BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menggunakan konsep stakeholder. Lembaga ini mendefinisikan stakeholders

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menggunakan konsep stakeholder. Lembaga ini mendefinisikan stakeholders"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Teori Stakeholders Stanford Research Institut (SRI) adalah lembaga yang pertama kali menggunakan konsep stakeholder. Lembaga ini mendefinisikan stakeholders sebagai kelompok yang mampu memberikan dukungan terhadap keberadaan sebuah organisasi. Tanpa adanya dukungan dari kelompok ini, maka organisasi tersebut tidak dapat eksis (Lepineux, 2005 dalam Sari, 2013:10). Dalam Saputro (2013:11) mengungkapkan bahwa konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah dimulai sejak awal 1970-an, yang secara umum dikenal dengan sebutan stakeholder theory.sebutan ini mempunyai arti sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier pemerintah, masyarakat, analisis dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang 15

2 16 diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Gray, Kouhy dan Adam (1994:53) dalam Saputro (2013:12) mengatakan bahwa: Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.makin powerfull stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog diantara perusahaan dengan stakeholdernya. Clarkson (1995) dalam Fahriza (2014:19) mendefinisikan stakeholder sebagai orang atau kelompok yang memiliki klaim, kepemilikan, hak dan kepentingan dalam suatu perusahaan dan terlibat dalam aktivitas perusahaan pada masa lalu, aktivitas perusahaan pada masa kini dan masa yang akan datang. Clarkson (1995) semakin meyakinkan dunia bisnis bahwa tujuan ekonomi dan sosial perusahaan adalah untuk menciptakan dan menyalurkan kesejahteraan dan nilai kepada para stakeholder. Ghozali dan Chariri (2007) dalam Fahriza (2014:20) menyatakan bahwa perusahaan berkewajiban memberikan manfaat kepada para stakeholder-nya (shareholder, kreditur, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain) tidak semata mata beroperasi hanya untuk kepentingannya sendiri. Pengertian stakeholder semakin diperjelas oleh Mitchell, Agle dan Wood (1997) dalam Fahriza (2014:20) yang menyatakan bahwa yang menjadi stakeholder perusahaan yaitu suatu kelompok atau individu yang memiliki atribut kekuatan, legitimasi dan urgensi. Model yang dikembangkan oleh Mitchell, Agle dan Wood (1997) ini mengelompokkan stakeholder berdasarkan tipe

3 17 sesuai kemampuan mempengaruhi suatu organisasi atau perusahaan berdasarkan ketiga atribut diatas yaitu atribut kekuatan, atribut legitimasi dan atribut urgensi. Post, et al dalam Lutfia (2012:15) mendefinisikan pemangku kepentingan (stakeholders) sebagai orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan. Selanjutnya stakeholdersdapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu: 1. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (stokeholders), para manajer (managers), dan karyawan (employers); 2. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan milik perusahaan, bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengarui oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Kategori outside stakeholdersadalah pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah (goverment), masyarakat lokal (local communities) dan masyarakat secara umum (general public).

4 18 Fahrizqi (2010) dalam Saputro (2013:12) menjelaskan bahwa salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan menjadikan perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability). Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai ketertarikan atau klaim terhadap perusahaan (Untung, 2009 dalam Saputro,2013:12). Menurut sifatnya pengungkapan informasi dibagi menjadi dua, yaitu wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Pengungkapan informasi yang bersifat wajib adalah laporan keuangan, informasi ini dibutuhkan oleh stakeholder yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi perusahaan. Sedangkan pengungkapan yang bersifat sukarela dibutuhkan oleh stakeholder yang berpengaruh maupun tidak berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi perusahaan. Laporan sukarela yang sedang berkembang saat ini adalah sustainability report (laporan keberlanjutan).

5 19 Melalui pengungkapan sustainability report (pengungkapan sosial dan lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Sari, 2013:12) Teori Legitimasi Beberapa studi tentang pengungkapan sosial lingkungan telah menggunakan teori legitimasi sebagai basis dalam menjelaskan praktiknya (Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Widianto 2011:29) menjelaskan teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi. Mereka mengatakan : Legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nlai-nilai sosial, reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Teori legitimasi menyebutkan bahwa perusahaan wajib berusaha untuk memastikan bahwa perusahaan tetap beroperasi dalam batasan dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan beroperasi, dimana perusahaan berupaya untuk memastikan bahwa aktivitas perusahaan diterima oleh stakeholder sebagai suatu yang sah (Adhima, 2012 dalam Fahriza, 2014:22). Perusahaan akan merasa keberadaan dan aktivitasnya mendapat pengakuan dari masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi atau dapat dikatakan terlegitimasi, apabila perusahaan

6 20 melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Ghozali dan Chariri (2007) dalam Luthfia (2012:17) menjelaskan bahwa perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan agar aktivitas perusahaan terlegitimasi di mata masyarakat. Ini berarti teori legitimasi juga menjelaskan bahwa praktik pengungkapan tanggung jawab perusahaan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar aktivitas dan kinerja perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yakni dengan pembuatan sustainability report. Laporan ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh legitimasi dengan harapan pada akhirnya perusahaan akan terus menerus eksis (Suryono dan Prastiwi, 2011 dalam Fahriza, 2014:23). 2.2 Konsep Keberlanjutan Sustainability Report Menurut Luthfia (2012:20) awal mula terciptanya konsep keberlanjutan berasal dari pendekatan ilmu kehutanan.sustainability diartikan sebagai suatu upaya yang tidak pernah memanen lebih banyak daripada kemampuan panen hutan pada kondisi normal. Kata nachhaltigkeit (bahasa Jerman untuk keberlanjutan) berarti upaya melestarikan sumber daya alam untuk masa depan, Agricultural Economic Research Institut. Pengertian sustainability lebih luas dari sekedar konteks lingkungan. Di dalamnya ada prinsip-prinsip yang terkait dengan hak asasi manusia, standar bagi pekerja

7 21 seperti penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan, di samping hal-hal yang terkait dengan lingkungan seperti pemakaian prinsip kehati-hatian, tanggung jawab lebih besar pada lingkungan, maupun mengembangkan teknologi ramah lingkungan (Suryono dan Prastiwi, 2011 dalam Luthfia, 2012:21). Pengertian sustainability yang diadopsi dari United Nations (dalam Agenda for Developmenti) yakni pembangunan yang wawasan multidimensional dalam mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi. Pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan terhadap lingkungan akan saling tergantung dan memperkuat komponen-komponen yang ada pada pembangunan berkelanjutan (Kuhlman, 2010 dalam Ahmad, 2014:5). Makna lain dari keberlanjutan seperti yang dikemukakan oleh ekonom Solow (1991) dalam (Widianto, 2011:32) mengemukakan keberlanjutan sebagai hasil masyarakat yang memungkinkan generasi mendatang setidaknya tetap memiliki kekayaan alam yang sama dengan generasi yang ada pada saat ini. Dalam pidatonya menjelaskan bahwa keberlanjutan tidak berarti kemudian memerlukan penghematan sumber daya yang sedemikian khusus, melainkan hanya memastikan kecukupan sumber daya (kombinasi dari sumber daya manusia, fisik, dan alam) untuk generasi mendatang, sehingga membuat standar hidup mereka setidaknya sama baiknya dengan generasi saat ini. Ide utama yang dimiliki oleh Solow adalah bentuk peningkatan usaha untuk terus berupaya meninggalkan sumber daya yang cukup bagi generasi

8 22 mendatang secara berkelanjutan. Sehingga masalah utamanya yakni keputusan mengenai seberapa banyak yang akan dikonsumsi saat ini, bila ditandingkan dengan seberapa banyak yang mampu dilakukan, sebagai faktor penggerak utama bagi sustainability (Whitehead, 2006 dalam Widianto, 2011:33). GRI (Global Reporting Initiative) mendefinisikan sustainability reporting sebagai praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para stakeholder baik internal maupun eksternal. Sustainability report merupakan sebuah istilah umum yang dianggap sinonim dengan istilah lainnya untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial. Sustainability report harus menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk akal dari kinerja keberlanjutan sebuah perusahaan baik kontribusi yang positif maupun negatif. Perusahaan harus menjelaskan mengenai nilai yang dianut organisasi dan bagaimana model tata kelolanya dalam sustainability report. Perusahaan juga harus menjelaskan terkait strategi dan komitmen perusahaan dalam keberlanjutan ekonomi global (Fahriza, 2014:23). Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Soelistyoningrum (2011:19) menjelaskan manfaat yang didapat dari sustainability report antara lain :

9 23 1. Sustainability report memberikan informasi kepada stakeholder (pemegang saham, anggota komunitas lokal, pemerintah) dan meningkatkan prospek perusahaan, serta membantu mewujudkan transparansi. 2. Sustainabilty report dapat membantu membangun reputasi sebagai alat yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan brand value, market share, dan loyalitas konsumen jangka panjang. 3. Sustainability report dapat menjadi cerminan bagaimana perusahaan mengelola risikonya. 4. Sustainability report dapat digunakan sebagai stimulasi leadership thinking dan performance yang didukung dengan semangat kompetisi. 5. Sustainability report dapat mengembangkan dan menfasilitasi pengimplementasian dari sistem manajemen yang lebih baik dalam mengelola dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial. 6. Sustainability report cenderung mencerminkan secara langsung kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk memenuhi keinginan pemegang saham untuk jangka panjang. 7. Sustainability report membantu membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi jangka panjang dan membantu mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang terkait dengan isu sosial dan lingkungan.

10 24 Menurut Fahriza (2014:24) manfaat diungkapkannya sustainability report adalah sebagai berikut. A. Internal. 1. Meningkatkan pemahaman atas risiko dan peluang 2. Menekankan hubungan antara kinerja keuangan dan non-keuangan 3. Mempengaruhi strategi dan kebijakan jangka panjang manajemen serta perencanaan bisnis perusahaan 4. Terciptanya perampingan segala proses dalam organisasi, menurunkan biaya, dan meningkatkan efisiensi 5. Benchmarking dan menilai keberlanjutan kinerja perusahaan dengan mengindahkan hukum, norma yang berlaku, standar penilaian kinerja dan adanya inisiatif sukarela 6. Terhindar dari publikasi kegagalan lingkungan, social dan tata kelola perusahaan 7. Dapat membandingkan kinerja perusahaan secara internal B. Eksternal. 1. Mengurangi pengaruh negatif lingkungan, social dan tata kelola perusahaan 2. Meningkatkan reputasi perusahaan dan brand loyalty

11 25 3. Memungkinkan eksternal stakeholder untuk memahami nilai-nilai yang dianut organisasi, asset/ berwujud dan asset/harta tidak berwujud yang dimiliki perusahaan 4. Menunjukkan bagaimana perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi, terkait ekspektasi atas pembangunan berkelanjutan. Sustainability report terdiri dari enam indikator yang dapat digunakan dalam proses pengungkapannya yang meliputi indikator kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, kinerja hak asasi manusia, kinerja masyarakat dan kinerja tanggung jawab produk. Dari enam indikator tersebut diperinci lagi menjadi 79 item pengungkapan aspek indikator.adapun rincian indikator sustainability report menurut GRI G3 tersebut dapat dilihat pada lampiran satu (Fahriza, 2014:25). Menurut Sari (2013:39) rumus perhitungan dituliskan sebagai berikut : SRD = Prinsip Sustainability Report Menurut pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Index) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu:

12 26 1. Keseimbangan Sustainability Report sebaiknya mengungkapkan aspek positif dan negatif dari kinerja suatu perusahaan agar dapat menilai secara keseluruhan kinerja dari perusahaan tersebut. 2. Dapat dibandingkan Sustainability Report berisi isu dan informasi yang ada sebaiknya dipilih, dikompilasi, dan dilaporkan secara konsisten.informasi tersebut harus disajikan dengan seksama sehingga memungkinkan para stakeholder untuk menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu. 3. Akurat Informasi yang dilaporkan dalam Sustainability Report harus cukup akurat dan rinci sehingga memungkinkan pemangku kepentingan untuk menilai kinerja organisasi. 4. Urut waktu Pelaporan Sustainability Report tersebut harus terjadwal dan informasi yang ada harus selalu tersedia bagi para stakeholder. 5. Kesesuaian Informasi yang diberikan dalam Sustainability Report harus sesuai dengan pedoman dan dapat dimengerti serta dapat diakses oleh stakeholder.

13 27 6. Dapat dipertanggungjawabkan Informasi dan proses yang digunakan dalam penyusunan laporan harus dikumpulkan, direkam, dikompilasi, dianalisis, dan diungkapkan dengan tepat sehingga dapat menetapkan kualitas dan materialitas informasi Konsep Triple Bottom Line Konsep sustainability report berpijak pada konsep triple bottom line yang dikembangkan oleh Elkington dalam Sari (2013:17). Elkington (2000), menjelaskan triple bottom line sebagai berikut : The three lines of the triple bottom line represent society, the economy and the environment. Society depend on the global ecosystem, whose health represents the ultimate bottom line. The three lines are not stable; they are in constant flux, due to social political, economic and environmental pressures, cycle and conflicts. Social Economic Council of Netherland (SER) (dalam Widianto, 2011:34) menekankan bahwa kontribusi perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat tidak terbatas pada penciptaan nilai ekonomi saja, namun juga harus memperhatikan ciptaan nilai pada tiga bidang, mengacu pada Triple-P bottom line. Hal-hal tersebut adalah : 1. Profit (keuntungan): Dimensi ini mengacu pada ciptaan nilai melalui produksi barang dan jasa dan melalui ciptaan pekerjaan (employment) dan sumber-sumber pendapatan.

14 28 2. People (manusia): Meliputi beragam aspek mengenai dampak operasional perusahaan terhadap kehidupan manusia, baik di dalam maupun di luar organisasi, seperti kesehatan (health) dan keamanan (safety). 3. Planet (bumi): Dimensi ini berhubungan dengan dampak perusahaan terhadap lingkungan alam Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, disamping hal-hal lainnya.dengan memeperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta memenuhi hak dari stakeholders.menurut Kasmir (2008:196) untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas.rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2008:197) 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

15 29 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2008:198) : 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjamana maupun modal sendiri. Pengukuran profitabilitas merupakan aktivitas yang membuat manajemen menjadi lebih bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham (Heinze (dalam Widianto, 2011:27) Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan.

16 30 Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antarperusahaan. Perusahaan yang menghasilkan profit tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru, kemudian cenderung memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat profit yang tinggi akan menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan memerlukan pengungkapan yang lebih luas dalam memenuhi kebutuhan informasi sesuai kebutuhan masing-masing pengguna (Suryono dan Prastiwi, 2011 dalam Luthfia, 2012:28). Menurut Widianto (2011:72) return on asset dirumuskan sebagai berikut: Return On Asset = Likuiditas Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Kreditur jangka pendek lebih tertarik pada aliran kas perusahaan dana manajemen modal kerja dibandingkan dengan besarnya profit yang diperoleh perusahaan. Jadi, kreditur jangka pendek akan lebih memperhatikan perkembangan likuiditas perusahaan. Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang jatuh tempo.kewajiban atau hutang jangka pendek dapat

17 31 dipenuhi atau ditutup dari aktiva lancar yang juga berputar dalam jangka pendek.perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja ekonomi yang kuat (Almilia dan Devi, 2007 dalam Sari, 2013:19).Menurut Kasmir (2008:35) current ratio dapat dihitung dengan rumus: Current Ratio = Leverage Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang (Rahardjo, 2005). Menurut Makmun (2002) dalam Fahriza (2014:25), leverage adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan. Rasio digunakan untuk memberikan gambaran tentang struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tak tertagihnya suatu utang. Sedangkan menurut Husnan (2006) dalam Fahriza (2014:25), leverage adalah penggunaan utang, dimana dana yang berasal dari utang mempunyai beban tetap yang berupa bunga. Leverage menggambarkan seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditor dalam membiayai aset perusahaan. Leverage mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage (rasio hutang/ekuitas) semakin besar

18 32 kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi, supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial (Sembiring,2006 dalam Fahriza, 2014:26). Menurut Kasmir (2008:158) debt to equity ratio dirumuskan sebagai berikut: Debt to Equity Ratio = Ukuran Perusahaan Menurut Bambang (2001) dalam Ahmad (2014:7) ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan.ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan. Menurut Bapepam No. 9 tahun 1995 berdasarkan ukuran, perusahaan dapat digolongkan atas 2 kelompok sebagai berikut: 1. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil merupakan badan hukum yang didirikan di Indonesia yang: (1) memiliki sejumlah kekayaan (total asset) tidak lebih dari Rp 20 miliar; (2) bukan merupakan afiliasi dan dikendalikan oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengah/kecil; (3) bukan merupakan reksadana.

19 33 2. Perusahaan Menengah/Besar Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha.usaha ini meliputi usaha nasional (milik negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan di Indonesia. Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel dalam pengungkapan sustainbility report. Pada umumnya perusahaan besar memiliki informasi yang lebih lengkap sehingga besar kemungkinan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan besar tersebut. Suripto (1999) menyatakan bahwa perusahaan besar umumnya memiliki jumlah aktiva yang besar, penjualan besar, skill karyawan yang baik, system informasi yang canggih, jenis produk yang banyak, struktur kepemilikan lengkap, sehingga membutuhkan tingkat pengungkapan secara luas.selain itu, perusahaan besar memiliki emiten yang banyak disoroti, sehingga pengungkapan yang lebih luas dapat mengurangi biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Perusahaan dengan aset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga legitimasi perusahaan. Legitimasi perusahaan dapat diwujudkan melalui pengungkapan sustainability report. Sustainability report akan mengungkapkan bagaimana tanggung jawab perusahaan atas aktivitas

20 34 yang telah dilakukan. Menurut Luthfia (2012:62) variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma naturaldari total aset sebagaiberikut: Size = LN X Total Aset Aktifitas Perusahaan Analisis aktivitas perusahaan menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk kegiatan operasi maupun kegiatan jangka panjang). Rasio-rasio aktivitas perusahaan menunjukkan perbandingan yang layak antara sales dengan penggunaan aktiva-aktiva perusahaan.ananingsih (dalam Suryono dan Prastiwi, 2011), rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan dalam pengelolaan aktivanya. Jika perusahaan terlalu banyak memiliki aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi sehingga laba pun akan menurun. Di sisi lain, jika aktivitas terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan akanhilang, sehingga rasio ini menggambarkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi. Rasio aktivitas perusahaan dapat dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva yang dimiliki perusahaan (Sari, 2013:22).

21 35 Menurut Weston (Kasmir, 2008:180) inventory turnover dirumuskan sebagai berikut: Inventory Turnover = Komite Audit Komite audit merupakan komite yang membantu dewan komisaris untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Mulyadi (2002) dalam Sari (2013:22) menjelaskan bahwa komite audit memiliki tugas untuk menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan kepada pihak eksternal dan kepatuhan terhadap pihak eksternal. Komite audit merupakan individuindividu yang tidak terlibat dalam aktivitas dan pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan individu profesional yang bertujuan melakukan pengawasan terhadap perusahaan. Tujuan dibentuknya komite audit antara lain : melakukan pengawasan terhadap proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit, pengawasan independen atas pengelolaan risiko dan kontrol, serta melaksanakan pengawasan independen terhadap proses pelaksanaan corporate governance.. Dalam penelitian ini, komite audit diproksikan dengan jumlah rapat antara anggota komite audit pada suatu perusahaan dalam periode 1 (satu) tahun.

22 Dewan Direksi Pasal 1 ayat 5 UU Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 dalam Luthfia (2012:34) menyatakan yang dimaksud dengan dewan direksi adalah: Dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Berdasarkan code of corporate governance yang dikeluarkan November 2004 oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), fungsi pengelolaan perusahaan yang dilakukan dewan direksi mencangkup lima tugas yaitu: 1. Kepengurusan; Dewan direksi harus menyusun visi dan misi serta program tinggi sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Dewan direksi harus memperhatikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders). 2. Manajemen resiko; Dewan Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen resiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan. 3. Pengendalian internal; Dewan direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal yang efektif dan handal dalam rangka mengamankan aset dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan. Untuk itu

23 37 perusahaan harus memiliki sistem pengendalian termasuk auditor internal dan auditor eksternal. 4. Komunikasi; Dewan direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antra perusahaan dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan memperdayakan sekretaris perusahaan. 5. Tanggungjawab sosial; Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan, dewan direksi harus memastikan dipenuhinya tanggungjawab sosial perusahaan. Menurut Widianto (2011:47), dewan direksi memiliki fungsi dan wewenang untuk mengendalikan pelaksanaan roda perusahaan setiap hari, sesuai kebijaksanaan strategik sebagai penjamin terwujudnya prinsip accountability dan fairness yang terdapat dalam GCG. Menurut Undangundang No 40 tahun 2007 (dalam Wikipedia, 2011)) pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain : memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan; memilih, menetapkan, maupun mengawasi tugas dari karyawan; menyetujui anggaran tahunan perusahaan; menyampaikan laporan kepada pemegang saham. Menurut Sari (2013:42) dewan direksi diproksikan dengan jumlah rapat dewan direksi dalam waktu 1 (satu) tahun.

24 Rerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tinjauan teori yang telah dikemukakan, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1 Rerangka Pemikiran Teori Stakeholders Teori Legtimasi Konsep Triple Bottom Line Pengungkapan Laporan keberlanjutan (Sustainability Report) Profitabilitas (H1) (+) Dewan Direksi (H7) (+) Likuiditas (H2) (+) Komite Audit (H6) (+) Leverage(H3) (-) Aktivitas Perusahaan (H5) (+) Ukuran Perusahaan (H4) (+)

25 Perumusan dan Pengembangan Hipotesis Hubungan antara Profitabilitas terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Kinerja keuangan menjadi hal yang sangat diprioritaskan daripada kinerja yang lain. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik akan diminati banyak investor. Salah satu yang menjadi ukuran investor dalam berinvestasi yaitu dengan melihat rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio profitabilitas, maka semakin tinggi pula informasi yang diberikan oleh manajer. Hal ini dikarenakan pihak manajemen ingin meyakinkan investor mengenai profitabilitas dan kompetensi manajer. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan indikator pengelolaan manajemen perusahaan yang baik, sehingga manajemen akan cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi ketika ada peningkatan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan informasi sukarela secara luas. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka akan semakin besar pula pengungkapan informasi sosial (Munif, 2010 dalam Fahriza, 2014:20). Penelitian yang dilakukan oleh Suryono dan Prastiwi (2011) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report

26 40 menunjukkan adanya hubungan positif antara profitabilitas dengan pengungkapan sustainability report dimana variable profitabilitasnya diukur dengan Return On Assets. Serta penelitian yang dilakukan oleh Aelia (2015) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Namun ada juga peneitian yang dilakukan oleh Fahriza (2014) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Sustainability Report yang menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Serta penelitian yang dilakukan oleh Adhipradana (2013) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report, menyatakan bahwa profitabilitas tdak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka hipotesis pertama yang dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Profitabilitas Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report.

27 Hubungan antara Likuiditas terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Rasio likuiditas merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam jangka pendek. Rasio likuiditas dapat dilihat menggunakan current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi dianggap mampu untuk mengelola bisnisnya, sehingga menghasilkan tingkat risiko yang rendah. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi merupakan gambaran keberhasilan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Hal ini tentunya menunjukkan kemampuan perusahaan yang kredibel sehingga menciptakan image positif dan kuat melekat pada perusahaan. Image positif tersebut semakin memungkinkan pihak stakeholders untuk selalu ada pada pihak perusahaan atau mendukung perusahaan tersebut (Suryono dan Prastiwi, 2011). Image positif tersebut semakin memungkinkan pihak stakeholders untuk selalu ada pada pihak perusahaan atau mendukung perusahaan tersebut (Suryono dan Prastiwi, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Christiawan (2014) dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility menunjukan bahwa Likuiditas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Adhipradana (2013) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap

28 42 Pengungkapan Sustainability reportserta penelitian yang dilakukan oleh Luthfia (2012) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, dan Corporate Governance Terhadap Publikasi Sustainability Report, menunjukan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sustainability report. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan : H2 : Likuiditas Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Hubungan antara Leverage terhadap Tingkat pengungkapan Sustainability Report Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang (Rahardjo, 2005 dalam Luthfia, 2012:49). Tingkat leverage yang tinggi pada perusahaan juga meningkatkan kecenderungan perusahaan untuk melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Pelaporan laba yang tinggi akan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat sehingga meyakinkan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dari para stakesholder-nya. Perusahaan dalam menggapai laba yang tinggi maka akan mengurangi biayabiaya, termasuk mengurangi biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial. Perusahaan dalam mempublikasikan SR memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang cukup besar sehingga

29 43 perusahaan akan mengurangi tingkat pengungkapan laporan yang bersifat sukarela terlebih terpisah dari annual report. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fahriza (2014) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Sustainability Report dan Luthfia (2012) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability Report menunjukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2011) dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report dan Aelia (2015) dengan judul judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report, menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Maka penelitian ini mengasumsikan hal sebagai berikut: H3 : Leverage Berpengaruh Negatif Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report

30 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Variabel ukuran perusahaan sering menjadi variabel penduga untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Menurut ukurannya, perusahaan dibagi menjadi dua yaitu perusahaan besar dan perusahaan kecil. Ukuran tersebut menggambarkan besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang besar memiliki biaya yang lebih besar daripada perusahaan yang kecil (Marwata, 2001 dalam Sari, 2013:33). Oleh karena itu, perusahaan yang besar akan mengungkapkan informasi secara luas untuk mengurangi biasa agensi tersebut. Perusahaan dengan ukuran yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga legitimasi perusahaan. Legitimasi sangatlah penting karena menunjukkan hubungan antara masyarakat sosial dengan perusahaan. Legitimasi perusahaan dapat diwujudkan melalui pengungkapan sustainability report. Sustainability report akan mengungkapkan bagaimana tanggung jawab perusahaan atas aktivitas yang telah dilakukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryono dan Pratiwi (2011) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report serta penelitian yang dilakukan oleh Pratama dan Yulianto (2015) dengan judul Faktor Keuangan dan

31 45 Corporate Governance Sebagai Penentu Pengungkapan Sustainability Report, menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Namun dalam penelitian yang dilakukan Sari (2013) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report serta penelitian yang dilakukan oleh Anindita (2015) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabiilitas, dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Sukarela Pelaporan Keberlanjutan, menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sustainability report. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti, maka penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai berikut : H4 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Hubungan antara Aktivitas Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar keefektifan perusahaan dalam mengelola sumber sumber dananya. Keefektifan perusahaan terpapar dari bagaimana perputaran seluruh aktiva perusahaan pada suatu periode tertentu. Semakin tinggi rasio aktivitas menandakan kemampuan perusahaan yang expert dalam mengelola aktivanya. Hal ini memperlihatkan kondisi keuangan yang semakin stabil, kuat dan rendah

32 46 resiko. Kondisi keuangan yang stabil dan kuat yang dihasilkan perusahaan, merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mendapat dukungan stakeholders. Dukungan stakeholders digunakan perusahaan untuk mencapai keberlanjutan perusahaan. Dukungan stakeholders dapat dihimpun perusahaan dengan mempublikasikan SR (Suryono dan Prastiwi, 2011 dalam Luthfia, 2012:50). Dilling (2009) dalam Luthfia (2012:51) mengemukakan bahwa terdapat beberapa penelitian hingga berkisar tujuh puluh persen yang menyebutkan hubungan positif antara kinerja keuangan dengan pengungkapan CSR. Kecakapan dalam pengelolaan kinerja keuangan yang salah satunya digambarkan dari tingginya rasio aktivitas, memberikan kecenderungan perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap selain hanya membiayai kegiatan operasi perusahaan. SR hadir menyemarakkan beberapa media untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryono dan Prastiwi (2011) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report menunjukan bahwa aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Iswari (2016) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report menunjukan bahwa aktivitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Oleh

33 47 karena itu, dapat diasumsikan dari keterangan-keterangan yang ada sebagai berikut : H5 : Aktivitas Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Hubungan antara Komite Audit Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Dalam Sari (2013:35) berdasarkan Kep.29/PM/2004, komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Salah satu tugas komite audit adalah untuk memastikan bahwa struktur pengendalian internal perusahaan dilakukan dengan baik (KNKG 2006). Komite audit melakukan review terhadap kinerja keuangan dan pengendalian internal perusahaan. Keberadaan komite audit akan mendorong perusahaan untuk menerbitkan laporan yang lengkap dan berintegritas tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh McCullen dan Raghunandan (dalam Said, et al, 2009) menyatakan bahwa keberadaan audit mampu menghasilkan pelaporan keuangan yang lebih berkualitas. Laporan yang lengkap terdiri dari laporan mandatory dan voluntary. Selain laporan keuangan, manajer akan menerbitkan laporan sukarela seperti sustainability report sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan. Collier (dalam Sari, 2013:35), menyatakan bahwa keberadaan komite audit membantu menjamin pengungkapan dan sistem pengendalian akan berjalan dengan baik. Dengan

34 48 frekuensi rapat komite audit yang semakin sering, maka pengawasan yang dilakukan akan semakin baik dan kualitas pengungkapan informasi sosial yang dilakukan semakin luas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2011) dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Reportserta penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report, menunjukan bahwa Komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan Sustainability Report. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratama dan Yulianto (2015) dengan judul Faktor Keuangan dan Corporate Governance Sebagai Penentu Pengungkapan Sustainability Report serta penelitian yang dilakukan oleh Iswari (2016) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report, menunjukan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sustainability report. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : H6 : Komite Audit Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report

35 Hubungan antara Dewan Direksi Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report Berdasarkan code of corporate governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) (dalam Luthfia, 2012:55) menyatakan fungsi pengelolaan perusahaan yang dilakukan dewan direksi mencangkup lima fungsi yaitu kepengurusan, manajemen resiko, pengendalian internal, komunikasi dan tanggungjawab sosial. Tugas tanggung jawab sosial menjabarkan bahwa dewan direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Realisasi perencanaan tertulis yang jelas mengenai tanggung jawab perusahaan dapat dipublikasikan melalui SR. SR merupakan laporan yang lebih menunjukkan keseriusan perusahaan untuk membuktikan aktivitas sosial dan lingkungan perusahaan dikarenakan terpisah dari annual report. Selain itu dewan direksi merupakan salah satu komponen dalam mewujudkan GCG sehingga dewan direksi perlu mempublikasikan informasi mengenai tanggung jawab sesuai dengan salah satu prinsip GCG yaitu accountability. Informasi mengenai tanggung jawab perusahaan tersebut harus dipenuhi guna mendapatkan legitimasi perusahaan. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam hal pengelolaan sumber daya perusahaan atau segala aspek yang berkaitan dengan perusahaan memerlukan legitimasi perusahaan. Rapat antara dewan direksi yang memiliki frekuensi semakin tinggi menandakan semakin seringnya komunikasi dan koordinasi antar

36 50 anggota sehingga lebih mempermudah untuk mewujudkan good corporate governance (Suryono dan Prastiwi, 2011). Semakin seringnya frekuensi rapat dewan direksi menandakan semakin sering pula dewan direksi berdiskusi mengenai informasi yang lebih luas guna mendapatkan legitimasi perusahaan terkait dengan aktivitas perusahaan. Bukti perusahaan yang telah bertanggung jawab akan aktivitas perusahaan adalah akitivitas sosial dan lingkungan yang tertuang dalam SR. SR juga sebagai bentuk tugas dewan direksi dari aspek komunikasi. Tugas dewan direksi mengharuskan perusahaan memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders). Selain itu SR juga berguna sebagai bukti perusahaan dalam mendapatkan legitimasi perusahaan yang secara tidak langsung sebagai media komunikasi dengan masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2011) dengan judul Pengaruh Profitabiltas, Likuiditas, Aktivitas Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainabiity Reportserta penelitian yang dilakukan oleh Luthfia (2012) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, dan Corporate Governance Terhadap Publikasi Sustainability Report,menunjukan bahwa dewan direksi berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Reportserta penelitian yang dilakukan oleh

37 51 Iswari (2016) dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report, menunjukan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sustainability report. Oleh karena itu, berdasarkan penelitianpenelitian tersebut dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut: H7 : Dewan Direksi Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Pengungkapan Sustainability Report

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Stakeholder Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri yaitu terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal Pengungkapan sustainability report bertujuan untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis dimana informasi non keuangan juga perlu untuk diungkapkan. Pada awalnya bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Perusahaan harus

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Perusahaan harus 27 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Istilah stakeholder bukan merupakan sebuah istilah yang asing lagi. Kata stakeholder sering digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya jaman membuat berbagai macam perubahan yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Perubahan yang saat ini dapat dirasakan adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan) sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok kelompok yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan) sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok kelompok yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Istilah stakeholder pada awalnya diperkenalkan oleh Stanford Research Institute (SRI), yakni those groups without whose support the organization

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Teori Stakeholder ini berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan lingkungan bisnis yang sangat pesat akhir-akhir ini membuat banyak perubahan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

ERNAWATI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang ABSTRAK

ERNAWATI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang ABSTRAK PENGARUH PROFOTABILITAS,CURRENT RATIO,DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN LAPORAN BERKELANJUTAN (SUSTANABILITY REPORT) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, persaingan dunia bisnis semakin ketat dan kompetitif. Perusahaan terus-menerus mengembangkan usahanya agar semakin maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan yang dibangun pada dasarnya memiliki tujuan dan salah satu hal yang menjadi tujuan tersebut adalah efektivitas kinerja perusahaan. Keefektifan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Valeria (2013) menyebutkan bahwa teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (profit), tetapi juga bertanggung jawab kepada masyarakat (people) dan bumi

BAB I PENDAHULUAN. (profit), tetapi juga bertanggung jawab kepada masyarakat (people) dan bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keuntungan merupakan salah satu tujuan utama dari perusahaan. Namun, seiring berkembangnya zaman, perusahaan tidak hanya berorientasi untuk memaksimalkan laba.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai principal (Hendriksen dan Van Breda dalam Aziz, 2014). Agency. perusahaan (Ferial dan Handayani, 2016).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai principal (Hendriksen dan Van Breda dalam Aziz, 2014). Agency. perusahaan (Ferial dan Handayani, 2016). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Untuk memahami tentang GCG dibutuhkan agency theory sebagai dasarnya. Keagenan merupakan hubungan yang dijalin antara dua belah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dua puluh tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis dimana informasi non keuangan juga perlu untuk diungkapkan. Pada awalnya bisnis dibangun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sustainability Reporting (Sakina, 2014). Meskipun telah didukung oleh peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Sustainability Reporting (Sakina, 2014). Meskipun telah didukung oleh peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya waktu dan semakin beragamnya kebutuhan akan informasi, stakeholder menginginkan tranparansi perusahaan yang lebih baik lagi, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai lingkungan di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri, terlebih lagi mengenai dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu telah menguraikan secara sistematis hasil dari penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Isu mengenai sustainability report (laporan berkelanjutan) semakin berkembang pesat seiring dengan banyaknya perusahaan yang menerbitkan sustainability report.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mempunyai berbagai macam kegiatan untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan perusahaan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, pemasok, masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, pemasok, masyarakat, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi harus memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang diukur menggunakan analisis rasio keuangan, untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diera globalisasi saat ini kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan yang berkelanjutan, hal ini dikarenakan tuntutan dari para stakeholder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Stakeholder (stakeholder theory) Konsep tanggung jawab sosial telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an yang secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu halnya di Indonesia. Perdagangan bebas menempatkan lingkungan usaha

BAB I PENDAHULUAN. begitu halnya di Indonesia. Perdagangan bebas menempatkan lingkungan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini dunia disibukkan dengan berita mengenai perdagangan bebas, begitu halnya di Indonesia. Perdagangan bebas menempatkan lingkungan usaha dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditor, dan pemerintah adalah

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) Menurut Marwata (2001), pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi untuk membantu investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan entitas ekonomi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya didukung oleh berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kesadaran suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial sudah semakin membaik. Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada maksimalisasi laba telah berkurang. Menurut Elkington dalam

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada maksimalisasi laba telah berkurang. Menurut Elkington dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, pandangan bahwa perusahaan hanya berorientasi pada maksimalisasi laba telah berkurang. Menurut Elkington dalam Nugroho (2009)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Terdapat beberapa perspektif teori yang digunakan untuk menjelaskan. Teori legitimasi dan teori stakeholder digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan praktek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan dunia usaha semakin kompetitif karena semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menerbitkan Annual Report dan Sustainability Report yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. menerbitkan Annual Report dan Sustainability Report yang terdaftar di Bursa BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek / Subyek Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Sampel dalam penelitian adalah perusahaan yang menerbitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, teori tersebut meliputi: teori keagenan (agency theory), teori sinyal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia usaha. Agar perusahaan dapat lebih bersaing, maka harus lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Jama an (2008), mengungkapkan Signalling Theory menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT Orien Natalia orinatalia93@gmail.com Wahidahwati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Pengertian legitimasi teori dikemukakan oleh O Donovan (2002) dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: Legitimacy theory as the idea that in order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dengan stakeholder-nya. Teori stakeholder menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dengan stakeholder-nya. Teori stakeholder menyatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakehoder Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Teori stakeholder menyatakan bahwa keberadaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Keuangan Perusahaan Penilaian merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian. Melalui penilaian perusahaan dapat memilih strategi dan struktur

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka 7 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Legitimacy Theory Legitimacy theorymenyatakan bahwa organisasi/perusahaan secaraberkesinambungan harus memastikan apakah mereka telah beroperasi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan setiap perusahaan. Dengan tata kelola yang baik perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance (GCG) semakin hangat. Dampak dari penerapan good corporate governance ini banyak dirasakan manfaatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci