BAB I PENGANTAR. Wayang adalah suatu kesenian warisan leluhur bangsa. Indonesia yang telah mampu bertahan berabad-abad lamanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. Wayang adalah suatu kesenian warisan leluhur bangsa. Indonesia yang telah mampu bertahan berabad-abad lamanya"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Wayang adalah suatu kesenian warisan leluhur bangsa Indonesia yang telah mampu bertahan berabad-abad lamanya dengan mengalami perubahan dan perkembangan sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti sekarang ini. Dalam perjalanannya dari zaman ke zaman wayang mengalami perubahan akibat adanya perubahan dalam pemerintahan, politik, sosial-budaya, dan kepercayaan, sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam pikiran manusia. Daya tahan wayang yang luar biasa ini membuktikan bahwa wayang mempunyai fungsi dan peranan dalam kehidupan masyarakat. Fungsi dan peranan wayang tidaklah tetap, tergantung pada kebutuhan, tuntutan, dan penggarapan masyarakat pendukungnya. 1 Wayang sebagai salah satu produk kebudayaan mengalami perubahan terus menerus sebagaimana sifat kebudayaan itu sendiri. Perubahan tersebut meliputi aspek yang terlihat (bentuk, fungsi) maupun yang tak telihat (filosofi). Perubahan tersebut bukan tanpa tantangan karena kadangkala terbentur dengan 1 S. Haryanto, Seni Kriya Wayang Kulit, Seni Rupa Tatahan dan Sunggingan (Jakarta: P.T. Pustaka Utama Grafiti, 1991), 1. 1

2 2 estetika tradisional dan kritik-kritik dari pengamat seni wayang, seperti mengingkari pakem, konsep inovasi yang tidak jelas dan lain sebagainya. 2 Perubahan dan perkembangan suatu bentuk kesenian dalam suatu masyarakat merupakan sesuatu yang wajar. Salah satu sifat manusia, bahwa disamping ia membutuhkan keamanan dari hal-hal yang ajeg, yang tetap, yang pasti, dan dengan demikian memberikan rasa tenteram, manusia pun memiliki dorongan untuk bereksplorasi, mencari kemungkinan-kemungkinan lain daripada yang sehari-hari sudah ada di hadapannya. 3 Pada tahun 2006, di Magelang muncul jenis wayang baru yang disebut Wayang Onthel. Wayang Onthel ini merupakan kreasi dari komunitas penggemar sepeda tua Velocipede Old Classic (selanjutnya disingka VOC) yang terdapat di kota Magelang yang berinisiatif membuat wayang yang terbuat dari onderdil sepeda tua. Pertunjukan wayang ini dalam beberapa hal masih seperti layaknya wayang kulit Purwa: ada kain putih (Kelir) untuk memainkan wayang, ada gunungan sebagai petanda awal dan akhir dari pergelaran dan juga ada boneka wayang itu sendiri yang dimainkan oleh dalang. Cerita yang dimainkan bukanlah cerita 2 M. Jazuli, Paradigma Seni Pertunjukan: Sebuah Wacana Seni Tari, Wayang, dan Seniman (Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya, 2001), Edi Sedyawati, Keindonesiaan dalam Budaya (Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra, 2007), 35

3 3 dari epos besar Ramayana atau Mahabharata tetapi cerita dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu yang sedang diperbincangkan di masyarakat. Dari aspek visual, tokoh-tokoh dalam Wayang Onthel diwujudkan dalam bentuk wayang dari onderdil sepeda yang berupa kap lampu, gir, pedal, jari-jari roda dan lain-lain. Dalam pementasannya, Wayang Onthel juga menggunakan gamelan pengiring tetapi tidak seperti pengiring wayang kulit pada umumnya, sebagian alat musik pengiring terbuat dari onderdil sepeda dan kunci-kunci perbengkelan. Hingga saat ini Wayang Onthel telah dipentaskan di beberapa kota, seperti Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Salatiga, Surakarta, dan Magelang. National University of Singapore juga telah mendokumentasikan salah satu pementasan Wayang Onthel dan mengalih-bahasakan dari Jawa ke Inggris dan Spanyol. 4 Kemunculan jenis wayang baru ini dapat dilihat sebagai suatu gejala yang menarik dalam dunia kesenian wayang. Ditinjau dari aspek bahan dan kebentukan Wayang Onthel ini merupakan wayang yang unik karena pada umumnya bahan wayang adalah kulit binatang sedangkan Wayang Onthel merupakan susunan dari benda-benda siap pakai atau dalam dunia seni rupa tergolong 4 Sumber: #.UUcc0Teo31U. Diakses 18/3/2013.

4 4 ke dalam karya yang berbasis pada benda ready-made. 5 Istilah lain yang selaras dengan itu adalah found object. 6 Hal itulah yang cukup menarik, dengan memanfaatkan bahan yang sudah ada, seniman Wayang Onthel mencipta wayang dengan suatu tuntutan akan kebutuhan karakter wayang dalam cerita yang dimainkan. Perlu disadari bahwa sebuah karya seni tentu membawa pikiran-pikiran atau peristiwa yang melatari kemunculannya. Dalam buku Filsafat Seni karangan Jakob Sumardjo dinyatakan bahwa setiap karya seni sedikit banyak mencerminkan setting masyarakat tempat seni itu diciptakan. Sebuah karya seni ada karena seorang seniman menciptakannya, seniman itu sendiri selalu berasal dari masyarakat tertentu dan kehidupan masyarakat merupakan kenyataan yang langsung dihadapi sebagai rangsangan kreativitas kesenimanannya. 7 Wayang Onthel sebagai sebuah karya seni yang diciptakan bukan hanya sebagai sebuah kebutuhan murni akan bentuk itu 5 Ready-made adalah benda atau objek siap pakai. Ready-made dalam pengertian karya seni adalah serangkaian benda-benda atau objek yang dapat langsung dipakai untuk membuat karya seni. Mikke Susanto. Diksi Rupa: Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa (Yogyakarta: DictiArt Lab & Djagad Art House, 2011), Found object dalam seni rupa adalah sebuah objek yang tidak memiliki nilai estetika lagi, seperti halnya potongan kayu atau belahan dari sebuah mesin atau benda. Namun dalam pengertian ini, objek temuan dimaksudkan sebagai kerja kreatif seni atau anti-seni dengan mendisplay benda temuannya dari lingkungan di sekitarnya. Mikke Susanto, 2011, Jakob Sumardjo. Filsafat Seni (Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung, 2000), 233.

5 5 sendiri tentu mengandung banyak hal yang dapat dipahami dan ditafsirkan. Keberadaan Wayang Onthel mengandung hal-hal lain dalam kehidupan manusia sesuai kebutuhannya. Ada banyak hal yang mendukung keberadaan seni. Ada yang kelahirannya didorong oleh kebutuhan praktis manusia untuk menunjang hidupnya sehari-hari, ada yang karena dorongan kebutuhan spiritual dan tidak kurang pula yang disebabkan oleh keinginan manusia yang hakiki yaitu untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Yang paling awal di antaranya adalah seni yang kelahirannya didorong oleh keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan praktisnya. 8 Seni yang berfungsi praktis misalnya dipakai untuk melayani suatu kebutuhan fisik. Seni bisa dipakai untuk menggambarkan mimpi, imajinasi, atau intuisi seorang seniman tentang sesuatu. Seni dapat pula sebagai media untuk bermainmain dengan material, media, teknik, atau seni sendiri secara eksploratif untuk mencari berbagai kemungkinan bentuk dan pemaknaan. Ditinjau secara faktual, keberagaman seni 8 Soedarso Sp., Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni (Yogyakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2006), 119.

6 6 nampaknya sejalan dengan keberagaman komunitas atau masyarakat itu sendiri. 9 VOC sendiri sebagai komunitas saat ini semakin dikenal dengan Wayang Onthel yang diciptakannya. Wayang Onthel menjadi bagian vital dari upaya peneguhan identitas komunitas ini. Hal ini terkait dengan unsur-unsur yang terdapat dalam kreasi pertunjukan wayangnya yang kental dengan unsur onthel yang dapat teridentifikasi terutama yang tampak pada wujud wayangnya. Hal itulah yang mendorong untuk dilakukan penelitian tentang wayang kreasi baru karya komunitas VOC ini. Bagaimana sebuah komunitas penggemar sepeda tua berkreasi dengan perasaan seninya dan menghasilkan karya pertunjukan wayang. Pertunjukan Wayang Onthel sebagaimana pertunjukan wayang mengandung berbagai dimensi seni, antara lain: seni rupa, seni drama, seni gerak, seni karawitan, dan seni suara. Boneka wayang yang digunakan dalam pertunjukan tersebut dapat dipandang sebagai suatu karya mandiri, yaitu sebagai karya seni rupa. Karya itulah yang menjadi fokus perhatian penelitian ini. 9 M. Dwi Marianto, Menempa Quanta Mengurai Seni (Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta: 2011), 8.

7 7 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah seperti tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut. 1. Bagaimana latar belakang penciptaan Wayang Onthel? 2. Bagaimana bentuk dan karakterisasi Wayang Onthel? 3. Bagaimana relasi antara kebentukan Wayang Onthel dengan identitas komunitas VOC dan bagaimana dinamika terbentuknya relasi itu ditinjau dari sudut pandang lingkungan budaya dan kreativitas? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui latar belakang penciptaan Wayang Onthel, faktor pendorong kemunculan Wayang Onthel, bentuk dan karakterisasinya, serta relasi antara Wayang Onthel dengan identitas komunitas VOC. Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk dapat mendalami pengetahuan tentang wayang terutama Wayang Onthel yang menarik bagi penulis. Selain itu, dengan penelitian ini penulis dapat menerapkan dan menggunakan teori-teori yang dipelajari untuk membaca gejala visual yang muncul dan berkembang di bidang kesenian wayang. Bagi institusi, penelitian ini dapat menjadi sumbangan wawasan akademik, melengkapi sejumlah riset yang telah ada di bidang kesenian wayang, menambah referensi kajian yang telah

8 8 ada dalam institusi. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan informasi tentang Wayang Onthel yang merupakan karya seni yang ada, hidup, sebagai sebuah produk kebudayaan. D. Tinjauan Pustaka Sebuah usaha penelitian diharapkan memiliki otentisitas sebagai wujud kekhasan, pembedaan, sekaligus pelengkap bagi studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya. Studi tentang wayang selama ini telah banyak dilakukan. Oleh karena itu penulis mencoba menelusuri hasil-hasil penelitian tentang wayang yang telah dilakukan. Hana Kurnia Dewi (2013) menulis skripsi dengan judul Dinamika Kehidupan Komunitas Alternatif Old Bikers VOC Magelang. Dalam penelitian ini dibahas sejarah komuniotas VOC, aktivitasnya, budaya komunitasnya, juga cara-cara yang dilakuakn VOC dalam mempertahankan eksistensinya. Sularno (2008) menulis tesis dengan judul Bentuk Rupa dan Makna Simbolik Wayang Kulit Purwa Kreasi Baru Ki Manteb Sudarsono (Dalam Kajian Hermeneutik Fenomenologis). Tesis tersebut memfokuskan diri pada identifikasi bentuk rupa wayang kulit Purwa kreasi baru karya Ki Manteb Sudarsono dengan membandingkannya dengan wayang kulit Purwa klasik, kemudian

9 9 berusaha menemukan makna simbolik baru dengan metode Hermeneutika. Subandi, Imam Madi, Agus Achmadi, Sukirno, Nur Arifin (1995) dalam penelitian kelompoknya yang berjudul Boneka Wayang Kulit Purwa Karya Seniman Surakarta: Suatu Amatan pada Karya Ki Manteb Sudarsono, Ki Bambang Suwarno, dan Hajar Satoto memaparkan wayang kulit kreasi tiga seniman wayang yang dikenal gemar melakukan gubahan pada aspek visual wayang. Dalam penelitian tersebut dikaji tokoh-tokoh wayang kulit Purwa yang menjadi pilihan seniman untuk digubah, bentuk-bentuk gubahannya, serta alasan seniman dalam upaya penggubahan bentuk boneka wayang kulit Purwa. Hasil penelitian tersebut sangat rinci dalam memaparkan detail wayang Purwa yang telah digubah, baik dari aspek bentuk, tatahan, maupun sunggingan. Mengenai wayang, Claire Holt dalam bukunya Art in Indonesia: Continuities and Change (1967) yang diterjemahkan R.M. Soedarsono menjadi Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia (2000) juga membahas tentang wayang kulit Purwa dan beberapa wayang lain seperti wayang gedhog, wayang golek, wayang wong, dan beberapa wayang lainnya. Penelitian Claire Holt terbatas pada Wayang-wayang yang paling dikenal di Jawa. Selain persoalan waktu penelitian yang dilakukan puluhan tahun silam

10 10 yang tentu saja di dalamnya tidak mencakup wayang-wayang yang muncul akhir-akhir ini. Namun demikian penelitian Claire Holt tentang wayang juga digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan mengingat wayang yang muncul di era ini bukanlah sesuatu yang lepas dari tradisi wayang yang telah ada sebelumnya. Dari pengamatan terhadap penelitian di atas, belum ditemui penelitian yang menjadikan Wayang Onthel sebagai topik utama kajian. E. Landasan Teori Kata Wayang dalam artinya yang paling luas berarti pertunjukan dramatik, sebuah drama, sebuah tontonan, apakah aktornya boneka atau manusia. Bila digunakan sendiri, dengan demikian kata wayang berarti sebuah boneka bayangan atau drama bayangan; dalam penandaan sebuah pertunjukan yang lain, istilah kualifikasi yang kedua selalu mengikuti, seperti contohnya, wayang wong, sebuah pertunjukan (dramatari), yang dipertunjukkan oleh manusia, yaitu dengan aktor-aktor hidup. 10 Subjek kajian dalam penelitian ini juga memiliki kekhasan yang terbaca dari namanya, Wayang Onthel, yang merupakan penamaan pencetusnya terhadap jenis wayang ini karena bahan 10 Claire Holt, Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Diterjemahkan oleh R.M. Soedarsono (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2000), 156.

11 11 wayangnya adalah onderdil sepeda Onthel (kayuh). Selain digolongkan sebagai karya seni bergaya Ready-made atau berangkat dari konsep Found Object karya ini juga masuk dalam jenis Junk Art karena dibuat dari barang bekas. 11 Dalam pembahasan mengenai kebentukan, wayang ini dibaca dalam kerangka karya berbasis Ready-made sedang dalam aspek kreativitas karya ini ditempatkan sebagai jenis karya Junk Art. 12 Kesenian sebagai wilayah kajian tidaklah bersifat tertutup. Artinya, wilayah ini terbuka untuk dimasuki oleh berbagai disiplin ilmu sebagai ancangan analisisnya. Di sisi yang lain, perluasan, pendalaman, dan pengkhususan, dalam berbagai bidang ilmu juga telah membuka peluang untuk mengkaji kesenian sebagai salah satu sasaran kajiannya. 13 Penelitian ini, dengan demikian, juga merupakan suatu upaya memahami suatu kebudayaan meski dalam lingkup yang terbatas. Menurut Koentjaraningrat wujud kebudayaan itu ada tiga yaitu: 1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ideide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, 2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta 11 Mikke Susanto, 2011, Junk Art berarti seni sampah, namun dalam pengertian seni visual yang umum berarti seni yang bahan-bahannya didapat dari benda atau barang bekas yang kemudian dirakit. Mikke Susanto, 2011, Tjetjep Rohendi Rohidi, Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan (Bandung: Penerbit STSI Bandung, 2000), 1.

12 12 tindakan berpola mantap dari manusia dalam masyarakat, 3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. 14 Dengan demikian objek kajian dalam penelitian ini ditempatkan dalam kerangka tersebut, untuk kemudiaan ditelaah apa gagasannya, bagaimana proses atau aktivitas di dalamnya dan bagaimana wujud konkretnya. Wayang Onthel sebagai sebuah karya seni tidak lepas dari konteks sosial yang melatari kemunculannya. Komunitas VOC sebagai latar sosial kemunculan Wayang Onthel merupakan produsen yang memiliki corak tersendiri yang memengaruhi apa yang dihasilkan, mengapa dan bagaimana karya itu dihasilkan. Dalam pandangan semacam ini diperlukan pendekatan sosiologi seni yang menggamit teori Janet Wolff dalam bukunya The Social Production of Art. Seni sebagai produk sosial merupakan suatu bentuk dari ideologi. Wolff secara sederhana menyatakan bahwa ideologi adalah gagasan dan kepercayaan seseorang yang secara sistematis dihubungkan dengan kondisi-kondisi material dan aktual kehidupan masyarakat. 15 Untuk mengkaji aspek kebentukan wayang, digunakan analisis struktur seni dari Edmund Burke Feldman yang mencakup persoalan elemen visual 14 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), Janet Wolff, The Social Production of Art. (New York: St. Martin s Press, Inc, 1981, 50.

13 13 (garis, bidang, gelap-terang, warna), 16 pengorganisasian elemen visual (kesatuan, keseimbangan, irama dan proporsi). 17 Dalam penelitian ini sedikit banyak juga menyinggung persoalan fungsi seni. Untuk itu penulis juga merujuk pada pendapat Edmund Burke Feldman yang membagi fungsi seni menjadi tiga: (1) Fungsi personal; (2) Fungsi sosial; (3) Fungsi fisik. 18 Fungsi personal adalah seni sebagai suatu alat atau bahasa untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide, berkaitan dengan situasi yang mendasar, hubungan spiritual dan ekspresi estetis. Fungsi sosial seni adalah bahwa karya seni itu memiliki fungsi sosial apabila karya seni itu mencari atau cenderung memengaruhi perilaku kolektif orang banyak, karya seni itu diciptakan untuk dilihat atau dipakai, digunakan khususnya dalam situasi-situasi umum, karya seni itu mengekspresikan atau menjelaskan aspek-aspek tentang eksistensi sosial atau kolektif sebagai lawan dari bermacam-macam pengalaman personal maupun individu. Fungsi fisik seni adalah suatu ciptaan objekobjek yang dapat berfungsi sebagai wadah atau alat. Persoalan identitas komunitas VOC yang dikaitkan dengan Wayang Onthel berdasar pada pandangan bahwa identitas kultural 16 Edmund Burke Feldman, Art as Image and Idea (New Jersey: Prentice-Hall Inc, 1967), Edmund Burke Feldman (1967), Edmund Burke Feldman (1967), 2-3.

14 14 akan muncul dalam bentuk-bentuk spesifik yang menandakan keberadaannya. Ia dianggap hadir ketika muncul gejala-gejalanya atau penampakannya dan berbeda dengan yang lain, mempunyai ciri yang khas dan khusus. 19 Stuart Hall memberi pandangan mengenai indentitas dengan mengacu pada pandangan esensialime dan anti esensialisme. Pandangan yang pertama, identitas kultural dimaknai sebagai sesuatu yang satu, budaya yang digunakan bersama, semacam jati diri kolektif, bersembunyi di dalam banyak hal yang lain, lebih superfisial atau artifisialitas yang dipaksakan pada diri. Di mana kelompok orang dengan sebuah sejarah bersama dan keturunan yang didasarkan dalam kesamaan. Dengan pengertian seperti ini identitas kultural merefleksikan pengalaman sejarah yang sama dan berbagai kodekode kultural yang membawa kita sebagai satu masyarakat. Pandangan yang kedua, sebuah persoalan menjadi sepadan dengan being. Jauh dari menjadi selesai (fixed) mereka adalah subjek dari keberlanjutan bermain (play) dari sejarah, kebudayaan dan kekuasaan Warsono, Jogja Agropop: Visualitas Seni Rupa dan Identitas Kultural. Tesis. (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2012), Stuart Hall. Who Needs an Identity? dalam Questions of Cultural Identity. Stuart Hall dan Paul du Gay (eds). (London: Sage Publication, 1996), 223.

15 15 Dalam melihat apa yang disebut sebagai identitas ini, yang dibaca dalam penelitian ini berangkat dari produk-produk dihasilkan. Identitas dilacak dari visualitas. Suatu upaya mencari hubungan antara bentuk dalam karya seni dengan kode-kode kultural komunitas VOC. Analisis tanda digunakan terutama untuk menjelaskan jenis tanda berdasar hubungan antara penanda dan petandanya. F. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian, maka jenis penelitian yang cocok adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dengan jenis penelitian ini dapat ditangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang penuh nuansa. 21 Pada penelitian yang menjadikan komunitas tertentu (dalam hal ini adalah komunitas penggemar sepeda tua) digunakan metode etnografi. Etnografi adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Etnografi berupaya mempelajari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subjek yang menjadi objek studi. Studi ini akan terkait bagaimana subjek 21 H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press, 2002), 35.

16 16 berpikir, hidup, dan berperilaku. 22 Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna dan tindakan dari kejadian yang menimpa orang atau kelompok masyarakat yang ingin dipahami Batasan Subject Matter Penelitian Subject Matter dalam penelitian ini adalah wayang karya komunitas VOC. Wayang yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini bukanlah pertunjukan wayangnya, melainkan boneka wayangnya yang dilihat sebagi sebuah karya seni rupa. Selain itu, yang ditelili adalah para anggota komunitas VOC yang menggagas kemunculan Wayang Onthel. 2. Batasan Waktu dan Wilayah Penelitian Waktu penelitian ini adalah selama enam bulan terhitung sejak bulan Juli hingga Desember Waktu tersebut dirasa mencukupi untuk mengambil data. Dalam enam bulan tersebut peneliti menggali data yang diperlukan serta menganalisisnya berdasarkan teori-teori yang digunakan. 22 Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), James P. Spradley, Metode Etnografi (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), 5.

17 17 Adapun batasan wilayah penelitian adalah di Kota Magelang, tepatnya di sekretariat VOC di Pakelan, Mertoyudan, Magelang dan di Sanggar Watujowo, Ngenthak, tempat anggota VOC beraktivitas. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata (hasil wawancara) dengan informan, foto dan video yang berkaitan dengan aktivitas anggota VOC, atau aktivitas pentas Wayang Onthel. Selain itu juga dokumen-dokumen tentang wayang secara umum dan Wayang Onthel baik dalam bentuk buku, jurnal, brosur, poster, yang bisa didapatkan dalam bentuk cetak maupun digital. 4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data ditempuh melalui sumber pustaka, dokumen tertulis dan arsip, dan benda artifact. Studi kepustakaan (library research) ditempuh untuk memperoleh data tertulis mengenai perkembangan wayang (terutama wayang kreasi baru),

18 18 yang berupa buku, jurnal, brosur, surat kabar, surat berharga, arsip, serta dokumen. 24 Metode pengumpulan data yang digunakan selain studi pustaka adalah melalui observasi lapangan (field observation) dan wawancara (interview). Observasi dilakukan untuk dapat mengumpulkan data valid, maka proses observasi lapangan yang dilakukan dilengkapi kamera foto dan juga buku catatan. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan pengamatan secara seksama terhadap segala hal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Selain data yang diperoleh melalui observasi lapangan, informasi dari narasumber sangat besar manfaatnya. Untuk kepentingan ini, maka dilakukan wawancara pada informan yang dipandang memiliki kompetensi dan memahami Wayang Onthel. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka, dilengkapi dengan alat perekam (recorder), sehingga diperoleh informasi mendalam berkait dengan pokok permasalahan. 24 R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, cet. 2 (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2001), 128.

19 19 5. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses yang dilakukan untuk mengorganisasikan data. Semua data yang terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, artikel, hasil wawancara, dan lain-lain dianalisis sesuai kebutuhan penelitian. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya. 25 Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses di sini berarti analisis data sudah dilakukan dan dikerjakan secara intensif, selama proses pencarian dan pengumpulan data di lapangan penelitian. Sesuai dengan sifat data, semua informasi dan data yang berhasil didapatkan, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif analitis. G. Sistematika Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, penulisan tesis ini terbagi menjadi lima bab. Bab I, pengantar, menjelaskan tentang: latar belakang; rumusan masalah; tujuan dan manfaat penelitian; tinjauan pustaka; landasan teori; metode penelitan; sistematika penulisan. 25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 103.

20 20 Bab II, menjelaskan tentang profil komunitas VOC, latar belakang penciptaan Wayang Onthel. Bab III, menguraikan mengenai bahan pembuatan, bentuk serta karakterisasi Wayang Onthel. Bab IV, menjelaskan tentang hubungan antara kebentukan dan identitas komunitas VOC yang hadir dalam Wayang Onthel. Bab V, berisi kesimpulan atau jawaban dari pertanyaan penelitian.

WAYANG ONTHEL KOMUNITAS OLD BIKERS VELOCIPEDE OLD CLASSIC (VOC) MAGELANG

WAYANG ONTHEL KOMUNITAS OLD BIKERS VELOCIPEDE OLD CLASSIC (VOC) MAGELANG VOLUME 01, No. 02, April 2015: 179-193 WAYANG ONTHEL KOMUNITAS OLD BIKERS VELOCIPEDE OLD CLASSIC (VOC) MAGELANG Figur Rahman Fuad Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana, Universitas

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

V. PENUTUP. A. Kesimpulan

V. PENUTUP. A. Kesimpulan V. PENUTUP A. Kesimpulan Menciptakan karya seni memerlukan banyaknya pertimbangan dari berbagai aspek, termasuk keseimbangan antara visualisasi karya yang didukung oleh pemahaman dari aneka referensi.

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat BAB V PENUTUP Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa karya seni lahir dari adanya proses cipta, rasa, dan karsa yang bertolak dari sebuah rangsangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata.

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata. BAB V PENUTUP Tugas akhir ini merupakan karya ilmiah berupa tulisan laporan penciptaan karya seni rupa yang harus diselesaikan sebagai salah satu syarat guna menuntaskan studinya pada jenjang (s-1) mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

PENUTUP. Karya seni kriya tekstil dengan tema Rangda Dalam Karya. Artwear adalah sebuah ungkapan dan ekspresi pribadi penulis

PENUTUP. Karya seni kriya tekstil dengan tema Rangda Dalam Karya. Artwear adalah sebuah ungkapan dan ekspresi pribadi penulis PENUTUP A. Kesimpulan Karya seni kriya tekstil dengan tema Rangda Dalam Karya Artwear adalah sebuah ungkapan dan ekspresi pribadi penulis berdasarkan pengalaman estetis dan proses hidup yang dialami selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Lahirnya ide atau pemikiran sebuah karya seni adalah hasil interaksi pada

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Lahirnya ide atau pemikiran sebuah karya seni adalah hasil interaksi pada BAB V PENUTUP Lahirnya ide atau pemikiran sebuah karya seni adalah hasil interaksi pada pengamatan realitas yang berkembang. Fenomena-fenomena yang menarik yang terekam didalamnya, diolah kembali sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Wayang Gogon milik Ki Margono, S.Sn, yang berada di Jl. Halilintar No.140, RT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia catur termasuk olahraga yang sering dimainkan. Di setiap sudut wilayah kita dapat menjumpai orang bermain catur. Bahkan bagi beberapa orang, olahraga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Musik sebagai identitas atau simbol masyarakat daerah kalibawang. b. Musik sebagai pembelajaran tentang agama islam, musik yang

BAB V PENUTUP. a. Musik sebagai identitas atau simbol masyarakat daerah kalibawang. b. Musik sebagai pembelajaran tentang agama islam, musik yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari semua data yang telah didapatkan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa musik memiliki peran dan fungsi yang sangat penting bagi seniman dan masyarakat sekitar kubro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Proses berkarya adalah hal penting dalam proses perwujudan dituntut adanya perenungan, penghayatan sekaligus pekikiran akan ide-ide yang akan diungkapkan. Penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian di Jalan Kuantan Gang Puteri Ledeng 14 No. 11 Kelurahan Kota Piring

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap penelitian tentu memiliki tujuan. Guna mencapai tujuan tersebut maka diperlukan metode penelitian yang tepat. Karena pada dasarnya metode merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi tidak ada lagi sekat yang membatasi ruang kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat dengan mudah di konsumsi dan di adaptasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian ini bertepatan di kediaman narasumber kesenian Rebana tunggal yaitu Pak Asep yang berada di Jalan Selaawi Rt.06 Rw.02 Kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosialbudaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. politik, ilmu sosial, estetika dan filsafat. Hal ini disebabkan karena untuk

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. politik, ilmu sosial, estetika dan filsafat. Hal ini disebabkan karena untuk BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam proses pembuatan karya seni terutama seni video, kita tidak mungkin terlepas dari bidang ilmu lain di luar dari kesenian itu sendiri. Misalnya ilmu politik, ilmu sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,

Lebih terperinci

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) Judul Mata Kuliah : Pengetahuan Teater No/ Kode/ SKS Diskripsi Singkat Penyusun : MKK 05101 / 3 SKS : Pemahaman seputar pengetahuan dasar teater seperti asal mula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang akan diteliti. Metode penelitian merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. merujuk pada introspeksi diri dengan meninjau perbuatan dan reaksi hati nurani.

BAB V. Penutup. merujuk pada introspeksi diri dengan meninjau perbuatan dan reaksi hati nurani. BAB V Penutup Proses pembentukan karya seni lukis perenungan ide dan kejujuran rasa sangatlah penting. Hal ini mempengaruhi hasil karya karena hanya karya yang penuh pertimbangan dan perasaan yang jujur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sikap yang melatarbelakangi gagasan sebuah karya seni.

BAB V PENUTUP. sikap yang melatarbelakangi gagasan sebuah karya seni. BAB V PENUTUP Seperti yang telah diuraikan dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, karya seni merupakan hasil ungkapan yang ditimbulkan dari kesadaran terhadap apa saja yang terjadi maupun yang telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang besar dan luas. Dengan kondisi geografis yang demikian, membuat Indonesia menjadi negara yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Seorang peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Seorang peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Seorang peneliti sebagai subyek penelitian berusaha mendeskripsikan suatu gejala, tindakan, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI DAN SUBYEK POPULASI PENELITIAN. terdokumentasikan di sekretariat lomba, Kantor Bidang Pendidikan Dasar Dinas

BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI DAN SUBYEK POPULASI PENELITIAN. terdokumentasikan di sekretariat lomba, Kantor Bidang Pendidikan Dasar Dinas 75 BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI DAN SUBYEK POPULASI PENELITIAN Karya-karya peserta lomba lukis sebagai subyek penelitian terdokumentasikan di sekretariat lomba, Kantor Bidang Pendidikan Dasar Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia dilahirkan dengan dibekali potensi rasa, karsa, dan cipta. Potensi ini terus dikembangkannya, sejalan dengan pertambahan pengalaman atau usia dan proses

Lebih terperinci

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 487 59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) 53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) 495 60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara dengan latar belakang budaya yang majemuk. mulai dari kehidupan masyarakat, sampai pada kehidupan budayanya. Terutama pada budaya keseniannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan. Manusia telah mulai menari sejak jaman prasejarah. Awalnya manusia menari hanyalah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam kegiatan,di antaranya adalah seni yang di dalamnya termasuk seni tari. Batasan seni tari sudah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kriya merupakan seni kerajinan tangan yang menghasilkan sebuah karya yang memiliki manfaat dan kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Kriya sebagai media ekspresi,

Lebih terperinci

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 627 79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Berdasarkan kajian awal beserta berbagai pertimbangan, penelitian dilaksanakan dengan mengambil Kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Sebagian besar lokasi penelitian dilakukan di kediaman Bapak Ganda sebagai narasumber utama dalam penelitian kesenian kohkol cangkilung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang sudah berusia hampir mendekati 5 abad (469 tahun), di telinga masyarakat hanyalah berstempel Kota Dagang dan Jasa namun, potensi-potensi minoritas

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Konstruktivisme Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Ketepatan dalam menggunakan metode penelitian merupakan cara atau alat untuk mencapai keberhasilan sebuah penelitian. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiono (2011:15) : Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,

Lebih terperinci

V. PENUTUP. dan ditinggalkan ketika seseorang merasa tidak bisa menghasilkan sesuatu

V. PENUTUP. dan ditinggalkan ketika seseorang merasa tidak bisa menghasilkan sesuatu 75 V. PENUTUP Berkesenian merupakan sebuah pilihan hidup yang dapat dipilih dan ditinggalkan ketika seseorang merasa tidak bisa menghasilkan sesuatu dari hidup berkesenian. Akan tetapi bertutur akan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi kepekaan rasa, peningkatan apresiasi, dan pengembangan kreativitas. Struktur kurikulum pada

Lebih terperinci

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A) 479 58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan (Nasir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya dengan seni. Salah satu seni yang cukup berkembang saat ini adalah seni teater. Perkembangan ini terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kreativitas pekriya dalam membuat boneka kayu lame di Kampung Leuwi Anyar, penulis menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

V. PENUTUP. bentuk figur manusia yang imajinatif. karya-karya lukisan dalam Tugas Akhir penciptaan karya seni ini

V. PENUTUP. bentuk figur manusia yang imajinatif. karya-karya lukisan dalam Tugas Akhir penciptaan karya seni ini V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebuah karya seni adalah merupakan hasil dari representasi perasaan, pikiran, pengalaman, untuk disampaikan kepada masyarakat luas. Kejadian-kejadian menarik yang dialami penulis

Lebih terperinci

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian dimana dengan metode ini diharapkan membantu memudahkan jalannya penelitian untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pewarisan seni budaya oleh berbagai komunitas budaya sangat memberikan arti penting dalam pengembangan kesenian Jawa Barat, dan ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci