BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan.

Transkripsi

1 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan. Perubahan jaminan kesehatan itu dari ASKES ke BPJS Kesehatan. Tujuan dari perubahan tersebut ialah pemerataan jaminan kesehatan bagi masyarakat dari pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perjalanan perubahan jaminan kesehatan tidak semulus apa yang direncanakan. Kekurangan yang terjadi mulai dari awal hingga berjalannya program BPJS Kesehatan. Kekurangan lain berasal dari pemerintah (BPJS Kesehatan) selaku pembentuk kebijakan, dokter gigi selaku eksekutor kebijakan di lapangan, maupun dari masyarakat selaku penerima kebijakan. Proses awal pembentukan kebijakan sudah terjadi perbedaan pendapat dari pemerintah dan PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) mengenai jumlah layanan yang diberikan kepada masyarakat dan mengenai besaran kapitasi bagi para dokter gigi keluarga. Jumlah layanan yang sekarang diberikan oleh dokter gigi keluarga dianggap oleh para dokter gigi belum memenuhi syarat peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Ketidakterbukaan pemerintah mengenai alasan yang jelas mengenai besaran kapitasi yang diberikan membuat para dokter gigi dan PDGI kecewa. Dokter gigi merasa tidak dihargai atas jasa profesi yang telah mereka berikan. Kebijakan yang ada seakan-akan memaksakan para dokter gigi untuk mau 103

2 tidak mau harus menerima. Pemerintah menganut sistem top down yang mau tidak mau dokter gigi dan masyarakat harus mengikuti kebijakan yang ada. Sosialisasi mengenai pelayanan yang diberikan kepada BPJS Kesehatan terhadap para peserta kurang efektif. Akibatnya banyak masyarakat yang kurang paham mengenai program BPJS Kesehatan Kekurangan dari dokter gigi terlihat dengan seadanya dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat. Tidak ada upaya lebih dari dokter gigi dalam memberikan pelayanan bagi peserta dokter gigi keluarga BPJS Kesehatan. Sosialisasi dokter gigi mengenai BPJS Kesehatan juga minim diberikan kepada para peserta BPJS Kesehatan. Sosialisasi yang kurang baik dari pihak BPJS Kesehatan maupun dokter gigi sendiri mengakibatkan ketidakpahaman masyarakat yang beragam. Ketidakpahaman itu beragam, mulai mengenai cara mendaftar ke BPJS Kesehatan, apa saja syarat yang diperlukan, hingga cara mengakses fasilitas kesehatan. Para PNS di Kabupaten Klaten juga banyak yang tidak tahu mengenai besaran potongan untuk iuran BPJS Kesehatan, selain itu para PNS juga tidak tahu mengenai fasilitas apa saja yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Sosialisasi mengenai pelayanan yang diberikan oleh dokter gigi keluarga terhadap pasien BPJS Kesehatan diakui oleh dokter gigi tidak dijelaskan satu persatu, karena minimnya waktu atau jam praktik. Dimensi Tangible (Wujud/Tampilan) menunjukkan perubahan fasilitas yang didapatkan oleh peserta BPJS Kesehatan, peningkatan perubahan fasilitas yang didapat ialah suasana ruang praktik dan ruang tunggu para dokter gigi telah 104

3 diperbaiki, seperti design interior ruangannya. Ruang tunggu juga mengalami perubahan seperti pelebaran ruang tunggu dan penambahan kursi bagi para pasien. Pada dimensi ini kekurangannya terletak pada kartu peserta BPJS Kesehatan, para peserta BPJS Kesehatan tidak memiliki kartu baru, jadi masih mnggunakan kartu yang lama (kartu ASKES). Perubahan Dimensi Reliability (Keandalan) ialah semakin banyak pasien dokter gigi yang berkunjung sehingga membuat antrian pasien semakin panjang dan lama. Dimensi tersebut juga dapat melihat keandalan dokter gigi dan minat pasien terhadap dokter gigi tersebut. Pada dimensi Responsiveness (Ketanggapan) saat masa ASKES dan BPJS Kesehatan tidak memiliki perubahan, komunikasi yang dibentuk oleh dokter gigi kepada peserta ASKES maupun BPJS Kesehatan tetap sama. Dimensi Assurance (Jaminan), perubahan terjadi pada keberadaan asisten dokter gigi, pada jaman ASKES dokter gigi ada yang tidak memiliki asisten praktik, namun pada BPJS Kesehatan semua dokter gigi keluarga diwajibkan memiliki asisten praktik. Para asisten ini membantu dalam pengerjaan pasien maupun membantu dokter gigi dalam pencatatan administrasi. Kerja dokter gigi semakin ringan karena ada bantuan para asistennya. Kekurangan dari dimensi Assurance (Jaminan) yaitu peningkatan dari segi pengeluaran dokter gigi karena adanya tambahan pajak pegawai. Dimensi Empathy menunjukkan bahwa dokter gigi hanya menerima pasien BPJS Kesehatan pada saat jam praktik dokter. Para dokter gigi berusaha untuk menerima kapitasi sebesar dua ribu rupiah dan terus berusaha meningkatkan pelayanan bagi pasien. Dikarenakan belum adanya kesepakatan besaran kapitasi dan sistem dokter gigi praktik mandiri atau klinik dapat 105

4 mengakibatkan putusnya hubungan kejasama antara dokter gigi yang ada di Kabupaten Klaten dengan BPJS Kesehatan. Kekisruhan dalam BPJS Kesehatan atau pemerintah dengan PDGI justru akan membuat masyarakat tidak percaya dengan jaminan kesehatan yang telah dirancang. Perbedaan kepentingan antara pemerintah dan dokter akan mempengaruhi pelayanan yang didapatkan oleh peserta BPJS Kesehatan. Masyarakat menginginkan BPJS Kesehatan terbuka dengan besaran iuran yang mereka setorkan kepada BPJS Kesehatan. masyarakat ingin mengetahui layanan apa saja yang didapat dari membayar iuran bulanan. Masyarakat (pasien dokter gigi keluarga) menginginkan dokter gigi memberikan penjelasan layanan apa saja yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan bagi kesehatan gigi dan mulut. Dokter gigi hanya meminta dihargai profesinya sebagai dokter gigi. Keterbukaan BPJS Kesehatan tehadap dokter gigi juga harus diperbaiki lagi, keterbukaan dalam hal keuangan dan jumlah kunjungan perbulan dari BPJS Kesehatan. Kartu para peserta sebaiknya diperbaiki, jadi tidak perlu lagi melakukan pi-care. 6.2.Saran Penelitian ini adalah hasil gambaran dari proses perubahan kebijakan asuransi kesehatan yang di Indonesia dan pelayanan dokter gigi keluarga pasca diberlakukannya kebijakan BPJS Kesehatan. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara mendalam kepada tiga elemen yang berkaitan langsung yaitu dokter gigi, pasien BPJS Kesehatan dan BPJS Kesehatan. Oleh karena itu bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya 106

5 disarankan untuk menggunkan metode evaluasi yang lebih mendalam dan menambah informan penelitian, contohnya adalah Kementerian Kesehatan selaku pembuat kebijakan sehingga akan mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif. Adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah dan dokter gigi akan membuat ketidak percayaan masyarakat terhadap program BPJS Kesehatan. Pemerintah yang tetap kukuh dengan anggaran dua ribu rupiah dan dokter gigi yang menganggap kapitasi yang diberikan tidak mampu mengcover kebutuhan dasar kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Bagi pemerintah hendaknya bersikap terbuka tentang anggaran yang digelontorkan bagi dokter gigi, jangan hanya bicara pokoknya mampunya. Pemerintah perlu memahami tentang ilmu kesehatan gigi dan mulut dasar agar kebijakan yang dikeluarkan selaras dan benar-benar mampu mengcover kesehatan masyarakat. Selain itu, BPJS Kesehatan sendiri juga perlu memiliki tim penghitung yang berasal dari kedokteran sehingga pemerintah mampu mengubah kapitasi yang ada. Pelaksanaan BPJS Kesehatan diperjelas, baik dari sosialisasi pendaftaran peserta hingga pelayanan yang didapatkan oleh peserta. Anggaran yang masuk ke BPJS Kesehatan juga perlu keterbukaan agar masyarakat tahu kemana iuaran yang selama ini mereka bayarkan. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi yang efektif agar seluruh lapisan masyarakat memnegtahui program dan fasilitas yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran tentang perubahan sistem jaminan kesehatan nasional. Masyarakat harus aktif dalam mendapatkan informasi 107

6 mengenai BPJS Kesehatan. Masyarakat perlu sadar dan terbuka terhadap besaran iuran yang diberikan kepada BPJS Kesehatan perbulannya dan harus tahu fasilitas apa saja yang didapatkan dengan membayar iuran tersebut. Jangan bersikap pasif terhadap informasi yang datang, karena sosialisasi yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan mengenai program BPJS Kesehatan sudah ada dimana-mana. Adapun bagi pemerintah baik pemerintah kecamatan atau desa dan petugas kesehatan perlu membantu dalam rangka mensosialisasikan program BPJS Kesehatan. Dokter gigi keluarga di Kabupaten Klaten perlu mengadakan sosialisasi juga ke masyarakat agar tugasnya sebagai pelayanan primer juga terlaksana. Dokter gigi perlu mengubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat, sehingga tidak mengacu lagi pada semakin banyak pasien yang datang semakin banyak penghasilan. 108