DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA"

Transkripsi

1 DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Pantai Gondoriah Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Vidya NIM H

4 ABSTRAK VIDYA. Dampak Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Pantai Gondoriah Sumatera Barat. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Wisata bahari merupakan salah satu contoh wisata alam yang juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Pantai Gondoriah merupakan salah satu objek wisata bahari yang ada di Sumatera Barat. Kegiatan wisata dapat menimbulkan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar, namun di sisi lain juga berpotensi terhadap penurunan kualitas sumberdaya alam. Secara umum multi stakeholder menilai kegiatan wisata saat ini di Pantai Gondoriah sudah baik, dan keberadaan objek wisata di Pantai Gondoriah saat ini tidak menimbulkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Dampak ekonomi Wisata Pantai Gondoriah dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan multiplier effect, dimana Dampak ekonomi langsung, tidak langsung dan lanjutan berturut-turut sebesar Rp , Rp dan Rp Didapatkan nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1,12, nilai Ratio Multiplier Income Tipe I adalah 2,38 dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II adalah 2,56. Pengeluaran wisatawan tidak semuanya dapat dinikmati oleh masyarakat lokal karena masih terdapat pengunjung yang mengeluarkan sejumlah uang di luar objek wisata atau yang disebut dengan kebocoran. Kebocoran yang terjadi memiliki nilai sebesar Rp per tahun. Stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan paling tinggi dalam pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah diantaranya Dinas Budaya dan Pariwisata, LPM, Dinas PU, Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Lingkungan Hidup, dan Masyarakat lokal. Kata Kunci: multiplier effect, analisis stakeholder, Pantai Gondoriah, dampak ekonomi wisata. ABSTRACT VIDYA. Economics Impact And Stakeholder Analysis of Gondoriah Beach Tourism Area at West Sumatera. Supervised by METI EKAYANI dan NUVA. Marine tourism is one of natural attractions that also have potential to be developed. Gondoriah beach is one of the existing maritime attractions in West Sumatra. Tourism activities can have a positive impact on the economy for the surrounding community, but on the other hand also have potential for degradation of natural resources. In general, multistakeholder assessed that current tourism activities in Gondoriah Beach was good, and the existence of tourist attractions in Gondoriah Beach currently was not cause damage to natural resources. Tourism economic impact Gondoriah Beach estimated by the approach of multiplier effect, where the economic impact of direct, indirect and induced were IDR , IDR and IDR The Keynesian Income Multiplier value

5 was 1,12, Income Multiplier Ratio value Type I was 2,38 and Type II Income Multiplier Ratio was 2,56. However, the economic impact can not be fully enjoyed by people around the beach because there are visitors who spent money outside attraction called the leak. The leakage has a value of IDR per year. Stakeholders who have a level of influence and the highest interest in the management of Gondoriah Beach attractions were the Department of Culture and Tourism, LPM, Department of Public Works, Department of Fisheries and Marine Resources, Department of Enviromental, and local communities. Keywords: multiplier effect, stakeholder analysis, Gondoriah Beach, tourism economic impact.

6

7 DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi Nama NRP : Dampak Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Pantai Gondoriah Sumatera Barat : Vidya : H Disetujui oleh Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Nuva, SP, M.Sc Pembimbing 1 Pembimbing 2 Diketahui oleh Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 Judul SkIipsi Nama NRP : Dampak Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Pantai Gondoriah Sumatera Barat : Vidya : H Disetujui oleh ~' Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Nuva, sp, M.Sc Pembimbing 1 Pembimbing 2 Diketahui oleh Tanggal Lulus: 3 0 JAN 2014

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai Mei 2013 ini ialah ekonomi wisata dengan judul Dampak Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Pantai Gondoriah Sumatera Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing 2 atas saran dalam perbaikan skripsi ini. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dinas Budaya dan Pariwisata atas kerjasama dan bantuannya serta seluruh responden yang telah membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada papa, mama, abang, adik, Akmal Hartanto, teman-teman dalam satu bimbingan, serta seluruh keluarga, atas segala doa, support dan kasih sayangnya. Bogor, Januari 2014 Vidya

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Wisata Bahari Pendukung Jasa Wisata Dampak Ekonomi Pariwisata Dampak Pariwisata terhadap Lingkungan Fisik Pengembangan Kelembagaan Penelitian Terdahulu BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Multiplier Effect Kegiatan Wisata Kebocoran Ekonomi (Economic Leakages) Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Pengolahan Data Metode Analisis Analisis Deskriptif Kualitatif Multiplier Effect Analisis Stakeholder BAB V GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 24

13 5.2 Gambaran Umum Responden Karakteristik Responden Pengunjung Karakteristik Responden Unit Usaha Karakteristik Responden Tenaga Kerja Karakteristik Responden Masyarakat Lokal Responden Key Person BAB VI PERSEPSI MULTI STAKEHOLDER TERHADAP FASILITAS, AKSESIBILITAS, LINGKUNGAN DAN KONDISI SOSIAL DI PANTAI GONDORIAH BAB VII DAMPAK EKONOMI WISATA PANTAI GONDORIAH Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung Pantai Gondoriah Tahun Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect) Nilai Efek Pengganda (Multipier Effect) BAB VIII ANALISIS TINGKAT PENGARUH DAN KEPENTINGAN STAKEHOLDER Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Wisata Pantai Gondoriah Pariaman BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 67

14 i DAFTAR TABEL 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Pariaman Tahun Penelitian Terdahulu Alat Analisis dan Kebutuhan Data untuk Penelitian Persepsi Multi Stakeholder Kriteria Kepentingan Stakeholder Analisis Stakeholder Objek Wisata Pantai Gondoriah Karakteristik Pengunjung di Kawasan Wisata Pantai Godoriah Tahun Karakteristik Responden Unit Usaha di Kawasan Wisata Pantai Gondoriah Tahun Karakteristik Responden Tenaga Kerja di Kawasan Wisata Pantai Gondoriah Tahun Karakteristik Responden Masyarakat Lokal di Kawasan Pantai Gondoriah Tahun Responden Key Person di Kawasan Wisata Pantai Gondoriah Tahun Persepsi Multi Stakeholder terhadap Kondisi Kegiatan dan Kualitas Sumberdaya di Wisata Pantai Gondoriah Tahun Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung di Kawasan Pantai Gondoriah Tahun Proporsi Pendapatan Pemilik Unit Usaha di Kawasan Pantai Gondoriah Tahun Dampak Ekonomi Langsung di Kawasan Pantai Gondoriah Tahun Pengeluaran Unit Usaha di Kawasan Pantai Gondoriah Tahun Dampak Ekonomi Tidak Langsung di Kawasan Wisata Pantai Gondoriah Tahun Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal di Kawasan Pantai Gondoriah Tahun Dampak Ekonomi Lanjutan di Kawasan Wisata Pantai Gondoriah Tahun Nilai Efek Pengganda dari Arus Uang yang Terjadi di Pantai Gondoriah Identifikasi Stakeholder Pengelolaan Objek Wisata Pantai Gondoriah... 45

15 ii DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder dalam Pengelolaan Objek Wisata Pantai Gomdoriah Struktur Pengelolaan Wisata Pantai Gondoriah Pemetaan Stakeholder dalam Pengelolaan Objek Wisata Pantai Gondoriah DAFTAR LAMPIRAN 1. Proporsi Pengeluaran Pengunjung Pantai Gondoriah Pengeluaran Unit Usaha di Pantai Gondoriah Pendapatan Tenaga Kerja Lokal di Pantai Gondoriah Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal di Pantai Gondoriah Persepsi Multi Stakeholder terhadap Fasilitas, Kondisi Sosial dan Aksesibilitas di Kawasan Wisata Pantai Gondoriah Tahun Persepsi Multi Stakeholder terhadap Kondisi Lingkungan di Kawasan Pantai Gondoriah Foto Hasil Pengamatan Lapang Wisata Pantai Gondoriah Peta Lokasi Wisata Pantai Gondoriah... 66

16 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara. Pengembangan pariwisata berpengaruh positif terhadap penerimaan suatu daerah ataupun suatu negara. Penerimaan tersebut didapat dari besarnya pengeluaran wisatawan selama melakukan kegiatan wisata di suatu daerah atau negara (Riska, 2013). Pengembangan wisata juga penting khususnya bagi sejumlah negara berkembang untuk mendukung ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat sekitar (Ekayani dan Nuva, 2013). Perkembangan aktifitas wisata di suatu wilayah akan meningkatkan peluang usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat berupa penyediaan berbagai jasa yang terdapat di daerah wisata. Hal tersebut akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, restoran, warung, pedagang asongan, pemandu wisata dan sebagainya. Peluang tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja sekaligus dapat menambah pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangga (Soeriaatmadja 1997 dalam Hamidah 2006). Wisata bahari merupakan salah satu contoh wisata alam yang juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Salah satu negara yang memiliki potensi bahari adalah Indonesia. Hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang km serta memiliki potensi pesisir dan lautan yang sangat besar (BIG, 2012). Salah satu lokasi dengan potensi bahari yang besar berada di Pariaman, Sumatera Barat. Kondisi geografis yang unik dengan pantai yang membujur puluhan kilometer dari Ulakan hingga Tanjung Mutiara menjadikan Kota Pariaman sebagai salah satu tujuan utama wisata pantai bagi masyarakat Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan ke Pariaman dari Tahun Peningkatan yang signifikan tejadi

17 2 antara tahun , karena adanya pembenahan terhadap objek wisata di Kota Pariaman dengan penambahan beberapa fasilitas dan melakukan promosi wisata secara besar-besaran mengingat Pariaman memiliki potensi wisata yang besar. Peningkatan jumlah kunjungan yang signifikan juga disebabkan oleh pendataan yang kurang akurat yang terjadi pada tahun Pantai yang berada di Pariaman meliputi pantai Gondoriah, Pantai Kata, dan Pantai Cermin. Kota Pariaman selain memiliki bentang alam yang indah juga memiliki potensi seni dan budaya yang dapat dikembangkan untuk pariwisata. Potensi seni dan budaya yang dimiliki berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam yang dimiliki. Tabel 1. Jumlah kunjungan wisatawan ke Pariaman Tahun Tahun Jumlah Kunjungan wisatawan Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman, 2013 Pantai Gondoriah merupakan salah satu pantai di Sumatera Barat yang landai dengan gugusan pulau-pulau kecil. Setiap akhir pekan pantai ini menjadi salah satu tujuan yang paling sering dikunjungi. Berbagai kegiatan wisata yang ditawarkan diantaranya kegiatan wisata aktif (berselancar, berenang, permainan pantai, panggung hiburan, atraksi wisata budaya dan daya tarik wisata lainnya), dan juga kegiatan wisata pasif (menikmati panorama pantai). Wisatawan yang berkunjung ke pantai ini dapat menikmati hidangan khas yang disebut nasi sek, yaitu nasi yang dibungkus dengan daun pisang beserta makanan laut lainnya. Dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata merupakan perubahan yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut terhadap kondisi masyarakat, seperti peningkatan atau penurunan penerimaan masyarakat, perluasan lapangan

18 3 pekerjaan dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Penelitian yang mempelajari seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata bahari baik postif atau negatif di Pantai Gondoriah belum pernah dilakukan sebelumnya. Selain dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat lokal, persepsi multi stakeholder terhadap kondisi kegiatan dan sumberdaya alam serta pengelolaan objek wisata akan menjadi informasi penting bagi pemerintah. Informasi tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan untuk pengembangan dan pengelolaan wisata Pantai Gondoriah kedepannya agar dapat lebih baik. 1.2 Perumusan Masalah Pantai Gondoriah memiliki potensi yang besar sebagai objek wisata alam. Potensi ini didukung dengan letaknya yang strategis serta mudahnya akses menuju lokasi. Keindahan panorama alam yang dimiliki harus dipertahankan agar pengunjung yang datang merasa nyaman untuk berkunjung. Penyelenggaraan festival budaya tabuik di Pantai Gondoriah setiap tahunnya menjadi daya tarik utama objek wisata alam ini. Akses menuju lokasi wisata Pantai Gondoriah didukung dengan kereta api yang melayani penumpang dari Kota Padang hingga Pariaman, sehingga menjadikan Pantai Gondoriah ramai dikunjungi wisatawan khususnya pada akhir pekan. Semakin banyaknya pengunjung yang datang ke Pantai Gondoriah akan mendatangkan dampak ekonomi. Kegiatan Pengunjung di dalam kawasan akan mendorong terciptanya transaksi ekonomi. Transaksi tersebut dapat menimbulkan dampak pengganda bagi sektor ekonomi di kawasan wisata. Dampak ekonomi memiliki keterkaitan dengan perekonomian masyarakat lokal sehingga hal ini perlu dikaji. Masyarakat di daerah pesisir pada umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan dengan pendapatan menengah ke bawah, sehingga dibutuhkan alternatif pekerjaan lain untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Adanya kegiatan wisata ini diharapkan dapat membantu meningkatkan penerimaan masyarakat lokal. Pengunjung Pantai Gondoriah tidak dikenakan biaya untuk memasuki kawasan wisata sehingga pengelola tidak dapat mengontrol tingkat kunjungan wisatawan yang dapat melebihi daya dukung lingkungan. Besarnya jumlah

19 4 kunjungan tersebut selain dapat memberikan dampak positif terhadap ekonomi juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, diperlukan penilaian terhadap kondisi sumberdaya alam di Pantai Gondoriah dengan melihat persepsi dari beberapa pihak, sehingga dampak dari kegiatan wisata terhadap sumberdaya alam dapat diketahui dan sebagai masukan untuk pengelolaan yang lebih baik. Pengelolaan objek wisata pantai Gondoriah diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman yang bekerjasama dengan beberapa lembaga pemerintah dan non pemerintah. Pihak-pihak yang terlibat di dalam pengelolaan tersebut perlu dilihat tingkat pengaruh dan kepentingannya untuk melihat pihak mana yang terlibat secara langsung dan tidak langsung di dalam merumuskan kebijakan, sehingga bisa diketahui pengelolaan wisata di Pantai Gondoriah sudah baik atau belum. Peranan dari semua pihak diperlukan agar kepuasan pengunjung yang berwisata ke Pantai Gondoriah terus meningkat, sehingga akan mendatangkan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian tersebut beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi multi stakeholder terhadap kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya alam di Pantai Gondoriah? 2. Bagaimana dampak kegiatan objek wisata pantai Gondoriah terhadap perekonomian masyarakat sekitar? 3. Bagaimana tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam mengelola objek wisata pantai Gondoriah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengindentifikasi persepsi multi stakeholder terhadap kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya alam di Pantai Gondoriah? 2. Menganalisa dampak kegiatan objek wisata Gondoriah terhadap perekonomian sekitar.

20 5 3. Mengidentifikasi tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam mengelola objek wisata pantai Gondoriah. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pantai Gondoriah yang terletak di Pariaman Sumatera Barat. Persepsi terhadap kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya alam saat ini di Pantai Gondoriah penilaiannya diberikan oleh responden pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja, key person dan masyarakat lokal. Pengunjung yang akan menjadi responden adalah wisatawan nusantara baik yang berkelompok maupun individu. Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal yang berada di sekitar Pantai Gondoriah. Analisis stakeholder yang dilakukan pada penelitian ini hanya melihat tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam mengelola wisata Pantai Gondoriah untuk melihat pengelolaan di Pantai Gondoriah sudah baik atau belum yang dapat dilihat dari peranan masing-masing pihak terkait pengelolaan wisata di Pantai Gondoriah.

21 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Bahari Secara umum pengertian pariwisata merupakan perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana biasanya hidup dan bekerja termasuk juga usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut seperti usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, informasi pariwisata), usaha sarana dan prasarana (akomodasi, rumah makan, angkutan wisata) dan usaha-usaha yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pariwisata itu meliputi beberapa jenis, salah satunya adalah wisata bahari (Burkart dan Medik, 1987). Wisata bahari merupakan salah satu dari jenis wisata yang telah dikenal saat ini. Wisata bahari adalah jenis pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan laut. Wisata bahari banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air dengan memanfaatkan danau, sungai, pantai, teluk atau laut lepas seperti untuk kegiatan jet sky, berenang, menyelam ataupun menikmati pemandangan bawah laut. Menurut Sastrayudha (2010) rencana pengembangan kawasan bahari harus dikaitkan dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi obyektif wilayahnya, oleh karena itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari hendaknya dimulai pendekatan terhadap masyarakat setempat. 2.2 Pendukung Jasa Wisata Menurut Damanik dan Weber (2006) kelompok pendukung jasa wisata adalah kelompok usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu. Kelompok pendukung pariwisata tersebut terdiri dari:

22 7 a. Pemerintah Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan peruntukkan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Selain itu pemerintah bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan peran masing-masing. b. Masyarakat lokal Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya mereka yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Masyarakat lokal ini sering kali sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu, peran mereka terutama tampak dalam bentuk penyediaan tenaga kerja. Selain itu masyarakat lokal juga memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan wisata. c. Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga pemerintah non lokal, regional dan internasional yang melakukan kegiatan di kawasan wisata sebelum pariwisata berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan yang biasanya dilakukan berhubungan dengan konservasi dan regulasi kepemilikan serta pengusahaan sumberdaya alam setempat. Selain itu, organisasi non pemerintah ini juga melakukan kerjasama dengan masyarakat. 2.3 Dampak Ekonomi Pariwisata Suatu kawasan wisata yang relatif kecil cenderung tidak memperhitungkan dampak ekonomi secara luas sehingga dampak penerimaan devisa dan pendapatan daerah tidak diperhitungkan. Dampak yang diperhitungkan dalam analisis dapat dilihat dari aspek pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, harga-harga, distribusi manfaat, kepemilikan dan kontrol serta pembangunan sekitar kawasan wisata.

23 8 Menurut Vanhove (2005), dampak ekonomi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak langsung (direct), tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Dampak langsung yang bersifat positif adalah nilai dari pengeluaran wisatawan dikurangi impor untuk penyediaan produk dan jasa pada front-line bisnis. Dampak tidak langsung (indirect) adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Dampak lanjutan (induced) adalah perubahan dalam kegiatan ekonomi yang dihasilkan dari pengeluaran rumah tangga dari pendapatan yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari wisata. Dampak lanjutan ini misalnya seperti pegawai restoran atau parkir yang didukung secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata. Mereka membelanjakan pendapatannya untuk perumahan, transportasi, makanan dan kebutuhan lainnya di daerahnya. Dampak ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun lanjutan, yang masing-masing dapat diukur sebagai keluaran bruto (gross output) atau penjualan (sales), penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai tambah (value added). Pengeluaran pengunjung di suatu komunitas dapat menghasilkan efek ganda melebihi efek asli dari pendapatan tersebut. Kenyataannya dampak pengganda meningkat oleh bisnis lokal, rumah tangga serta pembelian barang dan jasa. Pengganda (multiplier) adalah angka yang menunjukkan meringkas efek pengeluaran baik langsung ataupun tidak langsung. Wisatawan yang berkunjung ke suatu wilayah pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama berkunjung. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetap berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain selama periode tertentu (Yoeti, 2008). 2.4 Dampak Pariwisata terhadap Lingkungan Fisik Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi lingkungan alam (flora, fauna, bentangan alam dan gejala alam) dan lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, dan peninggalan

24 9 sejarah). Lingkungan fisik merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan fisik tersebut rapuh dan tak terpisahkan (Ismayanti, 2010). Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk memelihara dan melindungi alam guna keberlangsungan pariwisata. Hubungan pariwisata tidak selamanya saling menguntungkan, sehingga dibutuhkan suatu upaya konservasi, apresiasi dan pendidikan, tetapi kenyataannnya ada hubungan yang justru menimbulkan konflik. Ismayanti (2010) menjelaskan ketidaklarasan lingkungan fisik dan pariwisata terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi di antaranya: 1. Sifat dari pariwisata Sifat tidak dapat dipisahkan menjadi faktor penting yang menimbulkan manfaat dan beban pariwisata terhadap lingkungan fisik. 2. Sifat dari daerah tujuan wisata (lingkungan alam) Konsentrasi ruang untuk kegiatan pariwisata dapat menimbulkan tekanan pada lingkungan alam karena sifat lingkungan alam yang rapuh. 3. Jenis aktivitas wisata Beberapa aktivitas wisata mengeksploitasi lingkungan fisik secara berlebih yang semata-mata dilakukan untuk memenuhi kebutuhan wisata. 4. Dimensi waktu Secara teoritis, sifat musiman dari pariwisata memberikan manfaat bagi lingkungan alam karena ketika musim sepi pengunjung, lingkungan fisik dapat dipulihkan dari tekanan kunjungan wisata. 2.5 Pengembangan Kelembagaan Pembentukan kelembagaan dalam masyarakat tidak terlepas dari peranan individu, kelompok, atau pemerintah. Lembaga-Iembaga yang hidup dalam masyarakat ada yang bersifat orisinil (kelembagaan informal) yang bersumber dari adat istiadat atau kebiasaan yang turun temurun, dan ada pula yang tercipta baik dari dalam maupun dari luar masyarakat itu sendiri (kelembagaan formal). Kelembagaan formal maupun informal tersebut sangat berperan sekali dalam pembangunan. Kedua lembaga ini selalu mempengaruhi berbagai kegiatan sosial

25 10 ekonomi masyarakat, dan sering dijadikan sebagai pilihan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, apabila partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan, maka penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat adalah merupakan suatu syarat pokok (Daryanto, 2004). Adanya kelembagaan dalam pengelolaan suatu objek wisata dapat menjadikan objek wisata tersebut terus berkembang dan berkelanjutan. Selain itu dengan pengelolaan yang baik menjadikan objek wisata memiliki nilai ekonomi yang lebih baik. Hal itu berdampak pada beberapa aspek pendukung seperti sosial dan lingkungan menjadi lebih lestari dan terjaga keberadaannya. Kelembagaan yang bersifat dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan objek wisata menjadikan suatu kebutuhan dalam pengelolaan objek wisata. 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian untuk menilai persepsi dari multi stakeholder terhadap kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya alam saat ini, mengukur dampak ekonomi dari kegiatan wisata terhadap pendapatan masyarakat lokal, dan mengidentifikasi tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penelitian terdahulu No Nama Judul Hasil Penelitian 1 Wijayanti (2009) Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta 1. Dampak ekonomi dari pengeluaran wisatawan lebih tanggi di P. Untung Jawa dibandingkan di P. Pramuka 2. Multiplier Income di P. Untung Jawa: -Lokal Income Multiplier : 1,85 -Ratio Income Multiplier tipe 1 : 1,47 -Ratio Income Multiplier tipe 2 : 1,94 3. Multiplier Income di P. Pramuka: -Lokal Income Multiplier : 1,16 -Ratio Income Multiplier tipe 1 : 1,40 -Ratio Income Multiplier tipe 2 : 1,78 4. Nilai manfaat jasa lingkungan: -P. Untung Jawa = Rp 719,3 milyar/tahun -P. Pramuka = Rp 23,1 milyar/tahun 5. Stakeholder primer di P. Untung Jawa adalah Bappekab, Sudin Pariwisata, Sudin UKM dan Koperasi 6. Stakeholder primer di P. Pramuka adalah Bappekab, Sudin Pariwisata, Sudin UKM dan Koperasi, TNLKS dan LSM

26 11 No Nama Judul Hasil Penelitian 2 Leri (2011) 3 Rajasenan et al (2012) 4 Daryanto (2004) Dampak Pengeluaran Wisatawan terhadap Perkembangan Sektor Ekonomi di Provinsi Bali Aspek-aspek Sosial- Ekonomi Masyarakat Setempat pada Pengembangan Ekowisata di Kerala Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi Masyarakat sebagai Modal Sosial Pembangunan 1. Koefisien output multiplier tipe I tertinggi adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan koefisien 1, Koefisien output multiplier tipe II yang memiliki koefisien tertinggi adalah sektor peternakan dan perikanan sebesar 2, Koefisien income multiplier tipe I yang tertinggi adalah sektor industri makanan dan tembakau yaitu 1, Koefisien income multiplier tipe II yang tertinggi adalah sektor jasa sosial dan kemasyarakatan yaitu 2, Dampak yang ditimbulkan akibat kenaikan konsumsi wisatawan sebanyak 15 persen akan mampu meningkatkan pertumbuhan output perekonomian Bali sebesar 6,07 persen 6. Dampak yang ditimbulkan akibat penurunan konsumsi wisatawan sebanyak 10 persen akan menurunkan pertumbuhan output pariwisata Bali secara keseluruhan sebesar 4,05 persen. 1. Ekowisata telah membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah ekowisata 2. Diperlukan kebijakan yang mendukung berkembangnya daerah ekowisata di Kerala sehingga memungkinkan ekowisata Kerala sebagai tujuan wisata penting dalam peta pariwisata dunia 1. Pengembangan kelembagaan (pranata) sosial ekonomi baik itu yang bersifat formal maupun informal mutlak dilaksanakan untuk mendukung pemenuhan modal sosial dalam pembangunan 2. Perlu dilakukan upaya selalu memperkuat kelembagaan sosial ekonomi masyarakat sebagai modal sosial dalam pembangunan, dimana untuk menciptakan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara - Perbaikan struktur dan fungsi kelembagaan masyarakat - Pemanfaatan informasi dan teknologi yang berimbang - Peningkatan program-program pendidikan dan pelatihan secara berkelompok - Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana aktifitas kelembagaan Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu, yaitu penelitian ini selain melihat dampak ekonomi juga melihat tingkat pengaruh dan kepentingan dari stakeholder di dalam pengelolaan objek wisata. Tingkat pengaruh dan kepentingan perlu dikaji untuk melihat apakah wisata Pantai Gondoriah sudah dikelola dengan baik, sehingga dapat meningkatkan dampak ekonomi masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam Pantai Gondoriah.

27 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis akan menjelaskan teori mengenai multiplier effect dan kebocoran ekonomi Multiplier Effect Kegiatan Wisata Keunikan pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda (multiplier effect) dari pariwisata terhadap ekonomi (ismayanti 2010). Pariwisata memberikan pengaruh tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan industri pariwisata, tetapi juga industri yang tidak langsung tekait dengan industri pariwisata. Analisis dampak ekonomi kegiatan wisata terkait dengan elemen-elemen penghasilan, penjualan dan tenaga kerja di daerah kawasan wisata yang terjadi akibat kegiatan pariwisata. Dampak ekonomi kegiatan pariwisata terhadap masyarakat lokal dapat diukur dengan dua tipe pengganda, yaitu (META, 2001): 1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced) Kebocoran Ekonomi (Economic Leakages) Berdasarkan perhitungan perspektif ekonomi yang akurat, sumbangan pariwisata ke masyarakat adalah jumlah dari keseluruhan pengeluaran wisatawan yang diperoleh dari ekonomi lokal, tingkat penggunaan tenaga kerja dan pemerataan distribusi dari keuntungan ekonomi. Selain permintaan tambahan yang dihasilkan dari pengeluaran langsung oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, lapangan kerja dan pemasukan yang ditimbulkan oleh perputaran uang disebut sebagai efek berganda (Yoeti, 2008). Kebocoran ekonomi wisata disebabkan oleh uang yang dibelanjakan wisatawan setelah diterima orang-orang pada transaksi pertama, kedua dan

28 13 seterusnya yang tidak dibelanjakan dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan perekonomian setempat. Menurut (Yoeti, 2008) ada beberapa bentuk kebocoran ekonomi wisata itu antara lain: 1. Sebagian uang yang diterima ditabung (saving) untuk keperluan berjaga-jaga untuk kebutuhan di waktu yang akan datang. 2. Ada sebagian uang yang diterima itu digunakan untuk membiayai keperluan impor barang-barang di luar negeri. 3. Ada sebagian uang itu yang dibayarkan kepada orang-orang asing yang bekerja di sektor pariwisata, setelah diterima langsung ditransfer ke negara asalnya. 4. Ada sebagian dari uang itu digunakan untuk mengimpor keperluan hotel di luar negeri. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kegiatan wisata Pantai Gondoriah memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat, pelaku usaha dan pengunjung. Keberadaan wisata Pantai Gondoriah secara langsung ataupun tidak langsung memberikan dampak positif terhadap masyarakat lokal. Masyarakat lokal yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan umumnya memiliki pendapatan rendah, sehingga membutuhkan alternatif pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pantai Gondoriah merupakan salah satu pantai yang memiliki potensi pariwisata yang besar. Akses menuju Pantai Gondoriah cukup mudah, karena letaknya yang strategis dan dilewati oleh kereta api dari Padang. Pantai Gondoriah lebih banyak dikunjungi pada akhir pekan karena objek wisata ini sangat cocok sebagai tujuan wisata keluarga. Banyak keindahan yang ditawarkan oleh Pantai Gondoriah seperti pemandangan ketika sunset dan kuliner khas yang ditawarkan oleh penduduk lokal. Semakin berkembangnya kawasan wisata Pantai Gondoriah akan semakin meningkatkan jumlah kunjungan ke kawasan wisata tersebut yang diiringi dengan peningkatan jumlah unit usaha, sehingga dapat memberikan dampak secara ekonomi terhadap pendapatan masyarakat lokal. Pengunjung yang datang berkunjung ke Pantai Gondoriah akan mengeluarkan beberapa biaya seperti biaya transportasi, konsumsi, parkir dan biaya lainnya. Biaya-biaya yang dikeluarkan

29 14 oleh pengunjung dapat memberikan dampak ekonomi yang dapat dihitung menggunakan analisis multiplier. Peningkatan jumlah kunjungan ke objek wisata selain dapat menimbulkan dampak ekonomi, juga dapat menimbulkan penurunan kualitas sumberdaya alam di lokasi wisata Pantai Gondoriah. Penurunan kualitas sumberdaya tersebut dapat disebabkan karena pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah tidak memperhatikan kelestarian sumberdaya alam yang ada sehingga dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan di kawasan tersebut. Pengelolaan Pantai Gondoriah tidak terlepas dari peranan beberapa pihak, dimana pihak tersebut memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan yang berbedabeda. Analisis tingkat pengaruh dan kepentingan dilakukan untuk mengetahui pengelolaan wisata di Pantai Gondoriah sudah optimal atau belum. Persepsi pihak yang terlibat terhadap kondisi kegiatan wisata saat ini dan sumberdaya alam di Pantai Gondoriah juga perlu diketahui, sehingga dapat dijadikan informasi di dalam pengambilan keputusan di dalam mengembangkan wisata Pantai Gondoriah yang diinginkan oleh berbagai pihak. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

30 15 Pendapatan masyarakat rendah Objek wisata Pantai Gondoriah Pariaman Potensi wisata Pantai Gondoriah Peningkatan jumlah kunjungan ke objek wisata Pantai Gondoriah Potensi ekonomi Perkembangan usaha masyarakat sekitar Pantai Gondoriah Potensi penurunan kualitas sumberdaya pantai Pengelolaan wisata Pantai Gondoriah Dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar Tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder Analisis deskriptif dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah Persepsi pihak terkait terhadap kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya alam saat ini Keynesian multiplier Analisis stakeholder Analisis deskriptif dan skala likert Direct Indirect Induced Pengelolaan baik /tidak baik Kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya Pantai Gondoriah Pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah yang dapat meningkatkan dampak ekonomi dan tetap memperhatikan lingkungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

31 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Pantai Gondoriah yang berlokasi di kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Pantai Gondoriah merupakan tempat diselengarakannya pertunjukan budaya di Pariaman setiap tahunnya (Dinas Budaya dan Pariwisata, 2013). Masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Gondoriah memiliki alternatif pekerjaan dengan membuka usaha di sekitar lokasi. Panorama alam yang indah, menjadikan Pantai Gondoriah salah satu objek wisata favorit bagi masyarakat Pariaman dan Sumatera Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April Jenis dan Sumber data Pengumpulan data diperoleh melalui survey lapangan dengan wawancara kepada responden dengan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan kepada pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja yang ditemui pada saat penelitian. Jumlah responden untuk pengunjung Pantai Gondoriah adalah 100 orang. Selain itu, jumlah responden untuk unit usaha sebanyak 30 responden unit usaha, dimana unit usaha tersebut sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, dan untuk tenaga kerja lokal sebanyak 30 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang diolah secara kuantitatif atau kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang diperlukan adalah bagaimana persepsi multi stakeholder (mengenai kondisi kegiatan dan sumberdaya alam saat ini), data pengeluaran pengunjung, keterlibatan masyarakat lokal dan tingkat pengaruh dan kepentingan dari masing-masing stakeholder. Data sekunder diperlukan untuk mengetahui keadaan umum lokasi kawasan wisata (letak, sejarah, luas dan potensi pantai). Data sekunder ini diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman dan Badan Pusat Statistik (BPS) dan penelurusan dengan internet.

32 Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh (responden) pada penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian. Metode yang digunakan adalah non-probability sampling. Hal ini disebabkan karena setiap anggota populasi tidak diberikan peluang atau kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Responden dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria dari responden pengunjung dapat dilihat berdasarkan tipe keluarga, cara kedatangan dan daerah asal pengunjung. Kriteria untuk responden unit usaha yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata seperti kios makanan, pedagang asongan, dan jenis unit usaha lain. Pengambilan contoh responden tenaga kerja berdasarkan keterwakilan dari masing-masing jenis unit usaha. Sementara itu, pertimbangan kriteria untuk masyarakat adalah masyarakat lokal yang merasakan langsung aktifitas kegiatan wisata. Responden key person dipilih dari instansi yang dianggap memiliki informasi penting terkait penelitian. 4.4 Metode Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif. Metode analisis data dalam penelitian disajikan dalam bentuk matrik. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 3.

33 18 Tabel 3. Alat analisis dan kebutuhan data untuk penelitian No. Tujuan Penelitian Alat Analisis 1 Mengkaji persepsi Analisis multi stakeholder Deskriptif terhadap kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya alam saat ini di objek wisata pantai Gondoriah 2 Menganalisa dampak kegiatan objek wisata terhadap perekonomian masyarakat sekitar 3 Mengidentifikasi tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam mengelola objek wisata Pantai Gondoriah Multiplier Effect & Deskriptif Analisis stakeholder Variabel yang akan diukur - Kondisi fasilitas - Kondisi akses menuju dan dalam lokasi - Kondisi sosial - Kondisi lingkungan - pengeluaran pengunjung - pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja dan unit usaha - peran masingmasing stakeholder - tingkat pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder Jenis Primer Primer Primer Sumber Multi stakeholder objek wisata pantai Gondoriah Multi stakeholder objek wisata pantai Gondoriah Stakeholder yang terkait 4.5 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif, multiplier effect serta analisis stakeholder Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi persepsi multi stakeholder terhadap kondisi kegiatan wisata dan sumberdaya alam saat ini di wisata pantai Gondoriah. Identifikasi perlu dilakukan agar informasi dapat dijadikan acuan atau rekomendasi dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Gondoriah agar dapat lebih baik dan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. Persepsi multi stakeholder terhadap kondisi kegiatan wisata saat ini dilihat dari kondisi fasilitas wisata, kondisi sosial dan aksesbilitas. Sedangkan untuk kondisi sumberdaya alam saat ini dinilai dari kebersihan, kualitas udara, kondisi pantai, dan panorama alam. Persepsi dapat diukur dengan menggunakan skala likert mulai dari skala terendah dengan nilai 0, sangat buruk deberi nilai 1, buruk diberi nilai 2, sedang diberi nilai 3, baik diberi nilai 4, dan sangat baik diberi nilai 5 (Riduwan, 2007).

34 19 Tabel 4. Persepsi multi stakeholder No. Keterangan Alat Analisis 1 Persepsi fasilitas dan Deskriptif aksesbilitas Data Jenis Penilaian Data penilaian pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja 2 Persepsi Kondisi Sosial Deskriptif Data penilaian pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja 3 Persepsi Kondisi sumberdaya alam Deskriptif Data penilaian pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, key person dan masyarakat lokal Indikator persepsi multi stakeholder terhadap fasilitas: Sangat baik Baik Sedang Buruk Primer Sangat baik = 5 Baik = 4 Sedang = 3 Buruk = 2 Sangat buruk = 1 Tidak tersedia = 0 Primer Sangat baik = 5 Baik = 4 Sedang = 3 Buruk = 2 Sangat buruk = 1 Primer Sangat baik = 5 Baik = 4 Sedang = 3 Buruk = 2 Sangat buruk = 1 = Fasilitas (mushola, toilet, tempat sampah, warung makan, kios cenderamata) yang terdapat pada objek wisata Pantai Gondoriah telah tersedia dengan lokasi yang strategis dan tidak terdapat kerusakan. = Fasilitas (mushola, toilet, tempat sampah, warung makan, kios cenderamata) telah tersedia dengan lokasi yang strategis dan terdapat sedikit kerusakan. = Fasilitas (mushola, toilet, tempat sampah, warung makan, kios cenderamata) telah tersedia dengan lokasi yang sulit dijangkau dan terdapat sedikit kerusakan. = Fasilitas (mushola, toilet, tempat sampah, warung makan, kios cenderamata) tersedia dalam jumlah yang terbatas, lokasi yang sulit dijangkau dan terdapat kerusakan. Sangat buruk = Fasilitas (mushola, toilet, tempat sampah, warung makan, kios cenderamata) tersedia dalam jumlah yang terbatas, lokasi sulit dijangkau, dan fasilitas tidak dapat digunakan lagi Tidak tersedia = Fasilitas (mushola, toilet, tempat sampah, warung makan, kios cenderamata) yang terdapat pada objek wisata Pantai Gondoriah tidak tersedia.

35 20 Analisis awal yang dilakukan adalah mendeskriptifkan data yang diperoleh dengan mempresentasikan hasil tersebut dan diinterpretasikan Multiplier Effect Menurut Marine Ecotourism for Atlantic Area (META, 2001), analisis terhadap dampak ekonomi kegiatan wisata akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata. Kelompok pertama adalah unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat dicipakan oleh unit usaha tersebut (full time, par time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor dan pajak, (4) tipe dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah dan (5) rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan dampak langsung dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan. Kelompok kedua adalah jasa tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha saat ini, (5) pelatihan atau kursus yang pernah diikuti. Dari data tersebut diperoleh estimasi mengenai efek tidak langsung dari pengeluaran pengunjung. Keseluruhan dari informasi responden maka akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana yang memberikan manfaat langsung, manfaat tidak langsung, dan manfaat induced. Data tersebut didapatkan melalui wawancara dengan unit usaha dan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Unit usaha dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan skala usaha yang dimiliki yaitu unit usaha skala besar, skala menengah dan skala kecil. Setiap skala unit usaha dan tenaga kerja diambil contoh

36 21 responden yang dapat mewakili total populasi unit usaha dan tenaga kerja yang terlibat. Menurut (META, 2001) untuk mengukur dampak ekonomi kegiatan wisata di tingkat lokal, terdapat dua tipe pengganda secara matematis dirumuskan: Keynesian Income Multiplier = Ratio Income Multiplier, Tipe I = Ration Income Multiplier,Tipe II= (4.1) (4.2)...(4.3) Dimana: E = tambahan pengeluaran pengunjung (Rp) D = pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N = pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp) U = pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp) Analisis Stakeholder Analisis Stakeholder dilakukan terkait dengan pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Pantai Gondoriah di Kota Pariaman, Sumatera Barat. Stakeholder atau aktor adalah orang/lembaga/organisasi yang berperan dalam pengelolaan kawasan wisata. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui siapa saja, apa peran, dan bagaimana pelaksanaan tugas dari setiap stakeholder yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata tersebut. Setiap stakeholder berperan penting dalam merumuskan suatu kebijakan, namun masing-masing stakeholder memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang berbeda. Maka dari itu, analisis stakeholder dalam penelitian ini perlu dilakukan. Analisis stakeholder diperlukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi stakeholder berdasarkan kepentingannya dalam kaitannya dengan isu atau sumberdaya yang ada. Tahapan analisis stakeholder menurut Ramirez (1999) dalam Siregar (2012): 1. Identifikasi stakeholder 2. Membuat tabel stakeholder, yang berisi informasi mengenai: a. Daftar stakeholder b. Kepentingan stakeholder, yaitu motif dan perhatiannya pada kebijakan. Untuk melihat tingkat kepentingan aktor digunakan skala likert, yaitu antara 1 sampai 5, dimana; 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = cukup tinggi;

37 22 2 = kurang tinggi; 1 = rendah. Indikator tinggi dilihat dari seberapa penting pengelolaan kawasan wisata terhadap masing-masing stakeholder. Tabel 5. Kriteria kepentingan stakeholder Skor Kriteria Keterangan 5 sangat tinggi Memiliki kepentingan yang sangat tinggi didalam pengelolaan wisata. 4 Tinggi memiliki kepentingan yang tinggi didalam pengelolaan wisata 3 cukup tinggi memiliki kepentingan yang cukup tinggi didalam pengelolaan wisata 2 kurang tinggi memiliki kepentingan yang kecil didalam pengelolaan wisata 1 Rendah tidak memiliki kepentingan dalam pengelolaan wisata c. Tingkat pengaruh stakeholder. Pengaruh stakeholder mengacu pada tiga aspek yang dimiliki stakeholder, yaitu aspek sumber daya manusia (SDM), finansial, dan politik. Tabel 6. Analisis stakeholder objek wisata Pantai Gondoriah Kriteria Evaluasi Keputusan Kekuatan Stakeholder Kepentingan Sikap S F P Pengaruh Total Tingkat Keterlibatan Keterlibatan 3. Selanjutnya dibuat pemetaan aktor grid untuk mengetahui tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder serta posisi stakeholder apakah masuk pada kategori subjek, pemain, penonton, atau aktor. Kepentingan Tinggi A Kuadran A C Kuadran C Rendah B Kuadran B BB D Kuadran D Tinggi Pengaruh Gambar 2. Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder dalam pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah

38 23 Kuadran A (subjek) menunjukkan kelompok aktor yang memiliki kepentingan yang tinggi terhadap kegiatan tetapi rendah pengaruhnya. Kuadran B (pemain) merupakan kelompok aktor yang memiliki derajat pengaruh dan kepentingan yang tinggi untuk mensukseskan kegiatan. Kuadran C ( penonton) merupakan kelompok aktor yang rendah pengaruh dan kepentingannya. Kuadran D (aktor) merupakan aktor yang terpengaruh tetapi rendah kepentingan dalam tujuan dan hasil kebijakan. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholder beserta pengaruh dan kepentingannya dalam pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah. Stakeholder yang dipilih dilihat dari keterlibatannya di dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah. Hal ini dilakukan untuk melihat pihak-pihak apa saja yang memiliki peranan di dalam mengelola objek wisata Pantai Gondoriah. Stakeholder dalam penelitian ini dibagi menjadi key person, masyarakat lokal, dan pelaku usaha. Key person terdiri dari lembaga pemerintah dan non pemerintah. Pemilihan responden key person berdasarkan pada informasi yang dimiliki oleh instansi terkait terhadap pengelolaan wisata Pantai Gondoriah.

39 V GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wisata pantai Gondoriah adalah objek wisata yang terletak di Kelurahan Pasir, Kecamatan Pariaman Tengah, Provinsi Sumatera Barat. Peta lokasi wisata Pantai Gondoriah dapat dilihat pada Lampiran 13. Secara administratif kawasan Pantai Gondoriah memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Batang Air Pauh Sebelah Barat : Samudera Hindia Sebelah Selatan : Pantai Cermin Sebelah Timur : Kampung Perak Aksesbilitas ke kawasan wisata Pantai Gondoriah mudah dicapai oleh pengunjung karena terletak di Pusat Kota Pariaman dan dengan kondisi jalan yang baik. Pengunjung yang ingin berwisata ke Pantai Gondoriah dapat menggunakan akses kendaraan umum seperti kereta api khusus untuk pengunjung yang berasal dari kota Padang, sedangkan pengunjung yang berasal dari luar Kota Pariaman dapat menggunakan angkutan umum dengan tujuan Kota Pariaman. Wisata Pantai Gondoriah menawarkan berbagai aktivitas wisata yang bisa dilakukan oleh individu atau keluarga, seperti wisata pantai dan wisata kuliner. Setiap hari Sabtu dan Minggu pengunjung akan dihibur oleh kesenian dan budaya dari Kota Pariaman seperti tarian atau lagu daerah. Pantai Gondoriah juga memiliki fasilitas wisata yang cukup lengkap seperti wahana permainan anak, pentas kesenian dan penginapan yang tidak jauh dari lokasi wisata, selain itu juga didukung oleh berbagai fasilitas seperti mushola yang nyaman, toilet yang bersih dan kapal kecil untuk aksesbilitas ke Pulau Angso. Kondisi Pantai yang bersih menimbulkan kenyamanan bagi pengunjung yang ingin berwisata. Pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang berkoordinasi dengan beberapa pihak baik lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintah. Lembaga non pemerintah terdiri dari LPM, PNPM pariwisata, pelaku usaha, masyarakat lokal, sedangkan lemabaga pemerintah terdiri dari dinas yang terkait. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berkoordinasi dengan LPM dan PNPM Pariwisata. LPM akan menjadi penghubung antara masyarakat lokal dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,

40 25 selain itu LPM juga akan berkoordinasi dengan PNPM dalam penyaluran dana bantuan. Dinas Koperasi dan Perdagangan akan memberikan pelatihan kepada UKM dan pemilik usaha primer. Struktur pengelolaan wisata Pantai Gondoriah dapat dilihat pada Gambar 3. Dinas Kebudayaan & Pariwisata BLH Dinas PU Dinas Perikanan & Kelautan Pol PP Polisi Dinas Kesehatan Wisata Pantai Gondoriah Masyarakat Lokal Pelaku Usaha (UKM dan Usaha Primer) LPM PNPM Pariwisata Dinas Koperasi & Perdagangan Gambar 3. Struktur pengelolaan wisata Pantai Gondoriah 5.2 Gambaran Umum Responden Responden dibagi atas lima kelompok yaitu pengunjung, tenaga kerja, unit usaha, masyarakat lokal, dan stakeholder. Gambaran umum mengenai karakteristik masing-masing responden dapat dijelaskan sebagai berikut: Karakteristik Responden Pengunjung Pengunjung yang datang ke kawasan wisata Pantai Gondoriah pada umumnya berasal dari berbagai golongan usia, profesi, dan daerah asal. Karakteristik tersebut diperoleh berdasarkan hasil survey terhadap 100 orang pengunjung. Gambaran karakteristik pengunjung dapat dilihat pada Tabel 7.

41 26 Tabel 7. Karakteristik pengunjung di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 No Karakteristik Frekuensi Presentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 45 45,00 Perempuan 55 55,00 Jumlah ,00 2 usia (tahun) , , , ,00 Jumlah ,00 3 Tingkat Pendidikan SD 3 3,00 SMP 10 10,00 SMA 53 53,00 D3 7 7,00 Sarjana 27 27,00 Jumlah ,00 4 Jenis Pekerjaan Buruh 1 1,00 IRT 9 9,00 Karyawan swasta 22 22,00 Pelajar/mahasiswa 18 18,00 Pns 18 18,00 Wiraswasta 32 32,00 Jumlah ,00 5 Pendapatan , , , ,00 > ,00 Jumlah ,00 6 Daerah Asal Kota/Kabupaten Pariaman 33 33,00 Kota Padang 51 51,00 Luar Pariaman 16 16,00 Jumlah ,00 7 Frekuensi Berkunjung 1-9 kali 84 84, kali 9 9, kali 3 3, kali 4 4,00 Jumlah ,00 8 Jenis kendaraan Kendaraan pribadi 46 46,00 Kendaraan carteran 6 6,00 Kendaraan umum 48 48,00 Jumlah ,00 Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Pengunjung yang berekreasi ke Pantai Gondoriah memiliki usia berkisar antara tahun. Hal tersebut karena kondisi Pantai Gondoriah dengan atraksi

42 27 wisata yang cocok untuk dijadikan tempat wisata oleh usia muda atau keluarga yang memiliki anak kecil. Tingkat pendidikan responden berdasarkan pendidikan formal terakhir yang dijalani memiliki proporsi yang bervariasi. Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah di tingkat SMA. Mayoritas jenis pekerjaan responden adalah wiraswasta dan yang paling sedikit responden memiliki pekerjaan sebagai buruh sisanya memiliki pekerjaan IRT, karyawan swasta, pelajar/mahasiswa dan PNS. Pendapatan dari responden pengunjung bervariasi dimulai dari pendapatan paling rendah sampai pendapatan yang paling besar berkisar antara Rp Rp Daerah asal pengunjung dibagi menjadi tiga yaitu yang berasal dari Kota /Kabupaten Pariaman, Kota Padang dan Luar Pariaman. Daerah asal pengunjung yang berasal dari luar pariaman terdiri dari beberapa daerah seperti Jambi, Bukittinggi, Padang Panjang, dan Agam. Responden pengunjung paling banyak berasal dari Kota Padang karena jarak yang tidak terlalu jauh dan akses yang mudah menuju Kota Pariaman dengan menggunakan kereta api. Karakteristik berwisata dari responden pengunjung dapat dibagi menjadi dua yaitu dilihat dari frekuensi berkunjung selama satu tahun terakhir dan dapat juga dilihat dari jenis kendaraan yang digunakan untuk berwisata ke Pantai Gondoriah. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat sebanyak 48% pengunjung melakukan kunjungan ke kawasan wisata lebih dari satu kali dan jenis kendaraan yang digunakan umumnya adalah kendaraan umum seperti kereta api. Hal ini berkaitan dengan pengunjung yang paling banyak berasal dari Kota Padang sehingga lebih banyak menggunakan kereta api dibandingkan dengan kendaraan umum. Sebanyak 46% pengunjung melakukan kunjungan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini dapat menyebabkan polusi udara yang berasal dari asap kendaraan, selain itu kendaraan tersebut juga membutuhkan tempat parkir yang lebih luas. Hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan alat transportasi yang nyaman bagi pengunjung, sehingga pengunjung lebih memilih menggunakan kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi Karakteristik Responden Unit Usaha Kegiatan wisata tidak lepas dari beberapa sektor pendukung seperti unit usaha. Unit usaha yang ada di Pantai Gondoriah bervariasi sesuai dengan jenis

43 28 barang dan skala dari usahanya. Proporsi pendapatan dari unit usaha beragam dimulai dari pendapatan tertinggi sampai dengan pendapatan terendah. Mayoritas unit usaha yang terdapat di Pantai Gondoriah memiliki pendapatan sebesar Rp Rp Hal ini karena jenis unit usaha yang dominan memiliki skala usaha kecil seperti warung tenda. Mayoritas unit usaha telah menjalankan usahanya dari 1-4 tahun lamanya. Hal ini disebabkan karena adanya penataan area untuk berjualan sehingga banyak pemilik unit usaha yang baru mendirikan usahanya. Responden dari unit usaha yang dijadikan sample sebanyak 30 orang dan hasil karakteristik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik responden unit usaha di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 No Karakteristik Frekuensi Presentase (%) 1 Pendapatan < , , ,00 > ,33 Jumlah ,00 2 Jenis Usaha Kios makanan 4 13,33 Warung tenda 9 30,00 Pedagang asongan 8 26,67 Souvenir 4 13,33 Wahana permainan 3 10,00 Sewa karpet 1 3,33 Toilet 1 3,33 Jumlah ,00 3 Lama Menjalankan Usaha 1-4 tahun 11 36, tahun 7 23, tahun 4 13, tahun 2 6, tahun 5 16,67 21 tahun 1 3,33 Jumlah ,00 Sumber: Data Primer, diolah (2013) Karakteristik Responden Tenaga Kerja Keberadaan wisata Pantai Gondoriah dapat memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat sekitar, salah satunya adalah dengan tercipta lapangan

44 29 pekerjaan baru bagi masyarakat yang berada di sekitar wilayah Pantai Gondoriah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden sebagian besar tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal yang bermukim di sekitar Pantai Gondoriah. Karakteristik tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik responden tenaga kerja di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 No Karakteristik Frekuensi Presentase 1 Jenis Kelamin Laki-Laki 17 56,67 Perempuan 13 43,33 Jumlah ,00 2 Usia (tahun) , , , ,67 Jumlah 100,00 3 Pendidikan SD 8 26,67 SMP 10 33,33 SMA 12 40,00 Jumlah ,00 4 Pendapatan < , , , ,67 Jumlah ,00 5 Lama Bekerja 1-5 tahun 23 76, tahun 5 16, tahun 2 6,67 Jumlah ,00 Sumber: Data Primer, diolah (2013) Responden tenaga kerja pada umumnya adalah masyarakat lokal yang bekerja baik pada beberapa jenis unit usaha. Mayoritas responden bekerja sebagai pegawai kios makanan dengan pendapatan dominan berkisar antara Rp Rp per bulan. Secara umum tenaga kerja di Pantai Gondoriah sudah berkerja 1-5 tahun lamanya.

45 Karakteristik Responden Masyarakat Lokal Masyarakat sekitar yang merupakan penduduk asli memiliki peranan penting dalam pariwisata, karena masyarakat yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas tempat wisata. Masyarakat yang dijadikan responden merupakan masyarakat yang berasal dari kelurahan Pasir. Karakteristik masyarakat lokal dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik responden masyarakat lokal di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013 No Karakteristik Frekuensi Presentase 1 Jenis Kelamin Laki-laki 7 23,33 Perempuan 23 76,67 Jumlah ,00 2 Usia , , ,00 Jumlah ,00 3 Pendidikan SD 5 16,67 SMP 10 33,33 SMA 14 46,67 Sarjana 1 3,33 Jumlah ,00 4 Pekerjaan Buruh 6 20,00 IRT 5 16,67 Penjaga warung 3 10,00 Wirausaha 16 53,33 Jumlah ,00 5 Lama tinggal Penduduk asli 24 80,00 Penduduk pendatang 6 20,00 Jumlah ,00 Sumber: Data Primer, diolah (2013) Karakteristik responden masyarakat sekitar wisata Pantai Gondoriah pada umumnya memiliki tingkat usia berkisar antara tahun yang bekerja sebagai wirausaha, hal ini karena banyak masyarakat sekitar yang menggantungkan perekonomiannya dari berjualan di sekitar pantai baik menjadi tenaga kerja atau membuka usaha. Masyarakat yang dijadikan responden tidak hanya penduduk asli

46 31 di kawasan Pantai Gondoriah tetapi juga warga pendatang yang menetap di lokasi wisata baik untuk bekerja atau ikut dengan suami atau istri mereka Responden Key Person Pengelolaan wisata Pantai Gondoriah tidak lepas dari peran berbagai pihak baik lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Secara umum pengelolaaan wisata Pantai Gondoriah diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman yang bekerjasama lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Setiap stakeholder menjalankan peranan masing-masing untuk menjaga kelestarian dan menciptakan kenyaman pengunjung yang datang berwisata ke Pantai Gondoriah. Responden yang akan dijadikan sample untuk key person berjumlah 30 orang baik dari lembaga non pemerintah atau lembaga non pemerintah. Karakteristik responden key person dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11.Responden key person di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 No Jenis Lembaga Jabatan Jumlah 1 Lembaga Pemerintah -Dinas budaya dan pariwisata Kepala bidang, staf dinas pariwisata 3 -Badan lingkungan hidup Staf badan lingkungan hidup 2 -Dinas pekerjaan umum Kabid tata ruang dan tata bangunan,kasi PP,staf 3 -Dinas perikanan dan kelautan Penyuluh perikanan dan staf dinas perikanan 2 -Dinas koperasi dan perdagangan Kepala dinas,kabid koperasi,kasi pengembangan industri non agro dan aneka 3 -Pol PP Staf pol PP 3 -Polisi Anggota staf reskrim polres Pariaman 2 -Dinas kesehatan Petugas kesehatan 2 -Pemerintah kota Asisten sosial budaya 2 2 Lembaga Non Pemerintah -Lembaga pemberdayaan masyarakat Ketua dan anggota LPM 2 -PNPM pariwisata koordinator dan sekretaris PNPM 2 Sumber: Data Primer, diolah (2013) Tabel 11 menjelaskan jabatan dari masing-masing key person. Key person terdiri dari Dinas Budaya dan Pariwisata, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Koperasi dan Perdagangan, Pol PP, Polisi, Dinas Kesehatan, dan Pemerintah Kota, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, PNPM Pariwisata.

47 VI PERSEPSI MULTI STAKEHOLDER TERHADAP KONDISI KEGIATAN WISATA DAN KONDISI SUMBERDAYA DI PANTAI GONDORIAH Pariwisata memberikan penawaran terhadap produk dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh wisatawan saat melakukan kegiatan wisata. Produk dan jasa wisata tidak lepas dari atraksi, aksesbilitas dan fasilitas yang ada di objek wisata tersebut. Semakin lengkap unsur-unsur tersebut maka semakin kuat penawaran dari suatu objek wisata. Pihak terkait yang akan memberikan penilaian terhadap objek wisata Pantai Gondoriah yaitu multi stakeholder yang terdiri dari pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, masyarakat lokal dan key person. Persepsi muti stakeholder dibedakan menjadi persepsi terhadap kondisi kegiatan wisata saat ini yang dilihat dari fasilitas, aksesbilitas serta kondisi sosial dan persepsi terhadap kondisi sumberdaya alam di Pantai Gondoriah. Persepsi terhadap kondisi kegiatan wisata dinilai oleh pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja yang terkait langsung dan mendapatkan manfaat dengan adanya aktivitas wisata. Persepsi terhadap kondisi sumberdaya alam dinilai oleh semua multi stakeholder karena semua merasakan kondisi sumberdaya alam di dalam kawasan wisata Pantai Gondoriah. Persepsi terhadap kondisi kegiatan wisata dan kondisi sumberdaya alam dapat dilihat pada Tabel 12 dan Lampiran 5 dan 6. Tabel 12. Persepsi multi stakeholder terhadap kondisi kegiatan dan kualitas sumberdaya alam di wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 Persepsi Pengunjung Unit usaha Tenaga Kerja Key Person Fasilitas sedang sedang Sedang - - Aksesibilitas baik baik Baik - - Kondisi sosial baik baik Baik - - Masyarakat lokal Kondisi sumberdaya alam baik baik Baik baik baik Sumber: Data Primer, diolah (2013) Wisata Pantai Gondoriah memiliki berbagai fasilitas yang mendukung keberadaan objek wisata tersebut, sehingga dibutuhkan penilaian dari pihak yang terkait untuk meningkatkan kualitas dari fasilitas tersebut. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara umum kondisi fasilitas di Pantai Gondoriah dinilai sedang oleh pengunjung, pemilik unit usaha dan tenaga kerja. Beberapa fasilitas yang harus diperbaiki dan mendapatkan perhatian oleh pihak pengelola adalah

48 33 penunjuk arah dan tempat informasi wisata. Pihak pengelola harus menambahkan papan penunjuk arah untuk mempermudah pengunjung menemukan fasilitas lainnya. Peningkatan fasilitas tersebut untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung yang berdampak terhadap jumlah pengunjung, sehingga dampak ekonomi juga dapat lebih ditingkatkan. Aksesbilitas baik akses di dalam lokasi maupun akses menuju kawasan wisata mendapatkan penilaian yang baik dari multi stakeholder. Akses menuju kawasan wisata mudah untuk dijangkau dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum serta didukung oleh kondisi jalan yang baik. Sedangkan akses di dalam lokasi juga baik karena kendaraan dibebaskan untuk memasuki kawasan wisata. Kondisi sosial di wisata Pantai Gondoriah secara umum sudah baik. Sikap masyarakat sekitar yang ramah menyambut kedatangan para pengunjung untuk membuat para pengunjung nyaman ketika berkunjung. Keberadaan obek wisata Pantai Gondoriah selain menimbulkan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar, juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya alam. Hal itu dapat mengancam keberlanjutan kawasan wisata. Oleh karena itu diperlukan persepsi dari multi stakeholder terhadap sumberdaya alam agar dampak negatif tersebut dapat diminimalkan. Secara umum penilaian multi stakeholder terhadap kondisi sumberdaya alam di dalam kawasan wisata Pantai Gondoriah adalah baik. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas wisata tidak menimbulkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Kondisi sumberdaya alam saat ini harus ditingkatkan sehingga tidak mengancam keberlanjutan wisata Pantai Gondoriah dan tetap dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kondisi sumberdaya alam dapat dilihat dari kebersihan, panorama alam, kondisi pantai dan kualitas udara. Kebersihan merupakan aspek yang harus diperhatikan untuk menimbulkan rasa nyaman bagi pengunjung. Semakin ramai suatu kawasan wisata maka akan menimbulkan peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Secara umum kebersihan lingkungan pada objek wisata Pantai Gondoriah sudah bersih, tidak terlalu terlihat sampah yang berserakan di dalam lokasi. Menurut sebagian pengunjung kebersihan di dalam objek wisata masih perlu ditingkatkan, karena

49 34 tempat sampah yang hanya terdapat pada tempat-tempat tertentu menyebabkan pengunjung membuang sampah tidak pada tempatnya. Atraksi wisata yang ditawarkan pada wisata Pantai Gondoriah adalah keindahan alamnya. Sebagian besar multi stakeholder menganggap Pantai Gondoriah memiliki panorama alam yang indah dengan kondisi pantai yang masih bersih dan cocok dijadikan untuk tempat bermain anak. Sedangkan untuk kualitas udaranya multi stakeholder juga memberikan penilaian baik karena di sekitar pantai banyak terdapat pohon-pohon sehingga udaranya masih sejuk dan bersih, belum mengalami pencemaran udara.

50 VII DAMPAK EKONOMI WISATA PANTAI GONDORIAH 7.1 Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung Pantai Gondoriah Tahun 2013 Total pengeluaran pengunjung per bulan diestimasi dari rata-rata pengeluaran pengunjung per hari dan jumlah kunjungan per bulan. Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi, dan keperluan lainnya. Proporsi pengeluaran pengunjung Pantai gondoriah dapat dilihat pada Tabel 13 dan pada Lampiran 1. Tabel 13. Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013 Biaya Pengeluaran di luar kawasan wisata Rata-rata pengeluaran (Rp) (1) Persentase (%) ( 2)= (1/c)*100% Biaya perjalanan ,59 Konsumsi dari rumah ,94 Kebocoran/kunjungan (a) ,53 Pengeluaran di dalam kawasan wisata Konsumsi di dalam kawasan ,04 Penginapan di dalam kawasan 0,00 0,00 Dokumentasi ,82 Souvenir ,50 Sewa alat ,01 Parkir ,80 Toilet ,40 Wahana permainan ,89 Pengeluaran di lokasi/kunjungan (b) ,46 Rata-rata Pengeluaran/kunjungan ,00 (Rp/hari/orang) (c=a+b) Jumlah kunjungan Tahun 2012 (orang) (d) Total kebocoran/tahun (e=c x proporsi a x d) Sumber:Data Primer, diolah (2013) Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar proporsi pengeluaran pengunjung digunakan untuk konsumsi di kawasan wisata, yaitu sebanyak 34,04%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar unit usaha di sepanjang Pantai Gondoriah menjual makanan, sehingga mendorong pengunjung membelanjakan uangnya untuk konsumsi di dalam kawasan wisata. Pengunjung

51 36 yang berasal dari luar Sumatera Barat sebagian besar membelanjakan uangnya untuk menikmati makanan khas Pariaman yang dijual di dalam lokasi. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, jumlah kunjungan yang datang ke Pantai Gondoriah per bulan adalah orang, dengan proporsi pengeluaran pengunjung di lokasi wisata 46,46% sehingga total pengeluaran pengunjung yang dilakukan di kawasan wisata per bulan adalah sebesar Rp Kebocoran yang terjadi memiliki proporsi 53,53% sehingga total kebocoran pertahun yang terjadi adalah Rp Kebocoran dari aktivitas wisata di Pantai Gondoriah berasal dari biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Kebocoran disebabkan oleh biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung yang berasal dari luar Kota Pariaman. Sebagian besar pengunjung berasal dari Kota Padang dan rata-rata pengunjung biasanya menggunakaan kendaraan pribadi atau kereta api sehingga biaya transportasi memiliki proporsi yang besar. Sedangkan kebocoran yang berasal dari konsumsi di luar kawasan wisata memiliki proporsi sebesar 21,94%. Hal ini disebabkan oleh harga yang ditawarkan oleh penjual makanan terkadang tidak sesuai dengan keinginan pengunjung sehingga untuk meminimalkan biaya pengunjung membawa makanan dari rumah. Kebocoran ini dapat diminimalisir dengan meningkatkan kualitas dan menyesuaikan harga dari konsumsi yang biasa dibeli oleh pengunjung sehingga dapat lebih meningkatkan pengeluaran pengunjung di kawasan wisata. 7.2 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) Keberadaan wisata pantai Gondoriah membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar terkait dengan pemenuhan kebutuhan pengunjung selama berada di lokasi wisata. Unit usaha yang ada di dalam kawasan wisata adalah rumah makan, warung tenda, sewa tikar, toilet, parkir, pedagang asongan, dan souvenir. Unit usaha tersebut rata-rata ramai pada akhir pekan, tetapi pada saat hari biasa tetap di buka karena hampir setiap hari ada pengunjung. Sehingga hal ini menimbulkan perputaran uang antara wisatawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai usaha.

52 37 Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah pengeluaran pengunjung yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalankan kegiatan unit usaha. Pemilik unit usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha, baik yang bersal dari dalam lokasi maupun dari luar lokasi wisata. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pemiliki unit usaha adalah biaya gaji tenaga kerja, biaya sewa, biaya transportasi, biaya bahan baku. Sebagian lagi menjadi pendapatan pemilik unit usaha. Proporsi pendapatan pemilik unit usaha Pantai Gondoriah dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran 2. Tabel 14. Proporsi pendapatan pemilik unit usaha di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013 Unit Usaha Rata-rata Pendapatan (Rp) Proporsi (%) Rumah makan ,99 Warung tenda ,09 Pedagang asongan ,74 Souvenir ,82 Wahana permainan ,26 Sewa karpet ,77 Toilet ,43 Rata-rata ,74 Sumber:Data primer, diolah (2013) Manfaat yang dirasakan unit usaha dari aliran uang pengunjung dapat dilihat dari pendapatan bersih pemilik unit usaha. Proporsi rata-rata pendapatan pemilik unit usaha adalah 52,74 % dari total penerimaan yang diperoleh unit usaha dari pengeluaran pengunjung di kawasan wisata. Pemilik usaha sewa karpet merupakan unit usaha dengan proporsi pendapatan terbesar, sedangkan pemilik usaha rumah makan merupakan unit usaha dengan proporsi pendapatan terkecil. Keuntungan yang diterima oleh pemilik adalah penerimaan total dikurangi dengan total biaya. Pendapatan unit usaha merupakan dampak langsung dari kegiatan wisata di pantai Gondoriah. Perhitungan dampak langsung dari kegiatan wisata dapat dilihat pada Tabel 15.

53 38 Tabel 15. Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 Unit Usaha (a) Pendapatan Per Jumlah Unit Usaha Pendapatan Total Unit Bulan (Rp) (b) ( c) Usaha (d)=( b)x (c) Rumah makan Warung tenda Pedagang asongan Souvenir Wahana permainan Sewa karpet Toilet Sumber:Data Primer, diolah (2013) Total (Dampak Ekonomi langsung) Dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha berupa pendapatan pemilik berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha. Dapat dilihat pada Tabel 15, bahwa unit usaha yang memiliki dampak ekonomi langsung paling besar adalah warung tenda adalah sebesar Rp per bulannya. Hal ini karena jumlah warung tenda lebih banyak dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Dampak ekonomi langsung paling kecil dirasakan oleh pemilik toilet adalah sebesar Rp per bulannya. Hal ini karena jumlah toilet lebih sedikit dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Total dampak ekonomi langsung uang dirasakan oleh unit usaha adalah sebesar Rp per bulannya. 7.3 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) Dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha didalam kawasan dan pendapatan tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di kawasan wisata Pantai Gondoriah. Sebagian besar unit usaha dikelola langsung oleh pemilik unit usaha yang menyerap tenaga kerja di sekitar lokasi, sehingga dapat menimbulkan dampak ekonomi secara langsung berupa upah tenaga kerja. Pengeluaran unit usaha dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 2.

54 39 Tabel 16. Pengeluaran unit usaha di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013 Keterangan Rumah makan warung tenda pedagang asongan Souvenir wahana permainan sewa karpet jumlah unit usaha (a) Pengeluaran di kawasan wisata (Rp) (b) biaya gaji tenaga kerja biaya sewa biaya pemeliharaan alat biaya air dan listrik Retribusi ,00 biaya bahan , baku Transportasi jumlah Total (c=axb) pengeluaran di luar kawasan wisata (Rp (d) biaya bahan baku pengembalian kredit Jumlah Total (e=axd) Sumber:Data Primer, diolah (2013) Toilet Biaya yang dikeluarkan didalam kawasan wisata oleh pemilik unit usaha jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran di luar kawasan wisata. Hal tersebut karena untuk bahan baku rumah makan atau warung tenda biasanya pemilik unit usaha membeli di pasar yang berada di sekitar Kelurahan Pasir. Pemilik unit usaha souvenir biasanya membeli bahan baku di luar kawasan, karena di sekitar kawasan wisata jarang supplier yang menjual souvenir. Unit usaha juga mengeluarkan biaya untuk gaji tenaga kerja lokal yang bekerja pada usaha mereka. Tenaga kerja lokal merupakan pihak yang secara tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan objek wisata, yaitu melalui pendapatan mereka dari pemilik unit usaha di sekitar lokasi wisata. Oleh karena itu, dampak ekonomi tidak langsung diestimasi dari pendapatan tenaga kerja lokal.

55 40 Tabel 17. Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 Jenis Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja (a) Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) (b) Total Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) (c=axb) Pengeluaran Unit Usaha di Kawasan Wisata (Rp) (d) Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Rp) (e=c+d) Petugas kebersihan Angkutan wisata Petugas parker Rumah makan Warung tenda Pedagang asongan Souvenir Wahana permainan Sewa karpet Toilet Sumber:Data Primer, diolah (2013) Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal di Pantai Gondoriah adalah Rp ,00 Dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan wisata di Pantai Gondoriah diestimasi berdasarkan pendapatan tenaga kerja lokal dan pengeluaran unit usaha di kawasan Pantai Gondoriah. Berdasarkan Tabel 17 dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan wisata di Pantai Gondoriah adalah Rp per bulannya. 7.4 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect) Kegiatan wisata selain menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung, tetapi juga menimbulkan dampak lanjutan. Dampak ini adalah dampak lanjutan dari pangeluaran yang dilakukan tenaga kerja baik lokal. Pengeluaran tenaga kerja lokal akan berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Proporsi pengeluaran tenaga kerja lokal dapat dilihat pada Tabel 18 dan Lampiran 4.

56 41 Tabel 18. Proporsi pengeluaran tenaga kerja lokal di kawasan Pantai Gondoriah Tahun 2013 Tenaga kerja kebutuhan pangan Pengeluaran di Kawasan biaya transportasi biaya sekolah anak uang belanja anak Total Pengeluaran di Luar Kawasan biaya Total listrik Petugas 30,86 11,24 6,61 45,55 94,26 5,73 5,73 kebersihan Angkutan 60,89 0 1,28 28,85 91,02 8,97 8,97 wisata Petugas 35,89 5,74 23,92 28,71 94,26 5,74 5,74 parkir Warung 40,12 7,77 7,92 39,87 95,68 4,32 4,32 makan Toilet 33, ,22 37,04 92,59 7,41 5,26 Rata-rata 40,22 4,95 12,39 36,00 6,43 Total 93,56 6,43 Sumber: Data Primer, diolah (2013) Sebesar 93,56% pengeluaran tenaga kerja lokal di Pantai Gondoriah dilakukan didalam kawasan. Proporsi terbesar pengeluaran tenaga kerja didalam kawasan adalah untuk konsumsi pangan yang umumnya dibeli di sekitar kawasan, sedangkan proporsi pengeluaran tenaga kerja terkecil adalah untuk biaya transportasi. Biaya- biaya tersebut dikeluarkan di dalam kawasan karena tenaga kerja sebagian besar merupakan penduduk asli di sekitar Kelurahan Pasir, sehingga biaya uang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari masih di dalam kawasan. Adapun biaya yang dikeluarkan di luar kawasan adalah 6,43% untuk biaya listrik. Biaya yang tidak dikeluarkan di dalam kawasan wisata disebut dengan kebocoran (leakages). Pengeluaran tenaga kerja di tingkat lokal merupakan dampak ekonomi lanjutan dari kegiatan wisata di Pantai Gondoriah. Perhitungan dampak ekonomi lanjutan di pantai Gondoriah dapat dilihat pada Tabel 19.

57 42 Tabel 19. Dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Pengeluaran Tenaga Kerja Proporsi Pengeluaran di Kawasan Wisata (%) Dampak Ekonomi Lanjutan (Rp) Petugas kebersihan , Angkutan wisata , Petugas parkir , Kios makanan , Toilet , Rata-rata Sumber: Data Primer, diolah (2013) Total pengeluaran tenaga kerja di sekitar kawasan wisata Pantai Gondoriah adalah sebesar Rp namun total pengeluaran tersebut terdapat biaya yang tidak dikeluarkan di dalam kawasan dengan proporsi 6,43% dan total pengeluaran didalam kawasan wisata dengan proporsi sebesar 93,56%. Dampak ekonomi lanjutan diestimasi dari pengeluaran total tenaga kerja lokal per bulan dengan memperhitungkan proporsi pengeluaran tenaga kerja di tingkat lokal. Berdasarkan Tabel 19, dampak ekonomi lanjutan dari kegiatan wisata di Pantai Gondoriah adalah sebesar Rp per bulannya. 7.5 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) Nilai efek pengganda digunakan untuk mengukur dampak dari pengeluaran pengunjung terhadap perekonomian lokal. Efek pengganda dapat diestimasi dari pengeluaran pengunjung selama melakukan kegiatan wisata di Pantai Gondoriah. Terdapat tiga ukuran dalam mengukur dampak ekonomi wisata di tingkat lokal, yaitu (1) Keynesian local income multiplier merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap pendapatan masyarakat lokal, (2) ratio income multiplier tipe I, yaitu nilai yang diperoleh dari dampak langsung dari pengeluaran pengunjung, (3) ratio income multiplier tipe II, yaitu nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan. Nilai efek pengganda berdasarkan ketiga ukuran tersebut dapat dilhat pada Tabel 20.

58 43 Tabel 20. Nilai efek pengganda dari arus uang yang terjadi di Pantai Gondoriah Tahun 2013 Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplier 1,12 Ratio Income Multiplier Tipe I 2,38 Ratio Income Multiplier Tipe II 2,56 Sumber: Data Primer, diolah (2013) Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya dampak ekonomi di Pantai Gondoriah, diperoleh nilai Keynesian Multiplier Effect yaitu sebesar 1,12 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah, maka akan berdampak langsung sebesar 1,12 rupiah terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I adalah sebesar 2,38 artinya setiap peningkatan sebesar satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2,38 rupiah terhadap pendapatan tenaga kerja (berupa pendapatan pemilik usaha dan upah tenaga kerja). Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 2,56 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2,56 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja ditingkat lokal. Keberadaan Wisata Pantai Gondoriah memberikan dampak secara nyata terhadap perekonomian masyarakat sekitar, terutama bagi masyarakat yang membuka usahanya di kawasan wisata Pantai Gondoriah. Dampak ekonomi yang besar terjadi pada penelitian ini yang dapat dilihat pada nilai Keynesian Income Multiplier yang diperoleh sebesar 1,12. Menurut META (2001) apabila nilai Keynesian Income Multiplier lebih besar dari satu, maka suatu kawasan wisata memiliki dampak ekonomi yang besar, ratio Income Multiplier Tipe I dan ratio Income Multiplier Tipe II apabila lebih besar atau sama dengan satu ( 1) dapat dikatakan memiliki dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata. Nilai Multiplier dapat ditingkatkan dengan memberikan fasilitas bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha. Unit usaha yang dibuka juga dapat menarik jumlah tenaga kerja lokal untuk bekerja di unit usaha tersebut. Selain itu juga harus terus ditingkatkan kebersihan lingkungan di dalam kawasan untuk memberi rasa nyaman bagi pengunjung.

59 VIII ANALISIS TINGKAT PENGARUH DAN KEPENTINGAN STAKEHOLDER 8.1 Analisis stakeholder dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah Analisis stakeholder perlu dilakukan untuk menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk merumuskan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan wisata pantai Gondoriah. Stakeholder merupakan individu, kelompok atau lembaga yang kepentingannya dipengaruhi oleh kebijakan yang tindakannya yang sangat mempengaruhi kebijakan. Stakeholder yang memiliki memiliki kepentingan tinggi merupakan stakeholder primer dimana kepentingannya dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan, sedangkan stakeholder yang memiliki kepentingan yang tidak dipengaruhi secara langsung merupakan stakeholder sekunder (Wijayanti, 2009). Kebijakan yang akan dirumuskan berhubungan dengan pengelolaan wisata Pantai Gondoriah, sehingga diperlukan suatu kerjasama dari berbagai pihak. Stakeholder yang dianggap berperan dalam merumuskan kebijakan adalah meliputi key person, masyarakat lokal, pelaku usaha. Key person terdiri dari lembaga pemerintah dan non pemerintah meliputi dinas-dinas terkait, polisi, PNPM pariwisata, serta LPM (lembaga pemberdayaan masyarakat). Masingmasing pihak tersebut memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang berbedabeda. Pihak yang terlibat di dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah dianalisis tingkat pengaruh dan kepentingannya. Daftar sejumlah stakeholder dapat dilihat pada Tabel 21 yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder dalam pengelolaan Pantai Gondoriah. Kepentingan masing-masing stakeholder dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya. Pengaruh stakeholder yang berbeda-beda dipengaruhi oleh politik, birokrasi dan struktural. Analisis Tabel 21 menunjukkan tingkat kepentingan dan pengaruh dari masing-masing stakeholder yang digambarkan pada Gambar 5. Gambar tersebut menjelaskan bahwa stakeholder yang paling dominan dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah adalah Dinas Pariwisata dan Pemerintah kota, dan yang paling lemah adalah Polisi Pamong Praja ( Pol PP)..

60 45 Tabel 21. Identifikasi Stakeholder Pengelolaan Objek Wisata Pantai Gondoriah Stakeholder Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Badan Lingkungan Hidup (BLH) Dinas pekerjaan umum Dinas perikanan dan kelautan Kepentingan Jenis Kepentingan Mengembangkan pariwisata Meningkatkan atraksi wisata dan melakukan promosi Pengaruh Skor S F P Rata-rata Pengaruh ,67 Mengelola kebersihan pantai ,33 Membuat rencana tata bangunan dan lingkungan Pembangunan fisik jalan dan RTH Perencanaan kawasan terpadu Pantai Gondoriah Menyediakan fasilitas keselamatan untuk pengunjung , ,67 Dinas Pengembangan UKM ,33 Koperasi dan Perdagangan Pol PP Pengamanan lokasi wisata ,33 Menjaga ketertiban lingkungan Polisi Memberikan informasi wisata ,67 Pengamanan lokasi wisata LPM Pembinaan terhadap komponen ,33 masyarakat dari segi sosial dan budaya Menghubungkan masyarakat dengan dinas Pariwisata Dinas Memberikan pelayanan ,67 kesehatan kesehatan Pnpm Pengembangan dalam seni dan ,00 Pariwisata budaya Penyalur bantuan pariwisata Pelaku usaha Meningkatkan kesejahteraan ,00 Memperoleh pekerjaan Masyarakat Meningkatkan kesejahteraan ,00 lokal Melakukan pengawasan terhadap norma-norma yang Pemerintah kota berlaku Melakukan pengawasan terhadap keseluruhan pengelolaan wisata Sumber: Data Primer, diolah (2013) Keterangan: S: Sumberdaya F: Finansial P: Politik ,33

61 46 Keterangan : 1=Dinas kebudayaan dan pariwisata(disbudpar) 8 =LPM 2=Badan lingkungan hidup (BLH) 9 =Dinas kesehatan 3=Dinas pekerjaan umum (PU) 10=Pnpm pariwisata 4=Dinas perikanan dan kelautan 11=Pelaku usaha 5=Dinas koperasi dan pergadangan 12=Masyarakat lokal 6=Pol PP 13=Pemerintah kota 7=Polisi Gambar 4. Pemetaan stakeholder dalam pengelolaan objek wisata Pantai Gondoriah Berdasarkan hasil pemetaan aktor menurut kepentingan dan pengaruhnya dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah kuadran A (subjek) adalah masyarakat lokal, pelaku usaha, LPM, dan PNPM Pariwisata. Artinya kelompok ini memiliki kepentingan yang tinggi dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah tetapi memiliki tingkat pengaruh yang rendah. Stakeholder pertama yang masuk ke dalam kuadran A adalah Pelaku usaha yang tidak terlalu dilibatkan didalam mengambil keputusan dan kebijakan yang menyangkut pengelolaan objek wisata. Pelaku usaha memanfaatkan objek wisata pantai sebagai tempat untuk membuka usaha. Selain itu, pelaku usaha juga ikut berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan pantai dengan melakukan pembuangan dan pengumpulan sampah hasil kegiatan usahanya pada tempat yang disediakan. Peranan pelaku usaha dalam menjaga kebersihan masih belum terlaksana seutuhnya karena masih terdapat sampah di sekitar lokasi tempat berjualan. Sedangkan untuk tingkat

62 47 pengaruh, unit usaha memiliki peranan dalam memuaskan pengunjung dengan produk yang ditawarkan. Stakeholder kedua yang termasuk ke dalam kuadran A adalah masyarakat lokal yang memiliki kepentingan yang tinggi di Pantai Gondoriah. Sebagian masyarakat yang berada di sekitar pantai memiliki mata pencarian di sekitar objek wisata misalnya dengan membuka usaha rumah makan ataupun menjadi tenaga kerja di rumah makan. Terlebih lagi apabila pada lebaran atau acara tabuik tidak sedikit masyarakat yang mendapatkan keuntungan dari usahanya. Masyarakat lokal juga dilibatkan dalam pengambilan suatu kebijakan karena masyarakat lokal memiliki peranan di dalam melakukan pengawasan terhadap norma-norma adat yang berlaku. Aturan yang berlaku di masyarakat misalnya pengunjung tidak diperkenankan menggunakan pakaian yang tidak pantas selama melakukan kunjungan ke objek wisata Pantai Gondoriah. Apabila ada pengunjung yang melanggar maka masyarakat sekitar akan memberikan teguran kepada pengunjung tersebut. Masyarakat juga memiliki peranan di dalam menjaga kebersihan pantai, misalnya tidak membuang sampah rumah tangga di dalam kawasan wisata sehingga pengunjung yang datang merasa nyaman. Peranan dari masyarakat lokal untuk menjaga kebersihan belum terlaksana sepenuhnya karena masih terdapat masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Stakeholder ketiga yang terdapat pada kuadran A adalah LPM yang memiliki kepentingan untuk memberikan pembinaan kepada masyarakat dalam segi sosial, ekonomi, dan budaya serta menjadi fasilitator yang menghubungkan antara masyarakat dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Terutama dalam pelaksaan acara tabuik biasanya LPM ditunjuk oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk membentuk kepanitian yang akan mengurus jalannya kegiatan. Selain itu LPM juga memiliki pengaruh dalam mengkoordinir penyaluran dana bantuan agar dapat tersalurkan secara efektif. Penyaluran dana bantuan masih belum tersalurkan secara merata, masih terdapat unit usaha yang belum mendapatkan bantuan yang disebabkan kurang efektifnya pendataan terhadap unit usaha yang harus mendapatkan bantuan. Stakeholder terakhir yang masuk ke dalam kuadran A adalah PNPM Pariwisata yang memiliki kepentingan sebagai penyalur bantuan wisata dan

63 48 mengembangkan seni dan budaya. Penyaluran bantuan akan dikoordinasikan akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan LPM. Misalnya dalam memberikan bantuan terhadap pedagang di sekitar kawasan wisata. PNPM Pariwisata memiliki pengaruh dalam menyalurkan dana bantuan agar dapat tersalurkan secara efektif dan tepat sasaran, namun di dalam pelaksanaannya masih belum terlaksana secara efektif. Hal ini disebabkan karena masih banyak unit usaha yang tidak terdapat di dalam data sebagai penerima bantuan. Kuadran B (pemain) ditempati oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Kota, Dinas PU, dan Dinas Perikanan dan Kelautan. Kelompok ini memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam pengelolaan wisata Pantai Gondoriah baik dalam hal perumusan kebijakan ataupun membuat peraturan formal dan non formal. Peraturan formal yang terkait dengan pengelolaan objek wisata misalnya dalam pembangunan jalan atau penetapan tempat lokasi berjualan yang boleh ditempati oleh para pedagang. Sedangkan contoh peraturan non formal misalnya peraturan yang dibuat oleh masyarakat untuk pengunjung agar tidak melakukan tindakan yang melanggar norma-norma yang berlaku. Stakeholder pertama yang masuk ke dalam kuadran B adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki kepentingan di dalam pengembangan objek wisata Gondoriah, karena dalam pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki kepentingan antara lain untuk mengembangkan pariwisata, meningkatkan atraksi, promosi, dan menjaga kelestarian alam. Upaya Dinas Budaya dan Pariwisata di dalam menjaga kelestarian alam yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian dan kebersihan pantai. Penyuluhan kepada masyarakat belum berjalan secara baik yang disebabkan oleh kurangnya partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Upaya meningkatkan daya tarik wisatawan setiap hari Sabtu dan Minggu didakan berbagai acara seperti pertunjukan seni dan budaya minang, dan berbagai acara hiburan untuk menghibur pengunjung. Hal ini mengingat jumlah kunjungan wisatawan paling banyak pada hari sabtu dan minggu. Selain itu, untuk mempromosikan wisata Pantai Gondoriah setiap sekali setahun tepatnya pada

64 49 bulan Muharam diadakan pesta pantai. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki peranan yang besar di dalam kegiatan tersebut mulai dari persiapan sampai acaranya. Pesta pantai ini juga diikuti oleh serangkaian acara tabuik, sehingga mengundang daya tarik pengunjung yang ingin melihat acara tabuik yang dilaksanakan sekali setahun di Pantai Gondoriah. Apabila dilihat dari sisi pengaruhnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki pengaruh yang paling tinggi di dalam pengambilan keputusan dari suatu kebijakan, karena Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang paling memiliki wewenang dibandingkan stakeholder lainnya. Stakeholder kedua yang terdapat di dalam kuadran B adalah Pemerintah Kota. Pemerintah kota memiliki kepentingan untuk melakukan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan wisata. Dinas Kebudayaan dan pariwisata akan melaporkan kegiatan dan program apa yang akan dilakukan di objek wisata Gondoriah kepada pemerintah pusat. Pemerintah kota memiliki pengaruh didalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan wisata Pantai Gondoriah. Stakeholder ketiga yang terdapat di dalam kuadran B adalah Dinas Pekerjaan Umum ( PU) yang memiliki kepentingan untuk membuat tata bangunan dan pembangunan fisik jalan tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada, dan perencanaan kawasan terpadu di wisata Pantai Gondoriah. Dinas PU memiliki pengaruh dalam mengambil suatu kebijakan untuk meningkatkan kualitas tata bagunan dan jalan di dalam kawasan wisata Pantai Gondoriah. Perananan Dinas PU belum terlaksana secara keseluruhan, karena masih terdapat tata bangunan seperti wahana permainan yang belum mengalami perbaikan. Stakeholder keempat adalah Dinas Perikanan dan Kelautan yang memiliki kepentingan dalam menyediakan fasilitas keselamatan terhadap pengunjung dalam bentuk kapal penyelamat, menjaga lingkungan perairan dan kelestarian sumberdaya laut. Apabila ada pengunjung yang tenggelam maka Dinas Perikanan dan Keluatan akan bekerjasama dengan Tim SAR untuk melakukan pencarian. Apabila dilihat dari pengaruhnya Dinas Perikanan dan Kelautan memiliki pengaruh di dalam pengembangan wisata Pantai Gondoriah yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengadakan wisata ke Pulau Angso Duo.

65 50 Kuadran C (penonton) ditempati oleh Pol PP dan Dinas Koperasi dan Perdagangan. Kelompok ini tidak terlalu memiliki pengaruh dan kepentingan dalam pengelolaan wisata pantai Gondoriah. Pol PP berperan dalam menjaga keamanan dan penertiban lingkungan. Pol PP akan menertibkan pedagang yang tidak berjualan di tempat yang telah disediakan. Dinas Koperasi dan Perdangan berperan sebagai pengembangan unit usaha kecil dan menengah misalnya dalam bentuk pemberian beberapa pelatihan mengenai pengembangan usaha dari masing-masing pedagang. Pelatihan terhadap unit usaha belum direalisasikan. Apabila dilihat dari tingkat pengaruh dari Pol PP dan Dinas Koperasi dan Perdagangan tidak terlalu memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan tetapi dilibatkan secara tidak langsung misalnya didalam mendengarkan pendapat. Kuadran D (aktor) ditempati oleh Polisi, Dinas Kesehatan dan BLH. Kelompok ini memiliki pengaruh yang tinggi tetapi tidak memiliki kepentingan yang tinggi terhadap pengelolaan wisata Pantai Gondoriah. Stakeholder pertama yang termasuk ke dalam kuadran D adalah Polisi berperan dalam menjaga kemanan dan memberikan informasi wisata dengan mendirikan pos pelayanan pengunjung. Polisi biasanya bertugas pada hari sabtu dan minggu saja, karena pada dua hari itu dipadati oleh pengunjung. Apabila dilihat dari tingkat pengaruhnya polisi memiliki pengaruh yang tinggi di dalam menjaga kemanan agar tercipta kenyamanan bagi pengunjung yang datang. Stakeholder kedua yang termasuk ke dalam kuadran D adalah Dinas Kesehatan yang memiliki peranan di dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pengunjung. Pos pelayanan kesehatan ini juga terdapat di dalam kawasan wisata. Tetapi pos pelayanan ini hanya buka pada hari Sabtu dan Minggu. Apabila ada pengunjung yang membutuhkan pertolongan di pos kesehatan terdapat tenaga medis yang siap membantu. Pos kesehatan dibuka mulai dari siang hingga sore karena tenaga medis yang masih sedikit. Stakaholder ketiga yang termasuk ke dalam kuadran D adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang memiliki kepentingan didalam meningkatkan kebersihan Pantai Gondoriah. Petugas kebersihan yang bertugas di wisata Pantai Gondoriah berjumlah 12 orang yang setiap pagi dan siang bertugas untuk membersihkan lingkungan di sekitar objek wisata. Khusus untuk hari libur dan

66 51 acara-acara tertentu yang dilakukan di Pantai Gondoriah petugas kebersihan BLH lebih lama bekerja dari hari biasanya. Apabila dilihat dari pengaruhnya, BLH memiliki pengaruh di dalam merumuskan kebijakan terutama yang menyangkut pengelolaan kebersihan di wisata Pantai Gondoriah. Berdasarkan pemetaan Stakeholder penting untuk melihat proporsi keterlibatan stakeholder yang dapat dikelompokkan menjadi stakeholder secara langsung dan tidak langsung yang dipisahkan oleh diagonal pada Gambar 4. Stakeholder yang dilibatkan secara langsung adalah Dinas Budaya dan Pariwisata, Pemerintah Kota, masyarakat lokal, Dinas PU, Dinas Perikanan dan Kelautan, BLH, dan LPM. Sedangkan stakeholder yang tidak harus dilibatkan secara langsung adalah Pol PP, Polisi, pelaku usaha dan Dinas Kesehatan, dan PNPM Pariwisata. Stakeholder ini harus tetap dilibatkan secara tidak langsung misalnya mendengarkan pendapat. Perananan masing-masing pihak dari analisis stakeholder di Kawasan wisata Pantai Gondoriah dapat dikatakan belum terlaksana secara baik. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa pihak yang belum menjalankan peranannya secara optimal terutama di dalam pengelolaan sumberdaya alam, sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas sumberdaya. Oleh karena itu diharapkan semua pihak dapat menjalankan tugasnya secara keseluruhan agar pengelolaan wisata Pantai Gondoriah dapat lebih baik.

67 IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan 1. Secara umum kondisi kegiatan wisata Pantai Gondoriah saat ini dapat disimpulkan sudah baik, yang dapat dilihat dari penilaian terhadap fasilitas, aksesbilitas, kondisi sosial dan lingkungan. Sementara itu, untuk kondisi sumberdaya alam menurut penilaian multi stakeholder baik dan tidak terlalu banyak sampah yang berserakan, belum mengalami pencemaran udara, panorama alamnya masih terjaga, dan kondisi pantainya masih baik. Kegiatan wisata di Pantai Gondoriah saat ini belum merusak lingkungan. 2. Objek wisata Pantai Gondoriah memiliki dampak ekonomi langsung adalah Rp , dampak ekonomi tidak langsung adalah Rp , dampak ekonomi lanjutan adalah Rp per bulannya. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1,12, nilai Ratio Multiplier Income Tipe I adalah 2,38 dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II adalah 2,56. Keberadaan wisata Pantai Gondoriah memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat lokal. 3. Saat ini pengelolaan wisata Pantai Gondoriah belum terlaksana secara baik. Pengelolaan yang baik dapat memenuhi dua kondisi yaitu dapat meningkatkan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan agar tercipta wisata yang berkelanjutan. Pengelolaan yang baik membutuhkan suatu kebijakan, sehingga di dalam merumkuskan kebijakan tersebut terdapat stakeholder yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung. Pihak yang terlibat secara langsung dalam merumuskan kebijakan di Pantai Gondoriah diantaranya Dinas budaya dan pariwisata, pemerintah kota, LPM, masyarakat lokal, Dinas PU, dan Dinas Perikanan dan Kelautan, BLH, sedangkan pihak yang tidak terlibat secara langsung meliputi Dinas Koperasi dan Perdagangan, Pol PP, Polisi, pelaku usaha, PNPM Pariwisata dan Dinas Kesehatan.

68 Saran 1. Pengelolaan di objek wisata Pantai Gondoriah semestinya harus memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Sistem pengelolaan harus melaksanakan peranannya secara keseluruhan. 2. Guna meningkatkan dampak ekonomi dari kegiatan wisata bagi masyarakat lokal, pemerintah daerah harus aktif dalam pembangunan kawasan wisata dengan memberdayakan masyarakat lokal dalam aktivitas wisata di Pantai Gondoriah. 3. Peningkatan fasilitas pendukung kegiatan wisata perlu dilakukan untuk menimbulkan rasa nyaman bagi pengunjung. Pemeliharaan fasilitas pendukung wisata sebaiknya dilakukan secara berkala dan tidak hanya dilakukan jika fasilitas tersebut sudah mengalami kerusakan. Fasilitas yang harus mendapatkan perhatian dari pihak pengelola adalah tempat bermain anak, tempat informasi wisata, dan penunjuk arah. 4. Aktivitas wisata dalam jangka panjang perlu dilihat apakah memiliki dampak terhadap lingkungan atau tidak dengan menghitung daya dukung lingkungannya.

69 54 DAFTAR PUSTAKA Agustina VS Analisis dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. Ariyanto Ekonomi Pariwisata. /31/konsep-pariwisata/. Diakses pada tanggal 17 April Badan Perencanaan dan pembangunan nasional Pengembangan Model Ekonometrika. Diakses pada tanggal 08 Mei [BIG] Badan Informasi Geospasial Panjang garis pantai Indonesia. Pulau-di-Indonesia-Berkurang Buah. Diakses pada tanggal 12 Desember [BPS] Badan Pusat Statistik Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia daftar=1&id_subyek=16&notab=18. Diakses pada tanggal 11 januari Burkart AJ dan Medik S Pengertian pariwisata. wordpress.com/2009/01/05/dasar-pengertian-pariwisata/. Diakses pada tanggal 11 januari Damanik J dan Weber HF Perencanaan ekowisata. Yogyakarta (ID): ANDI. Daryanto A Penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat sebagai modal sosial pembangunan. 9 (1):1-8. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman Jumlah kunjungan ke kota Pariaman. Pariaman(ID): Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman Profil wisata Kota Pariaman. Pariaman(ID): Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman. Ekayani M dan Nuva Economics of ecotourism. Di dalam: Kim, Seong-il, Mihee Kang, Dian Sukmajaya, editor. Opportunities and challenges of ecotursim in ASEAN countries.seoul(id): Depatment of Forest Sciences, College of Agriculture and Life Sciences, Seoul National University, hlm Hamidah N, Sunarti, Nurjannati T Perilaku wirausaha masyarakat pesisir dalam pengembangan industri pariwisata bahari. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial. 18(1): 1-7. Ismayanti Pengantar pariwisata. Jakarta (ID): Grasindo. Leri IAA Dampak pengeluaran wisatawan terhadap perkembangan sektor ekonomi di Provinsi Bali. [Tesis]. Denpasar (ID): Universitas Udayana Denpasar. [META] Marine Ecotourism for Atlantic Area Planning for marine ecotourism in the EU Atlantic Area. Bristol (ID): University vof the West of England. Meta A Analisis dampak ekonomi wisata bahari terhadap pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

70 Rajasena D, Manaloor V, Abrahamet BG Socio-Economic aspects of sustainable ecotourism development: The Case of Kerala. India: Centre for the Study of Social Exclusion and Inclusive Policy (CSSEIP). Riduwan Skala pengukuran variable-variabel penelitian. Bandung (ID): Alfabeta. Rifqa Analisis dampak ekonomi pemanfaatan sumberdaya pesisir sebagai kawasan wisata bahari terhadap pendapatan masyarakat lokal studi kasus Pantai Sawarna, Lebak, Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Riska A dan Purwanti EY Analisis penerimaan daerah dari industri Jakarta pariwisata di Provinsi DKI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Semarang (ID):2(3):1-15. Sastrayudha GS Strategi pengembangan dan pengelolaan resort and leisure. =utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en US:official&client=firefox&channel=np&so urce=hp. Diakses pada tanggal 4 Desember Siregar R Analisis kelembagaan non pasar (non-market institutions) dalam efisiensi alokasi sumberdaya perikanan(studi kasus: Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi). [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Vanhove, N The Economics of Tourism Destinations. Elsevier (ID): Burlington. Yoeti OA Pemasaran Pariwisata. Jakarta (ID): Angkasa. Wijayanti P Analisis ekonomi dan kebijakan pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat lokal di Kabupaten Administrasi kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. [Tesis]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. 55

71 Lampiran 1. proporsi pengeluaran pengunjung pantai gondoriah No Pengeluaran di Luar Kawasan Pengeluaran di Dalam Kawasan Total B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B

72 57 No Pengeluaran di Luar Kawasan Pengeluaran di Dalam Kawasan Total B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B Total Ratarata Sumber: Data Primer, diolah (2013) Keterangan: B1 = biaya perjalanan B2 = konsumsi dari rumah B3 = penginapan di luar kawasan B4 = dokumentasi B5 = konsumsi di dalam kawasan B6 = Souvenir B7 = sewa alat B8 = Parkir B9 = Toilet B10 = wahanan permainan

73 58 Lampiran 2. Pengeluaran unit usaha di Pantai Gondoriah jenis unit usaha I pengeluaran di dalam kawasan pengeluaran di luar kawasan b1 b2 b3 b4 b5 b6a b6b b7 b8 Total kios makanan kios makanan kios makanan kios makanan Total Rata-rata Proporsi 29,99 24,41 0,06 2,97 0,94 0,03 26, ,77 0,92 warung tenda warung tenda warung tenda warung tenda warung tenda warung tenda warung tenda warung tenda warung tenda Total Rata-rata Proporsi 50,09 0 0,81 0,75 0,53 0,10 35,51 0 9,93 2,28 pedagang asongan pedagang asongan pedagang asongan pedagang asongan pedagang asongan pedagang asongan pedagang asongan pedagang asongan Total Rata-rata Proporsi 35, , ,77 2,02 2,72 12,70 Souvenir Souvenir Souvenir Souvenir Total Rata-rata Proporsi 37,82 3,78 2,04 1,66 1,51 0, ,74 5,19 2,32

74 59 jenis unit usaha I pengeluaran di dalam kawasan pengeluaran di luar kawasan b1 b2 b3 b4 b5 b6a b6b b7 b8 Total wahana permainan wahana permainan wahana permainan Total Rata-rata Proporsi 82,26 0 0,53 0,4 0 0,15 4,35 2,32 5,34 4,64 sewa karpet Total Rata-rata Proporsi 84,77 0 2,35 1, ,30 Toilet Total Rata-rata Proporsi 49,43 0 9,51 4,56 21,29 0 3, Keterangan: I = Pendapatan perbulan b1 = biaya gaji tenaga kerja b2 = biaya sewa b3 = biaya pemeliharaan alat b4 = biaya air dan listrik b5 = retribusi b6a = pembelian bahan baku di dalam kawasan b6b = pembelian bahan baku di luar kawasan b7 = pengembalian kredit b8 = transportasi

75 Lampiran 3. Pendapatan tenaga kerja lokal di Pantai Gondoriah Pekerjaan pendapatan perbulan (Rupiah) penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan Rata-rata petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan rata-rata angkutan wisata ke pulau angkutan wisata ke pulau angkutan wisata ke pulau rata-rata penjaga toilet rata-rata petugas parker petugas parker rata-rata rata-rata keseluruhan ,67 Sumber: Data Primer, diolah (2013)

76 61 Lampiran 4. Pengeluaran tenaga kerja lokal di Pantai Gondoriah tenaga kerja b1 b2 b3 b4 b5 Total penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan penjaga kios makanan Total rata-rata Proporsi 40,12 7,77 4,32 7,92 39,87 petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan petugas kebersihan Total rata-rata Proporsi 30,86 11,24 5,73 6,61 45,55 angkutan wisata ke pulau angkutan wisata ke pulau angkutan wisata ke pulau Total rata-rata Proporsi 60,89 0 8,97 1,28 28,85 penjaga toilet Total rata-rata Proporsi 33,33 0 7,41 22,22 37,04 petugas parker petugas parker Total rata-rata Proporsi 35,89 5,74 5,74 23,92 28,71 Sumber: Data Primer, diolah (2013) Keterangan: b1=kebutuhan pangan b2=biaya transportasi b3=biaya listrik b4=biaya sekolah anak b5=uang belanja anak

77 Lampiran 5. Persepsi multi stakeholder terhadap fasilitas, kondisi sosial dan aksesbilitas di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 Fasilitas Pengunjung Unit Usaha Tenaga Kerja a. Toilet Tidak Tersedia 0,00 0,00 0,00 Sangat Buruk 1,00 0,00 0,00 Buruk 6,00 0,00 0,00 Sedang 35,00 63,33 30,00 Baik 45,00 33,33 50,00 Sangat Baik 13,00 3,33 20,00 Toilet baik (4) sedang (3) baik (4) B. Musholla Tidak Tersedia 0,00 0,00 0,00 Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 0,00 0,00 0,00 Sedang 15,00 6,67 10,00 Baik 32,00 86,67 50,00 Sangat Baik 53,33 6,67 40,00 Musholla sangat baik (5) baik (4) baik (4) c. Tempat Sampah Tidak Tersedia 6,00 0,00 3,33 Sangat Buruk 3,00 0,00 0,00 Buruk 21,00 20,00 20,00 Sedang 49,00 53,33 30,00 Baik 21,00 26,67 43,33 Sangat Baik 0,00 0,00 3,33 Tempat Sampah sedang (3) sedang (3) baik (4) d. Penunjuk Arah Tidak Tersedia 80,00 96,67 83,33 Sangat Buruk 10,00 0,00 3,33 Buruk 6,00 0,00 10,00 Sedang 1,00 0,00 3,33 Baik 3,00 3,33 0,00 Sangat Baik 0,00 0,00 0,00 Penunjuk Arah tidak tersedia (0) tidak tersedia (0) tidak tersedia (0) e. Tempat Duduk Tidak Tersedia 4,00 3,33 0,00 Sangat Buruk 2,00 0,00 0,00 Buruk 14,00 3,33 13,33 Sedang 41,00 60,00 40,00 Baik 36,00 26,67 43,33 Sangat Baik 3,00 6,67 3,33 Tempat Duduk sedang (3) sedang (3) baik (4) f. Penginapan Tidak Tersedia 27,00 10,00 3,33 Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 11,00 0,00 10,00 Sedang 41,00 30,00 60,00 Baik 17,00 60,00 23,33 Sangat Baik 4,00 0,00 3,33 Penginapan sedang (3) baik (4) sedang (3)

78 g. Warung Makan Tidak Tersedia 0,00 0,00 0,00 Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 3,00 3,33 0,00 Sedang 28,00 20,00 23,33 Baik 56,00 73,33 43,33 Sangat Baik 13,00 3,33 33,33 Warung Makan baik (4) baik (4) baik (4) h. Toko Cendramata Tidak Tersedia 10,00 23,33 6,67 Sangat Buruk 1,00 0,00 0,00 Buruk 7,00 3,33 10,00 Sedang 46,00 20,00 43,33 Baik 31,00 43,33 33,33 Sangat Baik 5,00 10,00 6,67 Toko Cendramata sedang (3) baik (4) sedang (3) i. Penyewaan Peralatan Tidak Tersedia 8,00 3,33 0,00 Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 10,00 0,00 10,00 Sedang 51,00 36,67 63,33 Baik 29,00 50,00 26,67 Sangat Baik 2,00 10,00 0,00 Penyewaan Peralatan sedang (3) baik (4) sedang (3) j. Tempat Bermain Anak Tidak Tersedia 0,00 0,00 0,00 Sangat Buruk 2,00 0,00 0,00 Buruk 45,00 36,67 23,33 Sedang 27,00 43,33 43,33 Baik 22,00 16,67 33,33 Sangat Baik 4,00 3,33 0,00 Tempat Bermain Anak buruk (2) sedang (3) sedang (3) k. Tempat Informasi Wisata Tidak Tersedia 14,00 20,00 0,00 Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 36,00 0,00 0,00 Sedang 25,00 43,33 50,00 Baik 20,00 30,00 46,67 Sangat Baik 5,00 6,67 3,33 Tempat Informasi Wisata buruk (2) sedang (3) sedang (3) Aksesibilitas a. Akses Menuju Lokasi Tidak Tersedia 0,00 0,00 0,00 Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 0,00 0,00 0,00 Sedang 19,00 10,00 0,00 Baik 65,00 63,33 70,00 Sangat Baik 16,00 26,67 30,00 Akses Menuju Lokasi baik (4) baik (4) baik (4) b. Akses di Dalam Lokasi Tidak Tersedia 0,00 0,00 0,00 Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 2,00 0,00 0,00 Sedang 21,00 3,33 0,00 Baik 63,00 70,00 56,67 Sangat Baik 14,00 26,67 43,33 Akses di Dalam Lokasi baik (4) baik (4) baik (4) 63

79 64 Kondisi Sosial a. Keamanan Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 3,00 0,00 0,00 Sedang 35,00 13,33 20,00 Baik 49,00 73,33 66,67 Sangat Baik 13,00 13,33 13,33 Keamanan baik (4) baik (4) baik (4) b. Sikap Pengelola Sangat Buruk 1,00 0,00 0,00 Buruk 2,00 0,00 3,33 Sedang 32,00 26,67 16,67 Baik 55,00 60,00 73,33 Sangat Baik 4,00 10,00 6,67 Sikap Pengelola baik (4) baik (4) baik (4) c. Sikap Masyarakat Sekitar Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 Buruk 4,00 0,00 0,00 Sedang 31,00 16,67 26,67 Baik 59,00 83,33 66,67 Sangat Baik 6,00 0,00 6,67 Sikap Masyarakat Sekitar baik (4) baik (4) baik (4) Sumber: Data Primer, diolah (2013 Lampiran 6. Persepsi multi stakeholder terhadap kondisi lingkungan di kawasan wisata Pantai Gondoriah Tahun 2013 Lingkungan Pengunjung Unit Usaha Tenaga Kerja Key Person Masyarakat Lokal a. Kebersihan Sangat Buruk 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Buruk 14,00 0,00 0,00 10,00 0,00 Sedang 42,00 13,33 36,67 30,00 16,67 Baik 39,00 76,67 53,33 46,67 80,00 Sangat Baik 3,00 10,00 10,00 13,33 3,33 Kebersihan sedang (3) baik (4) baik (4) baik (4) baik (4) b. Panorama Alam Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Buruk 2,00 0,00 0,00 0,00 3,33 Sedang 23,00 20,00 16,67 23,33 13,33 Baik 45,00 73,33 56,67 26,67 70,00 Sangat Baik 30,00 6,67 26,67 50,00 13,33 Panorama Alam baik (4) baik (4) baik (4) sangat baik (5) baik (4) c. Kondisi Pantai Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Buruk 6,00 0,00 3,33 3,33 0,00 Sedang 30,00 13,33 33,33 6,67 10,00 Baik 52,00 83,33 63,33 63,33 83,33 Sangat Baik 12,00 3,33 0,00 26,67 6,67 Kondisi Pantai baik (4) baik (4) baik (4) baik (4) baik (4) d. Kualitas Udara Sangat Buruk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Buruk 8,00 3,33 0,00 3,33 3,33 Sedang 27,00 10,00 33,33 10,00 23,33 Baik 55,00 80,00 63,33 60,00 73,33 Sangat Baik 10,00 6,67 3,33 26,67 0,00 Kualitas Udara baik (4) baik (4) baik (4) baik (4) baik (4) Sumber: Data Primer, diolah (2013)

80 65 Lampiran 7. Foto hasil pengamatan lapang wisata Pantai Gondoriah Pos Pelayanan Pengunjung Lokasi berjualan Akses di dalam lokasi Tabuik Taman Bermain Akses di dalam lokasi Toilet Lokasi berjualan Pantai Gondoriah

81 66 Lampiran 8. Peta lokasi wisata Pantai Gondoriah STASIUN KERETA API KP. PONDOK PASAR JAWI JAWI I KP. PERAK PONDOK JAWI JAWI II PARIAMAN TENGAH ALAI GELOMBANG TARATAK LOHONG KP. BARU JALAN KERETA API UJUNG BATUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata bahari sekitar Teluk Ratai. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Dermaga Ketapang yang berada di Desa

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2016, Vol. 5, No. 2, 136-143 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Eduart Wolok * Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata, wisata dan wisata alam Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya dan menetap sementara waktu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis dari studi yang dilakukan terhadap persepsi wisatawan terhadap Objek Wisata Batu Mentas, maka selanjutnya diuraikan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah struktur pelaksanaan penelitian yang mengaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita yang terletak di Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari beberapa pulau dengan potensi alam dan budaya yang berbeda-beda antara satu pulau dengan pulau lainnya. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata buatan dan peninggalan sejarah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari upaya mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi hampir selalu identik dengan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi output barang dan jasa pada

Lebih terperinci

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D 098 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa penyerapan tenaga kerja dan berkembangnya kegiatan perekonomian pendukung pariwisata seperti

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di daerah tropis dengan luas laut dua pertiga dari luas negara secara keseluruhan. Keberadaan Indonesia di antara dua benua dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata bahari merupakan salah satu jenis wisata andalan yang dimiliki oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata Indonesia merupakan salah satu industri penting yang ada di Indonesia, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala kesenjangan yang terjadi di lapangan dengan teori yang ada, maka dengan demikian perlu dilakukan penelitian ini.

Lebih terperinci