umur peradaban manusia di permukaan bumi ini. Pada zaman pra sejarah, manusia telah mengenal proses penyampaian pernyataan dengan bahasa isyarat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "umur peradaban manusia di permukaan bumi ini. Pada zaman pra sejarah, manusia telah mengenal proses penyampaian pernyataan dengan bahasa isyarat,"

Transkripsi

1 II.1 Komunikasi Kehadiran komunikasi menurut perjalanan sejarah sama tuanya dengan umur peradaban manusia di permukaan bumi ini. Pada zaman pra sejarah, manusia telah mengenal proses penyampaian pernyataan dengan bahasa isyarat, bahasa lisan, gambar-gambar dan berbagai jenis media lainnya yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan komunikasi. Perkembangan kegiatan komunikasi itu sendiri sejak permulaan sejarah hingga saat ini secara sistematis selalu diiringi dengan kemajuan yang dicapai manusia. Semakin maju peradaban kehidupan manusia itu maka semakin maju pula kegiatan komunikasinya. Penggunaan bersama merupakan proses yang azasi dalam komunikasi. Pengertian ini lebih tepat untuk melukiskan suatu proses komunikasi daripada kata-kata mengirim atau menerima. Karena penggunaan bersama tidak berarti bahwa seseorang melakukan suatu hal yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama, tetapi suatu hal di mana mereka berpartisipasi secara bergabung atau bersama. Berpartisipasi di sini maksudnya adalah berinteraksi dengan pihakpihak lain dalam pemikiran, perasaan atau kegiatan tertentu (Kincaid & Schramm, 1987: 4). Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan keduanya. Webster s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah

2 suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambanglambang, tanda-tanda atau tingkah laku ( Tidak terbatasnya ruang dan waktu dalam komunikasi yang disebabkan oleh peradaban manusia yang begitu luas, tidak hanya melibatkan manusia berkomunikasi antarsuku, agama, adat-istiadat tetapi juga membawa manusia kepada peradaban yang sudah bersatu secara keseluruhan sehingga menjadi satu peradaban yang global tanpa batas dan dapat dibatasi. Hingga saat ini, terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Bahkan suatu definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya. Pada tahun 1976, Frank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan (Mulyana, 2007: 60). Berikut ini adalah beberapa definisi komunikasi menurut beberapa ahli: 1. Carl I. Hovland dalam karyanya Social Communication menjelaskan Communication is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal symbol) to modified the behavior of other individuals (communican). (Komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan lambang kata/gambar) guna merubah tingkah laku orang lain). 2. Joseph A. Devito dalam bukunya Communicology: An Introduction to the study of communication menjelaskan: The act, by one or more persons, of sending and receiving messages distorted by noise, within a context, with some effect and some opportunity for feedback. The communication act, then, would include the following components: context, source (s), receiver (s),

3 messages, channels, noise, sending or encoding process, feedback and effect. These elements seem the most essential in any consideration of the communication act. They are what we might call the universals of communication:...the elements that are present in every communication act, regardless of whether it intrapersonal, interpersonal, small group, public speaking, mass communication or intercultural communication. (Kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dan kesempatan arus balik. Kegiatan komunikasi meliputi komponen: konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya paling esensial dalam setiap pertimbangan tentang kegiatan komunikasi. Hal ini dapat dikatakan pada setiap kegiatan komunikasi sebagai kesemestaan komunikasi:... Unsur-unsur yang setiap saat ada dari kegiatan komunikasi adalah komunikasi intra individu, antar individu, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa atau komunikasi antar kebudayaan) (Lubis, 2007: 9-10). 3. Harold D Laswell. Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Mulyana, 2007: 68). 4. Samovar dan Porter. Communication is defined as two-way on going, behavior affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message through a channel to an intented

4 audience (receiver) in order to induce a particular attitude or behavior (Purwasito, 2003: 198). Dari beberapa uraian mengenai definisi komunikasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Komunikasi dapat membuat orang lain mengambil bagian untuk memberi dan mengalihkan informasi sebagai berita maupun gagasan. 2. Komunikasi dapat juga berarti kegiatan untuk menyebarkan informasi. 3. Komunikasi juga dapat berarti mengambil bagian dalam kebersamaan. 4. Kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampaian, arus balik dan efek. 5. Kegiatan komunikasi meliputi komunikasi intra individu, antar individu, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa dan komunikasi antar kebudayaan. Pendekatan terhadap komunikasi dalam konteks ini berfokus pada pemberian makna kepada perilaku, karena komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusiamanusia lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pesan yang berfungsi menjembatani hubungan manusia satu dengan lainnya. Pemberian makna kepada perilaku seseorang pada proses komunikasi didasarkan pada perbendaharaan makna yang kita miliki, hasil dari observasi, pengalaman ataupun refleksi kita tentang orang lain dan lingkungan kita. Berbagai

5 makna tersebut juga dipengaruhi oleh budaya yang kita miliki atau hasil dari pengalaman-pengalaman pribadi dalam budaya tersebut. Komunikasi terjadi dalam konteks fisik dan konteks sosial tertentu. Banyak aspek lingkungan fisik termasuk arti simbolik yang dapat mempengaruhi komunikasi. Sementara itu konteks sosial menentukan hubungan sosial antara komunikator dan komunikan. Bentuk bahasa yang digunakan, rasa hormat kepada seseorang, waktu, suasana hati, siapa berbicara kepada siapa, tingkat kecemasan atau kepercayaan diri yang ditampilkan, merupakan bagian dari aspek-aspek komunikasi yang dipengaruhi oleh konteks sosial. Konteks sosial menjadi penting karena merefleksikan bagaimana manusia hidup dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Dengan kata lain, lingkungan sosial adalah budaya, dan bila kita ingin memahami komunikasi, kitapun harus memahami budaya. II.2 Komunikasi Antarbudaya Budaya dan komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Orang berkomunikasi sesuai dengan budaya yang dimilikinya. Kapan, dengan siapa, berapa banyak hal yang dikomunikasikan sangat bergantung pada budaya dari orang-orang yang berinteraksi. Melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Perilaku mereka dapat mengandung makna, sebab perilaku tersebut dipelajari dan diketahui; dan perilaku itu terikat oleh budaya. Orang-orang memandang dunia

