This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kohesif mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Halliday dan Hasan (1976: 4) menyatakan The concept of cohesion is a semantic one; it refers to the relations of meaning that exist within the text. Ini berarti bahwa kohesi itu memungkinkan terjalinnya keteraturan hubungan semantik antara unsur-unsur dalam wacana, sehingga memiliki tekstur yang nyata. Kohesi atau kepaduan wacana ialah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian yang koheren. Kohesi juga merupakan hubungan yang diciptakan sebagai hasil ketika interpretasi suatu unsur tekstual bergantung pada unsur lain di dalam teks (Renkema, 1993: 35). Dengan kata lain, kajian kohesi mengindikasikan bahwa makna yang digambarkan di dalam teks adalah makna yang diinterpretasikan oleh penutur dan petutur berdasarkan kesimpulan yang mereka buat tentang hubungan proposisi yang melandasi apa yang diujarkan. Wacana yang baik dan padu disusun oleh kalimat-kalimat yang kohesif yang ditujukan dengan kehadiran pemarkah atau penanda khusus yang bersifat lingual formal sehingga kohesi memiliki peranan penting dalam wacana. Hal ini seperti yang diungkapkan Elhindi (2010: 139) dalam jurnalnya berbunyi cohesion, which may be defined as the gramatical and lexical relations exist between various parts of spoken or written texts, is an essential feature of discourse. Dalam analisis wacana hubungan kohesif meliputi dua aspek yakni aspek gramatikal dan aspek leksikal. Kedua jenis kohesi ini terdapat dalam suatu kesatuan teks wacana. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan ujaran dalam bentuk kalimat untuk membentuk suatu teks wacana dengan cara menghubungkan makna yang terkandung di dalam unsur. Kekohesifan sebuah wacana juga sangatlah mendukung kekoherensian. Sebagaimana dikemukakan oleh Halliday dan Hasan (1989: 65) An important contribution to coherence comes from cohesion: the set of linguistic resources that 1

2 2 every language has (as the part of textual metafunction) for linking one part of a text to another yakni sumbangan yang penting terhadap koherensi berasal dari kohesi, yaitu seperangkat sumber-sumber kebahasaan yang dimiliki oleh setiap bahasa (sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya) dengan kata lain, aspek-aspek yang membentuk kohesi di dalam wacana harus berkesinambungan dan membentuk kesatuan struktur teks agar mendukung kesatuan koherensi. Apabila tidak terdapat kepaduan dan kesinambungan, maka wacana tersebut menjadi kurang bermakna atau dapat mengakibatkan sebuah wacana yang dihasilkan tidak berterima maknanya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kohesi memegang peranan penting dalam mendukung koherensi suatu wacana. Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur bathinnya bersifat koheren. Sesuai dengan pendapatnya Sumarlam (2013: 40) menyatakan bahwa wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren. Jadi, Wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan melalui penanda kekohesian. Dari uraian di atas, jelas bahwa aspek-aspek yang membentuk kohesi di dalam wacana harus berkesinambungan dan membentuk kesatuan struktur teks agar dapat mendukung koherensi. Apabila urutan arah atau bentuk pada suatu wacana tidak jelas maka akan menyebabkan ambigu bahkan tidak berterima dan membutuhkan pertanyaan serta tidak koherennya suatu wacana. Suatu ujaran yang tidak jelas maksud dan acuannya bukan merupakan wacana. Hal tersebut dapat dilihat pada perbandingan contoh wacana yang tidak padu pada no. (1) dengan wacana yang padu pada wacana no. (2) berikut ini. Contoh 1 : Wacana yang tidak padu: (1) Indonesia Lawyers Club edisi, hadir kembali dengan tema Bisakah hak politik koruptor dicabut, sambut presiden Indonesia lawyers club yakni Karni Ilyas. (TWLT: N:8)

3 3 Bandingkan dengan contoh no. (2) berikut: Wacana yang padu. (2) Karni Ilyas: Pemirsa, kita bertemu kembali malam ini di diskusi Indonesia Lawyers Club, malam ini kita akan membahas tema yang kebetulan terakhir ini sering menjadi pembicaraan dengan adanya keputusan mahkamah baru dari peradilan kita yaitu pencabutan hak politik. (TWLT: N:9 ) Pada contoh wacana nomor (1) di atas dikatakan tidak memiliki kekohesifan yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami dan menimbulkan pertanyaan serta keambiguan. Antara kata Edisi pada kalimat pertama dan sebelum kata sambut pada kalimat kedua tidak memiliki unsur pertalian penunjuk, tidak jelas hubungan edisi dan sambut yang di maksud sehingga tidak bersifat kohesif yang mendukung kepaduan wacana. Wacana tersebut menjadi kohesif apabila diberikan penanda kohesi berupa kata ganti pronomina demonstratif/penunjuk waktu yaitu malam ini pada kata setelah edisi, dan kata ganti penunjuk waktu kini yakni kata kini sebelum kata sambut serta penggunaan persona pertama bentuk jamak berupa satuan lingual kita setelah kata kini, sehingga wacana tersebut dapat diperbaiki menjadi wacana yang kohesif sebagai berikut. Indonesia Lawyers Club edisi malam ini, hadir kembali dengan tema Bisakah hak politik koruptor dicabut, kini kita sambut presiden Indonesia Lawyers Club yakni Karni Ilyas. Pada contoh wacana nomor (2) tersebut dikatakan wacana kohesif dan padu/ utuh karena unsur-unsur penanda kohesif telah digunakan pada wacana tersebut. Penggunaan kata kita yang merupakan referensi persona I jamak yang mengacu pada pemirsa dan Karni Ilyas berupa aspek kohesi gramatikal dan repetisi malam ini yang merupakan penunjukan waktu tayang talk show ILC sebagai upaya kekohesifan wacana lisan tersebut. Wacana lisan merupakan wacana yang disampaikan dengan media lisan. Wacana lisan yang digunakan sebagai sarana komunikasi dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan segala sesuatu yang menjadi buah pikiran, dan perasaan dalam bentuk ide, gagasan, ataupun pendapat. Wacana lisan dapat disampaikan secara langsung bertatap muka maupun disampaikan melalui media, misalnya televisi, radio, maupun telfon. Dalam konteks wacana lisan, Kristina (2010: 90) menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan manusia pada dasarnya ada dua jenis, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Sebagai bentuk wacana, bahasa lisan memiliki ciri dan karakter tertentu yakni

4 4 terdiri atas, fonem, kata, dan ujaran yang mengungkapkan makna, dan sikap, melalui pilihan kata, nada, tekanan kata dll. Bahasa tulis terbentuk dari huruf, asal kata, kata, kalimat, tata bahasa, register, genre dan idiologi. Ciri dan karakter bahasa lisan ini sangat penting karena berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam proses komunikasi lisan di dalam suatu masyarakat, dan dengan demikian penting pula dalam kaitannya dengan analisis wacana. Wacana yang disampaikan dengan media lisan dapat dipakai dalam berbagai jenis kegiatan, salah satunya dapat dipakai dalam sebuah acara talk show. Oleh karena itu, talk show dapat dikategorikan sebagai wacana lisan. Proses terjadinya wacana lisan dalam percakapan talk show juga tidak terlepas dari hubungan antar bagian wacana yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi (cohesion) dan hubungan makna yang disebut koheren (coherence). Talk show merupakan sebuah program televisi atau radio di mana seseorang ataupun grup berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, talk show menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Salah satu program talk show yang merebut perhatian khalayak pemirsa luas adalah tayangan Talk Show Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One. Talk show ILC adalah sebuah program Talk show yang dikemas secara interaktif dan apik untuk memberikan pembelajaran hukum bagi para pemirsanya. Acara ini ditayangkan pada setiap hari Selasa pukul 19: 30 WIB oleh stasiun TV One. Talk show ini dipandu oleh Karni Ilyas. Seorang host yang bernama lengkap Sukarni Ilyas, Karni lahir di Balingka, Agam, Sumatera Barat, 25 September 1952; umur 61 tahun dan salah seorang tokoh jurnalis dan pejuang hukum Indonesia. Karni merupakan wartawan yang cukup sukses, dan banyak melahirkan liputan serta program-program unggulan ( Secara umum, alasan dipilihnya Talk show ILC sebagai objek kajian karena Talk show ini merupakan salah satu bentuk wacana lisan yang tidak terlepas dari pemakaian penanda kohesi yang banyak dan padat yang merupakan syarat keutuhan wacana dan kepaduan pendukung terjadinya wacana lisan tersebut. Setelah peneliti dengar dan perhatikan, ternyata dalam Talk show tersebut ditemukan banyak pemakaian

5 5 berbagai penanda kohesi gramatikal dan leksikal yang dapat mendukung kepaduan dan keutuhan wacana lisan Talk show itu sendiri. Sementara itu, alasan khusus dipilihnya talk show ILC karena talk show tersebut merupakan salah satu jenis talk show yang menghadirkan pakar-pakar ternama, mulai dari pengamat-pengamat ternama, pakar bidang lain, dosen, mahasiswa, bahkan pejabat yang terkait dengan topik yang diangkat. Sehingga sering memungkinkan terjadi perdebatan diantara orang-orang yang pakar dibidangnya serta berkompeten untuk mengomentari persoalan-persoalan aktual yang menjadi topik diskusi dan sangat memungkinkan terjadi fenomena kebahasaan di dalamnya. Analisis wacana lisan dalam acara talk show ILC, khususnya pada tanggal 23 September Dalam proses talk show ini akan di perlihatkan bagaimana sebenarnya struktur penggunaan bahasa yang para politisi gunakan. Dengan demikian, peneliti ingin meneliti piranti kebahasaan yang digunakan oleh partisipan dalam talk show tersebut khususnya dari aspek gramatikal dan leksikal, serta untuk mengetahui kepaduan wacana lisan berdasarkan penggunaan penanda kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan. Penelitian-penelitian tentang analisis wacana telah banyak dilakukan terutama pengkajian terhadap analisis kohesi gramatikal dan leksikal, akan tetapi masih terbatas pada kajian wacana tulis seperti novel, cerpen, hikayat, puisi, naskah drama, dan editorial. Oleh karena itu, peneliti mendapat celah untuk melakukan penelitian tentang wacana lisan khususnya wacana lisan yang terdapat pada percakapan talk show yang belum pernah diteliti dari aspek kajian wacana, talk show yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang pada tanggal 23 September 2014 yang bertema Bisakah hak politik koruptor dicabut. Di antara penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti kaji, yaitu mengenai penelitian-penelitian yang telah ada yang termuat dalam Jurnal Internasional, Makalah dan Tesis-tesis yang telah selesai disusun. Penelitian relevan di sini dimaksud untuk membandingkan antara penelitian peneliti sendiri dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Beberapa penelitian yang dimaksud dengan bidang kajian yang sama yang telah dilakukan. Asuman dan Vasher (2013) Jurnal Vol.6, No.12 berjudul Discourse Markers and Spoken English: Non Native Use In The Turkis EFL Setteing. Dalam Journal English Language Teaching. Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan

6 6 penanda wacana lisan pada percakapan bahasa Inggris penutur asli dengan dengan penutur asing. Dari hasil penelitiannya terdapat perbandingan penggunaan penanda kohesi antara penutur asing dan penutur asli Turki, penutur asing lebih banyak menggunakan penanda dibandingkan dengan penutur asli, bisa dikatakan bahwa penanda kewacanaan yang digunakan oleh penutur asli bersifat terbatas. Jianfeng (2012) Jurnal Vol.5, No.3 berjudul Discours Makers In College English Listening Instruction: An Empirical Study of Chinese Learners. Dalam journal English Language Teaching. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap penggunaan penanda wacana bahasa inggris dapat meningkatkan kompetesi keterampilan mendengarkan instruksi dari mata kuliyah mendengarkan pada mahasiswa Cina. (non bahasa Inggris). Huseyin (2012) jurnal vol.5, No.3 Maret berjudul Lexical Cohesion: An Issue Only In The Foreign Language. Dalam Journal English Language Teaching. Penelitian ini mengkaji tentang apakah ada kesamaan antara pemakaian perangkat kohesi gramatikal dalam menyusun teks dengan bahasa Turki maupun bahasa Inggris. Akan tetapi hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aspek leksikallah yang paling mendominasi dalam struktur penggunaan piranti kohesi. Adapun tujuannya yaitu penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemampuan membuat teks yang kohesif dalam bahasa Turki dan bahasa Inggris oleh mahasiswa Turki di ELF. Dwi (2002) tentang Wacana Percakapan dalam Radio Amatir. Penelitian itu mengkaji tentang bentuk, struktur, dan karakteristik kebahasaan wacana percakapan dalam radio amatir ditinjau dari segi pragmatiknya. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah terletak pada fokus penelitian dan subjek penelitian yang tentu saja berimplikasi pada perbedaan bahasa komunikasi, setting dan hasil penelitian. Sri (2010) tentang Penanda Kohesi Leksikal dan Gramatikal dalam Cerpen The Killers Karya Ernest Hemingway. Penelitian ini mengkaji tentang pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal pada sebuah cerpen serta mengulas alasan mengapa cerpen tersebut menggunakan penanda kohesi gramatikal dan leksikal.sedangkan penelitian ini mengulas bagaimana kepaduan teks dengan adanya aspek gramatikal dan leksikal tersebut. Ratnanto (2010) tentang Kohesi Gramatikal dan Leksikal Editorial The Jakarta Post. Penelitian ini membahas tentang jenis penggunaan penanda kohesi gramatikal

7 7 dan leksikal yang terdapat pada editorial berita serta bagaimana bentuk penggunaan penanda kohesi tersebut. Agus (2003) tentang Wacana Lisan pada Interaksi Belajar Mengajar di Kelas. Penelitian ini memfokuskan pada bentuk interaksi, prinsip kerja sama dan konteks percakapan interaksi belajar mengajar yang ditinjau dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Hidayatullah (2013) yang dimuat dalam makalah yang berjudul Kohesi Gramatikal dan Leksikal pada Karangan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Klaten. Makalah ini berisi tentang bentuk dan wujud pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal oleh siswa dalam membuat karangan pada pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa dalam membuat karangan sangat di dominasi oleh penggunaan aspek gramatikal dan leksikal, sehingga wujud karangannya berkutat pada aspek tersebut bukan pada wawasan pengolahan kosa kata yang tepat, sehingga kesan karangan siswa tersebut menjadi monoton. Abdulhafeed (2012) jurnal Vol.5, No.5, Mei, berjudul Use of Discourse Markers In The Composition Writing of Arab EFL Learners. Dalam Journal English Language Teaching. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanda wacana pada teks komposisi yang dibuat oleh mahasiswa yaman di ELF didominasi oleh penanda elaborasi, yang terdiri dari konjungsi penyimpulan, pertentangan, kausalitas, dan konjungsi antar-topik. Sarwiji (2008: ) berjudul Peranti Kohesi dalam Bahasa Indonesia. Ditulis dalam buku Serbalingustik (Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa). Makalah ini menyajikan jenis-jenis peranti kohesi wacana baik dari segi gramatikal maupun kohesi leksikal dalam bahasa Indonesia. Slamet (1994) tentang Pemarkah Kohesif di Dalam Teks Pembukaan UUD 1945 yang berisi tentang kajian wacana pemakaian bahasa tulis yang memfokuskan kajian pada kohesif di dalam teks. Hasilnya menunjukkan bahwa pemarkah-pemarkah hubungan kohesif di dalam teks mencakup: refrensial dengan tipe personal dan demonstratif, konjungsi dengan tipe kausal, aditif dan temporal; serta leksikal dengan tipe sinonim dan kolokasi. Diantara tipe-tipe itu pemarkah yang paling banyak di dominasi oleh tipe aditif.

8 8 Chen (2007). Jurnal vol. 30, No. 5, Oktober, berjudul Lexical Cohesion in Chinese College EFL Writing. Dalam Journal CELEA. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan piranti kohesi leksikal dalam karangan yang ditulis peserta didik perguruan tinggi China. Hasilnya menunjukkan subkategori perangkat kohesi leksikal berupa kolokasi lebih sering digunakan pada tulisan bergaya narasi dan argumentasi. Julianah. (2011). Jurnal Vol. 3, juni berjudul Cohesive Device in Selected ESL Academic Papers. Dalam Journal African Nebula. Penelitian ini mengkaji berbagai perangkat kohesif leksikal dan gramatikal yang digunakan pada beberapa makalah akademi ESL (English as Second Language). Hasilnya menunjukkan bahwa analisis fitur kohesif yang digunakan dalam makalah akademi mengungkapkan bahwa untuk teks menjadi kohesif maka harus dipegang bersama oleh perangkat linguistik berupa aspek leksikal dan gramatikal. Pengkajian dalam penelitian ini mengadopsi taksonomi hubungan kohesi yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan untuk membangun hubungan dalam sebuah teks. Alarcon dan Morales. (2011). Jurnal Vol. 2, No. 5, juni berjudul Gramatical Cohesion in Students Argumentatif Essay. Dalam Journal of English and Literature. Penelitian ini mengkaji tentang kohesi gramatikal yang terdapat pada essay argumentatif siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa refrensi atau pengacuan merupakan peranti kohesif yang paling sering digunakan diantara piranti kohesi gramatikal yang ada pada karangan essay siswa. Rustono dan Sari. (2011). Jurnal Vol. VII, No.1, januari berjudul Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Karya Ilmiah Siswa SMA Sekota Semarang. Dalam Lingua jurnal Bahasa dan Sastra. Penelitian ini mengkaji tentang wujud kohesi gramatikal dan leksikal yang tidak tepat dalam karya ilmiah siswa, dan frekwensi penggunaan sarana kohesi leksikal dan kohesi gramatikal pada karya ilmiah siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemakaian sarana kohesi leksikallah pada karya ilmiah siswa SMA sekota Semarang lebih baik daripada pemakaian kohesi gramatikal. Ardanareswari. (2015). Tentang Kohesi Dalam Novel Kelangan Satang Karya Suparto Brata. Penelitian ini mengkaji tentang pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal pada sebuah wacana tulis yakni wacana dalam novel serta mengulas peran mengapa novel tersebut menggunakan penanda kohesi gramatikal dan leksikal.

9 9 Sedangkan penelitian ini mengulas bagaimana kepaduan teks dengan adanya aspek gramatikal dan leksikal tersebut. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing mempunyai objek penelitian tersendiri yaitu, bahasa Asing orang Turki, pelajaran mendengarkan mahasiwa Chines, percakapan radio, cerpen, karangan siswa, editorial dan percakapan interaksi belajar mengajar, dan karangan siswa. Sehingga dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di atas, terdapat persamaan-persaman bidang penelitian yaitu persamaannya terletak pada pemakaian penanda kohesi gramatikal dan leksikal, bidang kajian dan jenis sumber data yang sama yakni pada jenis sumber data yang menganalisis sumber data yang berbentuk tulis. Walaupun beberapa penelitian di atas berbentuk lisan, akan tetapi pengkajiannya masih bersifat perbandingan, artinya masih hanya meninjau sekilas bentuk pemakaian penanda kohesi yang digunakan pada percakapan penduduk setempat dengan percakapan penutur asing, dan belum membahas bentuk kohesi secara keseluruhan. Sedangkan perbedaanya adalah penelitian pertama meneliti tentang perbandingan penggunaan penanda kohesi penutur asing dan asli di Turki, yang kedua tentang kompetensi penggunaan penanda kohesi pada mata kuliyah mendengarkan, ketiga tentang penanda kohesi sebagai isu dan aspek leksikallah yang paling dominan, keempat tentang karakteristik kebahasaan ditinjau dari pendekatan pragmatik, yang kelima mengulas tentang alasan penggunaan kohesi gramatikal dan leksikal, keenam mengulas tentang penanda kohesi yang paling dominan, dan ketujuh mengulas tentang prinsip kerja sama, bentuk interaksi dan konteks munculnya interaksi percakapan, kedelapan mengulas tentang bentuk dan wujud pemakaian penanda pada karangan siswa, kesembilan mengenai penanda wacana komposisi pada siswa, kesepuluh mengulas jenis penanda kohesi gramatikal dan leksikal pada bahasa indonesia, kesebelas mengenai penada pemarkah pada teks, keduabelas mengenai subkategori yang dominan pada karya ilmiah peserta didik sekolah tinggi China, ketigabelas mengenai penggunaan piranti kohesi pada makalah akademik ESL, keempatbelas mengenai pengkajian kohesi gramatikal dan leksikal dalam essay siswa, dan yang terakhir mengenai pemakaian kohesi gramatikal dan leksikal pada karangan siswa sekota Semarang. Penelitian-penelitian tersebut di atas telah mengkaji kohesi yang dapat membantu peneliti untuk mengkaji kekohesifan pada wacana lisan talk show, namun

10 10 dalam penelitian yang telah dilakukan tersebut belum ada yang meneliti bagaimana penggunaan kohesi gramatikal dan leksikal pada wacana yang berbentuk lisan khususnya pada talk show, khususnya talk show ILC pada tanggal 23 September 2014 yang bertema Bisakah hak politik koruptor dicabut serta belum menetukan bagaimana kepaduan wacana lisan dengan adanya penggunaan penanda kohesi tersebut. Adapun alasan pemilihan topik yang ditayangkan pada tanggal 23 September karena pada bulan tersebut rancangan pembuatan proposal penelitian ini dilakukan. Selain itu, karena pada tanggal tersebut peneliti anggap menarik untuk diteliti. Pengambilan sumber data pada tanggal 23 September juga disebabkan karena topik yang diangkat menarik yakni mengenai Bisakah hak politik koruptor dicabut tersebut, yang mampu membuat para politisi hukum di Indonesia bersikap tegas dalam menjalankan peraturan hukum negaranya. Ketika topik Bisakah hak politik koruptor dicabut dijadikan sebagai tema utama dalam pembahasan talk show ini, terlebih dengan dihadirkannya para partisipan talk show yang langsung sebagai pakar terkait dengan topik yang diangkat. Hal ini dapat berpengaruh terhadap proses menjalankan hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia misalnya, dari waktu ke waktu perkembangan tindak korupsi sudah begitu meluas di masyarakat. Perluasan itu tidak hanya dalam jumlah kerugian keuangan negara dan kualitas tindak pidana yang dilakukan tetapi juga semakin sistematis dan meluas sehingga menimbulkan bencana kerugian bagi negara. Dalam sudut pandang hak asasi manusia, tindak pidana korupsi yang sistematis dan meluas juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak ekonomi masyarakat. Karenanya tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa. Oleh karena itulah topik pada tanggal 23 September yang bertema Bisakah hak politik koruptor dicabut peneliti anggap menarik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan pada penelitian ini peneliti rumuskan sebagai berikut.

11 11 1. Aspek gramatikal apa sajakah yang terdapat pada wacana lisan dengan tema Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut dalam Talk Show Indonessia Lawyers Club (ILC) pada tanggal 23 September 2014? 2. Aspek leksikal apa sajakah yang terdapat pada wacana lisan dengan tema Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut dalam Talk Show Indonessia Lawyers Club (ILC) pada tanggal 23 September 2014? 3. Bagaimanakah kepaduan teks dalam hal penggunaan penanda aspek gramatikal dan leksikal pada wacana lisan Talk Show ILC dengan tema Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut dalam Talk Show ILC pada tanggal 23 September 2014? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang menjadi objek penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan aspek gramatikal dan leksikal yang terdapat dalam wacana lisan Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut dalam Talk Show ILC pada tanggal 23 September 2014, 2. Untuk mendeskripsikan aspek leksikal yang terdapat dalam wacana lisan Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut dalam Talk Show ILC pada tanggal 23 September 2014, 3. Untuk mengetahui kepaduan teks dalam hal penggunaan penanda aspek gramatikal dan leksikal pada wacana lisan Talk Show ILC dengan tema Bisakah Hak Politik Koruptor Dicabut dalam Talk Show ILC pada tanggal 23 September D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberi dua manfaat yaitu manfaat yang dapat memberikan sumbangan teoretis dan manfaat yang memberi sumbangan praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Diharapkan melalui penelitian ini ada pemahaman lebih jauh mengenai wacana lisan karena bagaimanapun kajian seperti ini perlu dikaji secara menyeluruh di berbagai bidang objek penelitian. b. Memberikan contoh tentang analisis linguistis terhadap penggunaaan aspek leksikal dan gramatikal pada wacana lisan di media massa khususnya media elektronik.

12 12 c. Sebagai motivasi peneliti untuk meneliti kajian analisis wacana pada bidang yang lain selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Para mahasiswa, dosen, guru dan kritikus baik dari sastra maupun linguistik dapat menambah pengetahuan lewat membaca hasil kajian analisis wacana lisan di media massa khususnya media elektronik. b. Mendalami penggunaan aspek gramatikal dan leksikal kajian wacana lisan pada media massa khususnya elektronik pada tuturan nyata pada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. c. Hasil penelitian ini akan menambah wawasan keilmuan bidang analisis wacana khususnya analisis wacana lisan media massa khususnya media elektronik yang berbentuk percakapan Talk show. E. Batasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian bisa terarah dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada masalah pemakaian penanda kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan oleh partisipan pada talk show ILC serta menemukan kepaduan wacana lisan dengan adanya penggunaan penanda kohesi tersebut. Peneliti menggunakan tinjauan analisis wacana untuk menganalisis permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Data yang diambil sebagai objek penelitian berupa wacana lisan talk show ILC yang tayang pada tanggal 23 September 2014 yang bertema Bisakah hak politik koruptor dicabut

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan bahasa dalam berinteraksi. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang kepentingannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya, dan dalam pemakainnya dimungkinkan dapat memakai lebih dari satu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia, karena pendidikan merupakan salah satu wujud nyata dalam peningkatan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada tanggal 06 November 2011 merupakan serangkaian kata maupun kalimat yang dirangkai oleh

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM

PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM 11080250 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam bentuk komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan gagasan atau ide yang awalnya abstrak menjadi konkret. Selanjutnya,

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya memicu hadirnya berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap komunitas masyarakat selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari interaksinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa percakapan (perkataan) yang digunakan untuk berkomunikasi, bekerja sama, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa dalam ragam tulis tidak semudah yang dibayangkan karena dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan dan dirasakan dituangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini arus informasi semakin berkembang pesat. Hal ini mengisyaratkan agar pelaksanaan suatu program kerja dalam sebuah institusi sudah saatnya menyesuaikan diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi dan komunikasi. Alat komunikasi manusia yakni bahasa bersifat manusiawi, dalam arti hanya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini manusia dituntut dapat berkomunikasi dengan baik untuk memenuhi kepentingan mereka, baik secara individu maupun kelompok.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang secara naluriah membutuhkan orang lain dalam bergaul, mengekspresikan diri, mengungkapkan keinginan atau menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

KEPADUAN WACANA LISAN TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) SECARA KOHESIF ABSTRACT

KEPADUAN WACANA LISAN TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) SECARA KOHESIF ABSTRACT KEPADUAN WACANA LISAN TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) SECARA KOHESIF Baiq Ningsum Ilham 1 ; Sumarlam 2 ; Diah Kristina 2 1 Mahasiswa S2 Linguistik Deskriptif Universitas Sebelas Maret, Surakarta,

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Bahasa juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Bahasa juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi. Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain. Bahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat dilakukan melalui media lisan dan media tulis. Dalam hal ini, seseorang dapat memanfaatkan

Lebih terperinci

KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN)

KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN) KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN) Medita Indriana Radhiah dan Untung Yuwono 1. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal pada Teks Eksposisi Siswa Kelas 10 Sekolah Menengah Atas

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal pada Teks Eksposisi Siswa Kelas 10 Sekolah Menengah Atas Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal pada Teks Eksposisi Siswa Kelas 10 Sekolah Menengah Atas Yustina Dwinuryati, Andayani, Retno Winarni iyang.yustina@yahoo.com, andayani@staff.uns.ac.id, winarniuns@yahoo.com

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan Laporan laporan kegiatan OSIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berjalan dengan lancar. Alisjahbana (dalam Pateda dan Pulubuhu,

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berjalan dengan lancar. Alisjahbana (dalam Pateda dan Pulubuhu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Tanpa bahasa, tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci