SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang"

Transkripsi

1 PENGARUH KUALITAS AUDITOR, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, KEBERADAAN KOMISARIS INDEPENDEN PADA KOMITE AUDIT, DEBT DEFAULT, DAN OPINION SHOPPING TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Heny Pratiwi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Auditor sebagai pihak yang melakukan audit atas laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya (Petronela, 2004). Dalam memberikan opini, maka auditor harus mempertimbangkan kelangsungan hidup usaha (going concern) perusahaan yang diauditnya. Going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2002). Opini audit dengan modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis normal (Ramadhany, 2004). Auditor memiliki tanggung jawab untuk mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Praptitorini dan Januarti, 2007). Adanya opini going concern merupakan sebuah informasi yang penting dan dibutuhkan bagi pihak internal dan eksternal perusahaan (auditee) karena akan menjadi pertimbangan mereka dalam mengambil keputusan. Penelitian mengenai hal-hal yang mendorong auditor memberikan opini going concern masih menarik untuk diteliti karena masalah going concern akan berdampak kepada semua pihak. 1

3 Auditor sebagai pelaksana audit akan mempertaruhkan reputasi nama KAP dalam menentukan opini audit dengan modifikasi going concern. Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas auditor. Karena opini audit modifikasi going concern akan menjadi dasar pertimbangan banyak kalangan, maka reputasi auditor yang didalamnya terdapat kompetensi dan independensi akan menentukan kemampuan auditor dalam memberikan informasi yang aktual. Auditor skala besar akan lebih cenderung untuk mengungkapkan masalahmasalah yang ada termasuk dengan memberikan opini going concern karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan (Setyarno et al, 2006). Kelangsungngan hidup perusahaan akan tergantung pada kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk dan mengalami financial distress akan cenderung sulit untuk menyalurkan pendanaan pada periode selanjutnya. Kondisi keuangan perusahaan dapat menjadi pertimbangan bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern karena kemungkinan besar perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Mckeown et al (1991) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Kemampuan kelangsungan hidup perusahaan akan menjadi masalah yang membahayakan perusahaan jika tidak ditangani. Muthcler (1984) melakukan 2

4 wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Setyarno et al (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee. Perusahaan yang telah menerima opini audit going concern pada periode sebelumnya kemungkinan besar akan menerima opini yang sama pada periode berjalan apabila tidak mengalami peningkatan keuangan yang signifikan. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan secara keseluruhan. Pertumbuhan perusahaan bisa diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba (Setryarno et al, 2006). Perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern (Altman, 1968). Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan modifikasi opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan besar mempunyai aliran dana yang lebih besar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangannya. Dalam banyak penelitian, keberadaan outside director dalam komite audit dapat meningkatkan efektivitas laporan keuangan (Ayuningsih, 2008). Adanya 3

5 outside director akan mengurangi tekanan pihak manajemen terhadap auditor dalam mengeluarkan opini. Komite audit yang independen tidak akan menghalangi pengeluaran opini going concern bila opini going concern tersebut dibenarkan untuk dikeluarkan (Ramadhany, 2004). Debt default adalah kegagalan perusahaan dalam membayar utang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Keberadaan status default ini merupakan salah satu indikator masalah going concern, maka status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern (Ramadhany, 2004). Perusahaan dengan kemungkinan penerimaan opini audit going concern akan cenderung melakukan praktik opinion shopping yaitu mengganti auditor/kantor akuntan publik lama dengan yang baru (Praptitorini dan Januarti, 2007). Lennox (2000) dalam penelitiannya berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan. Kantor akuntan publik baru cenderung akan memberikan opini yang menguntungkan bagi perusahaan yang baru ditangani (Bryan et. Al dalam Praptitorini dan Januarti. 2007). Penelitian ini merupakan replikasi dari Santosa (2008) yang berjudul Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEJ dengan tahun amatan Peneliti menggunakan penelitian tersebut sebagai jurnal acuan dengan menambah tiga 4

6 variabel independen yaitu keberadaan komisaris independen pada komite audit, debt default, opinion shopping dan beda tahun amatan yaitu tahun Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Keberadaan Komisaris Independen Pada Komite Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, keberadaan komisaris independen pada komite audit, debt default dan opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, keberadaan komisaris independen pada komite audit, debt default dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern. 5

7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, antara lain: 1. Bagi Perusahaan Dari hasil penelitian ini, perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk tetap menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang telah diteliti. 2. Bagi Investor Investor dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi dalam sebuah perusahaan. Dengan melihat kelangsungan hidup perusahaan yang akan diberi investasi. 3. Bagi Akuntan Publik Auditor dapat mengetahui kelangsungan hidup perusahaan yang ditangani dengan melihat faktor-faktor yang telah diteliti, sehingga dapat memberikan pendapat yang berkualita 6

8 1.5 Kerangka Pikir Penelitian Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Variabel Independen Kualitas Auditor Kondisi Keuangan Perusahaan Opini Audit Tahun Sebelumnya Pertumbuhan Perusahaan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen Penerimaan Opini Audit Going Concern Keberadaan Komisaris Independen pada Komite Audit Debt Default H7+ H1+ H2- H3+ H4- H5- H6+ H8- Opinion Shopping Dalam penelitian ini terdapat delapan variabel independen yaitu kualitas auditor, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, keberadaan komisaris independen 7

9 pada komite audit, debt default dan opinion shopping. Sedangkan variabel yang bersifat dependen adalah penerimaan opini audit going concern. Opini audit going concern diberikan oleh auditor apabila ada keraguan mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kualitas auditor dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan skala auditor dan diukur dengan variabel dummy. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004), perusahaan dengan kondisi keuangan yang tidak baik dapat menerima opini audit going concern oleh auditor. Kondisi keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan yaitu Revised Altman Model. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan/auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit going concern akan kembali diberikan apabila perusahaan/auditee pernah menerima opini audit going concern tahun sebelumnya. Rasio pertumbuhan laba digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan. Sedangkan total asset perusahaan digunakan untuk melihat ukuran perusahaan. Inside director (komisaris yang berasal dari dalam perusahaan) dapat memperngaruhi efektivitas komite audit dalam menjalankan tugasnya sebagai alat monitoring serta mendukung untuk perhatian lebih dari regulator untuk memperhatikan kualitas pelaporan keuangan dan seruan kepada komite audit agar lebih independen dengan memasukkan keberadaan komisaris independen (outside director). Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban 8

10 hutang (default). Kemungkinkan manajemen untuk berpindah ke kantor akuntan publik lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern disebut opinion shopping. Dalam pengukuran opinion shopping digunakan variabel dummy. 9

11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Auditing 1. Definisi Auditing Auditing didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Boynton et al., 2003, h. 5). Menurut Arens dan Lobbecke 2003, h. 1, auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. 2. Jenis-jenis Audit Menurut Boynton et al., 2003 h. 6-7, terdapat tiga jenis audit yaitu: a. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar 10

12 dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). b. Audit Kepatuhan Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. c. Audit Operasional Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. 3. Jenis-Jenis Auditor Menurut Arens dan Lobbecke 2003, h. 6 7, terdapat empat jenis auditor, yaitu: a. Akuntan Publik Terdaftar Kantor akuntan publik sebagai auditor independen bertanggungjawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya. b. Auditor Pemerintah Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggungjawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa 11

13 Keuangan (BPK), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) pada departemendepartemen pemerintah. Di Amerika Serikat sendiri terdapat General Accounting Office (GAO). c. Auditor Pajak Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Departemen Keuangan RI, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. d. Auditor Intern Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Bagian audit dari suatu perusahaan bisa beranggotakan lebih dari seratus orang dan biasanya bertanggungjawab langsung kepada presiden direktur, direktur eksekutif, atau kepada komite audit dari dewan atau komisaris. 4. Opini Audit Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang metarial, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi umum yang berlaku di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat (SA Seksi 110, 2001). 12

14 Menurut Mulyadi 1998, h , terdapat lima tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan. a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan audit bentuk baku. b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian Dengan pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. 13

15 d. Pendapat Tidak Wajar Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 5. Going Concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (Setyarno et al, 2006). Kajian atas going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas, likuiditas ataupun respon investor terhadap perusahaan. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang going concern (Petronela, 2004). 6. Opini Audit Going Concern Opini audit merupakan pernyataan yang diberikan auditor mengenai kondisi tertentu suatu entitas. Hal ini dijadikan sebagai dasar bagi investor 14

16 dan kreditor dalam menanamkan investasi pada entitas tertentu. Opini audit harus diberikan sesuai dengan keadaan suatu entitas, salah satunya kemungkinan kelangsungan hidup (going concern) entitas tersebut. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Pengkomunikasian informasi antara manajemen, investor, kreditor, dan masyarakat mencakup tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Santosa, 2008). Pedoman bagi auditor sebelum memberikan opini audit tentang kelangsungan hidup perusahaan (going concern) terdapat dalam PSA No. 30 (IAI 2001) adalah sebagai berikut: 1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. 2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: 15

17 a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. 3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. 4. Berikut ini beberapa pendapat yang dapat dipertimbangkan auditor, berkenaan dengan kelangsungan hidup perusahaan, yaitu: a. Apabila auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). b. Apabila auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas dan satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak efektif, maka auditor meyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion). c. Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan dan adanya pengungkapan yang 16

18 memadai tentang sifat dan dampak kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup satua usaha dan rencana manajemen, maka auditor akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. d. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut tidak memadai, maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 17

19 Berikut ini disajikan skema yang dapat dijadikan pedoman auditor dalam memberikan opini audit going concern: Apakah ada kondisi dan/atau peristiwa yang berdampak terhadap kelangsungan hidup entitas? SA Seksi 508 [PSA N0.29] Ya Apakah auditor Apakah ada sangsi atas Ya rencana Tidak kelangsungan manajemen? hidup entitas? Tidak memberikan Ya pendapat Apakah rencana manajemen dapat dilaksanakan? Ya Tidak Tidak memberikan pendapat Apakah cukup pengungkapan? Tidak Ya Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan dengan Kelangsungan Hidup Entitas atau Penekanan atas Suatu Hal (Emphasis of a Matter) Pendapat Wajar dengan Pengecualian atau Pendapat Tidak Wajar 18

20 7. Kualitas Auditor Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara principal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi (Praptitorini dan Januarti, 2007). Craswell et al (1995) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasionalah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi. Hal ini karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, pengakuan internasional serta adanya pereview. Wikipedia menjelaskan bahwa sejak tahun 1989, serangkaian penggabungan usaha telah mengurangi jumlah kantor akuntan besar dari delapan menjadi empat. The Big 4 adalah suatu kelompok kantor akuntan internasional yang menangani bagian terbesar pekerjaaan audit dari perusahaan-perusahaan publik. Big 8 (1970-an sampai 1989) Pada tahun 1979, kantor-kantor akuntan tersebut disebut sebagai the big 8 yang merupakan dominasi internasional dari delapan kantor akuntan terbesar, yaitu: 19

21 1. Arthur Andersen 2. Arthur Young & Company 3. Coopers & Lybrand 4. Ernst & Whinney (dahulu Ernst & Ernst) 5. Haskins & Sells (bergabung dengan sebuah kantor dari Eropa yang pada akhirnya menjadi Deloitte, Haskins and Sells) 6. KPMG (terbentuk karena bergabungnya Peat Marwick International dan KMG Group) 7. Price Waterhouse 8. Touche Ross Big 6 ( ) The Big 8 berubah menjadi the Big 6 pada tahun 1989 saat Ernst & Whinney bergabung dengan Arthur Young membentuk Ernst & Young di bulan Juni dan Deloitte, Haskins & Sells bergabung dengan Touche Ross membentuk Deloitte & Touche di bulan Agustus. Big 5 ( ) The Big 6 berubah menjadi the Big 5 di bulan Juli 1998 pada saat Price Waterhouse bergabung dengan Coopers & Lybrand membentuk Pricewaterhouse Coopers. Big 4 (mulai 2002) Kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengauditan Enron, dan menutup-nutupi kerugian jutaan dolar dalam Skandal Enron 20

22 yang meledak pada tahun Hasil keputusan hukum secara efektif menyebabkan kebangkrutan global dari bisnis Arthur Andersen. Kantorkantor koleganya di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor akuntan internasional lainnya. Di Indonesia, para partner Arthur Andersen pada akhirnya bergabung dengan Ernst & Young. 8. Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Mc Keown dkk (1991) menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memeberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Pada penelitian Santosa (2008), kondisi keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan empat model prediksi kebangkrutan yaitu The Zmijewski Model, The Altman Model, Revised Altman Model, dan Springate Model. Berikut ini perbedaan masing-masing model prediksi kebangkrutan: 1. The Zmijewski Model (1984) Zmijewski (1984) menggunakan analisis rasio yang mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio leverage dan likuiditas untuk model prediksinya. Model yang dikembangkan adalah: X = X X X3 Keterangan: X1 = ROA (return on asset) X2 = Leverage (debt ratio) 21

23 X3 = Likuiditas (current ratio) Zmijewski memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan dengan tingkat akurasi mencapai 85%. 2. The Altman Model (1968) Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Altman mengembangkan model kebangkrutan dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan aktivitas. Model Altman sebagai berikut: Z = 1.2Z Z Z Z Z5 Keterangan: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained earnings / total asset Z3 = earnings before interest and taxes / total asset Z4 = market capitalization / book value of debt Z5 = sales / total asset Market capitalization diperoleh dengan mengalikan jumlah saham perusahaan yang beredar dengan closing price pada akhir tahun. Skor > 2,99 : dapat dikatakan sebagai perusahaan sehat. Skor < 1,81 : perusahaan yang potensial bangkrut. Skor 1,81 2,99 disebut sebagai grey area. 22

24 The Altman Model (1968) ini hanya dapat digunakan untuk memprediksi kebangrutan perusahaan-perusahaan manufaktur. 3. Revised Altman Model (1993) Model yang dikembangkan sebelumnya mengalami revisi yang tujuannya adalah agar model prediksinya tidak hanya digunakan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat digunakan untuk perusahaan selain manufaktur. Model revisi Altman sebagai berikut: Z = 0.717Z Z Z Z Z5 Keterangan: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained earnings / total asset Z3 = earnings before interest and taxes / total asset Z4 = book value of equity / book value of debt Z5 = sales / total asset Skor > 2,90 : dapat dikatakan sebagai perusahaan sehat. Skor < 1,2 : perusahaan yang potensial bangkrut. Skor 1,2 2,90 disebut sebagai grey area. Revised Altman Model ini memiliki keakuratan mencapai 95% dalam memprediksi tingkat kebangrutan perusahaan. 4. Springate Model (1978) Model penelitian Springate dibangun dengan mengikuti prosedur yang dimodelkan Altman. Model ini mencapai tingkat keakurasian 92,5% menggunakan 40 perusahaan dan tingkat keakurasiannya mengalami 23

25 penurunan menjadi 88% ketika menggunakan 50 perusahaan (Santoso, 1999). S = 1.03A B C + 0.4D Keterangan: A = working capital / total asset B = net profit before interest and taxes / total asset C = net profit before taxes / current liabilities D = sales / total asset 9. Opini Audit Tahun Sebelumnya Penelitian yang dilakukan Setyarno et al (2006) menyatakan bahwa apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Opini audit going concern akan kembali diterbitkan apabila tidak ada perubahan signifikan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Menurut SPAP 341 paragraf 04 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggungjawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan 24

26 mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. 10. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan asset perusahaan menunjukkan pertumbuhan kekuatan perusahaan dalam industri dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya (Fanny dan Saputra, 2005). Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Altman (1968) mengemukakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Maka dapat dikatakan bahwa ukuran kebangkrutan perusahaan adalah besar kecilnya laba. Perusahaan yang pertumbuhannya baik akan mempunyai laba tinggi dan tidak akan menyebabkan kebangkrutan. Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung sebagai berikut (Brigham et. al., 1993, h.279): Pertumbuhan laba = Laba bersih setelah pajak t - laba bersih setelah pajak t-1 Laba bersih setelah pajak t Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan, total aktiva perusahaan yang tinggi dapat dikatakan sebagai perusahaan yang berskala besar dan lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan yang berskala kecil (Santosa, 2008). Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor 25

27 lebih sering mengeluarkan modifikasi opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan besar mempunyai aliran dana yang lebih besar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangannya. 12. Keberadaan Komisaris Independen Pada Komite Audit Pengertian komite adalah sekelompok orang yang dipilih oleh sekelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan tertentu untuk melakukan tugas-tugas khusus. Manfaat komite audit yang dibentuk sebagai sebuah komite khusus di perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggungjawab penuh dewan komisaris (SK Direksi Bank Indonesia, 1995). Tugas utama komite audit menurut Price Waterhouse adalah meningkatkan kredibilitas laporan keuangan, yang bida dicapai dengan: (1) mengawasi proses penyusunan laporan keuangan yang meliputi sistem pengendalian intern maupun penerapan GAAP, (2) mengawasi proses pemeriksaan internal dan eksternal, jadi dengan kata lain, keberadaan komite audit diharapkan bisa mengurangi ketidaktepatan pengukuran akuntansi yang disengaja maupun tidak disengaja, mengurangi ketidakcukupan disclosure yang disengaja maupun tidak disengaja, mengurangi kecenderungan kesalahan yang dilakukan manajemen dan praktik yang melawan hukum. 26

28 Dalam peraturan Bapepam IX.15 disebutkan bahwa komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris, antara lain meliputi: 1) Melakukan penelaah atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainnya. 2) Melakukan penelaah atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. 3) Melakukan penelaah atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal. 4) Melakukan kepada Komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen resiko oleh direksi. 5) Melakukan penelaah dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Emiten dan perusahaan Publik. 6) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan. 13. Debt Default Debt default adalah keggalan perusahaan dalam membayar utang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 27

29 1992). Jika default terjadi atau poses negosiasi tengah berlangsung dalam rangka menghidari default selanjutnya, auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern. Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat antara status default terhadap opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkana opini going concern setelah peristiwaperistiwa yang menyarankan bahwa opini tersebut mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default tinggi sekali. Karenanya status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern (Ramadhany, 2004). Fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dalam mata uang asing meningkat secara signifikan, disamping itu banyak perusahaan yang mengalami rugi operasi, dan realisasi penjualan pun anjlok. Keadaan ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pokok dan beban serta terjadi rugi selisih kurs. Likuiditas pun terganggu. (Praptitorini dan Januarti, 2007) Mutchler et al (1997) menemukan bukti bahwa keputusan opini audit going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variabel lag laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information), seperti default. Jika default ini telah terjadi atau proses negosiasi tengah 28

30 berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya, auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern. 14. Opinion Shopping Opinion shopping didefinisikan sebagai keputusan manajemen untuk berpindah ke auditor/kantor akuntan publik lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern (Praptitorini dan Januarti, 2007). Perusahaan dengan kemungkinan penerimaan opini audit going concern akan cenderung melakukan praktik opinion shopping. Dampak yang tidak diharapkan dari opini going concern mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor untuk tidak mengeluarkan opini going concern. Lennox (2000) dalam penelitiannya berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan. Kantor akuntan publik baru cenderung akan memberikan opini yang menguntungkan bagi perusahaan yang baru ditangani (Bryan et. Al dalam Praptitorini dan Januarti. 2007). Hal ini berarti bahwa opinion shopping mempunyai pengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern. Geiger et al (1996) dalam Praptitorini dan Januarti (2007) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial distress. Model pelaporan audit digunakan untuk memprediksi opini yang tidak diteliti dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Hasil dari metode ini berkesimpulan 29

31 bahwa perusahaan-perusahaan di Inggris melakukan praktik opinion shopping. 2.2 Pengembangan Hipotesis 1. Kualitas Auditor Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Auditor yang berkualitas dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang dihasilkannya reliable (Praptorini dan Januarti, 2007). Penelitian mengenai kualitas auditor selama ini dikaitkan dengan ukuran KAP. Dalam Setyarno et al (2006) dikatakan bahwa semakin besar skala auditor akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Auditor skala besar memiliki reputasi yang baik di mata masyarakat dan pengguna jasa KAP. Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan (Santosa, 2008). Auditor skala besar (big four) akan memberikan pendapat yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Opini going concern akan tetap diberikan apabila memang sudah semestinya perusahaan menerima opini tersebut. Auditor skala besar (big four) melakukan pekerjaan sangat profesional karena tidak mau reputasi mereka hancur ketika terbukti ada indikasi bahwa mereka memperoleh tekanan untuk melakukan fraud. 30

32 Penelitian mutchler et al (1997) memberikan bukti empiris bahwa auditor big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big 6. Ruiz Barbadillo et al (2004) menyatakan bahwa auditor besar atau yang mempunyai reputasi baik cenderung mengumumkan opini going concern klien mereka. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. H1: Semakin tinggi kualitas audit akan meningkatkan kemungkinan penerimaaan opini audit going concern 2. Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk dan mengalami financial distress akan cenderung menerima opini audit going concern karena kemungkinan besar perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Mckeown et al (1991) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. McKeown et al (1991) menemukan bukti bahwa auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang tidak 31

33 mengalami financial distress. Bukti empiris menunjukkan bahwa semakin kondisi keuangan perusahaan terganggu atau memburuk, akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Penelitian ini hanya menggunakan Revised Altman Model untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan alasan bahwa Revised Altman Model memiliki tingkat keakuratan yang paling tinggi dibandingkan dengan model-model lain. Revised Altman Model juga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan selain manufaktur. Penelitian yang dilakukan Santosa (2008) menyimpulkan bahwa kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern ketika proksi model kebangkrutan yang digunakan adalah The Altman Model dan The Springate Model. H2 :Semakin baik kondisi keuangan perusahaan yang diukur dengan Revised Altman Model (1993), maka akan semakin kecil kemungkinan penerimaan opini audit going concern 3. Opini Audit Tahun Sebelumnya Muthcler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Setyarno et al (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee. Perusahaan yang telah 32

34 menerima opini audit going concern pada periode sebelumnya kemungkinan besar akan menerima opini yang sama pada periode berjalan apabila tidak mengalami peningkatan keuangan yang signifikan. Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Ramadhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Hasil penelitian tersebut juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et al (2006) yang memberikan bukti empiris bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. H3: Adanya penerimaan opini audit going concern tahun sebelumnya akan meningkatkan kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada tahun berjalan 4. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan besar kecilnya laba yang dihasilkan. Perusahaan dengan laba yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan yang baik, terhindar dari 33

35 kebangkrutan, dan kemungkinan besar terbebas dari penerimaan opini audit going concern. Perusahaan yang mempunyai laba besar menunjukkan kinerja perusahaan yang baik sehingga kemungkinan mendapatkan opini audit yang baik (clean opinion) akan lebih besar dibandingkan dengan jika labanya rendah. Selain itu, auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan laba yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Dengan demikian, semakin tinggi rasio pertumbuhan laba, semakin kecil kemungkinan penerimaan opini audit going concern (Ayuningsih, 2008). Petronela (2004) mengemukakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan. Hasil penelitian Carcello dan Neal (2000) memberikan bukti bahwa perusahaan pada tahap pertumbuhan memiliki kemungkinan yang kecil untuk menerima opini going concern daripada perusahaan yang akan didirikan. H4:Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan memperkecil kemungkinan penerimaan opini audit going concern 34

36 5. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan, total aktiva perusahaan yang tinggi dapat dikatakan sebagai perusahaan yang berskala besar dan lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan yang berskala kecil (Santosa, 2008). Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan modifikasi opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan besar mempunyai aliran dana yang lebih besar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangannya. Bukti empiris menemukan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini going concern (Carcello dan Neal, 2000). Oleh karenanya diharapkan dengan semakin besarnya perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2008). H5:Semakin besar ukuran perusahaan akan semakin kecil kemungkinan penerimaan opini audit going concern 6. Keberadaan Komisaris Independen Pada Komite Audit Auditor independen seringkali menghadapi dilema dalam melaksanakan tugasnya, terutama dalam hal menerbitkan opini auditor 35

37 termasuk penerbitan opini going concern. Auditor independen dituntut untuk memenuhi harapan dari kedua belah pihak, yaitu pengelola perusahaan (dewan direksi) dan pemilik perusahaan (dewan komisaris). Dewan direksi berharap bahwa auditor independen akan selalu menerbitkan opini wajar tanpa pengecualian, tanpa mempertimbangkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Di lain pihak, dewan komisaris berharap bahwa auditor independen dapat memberikan opini sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya (Ayuningsih, 2008) Menurut peraturan Bapepam menjelaskan bahwa komisaris independen adalah anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan publik, tidak mempunyai saham pada perusahaan publik, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan publik, dan tidak mempunyai hubungan usaha yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan publik. Berdasarkan ketentuan tersebut, diharapkan komisaris independen pada komite audit tidak akan menghalangi pengeluaran opini going concern bila opini going concern tersebut dibenarkan untuk dikeluarkan oleh auditor independen. Komposisi yang baik dalam komite audit adalah dengan memasukkan satu orang independen atau dua orang independen, Hudayati (2000). Carcello dan Neal (2000) melakukan pengujian mengenai keputusan mengenai opini going concern dengan memasukkan peran komite audit. Hasilnya menyatakan bahwa keberadaan inside director director (komisaris yang berasal dari dalam perusahaan) pada komite audit perusahaan financial 36

38 distress dapat mengurangi kemungkinan penerimaan opini going concern. Hasil tersebut memberikan bukti empiris bahwa inside director dapat memperngaruhi efektivitas komite audit dalam menjalankan tugasnya sebagai alat monitoring serta mendukung untuk perhatian lebih dari regulator untuk meperhatikan kualitas pelaporan keuangan dan seruan kepada komite audit agar lebih independen dengan memasukkan keberadaan komisaris independen (outside director). Bukti mengenai independensi komite audit, menyatakan bahwa keberadaan outside director meningkatkan efektivitas laporan keuangan. Ramadhany (2004) menyatakan ada pengaruh yang positif antara komisaris independen pada komite audit dengan penerimaan opini going concern. H6: Keberadaan komisaris independen pada komite audit memperbesar kemungkinan penerimaan opini audit going concern 7. Debt Default Auditor akan cenderung mengeluarkan opini going concern pada saat default terjadi atau saat proses negosiasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya (Chen dan Church, 1992). Perusahaan yang berstatus debt default menggambarkan kesulitan dalam pembayaran utang terhadap kreditur. Dengan adanya masaalah kesulitan pembayaran hutang maka perusahaan juga akan mengalami kesulitan dalam menjamin keberlangsungan operasinya. Status debt default akan mendorong 37

39 perusahaan untuk melakukan negosiasi kepada kreditur agar terhindar dari status default. Usaha ini dilakukan karena status debt default merupakan salah satu indikator munculnya opini audit going concern. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Church (1992) membuktikan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan Ramadhany (2004) juga memberikan hasil yang sama bahwa debt default berpengaruh siginifikan positif terhadap penerimaan opini going concern. Pengujian yang dilakukan Praptitorini dan Januarti (2007) menyatakan bahwa kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan/atau bunga (debt default) merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. H7: Adanya debt default cenderung meningkatkan kemungkinan penerimaan opini audit going concern 8. Opinion Shopping Opinion shopping didefinisikan sebagai keputusan manajemen untuk berpindah ke auditor/kantor akuntan publik lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern (Praptorini dan Januarti, 2007). Lennox (2000) dalam penelitiannya berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan. Perusahaan yang 38

40 melakukan opinion shopping berharap mendapatkan unqualified opinion dari auditor baru. Kantor akuntan publik baru cenderung akan memberikan opini yang menguntungkan bagi perusahaan yang baru ditangani (Bryan et. Al dalam Praptorini dan Januarti. 2007). Hal ini berarti bahwa opinion shopping mempunyai pengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern. Geiger et al (1996) dalam Praptorini dan Januarti (2007) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial distress. Lennox (2000) menggunakan model pelaporan audit untuk memprediksi opini yang tidak diteliti dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Hasil dari metode ini berkesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan di Inggris melakukan praktik opinion shopping. Dari hasil penelitian yang dilakukan Praptitorini dan Januarti (2007) didapatkan hasil bahwa perusahaan di Indonesia cenderung mendapatkan opini non going concern ketika tidak melakukan pergantian auditor (auditor switching). Ini menunjukkan indikasi kurangnya tingkat independensi auditor di Indonesia. H8: Semakin sering perusahaan melakukan opinion shopping maka semakin kecil kemungkinan penerimaan opini audit going concern 39

41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh pihak lain), umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Skala auditor dari tahun yang digolongkan berdasarkan big four KAP di Indonesia yang diperoleh dari 2. Total aktiva, tingkat leverage, current ratio, retained earnings, book value of equity, current liabilities, penjualan bersih, Earnings After Tax (EAT), working capital, Earnings Before Interest and Taxes (EBIT), book value of debt, dan net profit before taxes, dan nama Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit perusahaan manufaktur untuk masing-masing perusahaan manufaktur mulai tahun Data ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3. Laporan auditor independen untuk masing-masing perusahaan manufaktur yang listing di BEI dari tahun

42 4. Data keberadaan komisaris independen pada komite audit untuk masing-masing perusahaan manufaktur mulai tahun Data ini diperoleh dari annual report perusahaan manufaktur. 3. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun yang telah dipublikasikan dan tersedia di pojok BEI Unika Soegijapranata, serta Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi (Sugiyono, 2004, h. 72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu resiko indsutri yang berbeda antara suatu sector industri yang satu dengan yang lain. 41

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang PENGARUH KUALITAS AUDITOR, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, KEBERADAAN KOMISARIS INDEPENDEN PADA KOMITE AUDIT, DEBT DEFAULT, DAN OPINION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan global pada saat ini mengharuskan perusahaan berfikir tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 9 BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 2.1 Going Concern Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, telaah penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Selain itu, juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Opini Audit Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001: SA Seksi 110,paragraf 01: Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu bab ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran auditor salah satunya adalah dengan memberikan opini terhadap suatu perusahaan. Opini auditor sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Suatu

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang melibatkan manipulasi atas data keuangan perusahaan besar. Pada tahun 2011 publik dibuat terkejut dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki tujuan yaitu keberlanjutan usaha untuk jangka panjang, keberlanjutan usaha entitas bisnis dipengaruhi oleh kendala internal dan eksternal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh entitas. Laporan keuangan merupakan bagian dari siklus akuntansi yang menggambarkan kondisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi Amerika Serikat di tahun 2008 telah menjadi krisis keuangan global yang melanda perekonomian dunia. Bermula dari beberapa perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga, jika entitas mengalamai kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Audit Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Teori agensi dan hubungannya dengan opini auditor tentang going Menurut Jensen dan Smith (1984) teori agensi adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat menjadi salah satu kebutuhan utama bagi para pelaku bisnis. Informasi ini diperlukan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi tidak pasti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan adalah asumsi going concern yaitu asumsi yang beranggapan bahwa perusahaan akan terus berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit atas laporan keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan jumlah bank di Indonesia begitu pesat dan menciptakan persaingan begitu besar, yang akhirnya menimbulkan praktik-praktik tidak sehat. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan suatu entitas bisnis dibarengi dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut. Kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berangkat dari kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi yang terjadi pada beberapa entitas bisnis, salah satunya adalah perusahaan energi besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opinion Shopping Demi menghindari penerimaan opini going concern, biasanya perusahaan melakukan auditor switching (pergantian auditor). Teoh (1992) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian disusul dengan krisis multidimensi

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Going concern merupakan salah satu asumsi dasar yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan suatu pemerintahan. Pada dasarnya, pendapatan negara sangat dipengaruhi oleh perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan didirikannya suatu entitas atau perusahaan selain untuk memperoleh laba ada juga tujuan serta tanggung jawab besar yang harus dibebankan oleh perusahaan. Tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Opini Audit Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan kontrak antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik). Prinsipal dalam teori agensi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebangkrutan dan kelangsungan hidup perusahaan merupakan dua sisi yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan semakin meningkat. Perusahaan Go Public diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan semakin meningkat. Perusahaan Go Public diwajibkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan Go Public di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan diaudit oleh auditor eksternal. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kasus mengenai manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mendominasi perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang beralamat di www.idx.co.id dengan jumlah 131 perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan diharuskan untuk membuat laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan akuntansi yang menyediakan informasi keuangan (Reeve, Carl, Jonathan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Asumsi kelangsungan usaha atau going concern adalah salah satu asumsi yang harus digunakan oleh manajemen dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menentukan opini audit suatu perusahaan auditor juga harus memperhatikan likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas perusahaan tersebut, karena likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit yang tinggi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Going concern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapat Auditor Penyampaian hasil audit dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit mengenai temuan-temuan audit yang ditemukan auditor independen terhadap auditee.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Opini Audit Proses akhir dari pekerjaan audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor adalah mengkomunikasikan penilaiannya tentang tingkat kewajaran penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam ilmu akuntansi, perusahaan merupakan suatu entitas ekonomi yang berdiri sendiri yang berbeda dari pemiliknya. Entitas ekonomi ini dianggap akan terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu juga deskripsi dari variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi yang bersangkutan dengan audit. Peristiwa ini pernah terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sarana penting untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Dalam Statement of Financial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah : Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Dalam ilmu akuntansi perusahaan merupakan suatu entitas unit usaha yang berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going concern juga merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan tidak bermaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investor merupakan salah satu pelaku investasi yang memiliki kaitan erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam mengambil suatu keputusan investasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Jenis Opini Auditor Independen Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Investor mau menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian disusul dengan krisis multidimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang diberikan oleh perusahaan kepada publik terutama para investor dan kreditur (Riyatno, 2007).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing 2.1.1. Pengertian Auditing Arens et.al. (2008 : 4) mendefenisikan auditing sebagai pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat menjadi indikator apakah negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir tercatat beberapa perusahaan berskala global maupun nasional mengalami kepailitan. Kondisi ini harus disikapi oleh akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana mengkomunikasikan kondisi keuangan perusahaan terhadap stakeholdersnya, baik internal stakeholders maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat memiliki kebutuhan pokok harian yang harus dipenuhi, yakni berupa konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non makanan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Para pemakai laporan keuangan mengharapkan auditor untuk mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan atau kegagalan dalam usahanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Kajian teori agensi pada penelitian opini audit going concern. principal (pemilik) mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 yaitu untuk menyediakan informasi yang berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan dari suatu entitas bisnis saat ini bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja tetapi juga berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaporan keuangan (financial reporting) secara umum bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan suatu entitas bagi para investor dan kreditur untuk membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Menurut Jansen dan Meckling (1976) yang dikemukakan oleh januarti (2008:8) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan perusahaan go public di Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan semakin meningkat. Perusahaan Go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebangkrutan dan kelangsungan hidup perusahaan merupakan dua sisi yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam menggambarkan kinerja suatu perusahaan, khususnya perusahaan publik. Agar informasi dalam laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prof. Arnold Schilder, ketua IAASB berpendapat bahwa kondisi ekonomi yang sulit menimbulkan banyak pertimbangan audit yang penting, tetapi tidak ada yang lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur yang penting atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perusahaan menganggap bahwa laporan keuangan yang dapat dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak internal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menjadi bagian yang sangat penting dalam suatu perusahaan karena berguna untuk memberikan informasi keuangan perusahaan tersebut kepada pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara principal dan agen yang pertama kali dikemukakan oleh Jensen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan yang melanda beberapa negara di Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan hidup) entitas bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan

BAB I PENDAHULUAN. Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan hidup perusahaan di Jepang dan Eropa, serta bagaimana agar perusahaan dapat berumur panjang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Bagian ini akan menjelaskan variabel-variabel yang digunakan, pengukuran dari tiap-tiap variabel, populasi dan sampel

Lebih terperinci