EDITORIAL. Penasehat : Pengantar Redaksi. Ketua STIKes Prima. Salam hangat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EDITORIAL. Penasehat : Pengantar Redaksi. Ketua STIKes Prima. Salam hangat,"

Transkripsi

1

2 EDITORIAL Penasehat : Pengantar Redaksi Ketua STIKes Prima Pengarah : 1. Ketua HAKLI Provinsi Jambi 2. Ketua IAKMI Provinsi Jambi 3. Puket I STIKes Prima 4. Puket II STIKes Prima 5. Puket III STIKes Prima 6. Ketua Program Studi IKM Prima 7. Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Prima 8. Ketua Program Studi D-III Kebidanan 9. Direktur Akademi Keperawatan Prima Penanggung Jawab : Sekretaris LPPM STIKes Prima Jambi Mitra Bestari : 1. Dr. Pantun Bukit, SE., MSi 2. Dr. Sukarno, M.Pdi 3. dr. I. Nyoman Ehrich Lister, M.Kes, AIFM 4. dr. Adrianto Ghazali, M.Kes 5. Marinawati Ginting, SKM., M.Kes 6. Didik Suryadi, SKM., M.Kes 7. Herlina Harahap, S.Kep., Ns., M.Kes 8. V.A Irmayanti Harahap, SKM., M.Biomed 9. Dody Izhar, SKM, M.Kes 10. Chrismis Novalinda Ginting, S.SiT, M.Kes 11. Erni Girsang, SKM, M.Kes Salam hangat, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI Vol.4 No.04 Edisi Maret 2016 telah dapat diterbitkan. Penantian yang panjang untuk terkumpulnya naskah ilmiah sebagai materi utama terbitan kita. Untuk itu penelitian ilmiah di lingkup STIKes PRIMA JAMBI harus lebih kita gerakkan sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kepada penulis yang telah mempercayakan kepada kami untuk menerbitkan karyanya kami mengucapkan terima kasih. Untuk edisi kali ini kami sajikan beberapa karya ilmiah dari bidang kebidanan, Bidan pendidik, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat. Selain itu juga turut menampilkan karya ilmiah dari dosen pengajar dari beberapa sekolah dan akademi kesehatan lain. Akhir kata, maju terus dan selamat berkarya. Semoga Bermanfaat. Salam Sehat, Redaksi Editor/Editing : 1. Sakinah Dewi, S.Kep., M.Kes 2. Sondang Selviana Silitonga, S.Kep., Ns., M.Kes 3. Listautin, S.Kep., M.Kes 4. Norliana Karo-Karo, SST 5. Nia Nurziah, SKM 6. Erna Simanjuntak, SKM, M.Kes 7. Ns. Ridarti Sitorus, S.Kep 8. Saut Siagian, S.T 9. Johanes Ginting, SKM 10. K. Klemens, SKM Dewan Redaksi : 1. Pimpinan Redaksi : Erris Siregar, SKM, M.PH. 2. Redaktur : Marta Butar-Butar, SKM 3. Sekretaris Redaksi : Resli Siregar, S.Kep., Ns Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat Kampus STIKes Prima Gedung D Lt.1 Jl. Raden Wijaya Rt.35 Kebun Kopi Thehok Kecamatan Jambi Selatan Telp/Fax : / Website : stikesprima.scientia@yahoo.com :

3 Volume 4 No. 4 Maret 2016 ISSN SCIENTIA JOURNAL DAFTAR ISI 1. HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Lidya Kurniasari HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 Lismawati HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Nia Nurzia PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Ade Oktarino FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Irmayanti Harahap HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 Hamdani EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN Putri Sahara Harahap HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 Marinawati HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 Erris Siregar FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Rosa Riya FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Margareta Pratiwi ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 Saut Siagian

4 Volume 4 No. 4 Maret 2016 ISSN SCIENTIA JOURNAL 13. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 Dewi Riastawaty HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 Andriani HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 Dewinny Septalia Dale HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Devi Arista FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 Sri Mulyati ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011 Rika Sri Wahyuni EFEKTIVITAS JAHE UNTUK MENURUNKAN MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN TRIMESTER I DI KELURAHAN SUKA KARYA KECAMATAN KOTA BARU Subang Aini Nasution, Fitriana Kaban

5 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Lidya Kurniasari STIKes Prima Program Studi D IV Kebidanan Korespondensi penulis : lidyakurniasari@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAK Asma merupakan penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran nafas yang reversible. Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala asma seperti batuk, mengi dan sesak nafas. Penyempitan saluran napas ini dapat terjadi secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat pula terjadi secara mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan bernapas akut. Tahun 2014 jumlah pasien penderita asma yang datang ke Puskesmas Olak kemang sebanyak 1392 penderita. Tujuan penelitian untuk mengetahuinya Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian kambuh Ulang Asma Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun Penelitian Deskriptif Analitik ini dengan pendekatan Desain Penelitian Cross Sectional, dan teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik Total Sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 95 orang penderita asma yang diambil di Wilayah kerja Puskesmas. Data diperoleh dengan kuesioner di analisis secara Univariat dan Bivariat menggunakan Chi-Square. Berdasarkan Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara Faktor Makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma (p-value= 0,014). Yang beresiko terhadap faktor makanan 75 (78,9%) dan yang mengalami kambuh ulang 73 (76,8). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor makanan berpengaruh terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat Di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang faktor yang mempengaruhi kambuh ulang asma. Kata kunci : Asma Bronkial, Faktor Makanan, Kambuh Ulang Asma. RELATIONSHIP DIETARY FACTORS ASSOCIATED WITH RECURRENT ASTHMA IN PUSKESMAS OLAK KEMANG IN JAMBI CITY 2015 ABSTRACT Asthma is lung disease charaeterized by reversible airway obstruction the airway obstruction make a asthma symptoms such as cough, wheezing, and hard to breath. Asthma effects the airway constriction which call with asthma attacks. However, the asthma attacks could be gradually, slowly or severe and happend in suddenly. In 2014 there are 1392 people who come to Puskesmas Olak Kemang in Jambi because of asthma attacks. This research is aim to Find Relationship Dietary Factors Associated with recurrent asthma in Puskesmas Olak Kemang in Jambi city 2015.the method used in this research is Descritive analytic with croos sectional design approach. The sample is taking by using total sampling the simple is 95 people which in taken from patient who get asthma in Puskesmas Olak Kemang in Jambi. Data obtained by filling a questionaire as a collect tool then analysis by univariate and bivariate using chisquare. Based on analysis that shows there is a relationship between dietary factors with recurrent asthma (pvalue=0,014) with dietary risk factors 75(78,9%) and people who have recurrent asthma 73(76,8%). Finally from this research we can get the conclusion that there is a relationship between diestary factors with recurrent asthma in patient with asthma. Hopefully,this research can give benefit to the people especially the community around Puskesmas Olak Kemang to get information about the factors which can contribute to recurrent asthma. Keywords : Bronchial asthma, dietary factors, relapse again. 299

6 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Insidensi, prevalensi dan keparahan asma semuanya meningkat, dengan asma pada usia anak-anak menjadi lebih sering dijumpai, estimasi mengenai hal ini bervariasi karena angka insidennya akan meningkat, tetapi selama lima belas tahun anngka tahunan yang tercatat menunjukkan kasus baru telah meningkat sebanyak 70%. Saat ini asma tercatat sebagai penyakit kronik tersering pada anak-anak, dengan estimasi prevalensi antara 8-14% (Francis, 2008). Asma merupakan penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran nafas yang reversible. Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala asma seperti batuk, mengi dan sesak nafas. Penyempitan saluran napas ini dapat terjadi secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat pula terjadi secara mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan bernapas akut (Sudoyo, 2009). Adapun faktor penyebab asma kekambuhan asma adalah latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu ( terutama zat yang ditambahkan kedalam makanan ) dan perubahan cepat suhu ruangan (Astuti, 2010). Kekambuhan penyakit asma bronkial dapat diatasi dengan melakukan pencegahan dengan Penghindaran terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat alergi tinggi. Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok untuk mencegah infeksi saluran napas. Tindakan pencegahan pada anak yang telah terkena, misalnya dengan menghindarkan factor pencetus, alergen makanan, bahan yang dihirup, bahan iritan, infeksi virus/bacterial, hindari latihan fisik berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai factor pencetus. Penggunaan obat-obatan untuk mengurangi serangan asma (Fadhli, 2010). Alergi pada makanan tertentu sangat umum pada penderita asma. Sistem pencernaan menyerap partikelpartikel protein penyebab alergi dalam jumlah besar. Namun alergi makanan ini juga umumya akan hilang ketika beranjak dewasa. Bahan makanan yang dapat menyababkan serangan asma seperti susu, gandum, kedelai, telur, kacangkacangan dan ikan. Sehingga perlu dibiasakan membaca label kemasan makanan (Hadibroto, 2006). Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan bila tidak ditangani, dapat timbul penyakit lain seperti : stenosis trakea, karsinoma bronkus, poliarteritis nodosa. Adapun komplikasi asma yaitu Pneumothorak, Pneumodiastinum dan emfisema subkutis, Atelektasis, Aspergilosis bronkopulmoner alergik, Gagal napas, Bronkitis, Fraktur iga. (Sudoyo, 2009). Global Initiative For Asthma (GINA) memperkirakan bahwa hampir 300 juta orang diseluruh dunia menderita asma. Pada sepuluh tahun terakhir, telah terjadi peningkatan tajam insiden asma di afrika selatan dan negara-negara di Eropa Timur,termasuk kawasan Baltik, terutama pada anak dan geriatri. Meskipun demikian, data ini mungkin tidak valid, data yang sudah di standarisasi masih belum ditemukan di banyak negara lainnya di Afrika, Asia dan Amerika selatan serta beberapa data di beberapa negara barat mungkin sudah lama. Selain itu, juga ada data yang memberi kesan bahwa apabila suatu negara pola hidupnya semakin mengikut budaya barat, maka insidensi asma akan meningkat, data ini akan membuat para peneliti membuat hipotesi bahwa prevalensi asma dapat meningkat secara global dengan penambahan 100 juta orang yang di diagnosis asma pada tahun 2025 ( Clark, 2013). Di seluruh dunia, terjadi kematian akibat asma setiap tahunnya. WHO melaporkan sebagian besar kematian akibat asma terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan rendahmenengah. Angka kematian asma di seluruh dunia mengalami kenaikan sejak tahun 1980an (Clark, 2013 ). Menurut data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 di berbagai propinsi di Indonesia, asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) 300

7 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 bersama-sama dengan Odem paru, bronkopneumononia, bronkitis kronik, emfisema, Asma. Bronkitis kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu, dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per penduduk. Sedangkan Penelitian multisenter di beberapa pusat pendidikan di Indonesia mengenai prevalensi asma pada anak usia tahun menghasilkan angka prevalensi di Palembang 7,4%; di Jakarta 5,7%; dan di Bandung 6,7% ( Depkes RI, 2007 ). penyakit yang disebabkan oleh tubuh adalah Gen yang ada di tubuh kita. Gen ini menunjukkan sifat bawaan seseorang. Artinya, penyakit yang ada di tubuhnya, ada dengan sendirinya karena bawaan. Maksud dari bawaan tersebut adalah penyakit asma yang diderita seseorang, ia bawa dari orangtuanya. Ini berarti menunjukkan bahwa penyebab penyakit asma dari dalam tubuh merupakan keturunan atau penyakit bawaan. Memang sudah banyak kasus terjadi dimana seorang anak lahir dengan membawa penyakit asma dari salah satu orangtuanya.untuk itu, perlu bagi semua orangtua untuk memperhatikan penyakitpenyakit apa saja yang ada pada dirinya. Kemudian berusaha sebisa mungkin untuk menyembuhkannya (Mario, 2015 ). Prevalensi penyakit alergi semakin meningkat. Manifestasi pertama dan tersering dari Atopic march adalah DA, yang bila tidak diatasi secara tepat akan berlanjut menjadi rinitis alergika atau asma sebesar 80%. Dermatitis atopik umumnya berhubungan dengan reaksi alergi yang diperantarai immunoglobulin E (IgE) terutama alergi makanan, namun masih banyak perdebatan mengenai hal ini. Prevalensi alergi makanan pada pasien DA berkisar antara 33%-63% (Pediantri, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi pada bulan Mei Tahun 2015 kasus lama asma bronkial 95 kasus dan baru 34 kasus. Berdasarkan dari fenomena diatas penulis tertarik meneliti tentang Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian Kambuh Ulang Asma Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun Tujuan dari penelitian ini untuk diketahuinya Hubungan Faktor makanan Terhadap Kejadian Kambuh Ulang Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Analitik dengan menggunakan metode cross sectional untuk mengetahui Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian Kambuh Ulang Asma pada penderita asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun Populasi penelitian ini yaitu seluruh penderita asma bronkial sebanyak 95 orang dengan teknik pengambilan Total sampling sebanyak 95 orang. Penelitian ini dilakukan Tanggal di Wilayah kerja Puskesmas Olak kemang Kota Jambi dilaksanakan pada bulan Agustus tahun Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan studi cross sectional. Pendekatan ini bersifat sesaat pada waktu tertentu dan tidak diikuti secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu. ( notoatmodjo, 2010) 301

8 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karateristik Responden Penderita Asma DiWilayah Kerja Puskesma Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 Grafik 2. Distribusi Frekuensi Responden Penderita Asma Berdasarkan Konsumsi Makanan Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Karateristik responden Laki-laki Perempuan Umur Jumlah 49 orang 46 orang tahun 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% Berdasarkan tabel diatas karateristik Responden 95 Responden Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi, jenis kelamin lakilaki sebanyak 49 orang dan perempuan sebanyak 46 orang dan Umur dari Usia Tahun responden yang diteliti. Analisis Univariat Gambaran antara faktor makanan dengan kambuh ulang asma pada penderita asma Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden 95 orang tentang pertanyaan faktor makanan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu tidak beresiko dan beresiko, untuk melihat distribusi responden berdasarkan faktor makanan dapat dilihat pada tabel berikut : 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% beresiko tidak beresiko Berdasarkan grafik diatas dari responden penderita Asma yang mengkonsumsi susu kaleng 56 (58,9%) responden yang beresiko susu kaleng, yang tidak beresiko susu kaleng 39 (41,1%) responden. Responden yang beresiko makanan laut 73 (76,8%) responden, 22 (23,2%) responden tidak beresiko dengan makanan laut. Responden yang beresiko minuman soda 64 (67,4%) responden, 31 (32,6%) responden tidak beresiko oleh minuman bersoda. Responden yang beresiko mengkonsumsi telor 66 (69,5%) responden, 29 (30,5%) responden tidak beresiko mengkonsumsi telor. Responden yang beresiko dengan kacang-kacangan 81 (85,3%) responden, 14 (14,7%) responden yang tidak beresiko dengan 302

9 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 kacang-kacangan. Responden yang beresiko dengan makanan kemasan(instan) 62 (65,3%) responden, responden yang tidak beresiko kacangkacangan yaitu 33 (34,7%) responden. Gambaran kambuh ulang asma pada penderita asma di wilayah kerja puskemas Olak kemang tahun 2015 Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 95 responden tentang pertanyaan kambuh ulang terbagi menjadi 2 kategori yaitu kambuh asma dengan tidak kambuh. Untuk melihat distribusi responden berdasarkan pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut : Grafik.3 Distribusi frekuensi Kambuh Ulang Asma Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang tahun % 50.00% 0.00% kambuh 76.80% 23.20% tidak kambuh Berdasarkan grafik diatas diketahui dari 95 responden 73 (76,4%) responden mengalami kambuh ulang asma bronkial sedangkan 22 (23,2%) responden tidak mengalami kambuh ulang asma bronkial. Analisis Bivariat Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma Hasil analisis Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2 Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma di wilayah kerja puskesmas Olak Kemang tahun 2015 (n: 95) Faktor makanan Asma bronchial Jumlah P- Kambuh Tidak kambuh Valu e ml ml ml Beresiko 3 0,7 2 9, Tidak beresiko 0 00, Jumlah 3 6,8 2 3, Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma diperoleh hasil uji statistik nilai P value= 0,014, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik pada p-value <0,05 ada hubungan yang signifikan antara faktor makanan dengan kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma. Upaya untuk mencegah menyebab kambuh ulang asma adalah memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan pada penderita asma agar menghindari faktor makanan yang menyebabkan kambuh ulang asma dengan memberikan brosur, pamflet ataupun penyuluhan terhadap faktor makanan. Faktor lain yang menyebabkan kambuh ulang asma Menurut Hadibroto (2006), adalah sebagai berikut;perubahan cuaca dan suhu udara; Penderita asma tidak bisa menghindari perubahan cuaca atau suhu udara menjadi dingin secara mendadak, termasuk ruangan ber AC yang disetel sangat dingin; Polusi udara polusi udara bisa berasal dari asap pabrik, bengkel, pembakaran sisa atau sampah industry;asap rokok adalah alergen yang kuat. Asap tangan kedua telah terbukti sangat memici timbulnya gejala asma; Infeksi saluran pernapas Kadang-kadang infeksi bisa menjadi pemicu asma. Infeksi sinusi adalah salah satunya; Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya serangan asma; Olahraga yang berlebihan; Penderita asma tidak harus terhambat dalam kegiatan olehraga selama problemnya dapat diatasi; Alergen,

10 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 yang dihirup sekitar 75-80% penderita asma golongan muda adalah karena alergi terhadap inhalan ini. Faktor makanan (Bahan makanan) Zat yang menimbulkan reaksi alergi dinamakan alergen, yang dapat masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman, hirupan, suntikan, atau tempelan. Contoh alergen yang berupa makanan yaitu susu, telur, kacangkacangan, coklat, dan ikan laut. Menurut asumsi peneliti, bahwa responden yang mempunyai asma bronkial yang beresiko terhadap faktor makanan memiliki resiko besar terhadap kejadian kambuh ulang asma, dibandingkan dengan responden yang tidak beresiko terhadap faktor makanan. Apa bila salah satu respoden beresiko terhadap faktor makanan akan berakibat lebih berbahaya asma yang kambuh ulang akan semakin parah dan semakin mengalami kambuh yang berulang. Fadhli, Aulia. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek. Hadibroto, Iwan. (2006). Asma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. francis (2008). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Rineka cipta Sudoyo., (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Jakarta:Interna publishing Mario, (2015). Ilmu penyakit dalam. Jakarta : rineka cipta Notoatmodjo (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : rikena cipta. Pediantri, (2011) diagnosisi dan tatalaksana asma bronkial. Yogyakarta : EGC SIMPULAN Sebagian besar responden penderita asma bronkial yang beresiko terhadap Faktor Makanan sebanyak 75 (78,9%) responden penderita asma bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015; Sebagian besar responden yang mengalami kambuh ulang asma sebanyak 73 (76,8%) responden penderita asma bronkial di Wilayah Puskesmas Olak Kemang kota Jambi tahun 2015; Adanya hubungan yang bermakna antara Faktor Makanan terhadap kejadian kambuh ulang Asma padapenderita asma di wilayah kerja puskesmas olak Kemang (pvalue=0,014). DAFTAR PUSTAKA Astuti. (2010). Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Nuha Medika Clark, Margaret Varnell (2013). Asma. Jakarta : EGC. Depkes RI (2007). PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA ontent/uploads/2014/02/pc_asm A.pdf diakses 23 juni

11 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 DESERIPTION MOTHER S KNOWLEDGE AND FAMILY SUPPORT TO ACHIEVE OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN INFANTS AGED 6-12 MONTHS IN PUSKESMAS KONI IN JAMBI CITY 2015 Lismawati STIKEs Prima Program Studi DIV Kebidanan Korespondesi Penulis :neng_lism4w4ti@yahoo.com ABSTRAK Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. ASI eksklusif diberikan pada bayi dari usia 0-6 bulan, namun pemberian ASI pun tetap boleh diberikan sampai usia 1 tahun, tetapi pemberian ASI tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para ibu. Hal ini disebabkan kesadaran dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Padahal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI bahkan susu formula sekalipun Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koni Kota Jambi. Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 29 Juni s/d 2 Juli tahun Populasi dalam penelitian ini ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sebanyak 162 orang dan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Sampel diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi dengan nilai p value 0,004. Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi nilai p value 0,021. Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan untuk terus melakukan promosi dan poster dalam memberikan penyuluhan tentang pencapaian ASI eksklusif menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan mengajak keluarga untuk berperan aktif dalam memberikan informasi dan membantu ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Petugas kesehatan melakukan melakukan seminar serta diskusi dalam membahas pencapaian ASI eksklusif bersama ibu yang memiliki bayi dan keluarganya. Kata Kunci : Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Pemberian ASI ABSTRACT Based on health rescarch data base (rikesdas) in 2010, showed that breast feeding in indonesia not good eneigh or not as expeeted the percentage of brlast feeding babies only 15,3%.exclusive breastfeeding shruld be done for babies since 0-6 month old for minimum age but may also be given until the babies get 1 years old or more, despite of that not all the mothers want to give brlast feeding to their boby. This problem due to lack of awarenessabout the importance of breast, feeding, whereas the quality of breast milk is much better than baby formula. The method used in this reseach is analytie with cros seection approach. This research conducted in puskesmas koni in jambi city 2015, in 29 of june thru 2 of july Population in this research are 162 people and they are all the mothers who have babies with age 6-12 month and the sample are 23 people. The sample is taking by using purposive sampling. Data obtained by filling a questionaire as a colleet tool. The analysis of the research are using univariate and bivariate As the result ahows there is conneetion between mother s lenowledge to achieve of exclusive breastfeeding in infant aged 0-6 months with p-value 0,004.and there is also the connection between family support to achieve of exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 month in puskesmas koni of jambi city 2015 Therefore we suqqest to all health workers specially midwifes to provide information and coinseling about the inportance of breast feeding for their babies by using understandable languange and also help and motvated them to do it. Moreover,it might help to by making seminars or discussions in small group of family who have children uder 1 years old Keywords : Knowledge, family role, to achieve of exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months 305

12 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) merupakan jenis makanan awal terbaik bagi bayi. Jika ibu memutuskan memberikan ASI pada bayi sungguh hal tersebut sangat tepat, karena ternyata seluruh fungsi zat gizi yang dibutuhkan bayi sudah terdapat pada ASI. Segala zat gizi terkandung dalam komposisi yang tepat. Selain itu, kualitasnya pun tidak tertandingi oleh susu formula mana pun (Eveline dan Djamaludin, 2010). Pada puncak peringatan pekan ASI sedunia, bahwa kesadaran masyarakat memberikan ASI kepada bayinya menunjukkan grafik yang meningkat. Sepanjang tahun cakupan pemberian ASI eksklusif meningkat dari 59.9% menjadi 62.2%. namun setelah itu grafik tidak mengalami peningkatan bahkan cenderung mengalami penurunan (Maryunani, 2012) Pemberian ASI sejak lahir akan menjamin seorang bayi berkembang menjadi anak yang cerdas, karena kandungan asam lemak omega 3 dan omega 6 yang terkandung di dalam ASI sangat berperan dalam penyusunan sel-sel otak. Namun pada kenyataannya rasio jumlah ibu yang tidak dapat menyusui bayinya dibandingkan dengan yang dapat menyusui sangat kecil, artinya hampir semua ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. Walaupun begitu dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat diperlukan agar ibu dapat menyusui bayinya secara penuh (Khomson, 2008). Kendala yang sering menjadi alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu produksi ASI kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal masih menyusui, dan ibu bekerja (Partiwi, 2009). Oleh sebab itu, ibu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama. ASI terbukti memiliki bakteri yang menguntungkan dan zat-zat yang dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk mikroflora usus yang penting untuk sistem daya tahan tubuh bayi. Bayi yang disusui eksklusif selama 6 bulan memiliki daya perlindungan yang lebih tinggi terhadap penyakit infeksi dibandingan bayi dengan ASI eksklusif selama 6 bulan (Mulyani, 2013). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan dukungan keluarga terhadap pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi tahun Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koni Kota Jambi. Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 29 Juni s/d 2 Juli tahun Populasi dalam penelitian ini sebanyak 162 orang dan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Sampel diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti saat melakukan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu memiliki bayi usia 6-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Koni Kota Jambi pada saat penelitian, bisa membaca dan menulis serta dapat diajak berkomunikasi dan kooperatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat yaitu menyederhanakan data dalam bentuk frekuensi tabel ataupun diagram dan menghubungkan antara variabel independen dan variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan responden tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi ada 3 kategori yaitu pengetahuan baik, cukup dan kurang baik. Kategori pengetahuan baik diperoleh jika cut of point 76% total skor atau responden dapat menjawab pertanyaan tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan dengan benar sebanyak 8-10 pertanyaan, dikategorikan pengetahuan 306

13 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 cukup bila cut of point 56-75% total skor atau menjawab pertanyaan tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan dengan benar 6-7 pertanyaan dan dikategorikan pengetahuan kurang baik bila cut of point < 56% total skor atau menjawab pertanyaan tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan dengan benar < 6 pertanyaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut : Diagram 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Pencapaian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun Sumber : Data primer terolah tahun Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 32 responden yang telah diteliti mengenai pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi, terdapat sebanyak 7 responden (21,9%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 15 responden (46,9%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 10 responden (31,3%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan. Hal ini berarti rendahnya pengetahuan responden dikarenakan oleh kurangnya sumber informasi dan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Responden pada umumnya belum tahu dan belum memahami dengan baik tentang pencapaian ASI Eksklusif. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya informasi yang diperoleh tentang pencapaian ASI Eksklusif dikarenakan kurangnya petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan ataupun kesadaran dan minat yang masih rendah untuk mencari tambahan informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuannya. Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian Sartika (2012) mengenai hubungan pengetahuan dan motivasi ibu tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Rumbai Bukit, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dengan p-value Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang pencapaian ASI Eksklusif adalah dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai pencapaian ASI Eksklusif, menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan juga dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif lainnya seperti melakukan diskusi bersama responden. Selain itu diharapkan responden untuk aktif mencari informasi tentang pencapaian ASI Eksklusif agar menambah pengetahuan responden yang kurang baik. Jika hanya pasif saja, maka akan berdampak kurang baik pada tingkat pengetahuan mereka. Bagi responden yang telah mempunyai pengetahuan yang baik, harus selalu dipertahankan dan diingat informasi yang telah diberikan Sebelumnya, agar responden memahami dengan baik tentang permasalahan pencapaian ASI Eksklusif. Hasil penelitian berdasarkan dukungan keluarga terhadap pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi ada 2 kategori yaitu dukungan keluarga baik dan kurang baik. Kategori dukungan keluarga baik diperoleh bila cut of point mean dan dikategorikan dukungan keluarga kurang baik bila cut of point < mean. Hasil nilai mean adalah 7,09. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: 307

14 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 Diagram.2 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Terhadap Pencapaian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun % 59.4 % Kurang Baik Baik Sumber : Data primer terolah tahun 2015 Hasil analisis, dari 32 responden yang telah diteliti mengenai dukungan keluarga terhadap pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi, yaitu sebanyak 13 responden (40,6%) memiliki dukungan keluarga baik dan sebanyak 19 responden (59,4%) memiliki dukungan keluarga kurang baik. Penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan penelitian Indira (2010) mengenai hubungan pengetahuan ibu dan peran keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Jawa Barat tahun 2010, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif dengan p-value Hal ini dikarenakan keluarga belum memahami dengan baik tentang pencapaian ASI Eksklusif dan belum pernah diberikan penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai pencapaian ASI Eksklusif. Padahal dengan adanya dukungan keluarga, maka responden dapat rutin memberikan ASI secara eksklusif. Jika hanya sasaran pada responden saja yang selalu diberi informasi, sementara keluarga kurang pembinaan dan pendekatan, keluarga kadang kurang mendukung dalam memberikan ASI eksklusif karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan dukungan keluarga mengenai pencapaian ASI Eksklusif yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan motivasi dari intrinsik dan ekstrinsik dalam pencapaian ASI Eksklusif dengan cara memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai serta persepsi positif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan leaflet dan informasi seperti spanduk dalam upaya memberikan pengetahuan secara luas agar terbentuk sikap yang positif dan memotivasi keluarga untuk membantu responden dalam pencapaian ASI Eksklusif. Hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel.1 Analisa Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencapaian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun 2015 Dukunga n Keluarga Kurang Baik Baik Total 6 Tidak Tercapai 4,2 8,5 ASI Eksklusif Terca pai 5,8 1,5 % Total ,6 1 4, P- value 0,

15 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,021 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi. SIMPULAN Dari 32 responden Sebagian besar pengetahuan responden terdapat pengetahuan baik 7 ( 21, 9% ) mempunyai pengetahuan cukup 15 (46, 9% ) mempunyai pengetahuan kurang baik 10 ( 31, 3) tentang pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan; dari 32 responden sebagian besar dukungan keluarga baik 13(40,6%), dukungan keluarga kurang 19(59,4%) tentang pencapaian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan; Adanya hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga ibu dengan pencapaian ASI Eksklusif Pada bayi 6-12 bulan; DAFTAR PUSTAKA Eveline & Djamaludin, Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Penerbit Wahyu Media. Jakarta. Khomson, Ali, Menu Sehat Untuk Tumbuh Kembang Anak Usia 6-24 Bulan. Penerbit Agro Media. Jakarta. Maryunani, Anik, Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Penerbit Trans Info Media. Jakarta. Maryunani, Anik, Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi. Penerbit CV. Trans Info Media. Jakarta. Mulyani, Nina Siti, ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Partiwi, Ayu Nyoman & Jeanne Purnawati, Kendala Pemberian ASI eksklusif. Dalam q= (diakses tanggal 07 Februari 2015) Sutomo & Anggraini, D, Makanan Sehat Pendamping ASI. Penerbit Demedia Pustaka. Jakarta. Widjaja, Gizi tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Penerbit Kawan Pustaka. Jakarta. 309

16 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Nia Nurzia STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan Korespondensi penulis : nia.nurzia@gmail.com ABSTRAK Menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Survey yang dilakukan pada tahun 2007, angka kematian ibu AKI di Indonesia sebesar 228/ kelahiran hidup, Angka kematian ibu di provinsi Lampung pada tahun 2006 tercatat 134 kasus per kelahiran hidup dengan komplikasi obstetric, sedangkan di kota Metro tercatat 38 orang per kelahiran hidup, dimana penyebab kematian tersebut adalah perdarahan antepartum yaitu plasenta previa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa diruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun Desain penelitian case control. Populasinya adalah seluruh ibu hamil yang mengalami plasenta previa, Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. dengan perbandingan 1:1 Penelitian ini menggunakan analisa data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapat usia beresiko (69,7%) dan yang tidak beresiko (30,3%). Sedangkan pada paritas yang beresiko (73,7%). dan paritas tidak beresiko (26,3%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi-square usia memiliki hubungan terhadap kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dengan memilki nilai (OR) 11,167 ibu yang mempunyai usia beresiko memilki peluang yang bermakna yaitu 11,167 kali untuk mengalami Plasenta Previa dan ada hubungan paritas dengan kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dengan nilai (OR) 4,800 ibu yang mempunyai paritas beresiko memiliki peluang yang bermakna yaitu 4,800 Kali untuk mengalami plasenta previa. Perlu adanya peningkatan kesehatan khususnya dalam pemberian pelayanan di RSUD Raden Mattaher Jambi dalam penanganan kejadian plasenta previa dengan optimal serta dapat mendeteksi faktor resiko dan pencegahan terhadap kejadian plasenta previa. Kata kunci : Plasenta Previa, Usia, Paritas. ABSTRACT According to Survey Demografi and kesehatan Indonesia (SDKI) based on a Survey condocted in 2007, mothers mortality rate in indonsia amounted to 228/ life births. Mothers mortality rate in lampung in 2006 was note up to 134 cases per lif births with obstetric complications, whereas in Metro City there were 38 people of life births, wich causes by antepartum haemorrhage, that is Plasnta Prvia. This mthod of this research is analitycal rescarch with retrospective approach to find out the relation of monther s age and parity with plasenta previa case in obstetrics ward of RSUD Raden Mattaher in Jambi Design of this research is case control. Population of this rearch are the entire of pregnant who got Plasenta Previa, and sampling was dohe by total sampling, with ratio 1:1 data were analyzed using univariate and bivariate. From the result of this research w got risky age (69,7%) and age were not at risk (30,3%). Whereas risky parity (73,7%) and parity werenot at risk (26,3%). Based on result of Chi-square test, age has a connection between parity and Plasenta Previa cas with P-valu 0,000 with OR value were obcaind at 4,800, which means mothers with risky parity 4,800 time likely to get Plasenta Previa. RSUD Raden Mattaher Jambi has to improve their ability in handling Plasenta Previa case optimally, and also to detecting risk factors and prevention of Plasenta Previa case. Keywords : Plasenta Previa (Age and Parity). 310

17 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Survey yang dilakukan pada tahun 2007, angka kematian ibu AKI di Indonesia sebesar 228/ kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih terhitung tertinggi di Negara bagian asia. Sementara target yang telah diteteapkan oleh rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) ada sebesar 226/ kelahiran hidup (Diakses selasa 07 April Safitri, 2013). Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi jambi Tahun 2014, AKI di provinsi jambi pada tahun 2010 adalah 228/ KH. Dimana penyebab terbesar AKI di provinsi jambi pada tahun 2013 adalah 40% disebabkan oleh perdarahan. Sedangkan pada tahun 2014 penyebab kematian ibu di provinsi jambi adalah 34% disebabkan perdarahan. Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Pada sebuah laporan oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetric yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk rupture uteri 16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia uteri (Prawirohardjo, 2008). Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta dan tidak terlampau sulit untuk menentukannya adalah plasenta previa. Plasenta previa ditemukan kira-kira dengan frekuensi 0,3 0,6% dari seluruh persalinan. Kejadian plasenta previa meningkat dikarenakan kehamilan dengan umur dan paritas ibu yang berisiko. Umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah tahun jika dilihat dari paritasnya, yang paling aman untuk kehamilan dan paritas 2-3, sedangakan paritas 1 atau paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian ibu yang lebih tinggi. Karena hal ini pada usia yang kurang dari 20 tahun rahim belum sempurna terutama pada lapisan endometriumnya, dan pada usia diatas 35 tahun keadaan rahim (endometrium) sudah mulai kurang subur. Dan pada paritas 1 ibu biasanya masih takut dan cemas dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, sedangkan pada paritas tinggi akan membuat uterus menjadi teggang, sehingga dapat menyebabkan kelainan letak janin dan plasenta previa yang akhirnya akan berpengaruh bentuk, pada proses persalinan (Prawirohardjo, 2008). Rumah Sakit Raden Mattaher (RSUD) merupakan Rumah sakit Rujukan di provinsi jambi, dan dari hasil Survey awal yang peneliti lakukan pada tahun 2013 angka kejadian plasenta previa di ruang kebidanan sebanyak 71 orang, sedangkan pada tahun 2014 kejadian plasenta previa mengalami peningkatan menjadi 76 orang dalam setahun. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik mengunakan desain case control dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi tahun Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 13 juli 03 agustus Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami plasenta previa yang berjumlah 76 ibu. Sedangkan sampel penelitian ini diambil dengan metode total sampling dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 76 ibu (yang mengalami plasenta previa) dan 76 ibu (yang tidak mengalami plasenta previa. Penelitian ini menggunakan analisa data secara univariat dan bivariat (Arikunto, 2010). 311

18 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi responden Berdasarkan Usia Ibu dengan Kejadian Plasenta Previa Dan tidak Plasenta Previa Diruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 Usia Kejadian plasenta previa Total Kasus Kontrol Plasenta Tidak Plasenta Previa Previa % N % n Berisiko <20 dan >35 69, ,1 66 tahun 3 Tidak Berisiko , ,9 86 tahun 3 Jumlah ,4 6,6 00 Berdasarkan tabel 1 dalam kelompok kasus menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 53 ibu (69,7%) dengan usia beresiko <20 tahun dan >35 tahun dan 23 ibu (30,3%) dengan usia tidak beresiko 20 tahun 35 tahun yang mengalami plasenta previa. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 13 ibu (17,1%) dengan usia beresiko dan 63 ibu (82,9%) dengan usia tidak beresiko yang tidak mengalami plasenta previa. Dari jumlah keseluruhan kelompok kasus dan kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 152 ibu yang mengalami plasenta previa dan tidak mengalami plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi terdapat 66 ibu (43,4%) dengan usia beresiko dan 84 ibu (56,6%) dengan usia tidak beresiko. Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Rosiana Aryanti di RSUD Sragen Tahun 2008 Menunjukkan bahwa dari sampel yang diteliti usia ibu hamil > 35 tahun lebih banyak mengalami plasenta previa dibandingkan usia ibu hamil tahun. Dari 22 kasus plasenta previa terjadi 15 kasus (68,2%) terjadi pada ibu hamil dengan usia < 35 tahun dan 7 Kasus (31,8%) terjadi pada usia ibu hamil tahun. Bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah tahun karena kematian ibu pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada wanita usia kurang dari 20 tahun seringkali secara emosional dan fisik belum matang. Pendidikan pada umumnya rendah masih tergantung pada orang lain dan otot reproduksi belum matur sehingga tidak memiliki system transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Sedangkan pada wanita yang usia lebih dari 35 tahun meskipun mereka lebih berpengalaman tetapi kondisi badannnya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uteri (Prawirohardjo, 2006). Begitu juga menurut statistik bahwa usia yang paling menguntungkan bagi wanita untuk hamil adalah antar dua puluh lima tahun, karena masalah yang muncul lebih sedikit dibanding jika wanita hamil di usia belasan lebih dari tiga puluh lima atau empat puluh. Hal ini dikarenakan jika hamil pada usia belasan tahun remaja masih dalam masa pertumbuhan dan mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk sebagian nutrisi. Sehingga perlu makan dengan baik sewaktu hamil untuk mempertahankan pertumbuhan diri dan makanan untuk janin. Sedangkan wanita yang hamil diatas usia tiga puluh lima tahun menghadapi resiko yang lebih besar untuk mengalami masalah medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, masalah pada pertumbuhan janin atau 312

19 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 kelainan keturunan, masalah plasenta dan komplikasi persalinan. Hal ini di karenakan makin lama hidup seorang wanita, makin besar kemungkinan ia terpajan praktikpraktik kesehatan yang kurang baik. Selain itu gaya hidup atau pekerjaan yang menimbulkan stress yang umumnya dialami pada wanita usia beresiko, sehingga dapat meningkatkan komplikasi kehamilan Tabel 2 Distribusi responden Berdasarkan Usia Ibu dengan Kejadian Plasenta Previa Dan tidak Plasenta Previa Diruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 Paritas Kejadian plasenta previa Total Kasus Kontrol Plasenta Previa Tidak Plasenta Previa n % N % n % Beresiko 1 dan 56 73, , ,3 >3 Tidak beresiko , , ,7 dan 3 Jumlah Berdasarkan tabel 2 dalam kelompok kasus menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 56 ibu (73,7%) dengan paritas beresiko 1 atau >3 dan 20 ibu (26,3%) dengan paritas tidak beresiko 2 dan 3 yang mengalami plasenta previa. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 28 ibu (36,6%) dengan paritas beresiko dan 48 ibu (63,2%) dengan paritas tidak beresiko yang tidak mengalami plasenta previa. Dari jumlah keseluruhan kelompok kasus dan kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 152 ibu yang mengalami plasenta previa dan tidak mengalami plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi terdapat 84 ibu (55,3%) dengan paritas beresiko dan 68 ibu (44,7%) dengan paritas tidak beresiko. Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amirah Umar Abdat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Menunjukkan bahwa dari sampel yang diteliti paritas ibu pada kejadian plasenta previa dengan primipara 30% sedangkan pada multipara 70%. Dalam penilitian ini didapatkan hasil bahwa multipara memiliki resiko 2,53 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa daripada wanita primipara. Masih tingginya kejadian plasenta previa pada paritas yang tidak beresiko hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya paritas yang dapat menyebabkan plasenta previa tetapi ada beberapa faktor lain seperti grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, mioma uteri (Nugroho, 2011). Paritas adalah jumlah kehamilan oleh seorang wanita. Baik yang berakhir dengan kelahiran hidup ataupun lahir mati. Banyak anak akan mempengaruhi kesehatan ibu dan anak dalam kandungan, karena paritas yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko pada ibu hamil. Dengan meningkatnya paritas ibu sehingga ibu dapat mengalami komplikasi dalam kehamilannya. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang pernah tiga kali hamil atau lebih cenderung meninggal dibawah usia 5 tahun, dan mendapatkan kasus lahir mati serta memperoleh anak dengan cacat bawaan dengan usia harapan hisupnya lebih pendek yang merupakan resiko lainnya dari ibu dengan paritas lebih besar. Hal ini dapat menjelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan rahim ibu tidak lagi sehat untuk kehamilan berikutnya dan pada waktu melahirkan tidak dapat dihindari adanya kerusakan pada daerah uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi 313

20 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 di janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan pada kehamilan sebelumnya. Keadaan ini dapat menyebabkan plasenta previa maupun kematian bayi (Tahruddin, 2012). Tabel 3 Hubungan Usia Ibu Dengan Plasenta Previa Dan Tidak Plasenta previa Di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 Usia Kejadian plasenta previa Plasenta Previa Iya Tidak Plasenta Previa Tidak Total OR (95% CI) P-value Berisiko <20 dan >35 tahun Tidak Berisiko tahun Jumlah 3 3 % % 4 3,4 6 9,7 3 7, , ,9 6 6, ,167 (5,160-24,167) 0,000 Berdasarkan tabel 3 dan hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh p- value 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa. Dari analisis juga diketahui Odds Ratio (OR) 11,167 artinya ibu yang mempunyai usia berisiko (<20 dan >35 tahun) mempunyai peluang yang bermakna yaitu 11,167 kali untuk mengalami plasenta previa dibandingkan dengan usia tidak berisiko (20-35 tahun). Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil peniltian yang dilakukan oleh Hesti Febrianti (2010) dengan judul hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa pada ibu hamil di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari 74 ibu yang mengalami plasenta previa hasil uji analisis chi-square didapatkan hasil 0,000 jadi < 0,05 kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulwesi Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa usia mempunyai hubungan yang erat terhadap kejadia plasenta previa dengan Odds Ratio (OR) 11,167. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Tidak hanya usia ibu saja yang dapat menyebabkan terjadinya plasenta previa tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor penyebab plasenta previa lain seperti grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, mioma uteri (Nugroho, 2011). Usia kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun, rentan terjadinya berbagai penyakit. Hal ini disebebkan terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan usia (Hafy, 2011). Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan dan persalinan dalah tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terhadi pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena tumbuh endomterium yang kurang subur (Fauziah, 2012). Pada penelitian ini, usia ibu berpengaruh terhadap terjadinya plasenta previa. Untuk itu sebaiknya ibu tidak hamil pada usia terlalu muda dan terlalu tua dan calon ibu sebaiknya perlu diberikan informasi tentang faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan dan meningkatkan pemeriksaan antenatal care. Karena kesiapan seorang wanita untuk hamil atau mempunyai anak ditentukan 314

21 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 oleh kesiapan dalam 3 hal yaitu kesiapan fisik, kesiapan psikologi, sosial dan ekonomi. Tabel 4 Hubungan Paritas Ibu Dengan Plasenta Previa Dan Tidak Plasenta previa Di Ruang Kebidanan RSUD RadenMattaher Jambi Tahun 2015 Paritas Kejadian plasenta previa Total Plasenta Previa Iya Tidak Plasenta Previa tidak % N % N % Berisiko 1 73, , ,3 dan >3 6 Tidak 26, , ,7 Berisiko 2 0 dan 3 Jumlah ,800 OR (95 % CI) (2,404-9,582) 0,000 P-value Berdasarkan tabel 4 dan hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh p-value 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian plasenta previa. Dari analisis juga diketahui Odds Ratio (OR) 4,800 artinya ibu yang mempunyai paritas berisiko (1 atau >3) mempunyai peluang yang bermakna yaitu 4,800 kali untuk mengalami plasenta previa dibandingkan dengan paritas tidak berisiko (2 dan 3). Begitu juga Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil peniltian yang dilakukan oleh Rina Zikana (2009) dengan judul hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa pada ibu hamil di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Genleng Banyuwangi. Dari 53 ibu yang mengalami plasenta previa hasil uji analisis chi-square didapatkan hasil 0,000 jadi < 0,05 kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara Paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Genleng Banyuwangi. Hal ini menunjukkan bahwa Paritas mempunyai hubungan yang erat terhadap kejadia plasenta previa dengan Odds Ratio (OR) 4,800. Paritas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Tidak hanya Paritas ibu saja yang dapat menyebabkan terjadinya plasenta previa tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor penyebab plasenta previa lain seperti grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, mioma uteri (Nugroho, 2011). Plasenta previa seringa terjadi pada paritas tinggi daipada paritas rendah. Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan (Primipara). Paritas 1-3 merupakan merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu lebih tinggi (Fauziah, 2012). Menurut Tiran (2006) dalam kamus saku bidan paritas atau para adalah istilah yang digunakan untuk meyatakan wanita yang sudah melahirkan satu anak atau lebih. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan > 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas > 3 dapat 315

22 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 dikurangi atau dicegah dengan program keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. Untuk itu perlu adanya himbauan atau penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil tentang pentingnya meningkatkan pemanfaatan pelayanan antenatal care pada saat masa kehamilan serta mengikuti program keluarga berencana agar jumlah kelahiran anak dapat dibatasi mengingat kelahiran dengan paritas tinggi memiliki resiko yang tinggi pula terhadap keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya. Selain itu, metode KB juga berfungsi agar jumlah paritas atau kehamilan dapat dikendalikan sehingga ibu hamil tidak pada paritas yang beresiko. SIMPULAN Dari 152 responden pada kasus yang mengalami plasenta previa memiliki usia beresiko 53 ibu (69,7%) dan pada kontrol yang tidak mengalami plasenta previa memiliki usia beresiko 13 ibu (17,1%); Dari 152 responden pada kasus yang mengalami plasenta previa memiliki paritas beresiko 56 ibu (73,7%) dan pada kontrol yang tidak mengalami plasenta previa memiliki paritas beresiko 28 ibu (36,6%); Ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) 11,167 ; Ada hubungan yang bermakna antara Paritas dengan kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) 4,800. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, ProsedurPenelitian suatu pendekatan praktik.jakarta : Rineka Cipta. Fauziah, Yulia Buku Ajar Obstetrik Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Manuaba, IBG Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi sosial untuk provesi bidan. Jakarta : Buku Kedokteram EGC. Nugroho, Taufan Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Prawiroharjo, Sarwono Ilmu Kebidanan. Penerbit Bina Pustaka. Jakarta Taharudin Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kejadian Plasenta Previa. Http: // google.com (Diakses Tanggal 25 Juli 2015). 316

23 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Ade Oktarino STIKes Prima Korespondensi Penulis : jambeiy57@gmail.com ABSTRAK Pengelolaan data rekam medis merupakan salah satu komponen yang penting yang terdapat di dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Pada Rumah Sakit terdapat beberapa bagian, antara lain Poli Umum. Rekam Medis pasien pada poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica, masih diolah secara manual seperti dengan menggunakan media kertas. Sistem ini dianggap tidak efisien lagi mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan dapat menyebabkan adanya duplikasi data rekam medis pasien yang tidak terkontrol, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar. Tujuan dari skripsi ini untuk membangun program aplikasi rekam medis yang dapat mengakomodir proses pencatatan, penyimpanan data, juga pengaksesan data pasien yang terdahulu yang dapat digunakan untuk pelaporan data pada bagian Poli Umum di Rumah Sakit Rimbo Medica. Program aplikasi rekam medis pasien poli umum yang dibangun dapat mengefisienkan pekerjaan petugas rekam medis, serta dapat meningkatkan ketelitian, keakuratan dari data rekam medis dan juga dapat mempermudah manajemen Rumah Sakit dalam mengelola laporan yang berkaitan dengan rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit. Kata Kunci : Rekam Medis ABSTRACT Management medical records is one important component found in information systems management hospital ( simrs ).In hospitals there are some parts, among other common section.record medical patient on common section hospital rimbo medica, is still being processed manually as with using media paper.this system is considered inefficient longer given the growth of information technology and can cause of duplicate records medical patient uncontrolled, so for error flags very large.the purpose of this skripsi to build application program record medical records can accommodate process, data storage, also accses data patients former can be used to reporting data on the common section in hospital rimbo medica. Application program record medical patient common section built can efficient the job of clerk medical record, and can improve precision, the accuracy of medical records and also to simplify management hospital in managing the report relating to record medical patient common section hospital Keywoard : Medical Record PENDAHULUAN Dunia kesehatan tidak terlepas dari teknologi komputer dan teknologi informasi. Pengolahan data medik yang dahulu dilakukan secara manual saat ini dibuat menjadi otomatis dengan sistem informasi untuk mempercepat proses kerja para tenaga medis dalam memperoleh data. Pengolahan data rekam medis pasien pada beberapa Rumah Sakit masih banyak dilakukan secara manual, misalnya saja pada Rumah Sakit Rimbo Medica, rekam medis di rumah sakit ini masih diolah secara manual seperti dengan menggunakan media kertas. Pengelolaan data secara manual menggunakan media kertas mempunyai banyak kelemahan, diantaranya selain membutuhkan waktu yang lama, dari segi keakuratannya juga kurang atau tidak akurat. Jumlah pasien yang relatif banyak per hari dan tenaga administrasi Rumah Sakit yang terbatas dapat menyebabkan adanya duplikasi data rekam medis pasien yang tidak terkontrol, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar. Oleh sebab itu rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat dan andal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada pasien. Sistem 317

24 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat Pengelolaan data rekam medis merupakan salah satu komponen yang penting yang terdapat di dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Poli umum adalah salah satu bagian dari beberapa poli yang tersedia di Rumah Sakit. Jadi pada penelitian ini akan dibuat suatu aplikasi rekam medis pada bagian poli umum suatu Rumah Sakit dengan menggunakan aplikasi komputer. Alat bantu yang dapat endukung adalah dengan menggunakan program komputer, salah satunya yaitu dengan menggunakan aplikasi dengan bahasa pemrograman PHP dan MySQL. Dengan bahasa pemrograman PHP dan MySQL memiliki beberapa kelebihan, diantaranya tidak terbatas pada keluaran HTML, PHP memiliki kemampuan untuk mengolah keluaran gambar, PDF dan movie flash, PHP juga dapat menhghasilkan teks seperti XHTML dan XML, serta waktu eksekusinya lebih cepat, akses database yang lebih fleksibel, dan sintaks PHP mudah dan user-friendly. Perangkat lunak berbasis web dapat digunakan sebagai alat rekam medis pasien yakni untuk mempermudah tenaga medis dalam proses pencatatan, memasukkan data pribadi pasien, penyimpanan data, mencari kembali data yang telah disimpan, riwayat penyakit yang pernah diderita, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh pasien, serta gejala penyakit yang dialami pasien dan diagnosa tenaga medis. Perancangan alat rekam medis ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penumpukan pekerjaan pihak tenaga medis dibandingkan dengan alat rekam medis yang secara manual. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dikarenakan data yang akan dianalisis adalah jenis data string atau dalam bentuk record dan bukan dalam bentuk matematik. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap sistem rekam medis poli umum yang sedang berjalan di Rumah Sakit Rimbo Medica, kemudian dianalisa untuk merancang sistem rekam medis poli umum yang baru berbasis komputer. Penelitian ini juga menggunakan jenis studi kasus, yang dimana penelitian ini merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit penelitian secara intensif, yaitu pasien, kelompok, atau komunitas tertentu. Penggalian atau sumber data dapat melalui wawancara dengan pihak petugas rekam medis, observasi maupun sumber data dokumen yang berhubungan tentang pemrograman PHP dan database MySQL. Keuntungan dari jenis studi kasus ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah responden sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas. 2. Rancangan Penelitian Prosedur penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan beberapa tahapan pengembangan perangkat lunak yang menggunakan metode proses pengembangan air terjun (waterfall model). Alasan penggunaan metode waterfall model dalam pembuatan sistemini yaitu tahapan pada model ini mengambil kegiatan dasar yang digunakan dalam hampir semua pengembangan perangkat lunak, sehingga dapat mudah untuk dipahami terlebih bila hanya digunakan dalam mengembangkan perangkat lunak yang tidak begitu besar dan kompleks. Pendekatan waterfall model ini membuat perangkat lunak yang lebih 318

25 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL besar, mudah diatur dan selesai tepat pada waktunya tanpa biaya yang berlebihan. Pengalaman beberapa waktu terdahulu menunjukkan bahwa model air terjun sangat berguna dan berharga. Gambar 1 Tahap Model Waterfall 3. Prosedur Penelitian Berikut adalah flowchart dari prosedur penelitian yang dirancang : Gambar Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Flowchart Prosedur 1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem adalah tahap penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam komponen dengan tujuan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi permasalahan dan hambatan yang terjadi, sehingga dapat diciptakan hasil yang lebih baik agar dievaluasi ke arah yang diusulkan. Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantauan sistem yang sedang berjalan saat ini di Rumah Sakit Rimbo Medica, sistem rekam medis pasien poli umumnya masih menggunakan sistem manual. Petugas mencatat data-data pasien, baik itu data pribadi maupun data rekam medis pada sebuah formulir, yang mana formulir tersebut bersifat rahasia. Penyimpanan formulir rekam medis tersebut disusun berurutan berdasarkan nomor rekam medis pasien yang mana satu pasien satu nomor rekam medis. Dan untuk proses pelaporan data kepada pihak pimpinan, petugas akan mencatat data-data rekam medis ke sebuah buku besar yang dijadikan sebagai arsip. Kesimpulan dari analisa sistem yang sedang berjalan pada Rumah Sakit Rimbo Medica yaitu : a. Pencatatan dan pengelolaan data rekam medis masih berjalan manual, yaitu pencarian dan penyimpanan data berdasarkan abjad nama pasien, dan belum menggunakan DBMS. Kelemahannya akan sering terjadi duplikasi data misalnya nama pasien yang kemungkinan sama dengan pasien lainnya dan juga laporan tidak berjalan dengan baik. b. Pencarian data pasien yang telah pernah berobat membutuhkan waktu yang relatif lama. 2. Perancangan Sistem Sebelum merancang sistem yang baru, terlebih dahulu kita harus mengetahui dan memahami sistem. Untuk merancang suatu sistem diperlukan data dari sistem yang sedang berjalan untuk dianalisa, data yang diperlukan adalah hal-hal yang berhubungan dengan bagian rekam medis. Tujuan dari perancangan sistem adalah untuk membangun sistem rekam 319

26 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL medis pasien poli umum pada Rumah Sakit Rimbo Medica, serta untuk mempermudah user dalam menginputkan data rekam medis. c. Perancangan Entity Relation Diagram (ERD) a. Perancangan Diagram Konteks Gambar 3 Entity Relation Diagram Gambar 1 Diagram Konteks b. Perancangan Data Flow Diagram 3. Implementasi Sistem a. Implementasi Implementasi adalah suatu tahap dimana akan dilakukan penerapan dari program yang telah dibuat perancangan sebelumnya dan telah melalui proses analisa dan desain secara rinci. Tahap implementasi ini merupakan tahap yang penting untuk menuju suksesnya sistem baru. Sistem baru yang memberikan kepercayaan kepada pengguna sistem, bahwa sistem baru ini dapat bekerja secara efektif dan efisien.tujuan dari tahapan implementasi sistem yaitu untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari program baru yang dibuat. (DFD) Gambar 2 Data Flow Diagram b. Implementasi Program Berikut akan dijelaskan tampilan dari aplikasi rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica. c. Menu Home Pada modul menu utama, terdapat beberapa sub-sub menu pilihan yang bisa dipilih oleh user sesuai dengan kebutuhannya. Adapun sub-sub menu tersebut, yaitu : 1) Home Page, yaitu modul awal yang akan tampil jika program ini pertama diakses. 2) About, sub menu ini berisi tentang aplikasi rekam medis secara umum. 3) Hubungi Pimpinan, sub menu 320

27 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL yang berfungsi untuk mengirimkan pesan kepada pimpinan, jika ingin menyampaikan pesan dan kesan. 4) Login Admin/Pimpinan, sub menu yang mana hanya admin program dan pimpinan rumah sakit yang mempunyai hak akses untuk masuk ke menu-menu selanjutnya. 5) Login Petugas, sub menu ini merupakan hak akses bagi petugas untuk memasukkan data pasien dan data rekam medis pasien. 6) Form Login Dokter, sub menu yang berfungsi untuk login dokter agar bisa masuk ke menu selanjutnya. Gambar 4 Tampilan Menu Home d. Menu Formulir Pendaftaran Pasien Pada aplikasi ini terdapat sub menu berisikan formulir pendaftaran pasien yang diinputkan oleh petugas rekam medis rumah sakit. Formulir tersebut berisikan data-data pribadi pasien. Gambar 5 Formulir Pendaftaran Pasien e. Menu Formulir Rekam Medis Menu formulir rekam medis pasien, bertujuan untuk memudahkan petugas memasukkan data-data rekam medis seorang pasien. Baik itu pasien yang baru berobat, maupun pasien lama yang pernah berobat. Gambar Rekam Medis 6 Tampilan Formulir 4. Pengujian Tahap pengujian sistem merupakan salah satu tahap dalam daur hidup pengembangan sistem, dimana tahapan ini merupakan pengujian sistem supaya nanti dalam penggunaannya tidak lagi mengalami kesalahan. Pengujian terhadap sistem dilakukan juga untuk mengetahui sejauh mana sistem yang dirancang dapat mengatasi masalah yang telah dianalisa sebelumnya. Evaluasi hasil pengujian aplikasi rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica : 1. Berdasarkan dari hasil pengujian black box dengan beberapa kasus uji yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi sistem rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica menunjukkan hasil keluaran / output dan proses yang sesuai dengan peracangan aplikasi ini. Dan hasil dari pengujian dapat dikatakan bahwa program ini dapat berfungsi dengan baik dan benar setelah dibuktikan dari hasil pengujian diatas. 2. Berdasarkan hasil pengujian efisiensi yang telah dilakukan, baik dari segi input, proses, dan 321

28 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL juga output secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan bahwa proses yang dilakukan dengan aplikasi komputer, dapat menghemat dan mengefisienkan waktu sekitar 61,4% dibandingkan dengan proses yang dilakukan secara manual tanpa bantuan sistem komputer. 3. Pengujian efisiensi dilakukan terhadap satu orang pengguna sistem yaitu Petugas Rekam Medis Rumah Sakit Rimbo Medica, yang mana petugas ini memiliki latar belakang pendidikan Akademi Keperawatan. Hasil dari pengujian ini mungkin akan lebih efisien lagi, jika pengguna mempunyai latar belakang orang yang terbiasa menggunakan komputer. Hal 3-5. Madcoms PHP & MySQL Untuk Pemula. Yogyakarta : Andi Offset. Hal 1. Kadir, Abdul Mudah Mejadi Programmer PHP. Yogyakarta : Yescom. Hal 2-5. Hal 18. Hal 224. Nugroho, Adi Konsep Pengembangan Sistem BasisData. Bandung : Informatika Bandung. Hal 5. Hal 14. Hal 49. Pressman, Roger S Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta : Andi dan McGraw-Hill Book Co. Hal SIMPULAN Program aplikasi rekam medis pasien poli umum yang dibangun dapat mengefisienkan pekerjaan petugas rekam medis sekitar 61,4% serta dapat meningkatkan ketelitian, keakuratan dari data rekam medis dan juga dapat mempermudah manajemen Rumah Sakit dalam mengelola laporan yang berkaitan dengan rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit; Program aplikasi rekam medis pasien poli umum yang dibangun dapat memudahkan pengaksesan data riwayat rekam medis seorang pasien yang terdahulu, serta dapat memberikan layanan terbaik untuk kepuasaan seluruh pengguna sistem atau yang membutuhkan informasi terkait rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica. DAFTAR PUSTAKA Hariyanto, Bambang Sistem Manajemen Basis Data. Bandung : Informatika Bandung. 322

29 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Irmayanti Harahap STIKes Prima Program Studi IKM Korespondensi penulis : irmayanti@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia. Berdasarkan survey awal diketahui dari 10 orang ada 8 orang WUS yang melakukan pernikahan dini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case-control. Bertujuan untuk dapat menguji hipotesis tentang pernikahan dini dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini tersebut di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun Populasi adalah semua wanita usia subur (WUS) sebanyak 183 orang. Sampel penelitian sebanyak 22 kasus dan 22 kontrol yang dipilih dengan metode case control 1: 1 Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang dilakukan pada tanggal juli Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (27,3%) responden memiliki pengetahuan baik, sebanyak 72,7% responden berpendidikan rendah dengan p-value 0,091 OR : 4,385 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini. Hasil penelitian pada budaya dengan P-value 0,000 dan OR 0,046 artinya ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan terjadinya pernikahan dini. Diharapkan memberi masukan kepada Kelurahan setempat, untuk merangkul tenaga kesehatan untuk ikut serta memberikan penyuluhan tentang resiko pernikahan dini. Selanjutnya tetap memberikan penyuluhan mengenai dampak buruk dari pernikahan dini. Kata kunci: Pernikahan Dini, Pengetahuan dan Budaya ABSTRACT The resident growth that relatively high is a burden in national development. The main factor that influence rate of resident growth is birth rete. The birth rate was high closely related with age. Based on preliminary survey known from 10 people. There are 8 people WUS doing early marriage. The purpose to know the factors that related with early marriage at Kelurahan Simpang Tuan kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur The research was descriptive analytic research with case control study. Aims to be able to test the hypothesis about early marriage and factors that related with early marriage. Population is all woman of childbearing age (WUS) as about 183 people. Sample of the research is 22 cases and 22 control that chosen with case control method 1:1. Data collection used questionnaires conducted on july Technique of data anaylis used univariate analysis and bivariate analysis. The results of questionnaires showed 27,3% respondents have good knowledge and 72,7% respondents low education with p-value 0,091 OR : 4,385 it s mean there is no related that significant between knowledge and education with early marriage. The result of research on culture with p-value 0,000 and OR 0,046 it s mean there is related that significant between culture and early marriage. The result of hypothesis expected to provide suggestion for the local village to embrace health workers to participate in provide counseling about risks of early marriage and then still provide counseling about the impact of early marriage. Keywords : Early marriage, knowledge and culture SCIENTIA JOURNAL Vol. 4 No. 04 Desember

30 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 PENDAHULUAN Perkawinan usia dini adalah perkawinan yang dilakukan pada usia remaja (di bawah 16 tahun pada wanita dan di bawah 19 tahun pada pria). Perkawinan remaja selain mencerminkan rendahnya status wanita, juga merupakan tradisi social yang menopang tingginya tingkat kesuburan. Hal ini menyebabkan resiko persalinan yang semakin tinggi karena secara fisik mereka belum siap melahirkan (Romauli, 2009). Faktor yang memicu terjadinya pernikahan usia dini adalah lingkungan sosial. Kuatnya pengaruh teman sering dianggap sebagai biang keladi dari tingkah laku remaja yang buruk. Namun hal itu tidak terlepas dari motivasi dalam dirinya sendiri untuk melakukan hal tersebut. Perkawinan usia sangat dini (10-14 tahun) banyak terjadi pada perempuan di daerah perdesaan, pendidikan rendah, status ekonomi termiskin, dan kelompok petani/nelayan/buruh. Semakin tinggi pendidikan persentasi usia perkawinan pertama pada usia dini semakin kecil ( Sarlito, 2012 ). Dinas kementrian agama Kabupaten Tanjung Jabung Timur merilis data pengamatan dari setiap Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan yang ada di Tanjung Jabung Timur, adalah salah satu wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang masih tinggi tingkat kejadian pernikahan usia dini, pada tahun 2010 sebesar 620 dari seluruh pernikahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada tahun 2011 pernikahan dini mengalami penurunan yaitu sebesar 610. Sementara di tahun 2012, kasus pernikahan dini kembali meningkat yaitu sebesar 625 dari seluruh pernikahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kementrian Agama Kabupaten Tanjung Jabung Timur merekomendasikan data dari masing-masing KUA Kecamatan Tanjung Jabung Timur sebagai berikut (Kementerian Agama Tanjung Jabung Timur, 2014). Berdasarkan survei yang telah dilakukan terhadap 10 yang melakukan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur, karena resiko mengenai kesehatan reproduksi lebih banyak terjadi pada yang melakukan pernikahan dini, di dapatkan bahwa 6 diantaranya memiliki SCIENTIA JOURNAL Vol. 4 No. 04 Desember 2016 pendidikan rendah, pengetahuan kurang terhadap pernikahan dini yang meliputi dampak terhadap kesehatan reproduksi. Sehingga sikap yang ditunjukkan belum mengarah untuk menghindari pernikahan dini. Selain itu 4 diantaranya factor budaya untuk menikahkan anaknya setelah tamat sekolah, kerena mereka menganggap hal tersebut dapat mengurangi beban keluarganya. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case control. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian pada subjek yang akan diteliti yaitu tentang pernikahan dini dan faktor faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini tersebut di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahra Ulu Tanjung Jabung Timur tahun Populasi adalah semua wanita usia subur (WUS). Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik case control 1 : 1 yaitu sebanyak 22 sampel kasus yang melakukan pernikahan dini dan sebanyak 22 sampel kontrol, pemgambilan anggota sampel dengan teknik Random Sampling. Adapun cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu yang berisikan sejumlah pertanyaan penelitian. Pengumpulan telah dilakukan pada bulan Juli Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun Hasil analisis factor pengetahuan dengan terjadinya pernikahan dini dapat dilihat pada tabel 1 berikut : 324

31 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Tabel 1 Hasil Analisis Pengetahuan Yang Menyebabkan Pernikahan Dini di KelurahanSimpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun Pengetahuan Kasus Kontrol Jumlah OR 95%CI p-value N % N % N % 4,385 0,091 Kurang Baik 19 86, , ,7 Baik 3 13,6 9 40, ,3 Total Sumber : Data primer tahun 2015 Hasil analisis uji statistik chi- square menunjukkan nilai x2 (P-Value) =0,091 > 0,05, dengan demikian Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun Uji statistik menunjukkan nilai Odds Ratio rata rata pada tingkat kepercayaan 95% sebesar 4,385 (0,993/19,356 CI) yang berarti wanita usia subur yang memiliki pengetahuan kurang ada kecenderungan sedikit (4,4) kali akan melakukan pernikahan dini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Hasil analisis uji statistik chi-square menunjukkan nilai x2 (pvalue) =0,091>0,05 dengan demikian Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun Menurut penelitian Aris (2012) dengan penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi remaja putrid terhadap Pernikahan Dini di SMA 10 Kuala Tungkal. Desain penelitian korelasi dengan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 67 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji dengan hasil P- value 0,106 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap Pernikahan Dini di SMA 10 Kuala Tungkal. Menurut teori notoadmodjo (2010) pengetahuan dapat diartikan sebagai dari hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila setiap pasangan memiliki pengetehuan yang baik tentang pendewasaan tentang usia perkawinan usia muda tidak hanya memberikan dampak negative pada individu, tetapi juga terhadap umum, keluarga dan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini di Indonesia. Faktor-faktor tersebut yaitu individu, keluarga, dan masyarakat lingkungan. Selanjutnya menurut dermawan (2010) bahwa remaja-remaja di desa tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, dan akibat dari pernikahan dini kepada remaja sebagai salah satu upaya pencegahan perilaku pergaulan seks bebas. SCIENTIA JOURNAL Vol. 4 No. 04 Desember

32 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Hasil penelitian yang telah diperoleh disertai dengan ulasan literatur yang mendukung penelitian ini maka, peneliti berasumsi bahwa pernikahan yang dilakukan pada usia muda banyak terjadi karena kekurang pahaman akan arti sebenarnya dari suatu pernikahan. Pengetahuan yang diperoleh responden merupakan salah satu penyebab dari dilakukan pernikahan dini. Penelitian yang dilakukan oleh Darnita (2013) tentang pernikahan dini di banda aceh menunjukkan hal yang hamper sama, dimana kurangnya pengetahuan tentang pendewasan pernikahan dan risiko yang sering terjadi terutama pada ibu yang hamil pada usia yang terlalu muda menyebabkan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini. Dari 72 Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dlakukan oleh sari (2014) tentang pernikahan Hasil responden yang di teliti ada sebanyak 34 responden (47,2%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang pernikahan dini dan ada sebanyak 38 responden (52,8%) yang memilki pengetahuan yang baik. Secara jelas telah diketahui dari hasil penelitian ulasan teori yang berkaitan dan hasil yang penelitian yang ada pengetahuan remaja khususnya tentang pernikahan dini, perlu dimiliki secara baik guna menunda usia pernikahan. Dengan pendewasaan usia perkawinan, maka masalah masalah kesehatan baik fisik maupun mental pasangan akan lebih baik ketimbang harus memaksakan untuk melakukan pernikahan dini. Hubungan antara pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun 2015 Analisis faktor tingkat pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2 Hasil analisis tingkat pendidikan yang Menyebabkan Pernikahan Dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun Pendidikan Kasus Kontrol Jumlah OR p-value N % N % N % 95%CI Tinggi 3 13,6 9 40, ,3 4,385 0,091 Rendah 19 86, , ,7 Total Hasil analisis uji statistic chi- square menunjukkan nilai x2 (P-Value) = 0,091>0,05, dengan demikian Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Uji statistic menunjukkan nilai Odds Ratio rata-rata pada tingkat kepercayaan 95% sebesar 4,385 (0,993/19,356 CI) yang berarti wanita usia subur yang memiliki pendidikan rendah ada kecenderungan sedikit (4,4) kali akan melakukan pernikahan dini. Jabung Timur Hasil analisis uji statistic chi-square menunjukkan nilai x2 (pvalue) = 0,091 > 0,05 dengan demikian SCIENTIA JOURNAL Vol. 4 No. 04 Desember

33 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun Menurut penelitian Nora (2011) dengan penelitian yang berjudul Hubungan Pendidikan dan Motivasi WUS terhadap Pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Rawasari Tahun Desain penelitian korelasi dengan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 87 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji dengan hasil P-value 0,073 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan terhadap Pernikahan Dini di wilayah kerja Puskesmas Rawasari tahun Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah segala upaya yang terencana untuk mempengaruhi, memberikan perlindungan dan bantuan sehingga peserta meiliki kemampuan untuk berperilaku sesuai harapan. Pendidikan dapat dikatakan juga sebagai proses pendewasaan pribadi (Maulana, 2009). Selanjutnya Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, besar. Hal itu dikarenakan adanya kekosongan waktu tanpa adanya pekerjaan yang tetap sehingga membuat sebagian mereka kurang berpikir untuk melakukan hal-hal produktif. Adanya kecenderungan dan anggapan keluarga bahwa produktivitas dapat dicapai melalui sebuah perkawinan maka tidak sedikit orang yang pada akhirnya mengambil langkah tersebut yaitu dengan menikahkan anaknya walaupun usianya masih tergolong muda. Penelitian yang dilakukan oleh darnita (2013) tentang pernikahan dini di banda aceh juga menunjukkan hal yang hampir sama, dimana remaja yang putus sekolah karena sesuatu hal dan tidak memiliki pekerjaan yang tetap cenderung dinikahkan oleh orang tuanya. Hal tersebut dilakukan sematamata agar terhindar dari perbuatan dosa besar seperti hamil diluar nikah atau melakukan hubungan tanpa ikatan nikah. Selanjutnya karena kurangnya kemauan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan, menikah adalah jalan keluar dari masalah tersebut. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh sari (2014) tentang pernikahan dini di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini. Dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 45 responden (62,5%) masih berpendidikan rendah dan ada sebanyak 27 responden (37,5%) yang berpenddikan tinggi sewaktu melakukan pernikahan dini. Sangat jelas bahwa pendidikan berperan penting untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, dengan melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi akan membuka wawasan dan dapat meningkatkan pengetahuan. Selain itu waktu yang tersedia dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk jelaslah dengan terbatasnya tingkat pendidikan yang dimiliki responden kecenderungan untuk melakukan pernikahan dini lebih sedikit. Hubungan antara budaya masyarakat dengan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur tahun SCIENTIA JOURNAL Vol. 4 No. 04 Desember

34 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Hasil analisis faktor budaya masyarakat dengan terjadinya pernikahan dini dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil analisis budaya masyarakat yang Menyebabkan Pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 Budaya Masyarakat Kasus Kontrol Jumlah OR 95%CI SCIENTIA JOURNAL Vol. 4 No. 04 Desember 2016 p- value N % N % N % Baik 3 13, , ,5 0,046 0,000 Tidak Baik 19 86,4 5 22, ,5 Total Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Hasil analisis Uji statistik Chi-square menunjukkan nilai x2 (p-value) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun Pernikahan dini terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dinikahkan. Orang tua terutama di pedesaan di anggap bahwa bila anak gadisnya berusia diatas 20 tahun dan belum menikah atau kawin, maka merupakan aib bagi keluarga atau membuat malu karena dianggap tidak laku (lahulima, 2007). Terlihat baik dari hasil penelitian maupun dari tinjauan teori ditemukan kesamaan yaitu adanya peran budaya yang masih melekat di masyarakat tentang usia pernikahan. Apabila seorang anak sudah memasuki usia baligh maka orang tua mengganggap si anak telah dewasa dan dapat segera dinikahkan. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dilakukan dan sampai saat ini polanya belum banyak berubah, apalagi anak yang bersangkutan telah ada yang meminangnya. Penelitian yang dilakukan oleh sari (2014) pernikahan dini di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi bahwa dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 53 responden (73,6%) yang budaya nya tidak baik dan 19 responden (26,4%) yang budayanya baik. Penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh Widiyanti (2011) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor budaya atau adat istiadat sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi masyarakat untuk melakukan pernikahan dini, dimana orang tua berpandangan bahwa wanita bertugas hanya untuk melayani suami dan anakanak. Budaya di daerah yang lebih suka menikah pada usia muda dengan alasan cepat memiliki keturunan yang dapat membantu orang tua atau keluarga kelak di kemudian hari. Upaya untuk menghindari terjadinya pernikahan dini dengan Pendekatan, memberitahu ataupun menjelaskan tentang kesehatan secara reproduksi dan menjelaskan tentang melawan adat kebiasaan dapat melalui upaya hokum yaitu pendewasaan usia perkawinan yang sesuai dengan UU perkawinan dan UU perlindungan anak. Dimana jelas dikatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Apabila terjadi pelanggaran UU maka akan ada sangsi pidana, dan itu harus diketahui oleh semua pihak termasuk orang tua. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor factor 328

35 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 yang berhubungan dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun Kemudian dapat disimpulkan seagai berikut : Sebagian besar respoden (72,7 %) memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang pernikahan dini, sebagian besar responden (72,7%) berpendidikan rendah, sebagian besar responden (54,5%) menyatakan bahwa pernikahan dini merupakan budaya setempat, tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015, terdapat hubungan signifikan antara budaya dengan terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Romauli, dkk, 2009, kesehatan reproduksi. Buat Mahasiswa Kebidanan Mulia Medika, yogjakarta. Sarlito Pendidikan Seksual Pada Remaja. Kutipan Langsung m(diakses 2 juli 2015) Sari, Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini Kelurahan Olak Kemang Jambi Widiyanti Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA Darnita Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta Kementrian Agama Kabupaten tanjung jabung Timur, 2014 Lahulima, Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta Maulana D.J Heri, Promosi kesehatan. Penerbit EGC. Jakarta Nora, Psikologi Kesehatan Kencana : Medan Reproduksi..Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta. SCIENTIA JOURNAL Vol. 4 No. 04 Desember

36 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 Hamdani Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi Penulis : hparman66@yahoo.co.id ABSTRAK Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang karena karakteristik pelayanannya harus menerapkan giliran kerja. Penerapan pagi, sore dan malam. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan standar dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap perawat, antara lain gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan kehidupan sosial dan keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan giliran kerja dengan keluhan subjektif gangguan tidur, gangguan pencernaan dan gangguan sosial dan keluarga perawat. Jenis penelitian ini adalah deskriftif analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional, populasi pada penelitian adalah perawat yang bekerja di ruang perawatan dengan sampel sebanyak 59 orang, untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil Penelitian dengan menggunakan uji statistik untuk gangguan tidur diperoleh p-value 0,029, untuk gangguan pencernaan diperoleh p-value 0,001 dan untuk gangguan sosial dan keluarga diperoleh p-value 0,025, berarti ada hubungan antara giliran kerja dengan keluhan subjektif gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan gangguan sosial dan keluarga pada perawat di RSUD Raden Mattaher Jambi. PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah pelayanan masyarakat yang padat modal, padat teknologi dan padat karya yang dalam pekerjaan sehari-hari melibatkan sumber daya manusia dengan berbagai jenis keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat bergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga di institusi pelayanan kesehatan terutama Rumah Sakit (Djojosugito, 2001) Penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit sangatlah perlu mendapatkan perhatian yang serius karena pelayanan kesehatan ini bersifat berkesinambungan. Perhatian pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit tidak hanya untuk pengguna jasa rumah sakit tetapi juga untuk pelaksana dan pengelola rumah sakit tersebut, hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja atau pelaksana dan pengelola rumah sakit tersebut terlindungi kesehatan dan keselamatan kerjanya, terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Djojosugito, 2001) Pekerjaan rumah sakit merupakan sumber daya potensial yang harus dibina agar menjadi produktif, berkualitas dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan bagi pengguna jasanya. Kegiatan yang disanakan pekerja di rumah sakit banyak terpapar dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatannya. Pekerja rumah sakit yang sangat bervariasi dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatannya. Kondisi ini pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang rendah pada akhirnya akan berdampak pula terhadap kepuasan pemakai jasa rumah sakit (Guntur, 2001) Berbagai potensi bahaya yang dapat muncul pada tenaga kerja di rumah sakit antara lain : bahaya pemajanan radiasi, bahan kimia toksin, bahaya biologis, temperatur ekstrim, bising, debu, stres kerja. Perawat sering mengalami back injuries, terpajan zat kimia beracun, radiasi, stres kerja dan berbagai dampak yang merugikan akibat giliran kerja (Nasri M, 2001). Sebagai tenaga kerja profesional perawat mempunyai hak untuk bekerja di lingkungan yang baik artinya lingkungan kerja tersebut cukup aman, tidak mengancam keselamatan dan kesehatan fisik maupun mental. Lingkungan juga harus mempunyai sarana dan peralatan 330

37 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 yang memadai untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas juga mempunyai hak untuk bekerja sesuai jam kerja yang tepat dan tidak bekerja secara terus menerus tanpa memperhatikan istirahat atau melebihi jam kerja (Priharjo, 1995). Berdasarkan karakteristik pelayanan selama 24 jam pihak rumah sakit harus mengatur giliran kerja perawat yang biasanya dibagi menjadi tiga giliran kerja yaitu, pagi, sore dan malam (Swansburg, 1993). Terdapat dua sistem giliran kerja yang biasa dipergunakan yakni sistem permanen dan sistem rotasi. Tenaga kesehatan yang paling banyak terkena resiko akibat dari sistem giliran kerja ini adalah perawat (William, 1992) Giliran kerja termasuk didalamnya sistem giliran kerja rotasi dan sistem giliran kerja permanen dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, masalah tidur, kelelahan, kekacauan irama sirkardian, gangguan kehidupan sosial dan keluarga dan masalah kesehatan fisik lain (Fujiono et al, 2001). Takashi et al (2001) menyimpulkan dalam penelitiannya terhadap perawat di beberapa rumah sakit di Jepang bahwa terdapat hubungan antara giliran kerja malam dengan penggunaan alkohol dan obatobatan tidur untuk mengatasi kesulitan tidur. Ramdan (2003) menyatakan dalam penelitiannya terdapat keluhan gangguan tidur, gangguan pencernaan dan gangguan kehidupan sosial pada perawat yang mengalami giliran kerja. Efek negatif giliran kerja malam lebih besar dibandingkan giliran kerja pagi dan siang, jika pekerja giliran siang berganti ke giliran kerja malam maka hasil yang dicapai lebih tinggi pada saat giliran kerja siang. Mengingat pentingnya perawat dalam penentuan kualitas jasa pelayanan kesehatan pada industri rumah sakit dan besarnya ancaman resiko yang ditimbulkan akibat penerapan sistem giliran kerja perawat, maka diperlukan upaya untuk mencegah akibat yang ditimbulkan dalam sistem giliran kerja yang dilaksanakan di rumah sakit HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian terhadap 5 macam sampel susu formula bayi dibawah usia 6 bulan hasil yang diperoleh dengan metoda KONVENSIONAL (manual) dan metoda FDA dengan alat VITEX 2 COMPACT,dari ke 5 (lima) sampel tidak ditemukan yang diteliti adanya bakteri E.sakazakii Pada sampel susu tersebut. Bakteri E.sakzakii sesuai dengan peraturan CODEX ALIMENTARIUS COMMISION (CAC) adalah lembaga resmi yang dibentuk oleh FAO (Food Agriculture Organization) dan WHO (World Healht Organization) yang mengatur standar kesehatan Internasional pada Juli 2008 bahwa susu formula bayi tidak boleh mengandung Enterobacter sakzakii 5. Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif termasuk dalam family Enterobactericieae, bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violetnya pada proses pewarnaan gram dan bila dilihat dengan miskroskop akan bewarna merah. Penelitian ini untuk mendeteksi bakteri E.sakazakii pada susu formula usia bayi 0-6 bulan memggunakan 5 sampel yang dipilih secara random untuk mewakili dari merk susu formula 0-6 bulan yang beredar di kota Jambi. Penelitian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan baik secara metoda VITEX 2 COMPACT dan secara konvensional (manual). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat VITEX 2 COMPACT dan scara manual. Alat VITEX 2 COMPACT untuk menetukan spesies bakteri alat ini otomatis untuk identifikasi bakteri, prinsip kerja alat ini setiap pembacaan tes data diolah oleh software VITEX 2 COMPACT sesuai kartu, kemudian pada layar monitor ID (identifikasi) akan muncul nama spesies dan lama prengerjaan. Reagen yang digunakan seperti kartu THE SMART CARD yang berisi glukosa, laktosa, manitol, sarbitol, maltosa, sakrosa, SIM (Sulfit Indol Motility), simmon citrate, 331

38 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 TSIA (Tripel Sugar Iron Agar), Urea agar dan malonat. Secara manual dapat dilihat morfologi bakteri gram negatif bentuk batang dan berwarna merah. Pada identifikasi menggunakan alat VITEX 2 COMPACT media yang digunakan sama dengan identifikasi secara manual (konvensional) yaitu media Mac conkey agar, apabila bakteri E.sakazakii positif dapat dilanjutkan dengan biokimiawi seperti tabel tersebut dibawah ini, tabel perbedaan spesies enterobacter. Sehingga tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi infeksi pada susu formula adalah preparasi susu bubuk dengan benar, yaitu: 1. Botol yang digunakan baiknya harus steril (sebelum digunakan direbus terlebih dahulu. 2. Dalam botol yang berisi susu formula untuk air panas yang dipakai adalah air yang telah dididihkan, didinginkan sejenak sekitar sekitar suhu (70 90 o C) untuk menghindari susu mengumpal. 3. Campuran tersebut didinginkan sampai suhu tubuh sebelum diberikan kepada bayi. selesai pemberian susu, botol segera dicuci disteril/direbus. Sebelum dipakai harus dibilas kembali dengan air panas. 4. Dibiasakan mencampur susu hanya untuk 1 kali pemberian, untuk mencegah infeksi penyakit. Sisa susu yang belum habis diminum supaya dibuang. SIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian identifikasi bakteri E.sakazakii menunjukan bahwa dari ke 5 sampel susu formula 0 6 bulan tidak mengandung bakteri E.sakazakii. Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai keberadaan E.sakazakii dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan beragam pada MP-ASI (Makanan pendamping air susu ibu) DAFTAR PUSTAKA Gurtler, J.B. dan L.R. Beuchat Performance of Media for Recovering Stressed Cells of Enterobacter sakazakii as Determined Using Spiral Plating and Ecometric Technique. Applied and Environmentgal Microbiology 71: Getri griseria, Study of he Microorganism Associated with he Fermented Bread (Khamir) Produced From Sorghum in Gizan Region, Saudi Arabia. Journal of Applied Microbiology 86: Estutiningsih, S. Kress, C., Hassan, A. A., Akineden, M., Shneider, E., Usleber, E Enterobacteriaceae in Dehydrated Powdered Infant Formula Manufactured in Indonesia and Malaysia. Journal of Food Protection, 69(12): Lisnawati ita, F.Malau Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jambi Belum Akan Mengeluarkan Public Warning. B.POM. Jambi FAO_WHO,2008. Join FAO/WHO Food Standards Programme( Program Standar Pangan FAO/WHO) 332

39 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN Putri Sahara Harahap Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES HI Jambi Korespondesi penulis : uti_81@yahoo.com ABSTRAK Dalam komponen sanitasi pedesaan yang merupakan salah satu bagian dalam komponen penyehatan lingkungan membutuhkan berbagai metode pendekatan untuk membuat pembangunan sektor tersebut berhasil dan berguna bagi masyarakat. Community Led Total Sanitation (CLTS) adalah sanitasi secara keselurahan yang dipimpin oleh masyarakat dan melalui proses memicu masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan buang air besar sembarang tempat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, selain itu juga dilakukan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen informan dalam penelitian ini terdiri dari DPMU, DST, Fasilitator, Sanitarian, Kepala Desa, Bidan Desa, Kader dan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan jamban keluarga dengan pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) di desa Penegah belum menunjukkan keberhasilan. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga (kader) yang ada masih kurang, selain itu juga dilihat dari jumlah jamban yang terbangun setelah adanya pemicuan yang belum mengalami peningkatan. Kata kunci : Community Lead Total Sanitation (CLTS), CWSHP, Penggunaan Jamban PENDAHULUAN Di dalam komponen sanitasi pedesaan yang merupakan salah satu bagian dalam komponen penyehatan lingkungan membutuhkan berbagai metode pendekatan untuk membuat pembangunan sektor tersebut berhasil dan berguna bagi masyarakat. Hal tersebut dibutuhkan mengingat komponen sanitasi sangat erat kaitannya dengan aspek kebiasaan, kondisi geografis dan aspek perubahan perilaku dari masyarakat yang sudah terbiasa sejak dahulu 1. CWSHP (Cumunity Water Servis And Health Projeck) adalah Program yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui : penyediaan sarana air bersih yang lebih berkualitas, penyediaan sarana sanitasi yang lebih memadai, perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat dan pencegahan penyakit yang menular melalui air dan berkaitan dengan air 2. Salah satu komponen penting dalam kegiatan CWSHP adalah tercapainya tujuan peningkatan derajat kesehatan, produktivitas dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah, adalah promosi kesehatan dan sanitasi. Semua rumah tangga dalam masyarakat desa harus mempunyai akses menggunakan sarana sanitasi, dan hal ini dapat dicapai apabila semua anggota masyarakat telah menyadari adanya dampak buruk yang dirasakan oleh masyarakat akibat mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) dan pembuangan tinja bayi dan balita di tempat terbuka (open defecation) 2. Community Lead Total Sanitation (CLTS) atau dalam bahasa Indonesia Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STMB) adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya 3. Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan 333

40 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB di sembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama. Dengan demikian, masyarakat akan secara sukarela membangun jamban secara swadaya tanpa tergantung sedikitpun dari proyek/pihak lain. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun diketahui bahwa persentase keluarga yang memiliki jamban paling rendah terdapat di Desa Penegah yaitu 10,7%. Data jenis jamban keluarga di Desa Penegah Kabupaten Sarolangun Tahun 2012 diketehui bahwa jenis jamban yang dimiliki oleh masyarakat desa Penegah sebagian besar tidak memiliki jamban keluarga, masyarakat membuang kotoran ke sungai, dan sebagian jenis jamban yang dimiliki masyarakat adalah jamban leher angsa dengan septictank 4. Dari latar belakang di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kerja Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif, dengan metode wawancara mendalam sebanyak 10 orang, yaitu dengan DPMU (1 orang), DST (1 orang), Fasilitator (1 orang), Tenaga Sanitasi (1 orang), Bidan Desa (1 orang), Kader (1 orang), Kepala Desa (1 orang) dan Masyarakat (3 Orang), telaah dokumen, dan observasi dalam pelaksanaan Program CLTS dalam peningkatan penggunaan jamban keluarga di Desa Penegah Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Penelitin di Desa Penegah Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Instrumen penelitian adalah panduan wawancara mendalam, panduan telaah dokumen dan panduan observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran input a. Tenaga Hasil penelitian ini adalah tenaga yang bertugas dalam pelaksanaan kegiatan program CLTS masih sangat kurang, baik dari segi jumlah maupun dari tingkat pendidikan. Tenaga pelaksana program CLTS yang ada di desa (kader) hanya ada 2 orang dengan latar belakang pendidikan D3 kesling dan SMA (kader). Selain itu orang yang menjadi tenaga utama dalam pelaksanaan kegiatan program CLTS ini yang paling penting adalah tenaga tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan. Di dalam pelaksanaan program CLTS ini tenaga yang dibutuhkan tidak hanya memilki latar belakang pendidikan yang sesuai tetapi juga memilki perilaku dan kebiasaan seperti perilaku personal dan individu, perilaku institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang berkaitan dengan profesi 5. Adapun tenaga yang diperlukan sebagai tim fasilitasi yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi pemicuan CLTS adalah sebagai berikut : 1. Lead Facilitator Fasilitator (pemicu/kader) utama, yaitu yang menjadi penggerak utama pada saat proses pemicuan. 2. Co-Facilitator Membantu fasilitator (pemicu/kader) utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi. 3. Content Recorder Perekam proses, yang bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi, pelaporan program. 334

41 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN 4. Process facilitator Penjaga alur proses fasilitasi, yang bertugas mengontrol agar proses sesuai alur waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (pemicu/kader) dengan kodekode yang disepakati bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi. 5. Environment setter Penata suasana, untuk menjaga suasana serius pada saat proses fasilitasi (pengalih suasana), misalnya dengan mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses, mengajak diskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses tersebut 5. Kegiatan CLTS desa Penegah jika dilihat dari jumlah tenaganya masih sangat kurang, karena dari hasil wawancara dan telaah dokumen yang dilakukan oleh peneliti di desa Penegah jumlah tenaga (kader) yang aktif sampai sekarang hanya berjumlah 2 (dua) orang. Hal itu menjadi salah satu hambatan dari keberhasilan kagiatan CLTS di desa Penegah. Sehingga kegiatan CLTS di desa Penegah belum berhasil sesuai dengan tujuan dari CLTS yaitu 100 % bebas buang air besar disembarang tempat dan bisa dikatan tidak berjalan dengan baik. b. Sarana dan Prasarana Hasil penelitian in diketahui bahwa sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan CLTS antara lain : memang ada yaitu cetakan closet atau leher angsa yang berjumlah 1 (satu) buah, bubuk warna, spidol dan potongan kertas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada saat pemicuan. Dari informasi yang dikumpulkan, ternyata pada saat pelaksanaan program CLTS di Desa Penegah tidak menggunakan begitu banyak sarana dan prasarana karena menggunakan sarana dan prasarana yang ada ditempat tersebut. Salah sarana dan prasarana yang disiapkan adalah contoh cetakan bowl atau leher angsa. Maka menurut peneliti sarana yang memadai merupakan salah satu penunjang untuk memperoleh pelayanan dengan baik. Dengan sarana yang memadai tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan. 2. Gambaran Proses a. Perencanaan Hasil penelitan ini diketahui bahwa perencanaan dalam kegiatan CLTS dilakukan oleh fasilitator, tenaga sanitasi, bidan desa serta kader dengan menentukan jadwal kegiatan dan tenaga yang melaksanakan kegiatan CLTS. Perencanaan kesehatan adalah suatu proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkahlangkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetepkan tersebut 6. Menurut peneliti perencanaan kegiatan pemicuan CLTS sudah sesuai dengan teori, mulai dari pendataan sasaran, jadwal kegiatan dan tenaga yang melaksanakan. Perencanaan dalam kegiatan pemicuan CLTS di Desa Penegah tidak ada masalah. b. Pelaksanaan Hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan kegiatan CLTS dilakukan di desa dengan masyarakat untuk ikut berperan 335

42 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN serta kemudian masyarakat diminta menggambarkan bagaimana kondisi desa melalui sebuah peta. Pelaksanaan kegiatan ini belum mencapai target yang telah ditetapkan. Menurut Depkes RI (2006) kegiatan yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pemicuan CLTS yaitu : 1. Perkenalan dan Penyampaian Tujuan : perkenalkan terlebih dahulu anggota tim pemicu dan sampaikan tujuan bahwa tim ingin melihat kondisi sanitasi dari desa tersebut. 2. Bina Suasana : untuk menghilangkan jarak antara pemicu dengan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana. 3. Analisa Partisipatif dan Pemicuan : memulai proses pemicuan di masyarakat, yang diawali dengan analisa partisifatif misalnya melalui pembuatan peta desa/dusun yang akan menggambarkan wilayah BAB masyarakatnya. 4. Tindak Lanjut Oleh Masyarakat : jika masyarakat sudah terpicu dan kelihatan ingin berubah, maka saat itu juga susun rencana tindak lanjut oleh masyarakat. Semangati masyarakat bahwa mereka dapat 100% terbebas dari kebiasaan BAB di sembarang tempat. 5. Monitoring. Lebih kepada memberikan energi bagi masyarakat yang sedang dalam perubahan di bidang sanitasinya. Menurut peneliti pelaksanaan kegiatan pemicuan CLTS di desa penegah sudah baik namun hasil yang dicapai belum mencapai target. Yang menjadi penyebab tidak tercapainya target adalah kurang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan khususnya pada saat kegiatan pemicuan banyak masyarakat yang tidak datang. Sebaiknya sebelum melakukan pemicuan, tokoh masyarakat seperti kepala desa dan kader menginformasikan kepada masyarakat sebelum hari H sehingga masyarakat mau meluangkan waktunya untuk hadir pada saat ada kegiatan pemicuan. c. Pengawasan Hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa pengawasan dalam kegiatan CLTS di Desa Penegah dilakukan oleh Kepala Desa, sanitarian, bidan desa dan kader. Walaupun sampai sekarang tidak seluruh masyarakat yang membangun jamban tetapi setidaknya ada peningkatan meskipun tidak banyak. Tujuan dilakukannya pengawasan adalah agar kegiatan-kegiatan atau orangorang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan yang kemungkinan tidak akan tercapai tujuan yang telah di tetapkan 7. Pengawasan dilakukan untuk mengetahui gambaran pembangunan jamban dan dengan adanya gambaran terhadap temuan-temuan tersebut para pelaku pengawasan dapat menindak lanjuti kegiatan selanjutnya. Di dalam pelaksanaan program CLTS di desa Penegah pembangunan jamban setelah proses pemicuan dilaksanakan dan ada masyarakat yang sudah terpicu, pengawasannya dilakukan langsung oleh Kepala Desa, fasilitator, Sanitarian, Bidan Desa dan Kader. Menurut peneliti pengawasan elaksanaan program CLTS di desa Penegah 336

43 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN pembangunan jamban tidak ada masalah. 3. Gambaran output Dari hasil penelitian diperoleh hasil dahwa setelah dilakukan kegiatan pemicuan CLTS ini, mengalami peningkatan dengan jumlah 170 jamban keluarga dengan rincian 59 buah untuk jamban parmanen (leher angsa dengan septictank) dan 111 buah berbentuk semi parmanen (cubluk dan plengsengan). Dengan persentase peningkatan sebesar 39,58% SIMPULAN Tenaga dalam pelaksanaan Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun jumlah tenaga (kader) belum mencukupi karena tenaga (kader) yang ada sekarang hanya ada 2 (dua) orang dan jika dilihat dari tingkat pendidikannya D3 Kesling dan SMA, dan para kader yang ada tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan khusus tentang CLTS; Sarana yang digunakan dalam pelaksanaan Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun sudah cukup; Perencanaan Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun ini dilakukan oleh fasilitator, tenaga sanitarian, bidan desa dan kader; Pelaksanan kegiatan ini dilakukan di masyarakat, melalui kegiatan pemicuan inilah bisa diketahui bagaimana kebiasaan buang air besar masyarakat dan apakah mereka ingin berubah atau tidak; Pengawasan ini dilakukan oleh fasilitator, tenaga sanitarian, bidan desa dan kader serta Kepala Desa; Output : Dari hasil diatas diketahui bahwa peningkatan yang ada di desa Penegah sampai sekarang belum sesuai dengan tujuan dan target dari program CLTS yaitu 100 % masyarakat bebas buang air besar disembarang tempat menjadi lebih terfokus. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Provinsi Jambi Gerakan Masyarakat Sadar Jamban Dengan Pendekatan CLTS di Jambi. Jambi: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Depkes RI Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis Pembangunan Jaga dan Spal Program bantuan Inpres Sarana Kesehatan Tahun 1985/1986. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Depkes RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 81/Menkes/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi Kab/kota Serta Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun, Profil Tahunan Kabupaten Sarolangun Depkes RI, Second Water And Sanitation for Low Incame Communities (WSLIC-2). Ditjen P2PI. Edisi 7 Muninjaya Manajemen Kesehatan. EGC. Jakarta Notoatmodjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua. Jakarta : Rineke Cipta 337

44 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 RELATED KNOWLEDGE, MOTIVATION MOTHER AND INCOME FAMILIES WITH CHILDREN ON PREVENTION OF PNEUMONIA WORKING IN THE HEALTH PAYO SELINCAH JAMBI CITY 2015 Marinawati Stikes Prima Jambi Korespondensi penulis ABSTRAK Saat ini lebih dari 3 juta orang yang mengalami serangan infeksi bakteri pneumonia ini setiap tahunnya. Lebih dari setengah juta dari mereka diopname di rumah sakit untuk perawatan. meskipun dari kebanyakan orang-orang ini sembuh setelah mendapatkan perawatan yang semestinya, sekitar 5% dari mereka akan meninggal dunia akibat pneumonia. Data Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi pada bulan Januari-Mei tahun 2015 sebanyak 37 balita (1,68%). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi ibu dan pendapatan keluarga dengan pencegahan pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2015 yang berjumlah orang. Sampel diambil secara proportional stratifiedrandom sampling yang berjumlah 92 orang. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar (68,5%) responden pengetahuan rendah, (54,3%) responden motivasi kurang baik, (77,2%) responden pendapatan tinggi, dan (64,1%) responden memiliki pencegahan pneumonia yang kurang baik. Terdapat hubungan pengetahuan (p= 0,017), motivasi ibu (p= 0,000) dan pendapatan keluarga (p= 0,037) dengan pencegahan pneumonia pada Balita. Disarankan agar dalam penanggulangan penyakit pneumonia pada anak Balita melakukan program pengobatan dan pencegahan secara sinergis dengan mengimplementasikan strategi manajemen penanggulangan penyakit pneumonia pada anak Balita yang telah disusun dengan mengambil langkah kebijakan dengan mempertimbangkan aspek sumber daya manusia baik pelaksana (petugas kesehatan) maupun sasaran (masyarakat). Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Pendapatan, Pencegahan ABSTRACT Currently more than 3 million people who suffered abacterial infection of pneumonia every year. More thanhalf a million of them opname in the hospital for treatment. althoughfrom mostof these people recover after getting proper treatment, approximately 5% of them will die from pneumonia. Document Payo Selincah Jambi City Public Health Center in January-May 2015 as many as37children(1.68%). This study is a descriptive analytic with cross sectional study design that aims to determine the relationship of knowledge, motivation and family income mothers with toddlers in the prevention of pneumonia in Puskesmas Payo Selincah Jambi City in The population in this study are all mothers who have children in Puskesmas Payo Selincah Jambi City in 2015, amounting to 2,202 people. Samples were taken by proportional stratified random sampling which amounted to 92 people. The data were analyzed using univariate and bivariate. The results showed that the majority (68.5%) of respondents low knowledge, (54.3%) of respondents are less good motivation, (77.2%) higher income respondents, and (64.1%) of respondents have pneumonia prevention unfavorable. There is a correlation between knowledge (p = 0.017), maternal motivation (p = 0.000) and family income (p = 0.037) with the prevention of pneumonia in Toddlers. It is recommended that in the prevention of pneumonia in children under five do a program of treatment and prevention in synergy with implementing management strategies prevention of pneumonia in children under five who have been prepared to take policy measures taking into account aspects of human resource executor (health workers) and target (community). Keywords: Knowledge,Motivation, Revenue, Prevention 338

45 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Pneumonia pada anak termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia yaitu sekitar 20 persen atau sekitar 1,5 juta balita tiap tahunnya meninggal karena penyakit tersebut. Tiap tahun diperkirakan ada juta anak di dunia dirawat di rumah sakit karena pneumonia. Program penanggulangan pneumonia di dunia sejauh ini telah berhasil menurunkan 35 persen kematian anak. Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian 13,2 persen balita di Indonesia dan penyebab kematian 12,7 persen anak. Selain itu, sebesar 87,9 persen kasus flu burung di Indonesia juga menderita pneumonia. Saat ini lebih dari 3 juta orang yang mengalami serangan infeksi bakteri pneumonia ini setiap tahunnya. Lebih dari setengah juta dari mereka diopname di rumah sakit untuk perawatan. meskipun dari kebanyakan orang-orang ini sembuh setelah mendapatkan perawatan yang semestinya, sekitar 5% dari mereka akan meninggal dunia akibat pneumonia. Dengan demikian, pneumonia menjadi salah satu penyebab kematian yang signifikan pada diri manusia. Terdapat 450 juta laporan kasus pneumonia setiap tahunnya, menyebabkan 4 juta mengalami kematian, dengan insiden tertinggi pada anak usia balita. Di negara berkembang pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak balita dan menyebabkan dua juta kematian setiap tahunnya. Pencegahan pneumonia dilaksanakan melalui upaya peningkatan kesehatan seperti imunisasi, perbaikan gizi dan perbaikan lingkungan pemukiman. Peningkatan pemerataan cakupan kualitas pelayanan kesehatan juga akan menekan morbiditas dan mortalitas pneumonia. Peranan masyarakat sangat menentukan keberhasilan upaya penanggulangan pneumonia. Terpenting adalah masyarakat memahami cara mendeteksi dini dan cara mendapatkan pertolongan pertama (care seeking). Akibat berbagai sebab, termasuk hambatan geografi, budaya, dan ekonomi, pemerintah juga menggerakkan kegiatan masyarakat seperti posyandu, pos obat desa dan lain-lainnya untuk membantu balita yang batuk atau kesukaran bernafas yang tidak dibawa berobat sama sekali. Pneumonia akan menyebabkan bayi dibawah usia satu tahun atau balita akan menderita asma. Pneumonia pada anak-anak akan menyebar dari saluran pernapasan bagian atas karena adanya komplikasi influenza atau batuk bronchitis. Gejala yang dirasakan anak adalah batuk-batuk (batuk kering atau batuk berdahak berwarna hijau atau kuning), demam, sulit bernapas, terasa sakit di bagian dada jika sedang batuk. Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan protozoa. Bakteri penyebab pneumonia: bakteri gram positif (streptococcus pneumonia atau pneumococal pneumonia, stephylococus aureus) dan bakteri gram negatif (heamophilus influenza, pseudomonas, aeruginosa, kleibsiella pneumonia anaerobik bakteria). Atypikal bacteria (legionella pneumophila dan mycoplasma pneumonia). Virus penyebab pneumonia adalah influenza, parainfluenza dan adenovirus. Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani secara cepat dan tepat adalah empiema, emfisema, atelektasis, otitis media akut dan meningitis. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun menunjukkan bahwa dari jumlah balita tahun 2014 sebanyak balita. Jumlah balita yang menderita pneumonia di Kota Jambi tahun 2014 sebanyak balita dengan jumlah balita yang menderita pneumonia tertinggi di Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi sebanyak 218 balita (10,01%). Berdasarkan data Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun Mei 2015 menunjukkan bahwa dari jumlah balita tahun 2014 sebanyak balita. Jumlah balita yang menderita pneumonia di Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2013 sebanyak 91 balita (4,13%), pada tahun 339

46 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN sebanyak 95 balita (4,31%) dan pada bulan Januari-Mei tahun 2015 sebanyak 37 balita (1,68%). Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi diperoleh dari 10 ibu dengan mengajukan pertanyaan tentang pengertian, penyebab, serta pencegahan pneumonia sebanyak 7 ibu diantaranya tidak mengetahui pneumonia, sedangkan 3 lainnya mengetahui tetapi belum sepenuhnya benar. Kebanyakan ibu memperoleh informasi tentang pneumonia dari tetangga atau orang lain yang tidak ahli dalam bidang pneumonia tersebut. Informasi yang diperolehnya pun masih bersifat umum. Kurangnya pengetahuan ini mempengaruhi motivasi ibu untuk melakukan pencegahan pneumonia pada balita hal ini dikarenakan juga karena pendapatan keluarga yang pas-pasan sebesar Rp ,- perbulan yang bekerja sebagai buruh pabrik bahkan terdapat pendapatan keluarga yang kurang dari Rp ,- perbulan sehingga ibu hanya membiarkan balita sembuh dengan sendiri tanpa melakukan pengobatan. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Motivasi Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Pencegahan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi ibu dan pendapatan keluarga dengan pencegahan pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2015 yang berjumlah orang. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana berdasarkan jumlah ibu yang memiliki balita perkelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi yang berjumlah 92 orang. Proses penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi pada bulan Agustus tahun Analisis data terdiri dari analisis univariat untuk mengetahui gambaran setiap variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen (pengetahuan, motivasi ibu dan pendapatan keluarga) dengan variabel dependen (pencegahan pneumonia pada Balita) (Notoadmojo,2007). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Pencegahan Pneumonia p- Pengetahuan Total Kurang value Ibu Baik Baik f % f % F % Rendah 46 73, , ,0 Tinggi 13 44, , ,0 0,017 Total 59 64, , ,0 2. Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Motivasi Ibu Pencegahan Pneumonia Kurang Baik Baik Total p- value f % F % F % Kurang Baik 41 82,0 9 18, ,0 Baik 18 42, , ,0 0,000 Total 59 64, , ,0 340

47 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Pendapatan Keluarga Pencegahan Pneumonia Kurang Baik Baik Total p- value f % f % f % Rendah 18 85,7 3 14, ,0 Tinggi 41 57, , ,0 0,037 Total 59 64, , ,0 1. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Temuan hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa terdapat ibu yang meskipun memiliki pengetahuan tinggi tentang pneumonia, akan tetapi perilaku pencegahan pneumonia masih kurang baik. Hal ini dikarenakan meskipun ibu mengetahui upaya-upaya pencegahan pneumonia namun masih banyak yang mengabaikan perilaku pencegahan karena kurangnya kesadaran serta dorongan untuk melakukan upaya pencegahan pneumonia secara terus menerus dan berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki pengetahuan rendah namun terdapat ibu yang melakukan upaya pencegahan pneumonia dengan baik. Hal ini dikarenakan ibu melaksanakan anjuran dan himbauan serta arahan dari tenaga kesehatan tentang pencegahan pneumonia. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu tentang penyakit pneumonia pada balita baik pengetahuan dalam upaya pencegahan pneumonia agar tidak memperburuk kondisi kesehatan serta mempengaruhi tumbuh kembang balita di masa yang akan datang. Hal ini perlu upaya dari tenaga kesehatan untuk memberikan informasi dan keterampilan baik melalui penyuluhan kesehatan maupun kegiatan konseling pada saat ibu memeriksakan balitanya ke Puskesmas sehingga meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu dalam melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk menghindarkan balitanya dari faktor-faktor penyebab kejadian pneumonia maupun upaya peningkatan kesehatan serta pemberian zat kekebalan tubuh melalui pemberian imunisasi yang lengkap. 2. Hubungan Motivasi Ibu tentang Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Temuan hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa terdapat ibu yang meskipun memiliki motivasi baik tentang pneumonia, akan tetapi perilaku pencegahan pneumonia masih kurang baik. Hal ini dikarenakan meskipun ibu mengetahui upaya-upaya pencegahan pneumonia namun masih banyak yang mengabaikan perilaku pencegahan karena kurangnya kesadaran serta dorongan untuk melakukan upaya pencegahan pneumonia secara terus menerus dan berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki motivasi rendah namun terdapat ibu yang melakukan upaya pencegahan pneumonia dengan baik. Hal ini dikarenakan ibu melaksanakan anjuran dan himbauan serta arahan dari tenaga kesehatan tentang pencegahan pneumonia. Oleh karena itu, perlunya peningkatan motivasi ibu dengan arahan serta bimbingan sehingga ibu dapat menunjukkan motivasi yang lebih baik lagi dari sebelumnya dalam mengupayakan pencegahan pneumonia pada balitanya sehingga menambah wawasan dan pengetahuannya yang dapat dijadikan sebagai dasar dan pedoman dalam melakukan tindakan pencegahan pneumonia. 341

48 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN Hubungan Pendapatan Keluarga tentang Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Temuan hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa terdapat ibu yang meskipun memiliki pendapatan tinggi tentang pneumonia, akan tetapi perilaku pencegahan pneumonia masih kurang baik. Hal ini dikarenakan meskipun ibu pendapatan tinggi upayaupaya pencegahan pneumonia namun masih banyak yang mengabaikan perilaku pencegahan karena kurangnya kesadaran serta dorongan untuk melakukan upaya pencegahan pneumonia secara terus menerus dan berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki pendapatan rendah namun terdapat ibu yang melakukan upaya pencegahan pneumonia dengan baik. Hal ini dikarenakan ibu melaksanakan anjuran dan himbauan serta arahan dari tenaga kesehatan tentang pencegahan pneumonia. Adanya keikutsertaan ibu di BPJS dan asuransi kesehatan lainnya juga membantu dalam melakukan upaya pencegahan pneumonia. Ketika anak mengalami gejala dan tandatanda dari penyakit pneumonia dapat langsung memeriksakan diri dengan segera dengan didukung adanya biaya dari BPJS. Sehingga ibu tidak menunda-nunda lagi untuk memeriksakan anak ke pelayanan kesehatan karena biaya yang tidak ada atau tidak mencukupi. Pendapatan keluarga yang tinggi akan dapat mendukung untuk melakukan upaya pencegahan terhadap kejadian pneumonia pada balita. Dengan adanya pendapatan keluarga yang tinggi maka akan semakin besar pula alokasi pendanaan yang disediakan untuk peningkatan kesehatan bagi keluarganya seperti penyediaan makanan yang mengandung gizi lengkap, Selain itu, kemampuan ekonomi yang didukung pendapatan keluarga yang tinggi akan mampu menyediakan tempat tinggal yang layak huni yang memenuhi syarat rumah sehat. SIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa dari 92 responden (68,5%) responden pengetahuan rendah, (54,3%) responden motivasi kurang baik, (77,2%) responden pendapatan tinggi, dan (64,1%) responden memiliki pencegahan pneumonia yang kurang baikterdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan p-value= 0,017, motivasi p- value= 0,000 dan pendapatan keluarga p-value= 0,037 dengan pencegahan pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun DAFTAR PUSTAKA Dinkes Provinsi Jambi, Profil kesehatan kota jambi tahun Manurung, Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Penerbit Trans Info Media. Jakarta. Manurung,2013. Gangguan sistem pernapasan akibad pneumonia sudah Lampu Kuning. Maryunani, Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Penerbit Trans Info Media. Jakarta. Notoadmojo,2007. Metode Penelitian kesehatan. Penerbit PT Rineka Cipta. Pedepersi, Jumlah Kematian Balita Akibat Pneumonia Sudah Lampu Kuning. Terdapat dalam Pernapasan). Penerbit Gosyen Publishing. Yogyakarta: xiv, 202 hlm Puskesmas payo selincah kota jambi tahun Setiadi,2009, Mengenal penyakit balita. Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Setiati, Mengenal Penyakit Balita. Penerbit Salemba Medika. Jakarta Shaleh, Jadi Dokter Untuk Anak Sendiri. Penerbit Katahati. Jogyakarta. 342

49 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 Erris Siregar Poltekes Kesehatan Lingkungan Korespodensi penulis : nazra_ugm@yahoo.com ABSTRAK Pada tahun 2012, Indonesia termasuk Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Hingga hari ini Indonesia masih dihantui kasus gizi buruk. Penyebab utama kematian pada bayi dan balita terutama masalah neonatal (prematuritas, asfiksia, BBLR, infeksi), penyakit infeksi (diare, pneumonia, malaria, campak) dan masalah gizi (kurang dan buruk). Gizi kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30% kematian pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk mengetahui hubungan peran keluarga, status ekonomi dan penyakit infeksi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Agustus tahun 2015 di Puskesmas Paal V Kota Jambi. Populasi dalam penelitian sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang dengan perbandingan 1:1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara peran keluarga dengan status gizi balita dengan nilai p-value 0,012, adanya hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita dengan nilai p-value 0,013 dan adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi balita dengan nilai p-value 0,025. Diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan kesehatan dan informasi tentang status gizi balita menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan juga dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif lainnya seperti melakukan diskusi bersama serta meningkatkan program kerja di posyandu dalam pemantauan gizi balita. Kata kunci : Keluarga, Status Ekonomi, Penyakit Infeksi, Gizi Balita RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY ROLES, ECONOMIC STATUS AND INFECTION DISEASE TOWARDS NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN REGION PUSKESMAS PAAL V IN JAMBI CITY ABSTRACT In 2012, Indonesia has included in number five of undernutrition country in the world. The number of children under five years who is suffer from malnourished to day are about 900 thousand kids, and that amount is 4,5% of the number of children under five years in Indonesia which totaly 23 children. The malnutrition area are spread all over Indonesia, not only in eastern part of Indonesia. However, until today Indonesia still has the problem of malnutrition. The main causes of death in infants and toddlers especially neonatal problems (prematurity, asphyxia, low birth weight, infection), infection disease (diarrhea, pneumonia, malaria, measles) and nutrition problem (undernutrition and malnutrition). Undernutrition and malnutrition has 30% contribute in children mortality. This research is descriptive analytic studies with case control approach which aim to find relationship between family roles, economic status and infection disease towards nutritional status of children under five years in region Puskesmas paal V in Jambi city Population in this study were 80 people, and the sample are 40 people by using comparison 1:1. Data obtained by filling a questionaire as a collect tool. The analysis of this research were using univariate and bivariate. As the result shows, there is relationship between family roles with nutritional status of children under five years with p-value 0,012 and there is relationship between economic status with nutritional status of children under five years with p-value 0,013 than there is relationship between infection disease with nutritional status of children under five years with total value 0,025. Therefore we suggest to health professional to provide information and counseling about the importance of nutritional for children growth and development by using understandable languange SCIENTIA JOURNAL Vol.4 No. 04 Maret

50 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 also by giving leafleat, brochures and others promotive activity such as discussion group and also increase Posyandu program to monitor children nutritional status in their community. Keywords : Family,Economic Status And Infection Disease,Nutritional Status Children PENDAHULUAN Anak umur 0-5 tahun merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak, karena masa ini merupakan masa pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya. Tumbuh kembang balita melalui periode atau tahapan tumbuh kembang tertentu yang secara pesat dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Eveline & Djamaludin, 2010). Menurut hasil UNICEF-WHO Tahun 2012, diperkirakan 165 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh dunia mengalami penurunan gizi buruk dibandingkan dengan sebanyak 253 juta tahun Tingkat prevalensi gizi buruk tinggi di kalangan anak di bawah usia lima tahun terdapat di Afrika (36%) dan Asia (27%), dan sering belum diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat (Purwaningsih, 2012). Diperkirakan terdapat 101 juta anak dibawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami masalah berat badan kurang, menurun dibandingkan dengan perkiraan sebanyak 159 juta pada tahun Meskipun prevalensi berat badan kurang pada anak usia dibawah lima tahun mengalami penurunan sejak tahun 1990, rata-rata kemajuan kurang berarti dengan jutaan anak masih termasuk dalam katagori beresiko (Purwaningsih, 2012). Pada tahun 2012, Indonesia Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga di urutan empat terbesar dunia, Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Hingga hari ini Indonesia masih dihantui kasus gizi buruk. Penyebab utama kematian pada bayi dan balita terutama masalah neonatal (prematuritas, asfiksia, BBLR, infeksi), penyakit infeksi (Diare, Pneumonia, Malaria, Campak) dan masalah gizi (kurang dan buruk). Gizi kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30% kematian pada balita. (Depkes, 2013). Masalah Gizi sangat berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia dan merupakan faktor penentu keberlangsungan survival suatu bangsa. Kualitas ini dapat dicapai melalui keadaan gizi yang baik dan pendidikan yang baik pula. Sumber daya manusia yang kurang gizi, tidak akan produktif, begitu pula dengan tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan tidak tersedianya tenaga kerja berkualitas, terampil dan berpengetahuan. Negara dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah sudah tentu tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain (Susanti, 2009). Dampak yang terjadi jika bayi mengalami gizi buruk yaitu pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat, mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi dan bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif (Suhardjo, 2010). Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi dan anak di Negara sedang berkembang adalah keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Disadari bahwa pertumbuhan bayi sangat dipengaruhi pemberian makanan pangan gizi sejak dalam kandungan, maka status gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan fisik mental maupun kemampuan berpikir yang tetntu saja akan menurunkan produktivitas kerja. Keadaan ini merupakan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (Suhardjo, 2010). Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada SCIENTIA JOURNAL Vol.4 No. 04 Maret

51 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 masa emas ini bersifat ireeversible (tidak dapat pulih). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal otak tumbuh selama masa balita (Marimbi, 2010). Peran keluarga sangatlah penting bagi anak,terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia. Anak-anak pada umumnya berperilaku makan yang tidak sehat dan mereka makan supaya tidak lapar. Tetapi pilihan makanan mereka masih berubah-ubah. Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang tua kurang memperhatikan status gizi anak, khususnya pada orang tua yang sibuk bekerja di luar mereka hanya memberikan uang saku tanpa membekali makanan yang bergizi dari rumah. Mereka terpengaruh iklan makanan dan makanan ringan yang kelihatan menarik tetapimiskin gizi. Mereka makin sering makan di luar,karena itu orang tua harus lebih memperhatikan gizi anak dan memberikan gizi yang seimbang (Andarwati, 2007). Penelitian yang dilakukan Suryati (2012) mengenai gambaran pengetahuan ibu dan peran keluarga terhadap status gizi pada balita di Puskesmas Pasawahan Kota Bandung, menunjukkan bahwa sebagian besar 51,2% ibu memiliki pengetahuan cukup tentang status gizi balita dan sebagian besar 51,7% ibu memiliki peran keluarga kurang baik. pada tahun 2013 bayi yang mengalami gizi kurang sebanyak 34 balita (3,2%) dan tahun 2014 balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 38 balita (3,8%). Survei awal yang telah dilakukan peneliti mengenai status gizi balita pada tanggal 18 Juni 2015 di Puskesmas Paal V Kota Jambi terhadap 10 ibu yang memiliki balita, menunjukkan bahwa 6 ibu mengatakan tidak mengetahui akibat status gizi kurang balita, tidak mengetahui penyebab gizi kurang pada balita, tidak mengetahui pengukuran gizi balita dan keluarga tidak pernah memberikan informasi dan jarang mengingatkan ibu untuk selalu memantau gizi pada balita serta rata-rata bekerja sebagai kuli SCIENTIA JOURNAL Vol.4 No. 04 Maret 2016 bangunan, dan satpam. Sedangkan 4 ibu mengetahui akibat status gizi kurang balita, mengetahui penyebab gizi kurang pada balita, mengetahui pengukuran gizi balita dan keluarga pernah memberikan informasi dan mengingatkan ibu untuk selalu memantau gizi pada balita serta rata-rata bekerja sebagai PNS dan wiraswasta. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk mengetahui hubungan peran keluarga, status ekonomi dan penyakit infeksi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Agustus tahun 2015 di Puskesmas Paal V Kota Jambi. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk tahun 2014 sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang dengan perbandingan 1:1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat yaitu menyederhanakan data dalam bentuk frekuensi tabel ataupun diagram dan menghubungkan antara variabel independen dan variabel dependen. Dari data-data diatas maka peneliti tertarik mengambil judul hubungan peran keluarga, status ekonomi dan penyakit infeksi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun 2015 (Notoatmodjo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Diagram 1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun Gambaran status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi diperoleh melalui pengisian 345

52 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 kuesioner, menunjukkan bahwa sebanding responden yaitu sebanyak 40 responden (50,0%) status gizi balita baik dan sebanyak 40 responden (50,0%) status gizi balita kurang baik dan persentase berdasarkan status gizi balita dapat dilihat pada diagram berikut : 50,0% 50,0% Kurang Baik Baik Gambaran Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Distribusi Pertanyaan Ya Tidak % % Keluarga perhatian dengan kondisi kesehatan balita 8 97,5 2,5 Keluarga mengantar anda untuk melakukan posyandu balita dalam memantau gizi pada 90,0 10,0 2 balita Keluarga menganjurkan kepada anda untuk menghindari makanan yang sesuai dengan usia 46,3 53,8 7 3 balita Keluarga mendukung anda dalam memberikan makanan yang baik pada balita 2 90,0 10,0 Keluarga pernah mencari informasi tentang pemenuhan gizi pada balita di media massa 20,0 80,0 6 4 atau media elektronik Ingin memenuhi kebutuhan gizi balita atas 57,5 dorongan keluarga ,5 Keluarga selalu menganjurkan anda untuk memberikan pada balita makanan yang sehat 83,8 16,3 7 3 dan bergizi Keluarga melarang anda untuk memberikan balita makanan fast food dan junk food 6 95,0 5,0 Keluarga mengajarkan anda untuk memilih 35,0 makanan yang bergizi untuk balita ,0 Keluarga mengingatkan untuk memenuhi gizi pada balita 7 96,3 3,8 Berdasarkan tabel 1 diatas dari 80 responden, peran keluarga kurang baik yaitu sebanyak 64 responden (80,0%) menjawab tidak pada pernyataan keluarga pernah mencari informasi tentang pemenuhan gizi pada balita di media massa atau media elektronik, dan sebanyak 43 responden (53,8%) SCIENTIA JOURNAL Vol.4 No. 04 Maret

53 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 menjawab tidak pada pernyataan keluarga keluarga menganjurkan kepada anda untuk menghindari makanan yang sesuai dengan usia balita. Berdasarkan data distribusi jawaban dari 80 responden yang telah diteliti mengenai peran keluarga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi, yaitu sebanyak 32 responden (40,0%) memiliki peran keluarga baik dan sebanyak 48 responden (60,0%) memiliki peran keluarga kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: (57,5%) status ekonomi tinggi dan sebanyak 34 responden (42,5%) status ekonomi rendah dan persentase berdasarkan status ekonomi dapat dilihat pada diagram berikut : Diagram 3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun ,5% 42,5% Diagram 2 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Rendah Tinggi Berdasarkan data distribusi jawaban dari 80 responden yang telah diteliti mengenai peran keluarga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi, yaitu sebanyak 32 responden (40,0%) memiliki peran keluarga baik dan sebanyak 48 responden (60,0%) memiliki peran keluarga kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: baik 40% Gambaran Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Tabel 2 Distribusi Penyakit Pada Balita di Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Penyakit Diare Pneumonia Malaria Campak Ju mlah ,8,5 kurang baik 60% Total 80 2,5 1,2 00 Gambaran Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Gambaran status ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 46 responden Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 80 responden berdasarkan penyakit yang dialami balita di Puskesmas Paal V Kota Jambi, sebagian besar responden memiliki balita dengan penyakit diare sebanyak 43 orang (53,8%). SCIENTIA JOURNAL Vol.4 No. 04 Maret

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN DESERIPTION MOTHER S KNOWLEDGE AND FAMILY SUPPORT TO ACHIEVE

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Lidya Kurniasari STIKes Prima Program Studi D IV Kebidanan Korespondensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN Nia Nurzia STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan Korespondensi penulis : nia.nurzia@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Kata kunci : pengetahuan, persepsi, peran keluarga, ASI eksklusif

Kata kunci : pengetahuan, persepsi, peran keluarga, ASI eksklusif JI-KES: Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 1, No. 1, Oktober 2017: Page 34-43 ISSN: 2579-7913 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2015 1 Sondang, 2 Dame 1 STIKes Prima Jambi 2 Dinas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG Dewi Susanti, Yefrida Rustam (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT The aim of research

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI USIA 0-6 BULAN PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN SEMARANG Disusun Oleh :

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG. 50 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 013 Hubungan Pengetahuan Ibu Els Ivi Kulas HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee and

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 http://jurnal.fk.unand.ac.id 635 Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 Selvi Indriani Nasution 1, Nur Indrawati Liputo 2, Mahdawaty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERTAMA KALI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBOKEN Giovanny V. Wereh*, Shirley E.S Kawengian**,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KELUARAHAN SEI. PUTRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI RELATIONSHIP AWARENESS BREASTFEEDING MOM ABOUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015 DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTHER S MOTAVATION TOWARD PREVENTION

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017 PENDAHULUAN Angka kematian bayi merupakan indikator

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016 RELATION BETWEEN MOTIVASION AND FAMILY S SUPPORT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Factors That Cause Colostrum Giving Women In The Postpartum Camar I Arifin Achmad Province Riau *Dosen STIKes Hangtuah Pekanbaru,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND MOTIVATION OF FERTILE

Lebih terperinci

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract wilayah kerja Puskesmas Gandrungmangu I kabupaten Cilacap, 2006 PERBEDAAN FREKUENSI DIARE ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG DIBERI SUSU FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GANDRUNGMANGU

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Sariyanti 201410104095 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif HUBUNGAN PENGETAHUAN,SIKAP DAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENGKOL. Niamarsha Mokodompit*, Adisti A Rumayar*, Sulaemana Engkeng*.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU Wiwi Sartika Program Studi D III Kebidanan Universitas Abdurrab wiwi.sartika@univrab.ac.id ABSTRAK ASI

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh : MEIRINA MEGA MASTUTI 040112a028 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN KONSUMSI KAPSUL VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN KONSUMSI KAPSUL VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN KONSUMSI KAPSUL VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBI TAHUN 2015 *Dewi¹, Dame 2 1 STIKes Prima Program Studi D III

Lebih terperinci

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif PENGARUH LAMA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MULYOJATI KECAMATAN METRO BARAT Immawati Akper Dharma Wacana Metro ABSTRACT Background: Infant mortality rate

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (Studi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 ) Nurlia Savitri e-mail : savitri.nurlia@gmail.com Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 Erris Siregar Poltekes Kesehatan Lingkungan Korespodensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN Khotijah, Tri Anasari, Amik Khosidah Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Prodi D3 Kebidanan Email : dindaamik@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Enderia Sari Prodi D III KebidananSTIKesMuhammadiyah Palembang Email : Enderia_sari@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI (Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura Timur Kabupaten Banjar Tahun 2017) Elsa Mahdalena

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rien Ariani 201510104286 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2012-2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Wahyuni Kartika Sari 201410104317 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012 Correlation Of Postpartum Mothers Knowledge And Attitudes About Breast

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN Wahyu Setya Ningsih 1), Ari Andayani 2) 1 Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo email: wahyusetya14@yahoo.co.id 2 Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012 UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012 I GEDE DODY WIRADHARMA 0720025027 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010 SKRIPSI.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010 SKRIPSI. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : DONI PRANCISKUS SINAGA NIM. 041000319 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011 EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NILA TITIS PAWESTRI NIM : 201010104147

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Gizi Disusun oleh Nama :

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG Sri Rahayu Universitas Singaperbangsa Karawang 1,2 Jl. HS Ronggowaluyo Teluk Jambe

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA THE RELATIONSHIP OF MOTHER S KNOWLEDGE TOWARDS STIMULATION OF TALKING AND LANGUAGE TO TODDLER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA Tita Restu Yuliasri, Retno Anjar Sari Akademi Kebidanan Ummi Khasanah email : tita_dheta@yahoo.com Abstrak :Hubungan Tingkat

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA PENELITIAN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA Sutarmi*, Mardiana Zakir** WHO memperkirakan resiko klematian akibat kehamilan dan persalinandi usia 15 sampai 19 tahun 2 kali

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

Muhammadiyah Semarang   ABSTRAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG PERAN SERTA TENAGA KESEHATAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA IBU BALITA USIA 0 5 TAHUN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG THE CORRELATION BETWEEN MOTHER S PERCEPTIONS

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN GROGOL PETAMBURAN, JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) PENGETAHUAN IBU TENTANG KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Leonardus Waghe 1), Atti Yudiernawati

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN DAN MP- DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) Atikah*, R. Djoko Nugroho**,Siti Fatimah P** * ) Mahasiswa Peminatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK Volume 1, Nomor 1, Juni 2016 HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN UPTD PUSKESMAS SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOM ERING ULU TAHUN

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI TIDAK EKSKLUSIF DAN KETIDAKLENGKAPAN IMUNISASI DIFTERI PERTUSIS TETANUS (DPT) DENGAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Dame Situngkir¹, Gustien²* ¹Dinas Kesehatan Kota

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 3 Yesica Siallagan, Erna Mutiara, Yusniwarti Yusad Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rabiatunnisa 1610104257 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI KELURAHAN SUMBERSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI BANTUL METRO SELATAN PERIODE FEBRUARI-APRIL TAHUN 2017 ABSTRAK Hikmatul

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Izasah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara yang paling efektif dan murah untuk menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di bawah enam bulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG Defi Ratnasari Ari Murdiati*) Frida Cahyaningrum*) *)Akademi kebidanan

Lebih terperinci

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO Relationship Nursing Mothers Work With Exclusive Breastfeeding In Public Health Mojolaban Sukoharjo Nuri

Lebih terperinci

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2 Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Multipara pada Bayi Usia 6-12 Bulan (The Correlation Between Mother Factors and Early Initiation of Breastfeeding

Lebih terperinci

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan INDAH DIANI PUTRI

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi

Lebih terperinci

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby Ina Kuswanti and Jenny Marcelina Faot Abstract Background: The giving of exclusive mother s milk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan gelar Sarjana Saint Terapan Disusun oleh : AGUSTINA MAR ATUS SHOLICHAH

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL p OLEH RISKHA SEPTIANINGRUM 030214B026 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA USIA PERTAMA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI BAYI 6-12 BULAN DI PUSKESMAS TUMINTING Tudus Gabriella Estrelita*, Shirley Kawengian*,Nova Kapantow* *Fakultas

Lebih terperinci

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin PERILAKU PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DI BPM IDI ISTIADI BANJARBARU (Breast Care Behavior In Postpartum Mother at BPM IDI Istiadi Banjarbaru) Darmayanti Wulandatika Program Studi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Glorio F. Kawulur*, Franckie R. R. Maramis*, Ardiansa A. T. Tucunan*

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Cheryn D. Panduu *, Jootje. M. L. Umboh *, Ricky.

Lebih terperinci

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo Knowledge About ASI Exclusive Breastfeeding in Rural Rambah Samo Samo I Rambah District of Rokan Hulu EKA YULI HANDAYANI*LILIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,

Lebih terperinci

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro

Lebih terperinci

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi alergi di beberapa negara pada dua dekade terakhir mengalami peningkatan. Akan tetapi di negara

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF DIFFERENCES OF CONSTIPATION CASE FOR EXCLUSIVE AND NON EXCLUSIVE BREASTFEEDING BABY 0-6 MONTHS Juni Setiawan Akademi

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG CORRELATION STATUS TO WORK IN EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN WARD PALEBON CITY DISTRICT PEDURUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI),

Lebih terperinci

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012 HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012 1 *Dewi Riastawati, 2 Dian 1 STIKes Prima Prodi DIII Kebidanan 2 STIKes Prima Prodi D-IV Bidan Pendidik

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT Puji Hastuti Poltekkes Kemenkes Semarang E-mail: pujih75@gmail.com Abstract: The purpose of this cross-sectional research

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti HUBUNGAN SIKAP BU HAMIL TENTANG KUNJUNGAN KEHAMILAN DENGAN KELENGKAPAN KUNJUNGAN ANC PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Kartika Dewi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa derajat penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG URANGAN ENERGI KRONIK () DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Shinta Ika Sandhi 1, Asmanah 2 Akademi Kebidanan Uniska Kendal Email: shinta86harnuddin82@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG Ratna Murniati *), Suprapti *), Erna Kusumawati *) *) Program Studi

Lebih terperinci