Nadiah Suhaima Ghina, Sri Susilih. Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nadiah Suhaima Ghina, Sri Susilih. Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia"

Transkripsi

1 Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Nadiah Suhaima Ghina, Sri Susilih Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia nadiah.suhaima@ui.ac.id / nsghina@gmail.com Abstrak Jurnal ini bertujuan untuk menggambarkan Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Taman Nasional Kepulauan Seribu termasuk ke dalam Kawasan Perlindungan Laut di Indonesia dan dikelompokkan ke dalam beberapa zonasi, salah satunya yakni zona inti. Pada tahun , Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu menjalankan program Kampanye Pride yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar tidak menangkap ikan di kawasan zona inti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak program terhadap perilaku nelayan setelah dua tahun program selesai dijalankan. Skripsi ini membahas dampak Program Kampanye Pride di Kelurahan Pulau Harapan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta dengan menggunakan analisis metode kuantitatif terhadap 30 responden. Teori yang digunakan adalah teori dimensi-dimensi dampak oleh Agustino yang terdiri dari dimensi pengaruh program terhadap kelompok sasaran, keadaan program di masa kini, serta pengaruh tidak langsung program terhadap kelompok sasaran. Simpulan yang didapatkan dari penelitian adalah Program Kampanye Pride memberikan dampak positif terhadap perilaku masyarakat nelayan di kelurahan Pulau Harapan. Kata kunci: Dampak Program, Program Kampanye Pride, Kelurahan Pulau Harapan The Impact of Pride Campaign Program of Kepulauan Seribu National Park s Office on Fishermen s Behavior in Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Abstract The purpose of this journal is to describe the impact of Pride Campaign on Fishermen s Behaviour in Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kepulauan Seribu National Park is one of the Marine Protected Area in Indonesia which is grouped into several zones, one of which is the core zone. In , Kepulauan Seribu National Park s Office ran Pride Campaign program that aims to change fishermen s behavior so they do not to catch fish in the core zone. This study aims to determine the impact of the program on fishermen s behavior after two years this program is finished. This study discusses the impact of the Pride Campaign Program at Kelurahan Pulau Harapan in Kepulauan Seribu, DKI Jakarta by using quantitative analysis method to 30 respondents. The theory used is dimensions of the impact s theory by Agustino which consists: the impact of a program to target groups, present state of the program, and the indirect impact of a program to target groups. The conclusions obtained from the research is the Kampanye Pride program had a positive impact on fishermen s behavior in Kelurahan Pulau Harapan. Key words : Impact Program, Pride Campaign Program, Kelurahan Pulau Harapan

2 Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang secara geografis terletak di jantung Coral Triangle (Segitiga Terumbu Karang), sebuah wilayah yang merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati terkaya di planet Bumi. Bahkan di antara perairan yang kaya akan terumbu karang ini, Indonesia dikenal dengan keragaman ekosistem pesisir yang menyimpan 18% dari terumbu karang di dunia, lebih dari 70 genera dan 500 spesies karang, spesies ikan, spesies moluska, spesies krustasea, dan berbagai biota laut lainnya (Huffard dkk, 2012:3). Saat ini, Marine Protected Areas atau Kawasan Konservasi Laut merupakan alat manajemen utama dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan membantu pengelolaan sumber daya laut. Kawasan konservasi menurut IUCN adalah ruang geografis yang diakui, didedikasikan, dan dikelola melalui hukum atau cara lain yang efektif, untuk mencapai konservasi alam jangka panjang yang terkait dengan sistem ekosistem dan nilai-nilai budaya (Day dkk, 2008:9). Kawasan Konservasi Laut di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Kawasan Konservasi Perairan. Kawasan konservasi laut penting bagi perlindungan keanekaragaman hayati laut dan pemeliharaan produktifitas perairan terutama sumberdaya perikanan ( 2004). Kawasan Konservasi Laut di Indonesia diterapkan ke dalam beberapa kategori, yaitu: Cagar Alam Laut, Kawasan Konservasi Perairan Daerah, Suaka Alam Perairan, Suaka Margasatwa Laut, Taman Nasional Laut, Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Alam Laut, dan Taman Wisata Perairan. Salah satu kategori kawasan perairan yang dilindungi di Indonesia adalah taman nasional laut. Taman nasional laut di Indonesia saat ini berjumlah sebanyak tujuh taman nasional, di antaranya Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Taka Bone Rate, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Wakatobi, Taman Nasional Karimun Jawa, dan Taman Nasional Kepulauan Togean (kkji.kp3k.kkp.go.id, 2014). Taman Nasional Kepulauan Seribu, yang termasuk salah satu dari tujuh taman nasional di Indonesia berada di provinsi DKI Jakarta, ibukota negara Indonesia. Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia dan salah satu kota terpadat di Indonesia, masih menyisihkan kantong konservasi terutama konservasi laut (Abdullah dan Rusandi, 1998:37). Selain itu, Taman Nasional Kepulauan Seribu saat ini merupakan salah satu dari 20 Taman Nasional Model di Indonesia, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal

3 Nomor SK. 69/IV-Set/HO/2006. Penetapan sebagai Taman Nasional Model ini dimaksudkan sebagai upaya optimalisasi pengelolaan Taman Nasional sesuai kekhasannya. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Nomor SK.05/IV-KK/2004 tanggal 27 Januari 2004 tentang Zonasi Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata, dan Zona Pemukiman. Zona Inti dan Zona Perlindungan merupakan zona yang sangat terbatas pamanfaatannya. Pada Zona Inti, tidak diperbolehkan adanya kegiatan eksploitasi yang bersifat komersial, termasuk penangkapan ikan oleh kapal nelayan. Zona Perlindungan dibentuk dalam rangka mendukung keberadaan Zona Inti dan juga tidak dimaksudkan untuk kegiatan yang bersifat eksploitasi komersial. Kegiatan wisata masih diperbolehkan namun merupakan jenis wisata alam terbatas. Zona Inti terdiri dari tiga bagian, yaitu Zona Inti I. Zona Inti II, dan Zona Inti III. Status Kepulauan Seribu dengan zonasi yang telah ditetapkan pemerintah membuat masyarakat juga harus turut serta dalam menjaga keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kawasan Zona Inti I merupakan kawasan yang ditetapkan untuk perlindungan Penyu Sisik, Kawasan Zona Inti II menjadi kawasan perlindungan Penyu Sisik dan ekosistem hutan bakau, dan Kawasan Zona Inti III ditetapkan menjadi tempat perlindungan Penyu Sisik dan ekosistem terumbu karang. Kawasan zonasi ini tidak akan berfungsi sesuai aturan apabila masyarakat dan nelayan tetap mengambil ikan dari kawasan tersebut. Untuk itu, diperlukan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kawasan konservasi agar kondisinya tidak semakin memburuk akibat penangkapan ikan menggunakan bom dan racun serta penangkapan ikan berlebih sehingga mengurangi populasi ikan karang. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan unit pelaksana teknis di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan. Fungsi Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan taman nasional, pengelolaan taman nasional, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari taman nasional, perlindungan, pengamanan dan penanggulangan kebakaran taman nasional, promosi dan informasi, bina wisata dan cinta alam, serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, kerjasama pengelolaan taman nasional, dan pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga ( 2012). Pada tahun 2010 hingga 2012, Balai Taman

4 Nasional Kepulauan Seribu bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Rare menjalankan program Kampanye Pride yang bertujuan untuk melakukan pendekatan kepada para nelayan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan komunikasi mereka dalam memahami dan mematuhi zonasi TN Kepulauan Seribu, untuk mewujudkan kawasan zona inti yang bersih gangguan dan menjadi sumber ikan di masa mendatang di kawasan TN Kepulauan Seribu (Ardianti, 2012:11). Dari program Kampanye Pride ini masyarakat diharapkan memiliki kepatuhan terhadap zona inti, ikut dalam pengawasan zona inti, dan kesediaan untuk melaporkan bila melihat adanya pelanggaran di zona inti. Hasil dampak dari program Kampanye Pride disusun ke dalam beberapa kategori sebagai berikut: 1. Menghasilkan perubahan positif dalam pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal 2. Menyingkirkan halangan terhadap perubahan perilaku 3. Mencapai perubahan perilaku 4. Mencapai pengurangan ancaman dan hasil konservasi Program Kampanye Pride yang dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Rare merupakan kampanye yang menyasar pada masyarakat yang tinggal di dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu, yang tersebar di 5 (lima) pulau, yaitu Pulau Panggang dan Pulau Pramuka di Kelurahan Pulau Panggang; Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa Dua di Kelurahan Pulau Kelapa; dan Pulau Harapan di Kelurahan Pulau Harapan. Setelah dilaksanakan program, aspek pengetahuan mengenai letak zona inti untuk nelayan pulau Harapan terjadi peningkatan dari 49% menjadi 83%. Aspek lain dari nelayan pulau Harapan yang meningkat adalah sikap nelayan pulau Harapan yang setuju bahwa zona inti akan memberikan manfaat untuk memulihkan cadangan ikan berhasil ditingkatkan dari 29% menjadi 60.4%, meskipun tidak berhasil mencapai sasaran sebesar 80%. Selain pengetahuan nelayan pulau Harapan mengenai letak zona inti, tidak ada sasaran lain yang tercapai meskipun terjadi peningkatan bila dibandingkan hasil survey Pra Kampanye. Sedangkan untuk perubahan perilaku mengenai tidak lagi menangkap ikan di dalam zona inti bagi nelayan pulau Harapan terjadi penurunan, meskipun secara pengetahuan, sikap, dan komunikasi interpersonal nelayan pulau Harapan meningkat. Salah satu penyebabnya adalah karena pulau Harapan terletak paling dekat dengan zona inti, berdasarkan peta Kepulauan Seribu. Lokasi yang dekat dengan zona inti membuat nelayan Pulau Harapan yang berlandaskan pada kebutuhan ekonomi, tetap menangkap ikan di dalam zona inti.

5 B. Permasalahan Program Kampanye Pride diadakan selama dua tahun oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, dimulai pada bulan November 2010 dan berakhir pada bulan April 2012 dan didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Rare. Menurut Notoatmodjo, untuk merubah atau memotivasi seseorang agar menerima sikap dan kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah dan cepat, namun tergantung kepada aspek intra-personal dan intra-personal seseorang. Program kampanye yang diadakan oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu telah berakhir dua tahun yang lalu. Dua tahun setelah program kampanye ini dilakukan, muncul pertanyaan, yaitu: Bagaimana dampak program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap perilaku masyarakat nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta? C. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dampak program kampanye Pride yang dilakukan pada tahun oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap perilaku masyarakat nelayan di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Tinjauan Teoritis Dalam penelitian mengenai Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta digunakan konsep Kebijakan Publik, terutama konsep evaluasi kebijakan publik dan dampak kebijakan, serta konsep perubahan perilaku yang digunakan sebagai acuan pertanyaan penelitian. A. Konsep Kebijakan Publik Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis, aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan, sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang bersifat intelektual (Subarsono, 2013:8). B. Konsep Evaluasi Kebijakan Publik

6 Evaluasi kebijakan merupakan salah satu proses dari kebijakan publik. Nawawi (2009:155) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi atau unit kerja dalam melakukan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Dunn (2003:608) menyebutkan bahwa secara umum evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Michael Borus dalam Ripley berpendapat bahwa ada 3 tipe evaluasi kebijakan atau program, yaitu (yang kembali disadur/kusumanegara, 2010:124): 1. Evaluasi Proses. Tipe evaluasi yang berusaha menjawab pertanyaan bagaimanakah program berjalan? Evaluasi proses disebut juga evaluasi formatif. 2. Evaluasi Dampak. Tipe evaluasi yang menjawab pertanyaan apa yang telah dilakukan suatu program? Atau akibat apa yang terjadi dengan adanya suatu program? Evaluasi dampak disebut juga evaluasi summative. 3. Analisis Strategis. Berupaya menjawab pertanyaan seberapa jauh efektivitas program dalam mengatasi masalah sosial dibandingkan dengan program-program lain untuk masalah yang sama? C. Konsep Dampak Kebijakan Suatu kebijakan dapat dikatakan atau dinilai berhasil jika kebijakan tersebut menghasilkan dampak seperti yang diinginkan. Suatu kebijakan/program dikatakan mempunyai dampak manakala kebijakan/program dapat mencapai perubahan ke arah tujuan dan sasaran (goal and objectives) yang dikehendaki. (Widodo, 2008:121). John M. Owen dan Patricia Roger mengemukakan bahwa Impact evaluations seek to assess the particular program and are concerned with outcomes, which are benefits for participants during or after their involvement with a program. (Owen dan Roger dalam Jenny Neale, 2007:33). Dengan kata lain, evaluasi dampak melihat dan menilai program tertentu dan evaluasi serta dikonsentrasikan kepada hasil yang dicapai, siapa saja yang berpartisipasi dan keuntungan apa yang di dapat setelah mereka terlibat dalam program. Agustino (2008: ) juga manyampaikan empat dimensi dampak kebijakan yang dapat digunakan untuk menilai dampak suatu kebijakan, yaitu: 1. Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dan melibatkan masyarakat. Dalam dimensi ini, individu-individu atau kelompok-kelompok yang diharapkan untuk dipengaruhi oleh kebijakan harus dibatasi terlebih dahulu. 2. Pengaruh kebijakan terhadap situasi dan kelompok lain di luar sasaran dan tujuan kebijkan.

7 Dampak kebijakan yang keluar dari sasaran dan tujuan kebijakan ini lebih dikenal dengan eksternalitas, atau dampak yang melimpah. 3. Pengaruh kebijakan di masa kini dan di masa yang akan datang. Dimensi ini diharapkan dapat menentukan konsekuensi dari kebijakan-kebijakan berdasarkan dimensi waktu, yaitu di masa sekarang atau di masa yang akan datang. Pengaruh kebijakan secara tidak langsung bagi masyarakat. Dampak dan pengaruh yang tidak langsung tersebut pun dapat berupa keuntungan maupun kerugian bagi masyarakat yang kadang kala tidak disadari masyarakat. D. Konsep Perilaku Pada dasarnya, perilaku adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan seseorang yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak langsung, dan diamati melalui sikap dan tindakan. Namun tidak berarti bahwa bentuk perilaku hanya dapat dilihat dari sikap atau tindakannya saja (Notoatmodjo, 1985). Menurut Burrhusm Frederic Skinner (dalam Notoatmodjo, 2003:114) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan hasil penelitian Rogers pada tahun 1974 (Notoatmodjo, 2003:121) sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek terlebih dahulu) 2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 3. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti didasari oleh kesadaran, pengetahuan, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat tahan lama (long lasting). a. Kesadaran Menurut Soekanto (dalam Wardhani, 2008:8) terdapat empat indikator kesadaran yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, antara lain: pengetahuan, pemahaman, sikap, dan pola perilaku (tindakan). Priyono (dalam Wardhani, 2008:8) menyatakan bahwa kesadaran terhadap permasalahan lingkungan berarti memahami dan berpengetahuan/berwawasan lingkungan dan memahami tindakan yang diberitahu yang

8 diperlukan untuk menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada. Dalam teori psikologi, kesadaran mencakup tiga hal, yaitu: persepsi, pikiran, dan perasaan (Atkinson, 1997:287). b. Pengetahuan Notoatmodjo mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil tahu dan terhadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang penting dan menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu bertahan lama (Notoatmodjo, 2003:121). c. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003:124). Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu: kepercayaan (keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek), kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. d. Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan yaitu fasilitas dan dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003:127). Tindakan memiliki beberapa tingkatan, yaitu: persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adopsi. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian dapat dibagi berdasarkan tujuan, manfaat, dimensi waktu, dan berdasarkan teknik pengumpulan data. Berdasarkan keempat klasifikasi tersebut, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap perilaku masyarakat di Kelurahan Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta adalah sebagai berikut: a) berdasarkan tujuan adalah penelitian deskriptif b) berdasarkan manfaat adalah penelitian murni c) berdasarkan dimensi waktu adalah cross sectional d) berdasarkan teknik pengumpulan data adalah teknik pengumpulan data kuantitatif dengan survei, triangulasi, dan studi kepustakaan. Hasil Penelitian dan Pembahasan

9 A. Karakteristik Responden Penelitian yang berjudul Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta menggunakan 30 orang yang dijadikan sebagai responden. Sub-bab ini akan menjelaskan mengenai karakteristik dari responden yang pernah mengikuti program kampanye Pride di Pulau Harapan. Karakteristik tersebut terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, serta pengeluaran rumah tangga per bulan dari para responden. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Jenis kelamin : Pria 100% Usia : Berdasarkan usia, mayoritas responden pada rentang usia tahun, yaitu dengan total 10 orang responden. Mayoritas kedua yaitu responden dengan rentang usia tahun dan tahun dengan masing-masing responden pada kedua rentang usia tersebut adalah 8 responden. Sisanya sebanyak 4 orang responden berada pada rentang usia tahun. Pendidikan : Untuk tingkat pendidikan responden penerima program Kampanye Pride di Kelurahan Pulau Harapan, 30 orang responden di pulau Harapan mayoritas berpendidikan hingga tingkat SD, yaitu sebanyak 19 responden. Untuk tingkat SMP ada sebanyak 6 responden dan sisanya 5 responden mendapatkan pendidikan hingga tingkat SMA atau sederajat. Pengeluaran : Berdasarkan data pengeluaran rumah tangga perbulan pada 30 responden, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki rentang pengeluaran antara Rp hingga Rp dengan jumlah responden sebanyak 10 orang. Selanjutnya sebanyak 8 orang responden yang mendapatkan program kampanye Pride memiliki rentang pengeluaran antara Rp sampai Rp Mayoritas berikutnya ada 6 responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga antara Rp sampai Rp Kemudian sisanya sebanyak 3 responden memiliki pengeluaran rumah tangga per bulan sebesar Rp dan Rp , sebanyak 2 responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga antara Rp , dan satu

10 B. Analisis Variabel Penelitian responden tidak menjawab pertanyaan karena tidak tahu berapa pengeluaran rumah tangga per bulannya. 1. Dimensi Pengaruh Program Kampanye Pride terhadap Kelompok Sasaran Dimensi dampak Program Kampanye Pride pada kelompok sasaran memiliki 28 pernyataan dari 39 pernyataan yang disebarkan kepada 30 orang responden kelompok sasaran di Kelurahan Pulau Harapan. Untuk mengukur 28 pernyataan pada dimensi ini dibuat kategori baru, yaitu Positif dan Negatif. Nilai interval untuk kategori ini yaitu: Interval = (m-n)/b = (120-30)/2 = 90/2 = 45 Dengan m adalah nilai tertinggi yang mungkin didapatkan; n adalah nilai terendah yang mungkin didapatkan; dan b adalah jumlah kelas. Sehingga nilai interval adalah 45. Dari nilai terendah dan nilai tertinggi yang telah diketahui, serta nilai rata-rata yang didapatkan, maka dapat diketahui rentang nilai untuk kategori positif dan negatif, yaitu program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh negatif pada kelompok sasaran jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 30 hingga 74. Sementara itu, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh positif jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 75 hingga 120. Hasil olahan data untuk dimensi pengaruh program Kampanye Pride terhadap kelompok sasaran dijelaskan pada Gambar 1.1 di bawah ini: Analisis Dimensi Pengaruh Program terhadap Kelompok Sasaran 0 100% Positif Negatif Gambar 1.1 Analisis Dimensi Pengaruh Program Terhadap Kelompok Sasaran Dimensi pengaruh program terhadap kelompok sasaran terdiri dari empat indikator, yaitu indikator kesadaran, indikator pengetahuan, indikator sikap, dan indikator tindakan. Setiap indikator telah dianalisis dan menunjukkan hasil yang positif terhadap

11 kelompok sasaran. Berdasarkan Gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 100% atau 30 responden memberikan nilai positif terhadap pengaruh program Kampanye Pride terhadap kelompok sasaran. Hal ini berarti pengaruh program Kampanye Pride memberikan dampak positif terhadap perilaku masyarakat nelayan yang merupakan kelompok sasaran. Walaupun memberikan dampak positif 100% terhadap kelompok sasaran, ada beberapa temuan yang ditemukan peneliti saat melakukan penelitian, salah satunya yaitu dalam sub-indikator tanggapan bahwa zona inti merupakan zona larang tangkap. Empat orang dari 30 responden yang berasal dari kelompok sasaran penelitian masih beranggapan bahwa zona inti merupakan zona yang dilarang untuk dihampiri atau berlabuh karena pulau-pulau yang termasuk ke dalam zona inti merupakan pulau untuk melindungi penyu dan karang. Berbeda dengan definisi zona inti yang sebenarnya, yaitu keseluruhan wilayah di pulau dan perairan yang dilarang untuk dilakukan kegiatan apapun didalamnya termasuk penangkapan ikan oleh nelayan. Selain itu, untuk kegiatan patroli oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dilakukan minimal dua kali dalam sebulan. Untuk sub-indikator kesediaan berpatroli, sebanyak 11 responden dalam penelitian ini setuju, dan 4 responden sangat setuju telah ikut serta dalam patroli bersama Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dalam mengawasi kawasan zona inti. Namun sebanyak 15 responden mengaku tidak pernah mengikuti patroli bersama Taman Nasional Kepulauan Seribu. Para responden yang tidak mengikuti patroli ini beralasan mereka tidak ikut patroli karena tidak bisa ikut dan ada yang mengaku tidak pernah diajak patroli bersama. 2. Dimensi Dampak Program Kampanye Pride yang Diharapkan Saat Ini Dimensi dampak Program Kampanye Pride yang diharapkan saat ini memiliki 7 pernyataan dari 39 pernyataan yang disebarkan kepada 30 orang responden kelompok sasaran di Kelurahan Pulau Harapan. Untuk mengukur 7 pernyataan pada dimensi ini dibuat kategori baru, yaitu Positif dan Negatif. Nilai interval dari dimensi ini yaitu: Interval = (m-n)/b = (28-7)/2 = 21/2 = 10,5 Dengan m adalah nilai tertinggi yang mungkin didapatkan; n adalah nilai terendah yang mungkin didapatkan; dan b adalah jumlah kelas. Sehingga nilai interval adalah 7. Dari nilai terendah dan nilai tertinggi yang telah diketahui, serta nilai rata-rata yang didapatkan, maka dapat diketahui rentang nilai untuk kategori positif dan negatif, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh negatif pada kelompok sasaran jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 7 hingga 17.

12 Sementara itu, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh positif jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 18 hingga 28. Hasil olahan data untuk dimensi ini dijelaskan pada Gambar 1.2 di bawah ini: Analisis Dimensi Dampak Program yang Diharapkan Saat Ini 33% 67% Positif Negatif Gambar 1.2 Analisis Dimensi Dampak Program yang Diharapkan Saat Ini Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 17 (Desember 2014) Berdasarkan Gambar 1.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 67% atau 20 responden memberikan nilai positif terhadap pengaruh program Kampanye Pride yang diharapkan saat ini. Sementara itu sebanyak 33% atau 10 responden lainnya memberikan penilaian negatif terhadap keadaan yang diharapkan dari program Kampanye Pride saat ini. Namun, walaupun demikian, mayoritas responden memberikan respons bahwa program Kampanye Pride telah memberikan pengaruh sesuai dengan yang diharapkan. 3. Dimensi Pengaruh Tidak Langsung Program terhadap Kelompok Sasaran Dimensi dampak Program Kampanye Pride yang diharapkan saat ini memiliki 2 pernyataan dari 39 pernyataan yang disebarkan kepada 30 orang responden kelompok sasaran di Kelurahan Pulau Harapan. Untuk mengukur 2 pernyataan pada dimensi ini dibuat kategori baru, yaitu Positif dan Negatif. Untuk mengetahui apakah dimensi ini memiliki hasil yang positif atau negatif dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menemukan nilai terendah, nilai tertinggi, dan nilai interval. Nilai terendah dapat diketahui dari jumlah pernyataan dalam dimensi ini dikalikan dengan nilai terendah di antara 4 kategori jawaban pada pernyataan tersebut. Sementara itu, nilai tertinggi dapat diketahui dari jumlah pernyataan dalam dimensi ini dikalikan dengan nilai tertinggi di antara 4 kategori jawaban pernyataan. Nilai terendah yang mungkin didapatkan adalah

13 2, sementara itu nilai tertinggi yang mungkin didapatkan adalah 8. Nilai interval dari dimensi ini yaitu: Interval = (m-n)/b = (8-2)/2 = 6/2 = 3 Dengan m adalah nilai tertinggi yang mungkin didapatkan; n adalah nilai terendah yang mungkin didapatkan; dan b adalah jumlah kelas. Sehingga nilai interval adalah 3. Dari nilai terendah dan nilai tertinggi yang telah diketahui, serta nilai rata-rata yang didapatkan, maka dapat diketahui rentang nilai untuk kategori positif dan negative. Program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh negatif pada kelompok sasaran jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 2 hingga 5. Sementara itu, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh positif jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 6 hingga 8. Hasil olahan data untuk dimensi ini dijelaskan pada Gambar 1.1 di bawah ini: Pengaruh Tidak Langsung Program Positif 30 Negatif Pengaruh Tidak Langsung Program Grafik 1.1 Analisis Pengaruh Tidak Langsung Program Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 17 (Desember 2014) Berdasarkan Grafik 1.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 30 responden memberikan nilai negatif terhadap pengaruh tidak langsung program Kampanye Pride kepada kelompok sasaran. Hal ini dikarenakan dampak tidak langsung program berupa perbaikan jumlah penangkapan ikan belum dapat dirasakan oleh para nelayan di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Butuh waktu yang cukup lama dan komitmen dari para nelayan yang menangkap ikan di kawasan Taman Nasional untuk menjaga kawasan zona inti dengan tidak mengambil ikan di sana dan tidak menangkap bibit-bibit ikan yang berada di perairan Taman Nasional. Untuk penurunan konflik sebagian besar responden menjawab tidak setuju karena memang tidak pernah

14 merasakan konflik dalam penangkapan ikan, sementara sebagian kecil merasakan konflik yang timbul antar nelayan dalam menangkap ikan masih sering terjadi. Simpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan, maka dari penelitian yang berjudul Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memberikan tanggapan positif atas dampak Program Kampanye Pride terhadap perilaku masyarakat nelayan di Kelurahan Pulau Harapan. Hal ini sesuai dengan asumsi awal peneliti yang memperkirakan dampak Program Kampanye Pride memberikan dampak positif terhadap perilaku masyarakat nelayan Kelurahan Pulau Harapan. Namun, meskipun dampak yang dihasilkan oleh program ini adalah positif, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, terutama Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, yaitu masih adanya anggapan pada kelompok sasaran bahwa zona inti tidak penting serta masih adanya pemahaman kelompok sasaran bahwa menangkap ikan di zona inti diperbolehkan selama menggunakan alat pancing. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Pulau Harapan tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu perlu melakukan diskusi rutin dengan nelayan pulau Harapan mengenai peraturan, larangan, dan manfaat dari adanya zona inti di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Masih adanya anggapan bahwa zona inti tidak penting dan bukan untuk tujuan pariwisata membuat pemerintah perlu untuk melakukan komunikasi langsung kepada nelayan bahwa terdapat perbedaan antara zona inti dan zona pariwisata. 2. Selain melakukan diskusi dengan nelayan mengenai peraturan dan manfaat zona inti, Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu juga perlu melakukan patroli kawasan zona inti di hari biasa (bukan akhir pekan saat tamu tiba). Hal ini untuk menjaga kawasan agar tidak ada yang menangkap ikan lagi walaupun hanya menggunakan alat pancing. REFERENSI Buku : Agustino, Leo Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

15 Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Day, Jon et al Guidelines for Applying the IUCN Protected Area management categories to marine protected areas. IUCN. Dunn, William N Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Joko Widodo Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Banyumedia Publishing. Kusumanegara, Solahuddin Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media. Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo dan Solita Sarwono Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: BPKM FKM UI. Subarsono, AG Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar: Yogjakarta. Dokumen Peraturan/Laporan : Ardianti, Yuniar Kampanye PRIDE Taman Nasional Kepulauan Seribu: Laporan Pembelajaran Kampanye. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Natural Resource Management Program Lokakarya Kepala Balai Dan Kepala Unit Taman Nasional se-indonesia. Jurnal : Wardhani, Rr Ambar Sih Studi tentang Kesadaran Pekerja terhadap Pelaporan Kecelakaan Kerja di PT Astra Nissan Diesel Indonesia Website : Anonim Organisasi Pengelola Taman Nasional Kepulauan Seribu. diakses pada tanggal 21 Agustus 2014 pukul WIB Coral Triangle Initiative Geographic Priorities for Marine Biodiversity Conservation in Indonesia. ( iorities%20for%20marine%20biodiversity%20conservation%20in%20indonesia.pdf) diakses pada tanggal 21 Agustus 2014 pukul WIB

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI MILAWATI ODE, S.KEL

KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI MILAWATI ODE, S.KEL KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI MILAWATI ODE, S.KEL KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Coral Triangle Wilayah Sasaran = Pulau Wangiwangi,

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan pusat dari segitiga terumbu karang (coral triangle), memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megabiodiversity). Terumbu karang memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang 4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007 SALINAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL I. UMUM Pancasila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5490 WILAYAH. Kepulauan. Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai keanekaragaman biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung bagi berbagai

Lebih terperinci

1 DIKOMUNIKASIKAN KAMPANYE PRIDE? UBAH?

1 DIKOMUNIKASIKAN KAMPANYE PRIDE? UBAH? TEMPLATE RANCANGAN TEORI PERUBAHAN: No Take Zone Area di Wilayah Utara Pesisir IC+A+K BR BC TR CR 5 APA YANG PERLU 4 3 PERILAKU APA 2 APA ANCAMAN 1 DIKOMUNIKASIKAN YANG INGIN KITA UTAMA TARGET KAMPANYE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI Oleh Pengampu : Ja Posman Napitu : Prof. Dr.Djoko Marsono,M.Sc Program Studi : Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,

Lebih terperinci

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 134/Dik-1/2010 T e n t a n g

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI KESESUAIAN FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

Sasaran SMART Kampanye Pride KKLD Ayau-Asia, Raja Ampat, Papua Barat. Hasil Konservasi Sasaran SMART Indikator

Sasaran SMART Kampanye Pride KKLD Ayau-Asia, Raja Ampat, Papua Barat. Hasil Konservasi Sasaran SMART Indikator Sasaran SMART Kampanye Pride KKLD Ayau-Asia, Raja Ampat, Papua Barat 1. Sasaran SMART untuk Hasil Konservasi Hasil Konservasi Sasaran SMART Indikator Kerapu Napoleon Pada akhir kampanye populasi kerapu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT DAN REKLAMASI TELUK BENOA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT DAN REKLAMASI TELUK BENOA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT DAN REKLAMASI TELUK BENOA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Taman Nasional Laut Dasar pengelolaan : UU NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi alam Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan sehingga Indonesia dikenal sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE NASIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN (CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA Lampiran Surat Nomor: Tanggal: RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NO. SASARAN TARGET/ A. BATAS MARITIM, RUANG LAUT, DAN DIPLOMASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik.

perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik. PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM KAMPANYE KONSERVASI PERAIRAN (Conservation Goes to School BKKPN Kupang) Guntur Wibowo Penyuluh Perikanan Pertama Kupang, 24 Maret 2017 Pendahuluan Sebagai Negara kepulauan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL) ini tujuan untuk melindungi

ABSTRAK PENDAHULUAN. Penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL) ini tujuan untuk melindungi Dampak Penetapan Daerah terhadap Eksistensi Hak Nelayan Tradisional di Kabupaten Kepulauan Selayar oleh Ryan Anshari (B11108 416), yang dibimbing oleh Farida Patittingi dan Sri Susyanti Nur. ABSTRAK Penetapan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).

Lebih terperinci

Rosita Tariola (Mona)

Rosita Tariola (Mona) Mengikuti Program Kampanye Pride sangat menantang juga menyenangkan. Pelajaran yang saya peroleh di kelas selama pelatihan benar-benar diaplikasikan di lapangan bersama masyarakat. Saya 'dipaksa' untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu konservasi sumberdaya hayati menjadi salah satu bagian yang dibahas dalam Agenda 21 pada KTT Bumi yang diselenggarakan di Brazil tahun 1992. Indonesia menindaklanjutinya

Lebih terperinci

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Deskripsi

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa ekosistem

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA Tito Latif Indra, SSi, MSi Departemen Geografi FMIPA UI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE NASIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN (CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (terpanjang ke empat di Dunia setelah Canada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Kampanye Pride. Di KKLD Kaimana

Kampanye Pride. Di KKLD Kaimana Kampanye Pride Di KKLD Kaimana Theory Perubahan Perilaku (ToC) CR Conservation Result TR Threat Reduction BC Behavior Change BR Barrier Removal IC Interpersonal Communication A Attitude K Knowledge Pada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal ini

I. PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan bahwa kawasan konservasi di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU GILI AYER, GILI MENO DAN GILI TRAWANGAN DI PROVINSI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2009 TENTANG PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL KEPULAUAN KAPOPOSANG DAN LAUT DI SEKITARNYA DI PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kebijakan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil DISAMPAIKAN OLEH Ir. Agus Dermawan, M.Si DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.204, 2016 KEMEN-LHK. UPT Taman Nasional. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksploitasi sumberdaya pesisir dan laut dalam dekade terakhir ini menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, bahkan telah mendekati kondisi yang membahayakan kelestarian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan konservasi (KHK) berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun1999 terdiri dari kawasan suaka alam (KSA), kawasan pelestarian alam (KPA) dan Taman Buru. KHK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup seperti untuk membangun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 14 TAHUN 2000 TENTANG PUNGUTAN MASUK PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL BUNAKEN

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 14 TAHUN 2000 TENTANG PUNGUTAN MASUK PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL BUNAKEN PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 14 TAHUN 2000 TENTANG PUNGUTAN MASUK PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL BUNAKEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI UTARA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan No.527, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Konservasi Perairan. Kategori dan Kriteria. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PERMEN-KP/2016 TENTANG KRITERIA DAN KATEGORI

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan LAMPIRAN 64 65 Lampiran 1 Tugas pokok dan fungsi instansi-instansi terkait No. Instansi Tugas pokok dan fungsi 1 BAPPEDA Tugas pokok: melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN 5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN Evaluasi efektivitas pengelolaan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap 4 aspek dalam siklus pengelolaan yaitu: perencanaan, masukan, proses, dan keluaran. Setiap

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL KEPULAUAN LEASE KABUPATEN MALUKU TENGAH GUBERNUR MALUKU, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar? Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? Ekologi Hidupan Liar http://staff.unila.ac.id/janter/ 1 2 Hidupan liar? Mencakup satwa dan tumbuhan Pengelolaan hidupan liar PENGERTIAN perlindungan populasi satwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco

Lebih terperinci

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA 73 VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA Pengelolaan ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Kayoa saat ini baru merupakan isu-isu pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik

Lebih terperinci

Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia. Wawan Ridwan

Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia. Wawan Ridwan Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia Wawan Ridwan Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 9 10 Mei 2017 (c) Nara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TAMAN WISATA PERAIRAN LAUT BANDA, PULAU HATTA, DAN PULAU AY

IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TAMAN WISATA PERAIRAN LAUT BANDA, PULAU HATTA, DAN PULAU AY Disampaikan dalam Simposium Nasional Kawasan Konservasi Perairan Kementerian Kelautan dan Perikanan 9-10 Mei 2017 IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TAMAN WISATA PERAIRAN LAUT BANDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data pokok kelautan dan perikanan 2010 1 menggolongkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang banyak.

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mengkaji perilaku nelayan artisanal di Indonesia, khususnya di pantai Utara Jawa Barat penting dilakukan. Hal ini berguna untuk mengumpulkan data dasar tentang perilaku nelayan

Lebih terperinci