6 mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep dan label-label yang dihasilkan budaya mereka (Mulyana dan Rakhmat, 1998: 24). Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial atau suatu peristiwa. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang kita gunakan dan perilaku-perilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan respons terhadap dan fungsi budaya kita. Komunikasi itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu-individu yang diasuh dalam budaya-budaya tersebut akan berbeda pula (Mulyana dan Rakhmat, 1998: 24-25). Adapun beberapa definisi komunikasi antarbudaya yang dikutip dari Liliweri (2004: 10-11), antara lain: 1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural Communication, A Reader-komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antarsuku bangsa, antaretnik dan ras, antarkelas sosial. 2. Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. 3. Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. 4. Guo-Ming Chen dan William J. Stratosta mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Young Yun Kim dalam Rahardjo (2005: 52-53) mengatakan, tidak seperti studi-studi komunikasi lain, maka hal yang terpenting dari komunikasi antarbudaya yang membedakannya dari kajian keilmuan lainnya adalah tingkat

7 perbedaan yang relatif tinggi pada latar belakang pengalaman pihak-pihak yang berkomunikasi karena adanya perbedaan kultural. Selanjutnya menurut Kim, asumsi yang mendasari batasan tentang komunikasi antarbudaya adalah bahwa individu-individu yang memiliki budaya yang sama pada umumnya berbagi kesamaan-kesamaan (homogenitas) dalam keseluruhan latar belakang pengalaman mereka daripada orang yang berasal dari budaya yang berbeda. Komunikasi antarbudaya menelaah elemen-elemen kebudayaan yang sangat mempengaruhi interaksi ketika anggota dari dua kebudayaan yang berbeda berkomunikasi. Komunikasi antarbudaya terjadi ketika pesan yang harus ditangkap dan dipahami, diproduksi oleh anggota dari suatu budaya tertentu diproses dan dikonsumsi oleh anggota dari budaya yang lain. Jadi, komunikasi antarbudaya dapat didefinisikan sebagai komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan (Liliweri, 2004: 9). Dari pernyataan tersebut, Liliweri (2004: 9) menjelaskan komunikasi antarbudaya sebagai berikut: 1. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya. 2. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya. 3. Komunikasi antar budaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya. 4. Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain. 5. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

8 6. Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu. 7. Komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan. Komunikasi antarbudaya tidak dapat terlepas dari faktor-faktor budaya yang melekat pada diri individu. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Dalam bahasa Sansekerta kata budaya berasal dari kata buddhayah yang berarti akal budi. Dalam filsafat Hindu, akal budi melibatkan seluruh unsur panca indera, baik dalam kegitan pikiran (kognitif), perasaan (afektif), maupun perilaku (psikomotorik). Sedangkan kata lain yang juga memiliki makna yang sama dengan budaya adalah kultur yang berasal dari Romawi, cultura, biasanya digunakan untuk menyebut kegiatan manusia mengolah tanah atau bercocok tanam. Kultur adalah hasil penciptaan, perasaan dan prakarsa manusia berupa karya yang bersifat fisik maupun nonfisik (Purwasito, 2003: 95). Komunikasi antarbudaya dalam konteks ini menunjuk kepada komunikasi antaretnis, dengan sub-sub budayanya. Pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi berasal dari kelompok-kelompok etnis yang berbeda. Sub-sub budaya ini menunjuk kepada kelompok masyarakat atau komunitas sosial, etnis, regional, ekonomis, yang menunjukkan pola-pola tingkah laku dengan ciri khas tertentu dan memadai untuk dapat dibedakan dari kelompok-kelompok masyarakat yang lain dalam satu kesatuan budaya atau masyarakat.

9 Sebagai salah satu bidang studi dari ilmu komunikasi, komunikasi antarbudaya mempunyai objek formal, yakni mempelajari komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh seseorang komunikator sebagai produsen pesan dari satu kebudayaan dengan konsumen pesan atau komunikan dari kebudayaan lain. Komunikasi antarbudaya berkaitan dengan hubungan timbal balik antara sifat-sifat yang terkandung dalam komunikasi, kebudayaan pada gilirannya menghasilkan sifat-sifat komunikasi antarbudaya. Untuk memahami hakikat komunikasi antarbudaya dapat kita perhatikan gambar bagan berikut ini (Liliweri, 2001: 26-28). Gambar 1. Ruang Lingkup Studi Ilmu Komunikasi INTERPERSONAL II Comparative I CROSS CULTURAL COMMUNICATION Intercultural Communication INTERCULTURAL COMMUNICATION COMPARATIVE Comparative Media Effects Developmental Communication Comparative and International relation INTERACTIVE COMPARATIVE MASS COMMUNICATION New World Information Order INTERNATIONAL COMMUNICATION IV MEDIATED III

10 Bagan di atas menggambarkan adanya dua dimensi utama yang membedakan wilayah penelitian budaya dan komunikasi. Dimensi tersebut adalah interactive comparative dan mediated-interpersonal. Kuadran I, merupakan wilayah penelitian komunikasi antarbudaya (intercultural communication) yang merupakan komunikasi interpersonal antara orang-orang dari sistem budaya yang berbeda anatau komunikasi antara orangorang yang berbeda subsistem di dalam sistem budaya yang sama. Kuadran II, adalah wilayah penelitian komunikasi lintas budaya (crosscultural communication), dimana komunikasi yang berlangsung adalah komunikasi interpersonal seperti pada kuadaran I, tetapi penelitiannya adalah penelitian komparatif yaitu membandingkan satu budaya denga budaya yang lain. Kuadran III dan IV, fenomena komunikasi yang diteliti adalah komunikasi yang menggunakan media (mediated commnuication). Penelitian di kuadran III memfokuskan perhatian pada komunikasi bermedia dari satu sistem budaya ke sistem budaya yang lain, yang disebut komunikasi internasional (international communication). Kuadran IV, membandingkan sistem-sistem media dari berbagai sistem budaya (comparative mass communication) (Liliweri, 2001: 28). Berdasarkan bagan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa studi komunikasi antarbudaya menitikberatkan interaksi interpersonal yang terjadi di antara anggota-anggota dari budaya yang berbeda. Perilaku komunikasi seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa elemen sosio-budaya. Beberapa unsur-unsur sosio-budaya yang terkait dengan

11 komunikasi antarbudaya yakni persepsi, proses verbal dan proses nonverbal (Mulyana dan Rakhmat, 1998: 25). II.2.1 Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dari proses internal itulah nantinya individu dapat membeda-bedakan, merespon dan memberi makna kepada stimuli-stimuli yang ada. Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna yang kemudian diwujudkan dalam bentuk perilaku. Perilaku-perilaku ini dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya yang mereka miliki (Mulyana dan Rakhmat, 1998: 25). Untuk memahami dunia dan tindakan-tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka persepsinya. Kita harus belajar memahami bagaimana mempersepsi dunia. Dalam komunikasi antarbudaya yang ideal kita akan mengharapkan banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi. Persepsi yang sama akan memudahkan partisipan komunikasi mencapai kualitas hasil komunikasi yang diharapkan. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin

12 cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas ( Segala sesuatu yang dikomunikasikan adalah persepsi seseorang tentang dunia dan lingkungannya. Kebiasaan dimana orang-orang suatu budaya merespon sesuatu menunjukkan hubungan-hubungan antara budaya, persepsi dan komunikasi. Terdapat beragam persepsi seperti halnya persepsi tentang usia, ruang dan jarak sosial, etnik, kerja, kekuasaan, perilaku agresif, penyingkapan diri, waktu, persaingan yang keseluruhannya berakar dalam budaya. DeVito dalam Purwasito (2003: 173) menjelaskan bahwa persepsi berangkat dari diri sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain, mempengaruhi indera kita melalui umpan balik kesadaran mengenai perasaan, pemikiran dan perilaku kita sendiri. Dari interaksi tersebut timbul suatu kesadaran tertentu, yaitu bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Hal ini adalah pengukuhan positif yang membantu seseorang merasa biasa-biasa atau normal-normal saja hidup dalam lingkungan multikultural. Persepsi membantu seseorang menemukan dirinya melalui proses perbandingan sosial, seperti perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai dan kegagalan kita dengan orang lain. Setiap individu secara alami mempunyai persepsi yang berbeda terkait dengan kepribadiannya. Dalam konteks itu, fokus kajian komunikasi antarbudaya diarahkan untuk mengemukakan emosional atau evaluative meaning dan frame of experience para partisipan komunikasi. Salah pengertian dalam tindakan komunikasi antarbudaya juga disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi (Purwasito, 2003: ).

13 Keanekaragaman persepsi dan makna yang dibangun dalam persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur sosio-budaya yakni: sistem-sistem kepercayaan (beliefs), nilai (value), sikap (attitude), pandangan dunia (human nature), orientasi tindakan (activity orientation) serta persepsi tentang diri sendiri dan orang lain (perception of self and others). II.2.2 Proses-Proses Verbal Proses-proses verbal tidak hanya meliputi bagaimana orang berbicara dengan sesamanya (bahasa verbal), namun juga kegiatan-kegiatan internal berpikir (pola pikir) dan pengembangan makna bagi kata-kata yang digunakan. Bahasa adalah suatu sistem lambang terorganisasi yang disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar yang digunakan untuk menyajikan pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas geografis atau budaya. Oleh karena bahasa merupakan suatu sistem tak pasti untuk menyajikan realitas secara simbolik, maka makna kata yang digunakan bergantung pada berbagai penafsiran. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk mewariskan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi dengan orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir. Dalam konteks ini, bahasa berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk berkomunikasi dan sekaligus sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa mempengaruhi persepsi, menyalurkan dan turut membentuk pikiran. Proses-proses mental, bentuk-bentuk penalaran dan pendekatanpendekatan terhadap pemecahan masalah yang terdapat dalam suatu komunitas

14 merupakan suatu komponen penting budaya. Pola-pola berpikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam budaya itu berkomunikasi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi bagaimana setiap orang merespon individu-individu dari suatu budaya lain. II.2.3 Proses-Proses Nonverbal Proses-proses verbal merupakan alat utama untuk tukar-menukar pikiran dan gagasan, namun proses-proses ini sering dapat digantikan oleh proses-proses nonverbal yang antara lain meliputi: isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, ruang, waktu dan suara. Proses nonverbal yang sangat relevan dengan komunikasi antarbudaya adalah bentuk bahasa diam: konsep waktu dan penggunaan serta pengaturan ruang. Konsep waktu suatu budaya merupakan filsafatnya tentang masa lalu, masa sekarang, masa depan dan penting tidaknya waktu. Waktu merupakan komponen budaya yang penting. Terdapat banyak perbedaan mengenai konsep ini antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut mempengaruhi komunikasi. Cara orang menggunakan ruang sebagai bagian dalam komunikasi antarpribadi disebut proksemik. Proksemik tidak hanya meliputi jarak antara orang-orang yang terlibat dalam percakapan, tetapi juga orientasi fisiknya. Orangorang dari budaya yang berbeda mempunyai cara-cara yang berbeda pula dalam menjaga jarak ketika bergaul dengan sesamanya. Orientasi fisik juga dipengaruhi

15 oleh budaya. Orang cenderung menentukan hierarki sosial dengan mengatur ruang. Cara seseorang mengatur ruang merupakan suatu fungsi budaya. II.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Sebuah aktivitas komunikasi dapat dinilai efektif apabila terdapat persamaan makna pesan antara komunikator dan komunikan, demikian juga halnya dengan komunikasi antarbudaya. Tetapi hal ini menjadi lebih sulit mengingat adanya unsur-unsur kebudayaan yang berbeda di antara pelaku komunikasinya. Oleh karena itulah, usaha untuk menjalin komunikasi antarbudaya dalam praktiknya bukanlah merupakan suatu persoalan yang sederhana. Terdapat masalah-masalah potensial yang sering terjadi seperti kesamaan, penarikan diri, kecemasan, pengurangan ketidakpastian, stereotip, prasangka, rasisme, kekuasaan, etnosentrisme dan culture shock (Samovar, Porter dan Mc. Daniel, 2007: 316). Secara umum, sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain adalah untuk menyatakan identitas sosial dan menjembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan infomasi baru, pengalaman atas kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasinya, paling tidak melalui pemahaman terhadap latar belakang budaya orang lain. Menurut Lewis dan Slade yang dikutip dari jurnal.pdii.lipi.go.id, ada tiga kawasan problematik dalam lingkup pertukaran antarbudaya, yaitu kendala bahasa, perbedaan nilai dan perbedaan pola perilaku kultural. Kendala bahasa merupakan hambatan yang lebih mudah untuk ditanggulangi, karena dapat

16 dipelajari, sedangkan dua kendala lainnya akan terasa lebih sulit untuk ditanggulangi. Perbedaan nilai merupakan hambatan yang serius terhadap munculnya kesalahpahaman budaya, sebab ketika dua orang yang berasal dari kultur berbeda melakukan interaksi, maka perbedaan-perbedaan tersebut akan menghalangi tercapainya kesepakatan yang rasional tentang isu-isu penting. Kesalahpahaman antarkultural yang dikarenakan perbedaan pola-pola perilaku kultural lebih diakibatkan oleh ketidakmampuan masing-masing kelompok budaya untuk memberi apresiasi terhadap kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh setiap kelompok budaya tersebut. Apa saja ciri individu yang mampu melakukan efektivitas komunikasi antarbudaya? Menjawab pertanyaan ini, terdapat beberapa orientasi jawaban yang merupakan variabel-variabel dari kriteria pribadi sebagai penentu keberhasilan komunikasi antar budaya yang efektif, yaitu: 1. Kemampuan penyesuaian diri dan kualitas pertumbuhan pribadi pelaku komunikasi itu sendiri. 2. Sikap, pengetahuan tentang budaya lain dan perilaku mitra komunikasi yang dapat teramati. 3. Kualitas komunikasi, pemersepsi dan sistem dyadic yang dibentuk para pelaku komunikasi. Hasil penelitian Kealey dan Ruben (1983) dalam jurnal.pdii.lipi.go.id tentang efektifitas komunikasi antarbudaya menunjukkan hasil, yaitu terdapatnya variabel-variabel yang menentukan terjadinya komunikasi antarbudaya yang efektif melalui variabel-variabel yang berkaitan dengan keterampilan sosial, yaitu:

17 1. Kejujuran, empati, pengungkapan, rasa hormat dan keluwesan dari pelaku komunikasi. 2. Variabel situasional yang terdiri atas kondisi kerja, batasan-batasan kerja dan tingkat kesulitan kerja, kondisi hidup, persoalan kesehatan, sasaransasaran proyek yang realistis, kesimpangsiuran politik dan kesulitan bahasa dari pelaku komunikasi. 3. Kekuatan kepribadian, paritisipasi sosial, kemampuan bahasa lokal dan apresiasi adat-istiadat dari pelaku komunikasi. 4. Penyesuaian dan kepuasan pribadi, kepiawaian professional dan hubungan hati ke hati dengan para anggota budaya (tuan rumah). 5. Sifat kepribadian yang terbuka dan tertarik kepada orang lain, percaya diri, luwes dan piawai secara profesional dari pelaku komunikasi. 6. Kemampuan melakukan penyesuaian diri dan mengatasi stress, kontak dengan orang setempat, pemahaman dan keefektifan dalam alih pengetahuan dan teknologi dari pelaku komunikasi. Kealey dan Ruben (jurnal.pdii.lipi.go.id) juga menyatakan bahwa variabelvariabel pribadi menjadi lebih penting dari pada variabel situasi di dalam keefektifan komunikasi antarbudaya. Ada beberapa faktor sosio-budaya yang dapat menjadi kendala keefektifan komunikasi antarbudaya yang dilakukan seorang individu, yaitu: 1. Perbedaan Bahasa. Hal terpenting yang dapat menyulitkan komunikasi antarbudaya untuk bisa efektif adalah faktor perbedaan bahasa. Bahasa merupakan suatu medium yang sangat khas budaya. Jika dua orang tidak berkomunikasi dengan bahasa yang sama, maka interaksi mereka menjadi terbatas. Kesulitan dalam perbedaan bahasa, terdiri atas unsure-unsur aspek prosadik bahasa (termasuk bentuk tekanan dan intonasi), aspek pragmaris bahasa (termasuk pemberian jawab dalam percakapan dan gaya komunikasi langsung maupun tak langsung), akan dengan mudah menimbulkan kesalahpahaman. 2. Mengabaikan perbedaan orang lainn yang secara kultural berbeda. Hambatan yang paling lazim adalah bilamana individu menganggap bahwa dalam proses komunikasi yang ada adalahkesamaan dan bukan perbedaan. Hal ini terutama terjadi dalam hal nilai, sikap dan kepercayaan. Singkatnya, individu dalam berkomunikasi seringkali beranggapan bahwa pada dasarnya manusia itu sama, anggapan ini tidaklah benar. 3. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda. Artinya, dalam setiap kelompok cultural terdapat perbedaan yang besar dan penting. Kita mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok yang sama adalah sama. Dalam komunikasi antarbudaya harus

18 disadari bahwa dalam setiap kutur, terdapat banyak subkultur yang jauh berbeda satu sama lain dan berbeda pula dari kultur mayoritasnya. 4. Mengabaikan perbedaan dalam makna. Dalam proses komunikasi, makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan, melainkan pada orang yang menggunakan kata-kata itu. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi antarbudaya yang efektif perlu diperhatikan bahwa meskipun kata yang digunakan sama, makna konotatifnya akan sangat berbeda. Hal ini bergantung pada definisi kultural pemersepsi (komunikator dan komunikan). 5. Melanggar adat kebiasaan kultural. Ini diartikan bahwa setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang patut dan tidak patut. Dalam kemyataannya pada proses komunikasi ni seringkali diabaikan dan sering tergantung pada habit atau kebiasaan dari budayanya sendiri. 6. Menilai perbedaan secara negatif. Hal ini diartikan meskipun kita menyadari adanya perbedaan di antara kultur yang berbeda, kita tetap tidak boleh menilai bahwa perbedaan itu sebagai hal yang negatif. 7. Culture Shock (kejutan budaya). Kejutan budaya meruakan reaksi psikologis yang dialami seseorang karena berasa di tengah-tengah suatu kultur yang berbeda dengan kulturnya sendiri. Kejutan budaya itu sendiri adalah normal dimana kebanyakan orang mengalaminya bila memasuki kultur yang baru dan berbeda. Namun demikian, keadaan ini akan menimbulkan ketidaksenangan dan frustasi dikarenakan kejutan budaya ini menimbulkan perasaan terasing. Singkatnya, bila kita kurang mengenal adat-istiadat masyarakat yang baru, maka kita tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Kepiawaian dalam proses komunikasi antar budaya sangat diperlukan untuk mendapatkan kefektifitasan. Semakin baik kita mengenal dan memahami budaya mitra berkomunikasi kita, maka akan semakin efektif pula proses komunikasi yang kita lakukan. Selain itu, sikap stereotip atas beragam budaya harus kita terima sebagai makna yang positif atas ragam budaya dan uniknya manusia.

19 II.3 Identitas Budaya II.3.1 Makna Identitas Budaya Secara etimologis kata identitas berasal dari kata identity, yang berarti: 1. Kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu keadaan yang mirip satu sama lain. 2. Kondisi atau fakta tentang sesuatu yang sama di antara dua orang atau dua benda. 3. Kondisi atau fakta yang menggambarkan sesuatu yang sama di antara dua orang (individualitas) atau dua kelompok atau benda. 4. Secara teknis, pengertian etimologi identitas di atas hanya sekedar memahami identitas dengan kata identik, misalnya menyatakan bahwa sesuatu itu mirip dengan yang lain. Pada tataran hubungan antarmanusia, pengertian identitas lebih dari sekedar istilah identik. Identitas yang dimaksud adalah: 1. Membuat sesuatu menjadi identik atau sama, misalnya mempertimbangkan sesuatu itu sama artinya dengan melihat peluang (mengidentifikasi satu minat dibandingkan minat yang lain). 2. Mengakui keberadaan sesuatu yang dilihat, diketahui, digambarkan, atau yang kita anggap. 3. Menghubungkan, atau membuat sesuatu menjadi lebih dekat. 4. Kaum psikoanalisis menggunakan istilah identify untuk menerangkan rincian aspek-aspek psikologis yang dimiliki seseorang dan membandingkannya dengan aspek-aspek psikologis pada orang lain.

20 5. Meletakkan seseorang ke dalam tempat orang lain, sekurang-kurangnya meletakkan atau mempertukarkan pikiran, perasaan, masalah, dan rasa simpatik atau rasa empati. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan identitas dalam hubungan antarmanusia adalah memahami sesuatu yang lebih konseptual, yakni tentang bagaimana melakukan komunikasi yang empatik atau sekurang-kurangnya berbagi (to share) pikiran, perasaan, masalah dan rasa simpatik dalam sebuah proses komunikasi antarbudaya (Liliweri, 2003: 68-70). Identitas budaya mengacu pada pengertian individu yang berasal dari keanggotaan formal atau informal dalam kelompok yang meneruskan dan menanamkan pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, tradisi dan cara hidup. Perhatian identitas budaya adalah mengenai apa yang telah dipelajari seseorang di masa lalu dan bagaimana mereka menggunakannya untuk mempengaruhi masa depan (Jameson, 2007: ). Identitas memiliki sifat yang dinamis, tidak pernah stabil dan prosesnya pun sering berubah. Setiap orang selalu berubah sepanjang waktu baik secara pasif maupun aktif. Oleh karena itu, dalam komunikasi antarbudaya ini kita akan selalu berusaha untuk mendekati, membentuk dan bahkan menerima transformasi perubahan tersebut (Liliweri, 2003: 81). II.3.2 Pembentukan Identitas Budaya Sandstrom dalam Ritzer (2001) menyebutkan bahwa banyak pemikir sosiologi yang melihat konsep diri, muncul, berkembang dan dipertahankan

21 melalui proses interaksi sosial. Ia tidak diberikan ketika lahir atau merupakan konsekuensi yang tidak terhindarkan dari perkembangan biologis seseorang. Tetapi, seorang individu harus belajar mengenal siapa dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Melalui interaksinya dengan orang lain, seseorang menjadi percaya bahwa dia memiliki diri yang berbeda dan bermakna ( Liliweri (2003: 35-46) menjelaskan bahwa identitas kebudayaan dikembangkan melalui proses yang meliputi beberapa tahap, yaitu: a) Identitas Budaya yang Tak Disengaja Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara tidak disengaja atau tidak disadari. Identitas budaya ini terbentuk karena adanya pengaruh tampilan budaya yang lebih dominan, sehingga orang akan ikut-ikutan untuk membentuk identitas baru. Banyak identitas budaya yang dimiliki oleh suatu suku bangsa diperoleh secara tidak teruji, tidak disengaja bahkan tidak disadari. Misalnya, meskipun etnis Larantuka di pulau Flores adalah orang Lamalohot, namun mereka sendiri tidak berbahasa Lamalohot. Mereka menuturkan bahaya Melayu Larantuka. Banyak tradisi mereka, selain perkawinan, juga doa dan penghormatan kepada Bunda Maria Berduka Cita yang diupacarakan pada hari Jumat Besar menjelang Paskah-merupakan tradisi bangsa Portugis yang pernah menjajah mereka. Tak banyak yang berminat untuk melacak mangapa hal itu terjadi, tetapi orang Larantuka mengikuti seluruh tradisi itu tanpa sebuah penjelasan lebih jauh. Bahkan beberapa tradisi itu sangat mempengaruhi pembentukan aspek budaya material seperti terlihat dalam bentuk-bentuk rumah

22 ibadah, tata cara berpakaian, istilah dan jargon dan perilaku komunitas kecil di sana. b) Pencarian Identitas Budaya Pencarian identitas meliputi sebuah proses penjajakan, bertanya dan uji coba atas sebuah identitas lain, orang harus terus mencari dan belajar tentang itu. Pencarian ini bisa dilakukan melalui penelitian lebih mendalam atau bertanya kepada keluarga, teman-teman, atau melacaknya secara ilmiah. Agak berbeda dengan identitas yang diwarisi dan dipelajari oleh generasi berikutnya tanpa sadar, cultural identity search membutuhkan proses pencarian identitas budaya, pelacakan dan pembelajaran budaya. Misalnya, identitas sebagai militer profesional atau biarawan tidak diperoleh secara kebetulan, tetapi melalui proses pendidikan, pengalaman dan penghayatan terstruktur. Dari generasi yang satu ke generasi berikutnya, sikap dan cara berpikir militer serta biarawati telah terbentuk sehingga akan muncul sebuah korps yang kuat, tangguh dan memelihara semangat kebersamaan dan solidaritas di antara mereka. c) Identitas Budaya yang Diperoleh Sebuah bentuk identitas yang dicirikan oleh kejelasan dan keyakinan terhadap penerimaan diri kita melalui sebuah internalisasi kebudayaan yang kemudian membentuk indentitas kita. Misalnya seseorang sebelum diangkat menjadi anggota TNI, POLRI, dokter, dosen atau profesi lainnya ia adalah seorang pribadi dengan status yang lain. Namun setelah diangkat/ dilantik/ disumpah menjadi anggota profesi tertentu, orang tersebut akan memperoleh suatu

23 status untuk peran tertentu. Peran yang diperolehnya itu kemudian akan membentuk ciri-ciri perilaku tertentu dan berubah menjadi sebuah identitas budaya (budaya subkultur). d) Konformitas: Internalisasi Proses pembentukan identitas dapat diperoleh melalui internalisasi yang membentuk konformitas. Jadi, proses internalisasi berfungsi utnuk membuat norma-norma yang dimiliki seseorang menjadi sama (konformitas) dengan normanorma yang dominan atau membuat norma yang dimilikinya berasimilasi ke dalam kultur dominan. Pada tahap inilah makin banyak orang melihat dirinya melalui sudut pandang kultur dominan, bukan dari kultur asal. Seperti halnya yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, yang dihuni oleh masyarakat yang berasal dari beragam suku bangsa. Meskipun mereka sebenarnya memiliki identitas budaya masing-masing, namun karena telah lama tinggal di sana maka mereka menjadi sangat konformitas dengan budaya Jakarta. e) Resistensi dan Separatisme Resistensi dan separatisme adalah pembentukan identitas sebuah kultur dari sebuah komunitas tertentu (terkadang merupakan komunitas minoritas dari sebuah suku bangsa, etnik, bahkan agama) sebagai suatu komunitas yang berperilaku ekslusif untuk menolak norma-norma kultur dominan atau kemudian memisahkan diri mereka dari kelompok mayoritas. f) Integrasi Pembentukan identitas budaya dapat dilakukan melalui proses integrasi budaya, di mana seorang atau sekelompok orang mengembangkan identitas baru

24 yang merupakan hasil dari integrasi berbagai budaya dari komunitas atau masyarakat asal. Daphne A. Jameson dalam jurnalnya Reconceptualizing Cultural Identity and Its Role in Intercultural Business Communication (2007: ) menyebutkan bahwa identitas budaya memiliki atribut sebagai berikut: 6. Cultural identity is affected by close relationship (identitas budaya dipengaruhi oleh hubungan dekat). Hubungan dekat seseorang dengan orang lain seperti anggota keluarga atau teman. Orang-orang yang memiliki teman dekat berbeda budaya, secara bertahap akan mengadopsi beberapa kepercayaan dan sikap dari rekannya tersebut. Proses ini sering berlangsung secara tidak sengaja, tetapi dapat menyebabkan qualitative psychic transformation. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan bagaimana sebuah hubungan memodifikasi identitas budaya seseorang. 7. Cultural identity changes over time (identitas budaya berubah sesuai dengan waktu). Dalam perjalanan kehidupan, banyak orang berpindah kelas ekonomi atau bidang profesi. Beberapa orang mengubah kebangsaannya bahkan agama. Meskipun orang-orang tidak mengubah bahasa aslinya, tetapi kemudian banyak yang muncul dengan dialek baru dalam kehidupannya sehari-hari. Semua perubahan tersebut mempengaruhi identitas budaya masyarakat. Bahkan ketika terjadi perubahan terhadap kondisi sehari-hari, komponen lain dari identitas budaya tetap menjadi pusat penting dan relevan dengan identitas inti seseorang dalam jangka waktu yang panjang.

25 8. Cultural identity is closely intertwined with power and privilege (identitas budaya erat kaitannya dengan kekuasaan dan hak istimewa). Kekuasaan dan hak istimewa ataupun kemampuan untuk mengendalikan persepsi eksternal identitas budaya menjadi terbatas ketika seseorang tidak memiliki lembaga atau kelompok. Beberapa komponen dari identitas budaya mungkin dapat disembunyikan atau yang disebut afiliasi disengaja. Sebagai contoh, ciriciri fisik membuat jelas latar belakang etnnis untuk beberapa orang, tetapi menjadi ambigu bagi yang lainnya. Orang-orang dapat memilih apakah mereka akan membiarkan orang lain tahu mengenai latar belakang budayanya tau tidak. Komponen biologis budaya-ras, etnis, jenis kelamin, usia, terkadang membuat orang lain merasa terpinggirkan dari hak-haknya. 9. Cultural identity may evoke emotions (identitas budaya bisa membangkitkan emosi). Orang mungkin memiliki perasaan positif, negatif, netral atau ambigu terhadap komponen identitas budaya mereka sendiri. Bahkan terkadang baik secara sadar ataupun tidak memiliki perasaan negatif terhadap komponen identitas mereka sendiri. Ketika seseorang bersikap negatif terhadap identitas budaya orang lain, beberapa kemungkinan bisa saja terjadi. Ting Toomey (1986) dalam model validitas identitasnya, berteori bahwa orang mengembangkan sikap positif atau negatif terhadap komponen atau identitas budaya mereka sendiri berdasarkan persepsi sejauh mana orang lain mendukung identitas tersebut. Dengan menegaskan identitas budaya orang lain, salah satu pihak akan memberikan kekuatan motivasi yang mendasari

26 hubungan antarkelompok di mana hubungan interpersonal dapat dikembangkan. 10. Cultural identity can be negotiated through communication (identitas budaya bisa dinegosiasikan melalui komunikasi). Identitas budaya dapat dinegosiasikan melalui komunikasi tetapi hanya dalam keadaan tertentu. Orang tersebut harus merasa sadar dengan komponen identitas budaya mereka dan merasa nyaman untuk mendiskusikannya dengan orang lain. Bahkan ketika orang-orang mengetahui identitas budaya mereka, mereka tidak selalu mengkomunikasikan semua tentang kebudayaannya. Meskipun beberapa aspek identitas budaya secara fisik tampak pada pertemuan tatap muka, tetapi masih ada aspek yang tak terlihat seperti agama, kelas, dan profesi. Bahkan dalam interaksi yang menggunakan media, seperti atau telepon, komponen dari identitas budaya mereka menjadi tersembunyi, kecuali mereka mengungkapkannya dengan sengaja. Orang bisa memilih bagian dari identitas budaya yang mana yang akan mereka ekspresikan. Identitas tersebut dapat diakses, digunakan, ditafsirkan, ditampilkan, dilakukan, dan seterusnya dalam konteks sosial tertentu. II.3.3 Identitas Budaya Etnis Minangkabau Dalam masyarakat Minangkabau dikenal pepatah adat yang dijadikan sebagai falsafah hidup dan menjadi identitas budaya tersendiri bagi orang Minangkabau. Bila dipelajari dengan seksama pepatah-pepatah adat Minang, serta fakta-fakta yang hidup dalam masyarakat seperti masalah perkawinan, sistem

27 kekerabatan, kedudukan tanah pusaka tinggi, peranan mamak dan penghulu, kita dapat membaca konsep-konsep hidup dan kehidupan yang ada dalam pikiran nenek-moyang orang Minang. Salah satu tujuan adat pada umumnya, adat Minang pada khususnya adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya, manusia yang beradab. Adat ini jugalah yang telah diteruskan secara turun temurun dari generasi ke generasi oleh masyarakat Minangkabau sehingga menjadi ciri budaya dari orang Minang. Ciri budaya ini jugalah yang kemudian memiliki peran tertentu dalam komunikasi antarbudaya dalam interaksi orang Minang dengan orang lain yang berbeda latar belakang budaya. Adapun sifat-sifat ideal yang menurut falsafah adat Minang (dikutip dari diantaranya sebagai berikut: a. Hiduik Baraka, baukue jo bajangka (Hidup berpikir, berukur dan berjangka) Dalam menjalankan hidup dan kehidupan orang Minang dituntut untuk selalu memakai akalnya. Berukur dan berjangka artinya harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat. Kelebihan manusia dari binatang adalah tiga alat vital yang mempunyai kekuatan besar bila dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga alat tersebut adalah otak, otot dan hati. Pengertian peningkatan sumber daya manusia tidak lain dari mengupayakan sinergi ketiga kekuatan itu untuk memperbaiki hidup dan kehidupannya. Dengan mempergunakan akal pikiran dengan baik, manusia antara lain akan selalu waspada dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut:

28 Dalam mulo akhie mambayang (Dalam awal akhir terbayang) Dalam baiak kanalah buruak (Dalam yang baik ingatlah yang buruk) Dalam galak tangieh kok tibo (Dalam tawa tangis menghadang) Hati gadang hutang kok tumbuah (Hati ria hutang tumbuh) Dengan berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal terjadi, sehingga tetap selalu waspada. Seperti disebutkan dalam pepatah berikut: Alun rabah lah ka ujuang (Belum rebah sudah ke ujung) Alun pai lah babaliak (Belum pergi sudah kembali) Alun di bali lah bajua (Belum dibeli sudah dijual) Alun dimakan lah taraso (Belum dimakan sudah terasa) Didalam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu sematang-matangnya dan secermat-cermatnya. Dengan kata lain, disusun rencana yang mantap dan terinci. Dihawai sahabih raso (Diraba sehabis rasa) Dikaruak sahabih gauang (Dikeruk sehabis lobang) Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan urutan prioritas yang sudah direncanakan, seperti kata pepatah: Mangaji dari alif (Mengaji dari alif) Babilang dari aso (Berhitung dari satu) Dalam melakukan sesuatu, haruslah mempunyai alasan yang masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan. Jangan asal berbuat tanpa berpikir. Mancancang balandasan (Mencincang pakai landasan) Malompek basitumpu (Melompat pakai tumpuan)

29 Dalam melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin berjalan sendiri-sendiri. Salah satu kelemahan orang Minang adalah kebanyakan mereka memiliki sikap Excessive Individualisme, susah diatur, merasa lebih super dari orang lain atau lebih sering dikenal dengan istilah pantang taimpik. Dalam struktur organisasi di saat sekarang ini, baik organisasi pemerintah, angkatan bersenjata, organisasi sosial, maupun organisasi perusahaan mempunyai struktur piramida, lancip ke atas. Struktur organisasi yang seperti ini, memaksa orang-orang dalam formasi yang bertingkat-tingkat. Ada yang disebut bawahan dan atasan, ada yang memerintah dan ada yang harus menjalankan perintah. Orang Minang kebanyakan belum dapat menyesuaikan diri dengan pola kemasyarakatan yang baru ini. Apalagi bila dalam organisasi itu hanya balego awak samo awak. Dalam kondisi yang demikian, akan berlaku pameo Iyo kan nan kato beliau, tapi lakukan nan diawak. Inilah agaknya salah satu sebab kenapa saat sekarang ini orang-orang Minang sudah jarang yang menonjol dipentas nasional. Kalau pun ada, maka yang duduk menjadi bawahannya, mungkin bukanlah orang Minang. Sementara itu, dalam ajaran adat Minang ada pepatah yang berbunyi sebagai berikut: Bajalan ba nan tuo (Berjalan dengan yang tua) Balayie ba nakhodo (Berlayar bernakhoda) Bakato ba nan pandai (Berkata dengan yang pandai) Pepatah di atas mengisyaratkan bahwa pola organisasi modern sekarang ini, sudah dipahami oleh nenek moyang orang Minang dari dahulu. Nenek

30 moyang orang Minang bertahun yang lalu sudah memiliki cita-cita tentang apa yang ingin dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu. Seperti pada pepatah berikut: Nak kayo kuek mancari (Ingin kaya, berkerja keraslah) Nak tuah bertabur urai (Ingin tuah, bertabur hartalah) Nak mulie tapeki janji (Ingin mulia, tepati janji) Nak namo tinggakan jaso (Ingin nama, berjasalah) Nak pandai kuek baraja (Ingin pandai, rajin belajar) Salah satu syarat untuk bisa diterima dalam pergaulan ialah bila kita dapat membaca perasaan oang lain secara tepat. Dalam zaman modern hal ini kita kenal dengan empathi, yaitu dengan mencoba mengandaikan kita sendiri dalam posisi orang lain. Bila kita berhasil menempatkan diri dalam posisi orang lain, maka tidak mungkin kita akan memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Dengan cara ini banyak konflik batin yang dapat dihindari. Pepatah Minang mengajarkan, elok dek awak, katuju dek urang. Segala sesuatu yang menurut pikiran sendiri adalah baik, belum tentu dianggap baik pula oleh orang lain. Sudut pandang yang dipakai mungkin berbeda, sehingga pendapatpun berbeda. Sebelum ilmu manajemen berkembang di tanah air sejak tahun 1950-an yang lalu, nenek moyang orang Minang telah lama meyakini bahwa perencanaan yang matang adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk terlaksananya suatu pekerjaan. Pepatah berikut meyakini kita akan kebenarannya. Balabieh ancak-ancak (Berlebihan berarti ria) Bakurang sio-sio (Kurang berarti sia-sia)

31 Diagak mangko diagieh (Dihitung dulu baru dibagi) Dibaliek mangko dibalah (Dibalik dulu baru dibelah) Bayang-bayang sepanjang badan (Bayang-bayang sepanjang badan) Nan babarieh nan dipahek (Yang digaris yang dipahat) Nan baukue nan dikabuang (Yang diukur yang dipotong) Jalan nan luruih nan ditampuah (Jalan yang lurus yang ditempuh) Labuah pasa nan dituruik (Jalan yang lazim yang diikuti) Di garieh makanan pahat (Di garis makanan pahat) Di aie lapehkan tubo (Di air lepaskan racun) Tantang sakik lakek ubek (Di tempat yang sakit yang diberi obat) Luruih manantang barieh adat (Lurus menentang baris adat) b. Baso basi-malu jo sopan Adat Minang mengutamakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu Minang. Adat Minang menyebutkan sebagai berikut: Nan kuriak iyolah kundi (Yang burik adalah kundi) Nan merah iyolah sago (Yang merah adalah saga) Nan baiak iyolah budi (Yang baik adalah budi) Nan indah iyolah baso (Yang indah adalah bahasa) Kuek rumah dek basandi (Kuat rumah karena pondasi) Rusak sandi rumah binaso (Rusak pondasi rumah binasa) Kuek bangso karano budi (Kuat bangsa karena budi)

32 Rusak budi bangso binaso (Rusak budi bangsa binasa) Adat Minang sejak berabad yang lalu telah memastikan, bila moralitas suatu bangsa sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa. Akan hancur lebur ditelan sejarah. Adat Minang juga mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Pepatah menyebutkan sebagai berikut: Nan tuo dihormati (Yang tua dihormati) Nan ketek disayangi (Yang kecil disayangi) Samo gadang bawo bakawan (Sebaya dibawa berkawan) Ibu jo bapak diutamakan (Ibu dan ayah diutamakan) Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah Minang memperingatkan: Dek ribuik rabahlah padi (Karena ribut rebahlah padi) Di cupak Datuak Tumangguang (Di cupak Datuk Tumangguang) Hiduik kok tak babudi (Hidup kalau tak berbudi) Duduak tagak kamari cangguang (Duduk berdiri serba canggung) Rarak kalikih dek binalu (Gugur pepaya karena benalu) Tumbuah sarumpun ditapi tabek (Tumbuh serumpun di pinggir tebat) Kalau habih raso jo malu (Kalau tidak punya rasa malu) Bak kayu lungga pangabek (Seperti kayu longgar pengikat) Kehidupan yang aman dan damai, menjadi idaman adat Minangkabau. Karena itu selalu diupayakan menghindari kemungkinan timbulnya perselisihan

33 dalam pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun atau basa basi dalam pergaulan sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan timbulnya sengketa. Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang. Pepatah menyebutkan sebagai berikut: Pucuak pauah sadang tajelo (Pucuk pauh sedang terjela) Panjuluak bungo linggundi (Penjuluk bunga linggundi) Nak jauah silang sangketo (Supaya jauh silang sengketa) Pahaluih baso jo basi (Perhalus basa basi/budi pekerti) Pulau pandan jauah di tangah (Pulau pandan jauh di tengah) Di baliak pulau angso duo (Di balik pulau angsa dua) Hancua badan di kanduang tanah (Hancur badan dikandung tanah) Budi baiak takana juo (Budi baik dikenang juga) Nak urang koto ilalang (Anak orang koto Hilalang) Nak lalu ka pakan baso (Mau lewat ke pekan Baso) Malu jo sopan kok lah ilang (Malu dan sopan kalau sudah hilang) Habihlah raso jo pareso (Habislah rasa dan periksa) c. Tenggang Rasa Perasaan manusia halus dan sangat peka. Tersinggung sedikit maka akan membuat orang lain merasa terluka. Pergaulan yang baik, adalah pergaulan yang dapat menjaga perasaan orang lain. Karena itu adat Minang mengajarkan supaya selalu berhati-hati dalam pergaulan, baik dalam ucapan, tingkah laku maupun perbuatan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Tenggang rasa salah satu sifat yang dianjurkan adat. Pepatah memperingatkan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih luas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA system keyakinan, nilai dan sikap, terhadap pandangan mengenai dunia dan terhadap organisasi social diantara pelaku-pelaku dari budaya yang berbeda. Seperti hambatan yang timbul oleh rangsangan dari luar

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi layaknya nafas kehidupan manusia. Kodratnya sebagai makhluk sosial membuatnya senantiasa berinteraksi demi pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 2 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Subjek, Wilayah dan Fokus Kajian Komunikasi Antarbudaya DESKRPISI Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian dan mendiskusikannya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Luas Lingkup Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? (Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi) Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik Diperkenalkan oleh G. Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika. Menurut Mead, terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu kegiatan interaksi yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Komunikasi bagaikan urat nadi kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas BAB IV ANALISIS DATA Salah satu proses analisis data ini telah dikembangkan lebih lanjut yang materinya diambil dari hasil deskripsi data penelitian untuk nantinya dijadikan sebagai suatu temuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori teori umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan definisi komunikasi yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2008: 68-69)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA.

BAB IV ANALISIS DATA. 90 BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih selama penelitian

Lebih terperinci

Pertemuan 6 20 April 2013

Pertemuan 6 20 April 2013 Pertemuan 6 20 April 2013 PERSEPSI Proses penerimaan dan pengolahan informasi dalam diri individu dimulai dari proses penerimaan informasi yang paling awal, yaitu sensasi, kemudian diikuti dengan proses

Lebih terperinci

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Unsur-unsur komunikasi Adalah yang membuat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kunci dari kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL Oleh: MELISA 11060280 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, BAB V PENUTUP A. Simpulan Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Pada proses akulturasi budaya kaum urban dalam keluarga beda

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 4 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Memahami Perbedaan Perbedaan Budaya DESKRIPSI Modul ini membahas

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 02 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Heri Budianto,M.Si Program Studi PUBLIC RELATIONS KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Setiap manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dikenal sebagai bangsa besar dengan masyarakat dan bahasa yang beragam. Di antara keragaman itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan

Lebih terperinci

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY.

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY. Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id 1 Untuk menghasilkan Kesan yang Tepat diperlukan suatu latihan yang teratur dan sistematis.

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seluruh manusia tercipta sebagai makhluk sosial, yang dimana tak pernah terlepas dalam kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI KOMUNIKATOR PESAN SALURAN KOMUNIKATE EFEK EFEK AFEKSI EFEK KONASI UMPAN BALIK POSITIF NETRAL NEGATIF 1 KOMUNIKASI SUATU PROSES DI MANA SUATU GAGASAN DIALIHKAN DARI SUMBER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. AKULTURASI 1. Defenisi Akulturasi Akulturasi berbeda dengan enkulturasi, dimana akulturasi merupakan suatu proses yang dijalani individu sebagai respon terhadap perubahan konteks

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari BAB IV ANALISIS DATA Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis data juga bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

4. Komunikasi yang Efektif

4. Komunikasi yang Efektif 4. Komunikasi yang Efektif Jalinan komunikasi dan hubungan (relationship adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Artinya seorang tidak dapat berhubungan dengan orang lain tanpa melakukan komunikasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

MATA KULIAH : PERILAKU MANUSIA (2 SKS) DOSEN

MATA KULIAH : PERILAKU MANUSIA (2 SKS) DOSEN KOMUNIKASI MATA KULIAH : PERILAKU MANUSIA (2 SKS) DOSEN : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. I. DEFINISI KOMUNIKASI Komunikasi berasal dari bahasa Yunani communicare atau communico yang berarti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1.KOMUNIKASI Berikut ini beberapa pendapat menutut para ahli mengenai pengertian komunikasi diantaranya : menurut Barnlund komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Peneliti ingin mengambil tema tentang budaya komunikasi di organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk dikaji

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci