II. TINJAUAN PUSTAKA. buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal"

Transkripsi

1 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manfaat tanaman kelapa sawit Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal dengan minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan minyak yang berasal dari inti sawit dikenal dengan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) (Fauzi, dkk, 2008). Kandungan minyak akan bertambah sesuai tingkat kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri dari 3 lapisan, yaitu eksoscarp atau bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, Mesoscarp atau serabut buah dan endoscarp atau cangkang pelindung inti. Inti sawit terdiri dari endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Pemanfaatan produk kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dikelompokkan dalam : a. Bahan Makanan Minyak kelapa sawit mengandung kalori yang cukup tinggi dan mengandung sejumlah vitamin, antara lain pro-vitamin A (β-karotena), tokoferol sebagai sumber pro-vitamin E dan tokotrienol (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kenyataan menunjukkan bahwa banyak industrialis dan konsumen yang cenderung menyukai dan menggunakan minyak sawit. Dari aspek ekonomis, harganya relatif murah dibandingkan minyak nabati lain. Dari

2 6 aspek kesehatan, kandungan kolesterolnya rendah. Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, mentega (margarine), butter, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue. Keunggulan minyak sawit dibandingkan minyak goreng seperti mengandung karoten, berfungsi sebagai anti kanker, mengandung tokoferol, berfungsi sebagai sumber vitamin E, mengandung asam linoleat yang rendah sehingga tidak mudah teroksidasi. b. Bukan Bahan Makanan (Oleochemical) Minyak kelapa sawit dapat dipakai untuk bahan industri berat ataupun ringan, antara lain untuk industri penyamakan kulit agar menjadi lebih lembut dan fleksibel. Dalam industri tekstil, minyak sawit dipakai sebagai minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi; pada industri kawat dipakai dalam cold rolling dan fluxing agent; pada industri perak sebagai bahan flotasi pada pemisahan bijih tembaga dan cobalt. Pada industri ringan, minyak kelapa sawit dipakai sebagai sabun, deterjen, semir sepatu, lilin, tinta cetak dan lain-lain (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). c. Bahan Kosmetik dan Farmasi Minyak kelapa sawit juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri kosmetik dan farmasi karena mempunyai sifat sangat mudah diabsorpsi oleh kulit yang banyak dipakai untuk pembuatan shampo, krim (cream), minyak rambut, sabun cair, lipstik dan lain-lain (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Minyak kelapa sawit mengandung β-karotena yang cukup tinggi. Karotena ini banyak dipakai untuk obat kanker paru-paru dan kanker

3 7 payudara. Tokoferol dan tokotrienol berfungsi sebagai antioksidan dan bertindak sebagai bahan proteksi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). d. Bahan bakar alternatif (palm biodiesel) Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Keunggulannya antara lain : merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur dan senyawa benzene yang karsinogenik. Bahan bakar ini dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun produk turunannya atau minyak inti sawit (PKO). Dilakukan melalui transsterifikasi minyak sawit dengan metanol. Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005) Sistematika Tanaman Kelapa sawit. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Kelas Ordo Famili : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Arecaceae

4 8 Subfamili Genus Spesies : Cocoidae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq 2.3. Morfologi Tanaman Kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan, 2008) Akar Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berkeping satu dengan sistem perakaran serabut. Akar pertama yang muncul dari biji saat telah tumbuh adalah radikula (bakal akar) yang panjangnya mencapai 15 cm. Akar terutama sekali berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, dan sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem perakaran serabut, terdiri dari akar primer, akar sekunder, tertier, dan akar kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2 4 mm, akar sekunder bercabang membentuk akar tertier yang berdiameter 0,7 1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarter. Pertumbuhan dan percabangan akar dapat terangsang bila konsentrasi hara dalam tanah tercukupi (Pahan, 2008).

5 Batang Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman berkeping satu yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm 75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun (Pahan, 2008). Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm 45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan antara 15 meter 18 meter, sedangkan di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat (Pahan, 2008) Daun. Kelapa sawit memiliki daun yang tersusun menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun (Sunarko, 2009).

6 10 Kelapa sawit dewasa mempunyai pelepah daun, kadang hingga 48 pelepah. Produksi daun rata rata pelepah/tahun, dihitung mulai dari pelepah yang telah membuka. Berdasarkan data publikasi helai, sewaktu umur 10 tahun jumlahnya mencapai helai (Sunarko, 2009). Filotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat menarik untuk tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (Rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang. Primordia dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh (apex). Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil yang memutar ke kiri (Pahan, 2008). Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun kesembilan akan segaris dengan daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah membuka sempurna. Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20 30, kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi atau kurang (Fauzi, dkk, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 1.

7 11 Phylotaksis daun kelapa sawit adalah 3/8 dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1.Rumus kedudukan daun (phylotaksis) kelapa sawit Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Pada satu pohon dijumpai pelepah (Fauzi, dkk, 2008) Bunga Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masingmasing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya (Fauzi, dkk, 2008). Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± bulan. Pada mulanya keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga

8 12 betina. Terkadang ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina ada pada satu rangkain (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2004 ). Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki spikelet dan setiap spikelet bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan tandan/pokok/tahun (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2004). Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang panjangnya antara cm. Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga. Setiap cabang bunga mengandung bunga jantan. Bunga jantan terdiri dari 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak terbuka dan mengeluarkan tepung sari dari ujung tandan bunga, pada hari kedua bagian tengah dan hari ketiga di bagian bawah tandan yang akan keluar serbuk sari. Serbuk sari berwarna kuning pucat dan berbau spesifik. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan gram tepung sari. Setiap bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah tersusun pada tandan (Fauzi, dkk, 2008). Untuk lebih jelasnya perbedaan bunga jantan dan bunga betina dapat di lihat pada Gambar 2.

9 13 Seludang bunga jantan Seludang bunga betina Gambar 2. Seludang Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit Buah Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp (pericarp). Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium ( Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005 ). Buah yang ditanam untuk dijadikan benih umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan. Buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya sudah optimal sedangkan matang fisiologis adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang. Untuk lebih dapat di lihat pada Gambar 3. (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2004).

10 14 Kernel Eksocarp Endocarp Mesocarp Gambar 3. Bentuk Bagian - bagian buah kelapa sawit Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Berdasarkan warna kulit buah dapat dikelompokkan dalam 3 tipe yaitu : (Pahan,2008) a) Nigrescens Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia. b) Virescens Pada waktu muda, buah virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau-hijauan. c) Albescens Pada waktu muda, buah albescens berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman.

11 Varietas Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi 3 ( Tiga ), yaitu : (Fauzi, dkk, 2008). a. Dura Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit. b. Pisifera Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. c. Tenera Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Untuk melihat perbedaan dari vaietas tersebut maka dapat dilihat pada gambar 4. (A) (B) (C) Gambar 4. Varietas dura (A), pisifera (B), dan tenera (C) Sumber : Dermawan (2009)

12 16 Perbedaan ketebalan daging buah mempengaruhi terjadinya perbedaan jumlah rendemen minyak sawit yang dikandungnya. Varietas yang memiliki daging yang tebal yaitu varietas dura dan varietas tenera, namun varietas tenera memiliki rendemen minyak lebih tinggi yaitu 22-24% dibandingkan varietas dura yang memiliki rendemen minyak sekitar 16-18% (Fauzi, dkk, 2008) Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit memiliki persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Di antara kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah faktor iklim dan tanah. A. Iklim Faktor-faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi. 1) Curah Hujan Kelapa sawit memerlukan curah hujan sekitar mm yang merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering (defisit air) yang nyata. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang telah cukup umur tidak mau masak sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak (lebih dari mm per tahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah kelapa sawit,

13 17 asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik (Fauzi, dkk, 2008). 2) Suhu Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu C. Di daerah sekitar garis khatulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian m dpl. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20 0 C, tetapi pertumbuhannya sudah mulai terhambat pada suhu C. Produksi TBS yang tertinggi didapatkan dari daerah yang rata-rata suhu tahunannya berkisar C (Fauzi, dkk, 2008). 3) Intensitas Penyinaran Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre- nursery. Pada kondisi langit cerah di daerah zona khatulistiwa, intensitas cahaya matahari bervariasi J/cm 2 /hari. Intensitas cahaya matahari sebesar terjadi pada bulan Juni dan Desember, sedangkan terjadi pada bulan Maret dan September. Dengan semakin jauhnya suatu daerah dari khatulistiwa misalnya pada daerah 10 0 LU intensitas cahaya akan turun dan berkisar J/cm 2 /hari. Intensitas terjadi pada bulan Desember, sedangkan terjadi pada periode Maret-September ( Pahan, 2006 ). Fotosintesis pada daun kelapa sawit akan meningkat pada kondisi langit berawan karena intensitas cahaya matahari dapat berkurang. Produksi bahan kering bibit umur 13 minggu yang diberi naungan ternyata

14 18 berkurang. Penurunan berat kering tersebut meliputi penurunan pada bagian tajuk dan pada bagian akar. Produksi TBS/tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Penyinaran efektif didefinisikan sebagai total jumlah jam penyinaran yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah selama periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stress air tanah yang terjadi. Pengaruh lamanya penyinaran terhadap peningkatan produksi yaitu 5,7 kg per kenaikan 100 jam penyinaran efektif per pohon. Pada kondisi di daerah khatulistiwa yang menerima lebih dari jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata setiap pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80% (Pahan, 2008) 4) Angin Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan pada kasus angin puting beliung dapat menghancurkan perkebunan kelapa sawit di daerah yang agak jauh dari khatulistiwa, seperti Thailand (Pahan, 2008). B. Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan. Di lahan yang permukaan airnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan

15 19 produksi buah yang baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah latosol dan aluvial akan tetapi Kesuburan tanah bukan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.` Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit seperti tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik, tekstur ringan, dikendaki memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 20-50%, perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, ph tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar, kelapa sawit dapat tumbuh pada ph 4-6 namun yang terbaik adalah ph 5 6, tanah yang mempunyai ph rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi (Pahan, 2008) Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Untuk menghasikan buah kelapa sawit dengan jumlah dan mutu yang baik perlu memperhatikan teknik budidaya yang meliputi pembukaan lahan, penanaman, dan perawatan tanaman yang benar (Fauzi, dkk, 2008) Pembukaan lahan Pembukaan lahan adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. Membuka lahan adalah pekerjaan teknis yang mudah dilakukan, asalkan tersedia peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pembukaan lahan diantaranya kesesuaian lahan yang akan dibuka tersebut untuk budidaya tanaman kelapa sawit (Pahan, 2006).

16 20 Tahap awal pekerjaan pembukaan lahan khususnya pada hutan dimulai dengan pengimasan. Pengimasan adalah pekerjaan memotong dan menebas semua jenis kayu maupun semak belukar yang ukuran diameternya kurang dari 10 cm. Pemotongan kayu dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah, pengimasan dilakukan secara manual dengan menggunakan parang dan kapak. Setelah pengimasan selesai dilanjutkan dengan pekerjaan penumbangan batang batang kayu yang diameternya lebih dari 10 cm. Penumbangan dilakukan dengan menggunkan gergaji mesin ( chain saw) dengan arah yang sejajar artinya jika penumbangan awal dilakukan dari arah Utara Selatan maka penumbangan selanjutnya juga dilakukan dengan arah yang sama agar kayu hasil tebangan tersebut tidak tumpang tindih. Setelah penumbangan selesai dilakukan perumpukan kayu oleh alat berat, sebelum perumpukan dilakukan sebaiknya batang batang kayu yang terlalu panjang dan besar dipotong potong hingga panjang rata rata menjadi 6 8 m. Sedangkan batang batang yang kecil dan pendek tidak perlu di potong lagi (Fauzi, dkk, 2008). a. Pembuatan jalan Pembuatan jaringan jalan di kebun berarti membuat blok. Hal ini disebabkan karena setiap blok dipisahkan dengan blok yang lain oleh jaringan jalan. Sejauh keadaan memungkinkan, penanaman kelapa sawit sebaiknya dilakukan dalam blok yang berukuran sama. Batas-batas blok tersebut diusahakan lurus, walaupun hal ini sukar diterapkan pada areal yang berbukit. Pada kebanyakan areal kebun, batas-batas blok tersebut tidak bisa lurus karena berbatasan denga tepian sungai, perkampungan penduduk, dan areal lainnya yang tidak bisa ditanami. Keteraturan bentuk

17 21 dan ukuran blok ini sangat penting karena akan memudahkan dalam operasional pekerjaan di lapangan (Pahan, 2008). Jaringan jalan dalam perkebunan dapat dibagi atas 3 kelas, yaitu : 1) Jalan utama (main road) Jalan utama dibangun dan dirancang untuk tahan dilalui kendaraan pengangkut TBS setiap hari. Jalan utama merupakan muara dari setiap jalan pengumpul. Jalan utama dibuat dengan arah utaraselatan setiap jarak m atau m (lebar 9 m). 2) Sub jalan utama (submain road) Sub jalan utama merupakan jalan pengumpul yang sering dilewati kendaran pengangkut TBS. Hal ini biasanya disebabkan kondisi jalan tersebut lebih bagus dari jalan pengumpul yang lain. 3) Jalan pengumpul Jalan pengumpul dibangun dan dirancang untuk dilalui kendaraan pengangkut TBS seminggu sekali (mengikuti rotasi panen). Jalan ini dibuat dengan arah Utara-Selatan setiap 300 m (lebar 7 m) dan tegak lurus dengan jalan utama. b. Pembuatan saluran air Pembuatan saluran air dimaksudkan untuk mengendalikan tata air di dalam wilayah perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan draenase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan draenase kebalikannya. Hal ini perlu disadari agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian terminologi irigasi untuk tata nama draenase karena kedua sistem ini saling berlawanan

18 22 dan tidak mungkin digabung menjadi satu kesatuan. Untuk mencegah timbulnya kerancuan dalam tatanama sistem draenase, berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran. 1) Draenase lapangan Berfungsi menyekap air yang ada dan mengalirkannya di permukaan tanah. Dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah dan merupakan parit buatan. 2) Draenase Pengumpul Berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan mengalirkannya ke pembuangan. Draenase pengumpul merupakan buatan manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam, waduk, dan lainnya. Draenase pengumpul juga berupa teras bersambung dan benteng, dimana bentuk pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui peresapan tanah. 3) Draenase pembuangan Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu. Umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai, jurang, rendahan, dan lainnya. Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam juga dapat berupa saluran buatan, sistem pompa, dan lain-lain. c. Pengajiran (pemancangan) Pengajiran sebaiknya dilakukan setelah kegiatan pembersihan lahan dilakukan. Jarak tanam yang dipakai tergantung pada kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang ditanam dalam luas

19 23 tertentu dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahan tanaman, lingkungan dan sistem tanam (Pahan, 2006) Persiapan bahan tanam Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang dikembangbiakan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan kultur jaringan (Fauzi, dkk, 2008). Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistim pembibitan satu tahap (single stage) dan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Pada penerapan sistem tahap ganda penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu tahap pertama kecambah ditanam dikantong plastik kecil dan dipelihara selama 3 bulan, dan tahap kedua ditanam pada polibag besar dan dipelihara selama 9 10 bulan. Pada prinsipnya, sistem pembibitan ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih baik sehingga faktor kematian bibit pembibtan dan di lapangan dapat ditekan sekecil mungkin (Fauzi, dkk, 2008) Tanaman penutup tanah (Leguminosa cover crop) Penanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah dimaksudkan untuk menutupi pemukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman kelapa sawit kelak. Kacangkacangan dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit karena berfungsi menghasilkan bahan organik, di samping dapat mengikat unsur nitrogen dari udara (Pahan, 2006).

20 24 Tumbuhan penutup tanah dari jenis kacang-kacangan yang sering di tanam di perkebunan kelapa sawit yaitu Calopogonium caerulium, Pueraria javanica, Calapogonium mucunoides, Centrosema pubescens, Mucuna cochinchinensis, dan Mucuna bracteata. Secara umum, status tumbuhan penutup tanah di perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan sebagai tumbuhan yang pada umumnya bermanfaat. Manfaat kacang-kacangan dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit yaitu sebagai berikut : Menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur tanah. Memperbaiki status hara tanah, terutama nitrogen Memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan). Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama pada tanah yang curam. Mengurangi biaya pengendalian gulma. Mendorong pertumbuhan tanamn dan meningkatkan produksi Penanaman kelapa sawit Umumnya, pola tanam kelapa sawit berbentuk segitiga sama sisi pada areal rata/datar sampai bergelombang. Sementara, pada areal berbukit dengan sudut kemiringan lebih dari 12 0, perlu dibuat teras kontur dengan jarak tanam sesuai dengan ketentuan. Panjang sisi (jarak tanam) harus dibuat seoptimal mungkin sehingga setiap individu tanaman mendapat ruang lingkungan serta sinar matahari yang memadai dan seragam untuk mendapatkan produksi per ha yang maksimal selama satu tahun (Pahan, 2006). Menurut Pahan (2006), teknis pekerjaan lubang tanam secara manual dilakukan dengan tata urutan sebagai berikut :

21 25 Lubang tanaman telah dipersiapkan sebelum tanam. Pancang tidak boleh diangkat sebelum diberi tanda untuk pembuatan lubang tanam (90 x 90) cm di atas permukaan tanah sehingga pancang tepat berada di tengah-tengah pola tersebut. Ukuran lubang tanam adalah (90 x 90 x 60) cm. Tanah hasil galian dipisahkan antara top soil dan sub soil. Top soil diletakkan di sebelah selatan dan sub soil di sebelah utara secara teratur dan seragam. Setelah lubang selesai, pancang dikembalikan ke posisi semula. Untuk menjamin keseragaman ukuran lubang tanam, setiap pekerja dilengkapi dengan mal/patron yang berukuran 90 cm dan 60 cm. Dinding lubang tanaman harus tegak lurus dan tidak boleh berbentuk lain. Pada saat penanaman, hal yang terlebih dulu ditimbunkan yaitu top soil dengan kedalaman sekitar 25 cm dari dasar lubang kemudian sub soil pada kedalaman sisanya Pemeliharaan tanaman kelapa sawit a. Penyulaman Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhanya kurang baik dengan tanaman yang baru. Kematian atau kurang baiknya pertumbuhan dapat disebabkan beberapa hal yaitu penanaman yang kurang teliti, kekeringan, terendam air dan terserang hama penyakit. Penanaman dikatakan berhasil jika jumlah sulaman maksimal 2 3 % dari bibit yang ditanam. Saat yang baik melakukan penyulaman adalah

22 bulan. Cara penyulaman pun sama dengan penanaman sebelumnya (Fauzi, dkk, 2008). b. Penyiangan gulma Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman perlu dikendalikan sebab dapat merugikan dan menurunkan hasil atu produksi. Pada dasarnya ada 3 cara pengendalian gulma yaitu cara mekanis (manual), kimiawi dan biologis. Pengendalian dengan cara mekanis adalah pengendalian dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung dan dengan cara penyiangan bersih pada daerah piringan. Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian dengan menggunakan hebisida dan pengendalian secara biologi adalah pengendalian dengan menggunakan tumbuh tumbuhan yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma (Fauzi, dkk, 2008). a. Kastrasi Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan secara menyeluruh bunga jantan dan bunga betina, tujuan dari kastrasi ini selain dari sanitasi juga konsentrasi penyerapan zat zat hara bagi pertumbuhan vegatatif tanaman. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama (12 bulan setelah tanam) sampai tanaman berumur 33 bulan atau selambat lambatnya 6 bulan sebelum panen pertama. Kastrasi dilakukan 1 bulan sekali atau sebanyak kali selama masa TBM dengan menggunakan alat dodos (Fauzi, dkk, 2008).

23 27 b. Pemupukan Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan tanaman, yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor dasar, serta konsep neraca hara. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit dapat diketahui melalui analisis jaringan tanaman. Untuk blok-blok yang potensi produksi kurang dari 25 ton/ha/tahun, jumlah unsur hara yang diserap untuk pembentukan/pengisian TBS dapat diproporsikan dengan mengalikan faktor yang mempengaruhi kehilangan unsur hara. Sebagai contoh blok dengan potensi produksi 20 ton/ha/tahun maka unsur hara yang terangkat melalui panen TBS sebagai berikut. N = 20/25 x 73,2 = 58,56 kg/ha = 0,40 kg/pokok P = 20/25 x 11,6 = 9,28 kg/ha = 0,06 kg/pokok K = 20/25 x 93,4 = 74,72 kg/ha = 0,51 kg/pokok Mg = 20/25 x 20,8 = 16,64 kg/ha = 0,11 kg/pokok Tabel 1. kebutuhan pupuk pada tanaman kelapa sawit N P K Mg Komponen kg/ ha kg/ pokok kg/ ha kg/ pokok Kg/ Ha kg/ pokok kg/ ha kg/ pokok Bahan untuk perumbuhan vegetative 40,90 0,28 3,10 0,02 55,70 0,38 11,50 0,08 Pelepah yang di tunas 67,20 0,45 8,90 0,06 86,20 0,58 22,40 0,15 Tandan buah segar (25 ton/ha) 73,20 0,49 11,60 0,08 93,40 0,63 20,80 0,14 Bunga jantan 11,20 0,08 2,40 0,02 16,10 0,11 6,60 0,04 Total 192,5 0 1,30 Sumber : Pahan, (2006) 26,.0 0 0,18 251,4 0 1,70 61,30 0,41

24 28 c. Penunasan Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit (Pahan, 2006). Pada tanaman muda, pelaksanaan tunas pasir/sanitasi dapat mempermudah pemupukan, semprot piringan, dan pengutipan brondolan. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimal maka harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosntesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan BJR (berat janjang ratarata). Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawsan yang ketat, dan penggunaan alat yang tepat (Pahan, 2006).

25 29 Tabel 2. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman. Umur Tanaman (tahun) Kebijakan Jumlah Songgo JumlahPelepah/ Spiral < 3 Pemotongan pelepah tidak - - diperbolehkan. Prioritas untuk permulaan panen dengan cara memotong pelepah-pelepah tua dan kering. 4-7 Dipertahankan pelepah Dipertahankan pelepah > 15 Maksimum dipertahankan pelepah Sumber : Pahan, (2006) f. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama dan penyakit itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari seluruh siklus hidup mata rantai sangat berguna di dalam pengendalian hama dan penyakit yang efeltif. Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hama dan penyakit merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya (Pahan, 2006). Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama/penyakit tersebut. Usaha mendeteksi

26 30 hama/penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih rendah daripada pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas (Pahan, 2006). Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya ulat api, dan ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus dan Apogonia, serta babi hutan. Adapun penyakit yang menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit di antaranya yaitu penyakit-penyakit daun pada pembibitan. Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma), penyakit busuk tandan buah (Marasmius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot) (Pahan, 2006) Panen kelapa sawit Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan ALB minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun jumlah brondolan kurang dari 10 butir dan umur tanaman lebih dari 10 tahun jumlah brondolan sekitar butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 10 kg terdapat 2 brondolan (Fauzi, dkk, 2008). Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan untuk panen terakhir sampai panen berikutnya. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya

27 31 memakai rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemetik tiap 7 hari. Menurut Fauzi, dkk, (2008), ada 2 sistem ancak panen yaitu : a. Sistem ancak giring, apabila suatu ancak telah dipanen maka pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, sistem ini memudahkan dalam pengawasan pekerjaan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik namun pemanen cenderung memanen buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah dan brondolan yang tertinggal di lapangan. b. Sistem ancak tetap, pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah pindah. Hal ini menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal namun kelemahan sitem ini adalah buah lambat keluar sehingga lambat sampai ke pabrik. Cara panen adalah, tandan yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm kemudian diletakan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan diletakan pada gawangan mati. Selanjutnya tandan buah dan brondolan dibawa ke TPH (Pahan, 2006) Pengolahan Hasil Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3-14 tahun dan akan mulai menurun kembali setelah umur tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam satu

28 32 tandan, terdapat brondolan dengan berat brondolan berkisar gr (Pahan, 2006). TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti (kernel) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006). Stasiun proses pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai penerimaan buah, rebusan, pemipilan, pencacahan, pengempaan, pemurnian dan pemisahan biji dan kernel. Sementara stasiun pendukung berfungsi sebagai pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk dan bengkel Penerimaan buah Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang (weight bridge ) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Buah yang telah sampai kepabrik setelah diangkut dengan truk segera melakukan penimbangan panen di pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang. Sesudah itu ditimbang lagi dalam keadaan kosong (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kandungan asam lemak bebas (ALB) buah yang tidak segera diangkut untuk diolah semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen tandan buah segar harus segera diolah (Fauzi, dkk, 2008).

29 33 Truk buah setelah ditimbang kemudian dibongkar di loading ramp. Pada kesempatan ini ± 5% dari jumlah truk buah disortasi untuk penilaian mutu. Selanjutnya buah dipindahkan ke keranjang lori rebusan yang berkapasitas lebih kurang 2,5 ton (Fauzi, dkk, 2008) Perebusan buah TBS mengandung sejumlah zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu tinggi dalam rebusan akan menginaktifkan enzim-enzim lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh karena itu, tandan yang dipanen harus diusahakan dapat direbus secepatnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel rebusan. TBS dipanaskan dengan uap air bertekanan 2,8-3 kg/cm 2 dengan suhu C dan lamanya perebusan berkisar 90 menit (Fauzi, dkk, 2008). Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya perebusan dengan waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Tujuan perebusan menurut Fauzi, dkk, (2008) adalah sebagai : Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan. Untuk mengkoagulasi (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak.

30 Penebahan Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak dari tandan yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran brondolan. Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Lori rebusan ditarik keluar yang kemudian diangkut ke atas dengan Hoisting Crane setelah perebusan. Dengan alat pengangkut lori yang berisi buah rebusan dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (brondolan) jatuh ke bawah melalui conveyor serta elevator menuju ke ketel adukan (digester) (Fauzi, dkk, 2008) Pencacahan Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk didalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah dan diantara massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel. Tujuan peremasan adalah meremas buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak agar dapat diperas sebanyaknya pada proses pengempaan (Mangoensoekarjo dan Semangun,2005).

31 Pengempaan Pada pabrik kelapa sawit umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage (Fauzi, dkk, 2008) Pemurnian Tujuan dari pemurnian adalah minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan/pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak (Fauzi, dkk, 2008). Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di COT dipanaskan hingga C. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap (clarifier tank) (Fauzi, dkk, 2008).

32 36 Di COT minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari COT selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung di dalamnya dan kemudian di proses kembali di COT dan selanjutnya ke COT (Fauzi, dkk, 2008) Pemisahan biji dan kernel Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan berat jenis (BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut Hidrocyclone Separator. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung (Fauzi, dkk, 2008). Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80 o C dan setelah kering inti sawit dapat dipakai atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit Palm Kernel Oil (PKO) (Fauzi, dkk, 2008) Manajemen Perusahaan Perkebunan Manajemen dalam arti umum adalah pengelolaan atau ketatalaksanaan yang merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan perkebunan kelapa sawit biasanya ditentukan oleh

33 37 kemampuan dari pengusaha dalam mengelola dan melaksanakan manajemen tersebut. Manajemen yang baik harus dilengkapi 4 (empat) unsur manajemen diantaranya : Perencanaan ( Planning ) Organisasi perusahaan ( Organitation ) Penggerak ( Actuating ) Pengawasan dan evaluasi ( Controlling ) Bila semua unsur manajemen dapat dilakukan dengan sebaik - baiknya maka sasaran tujuan dari perusahaan dapat tercapai.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya dari Brasilia. Di Brasilia tanaman ini tumbuh secara liar atau setengah liar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoeclous dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut; divisi Spermatophyta, dengan subdivisi Pteropsida. Kelapa sawit tergolong kelas Angiospermae dengan subkelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia sekarang ini merupakan tanaman asli Afrika Barat (Geunia) yaitu jenis Elais Geunensis Jacq. Ada jenis tanaman kelapa sawit yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal perkebunan. Karena Mucuna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki. susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap.

TINJAUAN PUSTAKA. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki. susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit dan Tandan Kosong Sawit Kelapa sawit (Elaeis quineensis, Jacq) dari family Araceae merupakan salah satu tanaman perkebunan sebagai sumber minyak nabati, dan merupakan

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Deskripsi objek penelitian adalah putusan Pengadilan Pajak terhadap sengketa pengkreditan Pajak Masukan yang terkait dengan penyerahan barang yang bersifat strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut, yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya 6-10 mm, keluar dari pangkal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit di Afrika diklasifikasikan oleh Jacquin pada tahun 1763 sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci