ANALISIS PENGGUNAAN POLISEMI PADA HARIAN MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGGUNAAN POLISEMI PADA HARIAN MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS"

Transkripsi

1 Halaman 105 Marini Nova Siska Naibaho ANALISIS PENGGUNAAN POLISEMI PADA HARIAN MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS Marini Nova Siska Naibaho dan Dardanila Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Abstract This paper aimed to make an analysis of polysemic matter found on August 2007 edition of daily Medan Medan Bisnis. The purposes to be maintained mainly are: to know about polysemic matter found and to describe the polysemic types found in the above mentioned Newspaper. The data collected by using observation method, while in data analysing it was distributional method. The theory was by following Abdul Chaerconcepts for semantics, polysemy, and types of words. The achievement lastly from this analysis is that there are three kinds of polysemy found in the above mentioned newspaper. They arepolysemic verbs (46,7%), polysemic nouns (33,3%), and polysemic adjectives (20%). So it was a tendency in daily Medan Bisnis, August 2007 to use verbs in usage. Key words: semantics, polysemy, types of words 1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa diwujudkan di dalam bentuk kata kata dan kalimat. Manusialah yang menggunakan kata, kalimat dan manusia yang menambah kosakata sesuai dengan kebutuhan. Bahasa dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan karena bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana 1982 : 2). Maksud sistem lambang bunyi yang arbitrer yakni tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai, berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai yaitu referensi dari kata atau leksem tersebut. Kearbitreran lambang bahasa dapat menyebabkan orang dalam sejarah linguistik menelantarkan penelitian mengenai makna (Chaer 1995 : 1). Namun, mengenai makna menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi linguistik lainnya. Hal itu terjadi karena orang mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan lambang dua bahasa untuk menyampaikan makna makna yang ada pada lambang tersebut, kepada lawan bicara (dalam berkomunikasi lisan) atau pembaca (dalam komunikasi tulis). Dalam kehidupan sehari hari kita harus berkomunikasi dengan baik. Alat komunikasi yang kita gunakan adalah bahasa. Bahasa yang kita sampaikan akan lancar jika bahasa tersebut berupa kata kata yang memiliki makna yang jelas. Oleh karena itu, bahasa merupakan alat pemersatu antara seseorang dengan yang lainnya. Salah satu bahasa yang ada hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya adalah polisemi atau kegandaan makna (Chaer 1995: 101). Menurut Aminuddin (200: 123) polisemi adalah hubungan antara bentuk kebahasaan dengan perangkat makna. Misalnya, kata berjalan dapat mengandung makna (1) terlaksana, (2) berlangsung, dan (3) dengan alat. Makna tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut: (1) Ali pergi ke sekolah berjalan kaki. Makna kata berjalan adalah dengan alat. (2) Acara itu telah berjalan dengan sukses. Makna kata berjalan adalah terlaksana. (3) Pesta adat itu berjalan hingga pukul WIB. Makna kata berjalan adalah berlangsung.. Pada kalimat (1) terkandung makna aslinya, sedangkan pada kalimat (2) dan kalimat (3) kata berjalan berubah maknanya tetapi masih mempunyai pertalian dengan makna aslinya walaupun sedikit dan dapat disebut sebagai polisemi. Surat kabar merupakan salah satu sumber informasi tertulis yang dapat memberikan informasi berbagai hal dan peristiwa. Sebagai

2 Marini Nova Siska Naibaho sumber informasi yang penting, surat kabar memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa lugas yang dapat dipahami dengan baik sehingga informasi yang disampaikan kepada pembaca sesuai dengan apa yang diharapkan penulis. Informasi yang jelas dan akurat akan diperoleh dari pemilihan kata dan kalimat yang tepat 2. TEORI 2.1 Semantik Chaer (1995: 2) menyatakan bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani Sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang sebagai padanan kata sema adalah tanda linguistik. Kata semantik yakni sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda tanda linguistik dengan hal hal yang ditandainya atau bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti. Oleh karena itu, makna merupakan objek semantik. Pengertian makna berbeda dengan arti di dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur unsur bahasa itu sendiri (terutama kata kata). Lyons (1977: 204) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan hubungan makna yang dibuat kata tersebut berbeda dari kata kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata itu sendiri yang cenderung terdapat di dalam kamus sebagai leksem. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pengguna bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Untuk menyusun kalimat yang dapat dimengerti, sebagian pengguna bahasa dituntut agar menaati kaidah gramatikal dan tunduk pada kaidah pilihan kata menurut leksikal yang berlaku di dalam suatu bahasa. Makna sebuah kalimat sering tidak bergantung pada sistem gramatikal dan leksikal saja tetapi bergantung pada kaidah wacana. Makna sebuah kalimat yang baik pilihan katanya dan susunan gramatikalnya sering tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan hubungannya dengan kalimat lain dalam sebuah wacana. Contoh: terima kasih bermakna tidak mau dalam situasi jamuan makan atau minum, bila kita ditawari sesuatu pada jamuan itu. Halaman 106 Kata laki laki secara leksikal memiliki makna sama dengan pria. Maknanya akan berbeda bila dilihat hubungannya dengan unsur lain secara gramatikal. (4) Laki laki itu suaminya. (5) Ih, dasar laki laki! Pada ekspresi (4) bermakna kebapaan, sedangkan kata laki laki pada ekspresi (5) memiliki makna tamak, rakus, tidak sesuai dengan kodrat kebapaan (makna konotatif). Semantik juga bermanfaat bagi kita. Manfaat semantik itu tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas sehari hari. 1. Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum. 2. Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk dapat menganalisis bahasa atau bahasabahasa yang sedang dipelajarinya. Pengetahuan teori harus dapat dipahami dan dimiliki secara memadai. Tanpa pengetahuan teori, tidak akan dapat dengan tepat menjelaskan perbedaan dan persamaan semantis antara dua bentuk kata serta bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar. 3. Bagi orang awam pada umumnya pengetahuan yang luas tentang teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi penggunaan dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. 2.2 Polisemi Djajasudarma (1993 : 43) menyatakan bahwa polisemi merupakan suatu kata memiliki lebih dari satu makna. Misalnya, kata jalan yang berarti tempat berjalan dan kegiatan berjalan. Makna tersebut dapat dilihat dari kalimat berikut: (6) Jalan ke rumah si Tuti rusak (7) Jalan dulu, saya menyusul Kata jalan pada kedua contoh tersebut dikatakan polisemi karena memiliki makna ganda. Pada kalimat (6) kata jalan bermakna tempat berjalan sedangkan kalimat (7) kata jalan bermakna kegiatan berjalan. Chaer (1995: 101)

3 Halaman 107 Marini Nova Siska Naibaho menyatakan bahwa polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya, kata mata dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna yang banyak. 1. Mata manusia yang bermakna bagian organ tubuh untuk melihat. 2. Mata air yang bermakna sumber keluarnya air. 3. Mata pencaharian yang bermakna pekerjaan yang menghasilkan. 4. Mata angin yang bermakna arah letaknya angin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam bahasa kata mata setidaknya mengacu kepada 4 buah makna. Contoh lain pada kata tangan yang memiliki komponen makna, antara lain: (8) Anggota tubuh manusia, seperti tangan Lulu terkilir. (9) Kegiatan mencuci tangan setelah bekerja atau makan, seperti cuci tanganmu setelah makan supaya tidak kotor. (10) Berfungsi untuk memberi dan menerima sesuatu, seperti pada frase tangan kanan. Komponen makna (8) adalah makna asal yang sesuai dengan referen, atau juga makna leksikal dari kata itu. Komponen makna (9) berkembang menjadi makna tersendiri untuk menyatakan kegiatan mencuci tangan. Komponen makna (10) juga berkembang menjadi makna sendiri untuk menyatakan bagian dari segala sesuatu yang berfungsi untuk memberi dan menerima. Jika kita perhatikan kata mata dan kata tangan yang memiliki berbagai macam makna, dapat dinyatakan bahwa makna - makna yang banyak dari sebuah kata yang berbentuk polisemi masih ada sangkut pautnya dengan makna asal karena dijabarkan dari komponen makna yang ada pada makna asal kata tersebut. Di dalam meneliti penggunaan polisemi, peneliti harus memiliki kosakata yang besar jumlahnya karena pengertian yang akan digunakan berbeda-beda satu dengan yang lain. Namun, hal itu bukan persyaratan mutlak. Pada perkembangan pemikiran manusia, secara bergelombang makna dasar suatu kata berkembang, bertambah atau berubah akibat pola pikir pengguna bahasa yang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Hal ini dapat juga menggambarkan perkembangan bentuk polisemi dalam bahasa. Makna ganda dapat membuat pendengar atau pembaca ragu ragu dalam menafsirkan makna atau kalimat yang didengar atau dibaca. Misalnya, jika kita mendengarkan orang mengatakan pukul kita menjadi ragu ragu. Apakah yang dimaksud adalah (1) jam (pukul delapan mereka berangkat), dan (2) kegiatan memukul (pukul saja kalau memang berani). Kesalahpahaman sering terjadi jika kita tidak melihat konteks kalimat lebih dahulu. Selain pendapat Chaer dan Djajasudarma mengenai polisemi, ada beberapa pandangan mengenai polisemi sebagai berikut: 1. Gorys (2006: 36) mendefinisikan bahwa polisemi ialah satu bentuk mempunyai beberapa makna. 2. Parera (2004: 81) mendefinisikan bahwa polisemi ialah satu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda beda tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara maknamakna yang berlainan tersebut. 3. Usman (dalam Bandana 2002: 42) mengatakan bahwa polisemi berarti suatu bentuk yang memiliki makna lebih dari satu. Dari pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa polisemi adalah makna ganda yang saling berhubungan, berkaitan baik berupa denotasi maupun konotasi, seperti contoh di bawah ini: (11) Tidak ada rezeki kita memancing hari ini. (12) Sudah 3 tahun berumah tangga mereka belum mendapat rezeki. Kata rezeki pada (11) mempunyai arti yang sebenarnya yaitu mempunyai rezeki, tetapi pada (12) maknanya adalah makna kiasan yaitu mempunyai anak karena anak merupakan rezeki dari Tuhan, seperti juga harta, jabatan, dan lainlain. Dari beberapa pendapat ahli di atas, penelitian ini menggunakan pendapat Chaer dan Djajasudarma mengenai polisemi. Menurut Ullman (dalam Aminuddin), terdapat beberapa unsur penyebab polisemi. Unsur-unsur tersebut meliputi: 1. Spesifikasi dalam ilmu pengetahuan. Misalnya: kata bentuk dalam bidang kebahasaan, arsitektur, maupun seni rupa memiliki maknanya sendiri-sendiri. 2. Spesialisasi penggunaan dalam kehidupan sosial masyarakat yang beraneka ragam, sehingga kata jalan oleh para sopir diartikan bekerja, oleh para pedagang diartikan berlangsung. 3. Penggunaan dalam gaya bahasa. Misalnya: puisi, sehingga kata darah dan beku dalam baris puisi Chairil, Nanti darahku jadi beku, telah mengalami penambahan maupun perpindahan makna; dan

4 Marini Nova Siska Naibaho 4. Dalam tuturan lisan maupun tulisan yang salah, bentuk seperti kelapangan dapat mengandung makna sesuatu yang lapang dan pergi ke lapangan. Polisemi, selain dapat berakibat negatif juga merupakan unsur positif. Disebut berakibat negatif karena dapat menimbulkan kesalahan penerimaan informasi. Disebut positif karena memperkaya kandungan makna suatu bentuk kebahasaan sehingga lebih jelas digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda. Oleh karena itu, pengguna bahasa harus menghapal, mengingat, dan menguasai banyak kata. Untuk memudahkan beban ingatan pengguna bahasa, kata kata seharusnya: 1. Ditambah unsurnya, baik ditambah di sebelah kiri atau ditambah di sebelah kanan, misalnya kata kemeja. Jika. ditambah di sebelah kiri terdapat urutan kata tangan kemeja yang maknanya berbeda dengan makna kemeja. Jika ditambah di sebelah kanan terdapat urutan kata kemeja biru yang maknanya berbeda dengan makna kata kemeja. 2. Leksem diberi imbuhan, misalnya leksem datang menjadi berdatangan, didatangi, mendatangi yang tentu saja maknanya tidak sama lagi dengan makna datang. 3. Penggunaannya diperluas, misalnya kata mengudara dapat digunakan di lingkungan penerbangan dan di lingkungan siaran radio. 2.3 Jenis Kata Kata merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para linguis dalam linguistik. Para pengguna bahasa yang awam dengan mudah membentuk kalimat-kalimat dengan kata dan dapat memisahmisahkan kalimat terhadap kata-kata. Begitu juga terhadap orang pandai dapat menuliskan kalimatkalimat dan dengan mudah memisahkan kata-kata antar sesamanya dalam tulisan mereka. Adapun ciri-ciri kata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti: 1. Bloomfield (dalam Pateda 2001 : 134) menggunakan kebebasan berdiri sendiri di dalam ujaran sebagai ciri kata. 2. Hockett (dalam Pateda 2001 : 134) menggunakan jeda dan dapat diisolasi. 3. Reichling (dalam Pateda 2001 : 134) menggunakan ciri-ciri sebagai momen bahasa, dapat dipisahkan, dapat dipindahkan, dan dapat ditukar. 4. de Groot (dalam Pateda, 2001 : 134) berpendapat ciri kata adalah berdiri sendiri dan bermakna. Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, kata adalah satuan ujaran yang Halaman 108 berdiri sendiri dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi. Di dalam KBBI (Depdikbud 1993 : 451) kata bermakna sebagai berikut: 1. Unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. 2. Ujar, bicara. 3. Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. 4. Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Adapun penggolongan kata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut: Alwi (dalam Bandana 2002: 78-79) membagi kelas kata ke dalam empat kelompok kata yaitu: 1. Verba (kata kerja), yaitu kata yang berfungsi sebagai predikat dalam tataran klausa atau kalimat. Misalnya: mandi, makan. 2. Nomina (kata benda), yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, konsep, atau pengertian. Misalnya: pedagang, tikus, buku, dan komputer. 3. Adjektiva (kata sifat), yaitu: a. Kata yang dapat bergabung dengan partikel sekali, tidak, sangat seperti tidak jahat. b. Kata yang dapat mendampingi nomina, seperti: guru baik, anak malas. c. Kata yang dapat didampingi partikel sekali, seperti: jelek sekali, hancur sekali. 4. Adverbia (kata keterangan). Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata, Keraf (dalam Ramlan 1985: 44-46) menggolongkan kata-kata menjadi empat golongan, yaitu: 1. Kata benda. Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe-, -an, ke- merupakan calon kata benda. Misalnya: perumahan, perbuatan, kecantikan, pelari, jembatan, kehendak, dan lain lainnya. Berdasarkan kelompok kata, kata benda mempunyai ciri dapat diperluas dengan yang + kata sifat. Jadi, yang disebut kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat. Kata ganti merupakan sub golongan kata benda.

5 Halaman 109 Marini Nova Siska Naibaho 2. Kata Kerja. Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, -i, didicalonkan sebagai kata kerja. Berdasarkan kelompok kata, semua jenis kata dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat termasuk golongan kata kerja. Misalnya, kata berjalan, menyanyi, tidur, mendengar, memperbaiki, dan sebagainya. 3. Kata Sifat. Berdasarkan bentuknya, semua kata dapat menggunakan se + reduplikasi kata dasar + nya dicalonkan sebagai kata sifat, misalnya kata setinggi tingginya. Berdasarkan kelompok kata semua kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih, sekali. Kata bilangan merupakan sub golongan kata sifat. 4. Kata Tugas Berdasarkan bentuknya kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Misalnya: kata dengan, telah, dan, tetapi. Ada juga yang dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya kata tidak, sudah. Berdasarkan kelompok kata, kata tugas hanya mempunyai tugas untuk memperluas transformasi kalimat. Kata tugas tidak dapat menduduki fungsi fungsi pokok dalam sebuah kalimat dan tidak dapat membentuk kalimat meskipun ada juga kata tugas yang dapat membentuk kalimat. Misalnya: sudah, belum, tidak, bukan. Berdasarkan empat kategori kata yang dikemukakan oleh Alwi (dalam Bandana, 2002) dan Gorys Keraf (dalam Ramlan 1985 : 44 46) peneliti menggunakan teori Alwi dan Gorys Keraf berdasarkan kelas kata verba (kata kerja), nomina (kata benda), dan adjektiva (kata sifat) dalam penelitian ini. 3. POLISEMI DALAM HARIAN MEDAN BISNIS EDISI AGUSTUS 2007 Berdasarkan kategori kata polisemi dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu (1) Polisemi Verba, (2) Polisemi Nomina, (3) Polisemi Adjektiva. Kalimat yang mengandung polisemi yang terdapat dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut: (13) Akhirnya Amandemen ke 5 UUD 1945 diusulkan akhirnya kandas ditengah jalan. (14) Aturan obligasi perbankan segera terbit dengan dikeluarkannya aturan dari Bank Indonesia. (15) Akhirnya Inter Milan berhasil tendang AC Milan dari posisi puncak. (16) Tahun 2008 cadangan devisa tembus US$ 66 miliar. (17) Pemerintah ancam pangkas anggaran dana alokasi umum jika masih disimpan di SBI. PT Danareksa mendorong investor domestik untuk terjun dalam transaksi saham dipasar modal agar persentase investor dalam negeri semakin besar dalam pasar modal. (18) Dalam upaya menyukseskan program ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan, aparat fiskus akan aktif menyisir pusat bisnis mengikuti pusat perbelanjaan dan pertokoan, termasuk di kota Medan. (19) Rudd mengatakan ia sudah menduga rating pribadinya akan rontok sebagai akibatnya. (20) Stiker Jerman Miroslav Klose menyelamatkan muka Bayern Munich Senin dengan mencetak gol untuk menyamakan atas klub papan bawah Wacker Burghausan ketika klubnya itu akhirnya menang 4 3 dalam adu tendangan penalti pada putaran kedua piala Jerman. (21) Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gabungan Elektronika (Gabel) Rahmat Gobel dalam workshop fasilitas pengembangan iklim usaha elektronika. (22) Namun, aneh bila kini elit Golkar bereaksi negatif karena perbedaan kacamata yang sangat tajam padahal itu merupakan sebuah proses demokrasi. (23) Kegagalan meraih nilai penuh di laga pertama harus dijadikan cambuk oleh Manchester United. (24) Saya rasa, faktor nonteknis yang menjadi kunci sukses tim kami menjadi juara. (25) Sridhar tampil gemilang dan berhasil menyamakan kedudukan dan bahkan sempat memaksa deuce. (26) Saat dikonfirmasi, Gading sempat membantah, Ah, tidak mungkin papa bilang semacam itu. Aku masih yakin dengan agamaku, tuturnya dengan mulus. (27) Pengalaman pahit masa lalu dijanjikan tidak lagi terulang. 3.1 Jenis Kata yang Polisemi dalam Harian Medan Bisnis Edisi Agustus Polisemi Verba (Kata Kerja) Secara sintaksis, verba berfungsi sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam tataran klausa atau kalimat yang berupa perbuatan dan keadaan yang tidak dapat diawali kata ter- (paling). Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan,-i, didicalonkan sebagai kata kerja. Contoh kata kata

6 Marini Nova Siska Naibaho polisemi verba yang terdapat dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut: (28) a. Akhirnya Amandemen ke 5 UUD 1945 diusulkan akhirnya kandas di tengah jalan. b. Kapal itu kandas di tepi pelabuhan. Dari contoh di atas makna kandas pada (a) adalah gagal, tidak berhasil. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah terlanggar pada dasar laut. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (29) a. Aturan obligasi perbankan segera terbit dengan dikeluarkannya aturan dari Bank Indonesia. b. Matahari yang terbit di timur selalu menjadi pemandangan yang sangat indah di pulau Dewata. Dari contoh di atas makna terbit pada (a) adalah dibuat, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah timbul, naik, keluar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (30) a. Akhirnya Inter Milan berhasil tendang AC Milan dari posisi puncak. b. Nenek tua yang sedang berjalan kena tendang bola. Dari contoh di atas makna tendang pada (a) adalah menggeser. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah sepak, terjang. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (31) a. Tahun 2008 cadangan devisa tembus US$ 66 miliar. b. Peluru yang ditembak ke dadanya tembus sampai ke tulangnya. Dari contoh di atas makna tembus pada (a) adalah mencapai. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah masuk sampai (keluar). Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (32) a. Pemerintah ancam pangkas anggaran dana alokasi umum jika masih disimpan di SBI. b. Akibat tidak pernah pangkas, sekarang rambutnya bertambah panjang. Dari contoh di atas makna pangkas pada (a) adalah memperkecil. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah bergunting (rambut). Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. 33) a. Dalam upaya menyukseskan program ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan, aparat fiskus akan aktif menyisir pusat bisnis mengikuti pusat perbelanjaan dan pertokoan, termasuk di kota Medan. b. Wanita cantik itu menyisir rambut dari ujung rambut. Halaman 110 Dari contoh di atas makna menyisir pada (a) adalah menertibkan. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah merapikan dengan sisir. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (34) a. Rudd mengatakan ia sudah menduga rating pribadinya akan rontok sebagai akibatnya. b. Musim kemarau telah membuat daun pepohonan rontok. Dari contoh di atas makna rontok pada (a) adalah menurun. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah gugur.sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi Polisemi Nomina (Kata Benda) Kata benda yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, konsep, atau pengertian. Dalam kalimat yang predikatnya verba cenderung menempati fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata benda juga dapat diikuti oleh adjektiva. Semua kata mengandung morfem terikat atau imbuhan ke an, pe an, pe-, -an, ke- merupakan calon kata benda. Contoh kata kata polisemi nomina yang terdpat dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut: (35) a. Stiker Jerman Miroslav Klose menyelamatkan muka Bayern Munich Senin dengan mencetak gol untuk menyamakan atas klub papan bawah Wacker Burghausan ketika klubnya itu akhirnya menang 4 3 dalam adu tendangan penalti pada putaran kedua piala Jerman. b. Setiap pagi ia membasuh muka dengan air hangat. Makna muka pada (a) adalah harga diri, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah bagian depan kepala, dari dahi atas sampai ke dagu dan dari telinga yang satu ke telinga yang lain sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (36) a. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gabungan Elektronika (Gabel) Rahmat Gobel dalam workshop fasilitas pengembangan iklim usaha elektronika. b. Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis. Makna iklim pada (a) adalah suasana, keadaan, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah keadaan hawa (suhu, kelembapan) sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (37) a. Namun, aneh bila kini elit Golkar bereaksi negatif karena perbedaan kacamata yang sangat tajam padahal itu merupakan sebuah proses demokrasi. b. Dia memakai kacamata yang sangat kecil.

7 Halaman 111 Marini Nova Siska Naibaho Makna kacamata pada (a) adalah pandangan seseorang terhadap suatu hal ditinjau dari sudut tertentu, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan mempertajam penglihatan sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (38) a. Kegagalan meraih nilai penuh di laga pertama harus dijadikan cambuk oleh Manchester United. b. Pennjahat yang tertangkap kemarin dikenai cambuk oleh polisi. Makna cambuk pada (a) adalah sesuatu yang dapat menimbulkan dorongan untuk maju (lebih baik), sedangkan makna leksikal pada (b) adalah cemeti yang besar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (39) a. Saya rasa, faktor nonteknis yang menjadi kunci sukses tim kami menjadi juara. b. Kunci pintu depan hilang di tengah jalan. Makna kunci pada (a) adalah sesuatu yang dipakai untuk menentukan kalah menang, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah alat yang terbuat dari logam untuk membuka atau mengancing pintu dengan cara memasukkan ke dalam lubang sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi Polisemi Adjektiva (Kata Sifat) Kata sifat adalah kategori yang ditandai dengan 1. bergabung dengan partikel tidak. 2. mendampingi nomina. 3. di dampingi partikel sekali. Semua kata yang dapat menggunakan se + reduplikasi kata dasar + nya dicalonkan sebagai kata sifat. Contoh kata-kata polisemi adjektiva dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 adalah sebagai berikut: (40) a. Sridhar tampil gemilang dan berhasil menyamakan kedudukan dan bahkan sempat memaksa deuce. b. Karirnya semakin gemilang sejak ia membuka usaha restoran di sekitar kampus. Makna gemilang pada (a) adalah bagus, baik sekali, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah bersinar sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (41) a. Saat dikonfirmasi, Gading sempat membantah, Ah, tidak mungkin papa bilang semacam itu. Aku masih yakin dengan agamaku, tuturnya dengan mulus. b. Kulit tubuhnya kelihatan mulus tanpa ada noda. Dari contoh di atas makna mulus pada (a) adalah jujur, tulus. Sedangkan makna leksikal pada (b) adalah halus. Sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. (42) a. Pengalaman pahit masa lalu dijanjikan tidak lagi terulang. b. Setelah diminum ternyata kopi itu terasa pahit. Makna pahit pada (a) adalah sedih, tidak menyenangkan hati, sedangkan makna leksikal pada (b) adalah rasa tidak sedap sehingga kalimat (a) dan kalimat (b) disebut polisemi. 4. SIMPULAN Setelah melihat keterangan di atas, dapat dinyatakan bahwa harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 memiliki tiga kelas kata polisemi yakni polisemi verba (kata kerja) sebanyak 46,7%, polisemi nomina (kata benda) sebanyak 33,3%, polisemi adjektiva (kata sifat) sebanyak 20%. Oleh karena itu, polisemi pada harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 lebih cenderung menggunakan kata kerja Catatan: 1 Artikel ini merupakan ringkasan dari skripsi yang telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada 28 Desember 2007 di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU dengan pembimbing utama Drs. Kabar Bangun dan pembimbing pendamping Dra. Dardanila, M.Hum. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru. Bandana, dkk Polisemi dalam Bahasa Bali. Jakarta: Pusat Bahasa. Chaer Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, T. Fatimah Semantik 1. Pengantar Ke arah Ilmu Makna. Bandung: Refika. Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

8 Marini Nova Siska Naibaho Lyons, John Semantics 1. Cambridge: Cambridge University Press. Parera, Daniel Jos Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Pateda, Mansoer Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 112 Ramlan, M Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana. Sumber Data: Surat Kabar Medan Bisnis edisi Agustus 2007

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Kania Pratiwi Sakura Ridwan Aulia Rahmawati Abstrak. Penelitian ini bertujuan memahami secara

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

dan Daerah Disusun oleh: A

dan Daerah Disusun oleh: A VARIASI KATA DALAM BAHASA INDONESIA YANG BERDIMENSI MAKNA GERAK PADAA TABLOID BOLA EDISI 2.371-2.372 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh SURYA NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata merupakan alat penyalur gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata-kata dijalin-satukan melalui penggabungan dalam suatu konstruksi yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993, 21). Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

Oleh: RIA SUSANTI A

Oleh: RIA SUSANTI A ANALISIS REDUPLIKASI DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA PADA HARIAN KOMPAS SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014

ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014 ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014 Ifah Hanifah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang BAB V KESIMPULAN A. Simpulan Hasil penelitian diperoleh data bahwa di dalam rubrik berita majalah Djaka Lodang terdapat penggunaan polisemi yang meliputi jenis polisemi, bentuk polisemi, dan tipe-tipe

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki keanekaragaman yang unik dan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. Pada dasarnya bahasa

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI 2012 Jurnal Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis. 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

SILABUS SEMANTIK DR413. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. PROSEDUR PELAKSANAAN PERKULIAHAN

SILABUS SEMANTIK DR413. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. PROSEDUR PELAKSANAAN PERKULIAHAN Tgl. Berlaku : 02 Januari 2010 No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS SEMANTIK DR413 Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 adityawicak_02@yahoo.com ABSTRACT Speech uttered by bus conductors has an interesting phenomenon because there is a change

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA

AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA Trismanto 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jl. Seteran Dalam 9 Semarang, Jawa Tengah 50134 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Toko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ucapan, pikiran perasaan seseorang yang teratur serta yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut Kridalaksana (dalam Abdul Chaer,

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lalu lintas informasi berada pada tingkat kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Demi memenuhi hasrat masyarakat akan informasi yang terus

Lebih terperinci