HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGANKEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGANKEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG SKRIPSI"

Transkripsi

1 HALAMAN JUDU L HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGANKEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Kedokteran. Disusun oleh: Risfal Laksana Amanullah H2A FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 i

2 ii

3 HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PERSETUJUAN Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, proposal skripsidari : Nama : Risfal Laksana Amanullah NIM : H2A Fakultas : Kedokteran Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang Tingkat : Program Pendidikan Sarjana Judul : HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGANKEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Bagian : Ilmu Bedah Pembimbing : 1. dr. Bondan Prasetyo, Sp.B, M.Si.Med 2. dr. Rochman Basuki, M.Sc Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Pendidikan Tahap Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang Pembimbing I, Semarang, 7 September 2016 Pembimbing II, dr. Bondan Prasetyo, Sp.B,M.Si.Med dr. Rochman Basuki, M.Sc NIK : NIK : iii

4 HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS Disusun oleh : Risfal Laksana Amanullah H2A Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada tanggal 7 September 2016 dan telah diperbaiki sesuai saran saran yang diberikan. Semarang, 7 September 2016 Tim Penguji dr. Setyoko, Sp.PD... dr. Bondan Prasetyo, Sp.B... dr. Rochman Basuki, M.Sc... Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Semarang, 7 September 2016 dr. Merry Tiyas Anggraini, M.Kes NIK : Ketua Pendidikan Tahap Akademik iv

5 PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Risfal Laksana Amanullah NIM : H2A Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG adalah betul betul karya sendiri. Hal hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut. Semarang, 7 September 2016 Yang membuat pernyataan Risfal Laksana Amanullah v

6 KATA PENGANTAR Pujisyukur kami panjatkankehadirat Allah SWT atasrahmat, taufik dan hidayah-nya, sehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi yang berjudul Hubungan Usia, Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hernia Inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang. Penelitianinidilakukanuntukmemenuhi sebagianpersyaratantahappendidikanakademikfakultaskedokteranuniversitasmu hammadiyah Semarang. KaryaTulisIlmiahinidapatterlaksanaberkatbantuan, bimbingandandorongandariberbagaipihak. Olehkarenaitudengansegalakerendahanhatipenulismengucapkanterimakasihsebesa r besarnyakepada : 1. Prof. dr. Rifki Muslim Sp.B, Sp.U selakudekanfakultas Kedokteran UniversitasMuhammadiyah Semarang 2. dr. Merry Tiyas Anggraini, KetuaTahapPendidikanAkademikUniversitasMuhammadiyah Semarang. 3. dr. Bondan Prasetyo, Sp.B selakupembimbing I dalam yang banyakmemberikandorongan, petunjukdankoreksimulaidariawalsampaiakhirdalampenyusunan skripsi ini. 4. dr. Rochman Basuki, selakudosenpembimbing II yang telahbanyakmembantumemberikanbimbingan, petunjukdenganpenuhkesabaransertamemberikanbanyakmasukandankoreks idariawalsampaiakhirdalampenyusunan skripsi ini. 5. dr. Setyoko, Sp.PD selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik, saran, bimbingandanarahandalampenyusunan skripsi ini 6. RSUD Tugurejo Semarang yang telahmemberikankesempatanpenulisuntukmelakukanpenelitian ini. 7. Responden yang bersediamengikutipenelitianini. vi

7 8. Kedua orang tuasaya Budi Prasetyo dan Ernawati serta adik adik yang telahmemberikanbanyakdukungankepadapenulisdansenantiasamendoakans ertamemotivasi sehingga penulis dapatmenyelesaikanskripsiinidengan baik. 9. Mohammad Hasvian selaku teman sejawat sekaligus editor dalam penulisan ini, dan teman teman Kloter Hora hore yang bersedia meluangkan waktunya membantu penulis dalam pengambilan sampel. 10. Semuapihakdanteman teman yang tidakdapatdisebutkannamanyasatupersatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Semarang, September 2016 Penulis vii

8 DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK... xiv ABSTRACT... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus... 3 D. Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat Bagi Institusi Bagi Peneliti... 3 E. Keaslian Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 A. Hernia Inguinalis Definisi Anatomi Klasifikasi hernia berdasarkan derajat klinis Patofisiologi Faktor Resiko... 9 viii

9 6. Diagnosis B. Kerangka Penelitian Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Rancangan Penelitian C. Populasi dan Sampel Populasi Sampel D. Variabel penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat E. Definisi Operasional F. Instrumen Penelitian G. Data yang dikumpulkan Data primer Data sekunder I. Pengolahan Data dan Analisa Data J. Analisis Data K. Jadwal Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis Univariat Analisis Bivariat Analisis Multivariat B. Pembahasan Hubungan Usia dengan Kejadian Hernia Inguinalis Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hernia Inguinalis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hernia Inguinalis ix

10 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1.1 Keaslian penelitian 4 Tabel 2.1 Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa menurut IMT berdasarkan WHO 10 Tabel 3.1 Definisi operasional dan skala pengukuran 19 Tabel 3.2 Coding 22 Tabel 3.3 Rencana jadwal penelitian 23 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden dengan kejadian hernia inguinalis 24 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi IMT dengan kejadian hernia inguinalis 25 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis 25 Tabel 4.4 Hubungan usia dengan kejadian hernia inguinalis 26 Tabel 4.5 Hubungan IMT dengan dengan kejadian hernia inguinalis 27 Tabel 4.6 Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis 28 Tabel 4.7 Hasil analisis multivariat 29 xi

12 DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 2.1 Kerangka teori 15 Gambar 2.2 Kerangka konsep 16 Gambar 2.3 Alur penelitian 21 xii

13 DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1 Data responden 36 Lampiran 2 Hasil analisis data 38 Lampiran 3 Foto dokumentasi 44 Lampiran 4 Surat penelitian 46 Lampiran 5 Informed consent 48 Lampiran 6 Kuesioner aktivitas fisik Baecke 49 Lampiran 7 Rumus penghitungan kuesioner aktivitas fisik 51 xiii

14 ABSTRAK HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Risfal Laksana A 1, Bondan Prasetyo 2, Rochman Basuki 3 ABSTRAK Latar Belakang : Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah apendisitis. Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Menurut sifatnya, hernia terbagi menjadi hernia reponibel, irreponebel, obstruktif, dan strangulata. Faktor resiko terjadinya hernia antara lain usia, obesitas, aktivitas berat, jenis kelamin laki laki, batuk kronis, dan lahir prematur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor risikousia, obesitas, dan aktivitas berat dengan kejadian hernia inguinalis. Metode: Studi observasional dengan desain cross sectional yang dianalisis dengan Uji Chi- Square dengan tingkat kemaknaan 95% yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat terhadap variabel usia, obesitas dan aktivitas fisik di RSUD Tugurejo Semarang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 sampel rekam medis laki laki dengan hernia inguinalis periode Januari Juli 2015.Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil : Hasil analisis bivariat, variabel usia (p=0,014),variabel obesitas (p=0,002), variabel aktivitas fisik (p=0,022). Semua variabel yang diteliti terdapat hubungan dengan kejadian hernia inguinalis. Hasil analisis multivariat menunjukkan obesitas dan aktivitas beratmerupakan variabel yang paling berpengaruh dengan kejadian hernia inguinalis (p=0,002 dan 0,011). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara usia, obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis. Obesitas dan aktivitas fisik adalah faktor resiko yang paling berpengaruh dengan kejadian hernia inguinalis. Kata Kunci : Hernia inguinalis, faktor resiko, usia, obesitas, aktivitas fisik. 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 2) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 3) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. xiv

15 ABST RACT THE RELATIONSHIP OF AGE, PHYSICAL ACTIVITY AND OBESITY WITH INCIDENCE OF INGUINAL HERNIA AT TUGUREJO HOSPITAL SEMARANG Risfal Laksana A 1, Bondan Prasetyo 2, Rochman Basuki 3 ABSTRACT Background : Inguinal hernia is digest common case after appendicitis. A hernia is a protrusion of the contents of a cavity through a defect or weak parts of the wall cavity concerned. Hernia consists of rings, bags and contents of the hernia. According to the characteristic of hernia, it s divided into hernia reponibel, irreponibel, obstructive, and strangulated. The risk factors of hernia are age, obesity, strenuous activity, male, chronic cough, and premature birth. This study aimed to analyze the correlation between risk factors such as age, obesity, and heavy activity with the incidence of inguinal hernia. Methods : Observational study with cross sectional design that analyzed by Chi-Square of the significance level of 95% which includes the analysis univariate, bivariate and multivariate analyzes to the variable of age, obesity and physical activity in Tugurejo Hospital Semarang. The sample in this study are 51 samples from medical records of male with inguinal hernia period from January to July The sampling method in this study conducted by purposive sampling. Result : Results of bivariate analysis, the variable of age (p = 0.014), variable of obesity (p = 0.002), variable of physical activity (p = 0.022). Based on analyzed variables there were a correlation with the incidence of inguinal hernia. Multivariate analysis showed obesity and heavy activity is the most influential variable with inguinal hernia (p = and 0.011). Conclution : There were correlation between age, obesity and physical activity with the incidence of inguinal hernia. Obesity and heavy physical activity are the most influenced factorof the incidence of inguinal hernia. Keywords : Inguinal hernia, risk factors, age, obesity, physical activity. 1) Student of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University. 2) The Lecture of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University. 3) The Lecture of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University. xv

16 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah apendisitis. Sampai saat ini masih menjadi tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. 1 Angka kejadian hernia di Amerika kurang lebih tiap tahunnya dan 90% terjadi pada laki-laki. Hernia tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat juga pada anak-anak. Insiden hernia dilaporkan 1-5%. Hernia terjadi pada anak-anak usia lebih dari 6 tahun. Kurang lebih 5% dari semua wanita mengalami hernia selama hidupnya. 2,3,4 Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah kasus. 5 Di RSUD Tugurejo Semarang penderita yang mengalami hernia inguinalis pada tahun 2014 sebanyak 243 yang terdiri dari 224 lakilaki dan 19 perempuan. Pada tahun 2015 bulan Januari-Juni sebanyak 139 yang terdiri dari 128 laki-laki dan 11 perempuan. Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. 2 Menurut sifatnya, hernia terbagi menjadi hernia reponibel, irreponebel, obstruktif, dan strangulata. Hernia reponibel adalah apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut disebut hernia irreponibel. 2 1

17 Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Insidensi hernia akan meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena berkembangnya penyakit yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.selain usia, faktor yang dapat meningkatkan resiko hernia inguinalis adalah obesitas. 2,3,4 Obesitas atau kelebihan berat badan secara alami akan memiliki tekanan internal yang lebih besar. Tekanan internal tersebut dengan mudah dapat mendorong jaringan lemak dan organ internal menjadi hernia. Obesitas meningkatkan risiko hernia inguinalis 2 kali lebih besar. Faktor yang mempengaruhi selanjutnya adalah aktivitas fisik yang berat. Aktivitas berat memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hernia inguinalis. Menurut Risk and prognosis of inguinal hernia in relation to occupational mechanical exposures durasi pekerjaan juga dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya hernia inguinalis yaitu pada pekerjaan sedang dan berat yang dilakukan selama lebih dari 1 tahun dengan peningkatan risiko sebesar 4 kali. Pekerjaan berat dapat meningkatkan tekanan intraabdomen pada perut yang mengakibatkan organ perut (biasanya usus) menonjol melalui suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis yang biasanya dihubungkan dengan perkerjaan-pekerjaan mengangkat berat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, mengingat tingginya kejadian hernia inguinalis di Indonesia dan setelah dilakukan studi pendahuluan oleh penulis di RSUD Tugurejo Semarang diketahui terdapat 128 kasus yang beberapa diantaranya menyebabkan kematian, maka penulis mengambil judul Hubungan usia, obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang. 2

18 B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara usia, obesitas, dan aktivitas fisik dengan kejadianhernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara usia, obesitas, dan aktivitas fisik dengan kejadianhernia inguinalis 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan usia pada penderita hernia inguinalis b. Mendeskripsikan obesitas pada penderita hernia inguinalis c. Mendeskripsikan aktivitas fisik pada penderita hernia inguinalis d. Menganalisis hubungan usia pada penderita hernia inguinalis e. Menganalisis hubungan obesitas pada penderita hernia inguinalis f. Menganilisis hubungan aktivitas fisik pada penderita hernia inguinalis g. Menganalisis variabel bebas (usia, obesitas dan aktivitas fisik) yang paling berkaitan dengan hernia inguinalis D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberi informasi bagi masyarakat tentang faktor risiko hernia inguinalis dan penanganannya. 2. Bagi Institusi Hasil penelitian inidapat menambah kepustakaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kedokteran klinis. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan penulisan dan digunakan sebagai referensi selanjutnya untuk menambah pengetahuan serta wawasan bagi peneliti. 3

19 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Judul Metode Hasil Monarchi Al Tamsil Saliti. Skripsi. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (2013) Hatif Mahendra Parmono. Skripsi. Fakultas Kedokteran UMS. (2014) Vera Anik Agustina. Jurnal. Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES. (2014) Svendsen SW, Frost P, Vad MV, Andersen JH. (2013) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hernia Inguinalis di RSU Daya Makassar dan RSUD Labuang Baji Makassar Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Hernia Inguinalis di Poli Bedah RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian Hernia Inguinalis Risk and prognosis of inguinal hernia in relation to occupational mechanical exposures - a systematic review of the epidemiologic evidence Penelitian deskriptifdengan metode cross sectional Penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional Penelitian survei analitik dengan metode case control Penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional Adahubungan antara umur dengan kejadian penyakit hernia inguinalis Tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hernia inguinalis Ada hubungan antara aktivitas berat dengan hernia inguinalis Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabelvariabel yang diteliti, dan sample penelitian yang diambil di Semarang- Indonesia, sehingga terdapat perbedaan karakteristik demografis dan individu. 4

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hernia Inguinalis 1. Definisi Hernia dari bahasa latin yang artinya menonjolkan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal. Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui bagian yang lemah dari dinding rongga yang berkaitan. Syarat terjadinya hernia harus terdapat cincin, kantong, dan isi hernia. 2,6,7 Menurut lokasinya hernia dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: hernia inguinalis, hernia umbilikus, hernia femoralis, dan hernia skrotalis. Hernia inguinalis dapat diartikan sebagai hernia yang terjadi pada lipatan paha. 8,9,10 2. Anatomi Seperti yang diketahui, hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi di lipatan paha yang disebabkan penonjolan dari isi abdomen. Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam) kulit, fascia superfisialis (fascia camperi dan fascia scarpae), otot dinding anterior abdomen, antara lain: M. Oblikus eksternus abdominis, M. Oblikus internus abdominis, M. Transversus abdominis, fascia transversalis, lemak ekstraperitoneal, peritoneum parietal. Pada bagian inferior dibatasi oleh ligamentum inguinal, lateral dibatasi vasa epigastrika inferior, dan bagian medial dibatasi oleh tepi M. Rektus abdominis. Ketiganya ini disebut juga dangan trigonum hesselbach. 6 Disebut hernia inguinalis karena usus turun dari kavitas abdomen dan masuk melalui canalis inguinalis, canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang mnembus bagian bawah dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki, saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum teres 5

21 uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun perempuan. Canalis inguinalis panjangnya sekitar 4 cm pada orang dewasa dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak sekitar 1.3 cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai anulus inguinalis superfisialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas ligamentum inguinale. Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan strukturstruktur yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium majus. Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah Klasifikasi hernia berdasarkan derajat klinis Hernia dapat dibedakan berdasarkan derajat klinisnya, yaitu: a. Hernia reponibel adalah hernia yang isinya masih dapat keluar masuk tetapi kantongnya menetap. Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. b. Hernia Ireponibel adalah hernia yang isi kantongnya tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misal nya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. 6

22 Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel. c. Hernia obstruksi adalah hernia dimana bagian dari usus terjebak di dalam canalis inguinalis dan lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah inkarserata terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata. Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia. d. Hernia Strangulata adalah hernia dengan suplai darah untuk isi hernia terputus sehingga menyebabkan kematian jaringan disekitarnya. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung 7

23 bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis tampak seperti abses di daerah inguinal. 2,11,12 4. Patofisiologi Hernia terjadi karena menonjolnya sebagian isi perut melalui defek atau bagian lemah. Penonjolan ini dapat dikarenakan adanya peningkatan tekanan intraabdomen. Dengan semakin meningkatnya tekanan intraabdomen maka anulus inguinalis internus akan terdorong dan terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena yang didapat faktor yang dinilai menjadi penyebab adalah terdapatnya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Lebih banyak pada laki-laki dari perempuan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi lakilaki dan perempuan semasa janin. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dapat menjadi penyebab adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peningkatan tekanan intraabdomen dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis, kelemahan dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan inguinalis. 6,9 8

24 5. Faktor Resiko Faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian hernia inguinalis antara lain: a. Hereditas Terdapat suatu kecenderungan bahwa hernia inguinalis lebih sering terjadi pada penderita yang memiliki riwayat keluarga yang pernah menderita hernia inguinalis. Selain riwayat keluarga, jenis kelamin juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kejadian hernia inguinalis. b. Jenis kelamin Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding pada perempuan. Hernia pada laki-laki 95% adalah jenis inguinalis, sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini disebabkan karena ukuran ligamentum rotundum, dan prosentase obliterasi dari prosesus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck. Selanjutnya usia juga berperan sebagai faktor resiko. c. Usia Kejadian hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada usia lanjut karena pada otot-otot dinding rongga perut melemah dan jaringan tubuh telah mengalami proses degenerasi. Selain itu, adanya berat badan yang berlebih juga dapat mempengaruhi kejadian hernia ingunalis. d. Konstitusi atau keadaan badan Pada orang yang mempunyai berat badan berlebih atau obesitas memang menjadi banyak faktor resiko terjadinya penyakit-penyakit, termasuk ada diadalamnya hernia inguinalis. Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan menimbulkan lokus minoris atau kelemahan-kelemahan otot serta terjadi relaksasi dari anulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan mengurangi volume rongga 9

25 abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intraabdomen. Kemudian faktor resiko lain yang dianggap mempunyai hubungan adalah aktivitas fisik yang berat. 13 Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO Klasifikasi IMT (kg/m 2 ) Berat Badan Kurang < 18,5 Kisaran Normal 18,5 24,9 Berat Badan Lebih > 25 Pra-Obes 25,0 29,9 Obes Tingkat I 30,0 34,9 Obes Tingkat II 35,0 39,9 Obes Tingkat III > 40 Sumber: WHO technical series, 2000 dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi V, hal:1977 e. Aktivitas fisik Menurut penelitian pekerjaan berat mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hernia inguinalis. Durasi pekerjaan juga dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya hernia inguinalis yaitu pada pekerjaan sedang dan berat yang dilakukan selama lebih dari 1 tahun dengan peningkatan risiko sebesar 4 kali. Pekerjaan berat dapat meningkatkan tekanan intraabdomen pada perut yang mengakibatkan organ perut (biasanya usus) menonjol melalui suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis yang biasanya dihubungkan dengan perkerjaan-pekerjaan mengangkat berat.terakhir ada lahir prematur merupakan faktor resiko hernia inguinais. 4 f. Lahir prematur yang juga Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor yang memiliki resiko yang besar untuk 10

26 menyebabkan hernia. Cacat bawaan, seperti kelainan pelvic atau ekstrosi pada kandung kemih, dapat menyebabkan kerusakan pada saluran inguinal secara tak langsung. Hal yang jarang terjadi kelainanan bawaan atau cacat collagen dapat menyebabkan tumbuhnya hernia inguinal langsung Diagnosis Hernia inguialis di diagnosis berdasarkan gejala dan tanda yang penderita keluhkan dan hasil dari temuan pemeriksaan fisik. a. Anamnesis Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi. 2,15 11

27 b. Pemeriksaan fisik 11,16 Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk semua hernia abdominal eksterna, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada saat pasien berbaring.area pembengkakan di palpasi untuk menentukan posisi yang tepat dan karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan atau dapat semakin membesar saat batuk merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri. Kontrol terhadap hernia untuk mencegah ia keluar adalah dengan menekannya dengan jari di titik dimana reduksi dapat dilakukan. Pasien diminta untuk batuk : jika hernia tidak muncul, berarti ia sudah dikendalikan dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat. Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi sebagai berikut: 1) Non reponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri. 2) Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan gejala lain dari obstruksi usus. 3) Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata. Kulit diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa. c. Pemeriksaan penunjang Hernia inguinalis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang, macam-macam pemeriksaan penunjang untuk hernia inguinalis meliputi: 12

28 1) Herniografi Dalam teknik ini, ml medium kontras iodin positif di masukkan dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien berbaringdengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25derajat. Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral.pada umumnya fossa inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik. 2) Ultrasonografi Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga femoral. 17 3) CT Scan dan MRI Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia obturator) 4) Laparoskopi Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa. 5) Operasi eksplorasi Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan Penatalaksanaan 11,18,19,20 Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena potensinya menimbulkan komplikasi inkarserasi atau strangulasi lebih berat dibandingan resiko yang minimal dari operasi hernia (khususnya bila menggunakan anastesi lokal). Berdasarkan pendekatan operasi, 13

29 banyak teknik herniorraphy dapat dikelompokkan dalam 4 kategori utama, yaitu: a. Kelompok Open Anterior Repair Kelompok operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan aponeurosis M. Oblikus abdominis eksternus dan membebaskan funikulus spermatikus fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direk dan indirek. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi. b. Kelompok Open Posterior Repair Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum. c. Kelompok Tension-Free Repair With Mesh Kelompok operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia. Sebelumnya beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant prostesis, khususnya infeksi atau penolakan. Tetapi anggapan ini sudah mulai hilang dan saat ini terus populer. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general. 14

30 d. Kelompok Laparoskopi Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total ekstraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam kavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparoscopic langsung yang mengharuskan masuk ke kavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah dapat cedera selama operasi. B. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori Usia > 45 tahun Obesitas Aktivitas Berat Otot-otot dinding perut melemah Akumulasi lemak berlebih Jaringan tubuh telah mengalami proses degenerasi Tekanan intraabdomen tinggi HERNIA INGUINALIS Batuk Kronik Riwayat Keluarga Laki-laki Gambar 2.1 Kerangka Teori 15

31 2. Kerangka Konsep Usia Obesitas Hernia Inguinalis Aktivitas berat Gambar 2.2 Kerangka Konsep 3. Hipotesis a. Ada hubungan antara usia dengan kejadian hernia inguinalis b. Ada hubungan antara obesitas dengan kejadianhernia inguinalis c. Ada hubungan antara aktivitas berat dengan kejadian hernia inguinalis 16

32 BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Tempat : RSUD Tugurejo Semarang 2. Ruang lingkup waktu : Dilakukan pada bulan Juli - Agustus Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Bedah B. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasional analitik untuk menerangkan adanya hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui uji hipotesis. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan potong silang (cross sectional). C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien yang menderita hernia inguinalis, yang rawat jalan maupun dirawat inap di RSUD Tugurejo Semarang. 2. Sampel a. Sampel Penelitian Kelompok sampel pada penelitian kali ini adalah pasien yang memiliki gejala dan tanda hernia inguinalis dan telah didiagnosis oleh dokter ahli bedah di RSUD Tugurejo Semarang, yang diketahui dari catatan medik RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Januari Juni2015 b. Besar Sampel 21 Besar sampel didapatkan dari data populasi dan juga prevalensi penyakit hernia inguinalis, maka untuk menentukan sampel harus dihitung menggunakan rumus: 17

33 n=. ( ) ( ). ( ) Keterangan : n : besar sampel Z /2 : nilai Z pada derajat kepercayaan 95% = 1,96 P : proporsi hal yang diteliti = 0,0573 d : presisi = 0,05 N : jumlah populasi = 128 Maka n= 1, ,0573 (1 0,0573) 128 0,05 2 (128 1) + 1, ,0573 (1 0,0573) n= 26,59 0,525 n= 50,64 n= 51 sampel c. Kriteria Sampel 1) Kriteria Inklusi a) Pasien hernia inguinalis yang yang rawat jalanmaupun dirawat inap di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Januari-Juni b) Pasien yang memiliki rekam medis yang lengkap. c) Pasien hernia inguinalis dengan klasifikasi klinis reponibel dan non reponibel 2) Kriteria Eksklusi a) Pasien hernia inguinalis dengan klasifikasi klinis selain hernia inguinalis reponibel dan non reponibel d. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi. 18

34 D. Variabel penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian meliputi usia, obesitas, aktivitas berat. 2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian adalah kejadian penyakit hernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang. E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi operasional Variabel Definisi Operasional Kategori Skala Ukur Variabel bebas (independen) Istilah usia diartikan dengan Usia semakin tinggi usia seseorang maka semakin besar resiko terjadinya hernia inguinalis. Dikatakan resiko 1. Resiko rendah tinggi jika usia pasien >45 tahun, 2. Resiko tinggi Nominal dan dikatakan usia resiko rendah jika usia pasien 45 tahun. Obesitas adalah suatu indikator berat badan terhadap tinggi badan seseorang yang dihitung Obesitas menggunakan Indeks Massa Tubuh. Dikatakan tidak obesitas jika IMT < 30, dan dikatakan obesitas jika IMT 30. Aktivitas fisik yang diukur dan dan dikategorikan menggunakan Aktivitas fisik kuesioner Aktivitas fisik. Dikatakan aktivitas ringan jika indeks 7,9, dan aktivitas berat jika indeks > 7,9. Variabel terikat (dependen) Pasien yang menderita gejala klinis hernia inguinalis dan telah didiagnosis menderita penyakit hernia inguinalis oleh dokter bedah, yang diketahui dari catatan medik RSUD Tugurejo Semarang. Hernia Dikatakan hernia inguinalis inguinalis reponibel jika usus masih dapat keluar masuk melalui canalis inguinalis, dan dikatakan non reponibel jika usus tidak dapat keluar masuk melalui canalis inguinalis. 1. Tidak obesitas 2. Obesitas 1. Aktivitas ringan 2. Aktivitas berat 1. Hernia Reponibel 2. Hernia Non Reponibel Nominal Nominal Nominal 19

35 F. Instrumen Penelitian 1. Catatan medik lengkap yang didapatkan dari RSUD Tugurejo Semarang. 2. Kuesioner aktivitas fisik Baecke 22 G. Data yang dikumpulkan 1. Data primer Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden menggunakan kuesioner Aktivitas Fisik Baecke Data sekunder Data sekunder diperoleh dari catatan medik pasien di RSUD Tugurejo. 20

36 H. Alur penelitian Perijinan RSUD Tugurejo Semarang Populasi Hernia Inguinalis Kriteria Eksklusi Kriteria Inklusi Tidak Masuk Penelitian Pencatatan Rekam Medis Wawancara dengan pasien Laki laki, usia, IMT dan hernia inguinalis Adanya aktivitas fisik berat Olah Data dan Analisis Kesimpulan Hasil Gambar 2.3 Alur Penelitian 21

37 I. Pengolahan Data dan Analisa Data Semua data yang terkumpul diperiksa dan diolah dengan komputer. Langkah-langkah pengolahan data meliputi: 1. Editing Merupakan kegiatan untuk mengetahui kelengkapan data pada lembar observasi yang akan diolah. 2. Coding Merupakan kegiatan untuk mengklasifikasikan data berdasarkan kategorinya masing-masing. Pemberian kode dilakukan setelah data diedit untuk mempermudah pengolahan data, yaitu: Tabel 3.2 Tabel coding. Variabel Kategori Kode Hernia Inguinalis Usia Obesitas Aktivitas fisik Hernia Inguinalis reponibel Hernia Inguinalis non reponibel Resiko rendah Resiko tinggi Tidak ada obesitas Obesitas Aktivitas ringan Aktivitas berat Processing Merupakan kegiatan memproses data yang dilakukan dengan cara mengentri (memasukan data) ke dalam program komputer. 4. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak. J. Analisis Data 1. Analisa Univariat Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan karakteristik masing-masing variabel penelitian. Analisis univariat yang digunakan pada penelitian ini untuk memperoleh gambaran umum penderita dengan kejadianhernia inguinalis meliputi gambaran nilai minimal, maksimal, ratarata, simpangan baku dan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti

38 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat apakah bermakna atau tidak. Teknik yang digunakan adalah uji statistik Chi Square/Fisher s Exact Test. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05), jika nilai p 0,05 maka terdapat hubungan bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat Analisa multivariat Analisa multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas mana yang paling erat dengan variabel terikat sebagai lanjutan dari analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan yaitu regresi logistik berganda. 23 K. Jadwal Penelitian Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Pembuatan proposal Penelitian pendahuluan Ujian proposal Sampling Mengumpulkan data Pengolahan data Analisis data Menulis laporan Ujian skripsi 23

39 BAB IV HA SIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Juli Agustus Seperti pada bagian sebelumnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara usia, obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada Juli Agustus 2016 didapatkan jumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi sebanyak 51 responden. Pengambilan data menggunakan rekam medis, serta wawancara kepada responden. 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran umum responden dengan kejadian hernia inguinalis meliputi usia, obesitas, dan aktivitas fisik. a. Usia Hasil pengambilan data berdasarkan usia dikategorikan menjadi usia resiko rendah dan usia resiko tinggi seperti tertera dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden dengan kejadian hernia inguinalis Variabel Usia N % Resiko rendah 15 29,4 Resiko tinggi 36 70,6 Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan usia resiko rendah ( 45 tahun) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 15 orang (29,4%) dan responden dengan usia resiko 24

40 tinggi (>45 tahun) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 36 orang (70,6%). b. Obesitas Hasil pengambilan data berdasarkan IMT dikategorikan menjadi tidak obesitas dan obesitas seperti tertera dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Distribusi frekuensi IMT dengan kejadian hernia inguinalis. Variabel IMT N % Tidak obesitas 29 56,9 Obesitas 22 43,1 Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan hernia inguinalis yang tidak obesitas sebanyak 29 orang (56,9%) dan responden yang mengalami hernia inguinalis dengan mengalami obesitas sebanyak 22 orang (43,1%). c. Aktivitas Fisik Hasil pengambilan data berdasarkan aktivitas fisik dikategorikan menjadi aktivitas ringan dan aktivitas berat seperti tertera dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis. Variabel Aktivitas Fisik N % Aktivitas ringan 28 54,9 Aktivitas berat 23 45,1 Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan hernia inguinalis yang memiliki aktivitas ringan sebanyak 28 orang 25

41 (54,9%) dan responden dengan hernia inguinalis yang memiliki aktivitas berat sebanyak 23 orang (45,1%). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian hernia inguianalis, analisis dilakukan dengan uji statistik Chi-square, tingkat kepercayaan 95% (α 0,05). Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara variabel-variabel bebas dengan kejadia hernia inguinalis. a. Hubungan Usia dengan Kejadia Hernia Inguinalis Hasil analisis bivariat antara usia resiko rendah dan usia resiko tinggi dengan hernia inguinalis seperti tertera dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Hubungan usia dengan kejadia hernia inguinalis Variabel Hernia inguinalis Hernia inguinalis non reponibel reponibel P Usia N % N % Resiko rendah ,3 0,014 Resiko tinggi ,8 Jumlah p 0,05 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan usia resiko rendah ( 40 tahun) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 15 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 14 orang (40%) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 1 orang (6,3%). Responden dengan usia resiko tinggi ( >40 tahun) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 36 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 21 orang (60% ) dan hernia non reponibel sebanyak 15 orang (93%). 26

42 Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,014 atau p 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian hernia inguinalis. b. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hernia Inguinalis Hasil analisis bivariat antara tidak obesitas dan obesitas dengan hernia inguinalis seperti tertera dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.6 Hubungan obesitas dengan kejadian hernia inguinalis Variabel Hernia inguinalis Hernia inguinalis non reponibel reponibel P IMT N % N % Tidak obesitas 25 71, ,002 Obesitas 10 28, Jumlah p 0,05 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan tidak obesitas (<IMT 30) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 29 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 25 orang (71,4%) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 4 orang (25%). Responden dengan obesitas ( IMT 30) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 22 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 10 orang (28,6%) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 12 orang (75%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 atau p 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian hernia inguinalis. c. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hernia Inguinalis Hasil analisis bivariat antara aktivitas ringan dan aktivitas berat dengan hernia inguinalis seperti tertera dalam tabel dibawah ini : 27

43 Tabel 4.7 Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis Hernia inguinalis Hernia inguinalis non Variabel reponibel reponibel Aktivitas N % N % fisik P Aktivitas ringan 23 65,7 5 31,3 0,022 Aktivitas berat 12 34, ,8 Jumlah p 0,05 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan aktivitas ringan (skor 7,9) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 28 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel 23 orang (65,7%) dan hernia inguialis non reponibel sebanyak 5 orang ( 31,3%). Responden dengan aktivitas berat (skor >7,9) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 33 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 12 orang (34,3%) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 11 orang (68,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,022 atau p 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis. 3. Analisis Multivariat Hasil analisis variabel yang diteliti dengan kejadian hernia inguinalis seperti tertera dalam tabel dibawah ini : 28

44 Tabel 4.8 Hasil analisis multivariat Step Variabel B p OR CI 95% Lower Upper 1 Usia ,206 4,671 0,427 51,037 IMT ,021 8,828 1,395 55,864 Aktv. Fisik 2,245 0,011 9,439 1,676 53,167 Konstan -7,633 0,002 0,000 2 IMT 2,716 0,002 15,116 2,644 86,405 Aktv. Fisik 2,253 0,011 9,515 1,691 53,530 Konstan ,004 0,001 Berdasarkan tabel 4.8 diatas diperoleh hasil bahwa variabel IMT dan aktivitas fisik memiliki p value<0,05. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variabel IMT dan aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan dengan kejadian hernia inguinalis. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling dominan dengan kejadian hernia inguinalis adalah variabel IMT dan aktivitas fisik. Dimana masing masing p value nya adalah 0,002 dan 0,011. B. Pembahasan 1. Hubungan Usia dengan Kejadian Hernia Inguinalis Berdasarkan dari penelitian ini, hubungan antara usia dengan hernia inguinalis diperoleh bahwa jumlah responden dengan usia resiko rendah ( 40 tahun) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 15 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 14 orang (40%) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 1 orang (6,3%). Responden dengan usia resiko tinggi ( >40 tahun) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 36 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 21 orang (60%) dan hernia non reponibel sebanyak 15 orang (93%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,014 atau p 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian hernia inguinalis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Monarchi (2013), yang menyatakan bahwa semakin 29

45 bertambahnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya semakin besar dan hernia adalah salah satu penyakit yang dapat di ditimbulkan oleh bertambahnya usia. 24 Hasil ini juga sesuai teori bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin meningkat resiko terjadi hernia inguinalis.pada dasarnya hernia inguinalis dapat terjadi pada semua usia, namun pada usia yang semakin tinggi ada alasan mengapa resiko hernia inguinalis menjadi meningkat, yaitu karena pada usia yang semakin tinggi jaringan jaringan tubuh mulai melemah karena proses degeneratif, termasuk juga jaringan otot pada dinding perut yang berguna mencegah usus masuk ke dalam kanalis inguinalis. Apabila otot dinding perut tadi melemah usus dapat masuk ke prosesus vaginalis yang kemudian disebut hernia inguinalis. Selain usia ada faktor lain yang berperan terhadap kejadian hernia inguinalis seperti obesitas. 6,9,13 2. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hernia Inguinalis Berdasarkan dari penelitian ini, hasil analisis hubungan antara obesitas dengan kejadian hernia inguinalis diperoleh bahwa jumlah responden dengan tidak obesitas (<IMT 30) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 29 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 25 orang (71,4%) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 4 orang (25%). Responden dengan obesitas ( IMT 30) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 22 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 10 orang (28,6 %) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 12 orang (75%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 atau p 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian hernia inguinalis. 30

46 Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vera (2014), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hernia inguinalis. 25 Hasil ini sudah sesuai teori yang menyebutkan bahwa obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya hernia inguinalis, ini dikarenakan pada obesitas banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan otot serta terjadi relaksasi dari anulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intraabdomen. Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya hernia inguinalis adalah aktivitas fisik Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hernia Inguinalis Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis diperoleh bahwa jumlah responden dengan aktivitas ringan (skor 7,9) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 28 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel 23 orang (65,7%) dan hernia inguialis non reponibel sebanyak 5 orang (31,3%). Responden dengan aktivitas berat (skor >7,9) yang mengalami hernia inguinalis sebanyak 33 orang, termasuk di dalamnya hernia inguinalis reponibel sebanyak 12 orang (34,3%) dan hernia inguinalis non reponibel sebanyak 11 orang (68,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,022 atau p 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Svendsen (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis. 4 Hasil ini juga sudah sesuai teori bahwa semakin berat aktivitas fisik maka semakin meningkat resiko terjadinya hernia inguinalis. Aktivitas berat dapat meningkatkan tekanan intraabdomen pada perut 31

47 yang mengakibatkan organ perut (biasanya usus) menonjol melalui suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis. 3 32

48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diambil kesimpulan bahwa : 1. Ada hubungan antara usia dengan kejadian hernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang. 2. Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang. 3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang. 4. Obesitas dan aktivitas fisik merupakan faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian hernia inguinalis di RSUD Tugurejo Semarang dengan nilai p masing masing 0,002 dan 0,011. B. Saran 1. Kepada tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang gejala hernia inguinalis dan memberikan pelayanan maksimal kepada penderita hernia inguinalis guna mencegah terjadinya komplikasi. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dianalisis lebih lanjut dengan menambah variabel lainnya serta mengembangkan metode penelitian untuk mengetahui hubungan penelitian terhadap masing masing variabel faktor resiko lain kejadian hernia inguinalis. 33

49 DAFTAR PUSTAKA 1. Sabiston. Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2004; Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2010; Aram FO. Risk Factor Of Hernia In Hadramout Yemen A Case Control Study. Vol 3. Departement of Surgery College of Medicine Svendsen SW, Frost P. Risk and Prognosis of Inguinal Hernia in Relation to Occupational Mechanical Exposures. Scand J Work Environ Health Jitowiyono S, Weni K. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006; , Dorland N. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC Bhatia P. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach). New Delhi: Global Digital Service Burkitt GH, Clive RG. Quick - Essential Surgery. 3rd. Churchill Livingstone Palanivelu C. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Westhofen: GEM Foundation. 2004; Henry MM, Jeremy MT. Clinical Surgery. 2nd. Edinburgh: Elsevier Saunders. 2005; Sabiston. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 1995; Ruhl CE, Everhart JE. Risk Factors for Inguinal Hernia among Adults in the US Population. Am J Epidemiol. 2007; Available from: URL: HIPERLINK Purkayastha S, Andre C, Thanos A, Paris PT, Ara D. Inguinal Hernia. BMJ Clin Evidence. 2008; Available from: URL: HIPERLINK 34

50 15. Sabiston. Textbook of Surgery. 15th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 1997; Schwartz SS. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2009; Cuschieri A, George BH. Essential Surgical Practice. 5th Edition. New York: CRC Press. 2015; Bailey H, Brian WE, Simon PB. Emergency Surgery. 13th Edition. New York: CRC Press Wind GG. Applied Laparoscopic Anatomy: Abdomen and Pelvis. Michigan University: Williams & Wilkins Bendavid R, Jack A, Maurice EA, Jean BF, Edward HP. Abdominal Wall Hernias. New York: Springer Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto. 2011; Baecke JAH, Jan B, Jan ERF. A Short Questionnaire for the Measurement of Habitual Physical Activity in Epidemiologicak Studies. The American Journal of Clinical Nutrition Available from: URL: HIPERLINK Tim Pengampu Blok 16. Materi Ajar Penelitian Blok 16. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013; Saliti MAT. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hernia Inguinalis di RSU Daya Makassar dan RSUD Labuang Baji Makassar. Vol. 2. Makassar: STIKES Nani Hasanuddin Makassar Agustina VA.Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian Hernia Inguinalis. Semarang: UNNES Available from: URL: HIPERLINK 35

51 Lampiran 1. Data responden LAMPIRAN No. Usia Kode IMT Kode Aktivitas Fisik Kode Klasifikasi Hernia Inguinalis (reponibel/ non-reponibel) Kode reponibel reponibel reponibel reponibel non reponibel reponibel non reponibel non reponibel non reponibel reponibel reponibel non reponibel reponibel non reponibel reponibel reponibel reponibel non reponibel reponibel non reponibel reponibel reponibel non reponibel reponibel reponibel 1 36

52 No. Usia Kode IMT Kode Aktivitas Fisik Kode Klasifikasi Hernia Inguinalis (reponibel/ non-reponibel) Kode reponibel non reponibel reponibel reponibel reponibel reponibel reponibel reponibel reponibel reponibel reponibel non reponibel reponibel reponibel non reponibel non reponibel reponibel reponibel non reponibel reponibel reponibel non reponibel reponibel non reponibel reponibel reponibel 1 37

53 Lampiran 2. Hasil analisis data 1. Analisis Univariat Frequency Table Valid Risiko tinggi Risiko rendah Total Usia Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Obesitas Tidak obesitas Total IMT Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Aktivitas berat Aktivitas ringan Total Aktivitas Fisik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Non reponibel Reponibel Total Hernia Inguinalis Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

54 2. Analisis Bivariat Usia * Hernia Inguinalis Crosstab Hernia Inguinalis Usia Risiko tinggi Count Expected Count % within Hernia Inguinalis Non reponibel Reponibel Total % 60.0% 70.6% Risiko rendah Count Expected Count % within Hernia Inguinalis % 40.0% 29.4% Total Count Expected Count % within Hernia Inguinalis % 100.0% 100.0% Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value Chi-Square Tests b a. Computed only for a 2x2 table df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

55 Risk Estimate Odds Ratio for Usia (Risiko tinggi / Risiko rendah) For cohort Hernia Inguinalis = Non reponibel For cohort Hernia Inguinalis = Reponibel N of Valid Cases Value Lower Upper % Confidence Interval IMT * Hernia Inguinalis Crosstab Hernia Inguinalis IMT Obesitas Count Expected Count % within Hernia Inguinalis Non reponibel Reponibel Total % 28.6% 43.1% Tidak obesitas Count Expected Count % within Hernia Inguinalis % 71.4% 56.9% Total Count Expected Count % within Hernia Inguinalis % 100.0% 100.0% Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value Chi-Square Tests b a. Computed only for a 2x2 table df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

56 Risk Estimate Odds Ratio for IMT (Obesitas / Tidak obesitas) For cohort Hernia Inguinalis = Non reponibel For cohort Hernia Inguinalis = Reponibel N of Valid Cases Value Lower Upper % Confidence Interval Aktivitas Fisik * Hernia Inguinalis Crosstab Aktivitas Fisik Total Aktivitas berat Aktivitas ringan Count Expected Count % within Hernia Inguinalis Count Expected Count % within Hernia Inguinalis Count Expected Count % within Hernia Inguinalis Hernia Inguinalis Non reponibel Reponibel Total % 34.3% 45.1% % 65.7% 54.9% % 100.0% 100.0% 41

57 Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association Value N of Valid Cases 51 a. Computed only for a 2x2 table Chi-Square Tests df Asymp. Sig. (2-sided) b Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is Risk Estimate Odds Ratio for Aktivitas Fisik (Aktivitas berat / Aktivitas ringan) For cohort Hernia Inguinalis = Non reponibel For cohort Hernia Inguinalis = Reponibel N of Valid Cases Value Lower Upper % Confidence Interval 42

58 Logistic Regression Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio) Classification Table a Predicted Observed Step 1 Hernia Inguinalis Overall Percentage Step 2 Hernia Inguinalis Overall Percentage a. The cut value is.500 Non reponibel Reponibel Non reponibel Reponibel Hernia Inguinalis Non reponibel Reponibel Percentage Correct Step 1 a Step 2 a Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Usia IMT Aktv.Fisik Constant IMT Aktv.Fisik Constant a. Variable(s) entered on step 1: Usia, IMT, Aktv.Fisik. 43

59 Lampiran 3. Foto dokumentasi 44

60 45

61 Lampiran 4. Surat Penelitian 46

62 47

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

diafragma lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar 4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical

diafragma lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar 4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical II. Konsep Dasar Hernia A. Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara kongenital yang memberi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Januari-Desember

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu Obstetrik dan Ginekologi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000). Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah organ,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hernia inguinalis 2.1.1. anatomi Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa s fascia, peritoneum hesselbach s triangle, external oblique, internal oblique,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Obstetri Ginekologi. A.2. Ruang Lingkup Wilayah dan Waktu Penelitian ini

Lebih terperinci

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH TOPIK : HERNIA JUDUL: HERNIA MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH I. Kognitif: 1. Mengetahui etiologi hernia 2. Mengetahui dasar patofisiologi dan diagnosis hernia 3. Mengetahui penatalaksanaan hernia II. Psikomotorik:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001). Hernia adalah sebuah tonjolan atau

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep. LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep. A. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian case control. Yakni efek penyakit atau status kesehatan (karsinoma kolorektal)

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu peritoneum, suata organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietas muskuloaponeurotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang dihadapi masyarakat indonesia menghadapi beban ganda. Terlihat pada frekuensi penyakit infeksi yang masih tinggi serta penyakit baru yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2005 2015 OLEH : GOKULLSHAUTRI A/L SINALTHAN 130100417 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu penyakit dalam. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang ilmu kebidanan dan kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu

Lebih terperinci

BEBAN KERJA FISIK DAN USIA MENYEBABKAN HERNIA INGUINALIS (Physical Work load and Age with the Incidence of Inguinal Hernia)

BEBAN KERJA FISIK DAN USIA MENYEBABKAN HERNIA INGUINALIS (Physical Work load and Age with the Incidence of Inguinal Hernia) Volume 07, Nomor 01, Juni 2016 Hal. 33-38 BEBAN KERJA FISIK DAN USIA MENYEBABKAN HERNIA INGUINALIS (Physical Work load and Age with the Incidence of Inguinal Hernia) Siti Nur Qomariah*, Rofiqoh** * Program

Lebih terperinci

POLA HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 JULI 2014

POLA HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 JULI 2014 POLA HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 JULI 2014 1 Claudia G. Rawis 2 Hilman P. Limpeleh 2 Paul A. V. Wowiling 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Menurut Notoadmojo (2010) dalam penelitian cross sectional variabel sebab

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 Christian, 2009 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S. Pembimbing II : Ellya Rosa Delima,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Hernia Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat (Mansjoer, 2000). Hernia atau herniae

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

HERNIA INGUINOSKROTAL DAN HIDROKEL SKROTALIS

HERNIA INGUINOSKROTAL DAN HIDROKEL SKROTALIS HERNIA INGUINOSKROTAL DAN HIDROKEL SKROTALIS Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, topografi, serta patologi dan patogenesis

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena dua

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA HERNIA INGUINALIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2012 Indri Mayasari Sesa 1, Asri Ahram Efendi 2

KARAKTERISTIK PENDERITA HERNIA INGUINALIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2012 Indri Mayasari Sesa 1, Asri Ahram Efendi 2 Karakteristik penderita Hernia Inguinalis...( Indri & Asri) KARAKTERISTIK PENDERITA HERNIA INGUINALIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2012 Indri Mayasari Sesa 1, Asri Ahram Efendi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu penyakit dalam. 2. Waktu Pengambilan Sampel Waktu pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala BAB III METODA PENELITIAN Metode penelitian ini meliputi rancangan penelitian dan metode pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala penelitian, metode pengumpulan data, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian ini dilakukan selama bulan September 2012 sampai selesai di Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP.

Lebih terperinci

MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

MUHAMMAD PRABU ARYANDA J HUBUNGAN USIA DENGAN LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBILIS YANG DILAKUKAN OPERASI HERNIOREPAIR DENGAN MENGGUNAKAN MESH DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008-2009 SKRIPSI

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018 Manual Keterampilan Pemeriksaan Apendisitis dan Hernia I. Pendahuluan Manual ini merupakan panduan pelatihan keterampilan klinis pemeriksaan apendisitis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

APPENDICITIS (ICD X : K35.0) RUMAH SAKIT RISA SENTRA MEDIKA MATARAM PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017 APPENDICITIS (ICD X : K35.0) 1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup A.1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu penyakit dalam A.2. Ruang lingkup responden Responden

Lebih terperinci

PRESENTASI KASUS HERNIA SKROTALIS

PRESENTASI KASUS HERNIA SKROTALIS PRESENTASI KASUS HERNIA SKROTALIS DISUSUN OLEH: Liana Srisawitri (0906554346) Adityo Budiarso (0906507740) MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 2014 BAB I ILUSTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Hernia adalah pembukaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

Manual Keterampilan Pemeriksaan Apendisitis dan Hernia

Manual Keterampilan Pemeriksaan Apendisitis dan Hernia Manual Keterampilan Pemeriksaan Apendisitis dan Hernia I. Pendahuluan Manual ini merupakan panduan pelatihan keterampilan klinis pemeriksaan apendisitis dan Hernia bagi Instruktur dan Mahasiswa kalangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada Juli 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada Juli 2013 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan M. Sudiat 1, Afiana Rohmani 1, Okie Ayu A. 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup A.1. Tempat BKPM Semarang. A.2. Waktu 20 September 20 Oktober 2011. A.3. Disiplin ilmu Disiplin ilmu pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat. B.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2013 31 DESEMBER 2013 Amanda Haryanto, 2014 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu saraf dan rehabilitasi medik 2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini berlokasi di RSUP

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : PRE DAN POST HERNIORAPHY LATERALIS (DEKSTRA) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : PRE DAN POST HERNIORAPHY LATERALIS (DEKSTRA) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : PRE DAN POST HERNIORAPHY LATERALIS (DEKSTRA) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI Oleh : Septi

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TENSION-TYPE HEADACHE DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Fardhika J500110019

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto

BAB III METODE PENELITIAN. analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian observational analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto (2011) desain penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 - DESEMBER 2014 Fitriana Andiani, 2015 : Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Dian Puspita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study. Variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional dimana data penelitian menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusununtuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif. rekam medik RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif. rekam medik RSUP Dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Sub bagian Tumbuh Kembang Anak. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak dengan mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, KEBIASAAN MEROKOK, PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS (Studi Di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya) Oleh : UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, khususnya bagian ilmu kesehatan anak divisi alergi & imunologi dan fisiologi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross-sectional, variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang gizi klinik. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan/explanatory research yaitu menjelaskan variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis merupakan peradangan akut pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari 7 sampai 15 cm (Dorland, 2000)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu anatomi dan kinesiologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang mempengaruhi penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang mempengaruhi penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011). 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah sebuah rancangan penelitian yang menjadi pedoman peneliti untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan,

Lebih terperinci

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4 Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik.1 Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU dr. SLAMET GARUT PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 Novina

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 Hanifan Nugraha, 2016 ; Pembimbing I Pembimbing II : Wenny

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menggunakan metode observasional korelatif dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menggunakan metode observasional korelatif dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan metode observasional korelatif dengan jenis pendekatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan

BAB III METODE PENELITIAN. retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan masalah penelitian

Lebih terperinci