PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA SURABAYA, ANTARA PROBLEM DAN SOLUSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA SURABAYA, ANTARA PROBLEM DAN SOLUSI"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA SURABAYA, ANTARA PROBLEM DAN SOLUSI Ir. Tri Rismaharini, MT. Kepala Badan Perencanan Pembangunan Kota Surabaya ABSTRAK Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan infrastruktur Kota Surabaya. Rencana pengembangan ini meliputi : sistem transportasi, kawasan perumahan dan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan wisata, kawasan lindung dan sistem pematusan. Setiap rencana pengembangan infrastruktur tersebut dideskripsikan anatomi permasalahannya dan dirumuskan solusi pemecahannya. Kata kunci : Infrastruktur, Sistem Transportasi, perumahan dan permukiman, kawasan industri, perdagangan dan jasa, wisata, lindung, sistem Pematusan 1. PENDAHULUAN Kota Surabaya berada di wilayah Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah Ha dan luas wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota sebesar Ha. Jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar Jiwa. Sampai dengan tahun 2015, pertumbuhan penduduk di kendalikan sekitar 1 % per tahun dengan penekanan pada upaya pengendalian jumlah kelahiran dan arus urbanisasi. Pengendalian penduduk juga dilakukan dengan pemerataan penyebaran penduduk dan aktifitasnya sehingga konsentrasi dan tingkat kepadatan penduduk dapat lebih merata pada setiap wilayah. Surabaya adalah pusat pertumbuhan utama di Indonesia Timur, karena basis manfaktur dan agrikultur yang kuat yang memproduksi berbagai produk untuk ekspor. Pelabuhan Surabaya adalah tempat masuk penghubung antara Indonesia Timur dan Barat, demikian juga bagi mitra dagang Indonesia Timur dan Internasional. Surabaya sebagai pusat pedagangan dan jasa, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah memiliki visi Surabaya Cerdas dan Peduli, yaitu cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerientahan dan kemasyarakatan yang demokratis, bermartabat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi. Guna mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan 8 misi yang harus ditempuh sebagai berikut: a. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan, transparan dan akuntabel b. Meningkatkan akselerasi pertumbuhan arus perdagangan barang dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta memadukan wilayah Greater Surabaya dalam suatu sistem tata ruang yang terintegrasi didukung infrastruktur, sistem transportasi dan sistem IT yang memadai c. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan koperasi, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) investasi serta menciptakan keterpaduan antara pengusaha kecil, menengah dengan pengusaha besar d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sosial Masyarakat e. Mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih sehat, hijau dan Nyaman f. Meningkatkan kualitas pendidikan yang berwawasan global dan terjangkau bagi warga kota serta menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan kemajuan zaman g. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat kota serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang lingkungan sehat dan perilaku sehat h. Menggali dan meningkatkan khasanah budaya lokal serta mengembangkan ISBN No

2 Ir. Tri Rismaharini, MT kehidupan kemasyarakatan yang harmonis dan bertoleransi Perkembangan pembangunan Kota Surabaya yang sangat cepat, baik secara sosial ekonomi maupun perwujudannya dalam bentuk fisik menuntut adanya aturan tata ruang yang merupakan pedoman dalam mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan kota. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu didalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengedalian, pemulihan serta pengembangan lingkungan hidup kota guna terwujudnya suatu kehidupan dan penghidupan kota yang aman, tertib, lancar dan sehat. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya merupakan suatu pedoman dalam perencanaan dan pengendalian perkembangan Kota Surabaya. Rencana Struktur Ruang Wilayah Darat dibagi dalam 12 Unit Pengembangan dan untuk Wilayah Laut dibagi dalam 4 zona pengembangan yang didasarkan pada kondisi, karakteristik dan potensi yang dimiliki pada masing-masing wilayah. Rencana struktur dan pemanfaatan ruang pada wilayah darat dan laut tersusun wilayah pengembangan dan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah darat, zona pengembangan di wilayah laut, sistem transportasi, sistem pematusan dan sistem utilitas kota. 2. RENCANA SISTEM TRANSPORTASI Pengujian terhadap tanah dasar ini adalah usaha untuk perbaikan tanah dasar dengan bahan additive kimia. Dimana berfungsi untuk meningkatkan ketahanan soil cement terhadap retak serta menambah sifat kedap air.pengujian ini terdiri dari penyediaan tanah yang distabilisasi dengan semen dan menggunakan bahan additif Renolit. Untuk mengetahui perubahan sifat fisik tanah setelah distabilisasi dengan semen dan renolit, perlu diketahui sifat sifat fisik tanah asli sebelum distabilisasi Kondisi dan Permasalahan Transportasi saat ini Sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur dan sebagai pusat kegiatan ekonomi di Indonesia Timur, kota Surabaya mempunyai peran yang strategis di tingkat regional maupun nasional. Peran strategis tersebut berdampak kepada tingginya intensitas kegiatan perekonomian yang dari aspek transportasi akan menimbulkan bangkitan perjalanan antar wilayah di dalam kota maupun dari dan keluar kota Surabaya. Indikasi dari tingginya intensitas perjalanan itu adalah tingginya volume lalu lintas di ruas ruas yang ada. Sistem transportasi kota Surabaya meliputi transportasi jalan raya, transportasi kereta api, transportasi udara, transportasi laut, juga transportasi sungai dan penyeberangan dengan peran utama pada transportasi jalan raya. Secara umum sistem transportasi tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap intensitas kegiatan perkotaan yang terus berkembang dengan pesat. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum tertatanya sistem transportasi perkotaan menjadi suatu system transportasi yang terintegrasi Transportasi Jalan Raya Pada sistem transportasi berbasis jalan raya ini meliputi : A. Prasarana Jalan dan Jumlah Kendaraan Pola jaringan jalan utama di Surabaya pada dasarnya adalah berbentuk linier yang menghubungkan kawasan utara dan selatan (Tanjung Perak-Waru). Pola jaringan jalan tersebut terbentuk sesuai dengan catatan sejarah perkembangan Kota Surabaya. Sebagai sistem jaringan jalan peninggalan masa lalu, jaringan jalan di Kota Surabaya lebih dominan menghubungkan koridor Utara-Selatan Kota dan kurang mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada koridor Barat-Timur Kota Surabaya. Akibat dari hal tersebut sudah mulai terasa saat ini dimana kurang memadainya jaringan jalan yang menyediakan akses Barat-Timur Kota Surabaya mengakibatkan lintasan rute ISBN No

3 Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus perjalanan yang jauh untuk perjalanan dari Barat-Timur dan sebaliknya. Namun upaya untuk lebih mengembangkan akses Barat-Timur saat ini sudah mulai dikembangkan meskipun pengembangan tersebut masih sepotong-sepotong (tidak menerus). Kondisi lain yang terjadi saat ini adalah tidak adanya pertambahan yang signifikan terhadap panjang jalan di kota Surabaya. Panjang jalan yang ada sesuai data Dinas Bina Marga dan Pematusan adalah sepanjang ,95 meter dengan kondisi perkerasan pada tahun 2007 sebagian besar dalam kondisi baik. Sedangkan untuk kondisi sarana transportasi berdasarkan data jumlah kendaraan yang terdaftar di kota Surabaya sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1. rata-rata pertumbuhan kendaraan untuk lima tahun terakhir (tahun 2001 s/d 2006) adalah sebagai berikut : Untuk Kendaraan ringan (sedan, jeep, station wagon) : 4,5 % / tahun Untuk Kendaraan berat (bis, truck) : 5,3 % / tahun Untuk Sepeda Motor : 10,3 % / tahun Tabel 1. Data Jumlah Kendaraan Terdaftar di Kota Surabaya UPTD Sedan Jeep Jumlah Kendaraan Station Wagon Bus Truck Sepeda Motor Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jatim Dari data tersebut diatas maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan lalu lintas tidak seimbang dengan perkembangan panjang jalan sehingga dapat dilihat saat ini sering kali terjadi (tidak hanya pada jam sibuk) kemacetan pada hampr di setiap ruas jalan utama di kota Surabaya. Beberapa ruas jalan utama di kota Surabaya yang sering mengalami kemacetan dengan kondisi berat (V/C 0,8) dapat dilihat pada Table 1.2. berikut: Tabel 2. Nilai V/C Pada Ruas Jalan Utama di Kota Surabaya. No Nama Ruas Jalan V/C Fungsi Jalan 1. Darmo 0,85 Arteri Sekunder 2. Diponegoro 0,86 Arteri Primer 3. Margomulyo 0,87 Arteri Sekunder 4. Jemur Handayani 0,95 Kolektor Sekunder 5. Wonokromo 1,02 Arteri Primer 6. Ahmad Yani 1.53 Arteri Primer 7. Mastrip 1,56 Kolektor primer 8. Banyu Urip 1,32 Arteri Sekunder B. Layanan Angkutan Umum Perkotaan Angkutan umum perkotaan yang melayani penumpang di Kota Surabaya adalah Angkot (mikrolet), Bus Kota, Taksi dan Angguna. Salah satu penyebab kecenderungan penggunaan angkutan pribadi yang masih sangat tinggi adalah akibat dari pelayanan angkutan umum yang kurang memadai. Kenyamanan dan keamanan yang kurang baik menjadikan trauma tersendiri bagi penumpang yang akan naik angkutan umum. Oleh karena itu solusi yang tepat adalah mengadakan angkutan umum massal yang dapat melayani penumpang dengan aman dan nyaman. C. Terminal Angkutan Umum Di wilayah Kota Surabaya terdapat 2 terminal klas A, yaitu Terminal Purabaya yang berlokasi di daerah Bungurasih dan Terminal Tambak Oso Wilangun di daerah Tambak Oso Wilangun, 1 terminal kelas B yaitu Terminal Joyoboyo yang berlokasi di daerah Wonokromo, terminal kelas C yaitu Terminal Bratang serta sub-sub terminal lainnya yaitu : Sub Terminal Menanggal, Benowo, Petekan, Manukan Kulon, dan Darmo Permai. Selain Terminal dan Sub Terminal yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, terdapat juga pangkalan angkutan kota yang dikelola oleh operator angkutan umum, diantaranya pangkalan angkot Kenjeran, Dukuh Kupang, Sidodadi, Keputih, Wisma Permai, Jembatan Merah, Petojo, Ujung Baru. Peta Lokasi Terminal, Sub Terminal dan pangkalan angkutan Kota. ISBN No

4 Ir. Tri Rismaharini, MT D. Trayek Angkutan Umum Data dari Dinas Perhubungan (Agustus Th 2006) menyebutkan bahwa terdapat 22 trayek Bus Kota yang ada di Kota Surabaya, terdiri dari : 426 armada Bus Kota (termasuk cadangan) dengan kapasitas muatan 50 orang yang beroperasi pada 11 trayek Non-Patas, 6 trayek Patas non AC dan 5 trayek Patas AC. Sedangkan jaringan angkutan umum perkotaan di kota Surabaya dilayani oleh armada Mikrolet (kapasitas muatan 12 orang) yang beroperasi pada 58 trayek Transportasi Kereta Api Jaringan jalan kereta api di wilayah Surabaya merupakan pusat dari jaringan jalan kereta api wilayah timur P. Jawa. Perkereta apian di Indonesia di selengarakan oleh pemeintah di bawah Departemen Perhubungan. melalui salah satu Badan Usaha Milik Negara : PT. KAI (Kereta Api Indonesia) (Persero). Kantor Pusat berada di kota Bandung. dan untuk daerah Jawa Timur dikelola oleh Daerah Operasi VIII Jawa Timur yang berpusat di kota Surabaya. Secara geografis, posisi kota Surabaya mempunyai posisi yang unik, yaitu terletak di sudut suatu daratan berbentuk persegi, seolah suatu titik sudut yang terhubung dengan 3 (tiga) garis utama sebagai garis arah utama rute kereta api dari dan ke kota Surabaya, yaitu : a. Garis horisontal, yaitu jaringan Surabaya Jakarta lewat Pantai Utara (Pantura) b. Garis Diagonal, yaitu jaringan Surabaya Jakarta / Bandung lewat Selatan c. Garis Vertikal, yaitu ke selatan selatan (ke Malang, Blitar) dan ke selatan timur (ke Pasuruan, Probolinggo, Jember dan Banyuwangi) Sedangkan di dalam kota, titik sudut tersebut membias menjadi seluas kota Surabaya, sehingga garis arah utama berhenti pada stasiun tertentu, dan sebagian diteruskan dengan ruas-ruas jalur kereta api tertentu dalam kota. Jaringan kereta api didalam kota Surabaya, sesuai uraian di atas dibagi menjadi 2 (dua ) bagian utama yaitu : a. Sebagai garis arah utama rute kereta api dari dan ke kota Surabaya, yaitu : 1. Jaringan jalur KA Jakarta (Lintas Jawa Utara) - Benowo Pasar Turi (jalur tunggal) 2. Jaringan jalur KA Jakarta / Bandung (Lintas Jawa Selatan) Pagesangan - Wonokromo (jalur tunggal). 3. Jaringan jalur KA Malang (Selatan- Selatan) dan Banyuwangi (Selatan- Timur) -Kertomenanggal - Wonokromo (jalur tunggal). b. Ruas ruas jalur kereta api dalam kota, yaitu : 1. Jaringan jalur KA Wonokromo Gubeng (jalur ganda). 2. Jaringan jalur KA Gubeng Kota / Semut (Jalur tunggal). 3. Jaringan jalur KA Gubeng Sidotopo - Benteng (jalur tunggal). 4. Jaringan jalur KA Sidotopo Prapat Kurung (jalur tunggal), elevated didaerah simpang jalur KA Kota- Gubeng, Jl. Kapasari, Jl. Pengampon Pecindilan,Jl. Pahlawan, Jl. Bubutan dan Jl. Pasar Turi (pada awal rute bergabung dengan Jar. Jalur KA Sidotopo Pasar Turi) 5. Jaringan jalur KA Pasar Turi Prapat Kurung (jalur tunggal), sebagian menyatu dengan jaringan jalur KA Sidotopo Prapat Kurung. 6. Jaringan jalur KA Sidotopo Kota/Semut (jalur tunggal) 7. Jaringan jalur KA Sidotopo Pasar Turi (jalur tunggal), elevated, sebagian menyatu dengan jaringan jalur KA Sidotopo Prapat Kurung Transportasi Sungai Transportasi sungai di Surabaya belum berkembang karena kondisinya belum memungkinkan untuk itu. Sungai Kalimas kondisinya dangkal dan kumuh serta ruang bebas di bawah banyak jembatan yang ada di sepanjang Sungai Kalimas tersebut yaitu jembatan Wonokromo, Jembatan Ngagel, Jembatan Sonokembang, Jembatan Pemuda, Jembatan Yos Sudarso dan Jembatan Peneleh, tidak mencukupi untuk keperluan lalu-lintas sungai. ISBN No

5 Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus Belum lagi keberadaan beberapa dam, seperti dam Gunungsari, dam Jagir, dan dam Kayoon yang berfungsi sebagai pengatur debit air tidak mungkin untuk dihilangkan. Jarak tempuh yang dimungkinkan dengan kondisi yang ada tersebut menjadi sangat pendek. Karena peran transportasi sungai ini sangat kecil dalam sistem transportasi di kota Surabaya maka untuk materi selanjutnya tidak dibahas Transportasi Laut Indonesia sebagai negara kepulauan/maritime, peranan pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintah, pertahanan/keamanan dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sangat luas yang meliputi angkutan penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi, dan masih banyak jenis pelayaran lainnya. Bidang kegiatan pelayaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelayaran niaga dan non niaga. Pelayaran niaga adalah usaha pengangkutan penumpang dan barang terutama barang dagangan melalui laut antar pulau/pelabuhan. Pelayaran bukan niaga meliputi pelayaran kapal patroli, survai kelautan, dan sebagainya. Karena Peran Transportasi laut belum berpengaruh signifikan terhadap sistem transportasi di kota Surabaya, maka materi selanjutnya tidak dibahas Pemecahan Permasalahan Sesuai arahan RPJMD Kota Surabaya bahwa kebijakan Pembangunan Infrastruktur di kota Surabaya adalah dengan meningkatkan Akselerasi Pertumbuhan Arus Perdagangan Barang Dan Jasa Dalam Skala Regional Maupun Internasional Serta Memadukan Wilayah Greater Surabaya Dalam Suatu Sistem Tata Ruang Yang Terintegrasi Didukung Oleh Infrastruktur, Sistem Transportasi Dan Sistem Teknologi Informasi Yang Memadai, Kebijakan untuk permasalahan transportasi dilaksanakan dengan Program Pengembangan Sistim Transportasi dan Program Pengelolaan dan Pembangunan Jalan Dan Jembatan sedangkan strategi yang dilakukan untuk Pembangunan Transportasi tersebut dapat dilihat pada Gambar.1. berikut. Gambar 1. Diagram Alir Strategi Pembangunan Transportasi di Kota Surabaya ISBN No

6 Ir. Tri Rismaharini, MT Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan Untuk strategi penerapan angkutan massal dikota Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya mempunyai konsep untuk menerapkan angkutan massal berbasis jalan dan angkutan massal berbasil rel. Kedua konsep tersebut dalam Studi Surabaya Intregated Transportation Network Planning yang dilaksanakan oleh Departmen Perhubungan tahun 1997 diterapkan bersamaan, yaitu untuk sistim BRT (Bus Rapid Transit) diterapkan di koridor Utara Selatan dan Timur Barat. Sedangkan untuk LRT (Light Rail Transit) diterapkan pada Koridor Utara Selatan. Khusus untuk pengoperasian BRT, Pemerintah Kota Surabaya seharusnya telah melaksanakan pada tahun 2008 ini. Namun dikarenakan belum adanya kesiapan infrastruktur (kapasitas jalan) serta belum adanya ijin dari Pemerintah Pusat terhadap jalan nasional yang akan dilewati maka Pemerintah Kota Surabaya menunda pelaksanaan Pengoperasian BRT tersebut Pembatasan Lalu Lintas Kegiatan untuk strategi pembatasan lalu lintas ini merupakan bagian dari kebijakan traffic demand management dan mulai tahun 2006 Pemerintah Kota Surabaya telah melaksanakannya melalui kegiatan perbedaan waktu masuk sekolah dan waktu masuk kantor. Konsep kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar. 2. Berikut. Gambar 2. Konsep Kegiatan Perbedaan Waktu Masuk Sekolah dan kantor Dari hasil evaluasi pelaksanaan, kegiatan ini berhasil mengurangi kemacetan lalu lintas pada saat pagi hari namun kelemahan dari kegiatan ini adalah belum didukung oleh Instansi pemerintah dilingkungan Pemerintah Propinsi dan instansi swasta. Untuk kegiatan di tahun mendatang Pemerintah kota tetap akan melaksanakan Kebijakan traffic demand management untuk pembatasan lalu lintas dengan kegiatan kegiatan yang akan dikaji lebih lanjut sehingga dapat diterapkan di kota Surabaya. Disamping kegiatan tersebut diatas untuk penerapan traffic demand management Pemerintah Kota Surabaya juga membangun pedestrian pedestrian yang akan terkoneksi dengan fasilitas umum (stasiun, Halte, Terminal, sekolah dsb). Saat ini telah terbangun pedestrian di pusat kota yang nantinya akan di seluh penjuru kota Surabaya Peningkatan Kapasitas Jaringan Jalan Peningkatan kapasitas jaringan jalan saat ini di kota Surabaya sangat sulit dilaksanakan. Hal tersebut disebabkan sulitnya pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan serta peningkatan jalan. ISBN No

7 Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus Menyikapi masalah tersebut mendatang Pemerintah Kota Surabaya akan melakukan kegiatan peningkatan serta pembangunan jalan dengan seminim pembebasan lahan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memfungsikan saluran saluran primer/ sekunder yang berada ditepi jalan sebagai badan jalan dengan memasang box culvert di saluran tersebut. Kegiatan pembangunan dan peningkatan jalan dengan pemasangan box culvert tersebut akan dimulai pada jalan Banyu Urip pada tahun 2008 sepanjang 850 m dan akan dilanjut pada jalan Semolowaru dan jalan Menur pada tahun Khusus untuk pembangunan box culvert di Jl Banyu Urip, Pemerintah Kota Surabaya akan mendapat dua manfaat sekaligus dari pembangunan tersebut yaitu selain menambah kapasitas jaringan jalan juga akan terkonversinya saluran banyu urip yang semula merupakan saluran dengan fungsi irigasi menjadi saluran pematusan kota. Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya juga membangun frontage Road pada sisi Timur Rel KA pada jalan Ahmad Yani Surabaya. Untuk meningkatkan aksesibilitas serta meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah kota Surabaya, Pemerintah Kota melaksanakan pembangunan jalanjalan Tembus (jalan tembus Wiyung Balasklumprik tembus jalan Mastrip) serta meningkatkan jalan-jalan yang mempunyai nilai strategis yang cukup tinggi di bidang ekonomi (Mastrip, Wiyung, Jl Arif Rahman Hakim (depan Liponsos s/d Merr IIc)). Disamping Pembangunan jaringan jalan serta peningkatan jalan dilakukan pula peningkatan kualitas manajemen lalu lintas dengan peningkatan operasional ATCS (automatic traffic control system) dengan penambahan ATCS yang langsung terkoneksi dengan control room. 3. RENCANA KAWASAN PERUMAHAN Kawasan perumahan terdiri dari kawasan perumahan yang dibangun oleh penduduk sendiri, dibangun oleh perusahaan pembangunan perumahan dan dibangun oleh pemerintah. Pada pembangunan perumahan real estate, pelaksana pembangunan perumahan/pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% dari keseluruhan luas lahan perumahan, dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Kota. Pembangunan perumahan real estate baru disebar secara merata dibagian timur dan barat kota, yaitu pada Unit Pengembangan (UP) I Rungkut, UP II Kertajaya, UP III Tambak Wedi, UP VIII Satelit, UP IX Ayani, UP X Wiyung, UP XI Tambak Oso Wilangon dan UP XII Sambikerep. Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kota ditekankan pada peningkatan kualitas lingkungan dan pembenahan prasarana dan sarana perumahan. Pembangunan perumahan lama/perkampungan dilakukan secara terpadu baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat melalui program pembenahan lingkungan, peremajaan kawasan maupun perbaikan kampung. 4. RENCANA KAWASAN INDUSTRI Kawasan industri diarahkan pada unit pengembangan yang terdapat pada lokasi pengembangan yang terdapat lokasi pengembangan industri yaitu di UP I Rungkut di sekitar SIER, Kalirungkut, Kedung Baruk, di UP X Wiyung di kawasan Karangpilang dan di eilayah UP XI Tambak Oso Wilangon di sekitar Margomulyo dan Tambak Oso Wilangon. Pengembangan Kawasan industri ditetapkan sebagai berikut : Pembangunan kawasan industri dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya dengan memperhatikan radius dan tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan serta upaya-upaya pencegahan pencemaran terhadap kawasan di sekitarnya; Pada pembangunan industri berupa industri/pergudangan estate, perusahaan pembangunan industri wajib menyiapkan prasarana lingkugan, utilitas umum, bangunan perumahan untuk pekerja dan dasilitas sosial dengan propporsi 40 % dari keseluruhan luas ISBN No

8 Ir. Tri Rismaharini, MT lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Kota; Pembangunan industri harus memenuhi kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan faislitas lpelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang terbuka hijau, ruang pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran), kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi; Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upayaupaya terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari penyusunan AMDAL, RKL RPL, penyediaan IPAL dan disertai dengan pengawasan oleh Pemerintah Kota secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan. 5. RENCANA KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA Pembangunan di kawasan perdagangan dan jasa diarahkan sebagai berikut: Pusat kawasan komersial dan jasa dengan lingkup pelayanan skala nasional, regional dan kota berada di UP VI Tunjungan, dan UP V Tanjung Perak; Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya ; Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu, pelaksana pembangunan / pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan proporsi 40% dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah 6. RENCANA KAWASAN WISATA Kebijakan pengembangan kawasan wisata di Kota Surabaya adalah sebagai berikut : Wisata bahari / pantai ditetapkan pada Unit Pengembangan (UP) III Tambak Wedi yaitu di kawasan Kenjeran dan sekitar Jembatan Suramadu. Wisata satwa berada pada Unit Pengembangan VII Wonokromo, yaitu di Kawasan Kebun Binatang Surabaya yang ditekankan pada upaya pelestarian satwa dan lingkungan alam di dalamnya; Wisata pertanian (agrowisata) berada pada Unit Pengembangan (UP) IX Ahmad Yani dan UP. X Wiyung yang juga berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian; Wisata Budaya dan Religi berada pada Unit Pengembangan (UP) V Tanjung Perak di Kawasan Masjid Ampel dan sekitarnya, pada wilayah UP. VI Tunjungan di Kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya, dan Monumen Kapal Selam, pada wilayah UP. VII Wonokromo di Museum Mpu Tantular, serta pada wilayah UP. IX Ahmad Yani di sekitar Kawasan Masjid Al Akbar Surabaya (MAS). 7. RENCANA KAWASAN LINDUNG Pada kawasan lindung wilayah laut dilarang melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat mengakibatkan kerusakan kawasan lindung (darat dan laut). Pemerintah Kota Surabaya juga berupaya untuk melakukan pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang, mangrove, padang lamun, estuari dan teluk Strategi pengembangan kawasan lindung wilayah darat dan laut ditujukan untuk menjamin keseimbangan dan keserasian lingkungan hidup, serta kelestarian pemanfaatan potensi sumber daya alam sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ISBN No

9 Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus Beberapa rencana pengembangan fasilitas infrastruktur antara lain: 1. Rencana Fasilitas Pendidikan. Pembangunan fasilitas pendidikan ditekankan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui pembenahan prasarana dan sarana yang telah ada maupun pembangunan fasilitas baru mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. 2. Rencana Fasiltas Kesehatan Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada dilakukan pada rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah dan/atau militer yang terdapat pada UP II Kertajaya, UP IV Dharmahusada, UP VI Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP IX Ayani, rumah sakit/klinik swasta dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di setiap wilayah Kecamatan dan pada lokasilokasi fasilitas umum. Pembangunan fasilitas kesehatan baru dilakukan secara tersebar pada lokasilokasi fasilitas umum disekitar kawasan perumahan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta ruang lingkup pelayanan kesehatan, juga akan dilakukan pembangunan fasilitas kesehatan baru yaitu di UP XII Sambikerep. Pembangunan Rumah Sakit di Surabaya Barat dalam waktu dekat, dimaksudkan untuk memenuhi standard pelayanan kesehatan dari pemerintah untuk masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Lingkup pelayanannya, diutamakan kawasan Surabaya Barat, serta kawasan Gresik Selatan sebagai pengembangan lingkup pelayanan. Walaupun begitu, tetap diperhitungkan untuk melayani konsumen kelas menengah, yang nantinya diharapkan dapat memberi masukan keuangan sebagai subsidi silang bagi pelayanan golongan menengah ke bawah. Sedangkan dari jenis layanan kesehatan, diutamakan keberpihakan pada jenis layanan kesehatan bagi masyarakat menengah ke bawah (Askes, dll) hingga masyarakat miskin kota (Kartu Gakin). Fasilitas kesehatan yang akan dibangun adalah Rumah Sakit Umum kelas C +. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar. Beberapa dampak positif berkaitan dengan kegiatan pembangunan Rumah Sakit Surabaya Barat ini antara lain adalah terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha yang lebih besar dan peningkatan kesehatan masyarakat terutama di wilayah Surabaya Barat. Juga peluang berusaha seperti membuka apotek, wartel, toko/warung serta jenis perdagangan/jasa lainya untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung dan karyawan rumah sakit di sekitar lokasi rumah sakit. Namun demikian, dampak positif tersebut perlu dikelola secara intensif melalui promosi jaminan layanan medis dan non medis yang bermutu dari Rencana Rumah Sakit Surabaya Barat terutama untuk masyarakat yang tinggal di wilayah Surabaya Barat. Bentuk promosi yang dapat dilakukan antara lain berupa open house rumah sakit, layanan pemeriksaan kesehatan gratis secara berkala, pemasangan poster atau gambar atau spanduk, penyebaran leaflet dan sebagainya. 3. Rencana Fasilitas Persampahan Pembangunan prasarana dan sarana kebersihan persampahan skala kota dilakukan dengan penyediaan prasarana dan sarana penanganan sampah terpadu pada TPA Benowo yang termasuk dalam UP XI Tambak Oso Wilangon serta diupayakan mencari lokasi baru pada UP I Rungkut dan/atau pada UP II Kertajaya. Kebutuhan fasilitas dan kebutuhan ruang pada TPA baru adalah dibatasi oleh luas lahan yang tersedia dan teknologi pengelolaan sampah yang dipergunakan. Berdasarkan ketentuan yang ada, luas TPA dibatasi hingga 50 Ha, sehingga teknologi yang dipakai akan disesuaikan dengan luas yang tersedia. Pemilihan teknologi berpengaruh terhadap jumlah dan jenis fasilitas yang dibutuhkan. ISBN No

10 Ir. Tri Rismaharini, MT TPA bisa dijadikan Pusat Studi sehingga tiap saat bisa menerima kemajuan teknologi yang siap diaplikasikan sekaligus sebagai kontrol teknologi yang diterapkan. Dan tidak menutup kemungkinan bisa menjadi Pusat Penelitian bagi para ilmuwan Indonesia yang peduli dengan masalah sampah, sehingga bisa ditemukan metode metode baru yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik sampah di Indonesia umumnya maupun di Surabaya khususnya. Dengan diadakan Buffer Zone berupa penanaman tumbuhan bakau maka penghijauan akan menjadi lebih baik dan menghilangkan kesan bahwa TPA bukan merupakan daerah kumuh yang bau tetapi bisa menjadi indah dan tidak bau. 4. Rencana Fasilitas Seni dan Budaya Pembangunan fasilitas umum berupa ruang serbaguna, gedung pertemuan serta fasilitas kesenian dan budaya dilakukan untuk penyediaan fasilitas yang dapat mewadahi aktifitas sosial kemasyarakatan serta mendukung terwujudnya aktualiasai budaya lokal. 5. Rencana Fasilitas Olah Raga Pengembangan dan peningkatan fasilitas olah raga yang telah ada dilakukan dengan mempertahankan fungsi dan meningkatkan kualitasnya baik pada fasilitas olah raga berupa ruang terbuka / lapangan olah raga maupun gedung tertutup yaitu pada UP II Kertajaya, UP IV Dharmahusada, UP VII Wonokromo dan UP VIII Satelit. Pembangunan fasilitas olah raga baru dilakukan dalam skala kota dan regional berupa ruang terbuka/lapangan olah raga dan/atau tertutup yaitu pada UP XIII Sambikerep. Pengembangan kawasan stadion di kawasan Surabaya Barat sebagai pusat orientasi akan berdampak pada pola pengembangan penggunaan lahan di sepanjang koridor yang menjadi akses utama tersebut. Kondisi ini telah diantisipasi dengan memberikan arahan peruntukan lahan sebagaimana tertuang dalam RDTRK Tambak Oso Wilangon. Adanya rencana pembangunan Stadion Surabaya Barat di Kecamatan Pakal akan memberikan efek positif dalam perkembangan kawasan. Akan terdapat beberapa kegiatan ikutan sehingga kawasan tidak secara sporadis akan berubah. Selain pembangunan Stadion Surabaya Barat juga akan dilengkapi dengan kawasan rekreasi dan konservasi. Selain itu juga terdapat kawasan permukiman baru untuk mendukung rencana ini. Salah satu kendala dalam rencana pembangunan ini adalah keberadaan TPA Benowo dimana akan mengganggu kualitas lingkungan yang ada di sekitar kawasan. Dengan demikian diperlukan pengelolaan sampah di TPA dengan menggunakan sistem sanitary landfill serta perlu adanya sabuk hijau (greenbelt) yang mengelilingi kawasan TPA untuk mereduksi bau yang berasal dari kawasan TPA ini. Berkaitan dengan pengendalian lingkungan di wilayah perencanaan pembangunan, maka aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan didalam perencanaan pengendalian lingkungan meliputi: a. Optimalisasi penggunaan ruang adalah merupakan salah satu cara didalam meningkatkan nilai ekonomi dan sosial lahan wilayah perencanaan. Pertimbangan pengarahan pemanfaatan lahan dititikberatkan kepada pertimbangan ekonomi, sosial, strategis dan politis dari suatu kawasan di samping pertimbangan teknis dan biaya. b. Pengendalian dan pemeliharaan terhadap kondisi air tanah, dilakukan dengan memperluas bidang resapan melalui pemeliharaan dan pengendalian ketat pada kawasan yang direncanakan sebagai Ruang Terbuka Hijau dan rekreasi air serta penanaman pohon. c. Pengendalian terhadap penggunaan lahan dan pengendalian garis sempadan jalan/bangunan khususnya disepanjang jalan utama kota serta jalan-jalan lainnya yang dianggap strategis terhadap sistim transportasi kawasan. d. Pengendalian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan sanitasi permukiman, persampahan, dan air bersih. ISBN No

11 Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus e. Peningkatan kesadaran lingkungan bagi seluruh penduduk yang akan menempati wilayah perencanaan, khususnya terhadap kesehatan, keamanan dan kenyamanan lingkungan pemukiman. Pengendalian tersebut dilakukan untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu melalui upaya-upaya pencegahan dan penanganan masalah antara lain melalui proses perizinan pemanfaatan ruang, pengawasan dan penertiban. air permukaan (surface drain) yang pada konsep drainase perkotaan adalah secepatnya membuang air tersebut ke badan air. Untuk maksud tersebut selain memperbanyak pintu-pintu air di hilir sungai serta pengerukan sedimen di boezem maupun saluran, pemerintah kota juga berusaha menahan air permukaan tersebut untuk dapat dapat dimanfaatkan sebagai air resapan dengan membangun mini boezem. Kegiatan lain untuk memecahkan permasalahan drainase tersebut yaitu antara lain rehabilitasi/ peningkatan saluran drainase /gorong-gorong, serta pembangunan saluran-saluran tepi jalan. 8. RENCANA SISTEM PEMATUSAN 8.1. Permasalahan Drainase Kota Surabaya Kota Surabaya merupakan kota yang terletak di kawasan pesisir pantai sehingga permasalahan yang drainase perkotaan tidak terlepas dari pasang surut air laut. Selain itu permasalahan lain terletak pada saluransaluran yang ada saat ini masih berfungsi sebagai saluran irigasi. Dari sisi pembangunan kawasan, saat ini para pengembang perumahan masih mengabaikan luasan yang difungsikan sebagai badan air untuk resapan air Pemecahan Permasalahan Dalam mengatasi permasalahan drainase perkotaan Pemerintah Kota Surabaya akan melakukan Manajemen Air. Manajemen Air dilakukan untuk tetap dapat memanfaatkan 9. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada panitia Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Perkotaan 2008 yang telah mengundang kami sebagai keynote speaker dan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam seminar tersebut. 10. DAFTAR ACUAN Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Dephub. (1997), Studi Surabaya Intregated Transportation Network Planning, yang dilaksanakan oleh Departmen Perhubungan Jakarta ISBN No

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA pada SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang :

Lebih terperinci

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. Program Pembangunan Daerah 7.1.1. PROGRAM SKPD 1 Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104): I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat Ryan Faza Prasetyo, Ir. Wahyu Herijanto, MT Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA Dadang Supriyatno Jurusan Teknik Sipil, Prodi Teknik Transportasi, Universitas Negeri Surabaya Ketintang,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 SURABAYA, SEPTEMBER 2014 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan (MKJI, 1997 ; Khisty, 1990) Kapasitas (Capacity) Kapasitas adalah arus lalu lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PALU TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PALU TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PALU TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

Lebih terperinci

TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN. Benowo Pembangunan PPI(Pusat Pelelangan Ikan) Romokalisari Pembangunan Pasar Kota Tambak Osowilangon

TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN. Benowo Pembangunan PPI(Pusat Pelelangan Ikan) Romokalisari Pembangunan Pasar Kota Tambak Osowilangon TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR : TANGGAL : STRUKTUR RUANG KOTA Perwujudan Pusat Pelayanan Kota Pembagian Unit Pengembangan dan Pusat Kegiatan di Unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu kota industri terbesar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA Dadang Supriyatno Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Gedung A4 Kampus Unesa Ketintang Surabaya dadang_supriyatno@yahoo.co.id Ari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN

1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN 1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN P-SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Permasalahan transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar adalah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V 29

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V 29 TARGET INDIKATOR Rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (linmas) Rasio 1,64 1,59 1,59 1,60 1,60 1,62 1,62 1,62 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG SEBAGAI DAERAH AGRARIS BERWAWASAN LINGKUNGAN, MEMILIKI MASYARAKAT AGAMIS,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Jambi, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Perhubungan Kabupaten Ngawi 6-1

Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Perhubungan Kabupaten Ngawi 6-1 Dalam akhir penyusunan studi ini perlu diringkas rekomendasi yang sangat diperlukan bagi pengembangan transportasi di Kabupaten Ngawi ke depan. Dengan beberapa permalsahan yang ada dan kendala serta tantangan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN Pendahuluan Berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat,

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN. Rencana Strategis

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN. Rencana Strategis PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN Rencana Strategis Tahun 2011-2015 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 2 IKHTISAR EKSEKUTIF... 3 - Visi Misi... 3 - Pengukuran Indikator Kinerja Program... 3 - Pengukuran

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V I 19

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V I 19 21 Peningkatan Ketertiban dan Keamanan 21 Meningkatkan Ketertiban dan Keamanan melalui penegakan peraturan daerah, penurunan angka kriminalitas, penanganan demonstrasi, dan patroli siaga serta ketersediaan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG A. Penataan Taman Kota Dalam Konteks Ruang Terbuka Hijau Pembangunan perkotaan, merupakan bagian dari pembangunan nasional, harus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT Ilustrasi LRT Kota Medan merupakan salah satu dari 5 kota di Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 2 juta jiwa (BPS, 2015). Dengan luas 26.510 Hektar (265,10

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah No Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Kebijakan Umum Sasaran Indikator Sasaran Program Kegiatan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang dicapai selama ini telah menimbulkan berbagai tuntutan baru diantaranya sektor angkutan. Diperlukan tingkat pelayanan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota

Lebih terperinci

Penerapan TOD (Transit Oriented Development) sebagai Upaya Mewujudkan Transportasi yang Berkelanjutan di Kota Surabaya

Penerapan TOD (Transit Oriented Development) sebagai Upaya Mewujudkan Transportasi yang Berkelanjutan di Kota Surabaya Penerapan TOD (Transit Oriented Development) sebagai Upaya Mewujudkan Transportasi yang Berkelanjutan di Kota Surabaya Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 61 TAHUN 2006 TENTANG PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN PENGENDALIAN KETAT SKALA REGIONAL DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci