BAB IV GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO"

Transkripsi

1 BAB IV GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO C. Pembangunan Desa Eks-Gelandangan Daerah atau kawasan yang menjadi tempat tinggal eks-gelandangan secara geografis berada di Kota Mojokerto bagian barat. Tempat tinggal eksgelandangan terdiri dari dua lingkungan, yaitu Lingkungan Cakarayam Baru dan Lingkungan Balongcangkring Kawasan yang menjadi tempat tinggal eksgelandangan ini dikelola di bawah lembaga sosial yang bernama Yayasan Majapahit. Yayasan ini bekerja sama dengan Pemerintah Kota Mojokerto dalam membinan aneka tuna, seperti tuna wisma, gelandangan, pengemis dan tuna susila 167. Pendirian Yayasan Majapahit mulai dirintis oleh Lurah Mentikan yang bernama Suwono Blong pada tahun Pendiriannya diawali dengan keberadaan gelandangan di wilayah teritorial Desa Mentikan sebanyak tujuh kepala keluarga dengan jumlah 21 orang. Keberadaan gelandangan ini, kemudian oleh Lurah Mentikan yang saat itu dijabat oleh Suwono Blong memperbolehkan untuk tinggal di lembaga sosial desa berupa ruangan yang terdapat di Kantor 166 Lingkungan Cakarayam baru secara administratif masuk dalam Kelurahan Mentikan, sedangkan Lingkungan Balongcangkring masuk dalam Kelurahan Pulorejo. Pemakaian istilah lingkungan sama dengan istilah dukuh yang secara administratif wilayahnya berada di bawah desa atau kelurahan. 167 Yayasan Majapahit merupakan sebuah yayasan sosial yang didirikan Oleh Bapak Suwono Blong yang merupakan Lurah Mentikan. Yayasan ini berdiri sejak tahun 1969 yang menaungi dan membina aneka tuna. Arsip Surat Notaris Soebono. 78

2 79 Kelurahan Mentikan. Pada tahun 1970an, jumlah gelandangan yang tinggal di Yayasan Majapahit semakin meningkat. Peningkatan itu disebabkan karena banyak gelandangan yang berasal dari daerah Kabupaten atau Kota Mojokerto, daerah Krian, dan Sidoarjo yang meminta kepada pengurus yayasan agar diperbolehkan tinggal di Yayasan Majapahit. Adanya jumlah yang semakin meningkat tersebut kemudian pada tahun 1971 dilakukan pemindahan ke lokasi yang baru 168. Pemindahan Yayasan Majapahit ke lokasi atau lahan yang baru ini merupakan usaha dari Lurah Suwono Blong yang membeli lahan persawahan dengan dana pribadi 169. Pemindahan Yayasan Majaphit ke lahan yang baru ini kemudian di bagi menjadi dua lingkungan, yaitu Lingkungan Cakarayam Baru dan Lingkungan Balongcangkring. Di Lingkungan Cakarayam Baru digunakan untuk menampung aneka tuna seperti tuna wisma, gelandangan, dan pengemis. Kemudian di Lingkungan Balongcangkring digunakan sebagai tempat khusus lokalisasi tunasusila. Awalnya tuna susila ini beredar di dalam Kota Mojokerto yang tersebar di beberapa tempat. Pusat persebaran lokasi tuna susila pada tahun an berada di pasar burung yang berada di Sentanan, oleh masyarakat tempat ini dikenal dengan nama Gang Titi an. Pada tahun 1972, tuna susila dipindahkan di Lingkungan Balongcangkring yang dibina oleh Lembaga Sosial Yayasan 168 Wahyudi Sudomo, Rehabilitasi Pondok Sosial Yayasan Majapahit di Mojokerto, (, tidak diterbitkan pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra, 1987), hlm Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto.

3 80 Majapahit 170. Sejak pemindahan tuna susila ke kawasan Balongcangkring yang dijadikan sebagai tempat lokalisasi mempunyai ijin yang resmi dari Pemerintah Kota Mojokerto 171. Pembangunan baik infrastuktur maupun suprastruktur di Yayasan Majapahit ini sangat lambat karena bantuan dari pemerintah sangat terbatas. Di dua daearah ini kemudian oleh pemerintah bekerja sama dengan pengurus yayasan mendirikan tempat tinggal berupa barak-barak berkotak-kotak yang dibangun dengan dana sumbangan pemerintah daerah dan dana yayasan. Dalam keberlangsungan selanjutnya, Lurah Suwono Blong menggagas untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi kalangan tuna wisma dengan mendirikan wadah arisan yang difungsikan untuk membangun rumah murah bagi para tuna. Arisan itu setiap harinya menyisihkan uang dari pendapatannya sejumlah Rp 100, dikalikan 10 hari dengan jumlah kepala keluarga yang saat itu mencapai 175 kepala keluarga. Sehingga setiap 10 hari sekali berhasil didirikan 1 rumah yang kemudian terus bergilir 172. Rumah ini didirikan di atas tanah milik Yayasan Majapahit, sehingga masyarakat yang tinggal di yayasan ini hanya berhak 170 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugiyanto (60 tahun) pada tanggal 1 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Kota Mojokerto. 171 Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto. 172 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto.

4 81 menempati, merawat dan tidak berhak untuk menjual, sedangkan status tanah tetap menjadi hak milik yayasan 173. Gambar. 5. Rancagan Perumahan Tuna Wisma di Yayasan Majapahit Sumber: Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto Program yang digagas Suwono Blong ini kemudian dilanjutkan dalam meja kerja Pemerintah Kota Mojokerto. Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin berhasil mendirikan sejumlah 9 rumah dibangun di Lingkungan Cakarayam Baru, kemudian program perumahan murah ini diperluas untuk tukang becak di Kota Mojokerto 174. Keberhasilan pemeliharaan dan pendirian rumah murah untuk aneka tuna dan tukang becak di Kota Mojokerto ini kemudian mendapatkan penghargaan kalpataru. Pada tahun 1984 Kota Mojokerto menjadi pemenang I tingkat nasional dalam kategori peningkatan kualitas pemukiman dan 173 Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto. 174 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto.

5 82 martabat manusia. Monumen kalpataru ini kemudian di abadikan di depan Kantor Pemerintah Kota Mojokerto yang berada di Jalan Gajahmada 175. Pada tahun 1982, berbagai program pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga terus dilakukan pemerintah. Pembinaan yang dilakukan di yayasan ini antara lain program menjahit dengan upaya pemerintah memberikan bantuan berupa mesin jahit serta perlatannya kepada para pengangguran yang terdiri banyak anak putus sekolah, serta bantuan peralatan dan pelatihan pembuatan krupuk 176. Untuk bantuan paket mesin jahit dan peralatan perbengkelan sepeda diberikan kepada para Karang Taruna Kelurahan Mentikan. Pemberian bantuan ini diserahkan oleh Sumantri yang saat itu menjabat sebagai Kepala Sub-bagian Direktorat Pemerintah di Balai Kelurahan Mentikan yang terletak di Jalan Brawijaya Kota Mojokerto. Bantuan yang diserahkan ini tidak menjadi hak milik pribadi, tetapi berstatus menjadi milik bersama dan berhak untuk memakai, serta tidak berhak untuk menjual 177. Pada tahun 1980an di Yayasan Majapahit ini dibangun satu unit gedung sekolah sebagai tempat belajar anak-anak yang tinggal di yayasan ini. Semula gedung sekolah ini berdinding bambu. Atas kebijakan Walikota Samioedin, gedung sekolah ini dibangun menjadi berdinding tembok. Gedung sekolah yang 175 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto. 176 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto. 177 Karang Taruna Desa Mentikan Dibantu, dalam Karya Darma, 3 April 1982.

6 83 berukuran 10 m kali 6 m digunakan untuk menampung pendidikan anak-anak kompleks yang dinaungi oleh Yayasan Majapahit. Pemakainan gedung ini dilakukan secara bergantian. Tidak hanya itu, bantuan berupa alat alat tulis juga sering diterima murid-murid. D. Renovasi Pasar Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual atau lembaga niaga dengan pembeli atau konsumen, yang diusahakan secara berkelompok dan terbuka untuk umum baik yang bersifat sementara atau permanen 178. Pasar memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup penduduk Kota Mojokerto, dimana proses distribusi merupakan proses yang sangat penting dalam menyalurkan barang produksi kepada masyarakat yang dilakukan melalui pasar. Dalam hubungannya dengan kekuasaan yang ditimbulkan oleh pelapisan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat, pasar dapat menjadi makna simbolis dari penguasa atau pemerintah. Dengan adanya pasar dapat dikatakan bahwa diwilayah tersebut keamanan terjamin untuk melakukan transaksi. Dengan demikian penguasa atau pemerintah dianggap berhasil memberikan perlindungan terhadap rakyatnya untuk melakukan kegiatan ekonomi secara damai, selain itu pasar juga digunakan sebagai mekanisme kontrol oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi pemasukan pajak Rudi, P Lilananda, Transformasi Pasar Tradisional Perkotaan di Surabaya, (Surabaya: Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Kristen Petra, Pusat Studi Pemukiman dan Perencanaan, 1997), hlm Titi Surti Nastiti, Pasar di Jawa: Masa Mataram Kuno Abad VII-XI Masehi, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2003), hlm. 53.

7 84 Pasar yang berada di Kota Mojokerto mempunyai letak yang strategis. Pasar Kliwon adalah salah satu pasar yang berada di pusat pertokoan Kota Mojokerto, serta berada pada pada jalur lalu lintas utama di tepi Jalan Majapahit. Kawasan ini merupakan kawasan pecinan yang sejak dulu menjadi pusat perdagangan yang paling ramai di Kota Mojokerto. Sejak awal didirikan, Pasar Kliwon merupakan pasar tradisional yang hanya memiliki beberapa toko dan hanya terdapat tiga los pasar 180. Pemerintah Kota Mojokerto memberikan perhatian khusus terhadap Pasar Kliwon. Terlebih dengan kondisi pasar yang tidak teratur telah membuat Pemerintah Kota Mojokerto merencanakan pembangunan di dalam pasar ini. Di Pasar Kliwon terdapat dua jenis pedagang, yang pertama adalah pedagang liar yang sebagian besar merupakan pedagang kecil dengan modal yang sangat terbatas. Keberadaan pedagang kecil ini sulit dihilangkan begitu saja, karena sektor yang tidak mampu menampung mereka. Pedagang jenis ini tidak memerlukan warung tetap atau toko tetapi hanya bermodalkan rombong atau keranjang sunggi. Jenis pedagang lainnya adalah pedagang tetap yang berada di dalam pasar. Pedagang jenis ini termasuk pedagang yang mengerti tentang peraturan pasar, organisasi pasar dan struktur pasar, serta mereka mau di organisir secara baik di dalam pasar 181. Untuk mengatasi segala permasalahan pedagang terutama yang ditimbulkan oleh pedagang kecil tersebut Pemerintah Kota 180 Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta, dalam Jawa Pos, 7 Mei Pembentukan Bank Pasar: Untung dan Ruginya, dalam Pewarta Surabaya, 11 Agustus mengutip Takun Musdha Wirhantoro, Pasar Wonokromo , (, tidak diterbitkan pada Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, 2007), hlm

8 85 Mojokerto pada tahun 1978 mengambil kebijakan untuk mengatur kembali kondisi Pasar Kliwon agar teratur dan tertata dengan baik. Pada akhir tahun 1978, pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pembaharuan (renovasi) terhadap pasar Kliwon yang dibangun dengan dana Inpres tahun 1977 dimana pembangunannya dimulai sejak tanggal 6 November Pemugaran Pasar Kliwon dilakukan oleh CV Sinar Mojokerto. Pada waktu pemugaran atau renovasi ini kemudian didirikan 6 los pasar berukuran 7 meter kali 21 meter dengan konstruksi besi dan beratap asbes bergelombang serta dilengkapi dengan kantor, kamar mandi dan WC 182. Gambar. 6. Renovasi Pasar Kliwon tahun 1979 Sumber: Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto Pasar Kliwon yang awalnya hanya mempunyai beberapa toko. Pasca renovasi memiliki 16 toko atau bedak yang masing-masing berukuran 3,5 kali 5 meter dan 2 toko atau bedak berukuran 3,5 kali 6 meter. Bangunan Pasar kliwon 182 Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah, dalam Surabaya Post, 12 Maret 1981.

9 86 setelah di renovasi juga dilengkapi dengan saluran got-got untuk pembuangan air, pemasangan instalasi listrik, serta pengaspalan jalan di sekeliling pasar 183. Jumlah pedagang yang dapat ditampung dalam Pasar Kliwon semakin banyak, yaitu sejumlah 115 orang dengan rincian untuk pedagang yang akan menempati los sebanyak 97 orang, untuk pedagang kios sebanyak 18 orang 184. Sedangkan yang dimanfaatkan untuk pedagang kaki lima yang berupa pedagang kain menempati bedak berukuran 3,5 meter kali 5 meter, dan ditambah 2 bedak berukuran 3,5 meter kali 6 meter. Pembagian tempat dan toko serta bedak diatur dengan rincian untuk palen, buku-buku dan buah-buahan sebanyak 23 orang yang semula menempati pinggir-pinggir pasar lama 185. Gambar. 7. Pasar Kliwon Setelah di Renovasi tahun 1979 Sumber: Jawa Pos, 7 Mei Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta, dalam Jawa Pos, 7 Mei Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah, dalam Surabaya Post, 12 Maret Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta, dalam Jawa Pos, 7 Mei 1979.

10 87 Pembangunan Pasar Kliwon menurut laporan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto menghabiskan dana sebesar Rp termasuk biaya peluncuran. Pembangunan selesai pada tanggal 30 April 1979, kemudian pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 1979 Pasar Kliwon diresmikan. Dalam peresmian itu dihadiri oleh Samioedin selaku Walikota Mojokerto, Pembantu Gubernur di Surabaya Susanto Hariasmono beserta istrinya, Bupati Fatchurrochman beserta istrinya. Para calon penghuni pasar juga hadir unruk menyaksikan acara peresmian Pasar Kliwon yang baru. Pemakaian Pasar Kliwon secara resmi ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita oleh Ibu Susanto. Setelah penandatangan prasasti kemudian panitia melepaskan balon untuk memeriahkan acara peresmian Pasar Kliwon yang baru 186. Selain kebijakan perbaikan Pasar Kliwon, pada masa pemerintahan Walikota Samioedin juga mengambil kebijakan untuk melakukan penataan di Pasar Tanjung Kota Mojokerto. Pasar Tanjung pada tahun 1960an pernah mengalami kebakaran. Renovasi pasca kebakaran di Pasar Tanjung telah dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini. Renovasi pasar dilakukan atas kesepakatan kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta. Pihak swasta berperan sebagai pemodal yang membiayai seluruh pembangunan, tetapi pedagang nantinya harus membayar sewa los dengan sistem mencicil selama tiga tahun Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah, dalam Surabaya Post, 12 Maret Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

11 88 Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin tidak banyak mengambil kebijakan pembangunan terhadap Pasar Tanjung. Perbaikan terfokus pada pembentukan tim khusus pengaturan penempatan pedagang di Pasar Tanjung yang dibentuk pada tanggal 1 Maret 1982 berdasarkan Surat Keputusan Nomor 511.2/ 344/ / Susunan keanggotaan tim khusus pengaturan penempatan pedagang Pasar Tanjung itu antara lain: Tabel. 9. Susunan Keanggotaan Tim Pengaturan Penempatan Pedagang Pasar Tanjung Jabatan Nama Instansi Pelindung H. R. Moch. Samioedin B.A Walikota Mojokerto Penasehat - Badan Pertimbangan Kota Mojokerto Ketua Drs. Slamet Harijadi Sekretaris Kota Mojokerto Wakil Ketua Drs. Masdra M. Jasin Kepala Inspektorat Kota Mojokerto Sekretaris Drs. Achmad Salim Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Mojokerto Anggota-anggota Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sawardi Kota Mojokerto A. Syakir Mukti, S.H Kepala Bagian Pembangunan Kota Mojokerto Y. Danang Sumarto Kepala Sub. Bag Ketertiban Kota Mojokerto Soetrisno Kepala Unit Pasar Kota Mojokerto Poernomo, S Kepala Masrkas wilayah pertahanan Sipil Kota Mojokerto Sri Hadi Sedjati, B. A Kepala bagian perekonomian Kota Mojokerto M. I. Subono, B. A. Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Kota Mojokerto. Sumber: Tabel diolah dari Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Mojokerto Nomor HK. 32 Tahun Arisp Nomor HK. 32 Tahun Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto

12 89 Pembentukan tim khusus tersebut mempunyai tugas antara lain: 1. Mengadakan pengaturan penempatan terhadap kios/ toko/ bedak dan los pasar tanjung di sebelah timur, barat dan selatan. 2. Mengadakan rumusan sistim pembayaran sewa menyewa kios/ toko/ bedak/ dan los pasar tanjung di sebelah timur, barat dan selatan. 3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan mengenai hasil pelaksanaan tugas pengaturan tempat dan sistim pembayaran kepada Walikota Mojokerto 189. Atas kebijakan walikota dengan pembentukan tim khusus pengaturan penempatan pedagang di Pasar Tanjung di sebelah timur digunakan sebagai tempat atau kios buah-buahan, disebelah utara dekat dengan pintu masuk pasar ditempati sebagai kios pedagang pakaian dan sejenisnya, di bagian barat digunakan sebagai tempat kios pedagang palawija, sayur-sayuran, daging dan lain-lain, dibagian tengah digunakan sebagai tempat toko/kios grosir kebutuhan sehari-hari 190. C. Perluasan Wilayah Kota Istilah perluasan dipakai untuk menggambarkan sebuah daerah yang mengalami pertambahan luas secara administratif. Dalam hal ini tidak dipakai istilah pemekaran karena dalam istilah pemekaran daerah lazim digunakan untuk menggambarkan fenomena pertambahan daerah otonom baru dimana dalam 189 Arsip Nomor HK. 32. Tahun 1982, Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto. 190 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

13 90 proses tersebut terjadi perpisahan atau perpecahan suatu wilayah untuk membentuk unit administrasi lokal baru 191. Wilayah Kota Mojokerto sejak ditetapkan menjadi daerah otonomi kota kecil berdasarkan Undang Undang Nomor 17 Tahun merupakan sebuah kota terkecil di Jawa Timur. Luas wilayah Kota Mojokerto pada tahun 1950 adalah 7,25 km 2. Dari luas wilayah tersebut, Kota Mojokerto yang hanya terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Kota Mojokerto yang membawahi 12 kelurahan. Pada tahun 1974, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 statusnya berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto. Selama beberapa kali mengalami perubahan status hingga tahun 1981, wilayah Kota Mojokerto tetap dan tidak mengalami perkembangan dalam arti perluasan wilayah 193. Peta wilayah kota Mojokerto sebelum mengalami perluasan wilayah dapat dilihat pada gambar H. R. Makagansa, Tantangan Pemekaran Daerah, (Yogyakarta: FusPad, 2008), hlm Arisp Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 tahun 1982 tentang perubahan batas wilayak Kotamadya Mojokerto. 193 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya, Karya Lima Tahun DPRD Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun ) Sebagai Wakil Rakyat, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm. 28.

14 91 Gambar. 8. Peta Kota Mojokerto Sebelum Perluasan Wilayah ( ) Sumber: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya, Karya Lima Tahun DPRD Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun ) Sebagai Wakil Rakyat, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm.17. Wilayah Kota Mojokerto yang sempit dengan penduduk yang terus berkembang dengan pesat. Urbanisasi yang selalu menjadi problem kota yang disebabkan adanya keterpusatan kesempatan kerja di kota. Jumlah penduduk di Kota Mojokerto pada tahun 1971 sejumlah jiwa, jumlah ini kemudian terus mengalami kenaikan. Pada tahun 1979 menjadi jiwa, tahun 1980 sejumlah , kemudian pada tahun 1981 menjadi jiwa 194. Mojokerto sendiri yang hanya terdiri satu kecamatan dengan luas wilayah hanya 7,25 km², 194 Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 4.

15 92 jika dikalkulasi kepadatan penduduk saat itu mencapai 9000 jiwa/ km 2, dengan keadaan penduduk yang hampir 80% berada di wilayah kota 195. Adanya perkembangan penduduk yang terus mengalami kenaikan tersebut pasti akan mempengaruhi perkembangan kota. Kepadatan penduduk ini juga telah menjadi menghambat pembangunan yang terbentur masalah tersedianya tanah. Kepadatan penduduk Kota Mojokerto sebelum perluasan wilayah tersaji dalam tabel berikut: Tabel. 10. Data Penduduk Wilayah Kota Mojokerto Tahun 1980 No Kelurahan Luas (Ha) Jumlah Penduduk 1. Magersari 32, Jiwa 2. Gedongan 14, Jiwa 3. Purwotengah 13, Jiwa 4. Kauman 18, Jiwa 5. Mentikan 18, Jiwa 6. Sentanan 13, Jiwa 7. Balongsari 82, Jiwa 8. Jagalan 16, Jiwa 9. Miji 39, Jiwa 10. Kranggan 113, Jiwa 11. Wates 132, Jiwa 12. Kedundung 228, Jiwa Jumlah 725, Jiwa Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm Mojokerto Kota terpadat penduduknya, dalam Surabaya Post, 6 februari Kepadatan penduduk di Kota Mojokerto telah melebihi kepadatan penduduk Kota Surabaya yang saat itu sekitar 7000 jiwa/km 2 dan Kota jakarta yang mencapai sekitar 6000 jiwa/km.

16 93 Usaha perluasan wilayah Kota Mojokerto sudah muncul sejak masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini dan pada masa pemerintahan Walikota Soehartono 196. Gagasan Walikota Chabib Sjarbini untuk terlaksananya pembangunan kota diperlukan perluasan wilayah kota untuk dua kecamatan lagi. Untuk menunjang gagasannya tersebut, Walikota Chabib Sjarbini mendatangkan tim riset dan perencanaan dari ITB yang bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bina Marga dan Instansi lintas sektor setempat. Tim riset dan perencanaan Kota Mojokerto ini menghasilkan sebuah masterpalan dan menyimpulkan bahwa Kota Mojokerto akan diperluas dengan dua kecamatan lagi. Secara alami perluasan itu bergerak ke arah timur atau selatan. Wacana perluasan wilayah kota tersebut semakin kuat dengan dibentuknya BAPEDA melalui Surat Keputusan Nomor 28/11/1969 tertanggal 24 Februari Namun rencana ini gagal karena terdapat beberapa proses dan prosedur yang harus ditaati dengan mengacu pada Instruksi Gubernur 197. Menurut Gubernur Jawa Timur perluasan fisik wilayah administrasi Kota Mojokerto dan kota lainnya harus berjalan melalui proses konstitusi, dimana pelaksanaannya mengacu pada Instruksi Gubernur Nomor PM.012.4/142/1978 tanggal 19 Oktober 1978, upaya perluasan wilayah Kota Mojokerto kembali dilakukan masa pemerintahan Walikota Soehartono. Meskipun instruksi dan 196 Chatib Sarbini merupakan Walikota Mojokerto periode tahun , dan Soehartono merupakan walikota Mojokerto periode tahun , kemudian walikota setelahnya adalah Samioedin tahun Wahyudi, Seraut Wajah Kota Mojokerto dalam Sorotan Pers, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm Abdullah Masrur, Birokrat Tanpa Keberanian Tanpa Hati Nurani, (Bogor: Swawedar 69, 2001), hlm. 86.

17 94 wacana perluasan sudah matang dilakukan, namun kesepakatan antara bupati dan walikota juga gagal dilakukan. Pada tahun 1978, berdasarkan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: PM /1421/1978 tanggal 19 Oktober 1978 tentang usaha dan upaya pemekaran wilayah daerah, atas instruksi gubernur ini kemudian Kepala Dearah Tingkat II Kabupaten dan Kota Mojokerto mengadakan tukar pendapat tentang persiapan-persiapan pemekaran kota, baik sebagai pihak yang akan menyerahkan atau menerima. Dalam pertemuan ini kedua-duanya telah sepakat untuk menyerahkan 6 desa, meskipun kesepakatan antara dua belah pihak telah dicapai namun masalah pemekaran kota belum ada keputusan yang konkrit dari pemerintah pusat 198. Sampai pada masa pemerintahan Walikota Soehartono berakhir, rencana perluasan wilayah Kota Mojokerto belum dilakukan, kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Walikota Samioedin. Usaha perluasan Wilayah yang dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Samioedin dilakukan dengan menugaskan Masdra M. Jasin untuk menemui pemerintah pusat dan tim ahli di Jakarta. Hasil yang diperoleh dalam pertemuan itu adalah perluasan wilayah akan dilakukan ke arah selatan meliputi Desa Sooko, Japan, Jampirogo, kemudian ke arah barat ke Desa Surodinawan, Prajurit Kulon, ke arah timur ke Desa Meri 199. Ketika Masdra M. Jasin kembali ke Mojokerto, Walikota Samioedin pada tanggal 5 Maret 1979 di depan muspida Kota dan Kabupaten Mojokerto memaparkan hasil dari wacana pemerintah pusat 198 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Mojokerto, log. cit. 199 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

18 95 yang mengarahkan agar perluasan wilayah dilakukan ke daerah Kecamatan Sooko dan Puri. Perluasan ini belum mendapat persetujuan dari Bupati Mojokerto, karena beberapa aset kabupaten banyak terdapat di daerah Kecamatan Sooko. Kondisi ini menimbulkan sedikit konflik, terlebih lagi banyak media yang mengekspose. Kondisi ini membuat Bupati Fatchurrohman tersinggung dan terkesan memperlambat proses perluasan wilayah Kota Mojokerto 200. Usaha perluasan wilayah kembali di bahas dalam sidang paripurna DPRD Kabupaten dan Kota Mojokerto ke 35. Dalam sidang tersebut Bupati Mojokerto memutuskan bahwa berdasarkan pertimbangan tentang batas wilayah, perluasan dilakukan ke arah barat dan timur. Perluasan tidak mungkin dilakukan ke utara sungai brantas, karena dapat mengganggu kelangsungan perbatasan tersebut. Juga tidak dilakukan ke arah timur karena akan terbentur pada desa-desa yang merupakan daerah industri penting yang telah di rencanakan Pemerintah Kabupaten Mojokerto 201. Hasil kesepakatan perluasan wilayah ini tidak sesuai dengan wacana pemerintah pusat, karena perluasan wilayah tidak mungkin dilakukan ke wilayah Kecamatan Sooko bagian selatan yang banyak terdapat aset milik Kabupaten Mojokerto. Kesepakatan yang diperoleh antara Bupati dan Walikota Mojokerto dengan memasukkan 6 desa. Enam desa tersebut terdiri dari 2 desa yang berasal dari Kecamatan Puri yaitu Desa Gunung Gedangan dan Desa Meri. kemudian Wawancara dengan Bapak Abdullah Masrur (62 tahun) pada tanggal 11 desember 2013 di Jalan Sawunggaling Nomor 14 Kota Mojokerto. 201 Pemekaran Wilayah Kotamadya Mojokerto dibahas DPRD, Surabaya Post, tanggal 7 Maret 1979, dalam

19 96 desa berasal dari Kecamatan Sooko diantaranya adalah Desa Surodinawan, Desa Blooto, Desa Pulorejo, dan Desa Prajurit Kulon 202. Pada tahun 1982, kesepakatan akhir antara Walikota Mojokerto dan Bupati Mojokerto tercapai dengan kesepakatan bahwa Kota Mojokerto terdiri dari dua kecamatan yang dibagi menjadi Kecamatan Mojokerto Barat yang berkedudukan di Prajurit Kulon, dan Kecamatan Mojokerto Timur yang berkedudukan di Kecamatan Magersari. Kecamatan Prajurit kulon terdiri dari Kelurahan Kauman, Mentikan, Miji, Kranggan, Pulorejo, Prajurit Kulon, Blooto dan Surodinawan. Sedangkan Kecamatan Magersari terdiri dari Kelurahan Magersari, Gedongan, Purwotengah, Sentanan, Balongsari, Jagalan, Wates, Kedundung, Gunung gedangan, dan Meri Perluasan wilayah Kota Mojokerto ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1982 tentang perubahan wilayah dan batas Kota Mojokerto yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto 204. Peta wilayah dan batas Kota Mojokerto pasca peruasan wilayah dapat dilihat pada gambar 9. Berdasarkan peraturan tersebut wilayah Kota Mojokerto terbagi menjadi 2 kecamatan, 18 kelurahan dan 65 lingkungan. Daftar nama seluruh kelurahan dan lingkungan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel di bawah ini Enam Desa Baru Untuk Kodya Mojokerto, dalam Karya Darma, 17 Maret 203 Kodya Mojokerto Akan Menjadi Dua Kecamatan, dalam Surabaya Post, 13 maret Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto : Pemerintah Kota Mojokerto, 1989), hlm. 3-4.

20 97 Tabel. 11. Daftar Wilayah Kelurahan dan Lingkungan Kota Mojokerto Pasca Perluasan Tahun 1982 Kecamatan Kelurahan Lingkungan 1. Magersari 1. Meri Meri, Kuwung, dan Trosobo. 2. Gunung Gedangan Gedangan, Gununganyar, Kedungturi, Kuti, dan Keboan. 3. Kedundung Balongrawe, Sekarputih, Randegan, dan Kedundung. 4. Balongsari Sumolepen, Balongcok, Gembongsari dan Mangunsari. 5. Jagalan Jagalan dan Kalimati. 6. Sentanan Sentanan Kidul dan Sentanan Lor. 7. Purwotengah Galuhan, Pangeranan, Purwosari. 8. Gedongan Gedongan Timur dan Gedongan Barat. 9. Magersari Magersari, Suronatan, Margosari, dan Mulyosari. 10. Wates Wates, Karanglo, Banjaranyar, Bancang, Perumnas Wates Timur, Perumnas Wates tengah, dan Perumnas Wates Barat. 2. Prajurit Kulon 1. Surodinawan Surodinawan, Pekuncen, Murukan dan Kedungmalang. 2. Kranggan Kranggan, Suratan, Pekayon dan Penarip. 3. Miji Miji, Miji Baru, Sinoman, Kedungkwali. 4. Prajurit Kulon Prajurit Kulon. 5. Blooto Blooto, Kemasan, Trenggilis. 6. Mentikan Mentikan, Sidomulyo, Cakarayam, dan Cakarayam Baru. 7. Kauman Kauman, Sidogede, dan Keradenan 8. Pulorejo Balongkrai, Balongcangkring I, Balongcangkring 2, Pulowetan dan Pulokulon. Sumber : BPS dan Bapeda Kotamadya Mojokerto, Kotamadya Mojokerto Dalam Angka 1991,(Mojokerto: Badan Pusat Statistik Kotamadya Mojokerto, 1991), hlm. 3-4.

21 98 Gambar. 9. Peta Kota Mojokerto Pasca Perlusan Wilayah (1982) Sumber: diedit dari Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 2. Keterangan gambar 10: Kecamatan Prajurit Kulon terdiri dari: 1 : Kelurahan Pulorejo 2 : Kelurahan Blooto 3 : Kelurahan Prajurit Kulon 4 : Kelurahan Surodinawan 5 : Kelurahan Miji 6 : Kelurahan Kranggan 7 : Kelurahan Mentikan 8 : Kelurahan Kauman Kecamatan Magersari terdiri dari: 9 : Kelurahan Sentanan 10 : Kelurahan Jagalan 11 : Kelurahan Purwotengah 12 : Kelurahan Gedongan 13 : Kelurahan Magersari 14 : Kelurahan Balongsari 15 : Kelurahan Wates 16 : Kelurahan Kedundung 17 : Kelurahan Gunung- Gedangan 18 : Kelurahan Mentikan

22 99 Mengacu pada gambar 9, dapat dilihat wilayah Kota Mojokerto sebelum mengalami perluasan wilayah, batas wilayahnya di tunjukkan dengan garis berwarna coklat. Batas wilayah Kota Mojokerto pasca perluasan wilayah ditunjukkan dengan garis titik-titik paling luar. Batas wilayah yang berubah adalah batas sebelah selatan, barat dan timur. Perubahan batas wilayah Kota Mojokerto sebelum dan pasca perluasan dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 12. Batas-Batas Wilayah Kota Mojokerto Sebelum dan Sesudah Perluasan Wilayah Batas-Batas Sebelum perluasan Sesudah perluasan Utara Sungai Brantas, daerah Kecamatan Gedeg dan daerah Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Sungai Brantas, daerah Kecamatan Gedeg dan daerah Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Timur Selatan Barat Daerah Kecamatan Mojoanyar meliputi Desa Lengkong, Desa Kepuhanyar, dan Desa Gebang Malang, Kabupaten Mojokerto. Daerah Kecamatan Puri meliputi Desa Meri dan Desa Gunung Gedangan. Daerah Kecamatan Sooko yang meliputi Desa Sooko Sungai Brangkal dan daerah Kecamatan Sooko meliputi Desa Prajurit Kulon, Desa Surodinawan dan Desa Pulorejo, Kabupaten Mojokerto. Daerah Kecamatan Mojoanyar yang meliputi Desa Lengkong, Desa Kepuhanyar, Desa Jabon dan Desa Gebang Malang, Kabupaten Mojokerto. Daerah Kecamatan Puri meliputi Desa Jabon, Desa Kenanten, Desa Banjaragung. Daerah Kecamatan Sooko meliputi Desa Sooko, Desa Wringinrejo dan Desa Sambiroto, Kabupaten Mojokerto. Daerah Kecamatan Sooko meliputi Desa Ngingas Rembyong dan Desa Mojoranu, Kabupaten Mojokerto. Sumber : diolah dari Wawancara dengan Bapak Irfan Sugiyanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

23 100 Pasca perluasan wilayah Kota Mojokerto pada tahun 1982, luas Kota Mojokerto juga mengalami perubahan dari 7,25 km 2 menjadi 16,48 km 2. Luas Kota Mojokerto itu terdiri dari: tanah sawah seluas 9,02 km 2, tanah tegalan seluas 0,64 km 2, tanah pekarangan seluas 6,08 km 2, tanah lainnya seluas 0,72 km Selain luas wilayah Kota Mojokerto berubah, jumlah penduduk juga mengalami perubahan. Jumlah penduduk Kota Mojokerto wilayah Kecamatan Prajurit Kulon dan Kecamatan Magersari dapat dilihat dapa tabel di bawah ini. Tabel. 13. Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan/ Desa dalam wilayah Kecamatan Prajurit Kulon Pada Tahun 1982 : No Kelurahan / Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk 1. Desa Pulorejo 142, Jiwa 2. Desa Prajuritkulon 119, Jiwa 3. Desa Surodinawan 145, Jiwa 4. Kelurahan Mentikan 18, Jiwa 5. Kelurahan Kauman 18, Jiwa 6. Desa Blooto 170, Jiwa 7. Kelurahan Miji 39, Jiwa 8. Kelurahan Kranggan 113, Jiwa Jumlah 776, Jiwa Sumber : Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm Harijadi, op.cit., hlm. 3.

24 101 Tabel. 14. Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan/ Desa Dalam Wilayah Kecamatan Magersari Tahun 1982 : No Kelurahan / Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk 1. Desa Gunung Gedangan 170, Jiwa 2. Desa Meri 164, Jiwa 3. Kelurahan Kedundung 228, Jiwa 4. Kelurahan Wates 132, Jiwa 5. Kelurahan Magersari 32, Jiwa 6. Kelurahan Balongsari 82, Jiwa 7. Kelurahan Jagalan 16, Jiwa 8. Kelurahan Sentanan 13, Jiwa 9. Kelurahan Purwotengah 13, Jiwa 10. Kelurahan Gedongan 14, Jiwa Jumlah 870, Jiwa Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 4. D. Realisasi Kota Mojokerto Sebagai Kota Budiparindra Pembangunan Kota Mojokerto menjadi Kota Budiparindra pada masa pemerintahan Walikota Samioedin tidak dapat berjalan lancar karena terdapat beberapa aspek yang tidak terpenuhi. Dalam bidang pendidikan dari tingkat taman kanank-kanak hingga perguruan tinggi Kota Mojokerto masih tergolong kota yang masih dalam tahap perkembangan. Jumlah gedung sekolah mengalami pertambahan jumlah, namun pertambahan tersebut tidak terlalu besar. Adapun pertumbuhan jumlah sekolah yang terdapat di Kota Mojokerto sejak tahun 1979 hingga 1989 adalah sebagai berikut:

25 102 Tabel. 15. Jumlah Lembaga Pendidikan di Kota Mojokerto Tahun No. Tingkatan 1979/ / / Taman kanak-kanak Sekolah dasar negeri dan swasta Sekolah menegah pertama Sekolah menegah atas Sumber : Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 39. Kemajuan dalam bidang pendidikan di Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin juga ditunjukkan dengan adanya Universitas Unsuri atau Sunan Giri Surabaya yang membuka cabang di Mojokerto. Pembukaan Universitas Sunan giri cabang Mojokerto ini dilakukan di Gedung Nasional Majapahit oleh wakil rektor I yaitu Mardjiin Syam. Peresmian ini dilakukan dengan melantik mahasiswa baru tahun akademik Dalam bidang pariwisata belum dapat diwujudkan di Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin. Pada tahun 1980an Kota Mojokerto tercatat hanya mempunyai satu tempat yang bisa dijadikan masyarakat sebagai tempat rekreasi yakni Kolam Pemandian Sekarsari. Kolam pemandian ini merupakan kolam pemandian yang secara langsung dikelola oleh Pemerintah Kota Mojokerto. Dalam perkembangannya kemudian pengunjung di Kolam Renang Sekarsari belum ramai dikunjungi oleh masyarakat karena minimnya 206 Mojokerto Kini Mempunyai Perguruan Tinggi, dalam Surabaya Post, 29 September Pembukaan Universitas ini menurut Ansor Cholil dikarenakan di Kota Mojokerto telah berdiri sejumlah kurang lebih 25 SMA baik negeri maupun swasta, namun belum memiliki perguruan tinggi satupun.

26 103 fasilitas yang terdapat di pemandian ini. Kondisi pengunjung yang kurang memenuhi target ini mempengaruhi pendapatan yang masih rendah. Untuk intensifikasi fasilitas agar pendapatan meningkat kemudian pengelolaan pemandian ini sejak tanggal 1 April 1980 dipindahkan kepada Kepala Markas Wilayah Pertahanan Sipil yang saat itu di jabat oleh Poernomo 207. Pemindahan ini dilakukan agar pengunjung semakin banyak dan pendapatan meningkat. Upaya perwujudan Kota Mojokerto sebagai Kota Pariwisata yang dilakukan Walikota Samioedin adalah meremajakan taman yang terdapat di alunalun Kota Mojokerto. Alun-Alun Kota Mojokerto awalnya hanya terdapat tugu peringatan kemerdekaan atau Proklamasi ini dibuat pada tahun 1949 menjelang penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia (RIS) pada tahun Kemudian pada perkembangan selanjutnya monumen tersebut dihancurkan dan diganti dengan tugu baru. Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin, renovasi alun-alun dilakukan hanya sebatas pada perbaikan taman untuk menarik banyak pengunjung dan menjadi salah satu alternatif wisata murah bagi masyarakat Kota Mojokerto 208. Perwujudan Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata juga dapat dilihat melalui tempat-tempat publik yang terdapat di Kota Mojokerto salah satunya adalah Hotel Slamet dan Pusat Perbelanjaan Kranggan yang dikenal masyarakat sebagai kawasan Shopping Center Kranggan Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaa Kota Mojokerto Nomor HK. 44 tahun 208 Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014 di Miji Gang 3, Kota Mojokerto. 209 Harijadi, op. cit., hlm. 31.

27 104 Dalam bidang industri, Kota Mojokerto tidak memiliki banyak perusahaan, hanya terdapat beberapa perusahaan yang secara geografis berada di dalam Kota Mojokerto, diantaranya yaitu PT Bokormas, PT Dragon, PT Barsindo, serta home industri yang tersebar di beberapa daerah di Kota Mojokerto. Pada tahun 1980an terdapat beberapa daerah yang memiliki home industri, diantaranya industri sepatu yang bayak berdiri di Kedungkwali dan Penarip, industri dandang yang berada di Desa Suratan 210. Untuk menunjang home industri yang berada di Desa Wates dan Kedundung, pemerintah memperluas jaringan listrik untuk menunjang pendapatan home industri. Untuk Desa Kedundung dengan daya VA sedangkan untuk Desa Wates dengan daya VA 211. Konsep yang terakhir adalah konsep Kota Mojokerto sebagai kota perdagangan. Dalam bidang perdagangan Kota Mojokerto tidak mempunyai komoditi andalam yang dapat dikirim ke daerah lain. Aktivitas perdagangan di Kota Mojokerto terjadi di dibeberapa pasar tradisinal, diantaranya Pasar Tanjung Anyar, Pasar Kliwon, Pasar Pon, Pasar Kranggan, serta di beberapa jalan yang menjadi pusat pertokoan seperti Jalan Majapahit. Aktivitas perdagangan yang terjadi di pasar tradisional ini masih didominasi oleh pedagang-pedagang kecil yang sering kali menimbulkan masalah. Sedangkan aktivitas perdagangan yang menempati ruko-ruko sepanjang jalan hampir 70% didominasi oleh etnis China. 210 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto. 211 Industri Kecil Gunakan Tenaga Listrik, dalam Radar Kota, 8 April 1980.

28 105 E. Masa Akhir Pemerintahan Walikota Samioedin Masa pemerintahan Samioedin sebagai Walikota Mojokerto berakhir pada tanggal 15 Januari Sebelum jabatannya berakhir Samioedin telah memperjuangkan pemindahan Kantor Pemerintah Kota Mojokerto yang semula berada di Jalan Hayam Wuruk, Kota Mojokerto. Menurut perencanaan kantor ini akan dipindahkan ke Lapangan Balongsari yang berada Jalan Gajah Mada 212. Pemindahan ini dilakukan karena kantor pemerintahan Kota Mojokerto yang berada di Jalan Hayam Wuruk terlalu sempit dan letaknya yang kurang strategis 213. Upaya Walikota Samioedin untuk membangun Kantor Pemerintah Kota Mojokerto yang baru itu tidak berhasil karena terdapat beberapa hambatan. Hambatan tersebut terutama dalam hal dana pembangunan yang saat itu subsidi dari pemerintah pusat untuk penyelenggaraan pembangunan Kota Mojokerto masih sangat minim. Di akhir masa pemerintahan Walikota Samioedin hanya berhasil memperlebar Jalan Gajahmada menjadi dua jalur, jalan ini nantinya akan menjadi jalan utama menuju kantor pemerintahan Kota Mojokerto. Dalam pembangunan jalan tersebut swadaya masyarakat sangat tinggi, swadaya itu diwujudkan masyarakat dalam bentuk penyerahan tanah masyarakat yang terkena 212 Lapangan Balong sari merupakan satu-satunya lapangan olahraga yang dimiliki Kota Mojokerto, ketika muncul kebijakan pemindahan kantor pemerintahan Kota Mojokerto, pada masa Walikota Samioedin telah merintis pembangunan Gelora A. Yani sebagai pengganti dari lapangan Balongsari yang akan digunakan untuk kantor pemerintah Kota mojokerto. Wawancara dengan Bapak Dzakir Mukti (70 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Balongsari Gang 8 Nomor 2 Kota Mojokerto. 213 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

29 106 pelebaran Jalan Gajah Mada. Tanah masyarakat yang terkena pelebaran Jalan Gajah Mada tidak mendapat uang pengganti dari pemerintah Kota Mojokerto, hal ini terjadi karena tidak adanya dana untuk membayar ganti rugi 214. Pada akhir masa pemerintahan Walikota Samioedin juga belum berhasil menetralisir peralihan fungsi sungai sinoman I dan sinoman II, pada awalnya sungai sinoman ini merupakan sungai yang digunakan sebagai sarana irigasi yang mengairi daerah pertanian di Kota Mojokerto sebelah timur, kemudian ada perkembangannya daerah pertanian tersebut berubah menjadi pemukiman warga atau perumahan. Perubahan fungsi Sungai Sinoman dari sarana irigasi menjadi sarana pembuangan sampah masyarakat, kondisi ini menimbulkan masalah karena sungai ini bermuara di wilayah kabupaten. Hingga akhir masa jabatan Walikota Samioedin belum bisa menangani masalah ini Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto. 215 Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014 di Miji Gang 3, Kota Mojokerto.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR PUSTAKA. Arsip Tentang Pemindah tanganan pengelolaan pemandian Sekar Sari.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR PUSTAKA. Arsip Tentang Pemindah tanganan pengelolaan pemandian Sekar Sari. DAFTAR PUSTAKA SUMBER ARSIP Arsip Pemerintah Kota Mojokerto tentang perintah pembangunan Perumahan Tukang Becak. Arsip Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1982 tentang penetapan perluasan

Lebih terperinci

KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN Sari Rahmawati 1) Purnawan Basundoro 2)

KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN Sari Rahmawati 1) Purnawan Basundoro 2) KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989 Sari Rahmawati 1) Purnawan Basundoro 2) Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAHKOTAMOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKANKECAMATANKRANGGAN

WALIKOTA MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAHKOTAMOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKANKECAMATANKRANGGAN WALIKOTA MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAHKOTAMOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKANKECAMATANKRANGGAN DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA WALIKOTAMOJOKERTO, Menimbang a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN

PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 005 PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO GAMBARAN UMUM PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH KOTA MOJOKERTO ====================================================== Batas Umum Kota Mojokerto

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 2006

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 006 DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN TAHUN 007 GAMBARAN UMUM PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH KOTA MOJOKERTO ======================================================

Lebih terperinci

2. Kegiatan a. Belanja Jasa Konsultasi/Pendamping Perencanaan Teknis Pembangunan RSUD Surodinawan.

2. Kegiatan a. Belanja Jasa Konsultasi/Pendamping Perencanaan Teknis Pembangunan RSUD Surodinawan. 1. URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN 1.1. Program dan Kegiatan Program dan Kegiatan Urusan Wajib yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto meliputi 3 Bidang diantaranya Bidang Bina Marga,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PELAYANAN KEBERSIHAN KOTA MOJOKERTO DENGAN PIHAK KETIGA PADA RUAS-RUAS JALAN WILAYAH KOTA YANG BELUM TERTANGANI PROPOSAL

PENINGKATAN PELAYANAN KEBERSIHAN KOTA MOJOKERTO DENGAN PIHAK KETIGA PADA RUAS-RUAS JALAN WILAYAH KOTA YANG BELUM TERTANGANI PROPOSAL PENINGKATAN PELAYANAN KEBERSIHAN KOTA MOJOKERTO DENGAN PIHAK KETIGA PADA RUAS-RUAS JALAN WILAYAH KOTA YANG BELUM TERTANGANI PROPOSAL DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA MOJOKERTO 2006 PENINGKATAN PELAYANAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan per Kecamatan/ Kelurahan (Ha)... 3 II. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA... 4

DAFTAR ISI. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan per Kecamatan/ Kelurahan (Ha)... 3 II. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA... 4 DAFTAR ISI I. KEADAAN GEOGRAFIS... Tabel. Letak Geografis Tahun 2007... Tabel 2. Banyaknya Dusun /Lingkungan, RW dan RT Kec/ Kelurahan... 2 Tabel 3. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan per Kecamatan/

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N NOMOR : 3/E 2004 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur)

ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur) ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur) ELON FADILAH SETIAWAN 3510100052 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus Di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto)

Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus Di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto) Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus Di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto) SKRIPSI Disusun Oleh : DWI SEPTIAN WIDIANTO PUTRI NPM.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Darah Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 26 TAHUN 2002 T E N T A N G PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 26 TAHUN 2002 T E N T A N G PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 26 TAHUN 2002 T E N T A N G PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA BANDUNG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 35 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan perkembangan daerah dan meningkatnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR SEGAMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG USAHA PEMONDOKAN DI KOTAMADYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung adalah Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km 2 atau 19.772 hektar. Secara

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan

I. PENDAHULUAN. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri uruasn pemerintahan dan kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa perkembangan perekonomian telah memacu timbulnya keanekaragaman

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa usaha Hotel sebagai suatu usaha yang melengkapi

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 2012 TENTANG PENAMAAN JALAN, TAMAN TERBUKA, TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DAN PENOMORAN BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT DESA GEDANGAN. Arteri Sekunder (jalan provinsi) yang cukup startegis membujur arah Utara-

BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT DESA GEDANGAN. Arteri Sekunder (jalan provinsi) yang cukup startegis membujur arah Utara- BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT A. Tapak Kilas Desa Gedangan DESA GEDANGAN Desa Gedangan adalah desa yang terletak di Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Secara geografis Desa Gedangan berada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN TEMPAT OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS KAWASAN PERUMAHAN, KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA, SERTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar; PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN AREA PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 32 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PASAR SWASTA DAN LINGKUNGAN DI WILAYAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 5 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU SALINAN BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2000 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2000 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa guna peningkatan ketertiban pasar menuju terciptanya ketertiban pedagang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah 36 BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN A. Pengertian dan Jenis-Jenis Jalan 1. Pengertian Jalan Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN BANGUNAN DI KAWASAN PANTAI TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN BANGUNAN DI KAWASAN PANTAI TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN BANGUNAN DI KAWASAN PANTAI TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penataan kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BARITO KUALA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a. bahwa perkembangan perekonomian di Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa perkembangan perekonomian telah memacu timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan, 31 IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang.

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA 21 Desember 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BANJAR DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BANJAR DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BANJAR DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LOMBOK UTARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LOMBOK UTARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LOMBOK UTARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Pengadaan proyek Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012 SALINAN WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 188.8 / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012 WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila tidak diimbangi dengan fasilitas lingkungan yang memadai, seperti penyediaan perumahan, air bersih

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA SALATIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA IV.1. Kondisi Kota Yogyakarta IV.1.1. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

UU 27/2002, PEMBENTUKAN KOTA BANJAR DI PROVINSI JAWA BARAT

UU 27/2002, PEMBENTUKAN KOTA BANJAR DI PROVINSI JAWA BARAT Copyright (C) 2000 BPHN UU 27/2002, PEMBENTUKAN KOTA BANJAR DI PROVINSI JAWA BARAT *13478 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BANJAR DI PROVINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci