Perancangan Sistem Penjejak Matahari Dua Sumbu Dengan Reflektor Pada Tiga Posisi
|
|
- Devi Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Perancangan Sistem Penjejak Matahari Dua Sumbu Dengan Reflektor Pada Tiga Posisi Septian Rahyudhi, Imam Abadi ST. MT. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya imam@ep.its.ac.id Abstrak Sistem penjejak matahari dirancang supaya dapat mengikuti orientasi matahari sehingga diperoleh daya yang lebih besar dari pada sistem panel tetap. Dalam penelitian ini disesain sistem penjejak matahari dua sumbu dengan reflektor aktif dengan beberapa parameter sudut supaya diperoleh total radiasi tahunan yang optimal. Mekanisme sistem penjejak matahari ditentukan pada tiga sudut utama yaitu pada saat pagi, siang dan sore. Hasil analisa yang didapat menunjukkan bahwa sudut sudut stop optimal panel surya saat pagi dan sore adalah sebesar β=70 o dari posisi siang hari, dan sudut switch optimal panel surya sebagai acuan untuk mengubah posisi panel ditentukan setengah dari sudut stop β adalah sebesar θ H =35 o, keduanya tergantung oleh lokasi lintang sistem ditempatkan. Sudut azimuth yang diperoleh saat pagi dan sore diperoeh sekitar 60 o γ 80 o dengan eror dari nilai optimal sebesar 2% dan 50 o γ 60 o dengan eror sebesar kurang dari 5%. Peningkatan daya yang dihasilkan dibandingkan dengan panel tetap adalah sebesar 45,128% pada lintang ϕ=-7 o. Untuk desain sudut tilt 1x reflektor yang optimal diperoleh sebesar α= 63 o, serta sudut switch reflektor diperoleh θ Hr =31, 5 oo. Peningkatan daya yang dihasilkan dengan penambahan reflektor aktif meningkat sebesar 12,981%, sehingga total peningkatan sistem penjejak matahadi dua sumbu dengan reflektor aktif pada tiga posisi diperoleh sebesar 46,117%. menggunakan metode 3 posisi yaitu pagi, siang, dan sore. Penelitian lainnya dilakukan oleh Hossein M. yang menganalisa sistem solar tracker untuk memaksimalkan daya keluarannya. Berdasarkan metode yang telah ada, penulis mencoba untuk mengembangkan metode yang telah ada dengan cara menerapkan sistem penjejak matahari dua sumbu dengan tracking reflektor datar pada tiga posisi sehingga diharapkan mampu meningkatkan daya keluaran sistem secara optimal. II. ANALISA DESAIN SISTEM PENJEJAK MATAHARI A. Desain Modul Sistem Penjejak Matahari 2 Sumbu dengan Reflektor Gambar 1 merupakan sistem penjejak matahari dua sumbu dengan reflektor. Mekanisme tracking sistem tersebut digerakkan oleh motor servo dan sensor posisi matahari. Sensor posisi matahari berfungsi untuk menyesuaikan agar di posisi tengah sedangkan motor servo berfungsi untuk menggerakkan sistem sehingga panel PV tegak lurus dengan matahari. Kata Kunci panel surya, energy surya, penjejak matahari, reflektor datar I I. PENDAHULUAN ndonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, salah satunya adalah potensi surya (matahari) yang bersih dan ramah lingkungan, tetapi pemanfaatannya belum optimal. Belum optimalnya pemanfaatan energi tersebut disebabkan biaya pembangkitan pembangkit listrik energi terbarukan, seperti tenaga surya, tidak dapat bersaing dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik berbahan bakar energi fosil (bahan bakar minyak, gas bumi, dan batubara). Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4,8 kwh/m 2 per hari di seluruh wilayah Indonesia. Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum dimanfaatkan secara optimal, maka sistem pembangkitan listrik menggunakan solar cell merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah jenis energi alternatif. Untuk mengembangkan sistem tracking aktif matahari, beberapa penelitian telah dilakukan diantaranya B.J Huang mencoba menganalisa solar tracker satu sumbu Gambar. 1. Desain modul sistem penjejak matahari dua sumbu bengan reflektor aktif pada tiga posisi Sensor posisi matahari terdiri atas dua elemen sensor yang dipisahkan oleh sebuah shading plate. Pergerakan matahari akan mempengaruhi kondisi photosensing yang tertutup oleh bayangan. Berdasarkan posisi matahari, sinyal yang ditangkap membuat motor akan bergerak menuju posisi tertentu yang paling dekat dengan matahari. Desain sensor yang digunakan akan menentukan kapan PV sistem merubah posisinya.
2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Daftar simbol A Ketinggian lokasi pengamatan, kilometer σ b Transmisi berkas radiasi atmosfir, tidak bersatuan a 0, a 1, k, a o, a 1, k Parameter untuk σ, r 0, r 1, r b, tidak k bersatuan σ d Transmisi berkas radiasi baur atmosfir, tidak bersatuan G o Radiasi atmosfir matahari (AM0) pada bidang Rasio sinar datang pada panel terhadap bidang R horizontal b horizontal, tidak bersatuan G bn Berkas radiasi pada bidang hotizontal, W/m 2 γ Sudut azimuth, derajat G sc Konstanta Matahari 1353 W/m 2 λ Slope permukaan, derajat I c clear sky horizontal radiation, J m 2 δ Sudut deklinasi, derajat I ob clear sky horizontal beam radiation, J/ m 2 ϕ Sudut lintang, derajat I od clear sky horizontal diffuse radiation, J/ m 2 θ Sudut datang/insiden terhadap garis normal PV, derajat I on Radiasi matahari di atmosfir (AM0), J/ m 2 θ z Sudut zenith, derajat I T Radiasi yang ditangkap permukaan, J/ m 2 θ r Sudut datang reflektor, derajat n Hari ke-n dalam satu tahun, hari θ H Sudut switch panel, derajat P v Ukuran PV modul, Wp θ Hr Sudut switch reflektor, derajat Q opt Radiasi total tahunan yang optimal,mj/ m 2 ω Sudut jam, derajat Q total Radiasi total tahunan, MJ/ m 2 α Sudut tilt reflektor, derajat ρ Konstanta pantulan difus tanah, tidak bersatuan β Sudut stop panel, derajat Desain reflektor terhadap bidang PV didasarkan atas pengembangan desain reflektor pasif yaitu tanpa tracking. Penempatan reflektor diletakkan pada sisi selatan sehingga tidak mengganggu arah datang sinar matahari menuju panel PV. Dengan sistem penjejakan matahari, reflektor dapat aktif bergerak pada sudut 0 derajat sampai 90 derajat. Skema reflektor terhadap panel PV dapat dilihat pada gambar 2. Mekanisme penjejak matahari pada reflektor memiliki kaidah sang serupa seperti pada panel PV yaitu pada saat pagi, siang, dan sore. Sistem digerakkan oleh motor DC dengan arah orientasi pada dua sumbu, yaitu orientasi sudut α dan pergerakan pada orientasi azimuth. Namun, pergerakan pada orientasi azimuth didesain mengikuti orientasi panel penjejak matahari. Desain mekanik dibuat cukup sederhana agar sistem bekerja tidak terlalu berat serta dapat beroperasi secara efisien. Gambar 2. Desain reflektor terhadap bidang panel PV B. Radiasi Total Sesaat pada Sistem Penjejak Matahari 2 Sumbu dengan Reflektor Berdasarkan gambar 3, tentang koordinat sistem penjejak PV, maka dapat dihitung radiasi matahari sesaat pada penjejak matahari 2A3P modul PV dengan menggunakan persamaan Liu and Jordan, yaitu: I T = I cb R b + I cd 1+cos β 2 + I c ρ 1 cos β cos θ R b = (2) cos θ z dimana ρ adalah koefisien pemantulan tanah, yaitu 0.2 untuk tanah bebas salju dan 0.7 untuk tanah bersalju. λ adalah kemiringan permukaan PV, I cb adalah berkas 2 (1) horizontal radiasi saat kondisi cerah; yang dihitung dengan menggunakan model matematis Hottel, yaitu: I cb = I on τ b cos θ z. (3) Tetapan transmisi atmosfir terhadap berkas radiasi τ b adalah perbandingan antara berkas radiasi G bn terhadap Air Mass Zero (AM0) radiasi luar angkasa, τ b = G bn /G 0. (4) yang ekivalen dengan persamaan berikut: τ b = a 0 + a 1 e k/ cos θ z. (5) Tetapan a 0 = r 0 a 0 ; a 1 = r 1 a 1 ; k = r k k untuk atmosfir standar pada jarak 23 km pandangan, ditentukan dari a 0, a 1, k yang diberikan untuk ketinggian kurang dari 2.5 km dengan: a 0 = A 2, a 1 = (6.5 A) 2, (6) k = (2.5 A) 2, dimana A adalah ketinggian pengamat dalam kilometer. Parameter r 0, r 1, r k tergantung pada tipe iklim, yang ditunjukkan pada tabel 1. Variabel I on merupakan akumulasi berkas radiasi luar angkasa (atau AM0) untuk satu periode (missal 1 menit) pada hari ke n dalam satu tahun. I on = G 0n dt = G sc cos 360xn dt. (7) 365 G sc adalah konstanta matahari(1353 W/m 2 ) Variabel I cd pada persamaan (1) merupakan radiasi difuse, yang dihitung menggunakan model persamaan Liu & Jordan, yaitu: I cd = I on τ d cos θ z. (8) τ d = τ b. (9) Gambar. 3. Geometri sistem penjejak matahari dengan reflektor Berdasarkan gambar 3, sudut datang matahari terhadap vektor garis normal PV θ, dan sudut zenith θ z berhubungan
3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) dengan sudut elevation / tilt angle α, sudut stop β dan sudut deklinasi matahari δ, yang dihitung menggunakan persamaan (11) dan (12), yang berasal dari posisi relatif matahari dan letak PV. cos i = sin α cos β sin φ cos γ cos δ cos ω sin α cos β cos γ cos φ cos δ sin β sin γ sin φ cos δ cos ω +sin β sin γ cos φ sin δ + sin α cos β sin γ cos δ sin ω + sin β cos γ cos δ sin ω (10) + cos α cos β sin φ sin δ + cos α cos β cos φ cos δ sin ω Untuk panel dengan slope tetap, maka pergerakan panel untuk orientasi utara-selatan ditentukan oleh azimuth, γ, sehingga untuk kasus ini, α = 0 o, persamaan menjadi: cos θ = sin β sin γ sin φ cos δ cos ω +sin β sin γ cos φ γ sin δ + sin β cos γ cos δ sin ω (11) + cos β sin φ sin δ + cos β cos φ cos δ sin ω cos θ z = cos φ cos δ cos ω + sin φ sin δ (12) dan, δ = sin n, deg, (13) 365 γ adalah azimuth permukaan PV dari arah selatan (negative untuk arah timur dan positif untuk arah barat); φ adalah lokasi lintang tempat instalasi, ω adalah solar time (negative untuk pagi, positif untuk sore, dan nol saat siang hari, 15 derajat per jam) Tipe Iklim Tabel 1. Nilai Konstanta Iklim r 0, r 1, r k Untuk sistem reflektor penjejak matahari, yaitu studi kasus dengan orientasi sudut α, maka komponen sudut diabaikan, artinya β = 0. Sehingga persamaan (10) menjadi: cos θ r = sin α sin φ cos γ r cos δ cos ω sin α cos γ r cos φ cos δ + sin α sin γ r cos δ sin ω (14) + cos α sin φ sin δ + cos α cos φ cos δ sin ω dengan, γ r = γ + 90 o (15) cos λ pada merupakan inner product dari vector garis normal PV dan vector zenith, yang dirumuskan: cos λ = cos α cos β, (16) Melalui persamaan-persamaan di atas, maka total radiasi tahunan sistem penjejak matahari dengan reflektor pada tiga posisi maka persamaan (1) menjadi: 1+cos λ r 0 r 1 r k Tropical Mid-latitude summer Sub-arctic summer cos λ I T = I cb R b + I cd + I 2 r ρ r F r c + I c ρ (17) 2 dimana ρ r adalah tetapan pantulan diffuse pada reflektor; Ir radiasi pada permukaan reflektor, dengan diasumsikan Ir=Ic, dan Fr-c adalah view factor permukaan terhadap reflektor. C. Desain Optimal Sistem Penjejak Matahari 2 Sumbu (1). Sudut stop β optimal untuk desain PV pada lintang -7 o Desain sudut stop diatas, diperoleh pada latitude φ = -7 o, yang merupakan posisi lintang lokasi instalasi pengambian data serta diambil pada ketinggian A= km. Pada Sumbu y 1 merupakan radiasi total tahunan matahari sebagai fungsi sudut stop, β. Sedangkan pada sumbu y 2 yaitu pada bagian kiri grafik merupakan sudut switch panel surya melalui kaidah θ H = β 2. Berdasarkan gambar 4, diperoleh desain sudut stop optimal pada kondisi tersebut sebesar β =70 o. Untuk sudut stop optimal tersebut, radiasi total tahunan diperoleh sebesar Q opt = MJ/m 2 yr. Desain sudut switch diperoleh berdasarkan kaidah yang telah ditentukan sehingga diperoleh sudut switch optimal sistem penjejak matahari dua sumbu adalah sebesar θ H = 35 o. Yearly Total Irradiance (MJ/m 2 yr) Yearly Total Irradiance (MJ/m 2 yr) Latitude --Latitude = -7º ---- A = = -7º km-- A = 6 m Stop angle (degree) (2). Sudut stop β optimal untuk desain panel pada variasi lintang di Indonesia Plot grafik berikut ini merupakan desain sudut stop pada variasi latitude 6 o, -7 o, dan -11 o. Variasi didasarkan pada latitude di Indonesia, bernilai positif jika pada lintang utara dan bernilai negatif jika pada lintang selatan. Sumbu y merupakan radiasi total tahunan matahari sebagai fungsi dari sudut stop yang ada pada sumbu x. Desain masing-masing lintang/latitude dapat dilihat pada gambar 5. Berdasarkan grafik pada gambar 5, pola variasi latitude di Indonesia meunjukkan pengaruh yang berbeda-beda terhadap desain sistem penjejak matahari dua sumbu pada tiga posisi yang dibuat, baik untuk sudut stop maupun radiasi total tahunan yang di peroleh. Untuk latitude 6 o, desain sudut stop menunjukkan pada nilai 48 o, dengan Q optimal menunjuk pada MJ/ m 2 yr. Untuk latitude - 11 o, yaitu lokasi lintang 11 o LS, menunjukkan sudut stop optimal adalah sebesar 74 o dengan Q optimal sekitar MJ/m 2 yr. Pada latitude -7 o,.yaitu lokasi instalasi sistem yang dibuat, desain sudut stop adalah pada 70 o dengan Q optimal adalah MJ/m 2 yr. Desain optimal pada lokasi latitude yang berbeda dirangkum dalam tabel Sudut stop optimal = 70 o Qopt= MJ/m2yr Gambar 4. Variasi radiasi total tahunan pada Panel dengan desain sudut stop β Stop angle (degree) Optimal Switching Angle ( H ) (deg) Optimal Switching Angle ( H ) (deg)
4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Latitude -11 o Stop angle (degree) Gambar 5. Variasi radiasi total tahunan dengan desain sudut stop β terhadap latitude di Indonesia. Dalam perancangan sudut latitude tidak hanya berpengaruh pada besar radiasi total tahunan yang dihasilkan, namun juga berpengaruh terhadap sudut stop masing-masing lokasi di lintang tersebut. Hal ini menandakan bahwa lokasi instalasi sistem penjejak matahari dengan reflektor tidak boleh ada perubahan, sesuai pada desain yang telah ditentukan. Selain itu, lokasi instalasi sistem yang didesain menunjukkan bahwa pada lintang 7 o LS merupakan lokasi yang cukup baik untuk perancangan sistem penjejak matahari, walupun lebih baik dibandingkan pada lintang 11 o LS. Pada daerah lintang ini, intensitas radiasi matahari yang menyinari bumi cukup tinggi sehingga cocok untuk diterapkan sebagai daerah dalam mengembangkan sistem penjejak matahari. Tipe Iklim Variation Yearly Totally Irradiance with Latitude Angle Latitude 6 o Latitude -7 o Tabel 2 Desain Optimal pada Latitude yang berbeda Latitude 6 o -7 o -11 o Sudut stop optimal, β 48 o 70 o 74 o Sudut switch optimal, θ H 24 o 35 o 37 o Qopt (MJ/m 2 yr) (3). Sudut azimuth optimal untuk desain panel Desain grafik latitude dengan variasi sudut azimuth ditunjukkan pada gambar 6. Daerah latitude diset pada daerah lintang katulistiwa dimana panel PV diinstalasikan yaitu sebesar ϕ= -7 o. Desain sudut azimuth digunakan untuk menyesuaikan sistem penjejak matahari pada arah orientasi utara dan selatan. Penambahan sumbu ini didesain mengikuti orientasi sudut azimuth matahari sehingga diharapkan sistem yang dirancang dapat mengikuti arah matahari dengan baik setiap saat. Berdasarkan hasil perancangan yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk daerah di sekitar lintang 7 o LS, dihasilkan azimuth paling optimum pada daerah sekitar 60 o sampai 80 o dengan error kurang dari 2%. Sedangkan pada daerah di sekitar azimuth 50 o error berada di sekitar 5% dan untuk azimuth 95 o error dari nilai optimum mencapai lebih dari 5%, sehingga sistem kurang baik diterapkan pada sistem untuk daerah tersebut Gambar 6. Variasi radiasi total tahunan dengan desain sudut Azimuth D. Desain Optimal Reflektor Aktif Gambar 7 merupakan desain sudut tilt reflektor penjejak matahari. Pada sumbu y merupakan nilai radiasi total tahunan matahari. Sedangkan pada sumbu x adalah sudut tilt reflektor, yaitu sudut kemiringan reflektor diukur dari permukaan horizontal. Desain sudut tilt optimal pada reflektor pada gambar 7 diperoleh dengan parameter latitude φ = -7 o dan β =70 o. Sesuai dengan pemodelan reflektor yang dilakukan, hasil simulasi desain tilt angle diperoleh sekitar 63 o dan diperoleh Qoptimal pada titik tersebut sebesar 18,710 MJ/m 2 yr. Desain sudut switch diperoleh dengan aturan θ Hreflector = α 2 sehingga diperoleh θ Hr = 3,5 o. Yearly Total Irradiance (MJ/m 2 yr) latitude (degree) x 104 Variation Yearly Totally Irradiance with Azimuth Angle Azimuth 50 o Azimuth 60 o Azimuth 70 o Azimuth 80 o Azimuth 95 o --- Error < 2% --Latitude = -7º ---- Stop Angle = 70 o -- Sudut tilt optimal = 63 o Qopt= MJ/m2yr tilt angle, degree Gambar 7. Variasi radiasi total tahunan dengan desain sudut tilt reflektor III. DAYA PENINGKATAN SISTEM PENJEJAK MATAHARI DUA SUMBU DENGAN REFLEKTOR AKTIF PADA TIGA POSISI A. Daya Peningkatan Sistem Penjejak Matahari Tanpa Reflektor Gambar 8 menunjukkan peningkatan daya keluaran panel PV dibandingkan dengan kondisi tetap/pasif. Perbedaan mendasar panel surya menggunakan sistem penjejak matahari dengan yang tidak menjejak (atau dalam kondisi tetap), terletak pada sudut datang yang ditangkap panel surya yang tentu berbeda. Karakteristik ini yang menjadi acuan untuk menentukan besar peningkatan daya yang dibangkitkan oleh panel surya penjejak matahari dengan panel surya pada kondisi tetap Optimal Switching Angle Reflector( Hr ),deg
5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Berdararkan gambar diatas, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan yang dihasilkan sistem penjejak matahari dua sumbu pada tiga posisi adalah sebesar 45,128% dibandingkan dengan sistem panel dalam keadaan tetap. Hasil ini didapatkan berdasarkan desain yang telah dirancang, dengan mempertimbangkan beberapa parameterparameter lingkungan dan iklim. maka, %P = 255, MJoule /year 221, MJoule /year 255, MJoule /year x100% %P = 13, % atau dengan kata lain bahwa daya peningkatan yang dihasilkan oleh sistem reflektor penjejak matahari sebesar 0, %. Variation Yearly Totally Irradiance with Azimuth Angle 2 x 104 Variation Yearly Totally Irradiance with Azimuth Angle PV With Tracking Fixed PV Without Tracking Yearly Total Irradiance Increase (%) 1.5 PV With Tracking Tracking PV + Reflektor Fixed PV Yearly Total Irradiation Increase (%) Gambar 8. Daya Peningkatan Panel Surya Berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan, besarnya energi rata-rata tahunan sistem penjejak matahari dua sumbu diperoleh sebagai berikut. Diketahui: P panel_fix = 221, MJoule/year P panel_tracking = 254, MJoule/year maka, %P = latitude (degree) 254, MJoule /year 221, MJoule /year 254, MJoule /year x100% %P =13, % Perbedaan peningkatan daya total tahunan hasil simulasi dengan hasil validasi diperoleh akibat beberapa keadaan yang diangap ideal saat simulasi. Hasil simulasi yang dilakukan terlihat lebih baik daripada penilitian sebelumnya pada sistem penjejak matahari satu sumbu. Sistem penjejak matahari dua sumbu memiliki efisiensi yang lebih bagus dibandingkan dengan satu sumbu karena dalam sistem ini tidak dikenal misalignment error sehingga dapat menjejak matahari pada orientasi azimuth, dan hasil efisiensinya menjadi lebih baik. B. Daya Peningkatan Sistem Keseluruhan Gambar 9 menjelaskan tentang perbandingan peningkatan daya panel PV saat dalam kondisi tetap, dengan penjejakan, serta dibandingkan dengan penambahan penjejakan reflektor. Hasil yang diperoleh bahwa peningkatan daya keseluruhan adalah sekitar 46,117% dibandingkan dengan kondisi pasif/ tetap dengan pengaruh penambahan reflektor hanya meningkat rata-rata sekitar 12,981%. Hasil simulasi diatas jika dibandingkan dengan peningkatan daya pada yang sebenarnya, hasilnya berbeda cukup besar. Berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan, diperoleh besar peningkatan daya yang dihasilkan dalam rentang satu tahun adalah sebagai berikut. Diketahui: P panel_fix = 221, MJoule/year P reflektor_tracking = 255, MJoule/year latitude (degree) Gambar 9. Daya Peningkatan Sistem Keseluruhan Jika dibandingkan dengan hasil simulasi, yaitu peningkatan yang dihasilkan sebesar 46,117%, penyimpangan ini cukup realistis. Hal ini dikarenakan, sistem mekanik yang dirancang tidak dalam keadaan ideal sehingga terjadi penyimpangan yang berarti. Sistem reflektor ini jika dianalisa memiliki desain yang kurang baik. Jika dibandingkan penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu peningkatan 2 x reflektor datar yang dipasang tetap, dihasilkan peningkatan sebesar 23%. Nilai ini terpaut cukup jauh dibandingkan sistem yang ada saat ini. Reflektor penjejak matahari didesain dengan menggunakan 1 sumbu kebebasan yaitu padaorientasi sudut tilt. Kekurangan dalam sistem ini bahwa reflektor tidak mengikuti gerak panel dalam arah orientasi sudut stop, sehingga terjadi banyak penyimpangan saat kondisi pagi ataupun sore. Desain ini yang menyebabkan sistem menjadi kurang efisien dibandingkan dengan fix reflektor. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini diperoleh beberapa desain optimal sistem penjejak matahari dua sumbu dengan reflektor aktif pada tiga posisi. Desain sudut sudut stop optimal panel surya saat pagi dan sore adalah sebesar β=70 o dari posisi siang hari, dan sudut switch optimal panel surya sebagai acuan untuk mengubah posisi panel ditentukan setengah dari sudut stop β adalah sebesar θ H =35 o, keduanya tergantung oleh lokasi lintang sistem ditempatkan. Sudut azimuth yang diperoleh saat pagi dan sore diperoeh sekitar 60 o γ 80 o dengan eror dari nilai optimal sebesar 2% dan 50 o γ 60 o dengan eror sebesar kurang dari 5%. Peningkatan daya yang dihasilkan dibandingkan dengan panel tetap adalah sebesar 45,128% pada lintang ϕ=-7 o. Untuk desain sudut tilt 1x reflektor yang optimal diperoleh sebesar α=63 o, serta sudut switch reflektor diperoleh θ Hr =31,5 o o. Peningkatan daya yang dihasilkan
6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) dengan penambahan reflektor aktif meningkat sebesar 12,981%, sehingga total peningkatan sistem penjejak matahadi dua sumbu dengan reflektor aktif pada tiga posisi diperoleh sebesar 46,117%. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihakpihak yang turut membantu dalam penelitian ini terutama kepada pembimbing dan rekan-rekan tim matahari yang telah menempuh penelitian dari awal hingga akhir. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Jurusan Teknik Fisika yang telah memfasilitasi penelitian ini sehingga dapat selesai tepat waktu. DAFTAR PUSTAKA [1]. Appelbaum J, Flood DJ, Crutchik M. Solar Radiation On Mars: Tracking Photovoltaic Array. NASA Technical Memorandum ; September [2]. Duffie JA, Beckman WA. Solar engineering of thermal processes. New York: Wiley Interscience; p [3]. Hilman, Catur. Aplikasi Kendali Logika Fuzzy (Klf) Pada Sistem Tracking Aktif Matahari Tipe Single-Axis Panel Surya ITS: Surabaya [4]. Hossein M, Alireza K, Arzhang J. A Review Of Principle And Sun- Tracking Methods For Maximizing Solar Systems Output. Renewable and Sustainable Energy Reviews 2009; 13: [5]. Huang BJ, Ding WL, Huang YC. Long-Term field Test Of Solar PV Power Generation Using One-Axis 3-Position Sun Tracker. Solar Energy 2011;85: [6]. Huang BJ, Sun FS. Feasibility Study Of One-Axis Three Positions Tracking Solar PV With Low Concentration Ratio Reflector. Energy Conversion and Management 2007; 48: [7]. Kok-Keong C, Chee-Woon. General Formula for On-Axis Sun- Tracking System. Universiti Tunku Abdul Rahman, Malaysia; 13. [8]. Sebastijan S, Gorazd S. A Novel Prediction Algorithm For Solar Angles Using Solar Radiation And Differential Evolution For Dual- Axis Sun Tracking Purposes. Solar Energy 2011; 85: [9]. Toshio Matsushima, Tatsuyuki Setaka, Seiichi Muroyama. Concentrating Solar Module With Horizontal Reflectors. Solar Energy Materials & Solar cells 2003; 75: [10]. Yizhu Guo, Wei Liu, Jianzhong Cha. A System Modeling Method for Optimization of a Single Axis Solar Tracker International Conference on Computer Application and System Modeling (ICCASM 2010): V V11-34 [11]. S. Ozcelik, dkk. Two-Axis Solar Tracker Analysis and Control for Maximum Power Generation. Procedia Computer Science 2011; 6; [12]. T. Maatallah, S. Alimi & S. Nassrallah. Performance modeling and investigation of fixed, single and dual-axis tracking photovoltaic panel in Monastir city, Tunisia. Renewable and Sustainable Energy Reviews 2011; 15;
Perbandingan Efisiensi Energi Pengontrol T2FSMC dan Pid pada Prototype Panel Surya
A18 Perbandingan Efisiensi Energi Pengontrol T2FSMC dan Pid pada Prototype Panel Surya Gresela Sitorus, Mardlijah, dan Noorman Rinanto Departemen Matematika, Fakultas Matematika Komputer dan Sains Data,
Lebih terperinci5.1. Perhitungan Radiasi Surya
5. Pembangkit Daya Tenaga Surya 5.1. Perhitungan Radiasi Surya 5.1.1. Variabel Surya Latitud Sudut Lintang Latitud merupakan spesifikasi lokasi tempat pada permukaan bumi. Nilai latitud merupakan variabel
Lebih terperinciPENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR
PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR Muchammad dan Hendri Setiawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Kampus Undip Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI
25 UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI Eflita Yohana 1, Darmanto 1 1 Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik - Universitas
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH
BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH 4.1. Perhitungan Akibat Gerakan Semu Harian Matahari 4.1.1 Perhitungan Sudut Deklinasi Untuk mengetahui sudut deklinasi (δ) menggunakan persamaan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).
3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya
Lebih terperinciPerancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough
LAPORAN TUGAS AKHIR Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama :
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)
PENDEKATAN TEORITIS Radiasi Matahari pada Bidang Horisontal Matahari merupakan sumber energi terbesar. Radiasi matahari yang sampai permukaan bumi ada yang diserap dan dipantulkan kembali. Dua komponen
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN
Optimalisasi Penyerapan Radiasi Matahari Pada Solar Water Heater... (Sulistyo dkk.) OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Agam Sulistyo *,
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN
Studi Eksperimental Pengaruh Sudut Kemiringan... (Nabilah dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Inas Nabilah
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN OUTPUT DAYA LISTRIK PANEL SURYA SISTEM TRACKING DENGAN SOLAR REFLECTOR
ANALISIS PERBANDINGAN OUTPUT DAYA LISTRIK PANEL SURYA SISTEM TRACKING DENGAN SOLAR REFLECTOR I B Kd Surya Negara 1, I Wayan Arta Wijaya 2, A A Gd Maharta Pemayun 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkantoran, maupun industrisangat bergantung pada listrik. Listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Listrik telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Hampir semua aktivitas manusia, baik di rumah tangga, perkantoran,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada peneliatian ini langkah-langkah yang dilakukan mengacu pada diagram alir di bawah ini: Mulai Persiapan Alat dan Bahan Menentukan Sudut Deklinasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penelitian mengenai sumber energi terbarukan sangat gencar dilakukan. Sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dikembangkan antara lain sumber energi tenaga
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. sistem pengontrolan sangat pesat, sehingga manusia dapat meringankan
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kontrol memegang peranan penting untuk membantu pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemajuan teknologi di dunia elektronika dan sistem pengontrolan
Lebih terperinciHIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)
HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan
Lebih terperinciAvailable online at Website
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGARUH SUHU PERMUKAAN PHOTOVOLTAIC MODULE 50 WATT PEAK TERHADAP DAYA KELUARAN YANG DIHASILKAN MENGGUNAKAN REFLEKTOR DENGAN VARIASI
Lebih terperinciPengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari
Pengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari Achmad Lukman, Eru Puspita,S.T,M.Kom Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Ketergantungan dunia terhadap energi listrik sangat besar. Hal ini bisa dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil yang saat
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian,
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Kontrol Panel Surya Dua Dimensi Berbasis Arduino
Rancang Bangun Sistem Kontrol Panel Surya Dua Dimensi Berbasis Arduino Johny Custer 1, M Idham 2, Jefri Lianda 3 Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin Alam, (0766)78877 e-mail:, johnycaster@polbeng.ac.id,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lain. Saat ini kebutuhan energi, khususnya energi listrik terus meningkat dengan pesat,
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO Pengaruh Suhu Permukaan Photovoltaic Module 50 Watt Peak Terhadap Daya Keluaran Yang Dihasilkan Menggunakan Reflektor Dengan Variasi Sudut Reflektor 0 0, 50 0, 60 0, 70 0, 80 0.
Lebih terperinciMuchammad, Eflita Yohana, Budi Heriyanto. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Phone: , FAX: ,
Pengaruh Suhu Permukaan Photovoltaic Module 50 Watt Peak Terhadap Daya Keluaran yang Dihasilkan Menggunakan Reflektor Dengan Variasi Sudut Reflektor 0 0, 50 0, 60 0, 70 0, 80 0. Muchammad, Eflita Yohana,
Lebih terperinciPengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215 ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print B-31 Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
Lebih terperinciSUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON
SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON Caturwati NK, Agung S, Chandra Dwi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend. Sudirman
Lebih terperinciPENGATURAN ARAH AZIMUTH DAN SUDUT TILT PANEL PHOTOVOLTAIC UNTUK OPTIMALISASI RADIASI MATAHARI, STUDI KASUS: BANDUNG JAWA BARAT
PENGATURAN ARAH AZIMUTH DAN SUDUT TILT PANEL PHOTOVOLTAIC UNTUK OPTIMALISASI RADIASI MATAHARI, STUDI KASUS: BANDUNG JAWA BARAT Rudi Darussalam *), Ahmad Rajani, Kusnadi, Tinton Dwi Atmaja Pusat Penelitian
Lebih terperinciSKRIPSI PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN CERMIN TERPUSAT PADA BERBAGAI VARIASI SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA
SKRIPSI PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN CERMIN TERPUSAT PADA BERBAGAI VARIASI SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA Oleh : IDA BAGUS MADE ARI CANDRA NIM : 0704305033 JURUSAN TEKNIK MESIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi maka dibutuhkan pula sumber-sumber energi listrik
Lebih terperinciSISTEM PELACAK ENERGI SURYA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535
Noer, Osea, Sistem Pelacak Energi Surya, Hal 11-20 SISTEM PELACAK ENERGI SURYA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Noer Soedjarwanto 1, Osea Zebua 2 Abstrak Salah satu metode untuk meningkatkan
Lebih terperinciMEMAKSIMALKAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN CERMIN PEMANTUL SINAR MATAHARI (REFLECTOR)
MEMAKSIMALKAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN CERMIN PEMANTUL SINAR MATAHARI (REFLECTOR) Rismanto Arif Nugroho *), Mochammad Facta, and Yuningtyastuti Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciSimulasi Maximum Power Point Tracking pada Panel Surya Menggunakan Simulink MATLAB
Simulasi Maximum Power Point Tracking pada Panel Surya Menggunakan Simulink MATLAB Wahyudi Budi Pramono 1, wi Ana Ratna Wati 2, Maryonid Visi Taribat Yadaka 3 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Islam
Lebih terperinciPerformansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5 No.1. April 2011 (98-102) Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Made Sucipta, Ketut
Lebih terperinciPENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS
PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS Sefta Risdiara 1), Chalilillah Rangkuti 2) 1 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM
ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Polines Jl.Prof. H. Sudartho, SH, Semarang
Lebih terperinciSKRIPSI PERBANDINGAN PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN TERPUSAT DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN
SKRIPSI PERBANDINGAN PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN TERPUSAT DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN Oleh : I GUSTI BAGUS ARDI UTAMA NIM : 0704305041 JURUSAN TEKNIK MESIN
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA TERHADAP RADIASI MATAHARI YANG DITERIMA OLEH PANEL SURYA TIPE ARRAY TETAP
ANALISIS PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA TERHADAP RADIASI MATAHARI YANG DITERIMA OLEH PANEL SURYA TIPE ARRAY TETAP Pangestuningtyas D.L 1, Hermawan 2, Karnoto 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar Pengeringan Dari sejak dahulu pengeringan sudah dikenal sebagai salah satu metode untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat, baik itu pada bumi dan pada manusia secara tidak langsung [2].
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari adalah salah satu fenomena alam yang memiliki manfaat bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi. Intensitas radiasi matahari merupakan salah satu fenomena fisis
Lebih terperinciDiajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :
PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi maka dibutuhkan pula sumber-sumber energi listrik alternatif.
Lebih terperinciPENGUJIAN SUDUT KEMIRINGAN OPTIMAL PHOTOVOLTAIC DI WILAYAH PURWOKERTO HALAMAN JUDUL
PENGUJIAN SUDUT KEMIRINGAN OPTIMAL PHOTOVOLTAIC DI WILAYAH PURWOKERTO HALAMAN JUDUL SKRIPSI Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro Disusun Oleh : MAULDIAN
Lebih terperinciDASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN
PERANCANGAN HYBRID SISTEM PHOTOVOLTAIC DI GARDU INDUK BLIMBING-MALANG Irwan Yulistiono 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciUtomo et al., Optimalisasi Daya dan Eneri Listrik pada Panel Surya Polikristal... 45
Utomo et al., Optimalisasi Daya dan Eneri Listrik pada Panel Surya Polikristal... 45 Optimalisasi Daya dan Energi Listrik pada Panel Surya Polikristal Dengan Teknologi Scanning Reflektor (Optimizing The
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-5 1 Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating Hendra
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciAnalisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber
LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metodologi perancangan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan optimasi perancangan untuk hasil yang baik serta memperkecil kesalahan-kesalahan yang mungkin
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA TERHADAP RADIASI MATAHARI YANG DITERIMA OLEH PANEL SURYA TIPE LARIK TETAP
ANALISIS PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA TERHADAP RADIASI MATAHARI YANG DITERIMA OLEH PANEL SURYA TIPE LARIK TETAP Pangestuningtyas D.L *), Hermawan, and Karnoto Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki intensitas matahari yang tinggi pertahunnya. Potensi tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sekarang ini memberi dampak dan manfaat yang besar bagi manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciLatar Belakang dan Permasalahan!
Latar Belakang dan Permasalahan!! Sumber energi terbarukan sangat bergantung pada input yang fluktuatif sehingga perilaku sistem tersebut tidak mudah diprediksi!! Profil output PV dan Load yang jauh berbeda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi Implementasi mikrokontroler atmega 8535 pada panel surya statis dan panel surya dinamis berdasarkan waktu
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER
PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) PADA SISTEM PANEL SURYA (PHOTOVOLTAIC SOLAR PANEL) MENGGUNAKAN METODE POWER FEEDBACK DAN VOLTAGE FEEDBACK Disusun Oleh: Nama : Yangmulia Tuanov
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ketersediaan energi dibumi saat ini menjadi sebuah permasalahan yang perlu diperhatikan, seperti energi primer misalnya. Sumber energi yang terdiri dari air, termal,
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing: Imam Abadi, ST, MT Dr. Ir.Ali Musyafa MSc
SEMINAR TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN APLIKASI KONTROL PID SISTEM PENJEJAK MATAHARI UNTUK PANEL SURYA PADA SISTEM TEKNOLOGI HYBRID KONVERSI ENERGI SURYA & ANGIN Disusun Oleh : Uqud Adyat Ade Wijaya NRP. 2410
Lebih terperinciJurnal Teknik Energi, Vol 1, No 2, Oktober 2011 ISSN:
RANCANG BANGUN KONTROL PENYUSUNAN KEMBALI SUSUNAN MODUL POTOVOLTAIK (PV) UNTUK APLIKASI POMPA AIR VOLUMETRIK Aceng Daud Teknik Konversi Energi- Politeknik Negeri Bandung E-mail: daud_polban@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI
UNIVERSITAS DIPONEGORO UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI TUGAS AKHIR DARMANTO L2E 604 203 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)
B-62 Studi Eksperimental Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Efisiensi Thermal pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa Sandy Pramirtha dan Bambang Arip Dwiyantoro
Lebih terperinciGambar 1.1 Global direct normal solar radiation (Sumber : NASA)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber Energi atau power saat ini menjadi suatu topik menarik sebagai kajian fokus utama dibahas peneliti-peneliti setiap negara. Kebutuhan energi pasti mengalami
Lebih terperinciPerancangan Sistem Penggerak 2 Axis Pada Sel Surya Berbasis Sensor Matahari
Perancangan Sistem Penggerak 2 Axis Pada Sel Surya Berbasis Sensor Matahari Arif Gunawan 1, Rizki Dian Rahayani 2 Politeknik Caltex Riau Jl. Umbansari no 1 Pekanbaru e-mail: agun@pcr.ac.id 1, uki@pcr.ac.id
Lebih terperinciRANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER
RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER Oleh: Zainul Hasan 1, Erika Rani 2 ABSTRAK: Konversi energi adalah proses perubahan energi. Alat konversi energi
Lebih terperinciSISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan
SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciSistem Tracking Panel Surya Untuk Pengoptimalan Daya Menggunakan Metode Kendali Logika Fuzzy
ISSN: 1410-233 Sistem Tracking Panel Surya Untuk Pengoptimalan Daya Menggunakan Metode Kendali Logika Fuzzy Alfin Imadul Haq, Sumardi, Munawar A Riyadi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPerformansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor
B-68 Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor Dendi Nugraha dan Bambang Arip Dwiyantoro Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciDESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ
G.17 DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAICBATERAI MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ Soedibyo 1*, Dwiana Hendrawati 2 1 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yang pertama adalah membahas perancangan alat yang meliputi perancangan mekanik
Lebih terperinciPENGOPTIMALAN PENYERAPAN ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM PENJEJAK MATAHARI DUA DERAJAT KEBEBASAN
Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI) Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, hal 46-52 PENGOPTIMALAN PENYERAPAN ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM PENJEJAK MATAHARI DUA DERAJAT KEBEBASAN Lia Hamanda 1), Imam Sucahyo
Lebih terperinciWaktu Optimal Dalam Diversifikasi Produksi Sumber Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan dengan Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (03) 337-350 (30-98X Print) Waktu Optimal Dalam Diversifikasi Produksi Sumber Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan dengan Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin
Lebih terperinciPerancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-87 Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri Joko Nugroho, Gatut Yudoyono, dan
Lebih terperinciPERBANDINGAN INTENSITAS RADIASI SURYA HASIL PENGUKURAN DI KOTA MEDAN DENGAN SIMULASI TEORITIS MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0
PERBANDINGAN INTENSITAS RADIASI SURYA HASIL PENGUKURAN DI KOTA MEDAN DENGAN SIMULASI TEORITIS MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang ada saat ini sebagian besar masih mengandalkan kepada sumber energi yang tidak terbarukan dalam arti untuk mendapatkannya
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Penjejak Matahari 2 Sumbu Berbasis Kontrol Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS)
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun Sistem Penjejak Matahari 2 Sumbu Berbasis Kontrol Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) Amar Muhammad, Imam Abadi ST MT Teknik
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR Bayu Kusuma Wardhana ), Vivien Suphandani Djanali 2) Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciGambar 1. : Skema reaksi fusi
Teori Tentang Matahari 1. Pendahuluan Matahari merupakan bintang yang menjadi pusat tata surya. Matahari memiliki bentuk bola nyaris sempurna dengan diameter 1.39 x 10 9 m yang tersusun atas plasma, dimana
Lebih terperinciJurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
DIPO PV COOLER, PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN TEMPERATUR HEATSINK FAN PADA PANEL SEL SURYA (PHOTOVOLTAIC) SEBAGAI PENIINGKATAN KERJA ENERGI LISTRIK BARU TERBARUKAN Adhi Warsito *), Erwin Adriono, M.Yudi
Lebih terperinciProf.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.
Sistem MPPT Untuk PV dan Inverter Tiga Fasa yang Terhubung Jala-Jala Menggunakan Voltage-Oriented Control Andi Novian L. 2210 106 027 Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum
Lebih terperinciDesain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)
Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC) Dimas Bagus Saputra, Heri Suryoatmojo, dan Arif Musthofa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPerancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya Herdian Ardianto dan Ir. Heri Justiono,
Lebih terperinciOPTIMALISASI TEKNOLOGI ENERGI SURYA BERBASIS PENYESUAIAN POSISI PANEL BULANAN DI SULAWESI TENGGARA
Volume 8 No.1 Januari 2016 ISSN : 2085 1669 e-issn : 2460 0288 Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek Email : jurnalteknologi@ftumj.ac.id U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber-sumber energi alternatif.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber-sumber energi alternatif. Negara-negara maju
Lebih terperinciDESAIN DAN IMPLEMENTASI MAKSIMUM POWER POINT TRACKER MELALUI DETEKSI ARUS
DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAKSIMUM POWER POINT TRACKER MELALUI DETEKSI ARUS TUGAS AKHIR OLEH : EDOE ARIESKA APRILYANTO 08.50.0018 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT PENYEMPROT HAMA TANAMAN TIPE KNAPSACK BERBASIS SOLAR PANEL 20 WP
PERANCANGAN ALAT PENYEMPROT HAMA TANAMAN TIPE KNAPSACK BERBASIS SOLAR PANEL 20 WP Efrizal, Johan Sainima Program Studi Teknik mesin, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild
Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com
Lebih terperinciAnalisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) G-0 Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat Agus Suhartoko, Tony Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief Jurusan Teknik
Lebih terperinciAnalisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular
G8 Analisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular Ericson Estrada Sipayung, I Ketut Suastika, Aries Sulisetyono Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas
Lebih terperinciPotensi Energi Matahari di Wilayah Sulawesi Selatan Berbasis Perhitungan RETScreen International
Potensi Energi Matahari di Wilayah Sulawesi Selatan Berbasis Perhitungan RETScreen International Ir. Ansar Suyuti, M.T, M.M dan Dr. Eng-. Syafaruddin, S.T, M.Eng Staf Pengajar Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia membuat meningkatnya kebutuhan masyarakat, khususnya meningkatnya kebutuhan akan energi listrik.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota besar semakin kompleks khususnya di Jakarta.Dengan masalah tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk membuat semakin
Lebih terperinciPERANCANGAN PROTOTYPE PENJEJAK CAHAYA MATAHARI PADA APLIKASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
PERANCANGAN PROTOTYPE PENJEJAK CAHAYA MATAHARI PADA APLIKASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA Hendry Eko Hardianto 1, Reza Satria Rinaldi 1 1 Program Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu 1 Email :
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN
STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN I.W.G.A Anggara 1, I.N.S. Kumara 2, I.A.D Giriantari 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang
Lebih terperinciPengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Pembangkit Listrik Hybrid (Tenaga Angin dan Tenaga Matahari) Menggunakan Atmega 8535
SIMETRI, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia Volume 1 Nomor 1(C) Mei 2012 Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Pembangkit Listrik Hybrid (Tenaga Angin dan Tenaga Matahari) Menggunakan Atmega 8535 Handjoko
Lebih terperinciSistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control Denny Prisandi, Heri Suryoatmojo, Mochamad Ashari Jurusan
Lebih terperinciOTOMATISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PENINGKATAN KINERJA
OTOMATISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PENINGKATAN KINERJA Mohamad Aman, Widhiatmaka, Tweeda Augusta Fitarto, Yohanes Gunawan, Guntur Tri Setiadanu Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi
Lebih terperinciAPLIKASI KENDALI LOGIKA FUZZY PADA SISTEM TRACKING AKTIF MATAHARI TIPE SINGLE-AXIS PANEL SURYA
APLIKASI KENDALI LOGIKA FUZZY PADA SISTEM TRACKING AKTIF MATAHARI TIPE SINGLE-AXIS PANEL SURYA CATUR HILMAN 2405100027 DOSEN PEMBIMBING: IMAM ABADI, ST., MT. DR.IR.AULIA SITI AISYAH, MT, research project
Lebih terperinciAnalisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 1 Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2 Fachri Nugrahasyah Putra dan Unggul Wasiwitono
Lebih terperinciPENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)
PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV) Muamar Mahasiswa Program Studi D3 Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bengkalis E-mail : - Jefri Lianda Dosen Jurusan Teknik Elektro Jurusan Teknik
Lebih terperinciOptimasi periode data berdasarkan time constant pada pengujian unjuk kerja termal kolektor surya pelat datar Amrizal1,a*, Amrul1,b
Optimasi periode data berdasarkan time constant pada pengujian unjuk kerja termal kolektor surya pelat datar Amrizal1,a*, Amrul1,b 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl. Prof. Dr.
Lebih terperinci