25 Agustusz}l2 {..\ A DIREKTORAT JENDERAL. . pm.oz.a6/ rr.1 /1517/2A1e. 3. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "25 Agustusz}l2 {..\ A DIREKTORAT JENDERAL. . pm.oz.a6/ rr.1 /1517/2A1e. 3. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa"

Transkripsi

1 DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LI NGKUNGAN Jl. Percetakan Negara No 29 Jakarta Pusat PO Box 223,Telp. (021) , Fax : (021) Nomor Hal. pm.oz.a6/ rr.1 /1517/2A1e 25 Agustusz}l2 : Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis di lndonesia Tahun 2011 Yth. Menteri Kesehatan R.l Jl.H.R. Rasuna said Blok X.5 Kav. 4-9 Kuningan Jakarta Selatan lj Bersama ini kami sampaikan laporan situasi terkini perkembangan tuberculosis di lndonesia bulan Januari-Desember Tahun Angka prevalensi, insidensi dan kematian Karena pengobatan TB berjalan 6-8 bulan, pada tahun 2011 akan didapat pada agustus tahun Berdasarkan Global Report TB WHO tahun 2A11, prevalensi TB diperkirakan sebesar 28g per penduduk, insidensi TB sebesar 189 per penduduk, dan angka kematian sebesar 27 per penduduk. 2. Angka penjaringan suspek Angka penjaringan suspek meningkat 8,460/0 dari 744 suspek tahun 2010 menjadi 807 per penduduk di tahun Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek pada tahun 2011 sebesar (target 5-15o/o) 4. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru Proporsi TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru pada tahun 2011 meningkat 1,0o/o dari610/o di tahun 2010 menjadi 60% pada tahun 2011 (target 65%). 5. Angka notifikasi kasus Angka notifikasi kasus semua tipe meningkat3,sto/o dari 129 pada tahun 2010 menjadi 133 di tahun 2011 Angka notifikasi BTA posistif meningkat 5,12o/o dari penduduk di tahun Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB pada tahun 2010 menjadi 83 per.(tt\'' {..\ A h'f'*.r 11 l lllur,i; l,i Proporsi TB anak diantara seluruh pasien TB pada tahun 2011 sama sebesar 9,0% sekitar 15%\. ahun-201q '; Sekretariat DireKorat Jendoral Dlekbrd Penge.t&*n peaya (it Uerldil t-albsrp Telp Teh.424{838 DirektoratlmunisasidanKarantina(Ditlmkar) 4W1/D Telp. Dire*lorait Peng ddkrn peqafit rtoa< Ueutd{Dtt P2TU ) T$q

2 7. Angka penemuan baru TB paru BTA positif Angka penemuan pasien baru TB paru BTA positif pada tahun 2011 meningkat dibandingkan dengan tahun 201o.Angka ini pada tahun 2011 sebesar 83,5 % sedangkan pada tahun 2010 sebesar 78,3o/o (target minimal 70%) 8. Angka Konversi Angka konversi pada tahun 2011 mencapai diatas target sebesar g4,4o/o (target minimal 8o%) 9. Angka kesembuhan dan angka keberhasiran pengobatan.. N. r', Angka kesembuhan pada tahun 2011 mencapai target sebesar g3,lo/o (target minimal g5%) Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2011 mencapai target sebesar go,3yo (target minimal 85%) 10. Angka penemuan kasus dan angka keberhasiran pengobatan Jumlah provinsi yang memenuhi target program untuk penemuan kasus keberhasilan pengobatan (cdr> l0%o dan sr > g5%) terjadi peningkatan di jumlah provinsi yang mencapai target sebanyak 7 provinsi pada tahun 2010 provinsi. dan angka tahun 2011 sebanyak 6 Demikian laporan kami. Atas perhatian dan arahanlbu Menteri, kami ucapkan terima kasih. Tembusan : 1. Wakil Menteri Kesehatan 2. Sekretaris Jenderal.Tjandra Yoga Aditama

3 LAPORAN SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA Januari-Desember 2012 DITJEN PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

4 Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. a. Angka prevalensi, insidensi dan mortalitas Tabel 1.1 Estimasi Insidensi, Prevalensi dan Mortalitas TB Tahun 1990 dan 2011 Kasus TB Tahun 1990 Tahun 2011 Insidensi semua tipe kasus Tuberkulosis Prevalensi Tuberkulosis Mortalitas Sumber : Global Tuberculosis Control WHO Report 2011 Tabel 1.1 di atas memperlihatkan estimasi prevalensi, insidens, dan mortalitas TB yang dinyatakan dalam penduduk tahun 1990 dan 2011 berdasarkan hasil perhitungan WHO dalam WHO Report 2011 Global Tuberculosis Control. Angka insidens semua tipe TB tahun 2011 sebesar 189 per penduduk mengalami penurunan dibanding tahun 1990 (343 per penduduk ), angka prevalensi berhasil diturunkan hampir setengahnya pada tahun 2011 ( 423 per penduduk) dibandingkan dengan tahun 1990 (289 per penduduk). Sama halnya dengan angka Mortalitas yang berhasil diturunkan lebih dari separuhnya pada tahun 2011 (27 per penduduk) dibandingkan tahun 1990 (51 per penduduk). Hal tersebut membuktikan bahwa Program pengendalian TB berhasil menurunkan insidens, prevalensi dan mortalitas akibat penyakit TB. b. Angka penjaringan suspek (suspect evaluation rate) 2

5 Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di antara penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam satu tahun. Angka penjaringan suspek ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan) Grafik 1.1 Angka penjaringan suspek (per penduduk) tahun Berdasarkan grafik 1.1, angka penjaringan suspek secara umum menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun pada tahun 2009 terjadi penurunan. Pada tahun 2009 angka penjaringan suspek menurun sebesar 7 per penduduk dibandingkan dengan tahun Peningkatan penjaringan suspek kembali terjadi pada tahun 2010 dan 2011 angka ini terjadi peningkatan sebesar 57 per penduduk (2010) dan 63 per penduduk (2011). Terjadinya peningkatan penjaringan suspek karena meningkatnya jumlah rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang terlibat DOTS berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus yang ternotiifikasi termasuk juga jumlah suspek. 3

6 INDONESIA SULUT SULTRA GRTALO MALUKU BENGKULU LAMPUNG SULTENG KALBAR NTT SULSEL JAMBI SUMUT PAPUA SULBAR NAD BABEL SUMBAR KALSEL JATIM BANTEN JABAR KALTENG JATENG KALTIM SUMSEL KEPRI DKI PAPUA BARAT NTB BALI MALUT RIAU D. I. Y. Grafik 1.2 Angka penjaringan suspek (per penduduk) per provinsi tahun Berdasarkan grafik 1.2, angka penjaringan suspek per provinsi pada tahun 2011 menunjukkan capaian 417 sampai dengan per penduduk, tertinggi Sulawesi Utara dan terendah Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi yang mempunyai kontribusi peningkatan penjaringan suspekyang signifikan di tahun 2011 adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Lampung, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara. c. Proporsi pasien baru BTA positif diantara suspek yang diperiksa (positivity rate) Adalah presentase pasien baru BTA positif yang ditemukan di antara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angka proporsi pasien baru TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa ini sekitar 5-15%. Angka ini bila terlalu kecil (<5%) kemungkinan disebabkan antara lain karena penjaringan suspek terlalu longgar, banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek, atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan antara lain karena penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). 4

7 Grafik 1.3 Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara suspek yang diperiksa (positivity rate) tahun % 12% 11% 11% 11% 5% 0% Berdasarkan grafik 1.3, proporsi pasien baru BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahak tahun masih dalam range target yang diharapkan yaitu (5-15%). Pada tahun , proporsi pasien baru BTA positif diantara suspek yang terendah tahun 2011 () sedangkan yangtertinggi tahun 2007 (12%). Grafik 1.4 Proporsi pasien baru BTA positif di antara suspek yang diperiksa (positivity rate) tahun INDONESIA MALUT DKI NTB PAPUA BARAT RIAU SULBAR SUMSEL KALTIM KALSEL PAPUA MALUKU KEPRI JABAR SUMUT BANTEN SUMBAR KALTENG SULSEL JAMBI SULUT BABEL GRTALO SULTRA JATENG SULTENG KALBAR BALI JATIM NAD NTT D. I. Y. BENGKULU LAMPUNG 9% 9% 9% 9% 9% 7% 7% 8%8% 11% 12% 12% 12%12% 11% 11% 11% 11% 11% 16% 15% 13% 13% 14% 19% Target: 5-15% 0% 5% 15% 20% 25% 5

8 Meskipun proporsi nasional pasien baru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya mencapai hasil yang diharapkan berkisar yaitu 5-15%, namun beberapa provinsi memiliki angka yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.4, provinsi yang angkanya melebihi angka proporsi 15% di tahun 2011 adalah DKI Jakarta (16%) dan Maluku Utara (19%) sedangkan pada tahun 2010 yaitu Kepulauan Riau (17%) dan Maluku Utara (22%). Hal ini menunjukan bahwa penjaringan kasus di empat provinsi tersebut terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat dari hasil pemantapan mutu eksternal (error rate). d. Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus Adalah presentase pasien baru BTA positif diantara semua pasien TB paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Karena akan menunjukan mutu diagnosis yang rendah, dan kurang memberikan prioritasuntuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif). 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0% Grafik 1.5 Proporsi BTA positif di antara seluruh kasus tahun % 59% 57% 61% 62% Target : minimal 65%

9 Berdasarkan grafik 1.5 diatas, proporsi pasien baru BTA positif di antara seluruh kasus dari tahun 2007 s/d 2011, yang terendah pada tahun 2009 (57%) sedangkan tertinggi pada tahun 2007 dan 2011 (62%). Sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, angka ini masih berada di bawah target yang diharapkan meskipun tidak terlalu jauh berada di bawah target.hal ini mengindikasikan bahwa kurang memberikan prioritas menemukan kasus BTA positif. INDONESIA SULTRA JAMBI GRTALO SULUT BENGKULU SULBAR SULTENG KALBAR NAD SUMUT SULSEL LAMPUNG BABEL NTT MALUT SUMBAR KALSEL MALUKU SUMSEL NTB RIAU JATIM KALTENG KALTIM BANTEN KEPRI JABAR JATENG BALI D. I. Y. PAPUA PAPUA BARAT DKI Grafik 1.6 Proporsi pasien baru TB paru BTA positif di antara seluruh kasus tahun % 36%40% 47% 50%52% 62% 55% 56% 57% 58% 60%63%66% 69% 71%73% 68% 68% 66% 68% 68% 88% 88%91% 78% 81% 82% 82% 84%87% 92% 92% 94% Target: minimal 65% 0% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Grafik 1.6 diatas menggambarkan capaian proporsi pasien baru TB paru BTA positif diantara seluruh kasus dari tahun , pada tahun 2011 capaian yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Tenggara (94%) dan terendah Provinsi DKI Jakarta (33%). Provinsi yang memiliki pencapaian di bawah target (< 65%) adalah Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Banten, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, D.I. Yogyakarta, Papua, dan Papua Barat. e. Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR) Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan 7

10 kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Grafik 1.7 Angka notifikasi kasus BTA positif dan seluruh kasus per penduduk tahun BTA positif baru semua kasus Berdasarkan grafik 1.7, angka notifikasi kasus baru TB paru BTA positif dan semua kasus dari tahun mengalami peningkatan. Angka notifikasi kasus baru BTA positif dan semua kasus tertinggi pada tahun 2011 dan terendah pada tahun 2007 (untuk kasus baru BTA positif). 8

11 Grafik 1.8 Angka notifikasi kasus (case notification) kasus baru TB paru BTA positif tahun INDONESIA SULUT MALUKU SULTRA GRTALO SULBAR PAPUA SUMUT SULSEL SULTENG JAMBI KALBAR KALSEL SUMBAR DKI BENGKULU BABEL NTT BANTEN PAPUA BARAT MALUT NAD NTB JABAR LAMPUNG KALTIM SUMSEL JATIM KALTENG KEPRI JATENG RIAU BALI D. I. Y Berdasarkan grafik 1.8, angka notifikasi atau case notification (CNR) kasus baru BTA positif per provinsi tahun 2011 secara nasional terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun Provinsi dengan angka capaian tertinggi adalah Sulawesi Utara sedangkan yang terendah D.I.Yogyakarta.Beberapa provinsi ada yang mengalami penurunan yaitu D.I. Yogyakarta, Sumatera Selatan, Papua Barat, NAD, Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Utara. 9

12 Grafik 1.9 Angka notifikasi kasus (case notification) seluruh kasus tahun INDONESIA PAPUA DKI MALUKU SULUT PAPUA BARAT GRTALO SULTRA BANTEN SULBAR JABAR SUMUT KALSEL SULSEL SUMBAR KALBAR KALTIM SULTENG NTT NTB BABEL MALUT JATENG JAMBI KEPRI KALTENG JATIM SUMSEL BENGKULU LAMPUNG NAD BALI RIAU D. I. Y Grafik 1.9 memperlihatkan, angka notifikasi semua kasus secara nasional pada tahun 2011 (133 per penduduk) meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 (129 per penduduk) sedangkan pada tingkat provinsi beberapa provinsi mengalami penurunan yaitu Provinsi D.I. Yogyakarta, NAD, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Gorontalo, dan Papua.Berdasarkan angka capaian tahun 2011, bervariasi antara 298 per penduduk (Papua) dan 68 per penduduk ( D.I. Yogyakarta) f. Proporsi kasus TB anak di antara seluruh kasus Adalah persentase pasien TB anak (0-14 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat. Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 8-12% pada angka maksimal 15%. Bila angka ini terlalu besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis. Pada tahun 2007, pencatatan dan pelaporan program Tb belum mempunyai format yang memuat variabel anak secara rinci sehingga kasus TB anak pada tahun tersebut tidak terlaporkan. 10

13 15% Grafik 1.10 Proporsi TB anak di antara semua kasus tahun Target : sekitar 15% 11% 9% 9% 5% 0% Berdasarkan grafik 1.10, proporsi TB Anak diantara semua kasus dari tahun berada dalam batas normal, namun apabila dilihat pada tingkat provinsi (grafik 1.11), menunjukkan proporsi yang sangat bervariasi dari 1,9% sampai 17%. INDONESIA JABAR PAPUA PAPUA BARAT DKI JATENG KALTENG BANTEN MALUKU KALTIM NTT KEPRI KALSEL RIAU SUMBAR D. I. Y. LAMPUNG MALUT BALI BABEL BENGKULU KALBAR JATIM NTB SUMSEL SULUT JAMBI SUMUT SULTRA NAD SULBAR SULSEL GRTALO SULTENG Grafik 1.11 Proporsi kasus TB anak di antara seluruh kasus tahun % 2% 2% 2% 2%2%2% 4% 4% 4% 4%5%5% 3% 3% 3%3% 9% 6% 7% 7% 7%8% 5% 6%6%6% 9% 16% 15% 13%14% 13% Target: berkisar 15% % 0% 3% 6% 9% 12% 15% 18% 11

14 Grafik 1.11 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terdapat variasi proporsi TB anak dibanding semua kasus yang diobati baik pada tahun 2010 maupun tahun Perbedaan proporsi TB anak antara tahun 2010 dengan 2011 tidak begitu berbeda jauh kecuali beberapa provinsi seperti Bengkulu, Lampung, Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah. Provinsi-provinsi tersebut menujukan penurunan proporsi kasus TB anak.pada tahun 2011, provinsi dengan proporsi lebih dari 15% adalah Papua dan Jawa Barat.Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan overdiagnosis. Provinsi dengan proporsi <5% adalah Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Jambi, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Aceh, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya under-diagnosis dan under-reporting terutama kasus TB anak yang diterapi di rumah sakit. g. Angka penemuan kasus atau case detection rate (CDR) Adalah presentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibandingkan dengan jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif dikalikan dengan jumlah penduduk. Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasionaldalam RPJMN tahun 2011 adalah minimal 75%. 100% 80% Grafik 1.12 Angka penemuan kasus atau case detection rate (CDR) tahun % 72.8% 73.1% 78.3% 82.7% 60% 40% 20% 0% Target RPJMN : minimal 75%

15 Grafik 1.12, menggambarkan angka penemuan kasus TB tahun meningkat secara signifikan dengan pencapaian sebesar 83,48% pada tahun 2011 dan sudah memenuhi target RPJMN (75%). INDONESIA SULUT DKI MALUKU SULTRA GRTALO BANTEN JABAR SUMUT BALI JAMBI JATIM SULBAR SUMBAR JATENG BENGKULU PAPUA BABEL SULSEL SULTENG KALBAR NAD D. I. Y. LAMPUNG SUMSEL KALSEL NTT KEPRI PAPUA BARAT MALUT NTB RIAU KALTIM KALTENG Grafik 1.13 Angka penemuan kasus atau case detection rate (CDR) tahun ,48% 80.6% 84.3% 86.2% 68.4% 71.6% 74.3% 77.9% 79.2% 59.7% 65.2% 67.4% 57.8% 57.7% 57.0% 56.8% 55.0% 52.5% 51.9% 50.7% 50.1% 49.3% 48.7% 46.0% 44.1% 41.5% 40.4% 39.1% 39.1% 38.2% 35.6% 35.3% 33.1% Target program: minimal 70% Target RPJMN: minimal 75% 111.0% 0% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 120% Catatan : Insiden BTA Positif = Sumatera : 164 per penduduk, Jawa : 107 per penduduk, DIY-Bali : 64 per penduduk, Kawasan Timur Indonesia (KTI) ; 210 per penduduk Angka penemuan kasus secara nasional di tahun 2011 menunjukan peningkatan dibandingkan tahun Walaupun secara nasional sudah mencapai target, namun pada tingkat provinsi belum menunjukan pencapaian yang optimal dari 33 provinsi hanya 8 provinsi yang mencapai target penemuan minimal 70% yaitu Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. h. Angka konversi atau convertion rate Angka konversi adalah presentase pasien baru BTA positif yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. 13

16 Angka ini dihitung dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA positif yang mulai berobat dalam 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan intensif (2 bulan). Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%. 100% Grafik 1.14 Angka konversi atau convertion rate tahun % 88.1% 89.2% 88.2% 84.4% 80% 60% Target : minimal 80% 40% 20% 0% Grafik 1.14 menunjukan bahwa angka konversi tahun memperlihatkan angka konversi yang tidak jauh berbeda. Angka ini mencapai target yang diharapkan (80%). Pencapaian ini menunjukan bahwa pengawasan menelan obat berjalan baik. 14

17 Grafik 1.15 Angka konversi atau convertion rate tahun INDONESIA SULUT SULTENG GRTALO SULTRA JAMBI JATIM NAD SULSEL KALBAR BANTEN LAMPUNG KALSEL SULBAR BENGKULU JABAR SUMSEL NTT BABEL NTB KALTENG MALUKU D. I. Y. SUMUT KALTIM DKI JATENG BALI RIAU KEPRI MALUT PAPUA SUMBAR PAPUA BARAT 84.4% 91.7% 91.5% 91.4% 91.4% 91.3% 91.0% 90.9% 90.7% 90.5% 90.5% 89.6% 89.4% 88.4% 87.7% 87.3% 85.6% 85.0% % 82.9% 83.6% % 79.3% 78.9% 78.1% 77.5% 76.0% 75.5% 63.9% 67.9%73.0% Target: minimal 80% 63.7% 62.6% 61.9% 0% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Berdasarkan grafik 1.15, angka konversi per provinsi tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 terlihat tidak berbeda jauh, beberapa provinsi terlihat mengalami peningkatan dan sebagian lain mengalami penurunan yang cukup besar yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. i. Angka kesembuhan atau cure rate dan angka keberhasilan pengobatan atau success rate Angka kesembuhan (CR) adalah angka yang menunjukkan presentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru BTA positif yang tercatat. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan. Walaupun angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil pengobatan lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default, dan pindah. 15

18 Angka default tidak boleh lebih dari 5%, karena akan menghasilkan proporsi pasien pengobatan ulang yang tinggi di masa yang akan datang yang disebabkan karena penanggulangan TB yang tidak efektif. Peningkatan kualitas penanggulangan TB akan menurunkan proporsi kasus pengobatan ulang antara % dalam beberapa tahun. Sedangkan angka pengobatan gagal untuk pasien baru BTA positif tidak boleh 2% untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat. Angka keberhasilan pengobatan (SR) menunjukkan presentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap)diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Angka ini dapat dihitung dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA positif yang mulaiberobat dalam 9-12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan. Oleh karena itu, pasien yang mendapatkan pengobatan di tahun 2010 baru dapat dilaporkan di tahun % 80% Grafik 1.16 Angka kesembuhan (cure rate) dan angka keberhasilan pengobatan (success rate) tahun % 91.0% 91.0% 91.2% 90.3% 82.5% 81.5% 82.9% 83.9% 83.7% 60% 40% 20% 0% Target RPJMN: SR minimal 86% angka kesembuhan angka keberhasilan pengobatan Berdasarkan grafik 1.16, angka keberhasilan pengobatan mencapai lebih dari 85%, bahkan sejak tahun 2007 angka ini mencapai >90% kecuali pada tahun 2011.Hal ini disebabkan belum semua provinsi melaporkan data hasil akhir pengobatan secara tepat waktu. 16

19 Target RPJMN untuk angka keberhasilan pengobatan di tahun 2011 adalah sebesar 86%.Jika dibandingkan antara pencapaian dengan target maka pada tahun 2011 angka keberhasilan pengobatan tercapai. Meskipun angka keberhasilan pengobatan dapat dikatakan cukup baik tetapi angka kesembuhan dari tahun masih berada di bawah target yang diharapkan (>85%). INDONESIA SULUT KALBAR JAMBI SUMUT KALSEL BABEL LAMPUNG BANTEN SULTENG GRTALO NAD SULSEL SUMSEL JABAR SULBAR SULTRA JATIM JATENG SUMBAR BENGKULU D. I. Y. NTB KALTENG NTT BALI KALTIM MALUKU DKI RIAU KEPRI PAPUA MALUT PAPUA BARAT Grafik 1.17 Angka kesembuhan atau cure rate tahun % 47.3%53.3% 62.4% 66.0%70.0% 83.7% 92.1% 90.9% 89.4% 89.3% 89.0% 88.8% 88.5% 88.3% 88.0% 87.4% 87.4% 87.3% 86.4% 85.8% 85.8% 82.9% 85.6% 85.7% % 79.5% 78.0% 77.4% 76.6% 75.8% 74.0% 73.3% 72.6% Target program : minimal 85% 0% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Berdasarkan grafik 1.17, provinsi dengan angka kesembuhan < 85% di tahun 2011 sebanyak 20 provinsi dan 13 provinsi berhasil mencapai minimal 85% yaitu Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, NAD, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Banten, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Utara. Provinsi dengan angka kesembuhan di tahun 2011 tertinggi adalah Sulawesi Utara (92,1%) dan terendah adalah Papua Barat (42,2%). 17

20 INDONESIA GRTALO SULUT SUMSEL BANTEN SUMUT LAMPUNG SULTENG KALSEL JAMBI SULTRA NAD KALBAR JABAR NTB SULBAR BENGKULU JATIM MALUKU SUMBAR BABEL SULSEL JATENG BALI KALTENG D. I. Y. NTT KALTIM DKI MALUT RIAU KEPRI PAPUA PAPUA Grafik 1.18 Angka keberhasilan pengobatan atau success rate (SR) tahun Target program : minimal 85% Target RPJMN: minimal 86% 56.9% 90.3% 96.2% 94.9% 94.6% 94.4% 94.4% 94.3% 93.9% 93.6% 93.5% 93.2% 93.1% 92.9% 92.3% 92.0% 91.5% 90.6% 90.6% 89.8% 89.1% 89.1% 88.9% 87.8% 87.6% 87.2% 84.6% 83.4% 82.6% 69.5% 74.3% 76.8% 80.9% 82.3% % 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Berdasarkan grafik 1.18, menunjukan angka keberhasilan pengobatan per provinsi tahun terdapat beberapa provinsi dengan angka keberhasilan pengobatan yang lebih rendah di tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun Provinsi yang menunjukan penurunan angka keberhasilan pengobatan yang cukup signifikan adalah Provinsi Riau, Maluku Utara, Kaltim, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Tengah, Maluku, Bengkulu, dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan provinsi yang memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan adalah Provinsi Papua dan Papua Barat. Provinsi dengan angka keberhasilan pengobatan di tahun 2011 tertinggi adalah Gorontalo (96,2%) dan terendah adalah Papua Barat (56,9%). 18

21 j. Angka Penemuan Kasus (CDR) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR) Tabel 1.2 Pencapaian CDR dan SR Provinsi Tahun 2010 dan 2011 CDR, SR 2010 CDR, SR 2011 CDR 70% CDR<70% CDR 70% CDR<70% SR 85% SR< 85% Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku (8) NAD, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara barat (19) Riau, Kepulauan Riau, D.I. Yogyakarta, Maluku Utara, Papua, Papua Barat (6) SR 8 5% SR<8 5% Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku (7) DKI Jakarta (1) NAD, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat (17) Riau, Kepulauan Riau, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Papua, Papua Barat (8) Berdasarkan peta CDR-SR tahun 2011, terdapat 7 provinsi (21,2%) yang telah mencapai CDR 70% dan SR 85% yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara dan Maluku sedangkan provinsi yang mencapai target CDR kurang dari 70% dan SR kurang dari 85% sebanyak 8 (24,2%) provinsi yaitu Kepulauan Riau, Riau, DI Yogyakarta, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, Kalimantan timur, dan Nusa Tenggara Timur. Provinsi lainnya dengan CDR kurang dari 70% dan SR 85% sebanyak 17 provinsi (51,5%). Berdasarkan perbandingan antara CDR-SR pada tahun 2010 dan 2011, pada tahun 2010 terdapat 8 provinsi (24,2%) sedangkan pada tahun 2011 terdapat 7 Provinsi (21,2%) mengalami penurunan 1 (satu) Provinsi DKI Jakarta. k. Angka kesalahan laboratorium Angka kesalahan laboratorium yang menyatakan presentase kesalahan pembacaan slide/ sediaan yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksa pertama setelah di uji silang (cross check) oleh BLK atau laboratorium rujukan lain. 19

22 Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan sediaan secara mikroskopis langsung oleh laboratorium pemeriksa pertama. Untuk 8 provinsi (Bali, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Riau, dan Kalimantan Selatan) sudah melakukan untuk penerapan uji silang pemeriksaan dahak (cross check) dengan metode Lot Sampling Quality ssessment (LQAS). Untuk masa yang akan datang akan diterapkan metode LQAS di seluruh UPK. Waktu penghitungan angka ini berdasarkan sediaan dahak yang dikirim laboratorium pemeriksa pertama dan BLK yang melakukan uji silang sekitar 3-6 bulan sebelumnya. Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan sediaan secara mikroskopis langsung oleh laboratorium pemeriksa pertama. Beberapa provinsi (Bali, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Jawa Barat, Lampung,Sumatra Selatan, Riau dan Kalimantan Selatan saat ini sudah menggunakan uji silang dengan metode Lot Sampling Quality Assessment (LQAS) sedangkan provinsi yang lain masih menggunakan metode konvensional yaitu memerisa ulang 100% sediaan positif dan sediaan negative. Grafik 1.19 menunjukkan presentase kabupaten/ kota yang melaksanakan uji silang tahun Data tahun 2011 diperoleh sampai dengan triwulan 3 tahun Grafik 1.19 Persentase kab/kota yang melaksanakan uji silang tahun Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw

23 Sedangkan presentase fasyankes melaksanakan Uji Silang dan fasyankes dengan kualitas baik pada tahun dapat dilihat di bawah ini : Grafik 1.20 Presentase Fasyankes melaksanakan Uji Silang dan Fasyankes dengan kualitas baik tahun Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw % Fasyankes melaks Uji silang %Fasyankes kualitas baik diantara Fasyankes melaks Uji Silang Dari grafik 1.20 menunjukkan masih banyak fasyankes yang belum melaksanakan uji silang. Presentase fasyankes dengan kualitas baik dari fasyankes yang melaksanakan uji silang menunjukkan angka yang stabil. Fasyankes dengan kualitas baik pada daerah yang melaksanakan uji silang secara konvensional merupakan fasyankes dengan Error Rate 5%, sedangkan pada LQAS merupakan fasyankes tanpa KB (Kesalahan Besar) dan atau KK (Kesalahan Kecil) 3. 21

24 l. Kontribusi fasilitas pelayanan kesehatan lain dalam penemuan dan pengobatan kasus 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0% Grafik 1.21 Penemuan dan pengobatan kasus TB di beberapa tipe fasilitas pelayanan kesehatan tahun NGO DPS&Klinik Workplace Lapas BP4 RS PKM Berdasarkan grafik 1.21, trend penemuan kasus dan penggobatan di setiap tipe fasilitas pelayanan kesehatan dari tahun berbeda-beda. Puskesmas masih menjadi fasyankes yang paling besar kontribusinya dalam menemukan dan mengobati kasus. Sebelum tahun 2008 data kasus yang dilaporkan dari puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya digabung. Namun saat ini semakin banyak provinsi yang telah memisahkan data kasus dari beberapa tipe fasilitas pelayanan kesehatan. Dari pemisahan tersebut terlihat bahwa kontribusi penemuan kasus TB di rumah sakit terlihat semakin meningkat. Selain jumlah kasus dari rumah sakit jumlah rumah sakit yang telah melaksanakan DOTS. Penemuan dan pengobatan kasus oleh Balai Besar Pengobatan Paru Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) dari tahun tampak mengalami penurunan. Selain puskesmas, rumah sakit, dan BP, klinikdi tempat kerja (workplace), dokter praktek swasta (DPS), dan klinik di lapas/rutan mulai terlihat kontribusinya. Dari tipe fasilitas pelayanan kesehatan yang terlibat DOTS, puskesmas memberikan kontribusi terbanyak dalam menemukan dan mengobati kasus. 22

25 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0% Grafik 1.22 Hasil akhir pengobatan di beberapa tipe fasilitas pelayanan kesehatan tahun 2009 PKM RS BP4 Lapas Workplace DPS&Klinik NGO Meninggal Pindah Gagal Default Pengob. Lengkap Sembuh 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0% Grafik 1.23 Hasil akhir pengobatan di beberapa tipe fasilitas pelayanan kesehatan tahun 2010 PKM RS BP4 Lapas Workplace DPS&Klinik NGO Meninggal Pindah Gagal Default Pengob. Lengkap Sembuh 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0% Grafik 1.24 Hasil akhir pengobatan di beberapa tipe fasilitas pelayanan kesehatan tahun 2011 PKM RS BP4 Lapas Workplace DPS&Klinik NGO Meninggal Pindah Gagal Default Pengob. Lengkap Sembuh 23

26 Berdasarkan grafik 1.22, 1.23, dan 1.24, proporsi hasil akhir pengobatan dari masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan dari tahun terlihat tidak terlalu berbeda.angka pengobatan dan keberhasilan pengobatan tertinggi dan memenuhi target (>85%) adalah di puskesmas. selain itu hasil akhir pengobatan di Rumah sakit, BP4, workplacedan DPS juga terlihat cukup menggembirakan.yang masih harus menjadi perhatian saat ini adalah proporsi pasien yang pindah di lapas terlihat cukup besar (20-40%) hal ini menunjukan pemantauan setelah penggobatan di klinik lapas belum berjalan dengan baik. m. Hasil kegiatan kolaborasi TB HIV Tabel 2.3 Hasil kegiatan kolaborasi TB HIV dari unit TB tahun TB dengan HIV TB dengan HIV TB HIV yang Kasus TB positif di antara positif di antara mendapat ARV Kasus yang dites pasien TB yang seluruh pasien di antara pasien TB HIV Tahun dites HIV TB koinfeksi TB HIV (33 (18 provinsi) (18 provinsi) (18 provinsi) (18 provinsi) provinsi) Jumla % Jumlah % Jumlah % Jumlah % h Dari tabel 2.3 di atas terlihat bahwa dari tahun 2009 sampai dengan 2011 terjadi peningkatan jumlah kasus TB baik yang dites HIV, TB dengan HIV positif, dan TB HIV yang mendapatkan ARV. Hal ini menunjukan kegiatan kolaborasi TB HIV yang semakin baik atau semakin banyak jumlah provinsi yang mengirimkan laporan. Proporsi TB dengan HIV positif tahun terlihat mengalami penurunan.hal ini disebabkan karena jumlah kasus TB yang ada dari tahun ke tahun meningkat.meskipun demikian, jika dilihat jumlah absolute maka jumlah pasien TB dengan HIV positif mengalami peningkatan. n. Hasil kegiatan PMDT (Programmatic Management of Drug Resistant TB) Programmatic Management of Drug Resistant TBdimulai tahun 2009 di 2 pilot site yaitu DKI Jakarta dan Jawa Timur.Saat ini ekspansi PMDT dilakukan di 2 wilayah yang baru yaitu Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. 24

27 25

DITJEN PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2011

DITJEN PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2011 LAPORAN SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA Januari-Juni 211 DITJEN PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI 211 * Data dapat dikutip dan dipublikasikan dengan menyebutkan sumber 1 1. Pencapaian

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Buku Indikator Kesehatan

Buku Indikator Kesehatan Buku Indikator Kesehatan www.dinkes.sulbarprov.go.id Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi no 19 Mamuju Telpon 0426-21037 Fax : 0426 22579 BUKU INDIKATOR KESEHATAN PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Indikator Program TB. Kuliah EPPIT 16 Dept Mikrobiologi FK USU

Indikator Program TB. Kuliah EPPIT 16 Dept Mikrobiologi FK USU Indikator Program TB Kuliah EPPIT 16 Dept Mikrobiologi FK USU 1 a. Angka Penjaringan Suspek Adalah jumlah supek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun.

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR. Website:

PENYAKIT MENULAR. Website: PENYAKIT MENULAR Penyakit Menular Penyakit menular memberikan Informasi insiden, period prevalence dan prevalensi penyakit secara klinis dengan/tanpa informasi laboratorium yang digali melalui kuisioner.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Jenjang Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama (MTs/SMP) memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 74/11/52/Th VII, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah

Lebih terperinci

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga dapat menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek pelayanan yaitu bidang promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga

Lebih terperinci

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website: FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL RUANG LINGKUP Obat dan Obat Tradisional (OT) Obat Generik (OG) Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) TUJUAN 1. Memperoleh informasi tentang jenis obat

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Madrasah Aliyah sebagai bagian dari jenjang pendidikan tingkat menengah memerlukan upaya pengendalian,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 PENCAPAIAN DAN UMPAN BALIK PELAPORAN INDIKATOR PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 2010 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 SASARAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) atau dalam program kesehatan dikenal dengan TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAFTAR ISI Kondisi Umum Program Kesehatan... 1 1. Jumlah Kematian Balita dan Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan atau NifasError! Bookmark not

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

AFP Surveillance Analysis

AFP Surveillance Analysis AFP Surveillance Analysis Week 21, 2016 Sub Directorate Surveillance Directorate of Surveillance & Health Quarantine Directorate General of Disease Control Ministry of Health, Republic Indonesia Jl. Percetakan

Lebih terperinci

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

Kesehatan Gigi danmulut. Website: Kesehatan Gigi danmulut Latar Belakang Survey gigi bersifat nasional Dilaksanakan secara periodik yaitu : SKRT 1995 SKRT 2001 SKRT 2004 RISKESDAS 2007 RISKESDAS 2013 Data diperlukan untuk advokasi, peremcanaan,

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama dunia terutama pada negara - negara berkembang.

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci