provinsi) Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di tanah air (peran TKHI/PPIH) Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji (peran TKHI, PPIH, Embarkasi/Debarkasi) Sehat Fisik dan Jiwa
9 TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA
10 TUGAS TUGAS KKP Bidang Pengendalian Kekarantinaan & Surveilans Epidemiologi Permenkes No 356 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP Penyiapan bahan perencanaan, Pemantauan, Evaluasi, Penyusunan laporan dan Koordinasi pelaksanaan kekarantinaan, Surveilans Epidemiologi penyakit, penyakit menular potensial wabah, penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, Pengawasan Alat Angkut dan muatannya, -Pengawasan lalu lintas OMKABA, Jejaring teknis bidang kekarantinaan
11 Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan Melaksanakan perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan di Bid. Pengendalian Vektor dan binatang penular penyakit Pembinaan sanitasi lingkungan Jejaring Kerja dan Kemitraan Kajian dan pengembangan teknologi Pendidikan dan Pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara
12 Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan Koordinasi pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk, penanggulangan bencana Vaksinasi Internasional Pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi Pelatihan teknis bidang upaya kesehatan di wilayah kerja bandara pelabuhan dan lintas batas negara
13 Surveilans Epidemiologi Kesehatan Haji
14 TUJUAN Mencegah keluar dan masuknya penyakit menular yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri yang mungkin terbawa oleh calon/ jemaah haji ke Indonesia Mengetahui distribusi penyakit, kematian menurut waktu dan tempat serta faktor risiko yang terdapat pada calon/ jamaah haji Indonesia
15 KEGIATAN 1.Pengumpulan, pengolahan, analisis dan disiminasi/informasi data Sejak calon jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan di daerah asal, diperjalanan, selama di Arab Saudi dan setelah kembali dari Arab Saudi sampai ke daerah asal selama 14 hari. 2.Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat Di Arab Saudi, di embarkasi/ debarkasi haji dan sekembalinya dari Arab Saudi. 3.Sumber data SE kesehatan haji meliputi : Hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji di puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/ kota, laboratorium, rumah sakit dan unitunit rujukan lainnya baik di Indonesia maupun di Arab Saudi. SE dilakukan melalui jejaring surveilans kesehatan haji (net working) sejak di tanah air sampai dengan di Arab Saudi. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau informasi, dilakukan dengan menggunakan fasilitas sistem komputerisasi haji terpadu (Siskohat) bidang kesehatan di Arab Saudi, pusat, embarkasi/ debarkasi haji dan dinas kesehatan provinsi/ kesehatan kota (kab)
16 KEGIATAN 4. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau informasi di puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota dan dinas kesehatan provinsi yang belum tersedia jaringan Siskohat bidang kesehatan dilakukan dengan mengirim laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-sama petugas puskesmas melaksanakan SE paska haji dengan mengamati kondisi kesehatan jemaah haji secara pasif dan aktif. SE secara pasif adalah Petugas puskesmas menunggu jemaah haji mengirimkan K3JH setelah 14 hari setibanya di daerah asal ke Puskesmas pemeriksaan awal/ terdekat. SE secara aktif adalah petugas puskesmas mengunjungi ke rumah jemaah haji untuk mengetahui kondisi kesehatannya apabila setelah 14 hari jemaah haji tidak mengirimkan K3JH. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bertanggung jawab mengkoordinasikan pelaksanaan SE yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Pembiayaan SE kesehatan haji di Arab Saudi bersumber pada biaya PPIH di Arab Saudi.
17 SASARAN Sasaran SE meliputi : Penyakit menular sesuai dengan ketentuan Undang-undang Karantina, Undang-undang Wabah Penyakit Menular, International Health Regulation (IHR) Penyakit tidak menular Keracunan Kesehatan lingkungan.
18
19 Bagan Tahapan Pemeriksaan dan Pembinaan Tahapan Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama Puskesmas/ Rumah Sakit RISTI NON RISTI Pembinaan Masa Tunggu Kabupaten/ Kota Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Dengan Pendampingan TidakMemenuhi Syarat Sementara Tidak Memenuhi Syarat Pembinaan Masa Keberangkatan Embarkasi Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga Laik Terbang Tidak Laik Terbang
20 Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmas dan/atau rumah sakit pada saat jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk mendapatkan nomor porsi. Pemeriksaan kesehatan tahap pertama dilakukan sesuai standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar; 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang 4. Penilaian kebugaran Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama ditetapkan status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi atau tidak Risiko Tinggi.
21 Identitas Jemaah: Nama dgn bin/binti, Tempat/Tanggal Lahir Alamat tinggal (domisili), Pekerjaan, Pendidikan, Status perkawinan Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang ( penyakit menular ttt, PTM/disabilitas) Riwayat Penyakit Dahulu (pykt yg pernah diderita, operasi yg pernah dijalani), ditulis secara kronologis. Riwayat Penyakit Keluarga (berhubungan secara genetik)
22 Pemeriksaan fisik : Tanda vital ( TD, Nadi, Pernapasan, Suhu ) Postur tubuh (TB, BB, IMT) Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, THT Paru/Toraks (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) Kardiovaskuler (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi) Abdomen (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi) Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks Pemeriksaan Kesehatan Jiwa: Instrumen sederhana gangguan jiwa, Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa, atau Protap anjuran dari Profesi.
23 Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium: Atas Indikasi (kadar gula darah, kolesterol, lipid, ureum creatinin), Faktor Risiko PTM. EKG dan Ro Dada : atas indikasi Pemeriksaan Kebugaran: Gunakan metode yang sesuai.
24 Formulir I SURAT KETERANGAN HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN JEMAAH HAJI Nomor:... Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Telah melakukan Pemeriksaan Kesehatan kepada Jemaah Haji di bawah ini: Nama : Bin/Binti : Umur : Nomor Porsi : Pekerjaan : Alamat : Menyatakan bahwa Jemaah tersebut di atas didiagnosis sebagai: Sehingga, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji Menyatakan bahwa Status Kesehatan Jemaah Haji tersebut (Risiko Tinggi/Tidak Risiko Tinggi)* untuk ditindaklanjuti dengan Pembinaan Kesehatan Haji Stempel/Cap Puskesmas/RS *) Coret yang tidak perlu Dokter Pemeriksa Tahap Pertama
25 Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua Pemeriksaan Kesehatan tahap kedua dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmas dan/atau rumah sakit pada saat pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan Jemaah Haji pada tahun berjalan. Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan tahap kedua ditetapkan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.
26 Identitas Jemaah: Nama dgn bin/binti, Tempat/Tanggal Lahir Alamat tinggal (domisili), Pekerjaan, Pendidikan, Status perkawinan Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang ( penyakit menular ttt, PTM/disabilitas) Riwayat Penyakit Dahulu (pykt yg pernah diderita, operasi yg pernah dijalani), ditulis secara kronologis. Riwayat Penyakit Keluarga (berhubungan secara genetik)
27 Pemeriksaan fisik : Tanda vital ( TD, Nadi, Pernapasan, Suhu ) Postur tubuh (TB, BB, IMT) Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, THT Paru/Toraks (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) Kardiovaskuler (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi) Abdomen (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi) Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks Pemeriksaan Kesehatan Jiwa: Instrumen sederhana gangguan jiwa, Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa, atau Protap anjuran dari Profesi.
28 Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium Rutin: Darah dan Urin. EKG dan Ro Dada : Diatas 40 Tahun dan/atau atas indikasi Penilaian Kemandirian: Menggunakan Barthel Indeks (1 dan 2). Dapat menggunakan metode lain yang direkomendasi oleh organisasi profesi. Penilaian Kebugaran: Gunakan metode yang sesuai. Tuliskan metode yang digunakan pada BKJH.
29 Formulir II BERITA ACARA PENETAPAN ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI Nomor:... Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Telah melakukan Pemeriksaan Kesehatan kepada Jamaah Haji di bawah ini: Nama : Bin/Binti : Umur : Nomor Porsi : Pekerjaan : Alamat : Menyatakan bahwa Jemaah tersebut di atas didiagnosis sebagai : Sehingga, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji Menyatakan bahwa Jemaah Haji tersebut (MEMENUHI SYARAT/MEMENUHI SYARAT DENGAN PENDAMPINGAN/TIDAK MEMENUHI SYARAT SEMENTARA/ TIDAK MEMENUHI SYARAT)* untuk pelaksanaan ibadah haji Stempel/Cap *) Coret yang tidak perlu Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Ketua Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kab/Kota.
30 Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga Pemeriksaan Kesehatan tahap ketiga dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan di embarkasi pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan. Dilakukan untuk menetapkan status kesehatan Jemaah Haji laik atau tidak laik terbang.
31 Batasan adalah upaya penentuan kelaikan jemaah haji untuk mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi kesehatan, dengan mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga dan Riwayat pemeriksaan sebelumnya. Dilaksanakan oleh Tim PPIH Embarkasi bidang kesehatan berkoordinasi dengan dokter Penerbangan. Langkah-langkah: Seluruh data dikompilasikan. Lakukan: Pengecekan kelengkapan data. Pemeriksaan kesehatan akhir jemaah tertentu oleh PPIH Embarkasi ( WUS, Hb, saturasi oksigen, dsb, penyakit menular) Buat Rekomendasi Laik/ tidak laik Tidak Laik: tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan International, hamil usia tertentu, menderita penyakit menular tertentu Rekomendasi: Disampaikan kepada semua pihak yang berkepentingan.
32 BERITA ACARA KELAIKAN TERBANG JEMAAH HAJI Nomor:... Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Formulir III Setelah memperoleh hasil pemeriksaan yang telah kami terima dari Tim Penyelenggara Kesehatan Haji kabupaten/kota, dengan ini menyatakan bahwa Jamaah Haji dibawah ini : Nama : Bin/Binti : Umur : Nomor Porsi : Nomor Paspor : Pekerjaan : Alamat : a. Telah dilaksanakan pemeriksaan kesehatan dan diberikan penjelasan mengenai ketentuan Istithaah Kesehatan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016; b. Menetapkan bahwa jemaah haji tersebut di atas (LAIK/TIDAK LAIK)* Terbang berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan Tahap ketiga yang dilakukan oleh Tim PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan. Demikian surat penetapan ini dibuat untuk di tindaklanjuti sesuai ketentuaan yang berlaku Stempel/Cap PPIH Embarkasi Kesehatan Ketua PPIH Embarkasi Bidang Anggota Tim Penyelenggara Kesehatan Haji: *) Coret yang tidak perlu
33 NO. Kab./Kota Cakupan K3JH 1. Bangkalan Banyuwangi Batu Kota Blitar Blitar Kota Bojonegoro Bondowoso Gresik Jember Jombang Kediri Kediri Kota Lamongan 78
34 NO. Kab./Kota Cakupan K3JH 14. Lumajang Madiun Madiun Kota Magetan Malang Malang Kota Mojokerto Mojokerto Kota Nganjuk Ngawi Pacitan Pamekasan Pasuruan 88
35 NO. Kab./Kota Cakupan K3JH 27. Pasuruan Kota Ponorogo Probolinggo Probolinggo Kota Sampang Sidoarjo Situbondo Sumenep Surabaya Trenggalek Tuban Tulungagung 80 Jawa Timur 81
36 Tidak semua JH tahu kalau K3JH harus dikirim ke Puskesmas setempat selama atau setelah 14 hari, sehingga petugas Puskesmas yang harus aktif silaturahmi ke rumah JH. Adanya budaya JH boleh keluar rumah setelah 40 hari. JH banyak yang tidak tahu pentingnya lembar K3JH yang dibagikan pada saat proses penerimaan debarkasi sehingga ketika petugas puskesmas menanyakan tidak tahu bahkan ada yang tidak ada karena hilang. Cakupan K3JH Provinsi tinggi tapi tidak merata di seluruh Kab./kota.
37 PENANGGULANGAN KLB ( PHEIC)
38 TERDIRI DARI 1. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Respon KLB 2. Penanggulangan KLB/ Musibah masal SKD dan Respon KLB Tujuan SKD dan Respon KLB Kegiatan SKD dan Respon KLB Calon Jamah Haji
39 Tujuan SKD dan Respon KLB 1. Terwujudnya sikap tanggap petugas terhadap kondisi yang mengancam terjadinya KLB untuk melakukan tindakan pencegahan dan atau tindakan dini terhadap KLB penyakit maupun keracunan makanan 2. Terlaksananya pemantauan, tanggap dalam melakukan respon terhadap peningkatan kesakitan, kematian, penurunan kinerja pelayanan kesehatan, memburuknya sanitasi, lemahnya pengamanan kesehatan makanan dan penurunan status kesehatan imunitas calon/ jemaah haji.
40 Kegiatan SKD dan Respon KLB Persiapan SKD dan KLB Kegiatan Operasional Kesiapsiagaan
41 Persiapan SKD dan KLB Identifikasi Penyakit potensial wabah pada calon / jemaah haji Indonesia yang perlu diwaspadai adalah penyakit Diare, Malaria, Demam berdarah, Pes, Kholera, Yellow fever, Meningitis meningokokus, Influenza, Rift Valley Fever (RVF), Ebola, Hepatitis, Tifus bercak wabah dan keracunan Identifikasi faktor yang berpengaruh meliputi faktor risiko pada populasi, lingkungan, sarana dan prasarana yang tersedia serta sumber daya manusia.
42 Persiapan SKD dan KLB Mekanisme pelaporan sesuai dengan jejaring SKD respon KLB, dimulai dari tingkat puskesmas, kabupaten, provinsi, embarkasi dan debarkasi haji, pusat ( Ditjen PPM & PL ) selama di Arab Saudi dan sekembalinya dari Arab Saudi. Setiap tingkat pelaporan melibatkan pihak terkait misalnya laboratorium kesehatan, Rumah sakit maupun Sistem Komputerisasi Haji Terpadu bidang kesehatan. Pelatihan dan gladi bersih.
43 Kegiatan Operasional Surveilans terhadap kejadian kesakitan dan kematian. Surveilans terhadap indikator faktor risiko. Penyelidikan keadaan rawan KLB penyakit, keracunan atau adanya dugaan KLB. Peningkatan kesiapsiagaan operasional. Penanggulangan KLB.
44 Kesiapsiagaan Tersedianya SDM yang terlatih dan siap pakai. Adanya tim ahli yang mudah diakses untuk konsultasi dan tersedianya referensi. Tersedianya fasilitas komunikasi (telphone, faximile, , website, dll). Tersedianya fasilitas transportasi (kendaraan operasional, ambulance dll). Tersedianya prosedur kerja tetap (Protap/ SOP).
45 PEMBIA YAAN Pembiayaan SKD dan respon KLB dan jejaringnya agar dialokasikan biaya penanggulangan KLB di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan KKP. Biaya rujukan dan perawatan selama di embarkasi/ debarkasi haji dan selama di Arab Saudi dibebankan pada PPIH di embarkasi/ debarkasi dan PPIH di Arab Saudi.
46 Penanggung jawab penyelidikan dan penanggulangan KLB Di Kabupaten/ Kota termasuk wilayah disekitar asrama haji embarkasi penanggung jawabnya Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Diperjalanan lintas Kabupaten/ Kota menuju pelabuhan embarkasi/ debarkasi-antara dan atau embarkasi/ debarkasi haji penanggung jawabnya adalah Dinas Kesehatan Provinsi.
47 Penanggung jawab penyelidikan dan penanggulangan KLB Di Asrama Transito Kabupaten/ Kota dan Provinsi penanggung jawabnya adalah masing-masing Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Provinsi. Di dalam asrama haji embarkasi/ debarkasi-antara dan di pelabuhan embakasi/ debarkasi-antara penanggung jawabnya adalah Kepala KKP.
48 Penanggung jawab penyelidikan dan penanggulangan KLB Di dalam asrama haji embarkasi dan pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji penanggung jawabnya adalah Kepala KKP.
49 Pada saat debarkasi petugas KKP mencatat tanggal kedatangan dan membubuhkan stempel pada Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) sebagai dasar pelaksanaan SKD dan respon KLB di daerah asal.
50 KLB pada calon/ jemaah haji dilaporkan secepatnya dalam waktu 24 jam melalui telepon, fax, dan atau formulir WI secara berjenjang sampai ke Ditjen PPM & PL (Cq. Pusat Kesehatan Haji).
51 Tujuan Penanggulangan KLB Kegiatan Penanggulangan KLB
52 Tujuan Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan KLB penyakit menular, tidak menular, keracunan, kepada para calon/ jemaah haji agar mereka terlindungi dan terhindar dari bahaya tersebut. Mencegah dan memutuskan rantai penularan penyakit menular yang terbawa oleh calon/jemaah haji dari Indonesia ke luar negeri dan atau sebaliknya.
53 Tujuan Menurunkan frekuensi KLB. Menurunkan jumlah kasus dan kematian dalam suatu KLB. Memperpendek periode KLB. Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji dalam mengantisipasi dan menanggulangi KLB penyakit menular, tidak menular, keracunan makanan.
54 Kegiatan Penanggulangan KLB Menetapkan populasi rentan terhadap KLB berdasarkan waktu, tempat dan kelompok masyarakat. Melakukan upaya pencegahan melalui perbaikan kondisi kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan timbulnya kerentanan dalam suatu populasi. Memantapkan pelaksanaan SKD dan respon KLB.
55 Kegiatan Penanggulangan KLB Memantapkan keadaan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan timbulnya KLB. Melakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan pada saat terjadi KLB. Mengkaji data atau informasi KLB.
56 IHR Core Capacity (4) : Response Intinya : Respon Tata Laksana Kasus Respon Pelaporan Cepat Respon Kesehatan Masyarakat (Pengendalian Faktor Risiko) Kapasitas / Kemampuan Respon Cepat Mekanisme Respon Darurat Kes Masy (prosedur manajemen, hubungan komunikasi operasional, Posko, dsb) Tim Gerak Cepat (TGC) di tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten / Kota. Prosedur Tata Laksana Kasus untuk berbagai macam bahaya kesehatan masyarakat Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Sarana sarana kesehatan pada semua tingkat administrasi Disinfeksi, dekontaminasi dan kemampuan pengendalian vektor bagi semua bahaya
57 Alur Penemuan Kasus di poe Pelaku Perjalanan dari negara terjangkit HAC Ya DEMAM Tidak Pulang Edukasi Pemantauan selama 21 hari Notifikasi ke Dinkes Prov Pemeriksaan KKP Tidak Kasus / kluster kasus : Demam mendadak, disertai Minimal 3 gejala berikut: Sakit kepala muntah tidak nafsu makan diare sakit otot atau sendi nyeri perut hiccup (cegukan) sulit menelan lemah sesak napas Riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam kurun waktu 21 hari sebelum timbul gejala Ya Tata laksana kasus dan rujukan sesuai SOP Lakukan tindakan thd barang dan alat angkut Laporkan dlm 24 jam ke Posko KLB cc Dinkes Prov Identifkasi dan Pemantauan kontak kasus Rujuk RS
58 KESIAPSIAGAAN BANDARA JUANDA DALAM MENGHADAPI PANDEMI INFLUENSA/ Mers COV
59 FASILITAS EOC (EMERGENCY OPERATION CENTER)
60 KOMITE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT (AEC) KAOTBAN III PEMBINA KETUA WKL. KETUA SEKRETARIS ANGGOTA GENERAL MANAGER.GM AIRNAV.DANLANUDAL.DANLANUD. SSDH Perwakilan dari Instansi dibandara dan/ atau disekitarnya Instansi di Bandar Udara 1. Bea Cukai 2. Imigrasi 3. Karantina ikan / tumbuhan 4. KKP 5. BMKG 6. Poliklinik Bandara 7. PKP-PK 8. Pengamanan Bandara 9. Airlines 10. Unit Transportasi Instansi disekitar Bandar Udara 1. TNI 2. POLRI 3. DPK Pemda 4. Dinas Kesehatan Pemda 5. Dinas Perhubungan 6. Kantor SAR 7. Rumah Sakit/ Puskesmas 8. PMI 9. Unit Penanggulangan Bencana Daerah
61 JENIS TAHAPAN PENANGANAN PENUMPANG SUSPECT STANDAR OPERATING PROSEDUR ( SOP ) SUSPEK AWAL YANG BERANGKAT DENGAN PESAWAT UDARA. A. Suspek Awal sedang menuju ke Bandar Udara B. Suspek Awal sudah berada di Bandar Udara C. Suspek Awal sudah berada di pesawat udara
62 A. SUSPEK AWAL SEDANG MENUJU KE BANDARA 1. KKP menginformasikan kepada GM AP.I Bandara Juanda bahwa terdapat suspek awal (SA) yang sedang menuju ke Bandara. 2. GM AP. I meneruskan kepada KAOTBAN, dan menginstruksikan kepada para Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP. 3. GM membuka Emergency Operation Center (EOC). 4. Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head bersama-sama dengan pihak KKP melaksanakan pemeriksaan terhadap SA di lokasi pintu masuk Terminal Bandara untuk mencegah SA masuk.
63 5.Pemeriksaan dilakukan melalui identitas diri, wawancara serta pemeriksaan fisik oleh KKP terhadap kondisi tubuh sesuai dengan gejala Avian Influenza/ Mers-CoV. 6. Apabila SA ternyata memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan dirujuk ke rumah sakit rujukan oleh petugas KKP yang dilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP. 7. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan dapat ditunda keberangkatannya dan diobati sampai dengan dapat dinyatakan sehat untuk melanjutkan perjalanan dengan pesawat udara. 8. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC).
64 B. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI BANDARA 1. KKP menginformasikan kepada General Manager AP I bahwa ada Suspek Awal (SA) yang sudah berada di Bandara. 2. GM API meneruskan berita ke KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, kemudian menginstruksikan kepada para Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP. 3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC). 4. Pihak Airport Operation Department, Airport Security Department bersama- sama dengan pihak Ground Handling, Airline dan KKP ikut serta membantu pelaksanaan pencarian.
65 . Apabila SA sudah ditemukan maka yang bersangkutan langsung dibawa ke KKP di Bandara untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan wawancara guna konfirmasi lebih lanjut. 6.Apabila SA memenuhi kriteria Suspek maka dirujuk langsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yang dilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP melalui airside dan Gardu Utama Sekuriti.. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan dapat ditunda keberangkatannya dan diobati sampai dengan dapat dinyatakan sehat untuk melanjutkan perjalanan dengan pesawat udara.. Apabila SA belum diketemukan maka dilakukan pemeriksaan terhadap semua penumpang yang ada di boarding lounge dengan menggunakan peralatan Thermoscanner.. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC). Kemuliaan Melayani
66 C. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI PESAWAT UDARA 1. KKP menginformasikan kepada General Manager AP I bahwa ada SA sudah berada di Pesawat Udara. 2. GM AP I meneruskan kepada KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, selanjutnya GM AP I menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP. 3. GM AP I membuka Emergency Operation Center (EOC). 4. General Manager Perum LPPNPI menginstruksikan petugas Tower untuk melakukan penundaan keberangkatan sementara terhadap pesawat pengangkut Suspek Awal.
67 5. KKP melalui koordinasi dengan Sekuriti Bandara dan pihak Airlines/Ground Handling, menuju pesawat dan mengevakuasi SA untuk pemeriksaan fisik dan wawancara oleh petugas KKP. 6. Apabila SA memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan dirujuk langsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yang dilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP melalui airside dan Gardu Utama sekuriti dan kepada Penumpang lainnya diwajibkan mengisi Kartu Kewaspadan Kesehatan yang disediakan KKP dan selanjutnya penerbangan diijinkan berangkat. 7. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan dapat ditunda keberangkatannya dan diobati sampai dengan dapat dinyatakan sehat untuk melanjutkan perjalanan dengan pesawat udara. 8. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC).
68 SUSPEK AWAL YANG DATANG DENGAN PESAWAT UDARA 1. INFORMASI SA DITERIMA PADA SAAT YANG BERSANGKUTAN BERADA DI PESAWAT UDARA 2. INFORMASI SA DITERIMA SETELAH YANG BERSANGKUTAN TURUN DI BANDARA
69 A. INFORMASI SA DITERIMA PADA SAAT YANG BERSANGKUTAN BERADA DI PESAWAT UDARA 1. KKP atau Bandara asal menginformasikan kepada GM AP I bahwa ada SA berada di Pesawat Udara. 2. GM AP I meneruskan berita kepada KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP. 3. GM AP I membuka Emergency Operation Center (EOC). 4. GM Perum LPPNPI menginstruksikan petugas ACC, APP atau ADC untuk menempatkan pesawat yang bersangkutan di isolated area (apabila diminta oleh KKP).
70 5. SA dibawa ke KKP di Bandara untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan wawancara, apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan diobati atau dapat dirujuk ke Rumah Sakit/Poliklinik terdekat untuk melanjutkan perjalanannya serta penumpang yang lain diijinkan turun dan melanjutkan perjalanan. 6. Apabila SA memenuhi kriteria Suspek maka seluruh penumpang lainnya diwajibkan mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan dan diijinkan melanjutkan perjalanan, sedang suspek dirujuk langsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yang dilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP melalui airside dan Gardu Utama sekuriti setelah dilakukan pemeriksaan oleh Petugas Imigrasi dan Bea Cukai. 7. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC).
71 B. INFORMASI SA DITERIMA SETELAH YANG BERSANGKUTAN TURUN DI BANDARA 1. KKP atau Bandara asal menginformasikan kepada GM AP I bahwa ada suspek yang berada di Pesawat Udara. 2. GM AP I meneruskan berita ke KAOTBAN dan GM Perum LPPNPI, kemudian menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP. 3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC). 4. Pihak Airport Operation Department, Airport Security Department bersama-sama dengan pihak Ground Handling, Airline dan KKP ikut serta membantu pelaksanaan pencarian.
72 5. Apabila SA sudah ditemukan maka yang bersangkutan langsung dibawa ke KKP di Bandara untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan wawancara guna konfirmasi lebih lanjut. 6. Apabila yang bersangkutan memenuhi kriteria Suspek maka dirujuk langsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yang dilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP melalui airside dan Gardu Utama sekuriti setelah dilakukan pemeriksaan oleh Petugas Imigrasi dan Bea Cukai. 7. Apabila SA tidak memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan diobati atau dapat dirujuk ke Rumah Sakit/Poliklinik terdekat untuk kelanjutan perjalanannya. 8. Apabila SA belum diketemukan maka dilakukan pemeriksaan terhadap semua penumpang yang ada di daerah kedatangan dengan menggunakan peralatan Thermoscanner. 9. GM menutup Emergency Operation Center (EOC).
73 SUSPEK AWAL BUKAN PENUMPANG PESAWAT UDARA 1. SUSPEK AWAL SEDANG MENUJU KE BANDAR UDARA 2. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI BANDAR UDARA
74 A. SUSPEK AWAL SEDANG MENUJU KE BANDAR UDARA 1. KKP menginformasikan kepada GM AP I bahwa ada SA yang sedan menuju Bandara. 2. GM AP I meneruskan berita ke KAOTBAN dan menginstruksika kepada para Department Head untuk siaga mengambil tindaka sesuai dengan petunjuk KKP. 3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC). 4. Airport Operation Department dan Airport Security Departmen bersama-sama dengan pihak KKP melaksanakan pemeriksaa terhadap SA yang menuju Bandara pada lokasi di depan pint masuk Bandara untuk mencegah suspek masuk Bandara.
75 5. Airport Security Department Head meminta bantuan kepada TNI-AL dan Polsek Sedati untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengamanan. 6. Pemeriksaan dilakukan melalui identitas diri, wawancara serta pemeriksaan fisik oleh KKP terhadap kondisi tubuh sesuai dengan gejala Avian Influenza. Apabila Suspek Awal ternyata memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan dirujuk ke rumah sakit rujukan oleh petugas KKP yang dilengkapi peralatan P ersonel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP. 7. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC).
76 B. SUSPEK AWAL SUDAH BERADA DI BANDAR UDARA 1. KKP menginformasikan kepada GM AP I bahwa ada SA yang sudah berada di Bandara. 2. General Manager meneruskan berita kepada KAOTBAN dan menginstruksikan kepada Airport Operation Department Head dan Airport Security Department Head untuk siaga mengambil tindakan sesuai dengan petunjuk KKP. 3. General Manager membuka Emergency Operation Center (EOC). 4. Airport Operation Department dan Airport Security Department bersama-sama dengan pihak Ground Handling, Airline dan KKP ikut serta membantu pelaksanaan pencarian
77 5. Apabila SA sudah ditemukan maka yang bersangkutan langsung dibawa ke KKP di Bandara untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan wawancara guna konfirmasi lebih lanjut. 6. Apabila yang bersangkutan memenuhi kriteria Suspek maka dirujuk langsung ke rumah sakit rujukan oleh petugas yang dilengkapi peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular yang disiapkan oleh KKP. 7. Apabila Suspek Awal tidak memenuhi kriteria Suspek maka yang bersangkutan diobati atau dapat dirujuk ke Rumah Sakit/Poliklinik terdekat untuk perawatan lebih lanjut. 8. General Manager menutup Emergency Operation Center (EOC).
78 PENGAWASAN AKSES LOKASI KEJADIAN 1. Berdasarkan koordinasi dengan KKP GM dapat menginstruksikan Airport Security Department Head untuk mengisolasi daerah tertentu agar orang terhindar dari penularan, dengan bantuan TNI-AL dan Polsek Sedati, serta bila diperlukan untuk memasang pembatas mengelilingi lokasi yang rawan terjangkit dan dijaga oleh petugas Pengamanan Bandara. 2. Pembatas dapat dipindah pindah sesuai dengan keperluan atas petunjuk dari pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan. 3. Orang yang akan menuju area rawan terjangkit harus memakai masker dan atau perlengkapan yang disarankan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan. 4. Petugas Pengamanan Bandar Udara Juanda dan Kepolisian Sektor Sedati bertanggungjawab atas pengendalian arus lalulintas dari dan ke lokasi rawan terjangkit untuk menjamin kelancaran lalulintas dan masuknya kendaraan bantuan penanganan kondisi terjangkit atau gawat darurat bagi petugas atau instansi yang dibutuhkan.
79 PENGAWASAN PERSONIL 1. Pada saat kejadian rawan terjangkit terjadi didalam terminal dan atau di sisi udara, tetap dilakukan pengketatan penerbitan dan pengawasan terhadap identitas atau Sistem Pas Orang Bandar Udara. 2. Semua personil yang terlibat dalam situasi gawat darurat diingatkan untuk lebih memperhatikan prosedur pemakaian Pas Orang Bandar Udara sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Pada saat kejadian rawan terjangkit KAOTBAN dapat menerbitkan Pas Sementara Khusus untuk memenuhi kepentingan para personil yang melakukan tugas atau kegiatan sehubungan dengan kejadian dan Pas tersebut diganti setiap hari. 4. Semua personil yang terlibat dalam penanganan lokasi rawan terjangkit wajib menggunakan peralatan Personel Protective Equiptment (PPE) sesuai dengan kebutuhan.
80 PENGAWASAN KENDARAAN 1. Pada saat kejadian rawan terjangkit di dalam terminal dan atau di sisi udara, tetap dilakukan pengketatan penerbitan dan pengawasan terhadap identitas atau Sistem Pas Kendaraan Bandar Udara. Semua kendaraan yang dilibatkan dalam situasi gawat darurat harus memenuhi prosedur pengoperasian sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Pada saat kejadian Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah III dapat menerbitkan Pas Kendaraan Sementara Khusus untuk memenuhi kebutuhan operasional kendaraan bantuan yang dilibatkan sehubungan dengan kejadian. 3. Pas Kendaraan Sementara Khusus harus dipasang dengan jelas di kaca bagian kiri depan dan dibelakang.
81 PERS DAN MEDIA 1. Juru bicara sehubungan dengan kejadian rawan terjangkit dan penanganan Flu Burung di Bandar Udara adalah Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah III bersama dengan General Manager PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Juanda Surabaya dan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya, dan peliputan kejadian untuk kepentingan publikasi oleh pers harus atas ijin General Manager. 2. Share Service Department Head wajib menyiapkan tempat wawancara atau pers release khusus untuk kejadian rawan terjangki
82 LOKASI FASILITAS KKP T1 KKP
83 LOKASI FASILITAS KKP KKP
84 POSKO AIRSIDE FLOW EVAKUASI DI T1
85 POSKO AIRSIDE FLOW EVAKUASI DI T2
86 Berhaji Sehat, Mandiri & Mabrur TERIMA KASIH 86
2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba
No.550, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan. Jemaah Haji. Istithaah. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH
PROSEDUR TETAP (PROTAP) PEMERIKSAAN AKHIR KESEHATAN CALON JAMAAH HAJI I. PROSEDUR TETAP PENERIMAAN CJH 1. Calon Jamaah Haji (CJH) tiba di halaman depan Poliklinik Bidang Kesehatan PPIH. 2. CJH menyerahkan
Lebih terperinciMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN DAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU H1N1 (MEXICAN STRAIN) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2014 KEMENKES. Kantor Kesehatan. Pelabuhan. Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
1 KEPUTUSAN NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa peningkatan dan perkembangan peran pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016
3 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan
Lebih terperinciPANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA
PANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENDAHULUAN Gobalisasi serta semakin cepat dan singkatnya perjalanan lintas dunia untuk perdagangan, wisata, bisnis dan transportasi barang, maka
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
CC: KKP Kelas I batam MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya aktifitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciNILAI STANDAR SUB UNSUR. Sub Unsur/Klasifikasi Data 1 <
2014,.127 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN NILAI STANDAR SUB UNSUR KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN a. Unsur Utama Kekarantinaan
Lebih terperinciISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI
ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI haji. UU No. 13 Tahun 2008 Bab III Pasal 6 Bab VIII Pasal 31 Pembinaan yang dimaksud dalam UU tersebut adalah serangkaian kegiatan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinci1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI
1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Junior PKP-PK 1.1 Lokasi penting dalam penanggulangan gawat darurat 1.1.1 Rendezpous point Adalah tempat tertentu di bandar udara yang disediakan
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI RENCANA KONTIJENSI MENGHADAPI PHEIC DI PELABUHAN BUNGUS TANGGAL 26 APRIL 2017
LAPORAN SOSIALISASI RENCANA KONTIJENSI MENGHADAPI PHEIC DI PELABUHAN BUNGUS TANGGAL 26 APRIL 2017 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan point of entry (pintu masuk) negara yang berpotensi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.
No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciRAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI
RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI (Penjelasan ttg MERS CoV) Tanggal 27 Agustus 2013 Pengertian MERS CoV MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory
Lebih terperinciDINKES JATIM SIAGA LEBARAN 2013
DINKES JATIM SIAGA LEBARAN 2013 Tujuan Umum Terselenggaranya pengendalian kecelakaan dan faktor risiko pada mudik lebaran guna mencegah dan menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian akibat kecelakaan
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciVISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT
VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT Visitasi pada Jemaah haji merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta adanya bimbingan kesehatan kepada
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG PENYAKIT VIRUS EBOLA SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciper km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )
LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA
Lebih terperinciEVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN
EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017
\ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciP E N U T U P P E N U T U P
P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.865, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi Kapal. Sertifikat. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKAT SANITASI KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor
DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan
Lebih terperinciPP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN. Ditjen PP dan PL
PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN Ditjen PP dan PL Kerangka Pikir Pengelolaan PP dan PL Upaya Kes Pusat PP & PL dalam UU 36/2009 ttg Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular -SE -PFR
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.665, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Hapus Tikus. Hapus Serangga. Alat Angkut. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciRILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO
RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI
Lebih terperinciPENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)
PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) INFLUENZA (FLU BURUNG, H1N1,SARS) Merupakan New Emerging Disease Penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan
Lebih terperinciKETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM
KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM KETERSEDIAAN DATA PENGUMPULAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA INTERPRETASI T U J U A N UMUM DIPEROLEHNYA GAMBARAN DAN INFORMASI
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012
PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor
Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans
Lebih terperinciGUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG DINAS LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I
Lebih terperinciSTRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)
1 STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008) KEPALA Bagian Tata Usaha Subbagian Keuangan dan Umum Subbagian Program dan Laporan BIDANG KAR.SE
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit
Lebih terperinciPEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT
PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan
Lebih terperinci64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
PELATIHAN PERAWAT DAN KADER DALAM PENANGANAN PASUNG BERBASIS KOMUNITAS DI PROVINSI JAWA TIMUR Yuni Ramawati (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga) ABSTRAK Provinsi Jawa Timur memiliki target
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 442/MENKES/SK/VI/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 442/MENKES/SK/VI/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciDAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I
DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA
PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA DRG LILI APRILI ANT I KEPAL A SEKS I KESE H ATAN DASAR DAN PENUNJAN G Pertimbangan Penyusunan
Lebih terperinciApakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu?
WASPADA HIV/AIDS Apakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu? Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Kelamin adalah penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual atau hubungan kelamin.
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENUJU ISTITHAAH
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENUJU ISTITHAAH MUCHTARUDDIN MANSYUR Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Rakerkesnas, Jakarta 27 Februari 2017 Pendahuluan 1. Indonesia merupakan negara terbesar
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG WABAH TENTANG WABAH
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG WABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/396/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) EMBARKASI/ DEBARKASI BIDANG KEKARANTINAAN KESEHATAN TAHUN 2016 M/1437 H DENGAN
Lebih terperinciNomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.
BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1968, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Penyakit Infeksi Emerging Tertebtu. Biaya Pasien. Pembebasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA
Lebih terperinciSimulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya
Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Simulasi hari pertama : Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Desa Dangin Tukadaya disimulasikan sebagai daerah Kejadian
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya
Lebih terperinci-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
-1- KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/312/2016 TENTANG TIM KESEHATAN PADA ARUS MUDIK LEBARAN DAN NATAL TAHUN 2016, SERTA TAHUN BARU TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2017 PUSKESMAS SEMAWUNG DALEMAN A. PENDAHULUAN
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2017 PUSKESMAS SEMAWUNG DALEMAN A. PENDAHULUAN Amanat UU nomor 13tahun 2008, pasal 3 tentang Penyelenggaraan Ibdah haji bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah
1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra adalah bentuk khusus
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN EMBARKASI/DEBARKASI HAJI ANTARA UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA TJILIK
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KEPALA PUSAT KESEHATAN HAJI
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KEPALA PUSAT KESEHATAN HAJI PERTEMUAN KOORDINASI KESEHATAN HAJI HOTEL CROWN JAKARTA, 1 S/D 3 FEBRUARI 2018 PENYELENGGARAAN OPERASIONAL KESEHATAN HAJI 1. MENGACU KEPADA PERMENKES
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1150, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Setifikat. Vaksinasi. Internasional. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN
Lebih terperinciGambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :
BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,
EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Sejarah Berdirinya Palang Merah Indonesia Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Pemerintah
Lebih terperinciGrafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016
LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016 SISTEMATIKA 1.Evaluasi Pelayanan Kesehatan Haji Tahun 2016: a.penyelenggaraan Kesehatan Haji b.tantangan c.capaian d.upaya Peningkatan 2.Kesiapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization (WHO) merekomendasikan kepada negara peserta antuk melakukan tidakan terhadap bagasi, kargo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan
Lebih terperinci