BAB IV PERBEDAAN STRATEGI PEMIMPIN ANGKATAN BERSENJATA JERMAN (HITLER DENGAN DOENITZ) : PERANAN U-BOAT DALAM BLOKADE INGGRIS DI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERBEDAAN STRATEGI PEMIMPIN ANGKATAN BERSENJATA JERMAN (HITLER DENGAN DOENITZ) : PERANAN U-BOAT DALAM BLOKADE INGGRIS DI"

Transkripsi

1 BAB IV PERBEDAAN STRATEGI PEMIMPIN ANGKATAN BERSENJATA JERMAN (HITLER DENGAN DOENITZ) : PERANAN U-BOAT DALAM BLOKADE INGGRIS DI LAUTAN ATLANTIK Pada bab ini akan dikaji mengenai beberapa aspek penting yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perbedaan Strategi Pemimpin Angakatan Bersenjata Jerman (Hitler dan Dönitz) : Peranan U-boat Dalam Blokade Inggris di Lautan Atlantik Adapun sistematika dalam bab ini dibagi ke dalam tiga subjudul diantaranya latar belakang yang menyebabkan perbedaan sudut pandang antara Hitler dan Dönitz mengenai taktik dan strategi perang, jalannya blokade Inggris di lautan Atlantik tahun , dan dampak yang ditimbulkan dari perbedaan taktik strategi militer antara Hitler dan Dönitz. Sumber-sumber untuk mengkaji permasalahan di atas diperoleh melalui studi literatur. Sub bab pertama mengenai latarbelakang perbedaan strategi Hitler dan Dönitz, penulis menonjolkan mengenai strategi perang menurut Hitler dan Dönitz, perbandingan gaya kepemimpinan Hitler dan Dönitz, dan juga perbedaan pandangan antara Hitler dan Dönitz mengenai taktik U-boat pada pertempuran Atlantik tahun Pada pembahasan pertama ini penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dengan mengambil sebuah konsep perang, yang 62

2 63 didalamnya terdapat konsep taktik strategi perang digunakan sebagai alat untuk menunjang materi kajian tentang perbedaan taktik dan strategi perang antara Hitler dan Dönitz. Konsep perang mengacu pada perbedaan latar belakang Hitler dan Dönitz yang tentu saja berpengaruh pada sebuah keputusan yang akan diambil ketika perang berlangsung. Tidak mudah rupanya menyatukan dua pemikiran yang berbeda pandangan taktik strategi untuk bersama-sama berjuang memperoleh satu tujuan. Karena konsep perang pada akhirnya akan menentukan sejauh mana keberhasilan taktik dan strategi sebuah negara untuk menghadapi taktik strategi lawan. Hitler dengan konsep Libensraum dengan menggunakan perang kilat (Blitzkriegs) mampu untuk menaklukan hampir sebagian daratan Eropa, tetapi inti dari PD-II yaitu konsentrasi Jerman hanya terfokus pada Inggris. Persiapan taktik strategi perang Hitler ternyata menunjukan ketidaksiapan, ia menyadari bahwa kekuatan AL Jerman tidak cukup kuat untuk menghadapi Inggris. Berbanding terbalik dengan Hitler, Dönitz menggunakan suatu konsepsi perang di laut, ia sangat antusias mencoba untuk mengalahkan Inggris di lautan Atlantik dengan kemampuan Kriegsmarines menggunakan armada U-boat. Hitler dan Dönitz keduanya memang memakai taktik maupun strategi andalannya, tetapi yang harus diperhatikan apakah hal itu dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi musuh. Ilmu psikologi (teori kepemimpinan) digunakan untuk menggambarkan karakteristik kepemimpinan Hitler maupun Dönitz, sehingga akan terlihat perbedaan masing-masing gaya kepimimpinan dari Hitler dan juga Dönitz. Konsep kepemimpinan mengacu pada bagaimana seorang pemimpin melakukan tugasnya untuk memimpin sekelompok prajurit untuk berlaga di

3 64 medan tempur. Unsur-unsur dari segi psikologi terutaman pada segi kepemimpinan bisa mempengaruhi perintah atasan kepada bawahan. Karena kharisma seorang pemimpin pasti akan merubah situasi maupun kondisi para awak kapal. Sama halnya dengan peristiwa Scapa Flow, perintah seorang Dönitz kepada kaptennya untuk menembus benteng pertahan Inggris. pada mulanya para awak U-47 ragu akan kemampuannya sendiri. Tetapi dengan gaya kepemimpinan Dönitz yang penuh wibawa dan dedikasi, menjadikan modal utama untuk memberikan kemampuan militer terbaiknya. Pada sub bab kedua berjudul tentang blokade Inggris di lautan Atlantik yang berisi mengenai jalannya blokade ditinjau dari segi geopolitik. Konsep blokade menurut ilmu politik yaitu, pengepunga (penutupan) atas suatu daerah atau negara (pelabuhan atau pantai) dengan kapal-kapal perang sehingga orang-orang dan barang, kapal dan sebagainya tidak dapat keluar masuk dengan bebas, atau bida juga pengepungan atas pertahanan musuh. Alasan penulis menggunakan konsep blokade dari ilmu politik, karena Dönitz menggunakan blokade semata-mata untuk tujuan politik yang mengarahkan target utama pada aspek ekonomi guna melumpuhkan seluruh potensi Inggris dalam segi pertahanan. Konsep geopolitik yang diambil dari ilmu politik digunakan karena sub bab ini memang membahas bagaimana cara Dönitz Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, subjudul ini menggunakan konsep politik yaitu geopolitik yang mengacu pada sebuah pemahaman letak geografis suatu negara yang akan menjadi kata kunci untuk mengatahui kelemahan lawan. Dalam hal ini, geopolitik dalam kajian penulis membahas bagaimana Dönitz mencari kelemahan Inggris melalui aspek letak

4 65 wilayah, dan karakteristiknya. Karena Inggris sebagai negara kepulauan yang segala kebutuhan nasionalnya sangat mengandalkan jalur pengiriman laut, sehingga mudah saja bagi Jerman untuk memblokade jalur tersebut. Dengan menggunakan taktik U-boat, blokade Inggris hampir saja dapat mencapai titik kejayaan. Pada sub bab ketiga membahas mengenai dampak dan upaya Dönitz dalam meyakinkan Hitler untuk mendukung kekuatan armada U-boat Kriegsmarines. Konsep yang digunakan pada sub bab ini yaitu taktik dan strategi perang yang mengacu pada pertempuan yang digunakan Dönitz yan memakai taktik wolfpack. Taktik tersebut diaplikasikan karena erat kaitannya dengan konsep geopolitik yang digunakan pada sub bab sebelumnya. Dalam sub bab ini penulis akan menguraikan bagaimana dampak dari perbedaan taktik strategi perang antara Hitler dan Dönitz. Perbedaan ini mempunyai efek yang besar pada angkatan bersenjata Jerman, sebab jika suatu misi pertempuran akan mencapai sebuah kemenangan mutlak maka negara tersebut harus mempunyai grand teory. Grand teory ini, maksudnya konsep taktik yang digunakan sebagai landasan dari angkatan bersenjata bagi sebuah negara. Karena sebagai negara yang telah berhasil menguasai sebagian wilayah Eropa, Jerman seharusnya memiliki landasan teori perang. Walaupun pada dasarnya Jerman menganut kekuatan darat melalui tank-tank lapis baja yang sangat disukai Hitler, tetapi sebuah perbedaan muncul dari intern Jerman sendiri yaitu dengan munculnya prinsip yang dipegan Dönitz dengan yakin menggunakan konsep kekuatan laut. Konsep Dönitz tersebut disebabkan karena ia berupaya meyakinkan Hitler bahwa Jerman harus

