Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI"

Transkripsi

1 Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI Ma ruf Fauzi Rahman, Budiharjo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Unversitas Indonesia, Depok Abstrak Chiller dibutuhkan dalam sistem tata udara pada gedung (HVAC) untuk mendinginkan air yang mengalir melewati cooler/evaporator. Uji kinerja chiller sangat diperlukan dalam industri chiller untuk mendapatkan standar kinerja chiller yang sama di seluruh dunia. Penelitian ini berusaha untuk melakukan penerapan dari standar uji chiller dari AHRI pada sebuah sistem uji Water-Cooled Chiller dan Air-Cooled Chiller. Datadata spesifikasi chiller dari berbagai macam kapasitas menjadi objek landasan dalam menentukan desain alur sistem uji. Dengan menggunakan standar AHRI pula instrumen-instrumen pendukung seperti alat pengukur dan lainnya ditentukan. Performance Test Facility Design for Water-Cooled Chiller and Air-Cooled Chiller Based on AHRI Chiller are needed in a heat, ventilation and air conditioning (HVAC) system in buildings to refrigerating water that through cooler/evaporator. Chiller performance test are very important in chiller industrial world to get standard of chiller performance equivalen all around the world. This research try to implement the standard based on AHRI into performance test system of Water-Cooled Chiller and Air-Cooled Chiller. Chiller spesification data information in several capacity and type are being basic object to determine the layout design and performance test system. Based on AHRI also can determined additional instrument such as gauge tool and other. Keyword: HVAC, Water-Cooled Chiller, Air-Cooled Chiller, AHRI , Performance Test.

2 1. Pendahuluan Pengkondisian udara adalah sebuah kebutuhan dalam sebuah bangunan gedung. Bahkan hampir sekitar 50% dari seluruh kebutuhan energi listik pada gedung digunakan untuk sistem pengkondisian udara. Pengkondisian udara menggambarkan fungsi yang penting dari sistem HVAC (Heat Ventilation and Air Conditioning) yang digunakan pada berbagai macam gedung publik, seperti gedung perkantoran, supermarket, pabrik, sekolah, maupun kampus. Pada gedung-gedung besar lebih banyak digunakan sistem HVAC dengan sistem sentral, mengambil panas dari dalam gedung untuk kemudian dibuang ke atmosfir. Sedangkan pada gedung-gedung kecil hingga menengah biasanya lebih sering menggunakan HVAC dengan jenis package. Dengan kebutuhan akan peralatan sistem HVAC yang semakin tinggi maka industri peralatan sistem HVAC menjadi semakin berkembang. Namun dengan adanya standarisasi peralatan pada sistem HVAC, maka dalam sebuah industri adalah wajib semua produk yang dihasilkan harus lulus uji standar yang telah ditentukan dengan berdasarkan pada standar yang telah disepakati bersama seperti ASHRAE, AHRI, ANSI dan sebagainya. Alat-alat HVAC yang harus melalui uji standar sebelum dipasarkan seperti Chiller, AHU (Air Hndling Unit), Packkage Unit memiliki sistem dan cara pengujian yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sistem pengujian chiller dan menentukan spesifikasi alat-alat pendukung agar sesuai dengan standar yang dipilih. Fokus penelitian untuk mendapatkan data berupa spesifikasi alat pada sistem dan menentukan tata letak pada sistem pengujian. Penelitian ini dimaksudkan untuk adanya unit pengujian kinerja chiller yang memenuhi standar internasional untuk industri atau pabrikan chiller yang ada terutama di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tinjauan literatur dan standar internasioal seperti standar AHRI (Air Conditioning, Heating and Refrigeration Institute) , ASHRAE (American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers). 2. Tinjauan Teoritis 2.1. Chiller Chiller adalah peralatan yang menjadi media pendingin utama untuk bangunan gedung. Fungsi Chiller dalam sistem tata udara adalah mendinginkan media air. Air sebagai media

3 pendingin dialirkan dari cooler/evaporator chiller menuju ke AHU (Air Handling Unit) agar terjadi perpindahan kalor antara ruangan dan koil pada AHU. Pada Chiller terdapat beberapa parameter yang menunjukkan unjuk kerjanya, antara lain; suhu air masuk (inlet) ke cooler/evaporator dan suhu air keluar (outlet) dari cooler/evaporator, tekanan discharge, serta tekanan suction. Komponen-komponen dasar dari water chiller system antara lain kompresor, pendingin air (cooler/evaporator), kondenser, motor penggerak kompresor, alat pengatur aliran refrigerant dan panel kontrol Dasar Kerja Chiller Siklus refrigerasi dari water chiller system secara sederhana. Air masuk ke dalam cooler/evaporator dan didinginkan oleh cairan refrigerant yang menguap pada temperatur rendah. Uap refrigerant dihisap masuk ke kompresor dan tekanannya dinaikkan sehinggadapat mencair kembali pada temperatur tinggi di kondenser. Pada proses ini temperatur medium pendingin kondenser (air atau udara) mengalami kenaikan. Refrigerant cair tersebut kemudian mengalir ke cooler/evaporator melalui alat kontrol refrigerant (katup ekspansi) dan siklus terus berulang seperti semula. Gambar 1. P-H diagram umum chiller

4 Gambar 1 adalah contoh skema tekanan dan entalpi dari chiller. Pada titik siklus nomor empat (4) menuju satu (1) adalah proses evaporasi refrigeran pada cooler/evaporator. Dimana refrigeran menangkap panas yang dibawa oleh air sehingga refrigeran berubah fase menjadi uap. Kemudian pada proses satu (1) menuju dua (2) adalah proses kompresi pada kompressor mengirimkan refrigeran menuju kondenser, tekanan menjadi lebih tinggi disertai kenaikan panas diakibatkan oleh panas dari kerja kompresor. Pada poin dua (2) menuju tiga (3) adalah fase kondensasi pada kondenser. Dimana refrigeran kembali menjadi bentuk cair diakibatkan oleh pemindahan panas dari refrigeran menuju media lain yang digunakan sebagai pendingin, seperti air pada tipe water-cooled atau udara pada tipe air-cooled. Kemudian pada poin tiga (3) meunju empat (4) adalah proses ekspansi pada katup ekspansi dimana tekanan diturunkan sehingga fase dapat berubah sempurna menjadi fase cair untuk kemudian siklus terus berulang Water-Cooled Chiller Secara umum pada water-cooled chiller terdiri dari bagian cooler, kompresor, kondenser dan katup ekspansi. Komponen ini hampir berlaku universal untuk semua jenis chille. Yang membedakan adalah teknis bekerja dari chiller dimana biasanya jenis pompa yang digunakan pada kompresor berbeda, atau metode pendinginan pada kondenser yang berbeda. Kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan dan memindahkan refrigeran dari cooler menuju kondenser. Kompresor memiliki banyak jenis pada berbagai macam jenis chiller. Perbedaan ini adalah salah satu yang paling mendasar untuk membedakan chiller. Kondenser adalah bagian dimana panas dari refrigeran akan dibuang menuju lingkungan. Panas yang berasal dari ruangan yang didinginkan ini akan dibuang melalui sebuah fenomena transfer panas antara refrigeran dengan media pembuang panas yang digunakan pada jenis water chiller media yang digunakan untuk membuang panas adalah air yang disirkulasikan dengan menara pendingin. Katup ekspansi digunakan untuk kembali menurunkan tekanan yang tinggi akibat dari kompresor. Pada fase ini diharapkan refrigeran akan berubah seluruhnya menjadi bentuk fase cair. Penurunan tekana yang terjadi diharpkan akan menurunkan temperatur refrigeran yang akan berimbas pada perubahan total fase refrigeran menjadi bentuk cair. Cooler berfungsi untuk menangkap panas yang dialirkan oleh air dimana air tersebut berasal dari ruangan panas yang didinginkan. Pada cooler ini refrigeran yang mulanya pada fase cair akan berubah fase menjadi uap kembali akibat dari panas yang diterimanya.

5 2.4. Air-Cooled Chiller Chiller jenis ini memiliki perbedaan dasar dari chiller jenis water-cooled yaitu terletak pada sistem kerja kondensernya. Dimana pada chiller tipe air-cooled pendinginan refrigeran pada kondenser menggunakan udara yang dihembuskan oleh kipas dan bukan menggunakan air seperti yang digunakan pada tipe water-cooled chiller. Sirkulasi pada kondenser lebih simpel namun lebih membutuhkan ruangan yang khusus dimana sirkulasi udara sangat dibutuhkan dalam kondisi yang lancar. Hal ini diperlukan supaya kerja pembuangan panas menuju lingkungan akan semakin efektif. Kompresor pada air-cooled chiller biasanya memiliki jenis yang lebih beragam dibandingkan dengan pada jenis water-cooled chiller. Diantaranya adalah jenis reciprocating, screw, scroll dan rotary hingga centrifugal. Kondenser pada aircooled chiller memiliki perbedaan yang sangat spesifik dengan tipe water-cooled chiller. Oleh karena sistem pada kondenser inilah maka dinamakan air-cooled chiller. Yaitu dimana sistem pembuangan panas pada kondenser menggunakan bantuan udara sebagai media pembawa atau pembuang panas menuju lingkungan. Katup ekspansi pada tipe air-cooled chiller tidak jauh berbeda dengan tipe water-cooled chiller. Jenis yang biasa digunakan seperti thermal expansion valve hampir merata banyak digunakan pada prosuk-produk pada tipe air-cooled chiller. Evaporator pada tipe air-cooled chiller juga tidak berbeda jauh dengan tipe water-cooled chiller Data Kapasitas Chiller dan Dasar Instrumen Sistem Data kapasitas chiller yang dijadikan dasar untuk mendesain sistem adalah air-cooled chiller dengan kapasitas maksimal 372,1 TR (1308 kw) dan water-cooled chiller dengan kapasitas maksimal 739 TR (2600 kw). Instrumen pada sistem yang akan dihitung adalah ukuran pipa, kapasitas pompa, kapasitas alat penukar kalor tipe pelat, jumlah kebutuhan panel surya, dan kapasitas menara pendingin. Debit air sebagai media pemnghantar panas dihitung berdasarkan kapasitas dari chiller. Dimana untuk setiap 1 TR (Ton of Refrigerant) pada evaporator/cooler maka laju aliran air adalah 2,4 gpm (galon per menit) [AHRI ]. Sedangkan untuk setiap 1 TR (Ton of Refrigerant) pada kondenser maka laju aliran air adalah 3 gpm (galon per menit) [AHRI ]. Jumlah laju aliran air akan mempengaruhi diameter ukuran pipa yang akan digunakan

6 sebagai lintasan tempat mengalirnya air. Penentuan diameter ukuran pipa dapat dihitung menggunakan formula:! =!.!!!"#$%&'&# =!.!!! = 2! Dimana Q = Debit air dalam m 3 /s A = Luas lingkaran dalam m 2 V = Kecepatan laju air (ditentukan) m/s! = 3,14 r = Jari-jari lingkaran D = Diameter lingkaran (pipa) Pompa pada instalasi sistem ini digunakan untuk mengalirkan fluida berupa air. Penghitungan kapasitas pompa harus mempertimbangkan adanya kerugian mayor dan minor pada sistem. Kerugian mayor dihitung menggunakan pendekatan Darcy-Weisbach. Sehingga digunakan formula!" =!!!! 2!" Dimana ma = Kerugian mayor (m) f = Faktor gesekan (lihat tabel Moody) L = Panjang pipa (m) v = Kecepatan aliran (m/s) D = Diameter pipa (m) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) Dalam menggunakan formula Darcy-Weisbach dibutuhkan tabel Moody untuk mendapatkan nilai faktor gesekan. Dalam mencari nilai faktor gesekan akan dibutuhkan variabel bilangan Reynold dan nilai kekasaran relatif. Kekasaran relatif adalah nilai dimana kekasaran absolut pada material tempat fluida mengalir/pipa dibagi dengan diameter lintasan aliran/pipa.

7 Kerugian minor ialah kerugian akibat pemasangan belokan atau instrumen pada instalasi lintasan fluida mengalir. Dalam hal ini adalah berupa elbow dan instrumen lain seperti katup, pengatur laju aliran dan sebagainya. Setiap instrumen memiliki koefisien kerugian yang berbeda. Kerugian minor dihitung menggunakan formula:!" =!!! 2! Dimana mi = Kerugian minor K = Faktor kerugian v = Kecepatan aliran (m/s) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) Berdasarkan data kerugian akan didapatkan daya yang dibutuhkan oleh pompa yaitu dengan menggunakan formula:!(!"#$!"#$%)!"!" = 3,6!10! Dimana Wp = Daya pompa (kw) Q = Debit aliran (m 3 /jam) ρ = Massa jenis fluida (kg/m 3 ) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) Heat exchanger atau alat penukar kalor mamiliki fungsi untuk menjembatani antara dua elemen yang memiliki perbedaan suhu agar dapat terjadi perpindahan panas dari temperatur tinggi menuju temperatur yang lebih rendah. Untuk mengetahui kapasitas panas suatu alat penukar kalor maka digunakan persamaan: q = ṁ!!! Dimana q = Kapasitas dalam W ṁ = Laju aliran masa terhadap waktu kg/s!! = Kalor spesifik air J/kg.K! = Perbedaan temperatur (nilai positif absolut) K 3. Metode Penelitian

8 Metode penelitian desain menggunakan tinjauan literatur seperti standar internasioal AHRI (Air Conditioning, Heating and Refrigeration Institute) , ASHRAE (American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers) dan lain sebagainya. Variabel dasar yang dijadikan acuan untuk pemilihan instrumen dan alat adalah berdasarkan kebutuhan kapasitas dan jumlahnya. 4. Hasil Penelitian Skematik diagram awal berdasarkan keperluan alat dan instrumen dapat digambarkan seperti pada gambar 1 Gambar 2. Skematik diagram kerja sistem 4.1. Debit Air Perhitungan debit air ialah = kapasitas debit standar AHRI. Dimana hasil dari perhitungn dapat dilihat pada gambar tabel 1.

9 Tabel 1. Debit air Chiller Water Cooled Sistem Kapasitas Debit Standar Total Debit (TR) (gpm) (gpm) Cooler 739 2,4 1773,6 Kondenser Air-Cooled Evaporator 372,1 2,4 893, Bak Penampung Air Bak penampungan air terbagi menjadi dua. Berupa penampung air panas dan penampung air dingin. Volume bak didapatkan dengan menentukan waktu air sirkulasi selama satu putaran dikalikan dengan debit air. Contoh perhitungan volume bak penampungan: Volume =!(!"#$%&'()!"#$% = 402,83!! /!"# 3 60!"# = 402,83!! /!"# 0,05!"# = 20,14!! Tabel 2. Volume bak air Bak Air Debit (m3/jam Waktu Sirkulasi (menit) Volume Bak (m3) Bak Air Panas Bak Air Dingin 402, , Diameter Pipa Diameter pipa dihitung menggunakan formula luas lingkaran. Dengan ditentukan bahwa kecepatan air yang melewati pipa adalah 3 m/s. Contoh perhitungan diameter pipa:! =!.! 0,1119 = 3,14!! 3 9,42!! = 0,1119!! =!,!!!"!,!"! = 0,109!! = 0,218! = 8,6!"#h 10!"#h

10 Tabel 3. Diameter pipa Diameter Pipa Pada Debit (m3/s) Keceptan Aliran (m/s) Meter Diameter Pipa Inch (Pembulatan) Pipa Air Panas 0, ,073 3 Pipa Air Dingin 0, , Pompa Pipa Cooling Tower 0, , Penentuan pompa mempertimbangkan kondisi bahwa apabila pengujian dilakukan pada water-cooled chiller dengan kapasitas tertinngi yaitu pada debit air 1773,6 gpm atau 402,83 m 3 /jam, maka suplai air dari pompa diprioritaskan kepada pengujian pengaliran air tersebut. Gambar 3. Skematik diagram pompa Contoh perhitungan pompa:!" =!(!"#$!"#$%)!" 3,6!10!

11 Wp = Daya pompa (kw) Q = 11,356 m 3 /jam ρ = 1000 kg/m 3 g = 9,81 m/s 2!" = (11,356 )(5 + 1,23 + 2, ,8)(1000)(9,81) 3,6!10!!" = 2,21!" Tabel 4. Kapasitas pompa Pompa Tinggi H (m) Panjang Pipa (m) Major Loss (m) Minor Loss (m) Equipment (m) Daya Pompa (kw) Pompa Air Panas 1 (1) 0,61 4,37 0,53 0,41 0 0,05 Pompa Air Panas 2 (2) 5 10,22 1,23 2,39 61,8 2,21 Pompa Air Dingin (3) 0,73 53,88 1,65 3,95 0,4 19,96 Pompa Cooling Tower(4) 4,51 23,68 0,73 2,98 6,8 20, Alat Penukar Kalor Alat penukar kalor yang dihitung berupa alat penukar kalor tipe pelat pada sistem penukar kalor antara pipa panas dan pipa dingin, dan menara pendingin pada saluran kondenser watercooled chiller.! = ṁ!"! = 111,9!"/!. 4,199!/!"# = 2349,34!"/! = 2349,34!" (Plate heat exchanger)! = ṁ!"! = 139,27!"/!. 4,199!/!"# = 2910,05!"/! = 2910,05!" (Cooling Tower)

12 4.5. Panel Surya Panel surya dibutuhkan untuk memanaskan air dengan debit 220,14 gpm atau 50 m 3 /jam. Dengan spesifikasi rata-rata dimana satu set panel surya mempunyai kapasitas debit aliran sebanyak 1,1 gpm, maka dibutuhkan sebanyak 200 buah panel surya Diagram Skematik Tata Letak Gambar 4. Skematik isometri sistem Gambar 5. Skematik isometri sistem 2

13 Gambar 6. Skematik tampak atas sistem 5. Pembahasan Desain final skema tata letak beserta dengan spesifikasi kebutuhan instrumen penunjang dihasilkan dan disesuaikan dengan spesifikasi kebutuhan pada standar AHRI Desain kapasitas dapat berubah sesuai dengan pemilihan tata letak dari instrumen pendukung. Pemilihan jenis instrumen pendukung seperti alat penukar kalor dan pompa dapat menyesuaikan dengan berbagai faktor selama masih memenuhi ketentuan standar. Ketelitian dan akurasi instrumen seperti pengukur temperatur dan pengukur tekanan adalah dasar dari pemilihan instrumen yang langsung diatur dalam standar AHRI Sehingga tidak dilakukan pengkajian perhitungan dan sebagainya.

14 6. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut : A. Debit maksimum air dingin adalah sebesar 1773,6 gpm atau 402,83 m 3 /jam yaitu terjadi apabila menjalankan uji kinerja water-cooled chiller dengan kapasitas 739 TR. B. Bak penampungan air dibuat dua buah dengan kapasitas masing-masing untuk air dingin sebesar 20,14!! dan air panas sebesar 5!!. C. Pompa yang digunakan adalah jenis inverter terdiri dari empat buah dengan kebutuhan daya masing-masing sebesar 0,05!", 2,21kW 19,96kW, 20,61 kw dengan spesifikasi temperatur kerja sampai dengan 80 0 C. D. Jumlah solar panel didasarkan kepada jumlah aliran yang dibutuhkan dengan dibagi kemampuan laju aliran per solar panel dan didapatkan jumlah total kebutuhan sebanyak 200 unit. E. Heat exchanger dipilih jenis plat dengan kapasitas sebesar aliran air 1773,6 gpm dan 2349 kw. F. Menara pendingin dipilih berdasarkan kapasitas 2910,05!" dan dapat mengalirkan 2217 gpm. 7. Saran A. Untuk memperoleh data yang benar-benar aktual, hendaknya menggunakan instrument data akuisisi pada peralatan pengujian. B. Optimasi sistem dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan efisiensi sistem yang lebih baik. C. Optimasi bisa meliputi desain tata letak, pemilihan instrumen dan desain kapasitas penunjang. 8. Daftar Referensi Books: ASHRAE Handbook, (2005). Fundamentals. American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers Inc., Atalanta.

15 ASHRAE Handbook, (2008). HVAC Sistem and Equipment. American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers Inc., Atalanta. Munson, Bruce R., Donald F. Young., Theodore H. Okiishi. (2002). Fundamental of Fluid Mechanics Fourth Edition. USA Kavanaugh, Stephen P. (2006). HVAC Simplified. American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers Inc., Atalanta. Journal Article: Awwaluddin, Muhammad., Puji Santosa., Suwardiyono. (2012). Perhitungan Kebutuhan Cooling Tower Pada Rancang Bangun Untai Uji Sistem Kendali Reaktor Riset. BATAN Document: ANSI/ASHRAE Standard , (2005). Graphic Symbols for Heating, Ventilating, Air-Conditioning, and Refrigerating Systems. American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers Inc., Atalanta. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. (2006). United Nations Environment Programme. McQuay International, (2000). Aplication Guide AG McQuay., USA Trane. (1999). Centrifugal Water Chillers (TRC010EN.PPT). American Standard Inc., USA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Faldian 1, Pratikto 2, Andriyanto Setyawan 3, Daru Sugati 4 Politeknik Negeri Bandung 1,2,3 andriyanto@polban.ac.id

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER Senoadi 1,a, A. C. Arya 2,b, Zainulsjah 3,c, Erens 4,d 1, 3, 4) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN 5.1 Pemilihan Kompresor Kompresor berfungsi menaikkan tekanan fluida dalam hal ini uap refrigeran dengan temperatur dan tekanan rendah yang keluar dari evaporator

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE

STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE Tonny Siahaan ABSTRAK STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE. Telah dilakukan studi terhadap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup

Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup Muhammad Hafil Nugraha Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak - Dalam suatu siklus kondenser perpendingin

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF ABSTRAK PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Budi Arisanto, Heri Witono, Arifin Istavara Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM

Lebih terperinci

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA Budi Yanto Husodo 1,Nurul Atiqoh Br. Siagian 2 1,2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Sistem Termodinamika Sistem termodinamika adalah bagian dari seluruh jagat raya yang harus diperhitungkan. Klasifikasi dari sistem termodinamika berdasarkan pada sifat-sifat batas

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

PENDINGINAN KOMPRESI UAP Babar Priyadi M.H. L2C008020 PENDINGINAN KOMPRESI UAP Pendinginan kompresi uap adalah salah satu dari banyak siklus pendingin tersedia yang banyak digunakan. Metode ini merupakan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

DESAIN PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KONDENSER UNTUK MESIN PENDINGIN AIR COOLED CHILLER DENGAN DAYA KOMPRESOR 3 PK. Angga Panji Satria Pratama

DESAIN PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KONDENSER UNTUK MESIN PENDINGIN AIR COOLED CHILLER DENGAN DAYA KOMPRESOR 3 PK. Angga Panji Satria Pratama DESAIN PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KONDENSER UNTUK MESIN PENDINGIN AIR COOLED CHILLER DENGAN DAYA KOMPRESOR 3 PK Angga Panji Satria Pratama 0906555973 ABSTRAK Chiller merupakan mesin refrigerasi non direct

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL Oleh : RIVALDI KEINTJEM 13021024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2016 BAB

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Kelas : XI TP A Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Teknik Pendingin & Tata Udara 2010/2011 KATA PENGANTAR Allhamdulillahi rabbil alamiin, pertama-tama marilah

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA Sidra Ahmed Muntaha (0906605340) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL Disusun Oleh: KELOMPOK 9 Angga Eka Wahyu Ramadan (2113100122) Citro Ariyanto (2113100158) Ahmad Obrain Ghifari (2113100183) INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII M2-003 Rancang Bangun Modifikasi Dispenser Air Minum Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Debrina Widyastuti Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya 60263,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE)

ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE) ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE) Triaji Pangripto Pramudantoro. Jurusan Teknik Refrigerasi & Tata Udara Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 3, No. 2, Juli 2015 ANALISIS PENGARUH VARIASI MODE KERJA TERHADAP PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAPWATER CHILLER TYPE WITH WATER COOLED CONDENSER DENGAN REFRIGERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, energi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan selalu dibutuhkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Jumlah populasi manusia yang semakin

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan Ega Taqwali Berman * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC) PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC) Candra Yusfi Amri Aziz 1, Rahmat Firdaus 2 1,2 Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl.Raya Gelam 250

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO.. iv PERSEMBAHAN.. v KATA PENGANTAR.... vi ABSTRAK/ABSTRACT viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR NOTASI..... vii DAFTAR TABEL.. xii DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Pengambilan data pada kondensor disistem spray drying ini telah dilaksanakan pada bulan desember 2013 - maret 2014 di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga IDG Agus Tri Putra (1) dan Sudirman (2) (2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

Desain Perancangan dan Pemilihan Pipa Kapiler dan Evaporator, Chiller dengan kompresor low temp. 3Hp

Desain Perancangan dan Pemilihan Pipa Kapiler dan Evaporator, Chiller dengan kompresor low temp. 3Hp Desain Perancangan dan Pemilihan Pipa Kapiler dan Evaporator, Chiller dengan kompresor low temp. 3Hp Danur Qahari (0906631111), Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia A = Luas penampang pipa,

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : TRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK *Eflita Yohana, Ari

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET ABSTRAK Muhammad Awwaluddin, Puji Santosa, Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 Mei 2008 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Kampus IPB, Bogor. 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-659 Rancang Bangun dan Studi Eksperimen Alat Penukar Panas untuk Memanfaatkan Energi Refrigerant Keluar Kompresor AC sebagai Pemanas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas uantuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket. SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011 No Minggu ke 1 1-2 20 Feb 27 Feb Materi Tujuan Ket. Pendahuluan, Jenis dan Contoh Aplikasi system Refrigerasi Siswa mengetahui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split Rudi Rustandi Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds Ciwaruga, Bandung,

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No.2, Oktober 2009 ( 157-163 ) Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor I Ketut Gede Wirawan Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI Darwis Tampubolon *), Robert Samosir **) *) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan **) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan Abstrak Refrigerasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli 2005 25 PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR EVAPORATOR TERHADAP PRESTASI AIR COOLED CHILLER DENGAN REFREGERAN R-134a, PADA TEMPERATUR KODENSOR TETAP Bambang Yunianto 1) Abstrak Pengujian

Lebih terperinci

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2 STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN A.P. Edi Sukamto 1), Triaji Pangripto P. 1), Sumeru 1), Henry Nasution ) 1)

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

Sri Maryanto, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN

Sri Maryanto, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN Hasil Penelilian dan Kegiatan PTLR Tahlln 2006 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG PENGELOLAAN TAT A UDARA IPLR TAHUN 2006 Sri Maryanto, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif,

Lebih terperinci