BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Bercerita Anak Usia Dini a. Pengertian Keterampilan Skill (keterampilan) menurut Desmita (2009) adalah suatu kemampuan tingkat tinggi yang memungkinkan seseorang melakukan suatu perbuatan motorik yang kompleks dengan lancar disertai ketepatan. Soemardjadi, Ramanto, Zahri (2001) menyatakanbahwa keterampilan atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi orang tersebut tidak bisa dikatakan terampil. Seseorang yang terampil dalam suatu bidang dia tidak akan ragu-ragu dalam melakukan pekerjaan dan seakan-akan tidak memikirkan bagaimana melaksanakannya, dan tidak ada kesulitan yang menghambat. Ruanglingkup keterampilan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar dan sebagainya. Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan otot dan urat syaraf yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya (Syah, 2008). Menurut Eliyani (2015) keterampilan berarti kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan cepat dan benar dengan kematangan anak yang dapat diperoleh dengan praktik dan latihan. Hosnan (2014) Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Seperti yang dikemukakan Dawson (Daryanto, 2014) bahwa setiap keterampilan berhubungan erat dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Semakin terampil seseorang dengan berbahasa, semakin 6

2 cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan menurut Tarigan hanya dapat diperoleh dengan praktek dan latihan (2008). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatantanpa ragu-ragu dengan kematangan yang diperoleh melalui jalan praktek dan latihan. b. Pengertian Keterampilan Bercerita Bercerita merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa. Bercerita menurut Bachri (2005) adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Faulkner, Kirkby, Manley, danperrin (2014) mengatakan bahwa bercerita merupakan bentuk seni lisan antara orang yang menyampai cerita kepada orang lain yang dapat mengembangkan rasa percaya diri pada orang yang menyampaikan cerita. bahwa: Sedangkan Sobol & Neile (dalam Madyawati 2016) berpendapat Storytelling is the conveying of event in words, and images, often by improvisations or embellisment. Stories or narratives have been shared in every culture as a means of entertainment, education, cultural preservation, and stilling moral values. Crucial elements of stories and storytelling include plot, characters and narrative point in view. Bercerita menurut Madyawati (2016) adalah kegiatan yang dilakukan secara lisan oleh seseorang kepada orang lain mengenai pesan, informasi atau hanya dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang menyenangkan. Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan (Nugraha & Rachmawati, 2008).Sedangkan pendapat dari Oduolowu dan Akintemi (2014)yaitu bercerita sangat efektif dan berguna bagi anak-anak untuk mengembangkan pemahaman bahasa kedua mereka. 7

3 Ikhromah (2015) berpendapat keterampilan bercerita merupakan penyampaian suatu hal yang mengisahkan tentang sebuah kejadian atau perbuatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan dari sebuah cerita yang disampaikan. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bercerita adalah suatu kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk menyampaikan informasi, pesan atau sekedar membagikan pengalaman kepada orang lain secara lisan dengan lancar dan tepat. c. Manfaat Bercerita Manfaat bercerita menurut Bachri (2005) adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam kegiatan bercerita anak mendapat tambahan pengalaman baru, selain itu cara berfikir dan kemampuan logika anak juga bertambahan. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Musfiroh (2008) manfaat bercerita adalah sebagai berikut: 1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak 2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi 3) Memacu kemampuan verbal anak 4) Merangsang minat menulis anak 5) Merangsang minat baca anak 6) Membuka cakrawala pengetahuan anak. Madyawati (2016) berpendapat bahwa manfaat bercerita adalah dapat membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, serta dapat memacu kemampuan verbal anak. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa manfaat bercerita adalah memperluas wawasan dan cara berfikir anak, merangsang minat baca dan tulis, menyalurkan imajinasi, melatih keberanian dalam berkomunikasi. d. Tujuan Bercerita Tujuan bercerita menurut Bachri (2005) bahwa kegiatan bercerita dapat mengembangkan ranah kemampuan perkembangan berbahasa pada anak usia dini. Kemampuan-kemampuan anak yang dapat mengembangkan melalui kegiatan bercerita antara lain: 8

4 1) Kemampuan dan keterampilan mendengarkan 2) Kemampuan dan keterampilan berbicara 3) Kemampuan dan keterampilan berasosiasi 4) Kemampuan dan keterampilan berekspresi 5) Kemampuan dan keterampilan berimajinasi 6) Kemampuan dan keterampilan berfikir/ logika Sejalan dengan pendapat tersebut Ikromah (2015) mengatakan bahwa tujuan dari bercerita adalah agar dapat memberikan pengalaman belajar mengembangkan kemampuan mendengar, berbicara, berasosiasi, bereksperi, berimajinasi dan berfikir logis/ logika, serta agar anak dapat memperbaiki kemampuan verbal untuk komunikasi yang lebih baik. Pendapat dari Santosa (2008) bahwa tujuan bercerita yaitu menyampaikan informasi atau berkomunikasi dengan orang lain. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa tujuan bercerita adalah untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai moral, sosial, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Moeslichatoen, 2004). Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bercerita adalah mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan informasi atau untuk berkomunikasi dengan orang lain, serta menanamkan nilai moral, sosial, keagamaan. e. Perkembangan Keterampilan Bercerita Anak Kelompok A Pada usia taman kanak-kanak, anak biasanya menguasai 4000 hingga 6000 kata,pada usia ini bahasa berkembang sangat cepat rata-rata anak menambahkan 50 kata baru setiap bulan. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah, adanya rasa percaya diri dalam berkata-kata. Anak semakin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingin tahuan. Pada usia ini pula anak-anak mulai memvariasikan bahasa yang berbeda dalam berbagai konteks seperti bahasa untuk bertelepon, memesan makanan direstoran atau mengucapkan selamat pada pesta ulang tahun (Madyawati, 2016). 9

5 Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun mengenai lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini menyebutkan bahwa: 1) mengulangi kalimat sederhana 2) menjawab pertanyaan sederhana 3) mengungkapkan perasaan dengan kata sifat 4) menyebutkan katakata yang dikenal 5) mengutarakan pendapat kepada orang lain 6) mengutarakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan 7) menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar. Nugraha & Ratnawati (2005) mengatakan anak usia 4-5 tahun dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas, dapat bercerita mengenai hal yang terjadi pada situasi nyata atau melalui bantuan gambar, dapat memberi informasi atau berbicara tentang pengalaman yang telah dilalui walaupun masih sulit dalam mencari dan menggunakan kata-kata untuk mengungkapkannya, dapat mendongeng (membawakan sebuah cerita), mampu menerima pesan-pesan yang diberikan. Pada Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun antara lain mengulang kalimat sederhana, bertanya dengan kalimat yang benar, menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan, mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb), menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar, memperkaya perbendaharaan kata, berpartisipasi dalam percakapan. Anak-anak usia 3-5 tahun sering disebut usia bertanya karena anak- anak pada usia ini sangat sering mengajukan pertanyaan sebagai wujud rasa keingintahuannya, anak mulai mahir mengungkapkan apa yang dirasakannya dengan cara yang lebih tepat, anak juga meniru pembicaraan dari orang yang dilihatnya, dapat menceritakan kembali 3 gagasan utama 10

6 dalam sebuah cerita serta dapat menceritakan kembali buku cerita bergambar dengan tingkat ketepatan yang memadai (Sujiono, 2007). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa anak kelompok A yang berusia 4-5 tahun antara lain 1) mengulangi kalimat sederhana 2) menjawab pertanyaan sederhana 3) mengungkapkan perasaan dengan kata sifat 4) menyebutkan kata-kata yang dikenal 5) mengutarakan pendapat kepada orang lain 6) mengutarakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan 7) menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar 8) anak menggunakan kata-kata bersifat perintah 9) anak sering mengajukan pertanyaan 10) anak menggunakan kata-kata bersifat perintah. Berdasarkan beberapa pendapat yang ada diatas, penulis mengambil indikator untuk mengukur keterampilan bercerita anak dari Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yaitu menjawab pertanyaan sederhana, menceritakan kembali cerita yang pernah didengar, mengutarakan pendapat kepada orang lain. 2. Hakikat Kegiatan Sains dengan Metode Eksperimen a. Pengertian Sains Dari sudut bahasa, sains atau science berasal dari bahasa latin yaitu dari kata scientia yang berarti pengetahuan. Sains (dalam arti sempit) sains atau ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya (Ragil, 2013). Sains bukan hanya pengetahuan tentang benda ataupun makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Winatpura (dalam Daryanto, 2014) berpendapat bahwa sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab-akibat dari kejadian-kejadian di alam. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu yang mempelajari alam seisinya, yaitu benda ataupun 11

7 makhluk hidup yang menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan suatu masalah. b. Metode Eksperimen 1) Pengertian Metode Pembelajaran Secara harfiah metode berarti cara. Metode menurut Siregar & Nara adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (2014).Menurut Suwarto (2014) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan suatu pembelajaran agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif serta tujuan pembelajarannya dapat tercapai. Menurut Hamdani (2011) metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara guru mengadakan interaksi dengan siswa untuk menyampaikan suatu pembelajaran agar terjadi proses belajar yang efektif dan agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai. 2) Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen atau percobaan menurut pendapat Hamdayama adalah metode yang digunakan saat pembelajaran untuk melakukan suatu percobaan secara individu maupun kelompok (2014). Siregar & Nara (2014) mengemukakan bahwa metode eksperimen adalah metode yang mengedepankan aktivitas percobaan, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Tidak jauh berbeda dari pendapat tersebut,sumantri menyatakan bahwa metode eksperimen adalah cara belajar yang melibatkan murid dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan(setyanto, 2014). MenurutSuwarto (2014) metode eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara 12

8 mandiri. Metode eksperimen paling sesuai diterapkan dalam pembelajaran sains. Pada metode ini siswa sepenuhnya terlibat, keterlibatan siswa yaitu dalam merencanakan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, merumuskan konsep, prinsip, atau hukum. Metode eksperimen sulit dipisahkan dengan demonstrasi karena keduanya kemungkinan dapat digunakan secara bersamaan (Anitah, 2009). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah metode yang melibatkan anak dalam suatu proses atau percobaan secara langsung agar anak dapat mengalami dan membuktikannya sendiri sesuatu yang dipelajari. 3) Kelebihan Metode Eksperimen Hamdayama (2014); Setyanto (2014) menyebutkan kelebihan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru dan buku b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajah) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Menurut Hamdani (2011) kelebihan metode eksperimen yaitu: a) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah b) Mereka lebih aktif berpikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori 13

9 c) Selain memperoleh ilmu pengetahuan, siswa menemukan pengalaman praktis serta keterampilan menggunakan alat-alat percobaan. Berdasarkan paparan kelebihan metode eksperimen dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode eksperimen adalah 1) Dapat membuat anak didik lebih percaya akan kebenaran dari percobaan; 2) Anak lebih aktif berpikir;dan 3)memperoleh ilmu pengetahuan serta menemukan pengalaman baru. 4) Kekurangan Metode Eksperimen Kekurangan metode eksperimen menurut Hamdayama (2014); Setyanto (2014) adalah sebagai berikut: a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran Sedangkan kekurangan metode eksperimen menurut Suwarto (2014) yaitu: (1) Memerlukan alat dan biaya; (2) Memerlukan waktu relatif lama; (3) Sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen; (4) Guru dan siswa banyak yang belum terbiasa melakukan eksperimen. Menurut Hamdani (2011) kekurangan metode eksperimen yaitu(1) Guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan harus mampu mengatur siswanya;(2) Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain Berdasarkan paparan kekurangan metode eksperimen menurut beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari metode eksperimen adalah(1) Memerlukan waktu yang lama;(2) Memerlukan banyak alat dan biaya;(3) Guru harus menguasai materi dan mampu mengatur siswanya. 14

10 c. Sains dengan Metode Eksperimen untuk Anak Usia Dini Adapun sains di TKmenurut Erawati (2013) adalah pengetahuan yang berhubungan dengan alam, benda, atau suatu objek sederhana yang ada disekitar anak TK yang dilakukan menggunakan suatu penelitian melalui bermain yang menyenangkan dalam mengungkapkan sesuatu hal. Ragil (2013) mengatakan bahwa sains yang sesuai untuk anak usia prasekolah yaitu yang memberikan pengalaman langsung kepada anak, selain itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuan observasi, klasifikasi, pengukuran menggunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab-akibat. Benda-benda yang digunakan adalah benda-benda yang bersifat konkrit (nyata). Menurut Yulianti (2010)ada beberapa jenis keterampilan sains yang dapat dilakukan pada anak usia dini yaitu sebagai berikut : 1) Mengamati Anak diajak untuk mengamati fenomena alam yang terjadi di lingkungan anak itu sendiri yang dimulai dari hal-hal yang paling sederhana. Misalnya mengapa es bisa mencair?. 2) Mengelompokkan Anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategorinya. Misalnya kelompok bunga-bungaaan, biji-bijian, warna yang sama. 3) Memperkirakan Anak diminta untuk memperkirakan apa yang terjadi. Misalnya berapa lama es akan mencair, berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi dingin. 4) Menghitung Anak didorong untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya Sains dengan metode eksperimen yang digunakan pada pembelajaran di taman kanak-kanak, berbeda dengan pembelajaran anak usia SD, SMP, ataupun SMA karena benda-benda yang dipakai pada kegiatan sains dengan metode eksperimen ini adalah bahan yang aman dan tidak 15

11 berbahaya untuk anak usia dini, dekat dengan anak dan sering ditemui anak, serta benda yang berasal dari alam karena selain aman bagi anak juga dapat mendekatkan anak dengan alam. Widayati (2013)berpendapat bahwa kegiatan sains dapat dipelajari melalui pengamatan sehari-hari yang nyata dan sederhana, sehingga tercipta suasana yang menarik dan menyenangkan. Suasana tersebut akan memotivasi anak untuk terus menerus mencari jawaban tentang suatu masalah dengan menemukan sendiri kebenarannya. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan sains yang diajarkan pada anak usia dini antara lain keterampilan mengamati, mengelompokkan, memperkirakan, mengamati. Kegiatan sains untuk anak usia dini menggunakan benda-benda yang berada disekeliling anak, aman dan tidak berbahaya bagi anak, serta benda yang berasal dari alam sehingga dapat mendekatkan anak dengan alam. 3. Kegiatan Sains Menggunakan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Metode eksperimen menurut Schoenher paling sesuai diterapkan untuk pembelajaran dibidang sains (Setyanto, 2014).Menurut Setyanto (2014) dalam pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, murid mendapatkan kesempatan untuk mengalami atau menyelesaikan masalah secara langsung. Sesuai hasil penelitian maryam ada 3 tahapan untuk memudahkan masuknya informasi yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri (Asmani, 2009). Kegiatan sains untuk anak usia prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Masa anak-anak adalah masa bermain sehingga kegiatan sains yang dimaksud disini adalah kegiatan bermain sains. Menurut Yulianti (2010) Kegiatan bermain bermanfaat untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak salah satunya yaitu untuk mengembangkan aspek perkembangan bahasa anak. 16

12 Bercerita adalah keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat dan dibaca (Madyawati, 2016). Melalui kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen ini anak terlibat dan mengalami langsung suatu percobaan. Pada akhir pembelajaran diharapkan anak mengkomunikasikan hasil percobaan yang baru dialami anak. Beberapa kegiatan sains yang digunakan peneliti untuk meningkatkan keterampilan bercerita anak antara lain: a. Larut tidak larut Alat dan bahan yang digunakan adalah benda-benda yang ada disekitar anak dan tidak asing bagi anak-anak sehingga dapat mempermudah kegiatan pembelajaran. Alat dan bahan tersebut berupa gula, teh, sirup, garam untuk benda yang larut dalam air, sedangkan untuk benda yang tidak larut dalam air berupa kopi, teh, asam. b. Benda Terapung tenggelam dan melayang Alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan terapung tenggelam dan adalah benda-benda yang dekat dengan anak seperti, daun, ranting, batu, koin, mainan anak yang terbuat dari plastik, berasa, kacang tanah, merica, kacang hijau. c. Percobaan Telur Percobaan telur ini memerlukan alat dan bahan berupa wadah, air, garam, sendok, dan telur. Telur dimasukkan kedalam air kemudian ditambahkan garam kedalamnya, maka telur yang tadinya tenggelam diair dapat melayang, bahkan terapung jika terus dimasuki garam kedalam airnya. d. Pencampuran warna Anak diberi kegiatan pencampuran warna dengan alat dan bahan yaitu cup, air, sendok, pewarna makanan, plastik. Anak diajak melakukan kegiatan percobaan pencampuran warna secara kelompok, lalu warnawarna yang mereka hasilkan tersebut dimasukkan kedalam plastik 17

13 panjang yang akhirnya bisa digunakan sebagai mainan. Setelah kegiatan percobaan selesai anak mempresentasikan percobaan yang telah dilakukannya. B. Kerangka Berpikir Keterampilan bercerita pada anak kelompok A TK/ RA Masyitoh IV Surakarta pada kondisi awal masih perlu untuk ditingkatkan. Tidak semua anak dapat mengungkapkan ide dan gagasanya kepada orang lain dengan kalimat yang tepat serta belum memiliki kelancaran dalam bercerita, kebanyakan anak terbatabata dan kurang percaya diri saat bercerita didepan kelas, dalam menjawab pertanyaan kebanyakan anak malu-malu bahkan tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut disebabkan guru masih kurang maksimal dalam melatih anak untuk meningkatkan keterampilan bercerita anak. Media ataupun metode yang digunakan guru dalam meningkatkan keterampilan bercerita juga belum maksimal. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti menerapkan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen. Pada kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen ini anak dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran untuk melakukan suatu percobaan. Sehingga kegiatan percobaan sains ini dapat dijadikan stimulasi untuk memicu ide cerita pada anak. Upaya peningkatan keterampilan berceritapada anak kelompok A di TK/ RA Masyitoh IV Surakarta ini dilakukan melalui kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen. Kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen ini diterapkan pada siklus I, siklus II sampai siklus ke-n yaitu hingga keterampilan bercerita anak mencapai bahkan melebihi nilai yang sudah ditentukan oleh peneliti. Proses tindakan yang diberikan terdiri dari: 1) perencanaan 2) Pelaksanaan 3) Observasi, serta 4) Refleksi. Sehingga dengan menerapkan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen saat pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan bercerita anak. 18

14 Kondisi Awal: Guru belum menggunakan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen dan keterampilan bercerita anak masih rendah Tindakan (Penelitian Tindakan Kelas): Pada siklus I, siklus II sampai siklus ke-n guru menggunakan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen dalam mengembangkan keterampilan bercerita anak Kondisi akhir: Keterampilan bercerita anak meningkat Gambar 2. 1 Bagan kerangka berpikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, serta kondisi yang terjadi di lapangan, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa melalui kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan bercerita pada anak kelompok A TK/ RA Masyitoh IV Surakarta tahun ajaran 2015/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4-6 tahun. Usia tersebut merupakan masa emas (golden age)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitan. Anak-anak secara bertahap berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai karena anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

II. KAJIAN PUSTAKA. dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat atau dikenal dengan periode emas (golden age). Periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan dipersiapkan oleh anak-anak sesuai dengan kemampuan pikiran, perasaan, imajinasi dan pengalaman mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berusia antara 0 sampai enam tahun (Masnipal, 2013). Usia dini merupakan usia emas bagi anak. Usia tersebut merupakan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu anak berada pada posisi keemasan (golden age). Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi SI Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Pada Fakultas Ilmu Pendidikan O L E H :

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi SI Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Pada Fakultas Ilmu Pendidikan O L E H : MS Word Export To Multiple PDF Files Software - Please purchase license.peran GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO SKRIPSI

Lebih terperinci

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI KEGIATAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK A TK/RA MASYITOH IV SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/ 2016 Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat sehingga masa ini disebut golden age (masa emas). Masa

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat sehingga masa ini disebut golden age (masa emas). Masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam hidupnya. Pribadi unik yang dimaksud adalah anak selalu memiliki cara tersendiri dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.I

BAB II KAJIAN TEORI 2.I BAB II KAJIAN TEORI 2.I Kemampuan Mengenal Warna 2.1.1 Pengertian Kemampuan Didalam Kamus Bahasa Indonesia (1997:605) kemampuan berasal dari kata Mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui binbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah sepanjang hayat untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Kajian Teori a. Pelajaran Bercerita Pelajaran berceritera bagi anak dimaksudkan untuk menambah kemahiran anak menyampaikan yang hendak diberitakannya kepada orang lain dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia yang berbentuk lisan, tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam suatu komunitas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan (Golden Age) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sesuai dengan kurikulum yang telah dirumuskan. Guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sesuai dengan kurikulum yang telah dirumuskan. Guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengenalan dan pemahaman sains pada anak TK sejak dini telah diberikan sesuai dengan kurikulum yang telah dirumuskan. Guru dalam memberikan dan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini. 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini. 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini Menurut Santrock (2011: 351-352) Pemahaman konseptual atau pemahaman konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan pengalaman, pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Akhadiah ( Suhartono :

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menuntut siswa agar mampu berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga anak usia enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis

Lebih terperinci

Oleh : NANING PUAN ROHANI NPM :

Oleh : NANING PUAN ROHANI NPM : 1 PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PERTUMBUHAN TANAMAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B TK PGRI PURWOREJO KABUPATEN TULUNGAGUNG ARTIKEL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan Anak Usia Dini menjadi wacana yang sering menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem Pendidikan Nasional sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip belajar di Taman Kanak-Kanak adalah bermain sambil belajar, belajar sambil bermain. Di dalam bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK SATU ATAP BATU KUALI TALAWI SAWAHLUNTO

ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK SATU ATAP BATU KUALI TALAWI SAWAHLUNTO ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK SATU ATAP BATU KUALI TALAWI SAWAHLUNTO Oleh: MARIA NIM: 10149/2008 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kita mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yang merupakan satu upaya pembinaan bagi anak melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut golden age. Anak-anak adalah penjelajah yang ingin tahu. Mereka mengamati

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar 2 PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM 3 Azwinar ABSTRAK Perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Syukrillah Agam masih rendah. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah sepanjang hayat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini PENINGKATAN KREATIVITAS BERBAHASA LISAN MELALUI PERMAINAN PERMATA TERSEMBUNYI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK WALISONGO KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Di pundak merekalah kelak kita menyerahkan peradaban yang telah kita bangun dan akan kita tinggalkan. Kesadaran akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang selalu tumbuh dan berkembang bahkan lebih pesat pada awal kehidupannya. Santrock (2002) mendefinisikan, Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu jenjang pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan setiap kemampuan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan dalam perkembangan kehidupan anak. Masa-masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang merupakan proses yang berkelanjutan dan bergantung satu sama lain. Pertumbuhan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayakan pada setiap keluarga. Mengasuh dan mendidik mereka agar memiliki ahlak mulia.

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan usia anak dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

BAB I PENDAHULUAN. lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru HASMAWATI epidaermipku@gmail.com Guru SDN 153 Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas B Taman Kanak-kanak Al-Kautsar Bandarlampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi ini dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG KARYA ILMIAH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG (Penelitian Tindakan Kelas ) OLEH : Susi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SAINS PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH REKSONITEN SURAKARTA

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SAINS PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH REKSONITEN SURAKARTA 3 UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SAINS PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH REKSONITEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan serta penjelasan istilah dari penelitian yang diteliti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah berkembang dengan sangat pesat terutama dalam hal ruang lingkup materi pokok yang harus dibelajarkan guru kepada peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia sebagai upaya untuk memajukan peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan seiring dengan kemajuan zaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara, 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Kanak-kanak adalah bagian dari pendidikan anak usia dini bagi anak usia 4 8 tahun sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar (PP No. 27 Tahun 1990 Bab I pasal 1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya kualitas pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif dan berbudaya adalah keterampilan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Merupakan tugas orang tua dan guru sebagai pendidik untuk dapat menemukan potensi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya. masa ini disebut juga dengan masa golden

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU Ramlah 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berbicara anak kelompok B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, salah satunya adalah mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan yang sangat penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar pembelajaran yang akan mengembangkan

Lebih terperinci