5 66 memfokuskan penyerangan pada jalur laut, sehingga memberikan efisiensi waktu dan biaya, juga bisa tepat memotong urat nadi Inggris. Paparan mengenai sub bab-sub bab yang telah disebutkan di atas menggunakan pendekatan interdisipliner dimana penulis menggunakan disiplin ilmu lain yang serumpun untuk membantu menganalisis permasalahan agar tingkat analisis penulis lebih tajam pada kajian bab IV ini, sehingga nantinya hasil pembahasan bab IV ini tidak cenderung deskriptif-naratif namun lebih deskriptifanalitis Perbandingan Perbedaan Pandangan Hitler Dengan Doenitz Dalam Tubuh Angkatan Bersenjata Jerman Berdasarkan hasil kajian interdisipliner dengan menggunakan konsep perang yang berhubungan dengan taktik dan strategi perang, karena disiplin ilmu militer akan banyak di bahas pada subjudul ini. Latar belakang perbedaan pandangan strategi perang Hitler dan Dönitz merujuk kepada konsep Libensraum dan teori Alfred Thayer Mahan. Kedua teori besar tersebut menjadi fondasi strategi yang akan digunakan Jerman untuk melawan Inggris dan Sekutunya. Hitler dengan konsep Libensraum, meyakini bahwa jika ingin membesarkan sebuah negara maka seorang pemimpin harus memberi ruang untuk tumbuh dan kembangnya negara tersebut. Karena Libensraum menurut Haushofer ialah sebuah justifikasi untuk menginvasi dengan alasan sebuah kebutuhan negaranya. Maksud dari konsep tersebut adalah jika menguasai dunia dengan cara politik gagal maka langkanh lebih lanjut harus menempuh jalur perang (Hayati, 2007). Mempunyai

6 67 landasan pemikiran tentang konsep perang yang akan menjadi strategi dan taktik utama pada perang, serta selalu memikirkan seberapa besar kemampuan angkatan perang yang dimiliki. Pemikiran Clausewitz terhadap Hitler yang dipengaruhi oleh sebuah teori dari Heinz Guderian yang mempercayai taktik strategi secara cepat serang tank-tank lapis baja (Waldman, 2009). Menurut Clausewitz konsep perang adalah perang tidak akan pernah cukup hanya menggunakan kekuatan saja, tetapi perang juga harus menggunakan taktik yang sesuai dengan karakteristik lawan. Hal itu bertujuan untuk memaksa lawan untuk menyerah tanpa perlawanan yang berarti. Clausewitz juga menerapkan pertempuran yang fokus pada satu titik dan akan menyerang bagian jantung dari lawan. Karena jika menyerang pada titik jantung lawan, maka kekuatan akan tertuju pada satu titik dimana akan berjalan secara singkat dan berlangsung cepat, sebuah pemikiran Guderian tersebut akhirnya membuat Hitler terpacu mengembangkan taktik pertempuran darat yang nantinya akan disebut Blitzkriegs. Berbeda halnya dengan konsep taktik strategi Hitler pada pertempuran laut, ia terpengaruh oleh kedekatannya dengan Admiral Erich Raeder. Raeder meyakini dengan menandingi Royal Navy harus dengan kapal-kapal tempur berukuran jauh lebih besar dan juga fungsional. Sedangkan Dönitz yang menganut teori penganjur laut yaitu Alfred Thayer Mahan yang diaplikasikan oleh taktik dan strategi perang U-boat yang mengatakan bahwa; menurut Mahan (Sumida, 1997) jika ingin menguasai dunia maka negara tersebut harus mempunyai kekuatan laut yang besar. Dua keyakinan itulah yang akan menjadi latar belakang pada subjudul ini.

7 68 Sepak terjang Jerman pada kancah PD-I dan PD-II menjadi salah satu negara terkuat angkatan militernya. Jerman memiliki mesin tempur, kendaraan perang, serta pasukan yang terlatih dan memiliki kecenderungan terbiasa melatih kemampuan diri dalam menciptakan inovasi selama perang berlangsung. Selama PD-I tank lapis baja dan U-boat menjadi salah satu penunjang kekuatan Jerman, bahkan tidak jarang pasukan sekutu mengalami kesulitan dalam mengahadapi pasukan Jerman. Munculnya orang-orang kuat dalam tubuh angkatan bersenjata Jerman, membuat Hitler semakin bersemangat menaklukan daerah-daerah sekitar, dan tidak terkecuali sekutu. Kekalahan Jerman pada PD-I yang diakhiri dengan dilaksanakannya perjanjian Versailles (1919), yang isinya menyatakan bahwa melarang pihak Jerman untuk membangun dan mengoprasikan armada kapal selam (U-boat). Dalam perjaijian Versailles menitik beratkan ketakutannya pada armada U-boat, sudah terbukti ketangguhan U-boat dalam menenggelamkan kapal-kapal perang dan kapal-kapal dagang yang ukurannya jauh lebih besar mampu menenggelamkannya. Sejak kekalahannya pada PD-I Jerman tidak lantas berkecil hati untuk bisa membalas rasa sakit hati pada pasukan Sekutu. Di bawah kepemimpinan Hitler yang tegas dan penuh disiplin, Jerman sedikit demi sedikit mulai memperbaiki aspek politik dan juga militer. Karena pada saat itu kondisi politik Jerman mengalami kekacauan sehingga berimbas pada sistem dan mekanisme militer. Tetapi masa-masa sulit Jerman segera teratasi oleh pesatnya penelitian dan teknologi serta kepiawaian Hitler sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan Hitler pada PD-II tidak hanya mengubah tatanan pemerintah melainkan juga

8 69 mengenai konsepsi politik, dan sebuah strategi baru pada kekuatan militer. Hal tersebut ditegaskan oleh Karl von Clausewitz (Farago, 1942:5-14) dalam bukunya yang berjudul The Axis Grand Strategy, bahwa dalam peperangan aspek politik tidak bisa diabaikan, karena politik merupakan suatu pendorong kekuatan jika negara mempunyai semangat yang kuat. Politik juga menjadi suatu alat pembatas jika kekuatan sebuah negara mengalami kemunduran. Tidak hanya aspek politik, pemimpin pemerintahan harus mempunyai kemampuan dalam membangkitkan semangat rakyatnya hingga mencapai satu-kesatuan yang tak terpisahkan. Kemajuan teknologi perkapalan khususnya kapal selam (U-boat) dan juga teknik strategi menjadi faktor yang paling dominan digunakan Jerman pada PD-II yang secara intensif melawan Inggris. Pertempuran di lautan Atlantik antara Jerman dan Inggris, merupakan pertempuran yang sangat mengandalkan kecermatan serta peluang dalam setiap penyerangan. Pada tahun Jerman hampir selesai merampungan armada Kriegsmarines (angkatan laut) yang nantinya akan digunakan pada PD-II. Karena Jerman menyadari bahwa Inggris satu-satunya lawan yang cukup handal dalam kekuatan angkatan laut, sehingga dapat mengantisipasi jika Inggris secara mendadak menyatakan perang. Keberadaan kekuatan laut Jerman pada PD-I dan PD-II memiliki faktor pendorong dari masa Kaiser William II, yang menyatakan bahwa : Masa depan kami berada diatas air. Pernyataan tersebut menjadikan tolok ukur Laksamana angkatan laut Tirpitz selaku pimpinan dari Kriegsmarines (1897), untuk mempelajari dan menandingi kekuatan yang dimilki kerajaan Inggris (Earle, 1943).

9 70 Scafide (2007:1-2) dalam bukunya yang berjudul Germany and The U-boat : How Naval Ineptitude and Politicking Crushed The Hope Of Its Greatest Weapon, menambahkan bahwa Jerman menghabiskan satu dekade menjelang PD- I dalam bersaing kekuatan armada laut dengan Inggris. Tujuannya adalah menandingi dan menghancurkan Inggris dengan kapal perang, dan ada juga proyek pengembangan dan produksi U-boat dalam mengambil kekuatan pada garis belakang pertempuran. Pada PD-I U-boat yang diproduksi memang sedikit lebih rendah tingkat kecanggihannya dibandingkan dengan kapal-kapal tempur milik Inggris. Hal itu menandakan dimulainya proses pertentangan pemikiran strategi antara militer dan politik Jerman yang pro dan kontra dengan potensi keberadaan U-boat di kancah Perang Dunia. Berbeda dengan Overette O Lemons (2002:181) dalam buku yang berjudul The Third Reich A. Revolution Of Ideological Inhumanity Vol.1 The Power Of Perception, menyatakan bahwa dalam kepemimpinan Hitler tidak ada yang bertentangan strategi didalam politik maupun militer yang terlalu mencolok pada aspek pemerintahan politik, khususnya pada perintah militer. Pertentangan dalam penentuan strategi hampir tidak akan mungkin terjadi, hal itu disebabkan oleh karakter Hitler yang tidak mudah percaya akan pemikikan dan pandangan orang lain begitu juga dalam menentukan keputusan strategi perang. Adapun pernyataannya Overette O Lemons (2002: xvii) dalam buku yang berjudul The Third Reich A. Revolution Of Ideological Inhumanity Vol.1 The Power Of Perception sebagai berikut : Dönitz adalah seorang kepercayaan Hitler untuk mengirimkan sebuah strategi besar dalam suatu pertempuran. Pengabdian terhadap Hitler tdak perlu diragukan lagi, karena Dönitz memiliki ideologi yang sependapat

10 71 dengan Hitler baik pandangan politik maupun strategi militer. Hitler tidak menunjuk Dönitz sebagai kaki tangannya, melainkan Dönitz sendiri yang membuktikan dengan cara menunjukan kemampuan serta pengabdian terbaiknya pada Hitler (2002:xvii). Perbedaan pandangan mengenai strategi perang Hitler dan Dönitz memang masih terlihat samar. Beberapa literatur menyatakan bahwa Dönitz merupakan perwira kepercayaan Hitler, bahkan diakhir hayatnya Hitler menulis sebuah wasiat untuk menjadikan Dönitz sebagai satu-satunya calon yang akan menggantikan dirinya. Disisi lain beberapa literatur mengatakan bahwa kedekatan Hitler dan Dönitz bukan berarti mereka mempunyai pemahaman yang sama tentang strategi perang. Sebagai sebuah gambaran tersirat jelas dari suatu peristiwa penting pada PD-II, dimana Dönitz sangat yakin akan kekuatan armada U-boat Kriegsmarines. Keyakinan Dönitz tidak serta merta mempengaruhi keputusan Hitler agar mendukung pengembangan dan produksi U-boat. Perbedaan pemikiran masingmasing perwira selaku anak buah Hitler, tidak serta merta menjadikan Jerman semakin terpuruk. Semakin heterogennya sebuah pemikiran dalam satu lembaga kemiliteran, maka akan membentuk sebuah kekuatan baru yang akan mempengaruhi jalannya pertempuran. Pernyataan tersebut senada dengan Robert J. O Neill (Howard, 1965: ) dalam bukunya yang berjudul The Theory and Practice of War, menyatakan bahwa walaupun tentara atau pasukan Jerman memiliki banyak keinginan dalam menuangkan ide-ide dalam pertempuran, disisi lain memiliki jiwa pengabdian yang cukup besar pada Hitler. Tentara Jerman memiliki suatu pemahaman yang besar efek dari majunya teknologi di medan

11 72 perang, dan memiliki keinginan yang kuat untuk menguji dan terobsesi ingin mengalahkan Sekutu dari hasil penemuannya tersebut. Sehingga menghasilkan inovasi yang sangat memuaskan dan bisa diandalkan Strategi Perang Menurut Adolf Hitler Pada pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana suatu latar belakang pendidikan militer bisa mempengaruhi sebuah taktik dan strategi yang akan digunakan seseorang dimasa depan. Ditinjau dari teori Libensraum yang dikembangkan oleh Haushofer, strategi perang Hitler memiliki kecenderungan kepada mengandalkan justifikasi teori tersebut demi menguasai dunia (Hayati, 2007). Pemahaman Hitler pada kekuatan tank-tank lapis baja yang berhasil melumpuhkan Polandia menjadi modal utama yang menjadi prinsip penyerangan selanjutnya demi mencapai misi Libensraum Jerman. Ia memiliki pemikiran yang matang tentang sebuah konsep negara, dimana negara yang ia tempati harus berada diposisi paling puncak agar memiliki banyak kekuasaan, ia juga seorang ahli dalam menimbulkan perpecahan dikalangan negara-negara lain. Hal tersebut guna menciptakan kekacauan, kepanikan, pandangan pro dan kontra, sehingga menimbulkan keragu-raguan dalam bertindak. Sejak berhasil berkuasa di Jerman, Hitler merubah semua sistem pemerintahan Jerman. Pada aspek politik Hitler banyak mengadakan kerjasama dengan dengan negaranegara tetangga, maksud dari tujuan tersebut agar kekuatan yang dalam segi politik bisa bertambah (Srivanto, 2008:viii).

12 73 Pemahaman Hitler pada konsep kekuatan laut yang dugunakan pada pertempuran melawan Inggris di lautan Atlantik dipengaruhi oleh pandangan Erich Raeder. Kedekatan mereka akan mempengaruhi dukungan terhadap Kriegsmarines khususnya pada armada kapal-kapal tempur permukaan. Menurut Raeder untuk mencegah Inggris masuk pada PD-II dengan cara menampilkan keperkasaan sebuah armada, dengan cara itu diharapkan Inggris sedikit sungkan dan akan mengurungkan niatannya untuk terlibat dalam pertempuran. Hitler pun tertarik dengan ide Raeder dan kemudian akan melanjutkan pemilihan taktik juga strategi pertempuran. Taktik yang dipilih adalah duel, dimana sebuah kapal tempur Jerman menemukan kapal-kapal tempur maupun kapal dagang yang dilengkapi persenjataan lengkap maka harus segera dihampiri. Sedangkan taktik dalam menggunakan U-boat, Hitler lebih memilih U-boat sebagai armada pelengkap yang bisa membantu kapalkapal perang permukaan ketika sedang mengalami kesulitan. Erich Raeder selaku Oberbefehlshaber der Kriegsmarine (laksaman besar angkatan laut Jerman), mengajukan rencana taktik strategi kepada Hitler. Ia menyebutkan bahwa perang sudah diambang pintu dan Jerman pun harus mempersiapkan diri khususnya pada kekuatan laut, hal tersebut akan diaplikasikan pada blokade jalur perdagangan Inggris oleh kapal-kapal tempur permukaan. Rencana kedua yang lebih polpuler dengan sebutan Z Plan. Z Plan, merupakan program jangka panjang Jerman yang didasarkan pada asumsi perang yang akan berlangsung selama sepuluh tahun lebih. Berdasarkan rencana ini, Jerman akan membangun armada kapal permukaan sehingga unggul daripada Royal Navy (Angkatan Laut Inggris). Rencana Z ini juga ingin menegaskan bahwa Jerman bisa

13 74 merebut predikat penguasaan lautan dari tangan Inggris. Menurut Raeder yang memberikan nasehat kepada Hitler, bahwa ia harus melanjutkan berdasarkan Z Plan. Pada akhirnya keputusan ini, sangat keliru pada waktu yang akan datang, dan hal ini sulit untuk dimengerti. Alasan Hitler menghargai kapal-kapal besar adalah untuk tujuan politik, karena dengan mempunyai kapal-kapal yang bisa menandingi kapal-kapal milik Inggris maka kekuatan Kriegsmarines Jerman akan berpengaruh pada seluruh Eropa. Perhatian Hitler juga tampaknya telah disita dengan keinginannya untuk meniru dan mungkin melampaui kekuatan laut milik Inggris, ia sedikit mengantisipasi bahwa rencana ini akan melibatkan dirinya dalam pertempuran melawan Jerman. (Farago, 1942: 2). Sedangkan pada aspek militer Hitler banyak melakukan upaya-upaya perbaikan sistem maupun hal-hal teknis. Pengembangan yang paling rahasia dan yang paling ditakutkan oleh negara-negara sekutu adalah produksi U-boat dalam berbagai tipe dan ukuran, serta pada kapasitas teknologi yang dimilki. Pernyataan diatas senada dengan Robert J. O Neill yang mengatakan bahwa : Tentara Jerman, di sisi lain memiliki pemahaman yang lebih besar dari efek teknologi di medan perang, dan pergi untuk menguji hasil-hasil penemuannya untuk melawan rasa ketakutan melawan kekalahan yang akan dihadapi. Tentara Jerman tidak berarti sendirian di memahami kekuatan unit mekanik untuk memecahkan kebuntuan saat ini disebabkan oleh dominasi pertahanan bahkan ide-ide terbaik datang dari luar negeri juga tidak kurangnya kelompok berat dari konservatif yang berpegang teguh pada kavaleri gagasan Perang Besar. Keuntungan Jerman cukup yakin, bahkan nyaris tidak cukup kombinasi, faktor, dan sebagian yang disengaja, untuk membawa ide untuk berbuah (Howard, 1965: 149). Masuknya Hitler pada partai Nasional Deutsche Arbeiterpartei sozialistische (Nazi), memberikan banyak pengaruh pada sistem kerja prajurit militer. Pengalaman Hitler dalam barisan depan membuat pandangan akan strategi perang ikut mengalami perubahan. Kerja keras dalam menentukan dan menciptakan taktik strategi menghasilkan inovasi yang sangat brilian. Konsep

14 75 Blitzkriegs yang diciptakan oleh Hitler, menjadi tolok ukur semua angkatan bersenjata Jerman. Apapun jenis taktiknya, maka konsep blitzkriegs harus tetap menjadi fondasi utama dalam penyerangan dan tidak terkecuali penyerangan oleh armada U-boat. Kesuksesan Jerman terhadap Polandia, Norwegia, negara-negara di dataran rendah Eropa, dan Perancis sebagian besar adalah hasil kombinasi efektif yang sangat luar biasa dari strategi militer maupun strategi politik yang penuh daya cipta dan berani. Dengan kata lain, teknik-teknik militer yang baru digabungkan dengan keberanian yang revolusioner untuk menciptakan kekuatan raksasa yang mampu mengahancurkan pertahanan Eropa Barat bak seperti krikil-krikil tajam yang mudah disingkirkan. Pada dasarnya yang menjadi inti strategi Hitler adalah seorang yang tidak memiliki kepercayaan terhadap orang lain, dan Hitler sendiri tidak mempercayai penerus ataupun pendahulunya karena mereka adalah orangorang yang bersikap lunak. Hitler hanya mempercayai dirinya sendiri, hal tersebut disebabkan oleh rencana strategi besarnya, dimana visi, pengetahuan militer dan politik yang sangat luas, serta memahami peninggalan-peninggalan historis. Oleh karena itu seluruh program penaklukan dari awal sampai akhir harus dilakukan atas ide dan perintah dia sendiri. Hitler pun cukup cermat mengerti bahwa kunci sukses dari semua rencananya ialah mencapai kesepakatan dengan Inggris yang akan memegang peranan besar didalam menetukan sikap Amerika terhadap Jerman Nazi.

15 76 Kendatipun tampaknya ia mengerti akan kepentingan yang vital dari sokongan Inggris terhadap Jerman, namun Hitler melaksanakan strategi politik yang lambat laun akan melibatkan ia didalam peperangan melawan Imperium Inggris. Bagi kaum Nazi angkatan perang Jerman hanya mearupakan mata pemotong yang tajam dari mesin perangnya didalam strategi totaliter mereka, operasi-operasi militer dan perang bukan merupakan langkah pertama yang dituduhkan pada musuh melainkan senjata terakhir yang sangat disanjung dan tak terelakan. Keyakinan Hitler akan ampuhnya penyerangan darat dapat mudah menghancurkan kekuatan musuh dilatar belakangi oleh latar belakang pendidikan militernya. Masuknya Hitler pada angkatan bersenjata Jerman khususnya angkatan darat dan pengalaman pada barisan depan, membuat kuatnya taktik strategi Blitzkriegs yang mengandalkan teror-teror dan juga perang dengan kendaraan lapis baja yang canggih dan berukuran besar. Karena dengan memperlihatkan kekuatan armada dengan ditonjolkannya kendaraankendaraan yang mampu mencerminkan sosok raksasa pemangsa manusia yang jahat dan kejam yang akan menghabiskan musuh-musuhnya dengan sekali telan. Penjelasan diatas diperkuat oleh Edwar Mead Earle (1943:407) dalam buku yang berjudul Makers Of Modern Strategy, mengatakan bahwa : Inti dari strategi Hitler dimasa damai maupun dimasa perang ialah dengan cara strategi teror. Untuk mencapai kekuasaan di Jerman ia memenangkan pertarungan untuk memenangkan jalan-jalan Raya....

16 Strategi Perang Menurut Dönitz Melihat kegigihan dan keberhasilan Dönitz sebagai pemimpin armada U- boat yang berhasil mencetak sebuah prestasi yang mengagumkan, penulis merasa perlu menjelaskan bagaimana latar belakang yang mempengaruhi taktik dan strategi yang akan ia gunakan pada pertempuran bawah laut melawan Inggris. merujuk pada teori penganjur kekuatan laut dari Alfred Thayer Mahan (Sumida, 1997), Doenitz selalu berupaya mengmbangkan kekuatan untuk mempersiapkan armada U-boat dalam pertempuran melawan Inggris. Sama halnya dengan latar belakang Hitler, taktik dan strategi Dönitz pun dipengaruhi oleh pemahaman dan pendidikan militernnya. Prestasi-prestasi Dönitz pada Kriegsmarines membuat persaingan antar petinggi angkatan bersenjata Jerman, yaitu Heinz Guderian (Macht Heer), Erich Raeder (Kriegsmarine) dan Herman Goring (Luftwaffe). Tidak hanya persaingan secara keras, kritik-kritik pedas tidak bisa dihindari oleh Dönitz yang bersikukuh ingin membuktikan bahwa kapal selam (U-boat) memiliki kemampuan yang luar biasa dalam melumpuhkan lawan, khususnya kekuatan super power AL Inggris. Pada pihak tank lapis baja yang dipimpin oleh Heinz Guderian telah menciptakan hasil yang luar biasa dalam menggempur dan menaklukan Polandia, Belanda, Belgia, Cekoslovakia, dan juga Perancis. Dukungan Hitler terhadap strategi Guderian sangat besar, sehingga proses penyerangan secara ofensif terus dilakukan hingga mencapai puncak kejayaan PD-II. Masa keemasan tidak hanya milik angkatan darat saja, angkatan udara pun tidak luput dari perebutan

17 78 perhatian sang Fuhrer. Angkatan udara menggoreskan prestasi yang gemilang pada pertempuran melawan Inggris (The Battle Of Britany), karena pasukan Luftwaffe dikenal dan ditekuti oleh pihak sekutu dengan pesawat Stuka. Dibalik prestasi-prestasi yang sudah diraih oleh AD dan AU Jerman, Dönitz mulai memperlihatkan diri dengan kemampuannya menciptakan taktik baru dan mampu menggantikan doktrin yang telah lama dipercaya. Salah satu prestasi yang paling cemerlang yang dihasilkan Dönitz yaitu suatu konsep taktik baru yang dikutip sebagai berikut : Sejak bulan November 1937 di kepala Dönitz sudah bersarang konsep baru mengenai tugas dan fungsi armada kapal selam Jerman sebagai sistem persenjataan yang efektif dan juga efisien untuk mengalahkan armada AL Inggris. Dengan konsep barunya itu, Dönitz ingin mengubah sudut pandang dan pemikiran kolot para petinggi AL Jerman selama ini yang kerap memandang sebelah mata potensi dan kemampuan kapal selam. Menurut Dönitz, kapal selam haruslah menjadi sebuah armada tersendiri yang terpisah dari armada kapal perang permukaan. Sama halnya seperti Jenderal Guderian yang menginginkan tank-tank Jerman menjadi satu kesatuan tersendiri yang terpisah dari unit infantri (Subiakto, 2010:209). Untuk memperkuat penjelasan diatas, Menurut Jhon Keegan Hamlyn (1977:74) dalam buku yang berjudul Encyclopedia Of World War II, menjelaskan bahwa Laksamana Karl Dönitz adalah seorang perwira angkatan laut yang disiplin dan penuh dedikasi pada Nazi (Hitler). Ia Seorang perwira Angkatan Laut kekaisaran, di mana ia ditugaskan pada tahun Dönitz diangkat menjadi kepala pelayanan kapal U-boat oleh Hitler pada tahun 1939, yang diarahkan sampai Januari Kemampuan dan pengalaman yang

18 79 dimiliki, menjadikan Dönitz sebagai perwira yang memiliki talenta dalam memimpin sebuah misi penyerangan. Pemikiran Dönitz yang peka terhadap potensi armada U-boat mengeluarkan sebuah argumen, bahwa kekuatan kapal-kapal tempur permukaan yang digambarkan bagaikan sosok raksasa tidak akan ada artinya dan tidak akan sanggup melawan serangan armada U-boat. Hasil pemikiran tersebut tidak hanya dipendam dalam lubuk hati, tetapi Dönitz aplikasikan pada taktik dan strategi yang ia kembangkan pada PD-II. Sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, sedikitnya Dönitz memainkan bagian penting dalam membangun dan merencanakan armada U-boat. Dalam rencananya Dönitz berkeyakinan bahwa Jerman akan mempekerjakan armada U-boat pada PD-II. Dönitz sangat menyadari bahaya dan kesulitan yang akan dihadapi U-boat dalam perang melawan Inggris. Setidaknya ia akan meminta bantuan dari Luftwaffe untuk membantu mengintai U-boat dalam memblokade kapal-kapal dagang dari serangan kapal perusak milik Sekutu. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Clair Blair (Schaeffer 2005) yang berjudul The U-boat Campaign, menyatakan bahwa bahwa : This conviction derived from a close study of Germany U-boat records, official and unofficial naval histories of World War I, and his own U- boat experiences. In his view, the small, primitive Imperial Navy U-boat force had come very close to imposing a warwinning blockade against Great Britain. Had Germany build large numbers of U-boats rather than big sgips for the High Seas Fleet, and had the Kaiser authorized unrestricted U-boat warfare in the first year of the war, Doenitz concluded, Germany could have achieved an early and decisive naval victory over the Allies. With proper organization and planning and

19 80 modern submarines and news tactics, he believed victory could be realized in the war he saw coming. Yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut : Keyakinan ini mengacu pada belajar dari dekat mengenai catatan U-boat German, baik secara resmi maupun tidak resmi mengnai sejarah angkatan laut pada PD-I, dan untuk pengalaman U-boat sendiri. Dalam pandangannya itu, berfikir dangkal dan primitif armada angkatan laut Kekaisaran telah datang sangat dekat dengan menerapkan suatu konsep kemenangan perang dengan memblokade Inggris Raya. Apakah Jerman membangun selumlah U-boat dalam ukuran besar daripada sebuah sgips besar untuk kelompok elit angkatan laut (kapal perang), dan memiliki wewenang terbatas dari Kaisar untuk kapal perang pada tahun-tahun pertama perang, Dönitz menyimpulkan bahwa, Jerman bisa mencapai kemenangan dengan armada angkatan lautnya pada dan akan menentukan jalannya situasi perang atasa Sekutu. Dengan perencanaan dan kapal selam berteknologi canggih serta taktik baru, Dönitz percaya dengan cara tersebut kemenangan bisa diwujudkan pada perang kali ini (PD-II) Perbandingan Gaya Kepemimpinan Antara Hitler dan Doenitz Pada hasil kajian interdisipliner melalui ilmu psikologi yaitu dengan teori Kepemimpinan ( KEPEMIMPINAN), maka akan diketahui bagaimana seorang Hitler mengolah keterampilan memimpin dan kharismanya supaya mendapat dukungan penuh dari para prajurit. Untuk memulai penilaian gaya kepemimpinannya penulis harus mengamati secara teliti bagaimana karakter Hitler pada setiap peristiwa sejarah yang telah dibukukan, hal tersebut dimulai dari serah riwat hidup Hitler. Hitler lahir pada 20 April 1889 di Braunau Am Inn Austria, ia dibesarkan oleh keluarga berkecukupan karena ayahnya adalah seorang pegawai bea cukai dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Hitler semenjak kecil tidak begitu menyukai ayahnya, karena sikap dan perilakunya sedikit

20 81 tegas. Ketika usia remaja Hitler mengalami kesulitan dalam pendidikannya, ia sosok siswa yang kurang menonjol dalam beberapa bidang, hanya saja impian terbesarnya ingin menjadi seorang seniman. Pada tahun 1913 Hitler pindah ke Munich. Disaring untuk layanan militer Austria pada Februari 1914, ia diklasifikasikan sebagai tidak layak karena semangat fisik yang kurang memadai, tetapi ketika Perang Dunia I pecah ia segera menawarkan diri untuk tentara Jerman dan bergabung dengan Bavaria ke-16 Resimen Infanteri cadangan. Ia melayani sepanjang perang, terluka pada bulan Oktober 1916, dan digas dua tahun kemudian. Dia dirawat di rumah sakit ketika konflik berakhir. Selama perang, dia terus menerus di garis depan sebagai seorang pelari markas; keberaniannya dalam aksi itu dihargai dengan Iron Cross, Kelas Kedua, pada bulan Desember 1914, dan Iron Cross, Kelas Pertama (hiasan langka untuk kopral), pada bulan Agustus Dia disambut dengan antusiasme perang, sebagai bantuan besar dari frustrasi dan tanpa tujuan hidup sipil. Dia menemukan disiplin dan persahabatan yang memuaskan dan dikonfirmasi pada keyakinannya dalam kebijakan heroik perang. Pada tahun 1920 ia dimasukkan ke dalam biaya propaganda partai dan meninggalkan tentara untuk mengabdikan dirinya untuk meningkatkan posisinya dalam partai, yang pada tahun itu berganti nama menjadi Nasional Deutsche Arbeiterpartei sozialistische (Nazi). Kondisi yang matang untuk pengembangan partai semacam itu ( Adolf Hitler ialah seorang jenius berdarah dingin yang memiliki idealisme yang kuat untuk mencapai sesuatu demi kejayaan bangsanya. Ia

21 82 seorang yang disiplin, tegas, memiliki visi dan misi yang kuat, berprinsip, tegas, dan juga tenang. Selain memiliki kelebihan yang luar biasa dalam menjunjung tinggi derajat Negara dan Bangsanya, kepribadian Hitler pun memiliki kelemahan yang mampu menbuat ia terpuruk. Bagaimanapun jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang menakjubkan pasti terselip sebuah kelemahan, dan kelemahan terbesar Hitler berasal dari dalam dirinya sendiri. Kelemahan Hitler yaitu sulitnya menerima saran ataupun kritik dari orangorang disekitarnya (Braunbeck, 1997:1). Sama halnya dengan gaya kepemimpinan Hitler, Dönitz pun memiliki karakteristik tersendiri jika sedang memimpin sebuah pasukan. Hasil dari studi literatur penulis mencoba mengamati bagaimana gambaran umum sebuah tokoh pada setiap buku-buku rujukan. Dengan demikian pengamatan dimulai dengan memaparkan secara singkat mengenai riwayat hidup Karl Dönitz. Laksaman Besar Karl Dönitz dilahirkan di Grunau, sebuah wilayah di Berlin, Jerman pada 16 september Karirnya dimulai sejak ia mendaftar sebagai kadet perwira AL Jerman (Seekadett) yang saat itu bernama Kaiserliche Marine (Imperial German Navy) pada usia 19 tahun. Pada tahun 1913 Dönitz lulus sebagai perwira AL dengan pangkat letnan dua laut (Leutnant zur See). Pada pecahnya Perang Dunia I, Doenitz ditempatkan di sebuah kapal penjelajah ringan Jerman yaitu kapal Breuslau yang bertugas di laut Mediterenia. Setelah mendaftar menjadi perwira angkatan laut Jerman, dan menjadi salah satu lulusan yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam

22 83 mengambil keputusan taktik dan strategi perang. Bakat Dönitz memang terlihat jelas saat menjalani pendidikan militernya. Ia memberikan banyak inovasiinovasi yang segar dan mampu menjadi tolok ukur kualitas suatu starategi. Keberanian Dönitz dalam menciptakan taktik dan strategi baru, yang pada saat itu angkatan bersenjata Jerman sangat mempercayai kekuatan tank-tank lapis baja, serta menganut paham yang dicetuskan oleh Afred T. Mahan. Doktrin tersebut pada intinya mempercayai kekuatan laut yang terdiri dari kapal-kapal perang permukaan, dan kapal selam hanyalah bagian dari unit pendukung serangan terhadap kapal perang musuh (Sumida, 1997). Pada tanggal 22 Maret Dönitz dipromosikan menjadi Letnan satu laut (Oberleutnant zur See), dan ia meminta izin untuk ditransfer ke kesatuan armada kapal selam Jerman. Dönitz kemudian mulai bertugas di kapal selam U-39 sebagai Perwira Pengamat Satu pada Oktober Ia baru dipercaya memimpin sebuah kapal saelam pada bulan Februari 1918, yaitu sebagai komamndan U-61 yang juga beroparasi di laut Mediterenia. Pada tanggal 4 Oktober 1918 kapal selam yang dipimpin oleh Dönitz berhasil ditenggelamkan oleh Sekutu, dan beruntung Dönitz berhasil selamat dan baru dibebaskan pada bulan Juli 1919, dan kembali ke Jerman pada tahun Perjuangan Dönitz tidak berhenti sampai disana, Dönitz pun melanjutkan karir angkatan lautnya dengan bergabung pada angkatan laut Jerman (Vorlaufige Reichsmarine), dan pada tanggal 10 januari 1921 ia pun diangkat menjadi kapten (Kapitanleutnant) di sebuah kapal motor torpedo. Kepemimpinan Dönitz pada kapal motor torpedo, melainkan karena pasca

23 84 Perang Dunia I, AL Jerman dilarang untuk memiliki dan mengoprasikan kembali armada U-boat oleh Sekutu, hal tersebut tertulis pada perjanjian Versailles tahun Pelarangan U-boat dalam kancah Perang Dunia II tidak lantas meruntuhkan semangat Dönitz untuk membuat gebrakan-gebrakan baru pada perang bawah laut. Perbandingan mengenai gaya kepemimpinan Hitler dan Dönitz adalah sama-sama didasari oleh teori kepemimpinan berdasarkan atribut pemimpin. Seperti halnya yang sudah dipaparkan pada bab dua mengenai teori kepemimpinan berdasarkan atribut pemimpin, penulis menyimpulkan kesamaan gaya kepemimpinan antara Hitler dan Dönitz berdasarkan pada aura kharismatik yang mereka miliki. Kharismatik itu sendiri muncul akibat dari sebuah atribusi dari proses interaktif antara pemimpin dan pengikut. Atributatribut kharisma tersebut diantaranya ialah, rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut. Jika diperhatikan secara seksama perbedaan antara Hitler dan Dönitz terletak pada bagaimana kedua pemimpin tersebut melakukan interaksi, melakukan perintah, dan menangani suatu masalah yang harus dihadapi. Sosok Hitler adalah seseorang yang ambisius, tenang, selalu teguh pada pendiriannya walaupun ia mengetahui bahwa hal tersebut keliru. Karakteristik itu lah yang membuat pemikiran/pandangan Hitler kurang begitu berkembang, dan menjadikan ketidaknyamanan bagi bawahannya. Sehingga banyak para jendral

24 85 yang kecewa, dan berupaya melakukan percobaan pembunuhan pada Hitler, dan dampak terburuk adalah berkurangnya rasa loyalitas para bawahan yang membuat angkatan bersenjata Jerman semakin terpuruk. Sedangkan Dönitz sosok seorang pemimpin cerdas, optimistis, tenang, suka mengambil resiko, dan suka mencoba hal-hal baru. Karakteristik tersebut memberikan pengaruh yang cukup baik pada PD-II dimana segalanya bisa terjadi secara tak terduga, dan juga ia harus bisa menyesuaikan taktik sesuai dengan situasi dan kondisi medan pertempuran. Contohnya pada misi U-47 yang dipimpin Gunther Prien yang diberi tugas berbahaya yaitu menembus benteng pertahanan Inggris di Scapa Flow, walaupun secara teori hal itu sulit di tembus oleh U-boat, tetapi komandan dan para awaknya bersedia dengan sepenuh hati menjalankan misi tersebut. Secara mengejutkan misi yang dipimpin Prien berhasil, dan hal itu berdampak langsung pada kepopuleran kepemimpinan Dönitz dimata dunia. Kharisma Dönitz tidak hanya membuat para prajurit patuh dan loyal pada dirinya, seorang pemimpi besar sekaliber Hitler pun mempercayai dan menyerahkan tahtanya kepada Dönitz untuk meneruskan kepemimpinannya hingga berakhirnya PD-II yang membuat trauma psikis yang sangat dalam Perbedaan Pandangan Antara Hitler dan Doenitz Mengenai Taktik U-boat Di Lautan Atlantik Pada sub bab ini merujuk pada teori strategi perang yang diyakini oleh Hitler dan Dönitz, yang telah disinggung pada bab dua dan diaplikasikan pada

25 86 taktik pertempuran melawan Inggris di lautan Atlantik. Masing-masing dari kedua teori tersebut akan mengarahkan materi pada anak subjudul ini. Sehingga akan mampu menggambarkan uraian materi dimana Hitler pada dasarnya menganut teori Libensraum. Pada dasarnya Libensraum merupakan sebuah pemahan tentang suatu justifikasi untuk menginvasi negara-nagara disekitarnya untuk kebutuhan sebuah negara yang ingin berkembang. Semua srtategi Hitler merujuk pada konsep Libensraum. Pada kekuatan darat yang juga dipengaruhi oleh Guderian, Hitler menggunakan taktik serangan secara cepat/kilat yang disebut Blitzkriegs (Waldman, 1997). Konsep Blitzkriegs yang dianut Hitler memang dipakai diberbagai angkatan bersenjata Jerman, mulai dari angkatan darat, angkatan udara, dan angkatan laut. Alasan Hitler sangat fanatik menggunakan taktik secara cepat tersebut disebabkan oleh efisiensi dari segi waktu dan biaya, Hitler menganggap bahwa akan terasa sangat sulit jika Jerman harus melalui peperangan dengan koalisi yang sangat besar (Sekutu) dalam jangka waktu panjang. Oleh karena itu untuk mencegah banyaknya gesekan pada lawan, maka Hitler melakukan serangan seminimal mungkin tetapi dapat hasil yang maksimal, fleksibel, dan cepat. Cara lain yang digunakan Hitler adalah, menghancurkan musuh melalui kelemahannya serta menyerang secara cepat dan mengejutkan agar kondisi psikologis musuh menurun. Masuknya Inggris pada PD-II membuat Hitler panik mempersiapkan taktik serangan, hal itu sangat wajar mengingat Hitler tidak mempunyai basic untuk pertempuran di laut. Pada awalnya Hitler memang takut untuk

26 87 menghadapi kekuatan AL Inggris yang begitu kuat dan besar. Hitler menyadari Jerman tidak akan mampu untuk menandingi Royal Navy dalam waktu singkat. Tetapi Hitler memiliki perwira-perwira yang dapat diandalkan untuk mencari solusi terbaik melawan kekuatan AL Inggris. Kedekatan Hitler dengan laksamana besar Erich Raeder selaku pemimpin Kriegsmarines, membuat pemahaman Hitler terbuka mengani kekuatan laut. Raeder secara intensif memberikan pengarahan dan penjelasan mengenai taktik kekuatan laut, sehingga pada akhirnya Hitler percaya bahwa jika Jerman ingin mengalahkan Inggris di lautan, maka Jerman harus menandingi kekuatan Royal Navy. Karena dengan semakin besarnya kapal yang dimiliki itu akan membuktikan betapa kuatnya Kriegsmarines dimata Inggris, dan Jerman berharap Inggris segera menyerah pada PD-II. Masuknya pemikiran Hitler mengenai taktik serangan pertempuran laut tidak lepas dari pengaruh konsep dasarnya Raeder. Konsepsi dari taktik yang dipahami Raeder lebih cenderung pada aspek kuantitas, dan tidak mengacu pada segi kualitas yang fungsional. Walaupun pertempuran laut adalah lebih kepada efisiensi waktu dan jumalah kerugian yang akan dirasakan Jerman, taktik Hitler tersebut adalah melakukan serangan dengan menggunakan kapalkapal tempur berukuran besar dan U-boat sebagai alat tambahan sekaligus cadangan jika mengalami keadaan darurat. Menurut Hitler U-boat belum pantas dipercaya untuk melakukan serangan secara mandiri karena ukuran yang jauh lebih kecil dari kapal-kapal tempur Inggris. Tetapi taktik Hitler tidak membuahkan hasil yang signifikan, melainkan hasil yang maksimal diperoleh

27 88 dari armada U-boat pimpinan Dönitz dengan taktik Wolfpack nya. Serangan menggunakan kapal-kapal tempur Jerman dilakukan secara individual untuk blokade kapal dagang Inggris dan menenggelamkannya. Taktik yang digunakan Hitler adalah taktik ofensif, tetapi tidak sepenuhnya ofensif. Karena kebanyakan serangan yang dilakukan kapal-kapal tempur permukaan Kriegsmarines dengan cara menunggu mangsanya datang, setelah jarak cukup memungkinkan barulah mendekat dan langsung menembakan torpedo kearah lawan. Sikap gaya pertempuran seperti itu tidak mewakilkan segi ofensif yang diperankan oleh Hitler pada angkatan darat, pertempuran di lautan memaksa Hitler untuk berpura-pura tegar dan berani. Pertempuran di lautan membuat Hitler kehilangan jatidirinya dalam segi konsep blitzkriegs nya, dimana ia sangat begitu yakin dan bersemangat melakukan serangan-serangan jalur darat dengan tank-tank lapis baja. Bagaimana tidak, pertempuran dengan cara duel sangat memudahkan Jerman untuk dikalahkan, hal tersebut dikarenakan kesalahan pada taktik yang digunakan. Seharusnya jika ada suatu konvoi yang akan melintas perairan Atlantik, maka kapal-kapal tempur Jerman segera berkumpul untuk mendiskusikan suatu formasi untuk memecahkan formasi lawan dan juga tanpa pandang bulu segera megnirimkan torpedo-torpedo hingga tidak ada satu kapal pun terlihat mengambang ( Howard, 2007). Berbeda halnya dengan Hitler, Dönitz memiliki pengalaman dan pengamatan secara intensif kepada kelemahan-kelemahan Inggris yang nantinya akan digunakan sebagai senjata pada pertempuran di lautan Atlantik Taktik yang digunakan Dönitz mengacu pada teori kekuatan laut

28 89 Alfred Thayer Mahan dan Liddle Hart, tetapi Dönitz mengembangkan teori tersebut dan mengaplikasikannya kepada armada U-boat. Fungsi U-boat menurut Dönitz adalah menjadi peran utama dalam blokade Inggris di lautan Atlantik dengan cara menyerang konvoi kapal-kapal dagang Inggris dengan formasi tertentu, untuk memudahkan proses kerjasama team. Prestasi armada U-boat dengan taktik Wolfpack menoreh banyak hasil yang memuaskan Hitler di awal PD-II. Hal itu manjadikan satu-satunya alasan utama Dönitz untuk terus mengupayakan produksi dan pengembangan armada U-boat (Lemons, 2003). Taktik yang digunakan Hitler tidak sepenuhnya gagal secara keseluruhan. Walaupun tidak maksimal dalam menambah jumlah tonase kapal-kapal dagang yang berhasil ditenggelamkan, tetapi perubahan pandangannya mengenai kekuatan laut akan sangat berpengaruh pada dukungannya terhadap U-boat dan akan menghasilkan kolaborasi yang brilian antara taktik wolfpack dengan konsep blitzkriegs. Penggabungkan dua konsep jadi satu (wolfpack dan blitzkriegs) pada taktik pertempuran bawah laut, mengantarkan U-boat kepada puncak kejayaan yang sesungguhnya Jalannya Blokade Inggris Di Lautan Atlantik Tahun Letak Geografis Inggris Raya Ditinjau Dari Segi Geopolitik Pada subjudul ini dengan mengunakan kajian interdispliner pada ilmu politik (geopolitik) yang akan menjelaskan tentang arti penting dari sebuah geopolitik yang berpengaruh pada taktik dan strategi sebuah negara. Teori

29 90 geopolitik menurut Alfred Thayer Mahan, pada dasarnya mendukung keberhasilan suatu negara berdasarkan memanfaatkan letak geografis negara secara alamiah, dan juga dapat dimanfaatkan bagi petinggi-petinggi militer maupun para petinggi politik. Merujuk pada konsep blokade yang penulis pinjam dari ilmu politik dan telah dijelaskan pada bab dua, bahwa penyergapan kapal-kapal dagang milik musuh akan membuat negara tersebut menjadi kollapse, dan jika sebuah negara mengalami kollapse maka akan mengacaukan seluruh sistem (ekonomi, sosial, politik, dan militer). Konsep blokade yang diterapkan pada subjudul ini adalah tentang bagaimana taktik penyerangan guna mempermudah blokade terhadap kapal-kapal dagang milik Inggris. Sama halnya dengan konsep blokade, taktik Wolfpack yang diterapkan Dönitz pada pertempuran laut pada PD-II merupakan konsep pengembangan dari blokade. Berdasarkan letak geografisnya Inggris berada pada posisi yang sangat strategis di sekitar daratan Eropa. Inggris dikelilingi oleh lautan yang besar dan dapat dijadikan suatu pertahanan yang dapat menimimalisir penyeranang yang dilakukan musuh. Maka dari itu Inggris berusaha memperkuat kekuatan dan kedudukannya di laut, dengan melatih dan mengembangkan armada angkatan lautnya. Berdasarkan letak geografisnya, maka Inggris Raya menganut Teori Geopolitik Kekuatan Laut menurut Alfred Thayer Mahan dan Liddle Hart, yang sudah dijelaskan pada bab dua. Imam Hidayat dan Mardiyono dalam skripsi Fauzi Fahri (2010) menulis :

30 91 Inggris berdasarkan geopolitiknya pada posisi kekuatan dan kekuasaan negara-negara di sekitar daratan Eropa. Oleh karena negara Inggris dikelilingi oleh lautan yang besar, maka Inggris berusaha memperkuat kedudukannya di laut. Dan untuk mencegah agar jangan sampai di daratan Eropa ada kekuatan yang mengimbangi, maka Inggris selalu berusaha untuk menjalankan politik perimbangan kekuasaannya/kekuatannya di Eropa. Dengan demikian Inggris tetap menjaga stamina kekuasaannnya di Eropa dan dunia. Sejak dahulu dengan kekuatan armada angkatan lautnya Inggris mampu menjelma menjadi negara yang terkenal dengan kekuatan Royal Navy. Faktor keuntungan secara alamiah, adalah letak geografis Inggris yang merupakan negara kepulauan, dan terpisah dari daratan utama Eropa. Inggris berada di sebelah barat Perancis, dipisahkan oleh selat Channel. Selat yang memisahkan daratan Eropa dengan Inggris menjadi halangan yang cukup berati bagi kekuatan angkatan laut Jerman, keuntungan lain ialah cuaca di selat tersebut seringkali tidak menguntungkan bagi musuh. Penjelasan diatas diperkuat oleh Liddle Hart dalam skripsi Fauzi Fahri (2010:47), mengatakan bahwa : Another German handicap was the weather, and that in a double sense : The Weather over the English Channel was often unfavourable for the attacking side, and as it usually came from the west, the British usually knew about it first. The German had broken the cipher of the British radio meteorological reports from the Atlantic, but they profited little from it, and often caught out. (Hambatan lain yang dimiliki oleh Jerman adalah cuaca, dan ini dalam dua hal : cuaca di atas Selat Channel (Inggris) seringkali tidak mendukung bagi pihak penyerang, da biasana muncul dari sebelah barat, serta Inggris biasanya mengetahui hal ini lebih dulu. Jerman telah memecahkan kode laporan meteorologi dari radio Inggris dari Atlantik, tapi Jerman tidak bisa banyak memanfaatkannya).

31 92 Sedangkan bagi Jerman yang letak geografisnya berada di daratan Eropa, menjadikan arah pergerakannya menjadi terbatas. Karena sempitnya ruang gerak tersebut dan banyaknya negar-negara yang ada, sulit bagi negara-negara yang berada di daratan Eropa menjaga stabilitas negaranya dalam segi kesejahteraan dan keamanan. Pertempuran Atlantik adalah perjuangan untuk kontrol Atlantik Utara selama Perang Dunia II. Bahkan dimasa damai Inggris harus selalu mengimpor bahan-bahan kebutuhan pokok, hal ini menjadikan betapa pentingnya akan keberadaan jalur laut. Untuk mempertahankan upaya perang Inggris memerlukan pengiriman barang-barang penting (keperluan militer) dari Sekutu untuk keperluan perang, satu-satunya cara instan untuk mendapatkan bahan tersebut yaitu dengan pengiriman jalur laut. Dan jika Jerman berhasil memblokade pasokan-pasokan dari Sekutu kepada Inggris, maka dengan sendirinya kekuatan Inggris akan runtuh. Senjata utama Jerman untuk memutuskan aliran suplai ini tertumpu pada armada U-boat. Beruntung kala itu Kriegsramarines memiliki seorang Karl Dönitz. Mantan komadan kapal selam selama PD-I itu tahu betul cara paling ampuh untuk menekan Inggris tanpa harus menggelar operasi militer besar-besaran. Tidak hanya sekedar teori umum belaka, ia bahkan menjabarkan hingga ke detail taktik pertempuran laut yang seharusnya dilakukan. Taktik penyergapan kapal Sekutu dengan kapal selam ini lazim dinamai Wolfpack.

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat tiga hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai U-boat pasti akan berkaitan dengan suatu konsep

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai U-boat pasti akan berkaitan dengan suatu konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai U-boat pasti akan berkaitan dengan suatu konsep perang yang didalamnya menyangkut taktik, dan strategi perang, serta konflik intern antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Bagian ini merupakan bagian yang membahas kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan intisari jawaban pada Bab IV yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka ini mengemukakan sumber-sumber yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan kepustakaan dikembangkan melalui penelaahan secara mendalam terhadap

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari sebuah kajian skripsi dengan judul PERANAN ADOLF HITLER DALAM PERKEMBANGAN SCHUTZSTAFFEL (1925-1945): Suatu Perspektif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi yang berjudul Blokade Ekonomi Napoleon Bonaparte dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

Devi Tirttawirya FIK UNY 1

Devi Tirttawirya FIK UNY 1 Devi Tirttawirya FIK UNY 1 BUILDING A WINNING TEAM Devi Tirtawirya Pendahuluan Tim adalah sebuah kumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan pemikiran yang sama untuk mewujudkan suatu gagasan atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sejarah, aktor merupakan figur yang penting, baik sebagai individu, maupun sebagai partisipan dalam kelompok atau masyarakat. Secara kolektif, masyarakat

Lebih terperinci

jumlah tentara FFL jauh lebih kecil dari jumlah tentara Sekutu dan tidak memadai untuk membebaskan Paris tanpa bantuan Sekutu.

jumlah tentara FFL jauh lebih kecil dari jumlah tentara Sekutu dan tidak memadai untuk membebaskan Paris tanpa bantuan Sekutu. BAB 5 KESIMPULAN Pembebasan Prancis merupakan sebuah proses yang terdiri dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah penyerangan ke Normandie yang memungkinkan Sekutu mendirikan pangkalan untuk mengatur pembebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya

BAB I PENGANTAR. Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya peran logistik perbekalan. Salah satu gambaran tentang peran perbekalan dapat dilihat dalam perang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

BAB III PERANG DUNIA II

BAB III PERANG DUNIA II Page1 BAB III PERANG DUNIA II I. Sebab Tidak Langsung 1. Lahirnya negara totalitarian Nazisme Jerman (Adolf Hitler), Fasisme Italia (Benito Mussolini) dan Militerisme 2. Munculnya chauvinisme (nasionalisme

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2 1. Negara-negara yang tergabung dalam blok fasis adalah... Jerman, Jepang, dan Italia Jerman, Jepang, dan Inggris Jepang, Italia, dan Uni Soviet Jerman, Hungaria, dan Amerika Serikat SMP kelas 9 - SEJARAH

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

Muhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif

Muhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif Muhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Dicky C.P, dan Nurlyta Hafiyah Sekiranya ada keputusan wapres (kepwapres), tentu semua kebijakan sudah saya ambil sehingga

Lebih terperinci

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Nama: ika Putri k Nim: 09.11.2577 Kelas: S1 TI 01 PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Pada suatu hari terjadi perang antara rakyat Indonesia dengan Malaysia dikarenakan Malaysia sering kali merebut wilayah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Proses Perjuangan Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam ruang dan waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian

Lebih terperinci

PANZERKORPS Divisi Lapis Baja Jerman ( )

PANZERKORPS Divisi Lapis Baja Jerman ( ) PRASETYA RAMADHAN, S.Si PANZERKORPS Divisi Lapis Baja Jerman (1939 1945) Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com PANZERKORPS Divisi Lapis Baja Jerman (1939-1945) Oleh: Prasetya Ramadhan Copyright

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini sumber-sumber literatur tentang sejarah Perang Dunia II (1939-1945) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

Lebih terperinci

Buat Lima Prosedur Ini Bekerja bagi Anda

Buat Lima Prosedur Ini Bekerja bagi Anda 2 Buat Lima Prosedur Ini Bekerja bagi Anda 1. Tindakan menyembuhkan ketakutan. Kurung ketakutan Anda da kemudian ambil tindakan konstruktif. Tidak adanya tindakan tidak melakukan apapun terhadap situasi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai agama semitik yang diturunkan terakhir, Islam tidak hanya sempurna ditinjau dari segi ajarannya saja, akan tetapi pada masa-masa awal sejarah penyebarannya,

Lebih terperinci

Perkebunan produktif di lereng pegunungan

Perkebunan produktif di lereng pegunungan Khofiffah Mudjiono: Perkebunan produktif di lereng pegunungan Bayangkan anda tengah berada di lereng pegunungan. Sejauh mata anda memandang, terlihat hamparan perkebunan berbagai komoditas. Mungkin teh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang India merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947. Kemerdekaan India diperjuangkan melalui perlawanan fisik maupun perlawanan non fisik. Perlawanan fisik di India salah satunya

Lebih terperinci

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Muncul dari kalangan perwira militer, Prijanto adalah sosok yang sebelumnya tidak

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN 3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN Semua organisasi organisasi yang terlibat dalam kegiatan nuklir jelas memiliki perhatian yang sama terhadap pemeliharaan dan peningkatan keselamatan. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

center of gravity (cog)

center of gravity (cog) center of gravity (cog) 1. Pendahuluan Dalam teori militer maupun teori perang, dikenal apa yang disebut Center Of Gravity seperti apa yang dikembangkan oleh Sun Tzu dan Carl Von Clausewitz dua orang pemikir

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI L1 LAMPIRAN Hasil wawancara Person Purnawirawan TNI Tanggal wawancara 31 Oktober 2012 Jam wawancara 12.00-13.00 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana struktur organisasinya?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peristiwa Perang Sipil Spanyol (Spanish Civil War) yang terjadi pada tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi sesaat sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Harry Rizki Utami, 2013

BAB V KESIMPULAN Harry Rizki Utami, 2013 BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis dari bab IV. Berdasarkan tiga rumusan masalah yang terdapat di bab I tersebut,

Lebih terperinci

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok Sebagaimana telah diutarakan, bahwa hubungan interpersonal yang cukup lama dapat meninggalkan kesan-kesan yang mendalam terhadap sesama anggota kelompok dan juga

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MODUL 3 MEMPENGARUHI & MEMBANGUN TEAM A. SUB POKOK BAHASAN Komunikasi Efektif untuk Mempengaruhi dan Membangun Team B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II 1.1 Latar Belakang Masalah Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

KEKUATAN AFIRMASI. By J. Donald Walters

KEKUATAN AFIRMASI. By J. Donald Walters KEKUATAN AFIRMASI By J. Donald Walters Dimasa lalu, ketika saya masih berumur dua puluh tahun, saya terbiasa menghabiskan sebungkus rokok atau lebih setiap hari. Beberapa saat sebelum saya menginjak dua

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Cerita Pagi Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Hasan Kurniawan Minggu, 23 Oktober 2016 05:05 WIB http://daerah.sindonews.com/read/1149282/29/dokumen-supardjo-mengungkap-kegagalan-gerakan-30-september-1965-1477110699

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi berjudul Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939). Kesimpulan ini merujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa invasi Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa invasi Jerman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa invasi Jerman terhadap Perancis melalui Ardennes pada tahun 1940 merupakan kejadian tunggal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perang Dunia II merupakan perang yang didominasi oleh penggunaan taktik perang modern menyangkut strategi, senjata dan peralatan tempur lainnya. Selain itu, pada Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bermula dari para pendatang dari Eropa yang bermukim di Amerika utara sejak abad ke-16, bangsa Amerika menjadi sebuah bangsa baru yang lahir dalam suatu

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2 + Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2 + Revolusi Amerika Revolusi Amerika dikenal sebagai Perang Kemerdekaan Amerika Merupakan perang kemerdekaan Amerika untuk

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta No.1957, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Jabatan ASN. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PRAJURIT

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS MORAL INTELLIGENCE Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah organisasi apapun bentuknya membutuhkan pegawai yang paling ideal untuk mendukung terciptanya pencapaian tujuan organisasi. Pegawai sebagai Man Power

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MELATIH. Hedi Ardiyanto Hermawan

DASAR-DASAR MELATIH. Hedi Ardiyanto Hermawan DASAR-DASAR MELATIH Hedi Ardiyanto Hermawan PELATIH? Pelatih adalah seseorang yang memberikan latihan keterampilan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelatih olahraga adalah seseorang yang memberikan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kerajaan Aceh, pernah melahirkan seorang Laksamana wanita, bernama Keumalahayati yang namanya dikenal tidak saja dalam literatur Indonesia, melainkan juga dalam

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia; PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1949 TENTANG DISIPLIN TENTARA UNTUK SELURUHNYA ANGKATAN PERANG. PRESIDEN, Menimbang Mengingat : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia; PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1949 NO. 24 (24/1949) TENTARA. DISIPLIN. Peraturan tentang Disiplin Tentara untuk seluruhnya Angkatan Perang Republik Indonesia. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Pengantar Wawasan Nusantara

Pengantar Wawasan Nusantara Pengantar Wawasan Nusantara A. Pendahuluan Upaya pemerintah dan rakyat menyelenggarakan kehidupannya memerlukan suatu konsepsi yang berupa wawasan nasional yang dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci