PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL: PEMBINAAN TARI BARIS GEDE DI PESRAMAN GURUKULA, KABUPATEN BANGLI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL: PEMBINAAN TARI BARIS GEDE DI PESRAMAN GURUKULA, KABUPATEN BANGLI"

Transkripsi

1 22 PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL: PEMBINAAN TARI BARIS GEDE DI PESRAMAN GURUKULA, KABUPATEN BANGLI I Wayan Sudana Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar Ringkasan Eksekutif Tari Baris Gede adalah salah satu bentuk kesenian tradisional yang dipentaskan saat upacara ritual keagamaan Hindu di hampir semua desa-desa di Kabupaten Bangli. Tari Baris Gede perlu dilestarikan karena tari tradisional ini hanya dipentaskan saat ada ritual keagamaan, kebanyakan ditarikan oleh para lelaki sepuh sehingga tidak banyak ada regenerasi penari, dan jarang ada pembinaan tari ini untuk anak-anak. Disamping perlunya anak-anak muda yang berkompetensi menari dan melatihkan tari ini ke generasi selanjutnya, buku panduan pelatihan Tari Baris Gede merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menjamin pelaksanaan pelestarian seni tari ini berlangsung dengan baik. Kegiatan pembinaan Tari Baris Gede di Pesraman Gurukula telah berhasil melatihkan sekelompok remaja pria yang mampu menarikan Tari Baris Gede dengan sangat baik dan sebuah buku pedoman pelatihan Tari Baris Gede yang sangat sederhana yang dapat dipergunakan oleh para penari atau pelatih tari generasi selanjutnya. Keberhasilan kegiatan ini adalah awal bagi pelestarian seni tari tradisional Bali. Pembinaan yang lebih intensif dan sistematis perlu dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, instansi non pemerintah maupun oleh masyarakat secara mandiri. Kata-kata kunci: Tari Baris Gede, pembinaan, tradisional, pelestarian Executive Summary Baris Gede Dance is one form of traditional arts which is performanced in religious Hinduisms events at almost all villages in the Bangli Regency. The Baris Gede Dance is needed to be conserved because the traditional dance is only performed in religious events; it is mostly danced by oldmen without regenaratng the dancers; and the dance coaching for the youths was rarely conducted. Instead of the need on young generation having the dance competence as well as having the dance s training skills for the next generation, a guide book for training the dance is n important thing for granting that the concerving on the traditional dance can be properly conducted. The coaching activities on the Baris Gede Dance in the Pesraman Gurukula were successfully trained a group of young men having very good competences in dancing the Baris Gede and a very simple guide book for training the dancing that can be used by the dancers as well as the next generation dance trainers. The success story of the activity is a part of beginning the concerving the Balinese traditional dances. The more intensive and systemic coaching activities should be done by various parties including the government, non governments, and the society it self autonomiously. Keywords: Baris Gede Dance, coaching, traditional, concerving

2 23 A. PENDAHULUAN Pesraman Gurukula Bangli berlokasi di Desa Kubu Kabupaten Bali, sebuah tempat perbukitan berhawa sejuk dengan penataan halaman Pesraman yang amat indah. Pesraman ini tepatnya beralamat di Pusat Pendidikan Hindu Widyalaya, Jalan Pucak Hyang Ukir, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Pesraman Gurukula ini diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia pada tanggal 23 Maret Pesraman Gurukula dengan areal 2 Ha yang berada di sebelah Utara Bukit Bangli, memiliki udara bersih, dengan panorama 3 (tiga) gunung, yaitu di sebelah timur panorama Gunung Agung, di sebelah utara panorama gunung batur, di sebelah Barat Laut panorama Gunung Terompong, serta panorama lainnya yang menghijau. Gurukula adalah implementasi konsep penyampaian pengetahuan suci dari guru kepada muridnya berdasarkan konsep weda. Pesraman Gurukula Bangli, yang berdiri berdasarkan akte Pendirian Yayasan Nomor 86 tanggal 29 September Pendidikan model Pesraman Gurukula Bangli mencontoh model Gurukula di India yang disesuaikan dengan budaya Bali. Pesraman Gurukula merupakan salah satu entitas sosial religius yang mengemban misi pelestarian budaya Bali. Para siswa secara desiplin dilatih sebagai agen pelestari budaya Bali, oleh karena itu mereka dibelajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan seni budaya Bali terutama kesenian tradisional. Namun, sampai saat ini tenaga pelatih seni budaya tradisional masih perlu didatangkan dari luar pesraman, apalagi seni budaya Bali sangat beragam. Salah satu kesenian tradisional khas yang ada di daerah sekitar Pesraman Gurukula Bangli adalah Tari Baris Gede, yang hanya dipentaskan saat-saat upacara keagamaan besar di pura. Seni sakral ini biasanya ditarikan oleh beberapa orang lakilaki dewasa atau para sepuh. Banyak orang prihatin bahwa Tari Baris Gede bisa suatu saat punah karena regenerasi penari yang terhambat, terlebih-lebih saat ini para anak muda cenderung tidak menggemari seni tradisional. Para siswa Gurukula sangat amat disiplin dalam mengikuti semua kegiatan Pengembangan Diri (Pengembangan Bakat), terutama dalam mengikuti kegiatan olah seni gerak tari maupun tabuh. Hal ini teramati pada pembinaan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) ISI Denpasar tahun Akademik 2008/2009, anak-anak siswa Gurukula cukup terampil bermain gamelan, dan atraksi tari barong, namun mereka memerlukan pembinaan lebih lanjut. Untuk menindaklanjuti aktifitas berkesenian di Pesraman Gurukula ini, para dosen ISI Denpasar telah melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat memberikan pembinaan Tari Baris Gede. B. SUMBER INSPIRASI Untuk menjaga kelanggengan hidup dari tari tradisional yang difungsikan untuk ritual keagamaan, kegiatan pembinaan kesenian baik pada lembaga formal maupun kepada masyarakat pedesaan perlu diperbanyak dan diintensifkan. Satu hal yang tidak kalah pentingnya bagai masyarakat Bali adalah memberikan pengarahan kepada generasi muda akan pentingnya sebuah kegiatan pembinaan kesenian sebagai identitas diri pemeluk agama Hindu dan terhindar dari prilaku yang menyesatkan.

3 24 Tari Baris Gede adalah salah satu kesenian tradisional ritual keagamaan yang perlu dilestarikan, tidak saja regenerasi penari tetapi juga dokumentasi ragam gerak dan ragam busana tari tersebut. C. METODE Ada beberapa hal yang perlu mendapat dipertimbangkan dalam menentukan metode pembinaan Tari Baris Gede adalah sebagai berikut: a. Mengingat para siswa berasal dari latar belakang kemampuan yang berbeda, atau ada yang berasal dari keluarga seniman dan non seniman, maka diperlukan teknik penyampaian yang menarik agar mereka tidak merasa bosan dalam mengikuti pelatihan. b. Mengingat pembinaan tari memerlukan waktu yang panjang dan rutin, sementara pembina tari memiliki waktu terbatas sehingga disepakati pada siang hari wita setiap hari Jumat dan Minggu. Ada beberapa tahapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan tari untuk memilih metode yang umum dipakai sebagai berikut: a. Metode Ceramah. Metode ini digunakan untuk mengawali setiap kegiatan guna menyampaikan informasi tentang materi yang diberikan, mulai dari deskripsi tari, fungsi tari, karakter gerak, struktur tari, busana tari dan musik iringannya. Dalam metoda ceramah ini sering pula diselingi dengan peragaan gerak tari secara global saja, karena gerak detailnya diberikan pada peragaan langsung (metode demonstrasi). b. Metode Demonstrasi. Materi ceramah dapat difisualisasikan atau diperagakan langsung oleh Pembina secara bertahap dalam metoda demonstrasi ini. Diawali dengan memberikan contoh-contoh gerak dasar, cara melangkahkan kaki, merasakan tumpuan berat badan, memasang kuda-kuda atau kaki sebelah mana yang menjadi penyangga, cara mengayunkan tangan (metayungan) dan sebagainya. Semua contoh-contoh gerak di atas dilakukan secara pelan oleh Pembina (pelatih tari). Hal ini dilakukan agar supaya peserta didik dapat mengikuti secara seksama dan menghayatinya secara mendalam. Dalam metoda ini diperlukan trik-trik lain yang humoris untuk membangun semangat peserta didik agar mereka tidak merasa bosan. Selain mengikuti cara demonstrasi, peserta anak didik melihat dan mempraktekkan langsung dari bimbingan seorang pembina, factor menonton pertunjukan tari adalah factor yang sangat efektif pula, baik menonton langsung maupun melalui hasil rekaman (Film). c. Metode Tanya Jawab. Cara seperti ini memang digunakan untuk peserta didik mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan meteri yang diajarkan, sebagai evaluasi terselubung mengenai tingkat pemahaman peserta didik. Mereka diberikan kesempatan untuk negosiasi, apakah Pembina telalu cepat memberikan materi atau terlalu pelan dan sebagainya. Bagian ini biasanya dilakukan pada saat peserta didik istirahat. d. Evaluasi. Evaluasi adalah suatu cara untuk mengukur ketrampilan anak-anak binaan dalam menari, yang dilakukan oleh pembina secara bervariasi. Dalam pembinaan Tari Baris Gede yang diadakan Pesraman Gurukula Bangli,

4 25 pembina mengadakan evaluasi secara bertahap (tahap pepeson, pengawak, dan pengecet). Evaluasi terakhir diadakan setelah peserta didik dapat menguasai Tari Baris Gede secara utuh. D. KARYA UTAMA Karya utama dari kegiatan ini adalah (1) kompetensi sekelompok remaja putra dari Pesraman Gurukula dalam menarikan Tari Baris Gede, yang selanjutnya para penari ini diharapkan sebagai duta pelestari seni tari sakral (tradisional), dan (2) panduan pelatihan Tari Baris Gede, yang dihimpun dari berbagai sumber (1-5) dan telah melalui ujiterap dalam kegiatan-kegiatan pembinaan Tari Baris Gede di Pesaraman Gurukula. Panduan gerak Tari Baris Gede disusun berdasarkan eksistensinya saat ini dan hasil telaah literatur berkaitan dengan tari baris dan tari ritual (1-5) serta setelah melalui hasil ujiterapdapat dijelaskan berturut-turut sebagai berikut. 1. Bagian Pepeson a. Bagian ini dimulai dari agem kanan, dengan gerakan berjalan pelan langkah kaki kiri dan kaki kanan, tangan kanan memegang tombak dipundak kanan miring ke belakang, tangan kiri metayungan, pandangan ke depan ekspresi mata mendelik. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, diakhiri dengan gerakan ngangkab, mundur kaki kiri dan kaki kanan secara bergantian dan tanjek kiri (agem kanan) b. Tombak direbahkan ke depan tinggi, tangan kiri direntangkan. Kipekan ke pojog depan kiri, dorong ke kiri, tombak mendekat ke badan, dan dengkleng kaki kanan. Sekelompok penari berjalan pelan dengan tombak di pundak kanan. Sekelompok penari berjalan pelan, pada bagian papeson.

5 26 c. Kipekan ke pojok kanan depan, dorong ke kanan, tangan kiri mendekat ke badan, dan dengkleng kaki kiri. Gerakan ini dilakukan secara bergantian, kemudian dilanjutkan dengan gerakan ngangkab mundur kiri dan kanan, diakhiri dengan tanjek kiri (agem kanan), sedangkan posisi tombak tegak lurus. Penari dalam gerakan dengkleng kiri, pada bagian papeson. d. Gerakan piles kiri, langkah malpal maju kiri,putar hadap ke luar, ke belakang, ke dalam, ke depan mencari posisi semula, diikuti oleh penari kelompoknya. Setelah berada di tempat semula gerakan malpal semakin pelan, diakhiri tanjek kiri untuk mencari posisi atau bagian pengawak dan posisi tombak tegak lurus. Penari dalam gerakan dengkleng kiri, pada bagian papeson. 2. Bagian Pengawak a. Dari agem kanan, gerakan piles kiri disertai ucapan ih..(digetarkan), ngelier kiri, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kiri disertai ucapan air., taruh kaki kiri, ngangkab tanjek kanan. Dorong dan langkahkan kaki kanan dan kiri ke pojok kanan depan, dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, mundur kanan dan kiri, maju kaki kiri dan kanan, piles kiri angkat kaki kiri, taruh kaki kiri dibelakang dan ngelier, ngangkab kipekan ke depan mendelik, tanjek kanan (agem kiri) Penari dalam posisi berhadaphadapan, pada bagian pengawak.

6 27 b. Dari agem kiri, gerakan piles kanan disertai ucapan ih..(digetarkan), ngelier kanan, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kanan dengan ucapan air, taruh kaki kanan, ngangkab tanjek kiri. Dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, dorong dan langkahkan kaki kanan dan kiri ke pojok kanan depan, mundur kaki kiri dan kanan, maju kaki kanan dan kiri, piles kanan angkat kaki kanan, langkah kaki kanan, putar keluar dan hadaphadapan, tanjek kiri (agem kanan). c. Dari agem kanan, gerakan piles kiri disertai ucapan ih..(digetarkan), ngelier kiri, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kiri dengan ucapan air., taruh kaki kiri, ngangkab tanjek kanan. Dorong dan langkahkan kaki kanan dan kiri ke pojok kanan depan, dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, mundur kaki kanan dan kiri, maju kiri, piles kiri angkat kaki kiri, taruh kaki kiri dibelakang dan ngelier, ngangkab kipekan ke depan mendelik, tanjek kanan (agem kiri). d. Dari agem kiri, gerakan piles kanan disertai ucapan ih..(digetarkan), ngelier kanan, kipekan ke depan, manggutan angkat kaki kanan dengan ucapan air.., taruh kaki kanan, ngangkab tanjek kiri. Dorong dan langkahkan kaki kiri dan kanan ke pojok kiri depan, dorong dan langkahkan kaki-kanan dan kiri ke pojok kanan depan, mundur kaki kiri dan kanan, maju kaki kanan dan kiri, piles kanan angkat kaki kanan, langkah kaki kanan, putar ke depan malpal dan tanjek kiri (agem kanan) dan jongkok setengah lutut. Posisi tombak tegak lurus dan tangan kiri berada di atas lutut kiri. Penari dalam posisi berhadaphadapan, pada bagian pengawak. Pembina memberikan contoh ngelier kiri (gerakan mata) pada bagian pengawak. Pembina memberikan contoh ngelier kiri (gerakan mata) pada bagian pengawak.

7 28 e. Ada ucapan puh.ih 3x, diakhiri puh..fokus pandangan pada waktu ucapan puh mengarah ke samping kanan, dan pada ucapan ih.pandangan ke depan. Kemudian semua penari bangun, dengan gerakan mundur kaki kiri dan kaki kanan secara bergantian. Selanjutnya penari melakukan gerakan angsel 2 kali dalam posisi agem kanan, piles kiri, gerakan malpal mulai kaki kiri dan putar ke luar ke belakang dan ke depan serta focus pandangan ke depan. membentuk 2 kelompok. Mereka bergerak silang berkelompok membentuk angka 8 secara bersamaan. Penari kelompok kiri ketika berimpit selalu berada di depan penari kelompok kanan, berseberangan dan kembali ke tempat semula dan menghadap ke dalam (berhadap-hadapan). Gerakan angsel kanan 2x lanjut ke posisi (bagian pengecet). 3. Bagian Pengecet a. Dari agem kanan, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kiri, rebahkan kepala ke kanan dan kembali ke atas, angkat kaki kanan dan taruh kaki kanan, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kanan, lanjut dengan gerakan angsel kanan 2x pindah ke agem kiri dan posisi tombak tetap tegak lurus. b. Dari agem kiri, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kanan, rebahkan kepala ke kiri dan kembali ke atas, angkat kaki kiri dan taruh kaki kiri, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kiri, lanjut dengan angsel kiri sebanyak 2x lanjut pindah ke agem kanan. Tabuh Pengawak Pembina memberikan akses ucapan pada bagian pengawak. Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet. Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet

8 29 c. Selanjutnya adalah adegan perang tombak direbahkan ke dalam diarahkan ke atas dan ke bawah secara berhadaphadapan, pecut kanan dan kiri 3x, penari bergerak berseberangan pindah tempat, diakhiri gerakan angsel kanan 2x pengulangan gerakan pengecet. d. Dari agem kanan, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kiri, rebahkan kepala ke kanan dan kembali ke atas, angkat kaki kanan dan taruh kaki kanan, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kanan, lanjut dengan angsel 2x pindah ke agem kiri dan posisi tombak tegak lurus. e. Dari agem kiri, putar tangan kiri diberengi angkat kaki kanan, rebahkan kepala ke kiri dan kembali ke atas, angkat kaki kiri dan taruh kaki kiri, ngangkab ke dua pundak. Gerakan semacam ini dilakukan sebanyak 3x dalam posisi agem kiri, lanjut dengan angsel 2x pindah ke agem kanan dan posisi tombak masih tetap tegak lurus. f. Kemudian terjadi pengulangan adegan perang tombak diarahkan ke atas dan ke bawah secara berhadapan, pecut kanan dan kiri 3x, berseberangan pindah tempat, diakhiri gerakan angsel kanan 2x kemudian gerakan malpal membentuk lingkaran, hadap ke dalam dan posisi tobak tegak lurus. Seorang penari masuk ke dalam lingkaran dan semua penari angsel 2x. Kemudian penari yang lainnya mengambil posisi jongkok setengah lutut, tombak tegak Penari dalam gerakan perang, pada bagian pengecet. Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet. Pembina memberikan contoh gerakan ngangkab, pada bagian pengecet. Pembina memberikan akses ucapan pada bagian pengawak.

9 30 lurus, kedua tangan memegang tombak. Ketika seorang penari berada dalam lingkaran, ada ucapan puh.ih 3x puh. g. Semua penari bangun dan bergerak malpal melintasi garis lingkaran, ujung tombak dan fokus penari diarahkan ke ujung tombak penari dalam lingkaran. Setelah bergerak mengelilingi lingkaran penuh, penari kembali ke kelompoknya masing-masing membentuk 2 kelompok menghadap ke depan. h. Angsel 1x pindah agem kiri: maju kaki kiri, maju kaki kanan, mundur kaki kiri, langkah kaki kanan, kiri, kanan dalam posisi agem kiri. Tombak digerakkan ke atas dan ke bawah. i. Semua penari melakukan gerakan ngopak lantang, kedua tangan memegang tombak dalam posisi tegak lurus. Angsel 1x, tanjek kiri (agem kanan), maju kaki kanan, maju kaki kiri, mundur kaki kanan, tanjek kaki kiri, dan tombak digerakkan ke atas lurus. j. Angsel 1x pindah agem kiri: maju kaki kiri, maju kaki kanan, mundur kaki kiri, tanjek kaki kanan, kiri, kanan dalam posisi agem kiri dan tombak digerakkan ke atas lurus. Penari mengangkat tombak, membentuk lingkaran dan menyatukan ujung tombak di tengah-tengah lingkaran (membentuk kerucut). k. Angsel pertama; maju kaki kanan, kiri, mundur kaki kanan, tanjek kiri (agem kanan). Angsel kedua; langkah kaki kiri, kanan, dan tanjek kiri. Dari agem kanan posisi tombak direbahkan dipundak kanan, langkah maju kaki kiri, putar ke dalam, tangan kiri metayungan selesai Sekelompok penari berjalan pelan dengan tombak di pundak kanan.

10 31 E. ULASAN KARYA Pencapaian kompetensi menari Bali khususnya melalui pembinaan Tari Baris Gede pada remaja putra yang belum pernah menari mengalami banyak kendala, namun berkat minat dan ketekunan berlatih serta teknik pelatihan yang dikembangkan sesuai kebutuhan anak-anak binaan semua kesulitan dapat diatasi. Ada lima strategi pelatihan dalam pembinaan Tari Baris Gede yang telah dilakukan secara berturut-turut yaitu: (1) Pelatihan ragam-ragam gerak tanpa musik pengiring (dengan hitungan satu, dua, tiga, empat.lima, enam, tujuh, delapan dan selanjutnya berulang-ulang dengan hitungan tersebut). Ragam gerak yang dilatihkan mulai dari gerak agem kanan dan agem kiri (lihat Tabel 1); (2) Pelatihan ragam-ragam gerak yang disambung sebagai penggalan tari tanpa musik pengiring; (3) Pelatihan penggalan tari dengan musik pengiring; (4) Pelatihan keseluruhan penggalan tari dengan musik pengiring; (5) Ujicoba hasil pelatihan dengan iringan musik lengkap dengan memakai ragam rias dari Tari Baris Gede (diuraikan dalam paragraph selanjutnya) yang dilanjutkan dengan pementasan hasil pembinaan. Tabel 1. Ragam Gerak Tari Baris Gede No Ragam Gerak Keterangan 1 Agem kanan Sikap diam dengan dasar tumpuan (berat badan) berada di kaki kanan dan posisi kaki kiri maju dua tapak. Posisi badan tegak dan sedikit condong ke kanan, tangan kanan sirang mata dan tangan kiri sirang susu. Posisi agem kanan ini dilakukan dalam karakter tari laki bebarisan. 2 Agem kiri Sikap diam dengan dasar tumpuan (berat badan) berada di kaki kiri dan posisi kaki kanan maju dua tapak. Posisi badan tegak dan sedikit condong ke kiri, tangan kiri sirang mata dan tangan kanan sirang susu. Posisi agem kiri ini dilakukan dalam karakter tari laki bebarisan. 3 Berjalan pelan Melangkahkan kaki kiri maupun kanan secara pelan ke arah depan, samping dan belakang 4 Malpal Melangkahkan kaki kiri maupun kanan secara cepat ke arah depan, samping, dan belakang 5 Dengkleng kanan Sikap diam dengan posisi kaki kiri sebagai tumpuan, sedangkan kaki kanan diangkat setinggi lutut 6 Dengkleng kiri Sikap diam dengan posisi kaki kanan sebagai tumpuan, sedangkan kaki kiri diangkat setinggi lutut 7 Gandang nguri Melangkahkan kaki kiri dan kanan mundur, dikombinasikan dengan gerak tangan metayungan 8 Angsel bawak Gerak ayunan kaki kiri dan kanan dengan aksen (tekanan) yang dilakukan dalam tempo cepat pada agem yang sama (agem kiri atau agem kanan saja). Angsel bawak juga sebagi gerak transisi (perpindahan dari agem kiri ke agem kanan atau sebaliknya) 9 Angsel lantang/ Ngopak lantang Gerak ayunan kaki kiri dan kanan dengan aksen (tekanan) yang dilakukan dalam tempo cepat dan panjang pada agem

11 32 yang sama (agem kiri atau agem kanan saja). Angsel bawak juga sebagi gerak transisi (perpindahan dari agem kiri ke agem kanan atau sebaliknya) 10 Metayungan Gerak ayunan tangan kanan dan kiri dengan arah gerakan ke depan dan ke belakang secara pelan 11 Kipek kanan Gerak kepala (tolehan) ke kanan dengan tekanan cukup keras dan sebaliknya kipek kiri adalah gerak kepala (tolehan) ke kiri dengan tekanan cukup keras 12 Piles kanan Gerak kaki kanan dengan putaran tumit kanan ke arah depan dan sebaliknya piles kiri adalah gerakan kaki kiri dengan putaran tumit kiri ke arah depan 13 Ngelukun Putaran gerak tangan kiri yang terdapat pada bagian pengecet tari Baris Gede yang dikombinasikan dengan angkat kaki kanan dan kiri serta rebahan kepala ke kanan dan kiri 8 Metulup Salah satu ragam gerak seperti membidik musuh yang terdapat dalam adegan perang pada bagian pengecet Tari Baris Gede. Ragam rias yang digunakan dalam Tari Baris Gede cukup bervariasi, dalam arti ada yang memakai rias muka penuh, atau hanya tiga titik putih pada dua pelipis dan kening penari. Tetapi mengenai tata busana yang digunakan dalam Tari baris Gede adalah sebagai berikut : 1. Gelungan yang diletakkan di kepala terbuat dari kulit, dihiasi dengan kain poleng, ada yang berbentuk kerucut atau dibuat dari bahan kerang laut (warna putih) 2. Celana putih panjang pada bagian bawahnya ditempelkan setewel sedangkan pada lengan baju putih diikatkan kain kecil yang disebut gelangkana. 3. Kain putih panjang meter yang dililitkan di badan dan ujung kain ke bawah (lelancingan). 4. Semayut yang terbuat dari kain sebesar pipa 2 Dim berbentuk BH besar dan gunanya untuk pengikat kain lancingan dan menggantung keris bersarung. 5. Keris yang diletakkan di punggung dan dimasukkan ke dua buah lubang semayut. 6. Awir pendek agak besar yang terbuat dari kain ditempelkan pada pinggang penari. 7. Awir panjang dalam bentuk kecil yang terbuat dari kain poleng ditempelkan pada pundak penari, biasanya terdiri dari 2 atau 3 ikat. 8. Lamak adalah sejenis awir dalam ukuran besar dan panjang yang ditempelkan di depan dada. 9. Badong besar yang terbuat dari kain beludru bersusun dengan hiasan butiran kaca dan benang wool ditempelkan pada leher penari. 10. Selendang terbuat dari kain cepuk atau kain rembang digantungkan pada leher penari. Faktor yang sangat mendukung dalam pembinaan Tari Baris Gede di Pesraman Gurukula adalah mereka tinggal di asrama Gurukula. Dalam kesederhanaan mereka makan, tidur, belajar, bahan bacaan, berolah seni, semuanya

12 33 disediakan secara gratis, mereka berada jauh dari orang tua. Meskipun demikian tidak menyurutkan semangat mereka di dalam mengikuti setiap kegiatan yang telah direncanakan. Selama tiga bulan kegiatan pengabdian di Pesraman Gurukula ini, peserta anak didik dapat mengikuti kegiatan dengan baik dalam pembinaan Tari Baris Gede. Hanya dengan bermodalkan semangat dan disiplin tinggi, mereka berhasil menarikan Tari Baris Gede yang dipentaskan saat ada ritual keagamaan di Pesraman Gurukula maupun di pura desa setempat. F. KESIMPULAN Pembinaan Tari Baris Gede di Pesraman Gurukula telah berhasil melatihkan sekelompok remaja pria yang mampu menarikan tari ini dengan sangat baik dan sebuah buku saku pedoman pelatihan Tari Baris Gede yang sangat sederhana namun dapat dipergunakan oleh para penari atau calon pelatih tari. Hasil pembinaan Tari Baris Gede ini merupakan awal bagi pelestarian seni tari tradisional yang hampir punah. Pembinaan yang lebih intensif dan sistematis perlu dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, instansi non pemerintah maupun oleh masyarakat secara mandiri. G. DAMPAK DAN MANFAAT Kegiatan pembinaan seni tari berdampak pada peserta didik dapat yang mampu mempertunjukkan Tari Baris Gede akan menggugah semangat masyarakat di dalam melestarikan tari tradisional; tersebut dalam mementaskannya setiap ada upacara Agama Hindu di Bali. Manfaat yang dirasakan dari kegiatan ini adalah bagi: 1. Peserta Pembinaan Para siswa di Yayasan Pesraman Gurukula Bangli ini pada umumnya berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka berasal dari seluruh Kabupaten di Bali, bahkan ada juga yang berasal dari luar Bali. Sementara ini Yayasan Pesraman Gurukula Bangli hanya baru menampung siswa pria saja. Meskipun demikian siswa putri yang berasal dari luar Bali (berbasis Hindu Jawa) dan melanjutkan studi di SMA maupun SMK mendapat perhatian khusus dari pengurus Yayasan dan ditampung di asrama Gurukula. Mereka semua baik yang berasal dari Bali maupun luar Bali tinggal di asrama Yayasan, makan, tidur, pendidikan, buku-buku, dan lain-lain semuanya ditanggung oleh Yayasan Gurukula secara gratis. Semua kegiatan kelas baik itu Intra kurikuler maupun ekstra kurikuler (bidang pengembangan diri) dapat diikuti dengan disiplin yang tinggi dan bertanggung jawab. Meskipun mereka berasal dari latar belakang kemampuan yang sangat berbeda, dalam memberikan pelatihan tari disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dalam kegiatan pelatihan diusahakan diberikan ragam gerak yang sederhana dan dengan mudah diikuti oleh anak didik. Yang paling penting dapat membangun semangat anak didik untuk bisa menghargai keseniannya sendiri sebagai warisan para leluhur.

13 34 2. Pembina Tari Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat sangat dibutuhkan oleh para Pembina atau Para Dosen, karena melalui kegitan ini mereka dapat mendarma bhaktikan bidang ilmunya kepada masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mengemban tiga kegiatan yaitu, Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Penyampaian materi dengan memakai metode yang tepat sasaran dan mudah dipahami oleh siswa, dan pada akhirnya dapat meningkat motivasi, keterampilan para siswa dalam pelestarian kesenian Bali di masa mendatang. 3. Masyarakat Sekitar Pada setiap kegiatan pembinaan seni, faktor penentu dalam keberhasilannya selain peserta dan pembinan adalah masyarakat pendukungnya, termasuk juga orang tua dan keluarga sebagai pendorong dalam peningkatan minat anak didik dalam pelestarian kesenian khususnya seni tari serta ikut secara tidak langsung memberi penilaian terhadap keberhasilan suatu pembinaan seni itu sendiri. H. DAFTAR PUSTAKA (1) Bandem, I Made. 1975/1976. Barong di Bali ditinjau dari Segi Ritual dan Perkembangannya sebagai Seni Pertunjukan, Denpasar; Proyek Sasana Budaya Bali. (2) Bandem, I Made dan Frederik Eugene deboer Kaja and Kelod: Balinese Dance in Transition, Kuala Lumpur: Oxford University Press. (3) Bandem, I Made Tari-Tarian Bali Dalam Agama Hindu. Denpasar: Parisada Hindu Dharma. (4) Dibia, I Wayan Mengenal Tari-Tarian Bali Sebelum Abad XX. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonenesia. (5) Dibia, I Wayan Prembon: Sebuah Dramatari dan Konsep Olah Seni. Jakarta : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. I. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar atas dukungan pendanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui DIPA ISI Denpasar Tahun 2009.

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

Gambar 6 Gelungan Telek dari Banjar Kawan Foto: Ayu Herliana, 20011

Gambar 6 Gelungan Telek dari Banjar Kawan Foto: Ayu Herliana, 20011 Tata Rias dan Busana Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar Kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalan tari Bali. Busana merupakan faktor

Lebih terperinci

Kritik Seni Tari Tarunajaya Kembar dalam Tayangan VCD Balinese Dance Tari Bali Produksi Bali Record Vol.1

Kritik Seni Tari Tarunajaya Kembar dalam Tayangan VCD Balinese Dance Tari Bali Produksi Bali Record Vol.1 Kritik Seni Tari Tarunajaya Kembar dalam Tayangan VCD Balinese Dance Tari Bali Produksi Bali Record Vol.1 Oleh I Gede Parwata Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

(MSPI), p A. A. M. Djelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

(MSPI), p A. A. M. Djelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Wujud Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Wujud merupakan salah satu bagian dari tiga elemen karya seni (wujud, isi/bobot, dan penampilan), serta menjadi

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR ABSTRAK Bali menjadi tempat tumbuh suburnya pemandangan multikultural yang harmonis. Perpaduan indah ini tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

MAKNA RAGAM GERAK TARI BARIS TUNGGAL : Penerapannya pada Kegiatan Ekstrakuriler di SMPN 4 Mendoyo Jembrana-Bali. Diah Rusdhiana

MAKNA RAGAM GERAK TARI BARIS TUNGGAL : Penerapannya pada Kegiatan Ekstrakuriler di SMPN 4 Mendoyo Jembrana-Bali. Diah Rusdhiana MAKNA RAGAM GERAK TARI BARIS TUNGGAL : Penerapannya pada Kegiatan Ekstrakuriler di SMPN 4 Mendoyo Jembrana-Bali Diah Rusdhiana Abstract: Baris tunggal dance was a basic dance for man which must be powered

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI Oleh : NI PUT ERAWATI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BUDAYA TOPENG MALANGAN

PEMERTAHANAN BUDAYA TOPENG MALANGAN PEMERTAHANAN BUDAYA TOPENG MALANGAN Eny Dyah Yuniwati 1, Mudji Rahayu 2, Sri Utami 3 123 Universitas Wisnuwardhana Malang 1 nieyuniwati@gmail.com ABSTRAK Budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA Oleh Ni NyomanAndra Kristina Susanti Program StudiSeni (S2) ProgramPascasarjanaInstitutSeni Indonesia Denpasar Email: andra.kristina@yahoo.co.id Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI ARTIKEL KARYA SENI PEMBELAJARAN TARI PUSPANJALI LEWAT RANGSANG TARI KINESTETIK BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) BANGLI Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI PROGRAM

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXX di Depan Museum Bajra Sandhi Tahun 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki seni dan budaya tradisional masing-masing yang kemudian secara

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar 1. Deskripsi Garapan Abimanyu Wigna merupakan tari kreasi baru yang ditarikan oleh 5 orang penari putra, bertemakan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja

Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha Kiriman I Ketut Sariada, SST., MSi., Dosen PS Seni Tari ISI Denpasar 1. Bentuk gerak tari Bentuk gerak tari kreasi baru

Lebih terperinci

: cak cak (keras) T.T : cak cak (keras)

: cak cak (keras) T.T : cak cak (keras) Deskripsi Karya Cak Lubdhaka Oleh: Ida Bagus Nyoman Mas, SSKar Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya garapan Cak Lubdhaka dapat terwujud dan layak untuk disajikan. Ada beberapa hal yang bersifat

Lebih terperinci

: mempraktikan tari tradisional tari zapin dengan menggunakan pola lantai dan. No. Ragam Nama gerak Hit Uraian gerak 1. Masuk awal

: mempraktikan tari tradisional tari zapin dengan menggunakan pola lantai dan. No. Ragam Nama gerak Hit Uraian gerak 1. Masuk awal Soal iringan : mempraktikan tari tradisional tari zapin dengan menggunakan pola lantai dan No. Ragam Nama gerak Hit Uraian gerak 1. Masuk awal Posisi Awal Kedua tangan ngruji, tangan kiri nekuk di depan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 3)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 3) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 3) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Pakem Mata Pelajaran : Seni Budaya ( Seni Tari ) Kelas / Semester Alokasi Waktu : VIII / I : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB. Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur. Di unduh dari : Bukupaket.com. Alur Pembelajaran

BAB. Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur. Di unduh dari : Bukupaket.com. Alur Pembelajaran BAB 4 Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur Alur Pembelajaran Pada Bab 4 ini, peserta didik diharapkan: 1. Mengamati konsep ragam gerak tari tradisional: Kepala, Badan, Tangan dan Kaki. 2.

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Oleh Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn ============================================================ Abstrak Tari Pendet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di Kabupaten Bintan Tahun 1980-2007 diketahui bahwa kesenian Mak Yong merupakan seni pertunjukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tari Taru Tari Tara adalah sebuah karya baru yang merupakan hasil

BAB V PENUTUP. Tari Taru Tari Tara adalah sebuah karya baru yang merupakan hasil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tari Taru Tari Tara adalah sebuah karya baru yang merupakan hasil interpretasi dan kreativitas tentang tokoh kakek, I Wayan Tangguh. Tangguh adalah seniman pembuat topeng, juga

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR Oleh : NI PUTU LETSU PHYARTINI PROGRAM STUDI S-1 TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN Oleh I Gusti Agung Malini Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Selain ritual, menusukkan

Lebih terperinci

Perbedaan Tokoh Arya pada Dramatari Gambuh Gaya Batuan dengan Pedungan Kiriman: Ida Bagus Surya Peredantha, SSn., MSn. A. Karakter

Perbedaan Tokoh Arya pada Dramatari Gambuh Gaya Batuan dengan Pedungan Kiriman: Ida Bagus Surya Peredantha, SSn., MSn. A. Karakter Perbedaan Tokoh Arya pada Dramatari Gambuh Gaya Batuan dengan Pedungan Kiriman: Ida Bagus Surya Peredantha, SSn., MSn. Sebagaimana diketahui, di Bali, khususnya di Bali Selatan terdapat dua daerah yang

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Gerakan Dasar BEBERAPA MACAM GERAKAN DASAR DAN VARIASINYA,YAITU; BERBARING, DUDUK, BERDIRI, BERJALAN, BERLARI, MENDAKI, MELONCAT DAN BERJINGKAT,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Legong PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn SEBAGAI : Accepted Soft Copy Creative Salon Foto Indonesia 2012 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain, tak dapat begitu saja terlepas dari beragam unsur kehidupan. Salah satunya yakni unsur kesenian. Dengan kesenian,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:52 TAHUN 1992 SERI D NO. 52 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 11 TAHUN 1992 T E N T A N G PENGHARGAAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.07.02 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2007 KATA PENGANTAR Puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN. SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENARI BEDANA SISWI KELAS XI DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER. (Jurnal) Oleh. Nia Daniati

KEMAMPUAN MENARI BEDANA SISWI KELAS XI DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER. (Jurnal) Oleh. Nia Daniati 1 KEMAMPUAN MENARI BEDANA SISWI KELAS XI DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER (Jurnal) Oleh Nia Daniati 0913043026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BENTUK PENYAJIAN TARI PELEBAT DI SANGGAR LAC SUKU ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA ABSTRAK

BENTUK PENYAJIAN TARI PELEBAT DI SANGGAR LAC SUKU ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA ABSTRAK BENTUK PENYAJIAN TARI PELEBAT DI SANGGAR LAC SUKU ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA Mellya Safitri 1*, Tri Supadmi 1, Aida Fitri 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BERBARIS

PERATURAN BARIS BERBARIS PERATURAN BARIS BERBARIS 1. Pengertian Baris Berbaris Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA 4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra Pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk terdapat kostum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan manusia untuk menjadikan manusia yang berkualitas. Salah satu upaya pembangunan pendidikan untuk

Lebih terperinci

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN 3.1 Pengertian Pakaian Adat Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu

Lebih terperinci

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB VIII RENANG 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Olahraga renang merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. Pilih salah satu gaya

Lebih terperinci

BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH ABSTRAK

BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH ABSTRAK BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH Ferdi Junanda 1*, Ahmad Syai 1, Tengku Hartati 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP. 21272 23444 TEBING TINGGI PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR : 425.3/34/PDK/ 2007 TENTANG PAKAIAN SERAGAM SISWA SD, SMP, SMA DAN SMK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1674, 2016 PERPUSNAS. LSP Pustakawan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI KONTEMPORER BIOTA LAUT

DESKRIPSI TARI KONTEMPORER BIOTA LAUT DESKRIPSI TARI KONTEMPORER BIOTA LAUT Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Pembukaan Festival Kesenian Indonesia (FKI) V Di Pantai Sanur Denpasar 21 Nopember2007 Oleh : I Gede Oka Surya Negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai metode, salah satunya dengan pengenalan model busana dari tarian itu sendiri, motif serta kegunaannya.

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG Oleh : NI KADEK YUNIARI DEWI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:48) mempunyai predikat tradisional yang dapat diartikan segala yang sesuai dengan tradisi, sesuai dengan kerangka

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA -1- DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG LOGO, PATAKA, DAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MODEL, ATRIBUT DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

MODEL, ATRIBUT DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : MODEL, ATRIBUT DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN A. PAKAIAN DINAS HARIAN (PDH) WARNA KHAKI 1. Pegawai Negeri

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada

BAB V PENUTUP. terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang hingga pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan keseluruhan hasil penelitian terhadap bentuk tari Famadogo

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK Diperbanyak oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014 T E N T A N G STANDARISASI PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi Tahun 1970-1995, maka terdapat empat hal yang ingin penulis simpulkan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya tentang penerapan ragam gerak tarian Tiba Meka bagi mahasiswi

BAB V PENUTUP. sebelumnya tentang penerapan ragam gerak tarian Tiba Meka bagi mahasiswi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang tertera pada bagian sebelumnya tentang penerapan ragam gerak tarian Tiba Meka bagi mahasiswi minat tari program studi Sendratasik

Lebih terperinci

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan) SENAM REFLEKSI Senam refleksi dilakukan dengan menggabungkan gerakan tubuh dan teknik pengaturan pernapasan. Tujuannya adalah memperbaiki fungsi-fungsi otot-otot yang berhubungan dengan alat-alat/organ

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan dengan segala macam kekayaan alam yang melimpah. Tidak hanya sumber daya alam yang melimpah, tetapi bangsa Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil No.183, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Logo, Pataka dan Pakaian Dinas. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG LOGO, PATAKA, DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG PAKAIAN SERAGAM KERJA, TANDA PENGENAL DAN ATRIBUT BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN PUSAT KARANTINA IKAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PROPOSAL PANTI ASUHAN DHARMA WIDYA KUMARA BANGLI

PROPOSAL PANTI ASUHAN DHARMA WIDYA KUMARA BANGLI YAYASAN PASRAMAN GURUKULA BANGLI BALI PANTI ASUHAN DHARMA WIDYA KUMARA BANGLI Alamat : Jalan Pucak Hyang Ukir, Telp. (0361) 8715415, HP 081338673776, 087860052336 Kelurahan Kubu-Bangli-Bali, Indonesia,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : SMP Negeri 4 SLEMAN : Seni Budaya (Seni Tari) : VIII/ Ganjil :

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

PELATIHAN TARI BALI KEKEBYARAN, TARI PANYEMBRAMA DAN MARGAPATI SISWA-SISWI SMK NEGERI 8 SURAKARTA. Ni Nyoman Wati

PELATIHAN TARI BALI KEKEBYARAN, TARI PANYEMBRAMA DAN MARGAPATI SISWA-SISWI SMK NEGERI 8 SURAKARTA. Ni Nyoman Wati PELATIHAN TARI BALI KEKEBYARAN, TARI PANYEMBRAMA DAN MARGAPATI SISWA-SISWI SMK NEGERI 8 SURAKARTA Ni Nyoman Wati Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Surakarta Abstract Community service activities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) ruang lingkup penelitian,

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG Oleh : I KADEK LAMAT PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA

Lebih terperinci