DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN. HALAMAN SAMPUL DALAM... ii. HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN. HALAMAN SAMPUL DALAM... ii. HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN i HALAMAN SAMPUL DALAM... ii HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... v KATA PENGANTAR... vi HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... ix HALAMAN DAFTAR ISI... x ABSTRAK... xiv ABSTRACT... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian Tujuan Penelitian... 8 a. Tujuan Umum... 8 i

2 b. Tujuan Khusus Manfaat Hasil Penelitian... 9 a. Manfaat Teoritis b. Manfaat Praktis Landasan Teoritis Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis Pendekatan Sifat Penelitian Lokasi Penelitian Teknik Penentuan Sampel Penelitian Data dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Analisis Data BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP 2.1 Tindak Pidana Pengertian Tindak Pidana Tindak Pidana Ringan Tindak Pidana Pencurian Ringan ii

3 2.2 Tujuan Pemidanaan Jenis-jenis Pidana Pidana dan Pemidanaan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun Sebelum dikeluarkannya PERMA Sesudah dikeluarkannya PERMA BAB III PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP 3.1 Penerapan PERMA Nomor 2 Tahun 2012 dalam Kasus Tindak Pidana Pencurian Ringan di Pengadilan Negeri Bangli Pertimbangan Hakim dalam Penerapan PERMA Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP BAB IV EFEKTIVITAS PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran iii

4 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RINGKASAN SKRIPSI iv

5 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Bangli). Dalam tulisan ini membahas tentang penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP khususnya pada Tindak Pidana Pencurian Ringan serta Efektivitas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bangli). Tulisan ini berguna dalam menjelaskan peranan PERMA tersebut di Masyarakat dan nilai kemanfaatan yang dicapai dalam penerapannya. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan penelitian hukum empiris. Dalam hal ini menganalisa putusan perkara tindak pidana pencurian ringan di Pengadilan Negeri Bangli. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Perundang-undangan (the statue approach) dan pendekatan fakta. Hasil dari penelitian skripsi ini berupa penerapan PERMA No. 2 Tahun 2012 di Pengadilan Negeri Bangli belum efektif pada Tahun 2012 s/d 2013, dikarenakan pada Tahun tersebut masih terdapat kasus-kasus tindak pidana pencurian dengan nominal kerugian sebesar kurang dari Rp ,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) yang dikenakan Pasal 362 KUHP. Namun, pada Tahun 2014 s/d 2016 penerapan PERMA No. 2 Tahun 2012 baru berlaku efektif. Hal itu dibuktikan dengan data yang diperoleh di Pengadilan Negeri Bangli terutama setelah keluarnya Nota Kesepakatan antar Lembaga Penegak Hukum agar menerapkan PERMA Tipiring tersebut. Dengan meningkatnya kasus pencurian ringan di Kabupaten Bangli, maka bentuk/wujud dari nilai kemanfaatan berdasarkan pada PERMA No. 2 Tahun 2012 dinilai kurang efektif di Masyarakat karena dapat menimbulkan keresahan dan terganggunya ketertiban Masyarakat dan kurangnya efek jera bagi pelaku. Skripsi ini memberikan saran hendaknya dilakukan perubahan nilai mata uang pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), untuk mempertegas ancaman hukuman bagi pelaku tindak pidana. Serta Hakim dalam memutus hukuman bagi pelaku tindak pidana pencurian ringan perlu menggali nilai-nilai yang terdapat di masyarakat agar menimbulkan efek jera bagi si pelaku serta untuk mendapat nilai kemanfaatan bagi penerapan hukum tersebut. Kata kunci : Tindak Pidana Pencurian Ringan, Peraturan Mahkamah Agung, Efek Jera. v

6 ABSTRACT This paper is titled, Entitled Application of Supreme Court Regulation No. 2 of 2012 Adjustments Limitation light crime and the amount of penalties in the Criminal Code (Case Study in Bangli District Court). In this paper discusses the application of Supreme Court Regulation No. 2 of 2012 on Adjustment limits a misdemeanor and How the PERMA work effective especially on the Crime of Theft of Light as well as the application of PERMA Is it complies with the principle of usefulness. This paper is useful in explaining the PERMA role in society and the value of the benefit achieved in its application. The method used in the writing of this use of empirical legal research. In this case analyzing the decision lightly criminal case of theft in Bangli District Court. This type of approach used in this study is the approach of legislation (the statue approach) and approach the facts. The results of this paper study of the application of PERMA No. 2 of 2012 in Bangli District Court has not been effective in 2012 until 2013, due in the year, there are still cases of criminal offenses of theft with nominal losses of less than Rp ,00 (two million five hundred thousand rupiah) which is subject to Article 362 Criminal Code. However, in the 2014 until 2016 the application of PERMA No. 2 In 2012, the new becomes effective. This was evidenced by the data obtained in the District Court of Bangli especially after the release of the Memorandum of Understanding between the Law Enforcement Institutions in order to implement the Tipiring. With increasing cases of theft light in Bangli regency, the shape / form of the value of the benefit is based on PERMA No. 2 The year 2012 is considered less effective in the community because it may cause unrest and disruption of public order and the lack of deterrent effect on perpetrators. This thesis provides advice should be a change in currency values in the Code of Penal (Penal Code), to reinforce the threat of punishment for the perpetrators of criminal acts. As well as the judge in deciding the punishment for perpetrators of criminal acts of theft light needs to explore the values contained in the community in order to create a deterrent effect for the offender as well as to obtain the value of the benefit for the application of that law. Keywords : Crime Theft of Light, The Supreme Court Regulation, Deterrent Effect. vi

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah suatu Negara Hukum yang patuh dan tunduk pada peraturan - peraturan hukum dalam Negara tersebut, berdasarkan pada Pasal 1 ayat 3 Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Sebagai salah satu dimensi kehidupan bangsa Indonesia, Hukum di Indonesia menjadi suatu kebutuhan mendasar yang dibutuhkan kehadirannya sebagai alat pengatur kehidupan baik dalam kehidupan individual, kehidupan sosial maupun kehidupan bernegara. Kebutuhan hakiki Bangsa Indonesia akan ketentraman, keadilan, serta kesejahteraan (kemanfaatan) yang dihadirkan oleh sistem aturan yang memenuhi ketiga syarat keberadaan hukum tersebut menjadi sangat mendesak pada saat ini, ditengah-tengah situasi transisional menuju Indonesia yang baru. 1 Hukum di Indonesia khususnya dalam hukum pidana menjadi aturan yang mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat suatu negara hukum. Hukum pidana tersebut yang mengatur semua perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh setiap Warga Negara Indonesia dengan disertai sanksi yang tegas bagi setiap pelanggar aturan pidana tersebut. Hukum Pidana Indonesia diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)/Wet Boek van Strafrecht adalah sebuah peraturan warisan dari kolonial Belanda yang menjadi hukum positif sampai saat ini yang mengatur tentang suatu tindak pidana secara umum 1 Ilham Bisri, 2010, Sistem Hukum Indonesia Prinsip dan Implementasi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hal

8 2 baik sebagai suatu tindak pidana ringan ataupun tindak pidana yang berat, tentu banyak aturan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi perkembangan zaman saat ini. Berdasarkan pada ketentuan pasal yang tercantum di dalam KUHP yaitu Pasal 362 KUHP tentang pencurian yang berbunyi : Barangsiapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 900,00. Pasal dalam KUHP tersebut masih mempergunakan nominal atau jumlah denda yang nilainya sudah tidak sesuai lagi dengan nilai rupiah saat ini. Begitu pula dalam Pasal 364 KUHP tentang pencurian ringan yang berbunyi : Perbuatan-perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan 363 butir 4, begitupun perbuatan-perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah tempat kediaman atau pekarangan yang tertutup yang ada kediamannya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari Rp 250,00 diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama 3 bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 900,00. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut di atas, menunjukkan bahwa nilai/harga barang yang terdapat dalam pasal tersebut belum dirubah sesuai dengan nilai mata uang saat ini. Seiring dengan perubahan jaman adapun beberapa ketentuan dalam KUHP kemudian mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Perpu No. 16 tahun 1960 tentang Beberapa Perubahan dalam KUHP. Ketentuan yang diubah yaitu mengenai tindak pidana ringan, diantaranya

9 3 adalah Pasal 364, 373, 379, 384, 407 ayat (1) dan 482 KUHP. Nilai barang atau objek perkara yang awalnya dua puluh lima rupiah menjadi dua ratus lima puluh rupiah. Selang beberapa waktu dari tahun 1960 sampai dengan tahun 2011 besarnya nilai kerugian barang atas objek kejahatan belum juga mengalami perubahan. Hal ini berdampak pada efektifitas pasal-pasal yang mengatur tentang tindak pidana ringan dalam KUHP. Adanya beberapa kasus pencurian ringan yang kemudian muncul, seperti kasus pencurian tiga biji kakao, pencurian sandal jepit, dan kasus-kasus serupa diadili dengan tidak mempertimbangkan rasa keadilan bagi pelaku mendorong para penegak hukum untuk lebih berlaku adil terhadap para pelaku. Beberapa permasalahan yang ada dan perkara-perkara pencurian ringan terus masuk ke Pengadilan serta lamanya perubahan dalam KUHP mengakibatkan Mahkamah Agung memandang perlu untuk melakukan penyesuaian nilai rupiah sesuai dengan kondisi saat ini melalui PERMA No. 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP. Berdasarkan PERMA No. 2 Tahun 2012, nilai barang atas objek perkara yang awalnya dua ratus lima puluh rupiah menjadi dua juta lima ratus ribu rupiah. Penyesuaian nilai rupiah didapatkan dari penurunan nilai rupiah sebesar sepuluh ribu kali. Dalam Pasal 2 PERMA No. 2 Tahun 2012 menyebutkan bahwa Ketua Pengadilan wajib memperhatikan nilai barang atau uang yang menjadi objek perkara dalam Pasal 364, Pasal 373, Pasal 379, Pasal 384, Pasal 407 ayat (1), dan Pasal 408. Apabila nilai barang atau uang yang menjadi objek perkara bernilai

10 4 tidak lebih dari dari Rp ,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) ketua Pengadilan segera menetapkan Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam Pasal KUHAP. Jika ketentuan Pasal 205 ayat (1) KUHAP mengenai tindak pidana yang ancaman pidananya kurang dari tiga bulan ini kemudian dikaitkan dengan ketentuan terkait penahanan pada Pasal 21 ayat (4) KUHAP yang antara lain menyatakan bahwa penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, maka terhadap pelaku tindak pidana ringan yang ancaman pidananya paling lama 3 bulan penjara atau kurungan memang tidak dilakukan penahanan. 2 Dalam praktiknya, berlakunya PERMA ini barang tentu terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya atau dapat juga diterapkan dengan baik, untuk itu penulis melakukan penelitian terhadap Putusan Pengadilan mengenai penanganan perkara tindak pidana ringan setelah berlakunya PERMA ini, apakah sesuai dengan ketentuan dalam PERMA No. 2 tahun 2012 atau terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Berdasarkan data berupa putusan yang diperoleh di Pengadilan Negeri Bangli, adapun putusan tentang tindak pidana pencurian dengan nilai barang di bawah Rp ,00 yang diancam dengan tindak pidana pencurian biasa dan tidak mempergunakan PERMA No. 2 Tahun Perkara-perkara pencurian ringan yang didakwa dengan menggunakan Pasal 362 KUHP dan tidak dikelompokkan dalam tindak pidana ringan (lichte 2 Kartika Febriyanti, Diana Kusumasari, Kenapa pelaku tindak pidana ringan tidak ditahan?, Kamis 19 Januari 2012 dalam

11 5 misdrijven) menyebabkan terjadinya ketidakadilan bagi pelaku. Seharusnya perkara pencurian tersebut dikenakan Pasal 364 KUHP yang ancaman pidananya paling lama 3 (tiga) bulan penjara atau denda paling banyak Rp. 250,00. 3 Mahkamah Agung sebagai lembaga yang menjalankan kekuasaan kehakiman memiliki beberapa kewenangan diantaranya adalah berwenang dalam fungsi pengaturan yang mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam peraturan perundang-undangan. Mahkamah Agung diberikan kewenangan dalam fungsi pengaturan berupa menerbitkan beberapa produk hukum seperti Peraturan Mahkamah Agung (PERMA). Berdasarkan pada beberapa putusan pengadilan mengenai kasus tindak pidana pencurian ringan yang dikenakan Pasal 362 KUHP yang dinilai tidak adil karena nilai barang yang dicuri oleh pelaku tidak sebanding dengan hukum yang diterima. Maka Mahkamah Agung berdasarkan kewenangannya menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP (Selanjutnya disebut dengan PERMA No. 2 Tahun 2012) dengan perubahan harga barang yang dicuri dari Rp. 250,00 menjadi Rp ,00. Berdasarkan putusan pengadilan yang terdapat di Pengadilan Negeri Bangli terkait dengan kasus tindak pidana pencurian di bawah Rp ,00 masih ditemukan beberapa putusan pada Tahun 2012 yang pelaksanaannya tidak berdasarkan pada PERMA No. 2 Tahun 2012 tersebut. 3 Ibid, h. 106.

12 6 Maka berdasarkan dari uraian penjelasan latar belakang masalah tersebut di atas, Penulis ingin membahas lebih lanjut menjadi judul skripsi yaitu : PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANGLI). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat dua rumusan masalah yang dapat penulis kemukakan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bangli)? 2. Bagaimanakah Efektivitas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bangli)? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Sesuai dengan judul skripsi ini, serta untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam pembahasan masalah dalam skripsi ini maka perlu ditentukan ruang lingkup permasalahannya sehingga dapat dianalisa pokok masalah yang ingin dipaparkan. Permasalahan yang ingin dibahas adalah terpusat

13 7 pada Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP di Pengadilan Negeri Bangli khususnya dalam Tindak Pidana Pencurian Ringan serta Efektivitas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bangli). 1.4 Orisinalitas Penelitian Dengan ini Penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Penerapan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bangli) adalah sepenuhnya dikerjakan dengan menggunakan perbandingan 2 (dua) buah skripsi sebagai bahan referensi dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Adapun beberapa penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa berkaitan dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Norbertus Dhendy Restu Prayogo, Skripsi yang berjudul Implementasi PERMA Nomor 2 Tahun 2012 dalam Penyelesaian Kasus Tindak Pidana Ringan Di Kota Yogyakarta. Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Muhammad Soma Karya Madari, Skripsi yang berjudul Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP Terhadap Perkara Tindak Pidana Pencuria, Fakultas Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta Berikutakan dipaparkan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

14 8 No Penulis Judul Rumusan Masalah 1 Norbertus Dhendy Restu Prayogo Implementasi PERMA Nomor 2 Tahun 2012 dalam Penyelesaian Kasus Tindak Pidana Ringan Di Kota Yogyakarta. 1. Bagaimana pengaruh PERMA No.2 Tahun 2012 dalam memperlakukan pelaku tindak pidana ringan? 2. Bagaimana pengaturan perubahan denda yang sesuai untuk diterapkan di masa yang akan datang? 2 Muhammad Soma Karya Madari Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP Terhadap Perkara Tindak Pidana Pencurian 1. Bagaimana penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP menurut PERMA No. 02 tahun 2012? 2. Bagaimana Implikasi Peraturan Mahkamah Agung No. 02 Tahun 2012 terhadap penanganan perkara tindak pidana pencurian? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan hukum yang hendak dicapai oleh penulis diantaranya yaitu: a. Tujuan Umum

15 9 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi keilmuan yang berhubungan dengan paradigma science as process yaitu hukum adalah proses yang merupakan suatu pengembangan konsep, asas, serta teori hukum pada umumnya dan hukum pidana pada khususnya. Serta dalam penulisan hukum ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan di Pengadilan Negeri Bangli). b. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi keilmuan yang berhubungan dengan paradigma science as product yaitu hukum adalah hasil dalam artian tertuju pada hasil yang hendak dicapai penulis yang terdapat dalam rumusan masalah yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan dan melakukan analisis mendalam mengenai penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tidak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP. 2. Untuk mendeskripsikan dan melakukan analisis mendalam mengenai Efektivitas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bangli).

16 Manfaat Hasil Penelitian a. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis dengan mendeskripsikan dan melakukan analisis mendalam mengenai penerapan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 serta Efektivitas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bangli) b. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendasar mengenai pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung terkait dengan penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP. Serta secara praktis dapat digunakan oleh aparat penegak hukum dalam penanganan kasus yang berkaitan dengan kasus tindak pidana pencurian ringan dengan nilai barang yang dicuri kurang dari ,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah). 1.7 Landasan Teoritis Penelitian ini menggunakan Teori Efektivitas Hukum sebagai landasan kerangka pikir untuk mengkaji permasalahan hukum yang berkaitan dengan Penerapan PERMA No. 2 Tahun 2012 terkait dengan tindak pidana pencurian ringan di Kabupaten Bangli. Menurut Hans Kelsen, efektivitas hukum berkaitan dengan Validitas hukum. Validitas hukum berarti bahwa norma-norma hukum itu mengikat, bahwa orang harus berbuat sesuai dengan yang diharuskan oleh norma-

17 11 norma hukum bahwa orang harus mematuhi dan menerapkan norma-norma hukum. Efektifitas hukum berarti bahwa orang benar-benar berbuat sesuai dengan norma-norma hukum sebagaimana mereka harus berbuat, bahwa norma-norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi. 4 Efektivitas hukum dalam masyarakat berarti membicarakan daya kerja hukum itu dalam mengatur dan/atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum. Oleh karena itu, Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat dalam bukunya Soerjono Soekanto antara lain : 5 1. Faktor Kaidah Hukum. Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian Hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak sehingga ketika seseorang hakim memutuskan suatu perkara dengan penerapan undang-undang saja maka nilai keadilan itu tidak tercapai sepenuhnya. Maka ketika terdapat permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan menjadi prioritas utama. Karena hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja, Masih banyak aturan-aturan yang hidup dalam masyarakat yang mampu mengatur kehidupan masyarakat. 4 Zainuddin Ali, 2006, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h Karya Tulis Ilmiah, diakses pada tanggal 10 Juli 2016.

18 12 2. Faktor penegak hukum. Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum atau law enforcement. Bagian-bagian law enforcement itu adalah aparatur penegak hukum yang mampu memberikan kepastian, keadilan dan kemanfaat hukum secara proporsional. Ada tiga elemen penting yang mempengaruhi mekanisme bekerjanya aparat dan aparatur penegak hukum, antara lain : (1) istitusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (2) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya; dan (3) perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaanya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun hukum acaranya. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Fasilitas pendukung mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan sebagainya. 4. Faktor Masyarakat. Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum. 5. Faktor Kebudayaan. Faktor kebudayaan sebernarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat sengaja dibedakan, karena didalam pembahasannya

19 13 diketengahkan masalah sistem nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non material. Hal ini dibedakan sebab sebagai suatu sistem atau subsistem dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakupstruktur, subtansi dan kebudayaan. 1.8 Metode Penelitian Jenis Penelitian Adapun Jenis Penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris atau tatsachenwissenschaft merupakan suatu ilmu kenyataan hukum yang terdiri dari penelitian terhadap efektivitas hukum serta penegakan hukum dalam masyarakat. Penelitian terhadap efektivitas hukum merupakan penelitian yang membahas bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat, penelitian ini sangat relevan di Negara-negara berkembang seperti Indonesia, penelitian ini mensyaratkan penelitinya disamping mengetahui ilmu hukum juga,mengetahui ilmu social dan peneliti ilmu sosial (social science research). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat yaitu kaidah hukum/peraturan itu sendiri, petugas/aparat penegak hukum, sarana/fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum serta kesadaran masyarakat. 6 Penulisan Hukum ini menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu meliputi segala permasalahan hukum maupun kasus yang terjadi di Pengadilan Negeri Bangli dan ditinjau pula berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pendekatan yuridis empiris dipergunakan berdasarkan pada permasalahan yang 6 Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 31.

20 14 diteliti berupa faktor yuridis dan data yang diteliti dalam penelitian hukum yuridis empiris ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder Jenis Pendekatan Jenis Pendekatan yang dipergunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan keilmuan atau konseptual (conceptual approach), pendekatan fakta (The Fact Approach), dan pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach). Pendekatan keilmuan atau konseptual berdasarkan pada pandangan atau doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum yang nantinya dapat dijadikan sandaran dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi. 7 Mengenai pendekatan fakta dilakukan dengan mengkaji dan menganalisa Penerapan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012 yang dipakai dasar dalam penentuan tuntutan serta penjatuhan hukuman pada pelaku tindak pidana pencurian ringan yang terjadi di Pengadilan Negeri Bangli. Adapun pendekatan yuridis empiris berupa pendekatan pada peraturan perundang-undangan berupa PERMA dengan penerapan PERMA tersebut di lapangan berdasarkan pada putusan Hakim yang dikeluarkan di Pengadilan Negeri Bangli yang menerapkan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun Sifat Penelitian Jakarta, h Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,

21 15 Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang menggunakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian. 8 Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) yang lengkap mengenai suatu keadaan tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara jelas, terperinci, dan sistematis mengenai aspek hukum terkait dengan penelitian terhadap Penerapan PERMA No. 2 tahun 2012 ini, dengan menjelaskan kaitan antara peraturan perundangundangan tersebut dengan fakta yang terjadi dilapangan berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku saat ini dengan menganalisa putusan Pengadilan yang telah incraht Lokasi Penelitian Penelitian hukum dalam penulisan hukum ini dilakukan di Pengadilan Negeri Bangli yang terletak di Kabupaten Bangli Propinsi Bali. Terkait dengan penelitian awal yang telah dilakukan sebelumnya di Pengadilan Negeri Bangli dalam mengadili perkara tindak pidana pencurian ringan terdapat putusan yang tidak menerapkan PERMA No. 2 Tahun 2012 melainkan berdasarkan pada Pasal 362 KUHP. Dengan adanya putusan pengadilan tersebut maka penulis akan menganalisa lebih lanjut mengenai penerapan PERMA No. 2 Tahun Zainudin Ali, 2009, op.cit, h. 105.

22 16 khususnya tentang tindak pidana pencurian ringan di lingkungan peradilan Kabupaten Bangli Teknik Penentuan Sampel Penelitian Penelitian empiris ini menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu data dipilih atau ditentukan sendiri berdasarkan kemauan si peneliti yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifatnya atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari populasinya. Dengan menentukan data berupa putusan pengadilan yang telah incracht dengan demikian data akan diperbandingkan dengan data yang lainnya terkait dengan putusan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta kaitannya dengan Asas Kemanfaatan Data dan Sumber Data Data yang diteliti dalam penelitian hukum yurisis empiris ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.data sekunder terdiridari data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian, hasil penelitian ilmiah, serta peraturan perundang-undangan. 9 Terkait dengan penelitian ini maka adapun bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang dipergunakan adalah bahan hukum primer yang 9 Zainudin Ali, 2009, op.cit, h. 106.

23 17 mengikat terdiri dari PERMA No. 2 tahun 2012, KUHP, serta Putusan Pengadilan yang incrahct atau telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Serta bahan hukum sekunder yang dipergunakan berupa buku-buku dan tulisan tulisan ilmiah hukum berkaitan dengan penerapan PERMA No. 2 Tahun 2012 ini Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah dengan studi dokumen atau metode penelitian kepustakaan (Library research) yang diperoleh dengan membaca serta mengutip buku-buku dan Putusan Pengadilan maupun peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan yang disajikan dan menggunakan teknik wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam penelitian hukum yuridis empiris. Dalam kegiatan ilmiah, wawancara dilakukan dengan membuat pertanyaaan-pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang terjadi di instansi tersebut terkait dengan peraturan yang berlaku Analisis Data Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian bersifat eksplanatoris yaitu sifat data yang dikumpulkan mudah dikualifikasikan ke dalam kategori-kategori, data yang terkumpul terdiri dari aneka gejala yang dapat diukur dengan angka-angka, hubungan antara variabel sangat jelas, pengambilan sampel dilakukan dengan cermat dan teliti. 10 Berdasarkan pada penelitian eksplanatoris yaitu melalui analisis kuantitatif dengan aspek empiris yang dimulai dengan 10 Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana

24 18 pengumpulan data dan kemudian pengolahan data. Setelah hasil penelitian tersebut diselesaikan maka selanjutnya ditarik kesimpulan dan saran sebagai akhir penulisan hukum ini.

25 19

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

IMPLIKASI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP ABSTRACT

IMPLIKASI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP ABSTRACT IMPLIKASI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP Khoiru Dhuhri, Eko Soponyono, Pujiyono*) heyshutupjack@gmail.com Jurusan

Lebih terperinci

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR Oleh: I Gusti Bagus Eka Pramana Putra I Ketut Mertha I Wayan Suardana Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN 2000 Oleh : Bella Kharisma Desak Putu Dewi Kasih Hukum Pidana, Fakultas Hukum Program

Lebih terperinci

KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Ni Nyoman Santiari I Gusti Agung Ayu DikeWidhiyaastuti Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir pada setiap masyarakat termasuk Indonesia hal ini terutama disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hampir pada setiap masyarakat termasuk Indonesia hal ini terutama disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadilan merupakan masalah yang rumit dimana persoalan dapat dijumpai hampir pada setiap masyarakat termasuk Indonesia hal ini terutama disebabkan oleh karena pada

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website : KETIDAKPASTIAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN PERMA NO. 2 TAHUN 2012 DALAM KASUS TINDAK PIDANA RINGAN ( Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor : 24/Pid.B2015/PN.Smg ) Perdana Marpaung*, Nyoman Serikat Putra J. Budhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu hangat untuk diperbincangkan dari masa ke masa, hal ini disebabkan karakteristik dan formulasinya terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur tindak pidana terhadap harta kekayaan yang merupakan suatu penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana pencurian sering terjadi dalam lingkup masyarakat, yang kadang menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Tindak pidana pencurian dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut. untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut. untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga tidak jarang apabila sebuah

Lebih terperinci

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN Oleh I Gusti Ayu Jatiana Manik Wedanti A.A. Ketut Sukranatha Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, negara Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGATURAN KARYA CIPTA POTRET DALAM PRAKTIK DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PENGATURAN KARYA CIPTA POTRET DALAM PRAKTIK DI KOTA DENPASAR PELAKSANAAN PENGATURAN KARYA CIPTA POTRET DALAM PRAKTIK DI KOTA DENPASAR Oleh: Icha Sharawaty Putri Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Judul

Lebih terperinci

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia minuman beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama minuman impor. Jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir brendi, tuak, vodka, wiski

Lebih terperinci

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI Oleh Made Wira Kusumajaya Ni Nengah Adi Yaryani, SH., MH Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Crime by mutilation

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : Pande I Putu Cahya Widyantara A. A. Sri Indrawati Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Assessing criminal law,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada hukum.namun dilihat dari sudut hukum, hak dan kewajiban secara individual selalu berkonotasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak yang mana kebutuhan tersebut bertujuan untuk memenuhi segala keperluan hidupnya.

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR Oleh: Ida Bagus Komang Paramartha Ida Bagus Surya Dharmajaya I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti

Lebih terperinci

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA Oleh: I Wayan Agus Vijayantera Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Murder is a brutal crime

Lebih terperinci

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana Abstract Titles in this writing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan umat manusia, khususnya untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum, maka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Lebih terperinci

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA Oleh Ida Ayu Made Merta Dewi Pembimbing Akademik : Yuwono Program Kekhususan : Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract

Lebih terperinci

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP) PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP) Oleh : Ketut Yoga Maradana Adinatha A.A. Ngurah Yusa Darmadi I Gusti Ngurah Parwata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Hukum pidana tidak hanya bertujuan untuk memberikan pidana atau nestapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan ilmu pengetahuan kian berkembang pesat termasuk bidang ilmu hukum, khususnya dikalangan hukum pidana. Banyak perbuatan-perbuatan baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh bahan penulisan skripsi ini, maka penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini menyebabkan pergeseran perilaku di dalam masyarakat dan bernegara yang semakin kompleks. Perilaku-perilaku

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Kadek Devi Ayu Anggari Pembimbing : I Wayan Parsa Nengah Suharta Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai kumpulan manusia, karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada sesudah meninggal.

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER oleh Putu Nindya Krishna Prasanti Anak Agung Gede Duwira Hadi Santosa Perdata Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN Oleh : I Gusti Ngurah Ketut Triadi Yuliardana I Made Walesa Putra Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Dalam kenyataannya tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup saling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam

Lebih terperinci

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN Oleh Maya Diah Safitri Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The right to obtain legal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencurian dapat diproses melalui penegakan hukum. Penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam ketentuan

Lebih terperinci

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP Oleh Bram Suputra I Gusti Nyoman Agung Bagian Hukum Pidana Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH SISTEMATIKA TEKNIK PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DAN KERANGKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara sebagaimana diatur dalam Penjelasan Umum Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di 1

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di  1 1 IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DALAM KUHP DALAM PUTUSAN PENGADILAN Evi Desi Mustikasari*, Nyoman Serikat Putra Jaya, Laila Mulasari Abstrak Kasus-kasus

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh Lidya Permata Dewi Gde Made Swardhana A.A. Ngurah Wirasila Bagian

Lebih terperinci

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR Oleh : I Gst. Agung Rio Diputra A. A. Gede Duwira Hadi Santosa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract : The entire community participation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya mengharuskan manusia untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA

PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : Bagus Surya Darma Marwanto Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT : Criminal fines are one

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum diciptakan dengan tujuan untuk mengatur tatanan masyarakat, dan memberikan perlindungan bagi setiap komponen yang berada dalam masyarakat. Dalam konsideran

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME Oleh : Ni Made Rica Vitayanti A.A. Gede Duwira Hadi Santosa Program Kekhususan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi lalu lintas di jalan raya semakin padat, bahkan bisa dibilang menjadi sumber kekacauan dan tempat yang paling banyak meregang nyawa dengan sia-sia. Kecelakaan

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) Oleh Jesisca Ariani Hutagaol (I Gusti Ngurah Parwata,S.H.,M.H) Bagian Hukum Pidana Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang di kalangan masyarakat. Konsumen minuman keras tidak hanya orang dewasa melainkan juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya orang tersebut wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Efektivitas Penerapan Pidana Denda dalam Pelanggaran Safety Riding ditinjau dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi Kasus di Polres Buleleng) Ni Luh Intan

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR :02 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENERAPAN SANKSI PIDANA PERUNDANG-UNDANGAN DI LUAR KODIFIKASI HUKUM PIDANA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENERAPAN SANKSI PIDANA PERUNDANG-UNDANGAN DI LUAR KODIFIKASI HUKUM PIDANA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENERAPAN SANKSI PIDANA PERUNDANG-UNDANGAN DI LUAR KODIFIKASI HUKUM PIDANA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN Oleh : I.A. Ratna Apsari Dewi Pembimbing : I Kt. Sandhi Sudarsana

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA

ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA Oleh : Hendra Rusliyadi Pembimbing : IGN Dharma Laksana Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract:

Lebih terperinci

PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI

PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI Oleh : I Gusti Made Agus Mega Putra Ni Made Yuliartini Griadhi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I Made Sugiarta Nugraha I Wayan Parsa I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka kehidupan masyarakat tidak lepas dari aturan hukum. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA Oleh : Kadek Anggiana Dwi Cahyani I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM Oleh : Komang Agung Cri Brahmanda Ida Bagus Putra Atmadja, Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya kasus tindak pidana ringan yang terjadi di Indonesia dan sering menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan ancaman hukuman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana Penegak hukum adalah petugas badan yang berwenang dan berhubungan dengan masalah peradilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bentuk klasik perbuatan pidana pencurian biasanya sering dilakukan pada waktu malam hari dan pelaku dari perbuatan pidana tersebut biasanya dilakukan oleh satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN 2.1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dasar dari adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dari dapat dipidananya

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI Oleh : Putu Erik Hendrawan I Ketut Keneng Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TESIS

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TESIS TESIS KEWENANGAN PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM DALAM HAL PENAHANAN BERDASARKAN KUHAP SETELAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN I Gede Made Krisna Dwi Putra I Made Tjatrayasa I Wayan Suardana Hukum Pidana, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan A. Latar Belakang Korupsi merupakan permasalahan yang dapat dikatakan sebagai sumber utama dari permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah masuk sampai

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Pertanggungjawaban Pidana dalam Tindak Pidana Pencurian Benda Purba Dikaitkan dengan Pasal 362 KUHP JO Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya 1 Tubagus

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA LEBIH DULU SECARA BERSAMA-SAMA. (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan No. 180/Pid.B/2011/PN.

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA LEBIH DULU SECARA BERSAMA-SAMA. (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan No. 180/Pid.B/2011/PN. TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA LEBIH DULU SECARA BERSAMA-SAMA (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan No. 180/Pid.B/2011/PN.Pwt) S K R I P S I Oleh : MOHAMAD RIANSYAH SUGORO E1E004146 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana terhadap harta benda yang sering terjadi dalam masyarakat. Modus yang digunakan dalam tindak pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh I Nyoman Adi Wiradana Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH Oleh : Made Aprina Wulantika Dewi Nyoman A. Martana Program Kekhususan : Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstract : The problem raised is about

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi dapat dipastikan tidak akan pernah berakhir sejalan dengan perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum yang diterapkan di Indonesia saat ini kurang memperhatikan kepentingan korban yang sangat membutuhkan perlindungan hukum. Bisa dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu penelitian hukum dengan mengkaji bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia Perez (Jupe) harus masuk ke dalam jeruji besi. Kala itu, Dewi Persik (Depe) dan Jupe harus melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga diikuti dengan berkembangnya permasalahan yang muncul di masyarakat. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. juga diikuti dengan berkembangnya permasalahan yang muncul di masyarakat. Perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan zaman tidak hanya merupakan perkembangan di bidang teknologi semata melainkan juga diikuti dengan berkembangnya permasalahan yang muncul di masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijalani oleh setiap manusia berdasarkan aturan kehidupan yang lazim disebut norma. Norma

Lebih terperinci

Keywords : Hukum Acara, Pelaksanaan Putusan, Upaya Paksa.

Keywords : Hukum Acara, Pelaksanaan Putusan, Upaya Paksa. 1 TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PASCA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 Oleh Agus Hariyono A.A Gde Agung Dharma Kusuma Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum

Lebih terperinci