BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka ini mengemukakan sumber-sumber yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan kepustakaan dikembangkan melalui penelaahan secara mendalam terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian yang akan dikaji. Sumber-sumber yang diperoleh penulis dalam menyusun skripsi ini berupa tulisan ilmiah para ahli sejarah dan ahli dalam bidang kemiliteran yang disusun dalam bentuk buku yang berkaitan dengan kajian yang dibahas yaitu tentang sejarah perang dan militer yang mencakup taktik, strategi, dan gaya kepemimpinan para petinggi militer (secara psikologis). Sumber-sumber literatur yang didapatkan oleh penulis dalam tahap pencarian dan pengumpulan sumber sejarah memuat data-data mengenai Blokade Jerman terhadap Inggris di Lautan Atlantik. Diantaranya adalah penelitian-penelitian sejenis yang di dalamnya memuat penelitian-penelitian yang mengkaji mengenai perbedaan strategi dua petinggi angkatan bersenjata Jerman (Kriegsmarines) antara Adolf Hitler dengan Karl Dönitz yang berdampak pada pasang surutnya dukungan terhadap pengembangan dan juga menjadi salah satu gagalnya armada U-boat dalam blokade Inggris di lautan Atlantik pada PD-II ( ). Literatur yang mengkaji mengenai perbedaan cara pandang antara Hitler dan Dönitz yang mengakibatkan pasang surutnya dukungan terhadap armada U-boat ini banyak menggunakan buku-buku dari politik dan militer contohnya adalah buku yang berjudul Geografi Politik 19

2 20 karya Sri Hayati dan Ahmad Yani (2007), buku karya Gorgon Williamson (2002) yang berjudul Wolf Pack The Story Of U-boat In World War II, buku yang berjudul U-boat The Battle Of Atlantic karya Ari Subiakto (2010), buku yang berjudul The Theory and Practice of War karya Michael Howard (1965), buku karya Ladislas Farago (1942) yang berjudul The Axis Grand Strategy, buku Margaret Tuttle Sprout dalam Edwar Mead Earle (1943) yang berjudul Alfred Thayer Mahan : Pengandjur Kekuatan Laut, Doktrin Kontinental Tentang Kekuatan Laut karya Theodore Ropp (Edwar Maed Earle, 1943). Penulis mengklasifikasikan sumber buku yang dimiliki ke dalam beberapa penelitian yang berbeda. Pemaparan tinjauan kepustakaan ini terbagi ke dalam beberapa sub bab. Sub bab ini merupakan konsep-konsep yang diambil dari Ilmu Politik dan Militer. Pertama, mengenai konsep taktik dan strategi perang Jerman Kedua, blokade Jerman terhadap Inggis dilautan Atlantik tahun Sedangkan untuk tijauan teori, penulis menggunakan teori Perang, konsepkonsep taktik dan strategi militer yang nanti akan memaparkan taktik dan strategi dari Clausewitz, Liddell Hart, dan yang terakhir teori Geopolitik dari Alfred Thayer Mahan yang akan dibahas setelah tinjauan pustaka Tinjauan Pustaka Konsep Taktik dan Strategi Perang Jerman Perang menurut Clausewitz taktik perang ialah teori mengenai penggunaan kekuatan-kekuatan militer dalam pertempuran, sedangkan strategi ialah teori mengenai penggunaan pertempuran untuk tujuan perang. perang merupakan

3 21 sarana untuk mencapai tujuan politik, disamping perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari konflik politik yang menggunakan cara lain (Hamim, 2009). Pelaksanaan perang itu sendiri bisa dilihat dari tiga sudut pandang hirarkhis, yaitu tataran strategis, operasional dan taktis. Pada tataran strategis, perang harus dilihat sebagai sebuah permasalahan yang merupakan bagian dari hal-hal yang mengikuti proses hubungan antar negara. Pada tataran ini juga perang harus dilihat sebagai sebuah hal yang sangat komplek, karena melibatkan banyak unsur didalamnya, bahkan bisa dikatakan semua komponen suatu bangsa bisa di gerakkan dalam rangka perang. Pada tataran operasional, perang bisa dilihat dari aspek pengerahan kekuatan militer. Dalam hal ini perang harus didasarkan pada perencanaan dan perhitungan yang tepat untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tataran taktis dari perang lebih banyak membahas bagaimana pasukan di medan pertempuran bertempur dengan cara-cara tertentu untuk mencapai kemenangan militer. Perang Dunia II yang melibatkan hampir sebagian besar negara di Eropa, salah satunya Jerman dan Inggris. Sebuah konsep Blitzkriegs digunakan untuk menyerang Polandia dan negara-negara sekitarnya, dengan alasan ingin membuktikan kepiawaian angkatan militer serta membalas rasa sakit yang diderita pada PD-I. Jerman melakukan serangan secara cepat diwaktu lawan sedang lengah merupakan kondisi ideal untuk melakukan penyerangan. Konsep Blitzkriegs yang dikembangan oleh angkatan darat (unit Panzer) yang nantinya akan meluas ke angkatan udara dan angkatan laut (armada U-boat). Hitler sebagai pemimpin tertinggi angkatan bersenjata Jerman sangat mengagumi konsep Blitzkriegs, keberhasilan dan juga kemenangan angkatan darat (unit Panzer) menjadikannya

4 22 salah-satu armada andalan pada PD-II. Tetapi kekuatan armada Panzer tidak cocok digunakan dalam penyerangan terhadap Inggris. Dilihat dari letak geografis Inggris merupakan suatu negara kepulauan, dimana kekuatan militernya berada pada angkatan laut. Faktor tersebut menjadi alasan mengapa Dönitz sebagai salah satu perwira angkatan laut Jerman yang menginginkan armada U-boat menjadi ujung tombak pertempuran melawan Inggris di lautan atlantik. Di dalam perang salah satu faktor pendukung yang paling kuat adalah dukungan politik dari negara tersebut (Farago, 1942: 13-14). Selain faktor politik ada 3 hal utama dalam yang harus dipahami dalam perang, diantaranya: 1. Perang berguna untuk mengalahkan dan menaklukan musuh, 2. Perang berguna untuk memiliki material-material yang berguna dan didapatkan dari tentara-tentara musuh, 3. Perang juga bisa untuk memenangkan opini publik, maksudnya negara pemengan perang bebas melakukan rekayasa data dan fakta tentang peristiwa yang terjadi sehingga dapat menimbulkan efek yang sangat merugikan bagi negara lawan, dan tidak hanya itu opini publik bisa menjadi sumber kekuatan dari negara-negara yang tidak terikat pada peperangan untuk membantu baik segi moril maupun materil. Pada perang modern teknologi perang menjadi satu-satunya elemen penting bagi sebuah negara disaat melakukan perang. Karena dengan adanya suatu inovasi teknologi militer maka suatu negara akan semakin mudah dalam melakukan penyerangan-penyerangan terhadap negara lawan. Dengan berkembangnya ilmu dan pengetahuan yang semakin pesat, maka negara-negara yang terlibat perang akan semaksimal mungkin untuk mengembangkan teknologi kelengkapan militer

5 23 yang mereka punya (Haryati, 2007: 130). Negara Jerman salah satu negara yang banyak menciptakan penemuan-penemuan dan juga teknologi canggih (pada jamannya) di bidang militer. Demi menciptakan subuah kemenangan melawan Inggris, angkatang laut Jerman secara terus-menerus melakukan pengembanganpengembangan pada armada U-boat. Walaupun keberadaanya tidak terlalu diperhatikan oleh Hitler, Dönitz selaku perwira armada U-boat terus meyakinkan Hitler dengan cara menciptakan teknologi dan taktik U-boat dalam melakukan operasi di lautan atlantik. Pendapat diatas dikuatkan oleh pendapat Theodore Ropp dalam Alfred Thayer Mahan : Pengandjur Kekuatan Laut (Earle, 1943: ) yang menyatakan bahwa teori-teori dari ahli strategi perang laut yaitu Alfred Thayer Mahan (Mahan). Mahan mengatakan bahwa strategi angkatan laut dan kekuataan laut bergantung kepada beberapa faktor alamiah (seperti kedudukan insuler danatau kontinental kedudukan suatu bangsa) dan oleh politik-politik nasional meliputi angkatan laut, perniagaan, dan pangkalan-pangkalan di luar negeri. Taktik sebagai suatu keahlian didalam menggunakan senjata-senjata dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman. Lebih jauh Mahan memaparkan enam faktor kekuatan laut diantaranya : letak geografis, bentuk permukaan bumi, penduduk, luas wilayah, karakter bangsa, dan lembaga-lembaga pemerintahan. Penjelasan tersebut sama halnya dengan pemikiran Dönitz, karena jika melihat salah satu faktor yang mendukung kekuatan laut ialah letak geografisnya. Inggris Raya merupakan suatu negara kepulauan yang sebagian kekuatannya terpusat di laut, maka dari itu hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan

6 24 membentuk kekuatan angkatan laut yang bisa menandingi angkatan laut Inggris. Selain faktor letak geografis Jerman mempunyai teknologi dan semangat nasionalisme yang kuat, meskipun kekuatan angkatan laut Jerman unggul dalam armada U-boat tetapi jumlah dan kapasitasnya masih kurang maksimal pada saat pertempuran. Sehingga satu-satunya alat yang bisa membangkitkan kekuatan militer Jerman adalah dengan semangat nasionalisme, selain berupaya untuk memperoleh kepercayaan penuh dari Hitler untuk membangun kekuata armada U- boat Dönitz juga selalu memberikan nasihat yang bersifat menyemangati bawahannya. Senada dengan pendapat Margaret Tuttle Sprout, Edwar Mead Earle dalam buku Makers Of Modern Strategy (1942 : ) juga menyatakan bahwa Hitler sebagai pemimpin tertinggi angkatan bersenjata juga sekaligus pemimpin negara menginginkan Jerman menjadi negara militer nomor 1 didunia. Berikut pemikiran Hitler yaitu :...Pendeknya, Blitzkriegs itu sesuai sekali bagi manusia berwatak seperti Hitler. Ukuran pendemokrasian yang dimasukan Hitler kedalam angkatan darat menyebabkan antara lain, ukuran kompetisi yang sangat baik dikalangan perwira-perwira. Tetapi diatas segalanya, ialah kemauan yang memimpin, kekuasaan yang terpusat dan daya dorong yang disumbangkan oleh Hitler kepada seluruh angkatan bersenjata Jerman didalam semua tingakatan level armada alat tempur. Kesatuan, kepintaran, dan keberanian pimpinan tertinggi dipusatkan dan diwujudkan di dalam diri Hitler, yang kekuasaan-kekuasaan totaliternya menjamin koordinasi yang sempurna dari semua angkatan bersenjata yang dipandang esensiil untuk sukses dalam perang modern (1943 : 402). Naiknya Hitler menjadi pemimpin tertinggi angkatan bersenjata Jerman, menbuat semua aspek mengenai strategi, taktik, dan konsep perang semakin terencana dengan baik. Koordinasi antara para perwira baik angkatan darat,

7 25 angkatan udara, dan angkatan laut terjalin sangat erat. Konsep Blitzkriegzs merupak konsep yang paling diandalkan oleh Hitler pada akhirnya menyebar keseluruh kesatuan angkatan bersenjata. Dönitz pun sebagai perwira Kriegzmarines mendapat pengaruh besar dari konsep Blitzkriegs, sehingga terciptalah sebuah konsep penyerangan secara cepat yang digunakan U-boat dalam misi blokade terhadap Inggris. Konsep tersebut lebih dikenal dengan taktik Wolf Pack, taktik ini merupakan upaya blokade Inggris yang berpadu dengan kombinasi formasi tertentu, untuk melakukan serangan cepat secara mendadak dikala lawan sedang lengah yang disempurnakan oleh teknologi dan teknik para awak dari U-boat itu sendiri. Untuk memperkuat penjelasan Margaret Tuttle Sprout dan Edwar Mead Earle, penulis menggunakan buku yang berjudul The U-boat Penebar Maut Di Atlantik karya (2010: 1-6) Dody Aviantara yang menyatakan bahwa dalam pengembangan U-boat tidak bisa luput dari suatu upaya Kriegsmarines untuk membangun kekuatan armada kapal selam miliknya yang pernah berjaya pada PD-I. Untuk mengelabui perjanjian Versailles, para ahli kapal selam Jerman menerapkan semua kemampuan rancang bangun yang dimilikinya untuk diperdagangkan kepada negara lain (1930-an). Dari saat itulah Jerman sangat konsen pada disain serta banyak melakukan eksperimen-eksperimen pada kemampuan mesin dan senjata U-boat. Dalam PD-II Kriegsmarines telah mengembangkan suatu teknologi canggih pada armada U-boat. Jauh sebelum pecahnya PD-II Jerman secara sembunyi-sembunyi sudah mengembangkan dan memproduksi U-boat, karena U-boatlah satu-satunya senjata yang ditakuti oleh

8 26 Sekutu. U-boat ditakuti tidak hanya dari sisi teknologinya saja melainkan banyak faktor-faktor lain yang mendukung keberhasilan U-boat dalam membaitai ratusan kapal-kapal milik sekutu (Inggris khususnya). Faktor lain yang menunjang kekuatan U-boat antara lain yaitu; 1. Kemampuan secara teknik, 2. Misi tempur, 3. Taktik tempur. Ketiga faktor tersebut berpadu dengan teknologi yang dimiliki Jerman menjadi salah-satu andalan Kriegsmarines dalam PD-II Blokade Jerman Terhadap Inggris Di Lautan Atlantik Blokade Jerman pada tahun adalah suatu usaha Kriegzmarines untuk mengepung serta menutup suatu daerah/negara, sehingga berdampak sangat merugikan bagi negara yang diblokade. Dalam buku yang berjudul Wolf Pack : The Story Of The U-boat In World War II karya karya Gordon Williamson (2002) menyatakan bahwa taktik wolf pack merupakan salah satu pengambangan Blitzkriegs dalam bidang taktik penyerangan. Cara kerja taktik wolf pack ini hampir sama dengan konsep blokade, yang pada dasarnya menghalangi dan mengenggelamkan kapal-kapal lawan (Inggris) demi suatu kepentingan. Diperkuat dengan pendapat Ari Subiakto dalam bukunya yang berjudul U- boat The Battle Of Atlantic (2002: 15) bahwa sebuah kerja keras dan pemikiran yang cerdas dari Doenitz menjadikan dirinya sebagai pencetus doktrin taktik dan strategi pada The Battle Of Atlantic, yaitu dengan mengembangkan metode wolf pack atau Rudeltaktik yang dalam bahas Jermannya. Taktik yang telah dirumuskan oleh Dönitz ini pada dasarnnya sangat jauh berbeda dengan taktik tradisional mengenai penggunaan U-boat dalam pertempuran yang umumnya beroparasi sendirian. Berikut penjelasan mengenai pelaksanaan taktik wolf pack :

9 27 Teori singkatnya adalah, apabila sebuah U-boat yang tengah brkeliaran di Samudra Atlantik menjumpai konvoi kapal dagang sekutu di tengah laut, maka U-boat tersebut diwajibkan melaporkan hasil temuannya itu lewat radio ke pihak BdU (Befehlshaber der U-boote) atau panglima armada U- boat. U-boat penemu atau pelapor itu disebut Shadower dan tidak diperkenankan untuk langsung menyerang, melainkan hanya sebagai pengintai atau penguntit sambil tetap menjaga jarak dari deteksi kapal perang yang mengawal konvoi, sampai pihak BdU mengkoordinasikan serang dengan menghubungi sejumlah U-boat lain yang berada paling dekat dengan target sasaran dan memandunya untuk segera menuju kesana (2002 : 16) Tinjauan Teori Teori Kepemimpinan Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu:pemimpin sebagai subjek, dan.yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidakakan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.

10 Kepemimpinan Menurut Teori Sifat Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory) Studi-studi mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat/ciri telah dilakukan, namun sifat-sifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin ( Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory) Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory) Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan (

11 Kepemimpinan Berdasarkan Atribut Pemimpin Menurut Kelly dan Micella Kepemimpinan Kharismatik Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi ( Teori Geopolitik Geopolitik merupakan suatu teori yang memahami suatu kondisi secara fisik geografis yang berpengaruh pada landasan bagi kehidupan sosial, ekonomi, politik suatu bangsa. Karena geopolitik merupakan jaminan kelangsungan hidup negara, adanya rasa persatuan, dan kesatuan nasional banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat dan kondisi wilayah teritorial bangsa. Ruang lingkup kajian geografi politik hanya ada tiga pokok, yaitu mengkaji tentang Environmental Relationships, National Power, dan Political Region. Environmental Relationships menekankan pada studi perbedaan dan

12 30 keanekaragaman wilayah negara dan pendudukanya di muka bumi. National Power, yaitu menekankan kepada kekuasaan negara. Political Region menekankan kepada hal-hal yang bersifat teoritis seperti dasar tujuan, dan ruang lingkup geografi politik dan pengorganisasian keruangan. Sedangkan lokasi, luas, bentuk wilayah, keadaan iklim, dan topografi sertapotensi sumber-sumber alamnya mempengaruhi kebijakan strategi dan power, struktur ekonomi dan penyebaran penduduk, dan pola pengembangan pertahanan dan keamanan kekuatan nasional (Sri Hayati, 2007 ). Sedangkan menurut Kamus Politik (Marbun, 2007), Geopolitik ajaran yang berpendapat bahwa politik yang dijalankan suatu negara bertalian erat dengan sifat-sifat geografis daerah yang didiaminya. Istilah geopolitik pertama kali dipakai seorang Swedia yang bernama Kjellen, ia hendak menghubungkan soal politik dengan ilmu bumi dalam satu tinjauan yang sistematis dan bersifat ilmu pengetahuan. Dalam prakteknya, pengetahuan ini sering dijadikan alat oleh anasir-anasir (pihak yang endak melebarkan daerah negaranya) dengan memasukan negara kecil disekelilingnya ke dalam daerah kekuasaanya. Senada dengan kedua penjelasan diatas, menurut Morghaentau dalam buku Hidayat (1983: 39) yang penulis baca dalam skripsi Fauzi Fahri (2010) Geopolitik adalah Suatu ilmu semu yang diterapkan untuk menentukan kekuatan daripada sesuatu bangsa atas dasar faktor geografis. Mengapa geopolitik dapat dikatakan sebagai anak cabang dari ilmu politik. Menurut Derment Whittlesey dalam Edward Mead Earle (1943) dalam bukunya yang

13 31 berjudul Makers Of Modern Strategy mengatakan bahwa, karena adanya lima pembagian dari ilmu politik, dan salah satunya adalah geopolitik. Sebagaimana perumusnnya maka istilah geopolitik ini nampaknya dimaksudkan sebagai sinonim dari ilmu bumi politik. Ia menganggap suatu negara merupakan suatu sistem organisme, sama halnya yang dikatakan Ratzel seorang ahli geopolitik dari Jerman Teori Geopolitik Menurut Friedrich Ratzel ( ) Dalam buku Geografi Politik karya Sri Hayati (2007: 9-10) menyatakan bahwa Friedrich Ratzel merupakan salah satu tokoh dengan paham Fisis Determinisme. Paham fisis determinisme adalah suatu paham politik yang berpendapat bahwa faktor fisik lingkungan sangat berpengaruh terhadap aktivifitas kehidupan politik dan agama. Kekuatan negara menurut Ratzel banyak ditentukan oleh faktor geografis (letak, luas, bentuk, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan hubungan internalnya). Faktor geografis merupakan indikator tumbuh dan berkembanganya kekuatan negara. Negara merupakan Organic State mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepeti halnya makhluk hidup dan untuk mempertahkan kelangsungan hidupnya itu ia harus berjuang untuk mendapatkan dan memperluas hidupnya, atau yang sering kita kenal dengan konsep yang digunakan Hitler Libensraum (ruang kehidupan). Tetapi Libensraum menurut Ratzel harus mempunyai batas wilayah yang jelas, bukan konsep yang melegalkan Hitler untuk menginvasi negara-negara disekitarnya.

14 Teori Geopolitik Menurut Alfred Thayer Mahan Menurut Alfred Thayer Mahan atau lebih sering disebut Mahan saja berpendapat bahwa kepemilikan maritim yang luas akan menguasai dunia. Teori mahan nampaknya didasarkan pada pengamatannya terhadap Inggris yang telah sukses dalam ekspansinya melalui lautan. Mahan cenderung berpendapat bahwa pola kekuatan dunia masa yang akan datang, didasarkan pada penguasaan atas lautan. Jadi menurutnya, kekuatan laut merupakan kekuatan yang vital untuk menjaga pertumbuhan, kemakmuran, dan keamanan nasional. Sehingga negara yang akan berkuasa adalah negara yang mempunyai kekuatan maritim yang hebat dan juga mampu menguasai lautan (Hayati, 2007: 12). Untuk lebih memperdalam teori Mahan, penulis menambahkan rujukan dari buku Edwar Mead Earle yang berjudul Makers Of Modern Strategy (1943). Strategi angkatan laut dan kekuatan laut menurut penilaiannya bergantung pada kepada beberapa gejala alamiah dan oleh politik-politik nasional mengenai angkatan-angkatan laut, perniagaan, dan pangkalan-pangkalan di luar negeri. Taktik berperan sebagai suatu keahlian didalam menggunakan senjata-senjata dapat berubah, hal tersebut dikarenakan senjata-senjata itu sendiri bisa berubah. Tetapi prinsip-prinsip strategi angkatan laut tetap seolah-olah dibangun diatas batu karang, dan berlaku baik dimasa damai maupun dimasa perang. Hipotesisnya mengatakan bahwa selain kekuatan laut vital bagi pertumbuhan, kemakmuran, dan keamanan nasional, Mahan lebih lanjut mempelajari unsur-unsur kekuatan laut dengan menyebutkan enam faktor pokok yaitu: 1.

15 33 Letak geografis, 2. Bangun bumi, 3. Luas wilayah, 4. Penduduk, 5. Karakteristik bangsa, 6. Lembaga-lembaga pemerintahan. Letak geografis sebagai faktor terpenting pada kekuatan laut, hal tersebut dapat dinilai dengan mempelajari letak Inggris Raya sebagai kepulauan. Keamanan tanah airnya meringankan beban pemerintah Inggris dari keutuhan atau godaan memelihara dan mengerahkan angkatan darat yang besar, dan yang mengakibatkan penyusutan kekayaan nasional. Bergerak dari pangkalan tanah airnya yang letaknya sangat strategis, angkatan laut Inggris dapat dikonsentrasikan dan justru demikian digunakan sekaligus untuk pertahanan atau untuk memblokade pelabuhan-pelabuhan yang kontinental. Bentuk bumi yang mencakup wilayah nasional menentukan sebagian besarnya watak sesuatu bangsa untuk mengusahakan dan mencapai kekuatan laut. Sifatsifat tanah mungkin menjauhkan orang dari laut atau sebaliknta untuk mempelajari hidup. Bagi setiap bangsa yang memiliki pantai, laut itu merupakan perbatasan, dan kekuasaan nasional sebagaian besar akan ditentukan oleh tata cara bagaimana negara tersebut memperluas perbatasannya. Luas wilayah, dapat merupakan kelemahan daripada kekuatan, hal tersebut bergantung kepada kenyataan sampai dimana wilayah itu sendiri yang didukung oleh penduduk, sumber-sumber kekuatan laut. Besarnya karakteristik penduduk keduanya harus dipertimbangakan dalam mengukur kekuatan laut. Karakteristik bangsa merupakan faktor yang sangat penting bagi majunya suatu bangsa yang mengandalkan kekuatan laut. Berbeda dengan peran pemerintahan yang mempunyai arti penting dalam mencapai kekuatan laut. Kesuksesan yang paling cemerlang dapat terjadi bilamana suatu pemerintahan dengan cara yang bijaksana dan tetap memajukan dan memimpin rakyatnya terhadap potensi laut (Earle, 1943: ) Teori Geopolitik Menurut Karl Haushofer Dan menurut Prof. Karl Haushoffer (Hayati, 2007: 10-11), ada empat poin penting dari sebuah teori geopolitik; a. Geopolitik adalah doktrin kekuasaan negara di atas bumi; b. Geopolitik adalah doktrin perkembanganperkembangan politik yang didasarkan hubungan dengan bumi; c. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari mekanisme daripada orgenisme politik, ruang, beserta susunannya; d. Geopolitik adalah landasa ilmiah bagi

16 34 tindakan politik dalam perjuangan hidup matinya sesuatu organisme negara untuk mendapatkan ruang hidup. Ajaran geopolitik yang dikemukakan oleh Haushofer melalui muruidnya yang bernama Rudolf Hess, akan menunjukan pengaruh besar pada teori Lebensraum (ruang hidup), yang ditulis oleh Hitler dalam bukunya Mein Kampf. Penulis mensertakan teori ini karena, Hitler sangat meyakini dan mengaplikasikan teori Haushofer untuk memperoleh justifikasi atas keinginannya untuk melakukan ekspasi terhadap negara-negara lain. Berbicara mengenai teori yang paling sesuai untuk kajian penulis, tentu saja penulis harus melihat dari ketersesuaian apa yang diungkapkan oleh teori tersebut dengan apa yang penulis akan kaji. Dalam hal ini penulis menggunakan teori geopolitik oleh Alfred Thayer Mahan. Hal ini berdasarkan dalam teori mengungkapkan bahwa jika suatu negara ingin menguasai Inggris maka negera tersebut harus memiliki kekuatan laut yang besar dan kuat. Teori ini pula yang mengilhami Doenitz menciptakan taktik wolfpack yang digunakan untuk melumpuhkan Inggris dalam PD-II. Selain itu sebagai perbandingan untuk mengetahui pandangan taktik strategi Hitler pada PD-II, penulis menggunakan teori geopolitik Karl Haushofer. Penulis menggunakan teori Haushofer karena teori ini sangat menginspirasi Hitler dengan teori lebensraumnya, dimana teori ini memaksa negara-negara kecil untuk menyerahkan kuasanya pada negara yang lebih besar dan kuat. Adanya pemahaman seperti itu, maka Hitler menjadikan teori tersebut

17 35 sebagai suatu justifikasi untuk melakukan ekspansi yang lebih luas lagi dan tidak terkecuali menguasai Inggris Teori Perang Perang Menurut Clausewitz Perang menurut Clausewitz (Hamin, 2009) mengatakan bahwa.a continuation of political intercourse, carried on with other means. The political object is the goal, war is the means of reaching it. Jadi perang merupakan sarana untuk mencapai tujuan politik, disamping perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari konflik politik yang menggunakan cara lain. Kaidah universal yang lain yang juga harus diperhatikan adalah bahwa perang haruslah di dasarkan pada keputusan politis dan tujuan dari perang juga ditentukan oleh para pemimpin politik, bukan pemimpin militer. (Hamim, 2009). Untuk memperkuat penjelasan diatas penulis menggunakan buku Makers Of Modern Strategy karya Edward Mead Earle (1943) menjelaskan bahwa menurut Clausewitz perang bukanlah suatu pertandingan ilmiah ataupun olah raga internasional, akan tetapi adalah suatu tindakan kekerasan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ilmu tidak bisa membuat perang menjadi lunak atau menjadi mulia. Pertempuran-pertempuran, peperangan, persetujuan-persetujuan politik menurut pendapatnya, merupakan suatu totalitas dimana merupakan keseluruhan menguasai

18 36 bagian-bagian dan juga tujuan menguasai alat. Mengingat sifatnya yang menentukan, pertempuran seolah-olah lebih penting daripada tujuan perang. Clausewitz juga menegaskan bahwa tujuan militer untuk menghancurkan musuh itu seakan-akan menggantikan tujuan terakhir yaitu tujuan politik, karena hubungan antara perang dan politik sangat erat kaitannya. Tidak hanya itu Clausewitz menekankan bahwa seorang jendral harus melepaskan diri dari keputusan-keputusan politik dan juga sebenarnya dia harus berada dalam suatu kedudukan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan politik, dan seorang pemimpin militer juga harus mempunyai ketenangan dan pikiran jernih saat melakukan perintah perang. Karena tujuan-tujuan politik adalah tujuan sedangkan perang adalah alatnya, dan alat tidak mungkin dapat dibayangkan tanpa memikirkan tujuannya. Teori Clausewitz yang pada intinya menganut konsep ofensif dan serangan tersebut mempunyai kecenderungan mengarah kepada kekuatan darat (H. Rothfels dalam buku Edwar Mead Earle, 1943: 88-95). Dari pemaparan diatas penulis menarik suatu pemahaman tentang suatu strategi perang yang erat kaitannya dengan pembahasan pada bab 4, bahwa pemikiran Clausewtiz pada sebuah konsep maupun teori tentang perang sangat berpengaruh pada strategi perang Hitler. Hal tersebut dapat penulis kaitkan dengan melihat sebuah inti dari pandangan Hitler tentang motivasi ingin melakukan invasi guna mendapatkan tujuan dari pencapaian pemikiran politiknya. Clausewitz dalam Earle (1943) pun mengatakan bahwa koordinasi yang erat antara falsafah dan pengalaman dapat menjadi kunci utama sebuah peperangan,

19 37 sama halnya dengan falsafah yang diyakini seorang Hitler yaitu jika ingin menguasai dunia, maka harus menaklukan negara-negara yang menjadi penghalangnya ataupun mendukungkannya. Keyakinan Hitler pada penyerangan secara cepat yang dipengaruhi oleh Napoleon, menjadi sumber landasan teori perang Clausewitz. Sehingga pada setiap kesempatan tanpa dipikirkan terlebih dahulu, seorang Hitler selalu mengutamakan hal-hal yang menjadi teori keyakinannya Perang Menurut Thomas Edward Lawrence Menurut Lawrence (Hamin, 2009) mengatakan bahwa perang ibarat sebuah rumah yang memiliki beberapa aspek structural...bertolak pada pemikiran bahwa keseluruhan rumah adalah perang, maka dalam aspek strukturalnya terdapat strategi, dalam aspek perencanaannya terdapat taktik, dan pada kehidupan di dalamnya terdapat aspek psikologi; dan seorang komandan, seperti halnya seorang ahli arsitektur, bertanggung jawab terhadap semuanya.. Dalam hal ini, Lawrence menitik beratkan pada kejelasan tujuan politis sebagai faktor yang dominan dalam menentukan kemenangan dari sebuah perang. ( Teori Perang Liddell Hart Menurut Margaret Tuttle Sprout (Earle, 1943) Perang dalam pandangan Liddell Hart adalah bagaimana suatu negara berhasil memenangkan sebuah pertempuran dengan cara mempertahankan diri (defensif). Ia mengatakan bahwa Inggris lebih cocok menggunakan taktik

20 38 defensif, hal tersebut karena sesuai dengan karakterisrik bangsa Inggris, dan juga memiliki keunggulan pertahanan terhadap ofensif (penyerangan). Karena dengan begitu, sebuah negara yang memilih strategi defensif akan mendapatkan banyak simpati dari negara lain, sehingga akan mendapatkan banyak bantuan baik moril maupun materil. Berkaitan dengan teori geopolitik Inggris, pada pandangannya Hart lebih mempercayai kekuatan laut dari pada kekuatan darat. Karena kondisi letak geografis Inggris yang dikelilingi lautan membuat Hart yakin dan percaya dengan membangun angkatan laut yang besar dan kuat, maka Inggris akan mampu melawan serangan musuh melalui doktrin pertahanannya. Teori mengenai perang dari beberapa tokoh diatas penulis gunakan karena penulis berasumsi bahwa teori perang ini sesuai dengan kajian penulis mengenai latarbelakang perbedaan taktik strategi perang Jerman pada pertempuran di Atlantik melawan Inggris. keyakinan Hitler pada sebuah teori perang cepat dengan gaya khasnya akan mampu menunjukan sisi seni dalam mengolah taktik strategi perang ketika menghadapi musuh, begitu juga Doenitz ketika ia percaya sebuah teori kekuatan laut maka kelak taktik yang akan digunakan pada pertempuran sesuai dengan apa yang ia yakini. Perbedaan teori perang akan mengakibatkan ketidakkompakan antara atasan dan juga bawahan. Karena suatu teori akan sangat berpengaruh pada seseorang yang akan mengambil sebuah keputusan pada medan pertempuran. Teori perang juga sangat berperan bagi keberhasilan sebuah taktik tempur melawan musuh.

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat tiga hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai U-boat pasti akan berkaitan dengan suatu konsep

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai U-boat pasti akan berkaitan dengan suatu konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai U-boat pasti akan berkaitan dengan suatu konsep perang yang didalamnya menyangkut taktik, dan strategi perang, serta konflik intern antara

Lebih terperinci

Pengantar Wawasan Nusantara

Pengantar Wawasan Nusantara Pengantar Wawasan Nusantara A. Pendahuluan Upaya pemerintah dan rakyat menyelenggarakan kehidupannya memerlukan suatu konsepsi yang berupa wawasan nasional yang dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

YAITU CARA PANDANG DAN SIKAP BANGSA INDONESIA MENGENAI DIRI DAN LINGKUNGANNYA DENGAN MENGUTAMAKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA SERTA KE-SATUAN

YAITU CARA PANDANG DAN SIKAP BANGSA INDONESIA MENGENAI DIRI DAN LINGKUNGANNYA DENGAN MENGUTAMAKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA SERTA KE-SATUAN WASANTARA YAITU CARA PANDANG DAN SIKAP BANGSA INDONESIA MENGENAI DIRI DAN LINGKUNGANNYA DENGAN MENGUTAMAKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA SERTA KE-SATUAN WILAYAH DALAM ME- NYELENGGARAKAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN STRATEGI PEMIMPIN ANGKATAN BERSENJATA JERMAN (HITLER DENGAN DOENITZ) : PERANAN U-BOAT DALAM BLOKADE INGGRIS DI

BAB IV PERBEDAAN STRATEGI PEMIMPIN ANGKATAN BERSENJATA JERMAN (HITLER DENGAN DOENITZ) : PERANAN U-BOAT DALAM BLOKADE INGGRIS DI BAB IV PERBEDAAN STRATEGI PEMIMPIN ANGKATAN BERSENJATA JERMAN (HITLER DENGAN DOENITZ) : PERANAN U-BOAT DALAM BLOKADE INGGRIS DI LAUTAN ATLANTIK 1939-1944 Pada bab ini akan dikaji mengenai beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Bagian ini merupakan bagian yang membahas kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan intisari jawaban pada Bab IV yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. drs. m. umar djani martasuta

WAWASAN NUSANTARA. drs. m. umar djani martasuta WAWASAN NUSANTARA drs. m. umar djani martasuta WASANTARA WAWASAN NASIONAL BANGSA KEBENARAN DARI TUHAN AKAL BUDI MANUSIA GLOBALISASI GAR KEHIDUPAN : - KELANGSUNGAN HIDUP - KEUTUHAN WILAYAH - JATIDIRI BANGSA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi yang berjudul Blokade Ekonomi Napoleon Bonaparte dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap bangsa memiliki cita-cita karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GEOPOLITIK. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

KEWARGANEGARAAN GEOPOLITIK. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen KEWARGANEGARAAN Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis GEOPOLITIK Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pengertian Geopolitik Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. WAWASAN NUSANTARA adalah WAWASAN NASIONAL dari BANGSA INDONESIA

WAWASAN NUSANTARA. WAWASAN NUSANTARA adalah WAWASAN NASIONAL dari BANGSA INDONESIA WAWASAN NUSANTARA WAWASAN NUSANTARA adalah WAWASAN NASIONAL dari BANGSA INDONESIA WAWASAN NASIONAL adalah CARA PANDANG BANGSA YANG MENEGARA TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA DIRI DAN LINGKUNGAN Diri : KEADAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini sumber-sumber literatur tentang sejarah Perang Dunia II (1939-1945) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian geostrategi? 2. Apa pengertian Ketahanan Nasional? 3. Apa saja unsur-unsur Ketahanan Nasional?

BAB I PENDAHULUAN. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian geostrategi? 2. Apa pengertian Ketahanan Nasional? 3. Apa saja unsur-unsur Ketahanan Nasional? BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap bangsa memiliki cita-cita karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

jumlah tentara FFL jauh lebih kecil dari jumlah tentara Sekutu dan tidak memadai untuk membebaskan Paris tanpa bantuan Sekutu.

jumlah tentara FFL jauh lebih kecil dari jumlah tentara Sekutu dan tidak memadai untuk membebaskan Paris tanpa bantuan Sekutu. BAB 5 KESIMPULAN Pembebasan Prancis merupakan sebuah proses yang terdiri dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah penyerangan ke Normandie yang memungkinkan Sekutu mendirikan pangkalan untuk mengatur pembebasan

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun swasta dibentuk untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki oleh organisasi itu yang

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan GEOPOLITIK Fakultas Ekonomi Bisnis Ari Sulistyanto, S.Sos., M. I.Kom Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi A. Pengertian Geopolitik B. Berbagai Pandangan

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

Modul ke: GEOSTRATEGI. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi Akutansi.

Modul ke: GEOSTRATEGI. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi Akutansi. Modul ke: GEOSTRATEGI Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Rusmulyadi, M.Si. Program Studi Akutansi www.mercubuana.ac.id Pengertian GEOSTRATEGI Geostrategi: strategi dalam memannfaatkan kondisi geografis negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sejarah, aktor merupakan figur yang penting, baik sebagai individu, maupun sebagai partisipan dalam kelompok atau masyarakat. Secara kolektif, masyarakat

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pertahanan

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. GEO POLITIK & GEO STRATEGI H.M.Umar Djani Martasuta

WAWASAN NUSANTARA. GEO POLITIK & GEO STRATEGI H.M.Umar Djani Martasuta WAWASAN NUSANTARA GEO POLITIK & GEO STRATEGI H.M.Umar Djani Martasuta WAWASAN NUSANTARA WAWASAN NUSANTARA AD WAWASAN NASIONAL DARI BANGSA INDONESIA WAWASAN NASIONAL AD CARA PANDANG SUATU BANGSA YANG MENEGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bermula dari para pendatang dari Eropa yang bermukim di Amerika utara sejak abad ke-16, bangsa Amerika menjadi sebuah bangsa baru yang lahir dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah, Terminologi dan Ruang Lingkup Ilmu dan Kemaritiman. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si Chapter 01

Kontrak Kuliah, Terminologi dan Ruang Lingkup Ilmu dan Kemaritiman. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si Chapter 01 Kontrak Kuliah, Terminologi dan Ruang Lingkup Ilmu dan Kemaritiman Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si Chapter 01 PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI kemaritiman Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan perorangan atau secara bersama-sama (beberapa orang) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa invasi Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa invasi Jerman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa invasi Jerman terhadap Perancis melalui Ardennes pada tahun 1940 merupakan kejadian tunggal yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2 1. Negara-negara yang tergabung dalam blok fasis adalah... Jerman, Jepang, dan Italia Jerman, Jepang, dan Inggris Jepang, Italia, dan Uni Soviet Jerman, Hungaria, dan Amerika Serikat SMP kelas 9 - SEJARAH

Lebih terperinci

Bab 5 PENUTUP. Strategi pertahanan..., Taman Stevia, FISIP UI, Universitas Indonesia

Bab 5 PENUTUP. Strategi pertahanan..., Taman Stevia, FISIP UI, Universitas Indonesia 119 Bab 5 PENUTUP Dalam melaksanakan strategi pertahanan maritim yang sementara ini menggunakan SPLN suatu hal yang penting dihadapi ke depan adalah tantangan dimana Malaysia SPMInya sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengkaji skripsi ini dengan judul Battle Of Britain

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com HP. (+62)82323667888 ; (+62)819805778 ; (+62)8163600018 www. khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari sebuah kajian skripsi dengan judul PERANAN ADOLF HITLER DALAM PERKEMBANGAN SCHUTZSTAFFEL (1925-1945): Suatu Perspektif

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL POLITIK DAN STRATEGI PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL POLITIK DAN STRATEGI PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL TUGAS MAKALAH PENDIDIDKAN KEWARGANEGARAAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL POLITIK DAN STRATEGI PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL DOSEN : H.SRI WALUYO Disusun oleh : Sri Setiawaty 18211261 2EA27 Program Sarjana

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. drs.h.m.umar djani martasuta,m.pd

WAWASAN NUSANTARA. drs.h.m.umar djani martasuta,m.pd WAWASAN NUSANTARA drs.h.m.umar djani martasuta,m.pd Perlunya perekat kelebihan Aneka-ragam : Beda pendapat, kehidupan, kepercayaan, hubungan dg sesama kekurangan Filosofi Ideologi Sosial Cita-cita Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1. bahwa bentuk geografi Indonesia sebagai suatu negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Proses Perjuangan Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam ruang dan waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. H.M.Umar Djani Martasuta

WAWASAN NUSANTARA. H.M.Umar Djani Martasuta WAWASAN NUSANTARA H.M.Umar Djani Martasuta WAWASAN NUSANTARA? WASANTARA ADALAH WAWASAN NASIONAL DARI BANGSA INDONESIA WAWASAN NASIONAL ADALAH CARA PANDANG SUATU BANGSA YANG MENEGARA TENTANG DIRI

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan bagi meningkatkan prajurit TNI AD bertujuan untuk kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan jasmani yang samapta dalam rangka proses regenerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beribu ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan terdiri atas

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Nabi Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

Perkembangan Teori Manajemen. Ima Yudha Perwira, SPi, MP

Perkembangan Teori Manajemen. Ima Yudha Perwira, SPi, MP Perkembangan Teori Manajemen Ima Yudha Perwira, SPi, MP Tiga Aliran Ilmu Manajemen Seperti disiplin ilmu lainnya, manajemen juga mengalami perkembangan dan dialektika pemikiran dari para ahli arus utama.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

Suatu bangsa yang telah bernegara, di dalam menyenggarakan kehidupannya tidak lepas dari : Pengaruh lingkungan.

Suatu bangsa yang telah bernegara, di dalam menyenggarakan kehidupannya tidak lepas dari : Pengaruh lingkungan. Wawasan Nusantara 2 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mengerti, memahami, menghayati dan menjelaskan wawasan Nasional Bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita Nasional Tujuan Instruksional Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Peran Koramil dalam proses pemberdayaan wilayah pertahanan sangat strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara Indonesia yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis)

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis) STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis) PERWITA SARI H1F 050070 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat. By : Amaliatulwalidain, MA

Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat. By : Amaliatulwalidain, MA Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat By : Amaliatulwalidain, MA NEGARA KOTA Apakah negara-negara kota itu? Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa persepsi kita mengenai negara saat ini jelas berbeda

Lebih terperinci

center of gravity (cog)

center of gravity (cog) center of gravity (cog) 1. Pendahuluan Dalam teori militer maupun teori perang, dikenal apa yang disebut Center Of Gravity seperti apa yang dikembangkan oleh Sun Tzu dan Carl Von Clausewitz dua orang pemikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nani rosdijati, dkk. Panduan PAKEM IPS SD,(Jakarta: Erlangga, 2010),58 2

BAB I PENDAHULUAN. Nani rosdijati, dkk. Panduan PAKEM IPS SD,(Jakarta: Erlangga, 2010),58 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)/Sekolah Dasar Luar Biasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang harus melakukan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah yang penting dalam usaha pembangunan bangsa adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,olahraga yang selama ini masih bisa dipandang untuk

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN. Teori Kepemimpinan. Dr. Alimatus Sahrah, M.Si. MM

KEPEMIMPINAN. Teori Kepemimpinan. Dr. Alimatus Sahrah, M.Si. MM KEPEMIMPINAN Teori Kepemimpinan Dr. Alimatus Sahrah, M.Si. MM Kerangka Teori-Teori Kepemimpinan Great Man Theory & Trait Theory Teori Perilaku Teori Kepemimpinan Partisipasi Teori Situasi Teori Kontigensi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci