AKUNTANSI PAJAK MENENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKUNTANSI PAJAK MENENGAH"

Transkripsi

1 BAHAN AJAR AKUNTANSI PAJAK MENENGAH (Berbasis PSAK Konvergensi IFRS) Untuk Diklat Fungsional Pemeriksa Dasar Disusun oleh: Arief Sultony KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSDIKLAT PAJAK 2016

2 DAFTAR ISI 1. Kegiatan Belajar 1 LAPORAN KEUANGAN A. Penyajian Laporan Keuangan... 1 B. Laporan Keuangan Menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Kegiatan Belajar 2 PRINSIP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN A. Pengakuan Elemen Laporan Keuangan. 16 B. Pengukuran Elemen Laporan Keuangan 17 C. Nilai Wajar (Fair Value). 18 D. Penurunan Nilai (Impairment Value) 21 E. Pengukuran menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Kegiatan Belajar 3 ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN A. Aset Keuangan (Financial Aset).. 28 B. Liabilitas Keuangan (Financial Liabilites) 37 C. Ketentuan Perpajakan Terkait Dengan Aset dan Liabilitas Keuangan Kegiatan Belajar 4 PERSEDIAAN A. Definisi Persediaan 45 B. Pengukuran Awal (Initial Measurement) 45 C. Sistem Pencatatan Persediaan 46 D. Rumus Biaya (Pembebanan ke Harga Pokok) 47 E. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement) 51 F. Ketentuan Perpajakan Terkait Persediaan Kegiatan Belajar 5 INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI A. Pengertaian Investasi Pada Entitas Asosiasi B. Metode Ekuitas (Equity Method).. 56 C. Penurunan Nilai D. Ketentuan Perpajakan Untuk Investasi Pada Entitas Asosiasi... 59

3 6. Kegiatan Belajar 6 ASET TETAP A. Pengertian Aset Tetap.. 63 B Pengukuran Awal (Initial Measurement) 63 C. Penyusutan. 64 D. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement) 65 E. Penghentian Pengakuan 70 F. Perolehan Aset Tetap melalui Sewa Pembiayaan (Finance Lease) G. Ketentuan Perpajakan yang Terkait dengan Aset Tetap Kegiatan Belajar 7 DASAR-DASAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46) A. Pendahuluan 80 B. Beda Tetap dan Beda Temporer. 81 C. Kompensasi Kerugian 84 D. Pajak Kini (Current Tax) 84 E. Pajak Tangguhan (Deferred Tax) 87 F Pengukuran dan Pencatatan Pajak Tangguhan 90 G Pengakuan Aset Pajak Tangguhan Dari Saldo Rugi Fiskal yang Dapat Dikompensasi 91

4 A. Penyajian Laporan Keuangan Kegiatan Belajar 1 LAPORAN KEUANGAN Perangkat laporan keuangan yang lengkap terdiri dari 1) Laporan posisi keuangan (Statement of financial position) 2) Laporan laba rugi komprehensif (statement of comprehensive income) 3) Laporan perubahan ekuitas (Statement of changes in equity) 4) Laporan arus kas (Statement of cash flows) 5) Catatan atas laporan keuangan (Note to financial statement) 1. Laporan posisi keuangan (Statement of financial position) Dalam PSAK no. 1, nama neraca (balance sheet) berubah menjadi laporan posisi keuangan (Statement of financial position), laporan ini menyajikan aset, liabilitas dan ekuitas pertanggal laporan tertentu. Pos-pos minimum yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan; Aset: Kas dan setara kas Piutang dagang dan piutang lain-lain Aset Keuangan lainnya Persediaan Aset biologi Aset Pajak Periode berjalan Investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas Investasi property Aset Tetap Aset tak berwujut Asset yang dimiliki untuk dijual Aset pajak tangguhan Liabilitas: Utang dagang dan utang lain-lain Provisi Liabilitas pajak periode berjalan Liabilitas keuangan lainnya Liabilitas pajak tangguhan Liabilitas yang dimiliki untuk dijual Ekuitas: Kepentingan non pengendali Modal yang ditempatkan dan cadangan yang dibentuk oleh entitas induk Urutan penyajian laporan posisi keuangan menurut PSAK No. 1 sbb: Aset Aset lancar Aset tidak lancar Liabilitas Liabilitas jangka pendek Liabilitas jangka panjang Ekuitas Hak non-pengendali Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk Suatu asset diklasifikasikan sebagai lancar bilamana: Akan direlisasikan dalam siklus operasi normal entitas Dimiliki terutama untuk tujuan diperdagangkan Akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan Menjadi kas atau setara kas yang direalisasikan, jika dibatasi untuk suatu periode yang lebih lama dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan. DFD\Akuntansi Pajak Menengah 1

5 Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai lancar bilamana: Akan direlisasikan dalam siklus operasi normal entitas Dimiliki terutama untuk tujuan diperdagangkan Akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan Tidak mempunyai hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas, setidaknya 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Contoh format laporan posisi keuangan: Aset Aset Lancar: Kas dan setara kas Piutang usaha Persediaan Aset lancer lainnya Total asset lancer Aset Tidak Lancar: Aset keuangan tersedia untuk dijual Investasi dalam entitas asosiasi Aset tetap Aset tak berwujut lainnya Goodwill Total asset tidak lancar Total aset Liabilitas Liabilitas Jangka Pendek Utang usaha dan terutang lainnya Bagian pinjaman jangka panjang Utang pajak jangka pendek Provisi jangka pendek Total liabilitas jangka pendek Liabiltas Jangka Panjang Pinjaman jangka panjang Pajak tangguhan Provisi jangka panjang Total liabilitas jangka panjang Total liabilitas Ekuitas Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Modal saham Laba ditahan Komponen ekuitas lainnya (termasuk other comprehensive income) DFD\Akuntansi Pajak Menengah 2

6 Kepentingan non pengendali Total ekuitas Total liabilitas dan ekuitas Laporan laba-rugi komprehensif (statement of comprehensive income) Dalam PSAK No. 1, nama laporan laba-rugi (Income Statement) berubah menjadi laporan laba rugi komprehensif (statement of comprehensive income). Laporan ini memberikan informasi mengenai kinerja entitas dalan suatu periode. Kinerja didefinisikan sebagai hubungan pendapatan yang diperoleh dengan beban yang terjadi selama suatu periode, biasanya satu tahun. Laporan laba rugi komprehensif menyajikan total laba-rugi komprehensif untuk suatu periode, yang dipisahkan menjadi laba atau rugi (Profit and loss) dan laba-rugi komprehensif lainnya (Other comprehensive income). Laba atau rugi (Profit and loss) merupakan total pendapatan dikurangi dengan biaya. Laba-rugi komprehensif lain adalah perubahan aset atau liabilitas yang tidak mempengaruhi laba rugi periode berjalan Komponen Laba-rugi komprehensif lain mencakup: Surplus revaluasi asset tetap Perubahan asset keuangan yang dikatagorikan sebagai tersedia untuk dijual. Keuntungan dan kerugian actuarial atas program pensiun manfaat pasti Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas Bagial laba rugi komprehensif lain dari perusahaan asosiasi. Laporan Laba Rugi Komprehensif dapat disajikan dengan dua cara yaitu: penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan (tunggal) penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam dua laporan Contoh format penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan: Kelompok Usaha XYZ Laporan laba rugi komprehensif Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X7 dan 31 Desember 20X6 20X7 20X6 Pendapatan Beban pokok penjualan ( ) ( ) Laba bruto Pendapatan lainnya Biaya distribusi (9.000) (8.700) Beban administrasi (20.000) (21.000) Beban lain-lain (2.100) (1.200) Biaya pendanaan (8.000) (7.500) DFD\Akuntansi Pajak Menengah 3

7 Bagian laba entitas asosiasi Laba sebelum pajak Beban pajak penghasilan (40.417) (32.000) Laba tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan Kerugian tahun berjalan dari operasi yang dihentikan - (30.500) LABA TAHUN BERJALAN Pendapatan komprehensif lainnya: Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing Aset keuangan tersedia untuk dijual (24.000) Lindung nilai arus kas (667) (4.000) Keuntungan revaluasi aset tetap Keuntungan (kerugian) aktuarial dari program pensiun manfaat pasti (667) Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi 400 (700) Pajak penghasilan terkait (9.334) Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak (14.000) TOTAL PENDAPATAN KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN Laba yang dapat diatribusikan kepada: Pemilik entitas induk Kepentingan non pengendali Jumlah laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada: Pemilik entitas induk Kepentingan non pengendali Laba per saham (dalam satuan rupiah): Dasar dan dilusian 0,46 0,30 Apabila laporan laba rugi komprehensif disajikan dalam dalam dua laporan, laporan pertama adalah Laporan Laba rugi sampai dengan laba tahun berjalan, kemudian laporan laba komprehensif disajikan tersendiri sbb: Kelompok Usaha XYZ Laporan laba rugi komprehensif Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X7 dan 31 Desember 20X6 20X7 20X6 Laba tahun berjalan Pendapatan komprehensif lain: Selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing Aset keuangan tersedia untuk dijual (24.000) DFD\Akuntansi Pajak Menengah 4

8 Lindung nilai arus kas (667) (4.000) Keuntungan revaluasi aset tetap Keuntungan (kerugian) aktuarial program pensiun manfaat pasti (667) Bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi 400 (700) Pajak penghasilan terkait (9.334) Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak (14.000) TOTAL LABA RUGI KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN Total laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada: Pemilik entitas induk Kepentingan nonpengendali Laporan perubahan ekuitas (Statement of changes in equity) Tujuan dari laporan perubahan ekuitas adalah untuk menyajikan informasi mengenai pengaruh pos-pos berikut atas ekuitas: Laba atau rugi untuk suatu periode pelaporan Pos lain dari penghasilan dan beban yang langsung diakui dalam ekuitas Pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan Jumlah investasi menurut ekuitas investor Dividend an distribusi lainnya kepada pemegang ekuitas Item yang harus dimasukan kedalam laporan perubahan ekuitas Total penghasilan komprehensif, dengan penyajian secara terpisah total jumlah yang tersedia bagi pemilik entitas induk dan bagi kepentingan non pengendali. Pengaruh penerapan dan penyajian ulang restropektif (atas kejadian masa lalu) terhadap tiap-tiap komponen ekuitas (yang biasanya ditunjukan sebagai penyesuaian terhadap saldo awal laba ditahan) Rekonsiliasi atas perubahan selama periode berjalan untuk tiap-tiap komponen ekuitas sebagai hasil dari: - laba-rugi, - tiap item penghasilan komprehensif lain, - Jumlah investasi menurut investor. - Dividend dan distribusi lain kepada pemilik - Perubahan kepentingan kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan kehilangan kendali. Contoh format laporan perubahan ekuitas: DFD\Akuntansi Pajak Menengah 5

9 PT ABC Laporan perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X2 dan 31 Desember 20x1 Kepentingan Modal saham Laba ditahan Total Non Pengendali Total Ekuitas (3.000) (3.000) - (3.000) Saldo per x1 Perubahan kebijakan akuntansi Saldo Perubahan Ekuitas Th. 20x1: Dividen Total penghasilan komprehensif Saldo per x1 Perubahan ekuitas Th. 20x2: Dividen Penerbitan saham Total penghasilan komprehensif (25.000) (18.000) (25.000) (18.000) (25.000) (18.000) Saldo per x Laporan arus kas (Statement of cash flows) Laporan arus kas mengandung informasi tentang aktivitas-aktivitas yang menghasilkan dan menggunakan kas. Aktivitas utama tersebut adalah: a) Aktivitas operasi (operational activities) Aktivitas yang menghasilkan pendapatan utama dari entitas. Contoh aktivitas operasi: penerimaan kas dari penjualan barang dagangan, pembayaran kas kepada karyawan dan pemasok, pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan pembayaran kas atas instrument keuangan utuk tujuan diperdagangkan. b) Aktivitas investasi (investment activities) Aktivitas pengambilalihan didalam akuisisi dan pelepasan asset jangka panjang dan investasi lain yang tidak memenuhi definisi setara kas. Contoh aktivitas investasi: Pembayaran kas untuk perolehan dan penerimaan kas dari penjualan asset tetap, asset tak berwujut dan asset jangka panjang lainnya Pembayaran kas untuk perolehan dan penerimaan kas dari penjualan instrument ekuitas dan instrument hutang. Uang muka kas dan pinjaman yang dilakukan oleh pihak ketiga dan pelunasannya. c) Aktivitas pendanaan (financing activities) Aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah ekuitas dan pinjaman perusahaan. Contoh aktivitas pendanaan: Penerimaan kas dari penjualan saham atau penerbitan surat hutang, dan pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan untuk melunasi hutang. Ada dua metode penyajian laporan arus kas yaitu: metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). DFD\Akuntansi Pajak Menengah 6

10 a) Metode langsung Metode langsung menyajikan arus kas tertentu yang terkait dengan item yang mempengaruhi arus kas. Item yang mempengaruhi arus kas mencakup: Tagihan kas dari pelanggan Penerimaan bunga dan dividen Pembayaran kas kepada karyawan Pembayaran kas kepada supplier Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan b) Metode tidak langsung Menurut metode tidak langsung, penyajian dimulai dengan laba-rugi bersih, diikuti dengan penambahan atau pengurangan terhadap item pendapatan dan beban non kas, sehingga menghasilkan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi. Contoh laporan arus kas dengan metode langsung: PT DFD1 Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir X1 Arus kas dari aktivitas operasi Kas diterima dari pelanggan Kas dibayar kepada supplier (29.800) Kas dibayar kepada karyawan (11.200) Kas dari operasi Pembayaran bunga (310) Pembayaran pajak penghasilan (1.700) Kas bersih dari aktivitas operasi Arus kas dari kegiatan investasi Pembelian asset tetap (580) Hasil penjualan peralatan 110 Penerimaan bunga 12 Penerimaan dividen 5 Kas bersih yang dipakai dalam aktivitas investasi (453) Arus kas dari kegiatan pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham Hasil dari pinjaman 500 Pembayaran dividen (450) Kas bersih dari aktivitas pendanaan Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal periode Kas dan setara kas akhir periode DFD\Akuntansi Pajak Menengah 7

11 Contoh laporan arus kas dengan metode tidak langsung: PT DFD1 Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir X1 Arus kas dari aktivitas operasi Laba sebelum pajak Penyesuaian untuk: Penyusutan 125 Rugi selisih kurs 20 Pendapatan investasi (80) Beban bunga Kenaikan dari piutang dagang (250) Penurunan persediaan 325 Penurunan utang dagang (50) 25 Kas yang dihasilkan dari aktifitas operasi Pembayaran bunga (12) Pembayaran pajak penghasilan (870) Kas bersih dari kegiatan operasi Arus kas dari kegiatan investasi Pembelian asset tetap (500) Hasil penjualan peralatan 35 Penerimaan bunga 10 Penerimaan dividen 8 Kas bersih yang dipakai dalam aktivitas investasi (447) Arus kas dari kegiatan pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham 150 Hasil dari pinjaman 175 Pembayaran dividen (45) Kas bersih dari aktivitas pendanaan 280 Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal periode Kas dan setara kas akhir periode DFD\Akuntansi Pajak Menengah 8

12 DFD\Akuntansi Pajak Menengah 9

13 DFD\Akuntansi Pajak Menengah 10

14 DFD\Akuntansi Pajak Menengah 11

15 DFD\Akuntansi Pajak Menengah 12

16 DFD\Akuntansi Pajak Menengah 13

17 B. Laporan Keuangan Menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan 1. Perangkat lengkap laporan keuangan. Berdasarkan pasal 1 angka 29 UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009, Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang di tutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Kemudian syarat minimal informasi yang dapat diperoleh dari pembukuan ditegaskan kembali pada pasal 28 ayat (7) UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009 sbb: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Dari ketentuan di atas perangkat lengkap laporan keuangan yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan terdiri dari: 1) Neraca:, yang berisi: a. Harta b. Kewajiban c. Modal 2) Laporan Laba Rugi, yang berisi: a. Penghasilan b. Biaya 3) Tambahan informasi jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa Penyusunan laporan keuangan di atas adalah agar dapat besarnya pajak penghasilan dan pajak-pajak lainnya. i. Syarat-syarat penyusunan laporan keuangan. Syarat-syarat penyusunan laporan keuangan tercermin dalam syarat pembukuan menurut Ps. 28 UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009, sebagai berikut: 1) Diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya (full disclosure) 2) Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. 3) Taat asas (consistency) dan dengan stelsel akrual stesel kas. 4) Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. DFD\Akuntansi Menengah dan ALK 14

18 5) Sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. 6) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan. 7) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengelolaan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu ditempatkan kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan wajib pajak badan. 8) Diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain (Penjelasan Ps. 28 ayat (7) KUP). DFD\Akuntansi Menengah dan ALK 15

19 KEGIATAN BELAJAR 2 PRINSIP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN Proses pencatatan dalam akuntansi melibatkan dua kegiatan yaitu penentuan pos-pos laporan keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi dan penentuan nilai untuk setiap pos tersebut. Proses penentuan pos-pos ini dikenal dengan istilah pengakuan (recognation) sedangkan proses penentuan nilainya dikenal dengan istilah pengukuran (measurement). A. Pengakuan Elemen Laporan Keuangan Pengakuan (Recognation) adalah proses pemasukan suatu pos dalam laporan keuangan yang: 1. memenuhi definisi elemen (asset, liabilitas, penghasilan dan beban); dan 2. memenuhi kriteria pengakuan. Pos yang memenuhi kriteria pengakuan harus diakui dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi. 1. Definisi Elemen Laporan Keuangan Aset (asset) adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan diharapkan darinya akan mengalir manfaat ekonomi masa depan kepada entitas Liabilitas (liability) adalah kewajiban kini dari entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiaannya diperkirakan akan mengakibatkan arus keluar dari entitas berupa sumber daya yang memiliki manfaat ekonomis. Ekuitas (Equity) adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua liabiitas. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk aliran masuk atau peningkatan asset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan kontribusi dari pemilik Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam nentuk aliran keluar atau pengurangan asset atau timbulnya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada pemilik ekuitas. 2. Kriteria pengakuan Pos yang memenuhi definisi suatu elemen akan diakui dalam laporan keuangan apabila: Ada kemungkinan bahwa suatu manfaat ekonomis dimasa datang yang berhubungan dengan pos akan mengalir dari atau ke entitatas Konsep probabilitas mengacu pada tingkat ketidak pastian yang terkait dengan manfaat ekonomis dimasa depan. Tingkat ketidak pastian didasarkan pada suatu bukti konndisi yang ada pada tanggal pelaporan. Pos mempunyai biaya (cost) atau nilai (value) yang dapat diukur secara andal. DFD\Akuntansi Pajak Menengah 16

20 Biaya atau nilai mungkin diketahui, tetapi dalam banyak hal memerlukan estimasi. Penggunaan estimasi yang logis merupakan bagian yang penting dalam penyusunan laporan keuangandan tidak mengurangi keandalan laporan keuangan. Jika biaya tidak dapat diukur atau diperkirakan secara andal, maka pos itu tidak akan diakui dalam laporan keuangan. Kriteria pengakuan apabila diterapkan pada elemen-elemen laporan keuangan dapat diringkas sebagai berikut. Aset diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke entitas dan asset memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur secara andal. Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan bahwa aliran keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi akan timbul dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah penyelesaian dapat diukur secara andal Penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi ketika kenaikan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan peningkatan asset atau penurunan lliabilitas dan dapat diukur secara andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan asset atau penurunan liabilitas. Beban diakui dalam laporan laba-rugi pada saat penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban yang dapat diukur secara andal. Ini berarti, pada dasarnya pengakuan beban terjadi bersamaan dengan kenaikan kewajiban atau penurunan asset. B. Pengukuran Elemen Laporan Keuangan 1. Basis Pengukuran Pengukuran (measurement) adalah proses penentuan jumlah moneter dari asset, liabilitas, penghasilan dan beban yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Secara umum ada tiga basis pengukuran yang digunakan dalam akuntansi, yaitu: biaya historis (historical cost); biaya yang diamortisasi (amortized cost) dan nilai wajar (fair value) Biaya Historis (historical cost) Biaya historis dari suatu asset adalah jumlah dari kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari jumlah yang dikeluarkan untuk memperoleh asset pada waktu perolehannya Biaya historis dari liabilitas adalah jumlah dari kas atau setara kas yang diterima atau nilai wajar dari asset non tunai yang diterima pada waktu kewajiban terjadi. Dalam hal adanya ketidak pastian, biaya historis adalah jumlah dari kas atau setara kas yang diharapkan untuk dibayar atau nilai wajar dari asset lain yang diharapkan untuk didistribusikan dalam rangka penyelesaiaan liabilitas. Contoh: PT. DFD membeli mesin dengan harga beli Rp ,-, sedangkan untuk mempersiapkan mesin sampai dengan mesin tersebut siap pakai perusahaan harus mengeluarkan biaya Rp ,-. Maka mesin sebagai aset perusahaan akan dicatat sebesar biaya perolehannya atau biaya historis yang dikeluarkan pada saat DFD\Akuntansi Pajak Menengah 17

21 perolehannya yang mencerminkan seluruh pengeluaran kas yang dibayar untuk memperoleh aset (mesin) tersebut yaitu Rp Biaya yang diamortisasi (amortised cost) Biaya yang diamortisasi adalah arus kas aktual dari suatu asset atau liabilitas, yang terdiri dari arus kas awal dan arus kas berikutnya yang disesuaikan menurut nilai waktu dari uang dengan menerapkan metode tingkat bunga efektif untuk menghasilkan nilai sekarang Contoh: PT DFD menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp ,- yang jatuh tempo 5 tahun. Utang obligasi ini akan dicatat sebesar nilai sekarang atau present value dari pembayaran bunga dan pokoknya misalnya setelah dilakukan penghitungan diskonto arus kas masuk dengan tingkat bunga efektif Rp ,-. Maka utang obligasi akan dicatat sebesar Rp ,-. Nilai Wajar (fair value) Nilai wajar (fair value) adalah harga yang diterima atas penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer liabilitas dalam transaksi antar pihak yang berkepentingan pada tanggal pengukuran. Contoh: Pada tanggal 1 Oktober 2012, PT DFD membeli saham PTX dari pasar terbuka (Bursa Efek) dengan harga perolehan Rp dengan tujuan untuk diperjual-belikan. Pada tanggal 31Desember 2012 nilai saham PT X dibursa Rp , maka PT DFD akan menilai investasi dalam sekuritas yang diperdagangkan dalam laporan keuangan per 31 Desember 2012 sebesar nilai wajar yaitu Rp Pengukuran Awal (Initial measurement) Pengukuran awal adalah pengukuran nilai asset dan liabilitas pada saat pengakuan awal. Pada pengakuan awal, asset dan liabilitas diukur atas dasar biaya historisnya kecuali standar akuntansi mengharuskan nilai yang lain. 3. Pengukuran Selanjutnya (subsequent measurement) Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran asset dan liabilitas setelah pengakuan awal. Pengukuran selanjutnya diterapkan pada saat entitas menyusun laporan keuangan. Basis pengukuran selanjutnya dapat berbeda dengan pengukuran awal untuk memastikan bahwa suatu asset tidak diukur atas dasar suatu jumlah yang lebih besar dari pada jumlah pemulihan yang diharapkan dari penjualan atau penggunaan asset tersebut. Basis pengukuran yang berbeda dapat dilihat pada pembahasan masing-masing elemen laporan keuangan dalam bahan ajar ini. C. Nilai Wajar (Fair Value) Salah satu karakteristik PSAK hasil konvergensi IFRS adalah banyak menggunakan nilai wajar (fair value) dalam penilaian elemen laporan keuangan. PSAK No. 68 yang merupakan konvergensi IFRS13 akan diterbitkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2015 DFD\Akuntansi Pajak Menengah 18

22 untuk mengklarifikasi definisi nilai wajar dan digunakan sebagai acuan tunggal atas pengukuran nilai wajar ketika PSAK lain mensyaratkan atau mengizinkan pengukuran atau pengungkapan nilai wajar 1. Pengertian Nilai Wajar Sebelumnya nilai wajar didefinisikan sebagai berikut: Nilai wajar adalah jumlah atas mana suatu asset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas dapat dapat diselesaikan, antara pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan berkemauan dalam transaksi yang wajar (arm s length transaction). Ed. PSAK 68 mendefinisikan kembali nilai wajar sebagai berikut: Nilai wajar (fair value) adalah harga yang diterima atas penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer liabilitas dalam transaksi antar pihak yang berkepentingan pada tanggal pengukuran. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa: 1) Aset atau liabilitas dipertukarkan dalam suatu transaksi teratur antara pelaku pasar untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini; dan 2) Transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi: a. di pasar utama untuk aset atau liabilitas tersebut; atau b. jika tidak terdapat pasar utama, di pasar yang paling menguntungkanuntuk aset atau liabilitas tersebut. Transaksi teratur (orderly transaction) adalah transaksi yang mengasumsikan eksposur ke pasar untuk periode sebelum tanggal pengukuran untuk memungkinkan kegiatan pemasaran yang lazim dan umum untuk transaksi yang melibatkan aset atau liabilitas; transaksi tersebut bukan merupakan transaksi yang dipaksakan (contohnya likuidasi yang dipaksakan atau penjualan karena keterpaksaan). Pasar utama (principal market) adalah pasar dengan volume dan tingkat aktivitas terbesar untuk aset atau liabilitas. Pasar yang paling menguntungkan (most advantageous market) adalah pasar yang memaksimalkan jumlah yang akan diterima untuk menjual aset atau meminimalkan jumlah yang akan dibayar untuk mengalihkan liabilitas, setelah memperhitungkan biaya transaksi dan biaya transpor. Entitas mengukur nilai wajar suatu aset atau liabilitas menggunakan asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilitas tersebut, dengan asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomik terbaiknya. ED PSAK 68 mendefinisikan pelaku pasar (market participants) sebagai pembeli dan penjual di pasar utama (atau pasar yang paling menguntungkan) untuk aset atau liabilitas yang memiliki seluruh karakteristik sebagai berikut: a. Pembeli dan penjual independen satu sama lain, yaitu bukan pihak berelasi. b. Pembeli dan penjual memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai aset atau liabilitas dan transaksi menggunakan seluruh informasi yang DFD\Akuntansi Pajak Menengah 19

23 tersedia, termasuk informasi yang dapat diperoleh melalui upaya uji tuntas yang lazim dan umum. c. Pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi atas aset atau liabilitas. d. Pembeli dan penjual bersedia untuk melakukan transaksi atas asset atau liabilitas, yaitu mereka termotivasi namun tidak terpaksa, atau dipaksa untuk melakukan hal tersebut.. 2. Hirarki Penentuan Nilai wajar. Definisi baru nilai wajar menekankan harga yang terjadi antara pelaku pasar, namun bagaimana menentukan nilai wajar bila harga kuotasi asset dan liabilitas tidak tersedia di pasar? PSAK 68 memberikan tuntunan hirarki penentuan nilai wajar sebagai berikut: a. Level 1. Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran. Penekanan pada Level 1 adalah untuk menentukan kedua hal sebagai berikut: 1) pasar utama atau jika tidak ada, pasar yang paling menguntungkan; dan 2) transaksi dapat dilakukan pada harga tersebut pada tanggal pengukuran. Nilai wajar yang tersedia dalam level ini harus digunakan tanpa penyesuaiaan. Contoh: harga saham di bursa saham, harga komoditi di bursa komoditi. b. Level 2. Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung. Input yang dapat diobservasi (observable inputs) adalah input yang dikembangkan menggunakan data pasar, seperti informasi yang tersedia untuk publik mengenai peristiwa atau transaksi aktual, dan yang mencerminkan asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga aset atau liabilitas. Input Level 2 termasuk hal sebagai berikut: 1) harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang serupa di pasar aktif. 2) harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang identik atau yang serupa di pasar yang tidak aktif. 3) input selain dari harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk asset atau liabilitas, sebagai contoh: suku bunga dan kurva imbal hasil yang dapat diobservasi pada interval kuotasi yang umum; volatilitas yang tersirat; dan credit spreads. 4) input yang diperkuat pasar (market-corroborated inputs). adalah input yang diperoleh terutama dari atau diperkuat oleh data pasar yang dapat diobservasi secara korelasi atau dengan cara lain. Contoh: Nilai wajar bangunan yang dimiliki dan digunakan. Input Level 2 adalah harga per meter persegi untuk bangunan (pengali dalam penilaian) yang diperoleh dari data pasar yang dapat diobservasi, contohnya pengali yang diperoleh dari harga transaksi DFD\Akuntansi Pajak Menengah 20

24 yang dapat diobservasi yang melibatkan bangunan yang sebanding di lokasi yang serupa Nilai wajar Persediaan barang jadi di gerai ritel. Untuk persediaan barang jadi yang diperoleh dalam kombinasi bisnis, input Level 2 adalah harga untuk pelanggan di pasar ritel atau harga untuk retailer di pasar grosir, disesuaikan dengan perbedaan antara kondisi dan lokasi pos persediaan dan pos persediaan yang sebanding (yaitu serupa) c. Level 3. Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas Input yang tidak dapat diobservasi (unobservable inputs) adalah input ketika data pasar tidak tersedia dan yang dikembangkan dengan menggunakan informasi terbaik yang tersedia mengenai asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga aset atau liabilitas. Entitas dapat mengembangkan input yang tidak dapat diobservasi menggunakan informasi terbaik yang tersedia, termasuk data milik entitas sendiri. Contoh: Nilai wajar unit penghasil kas. Input Level 3 adalah perkiraan keuangan (contohnya arus kas atau laba rugi) yang dikembangkan dengan menggunakan data milik entitas jika tidak terdapat informasi yang umumnya tersedia. D. Penurunan Nilai (Impairment in Value). 1. Pengertian Penurunan Nilai PSAK No. 48 revisi tahun 2009 menetapkan, rugi penurunan nilai diakui jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah terpulihkan. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan (Fair value less cost to sell) dan nilai pakainya (value in use). 2. Indentifikasi Asset yang Mungkin Mengalami Penurunan Nilai Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai.jika terdapat indikasi tersebut, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan, minimum, hal-hal berikut ini: Informasi dari sumber-sumber eksternal Perubahan signifikan Nilai pasar Perubahan signifikan teknologi, pasar, ekonomi dan lingkup hukum DFD\Akuntansi Pajak Menengah 21

25 Perubahan suku bunga Jumlah tercatat aset neto enttitas melebihi kapitalisasi pasarnya Informasi dari sumber-sumber internal Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat aset Bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang diharapkan. 3. Pengukuran Jumlah Terpulihkan PSAK 48 mendefinisikan jumlah terpulihkan suatu aset sebagai jumlah yang lebih tinggi antara: Nilai wajar dikurangi Biaya Penjualan (Fair Value Less Cost to Sell): penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan aset. Nilai Pakai (Value in Use): adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari aset atau unit penghasil kas. Bukti terbaik untuk memperoleh Nilai wajar dikurangi Biaya Penjualan (Fair Value Less Cost to Sell): a) harga dalam suatu perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang independen, disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara langsung dengan pelepasan aset. b) Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yanmengikat namun aset diperdagangkan di pasar aktif, berdasarkan harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut. c) Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat atau pasar aktif untuk asset, berdasarkan pada informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh entitas, pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan aset pada nilai wajar dikurangi biaya pelepasan Elemen-elemen yang harus diperhitungkan dalam penghitungan nilai pakai aset: a) Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset; b) Ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlahatau waktu arus kas masa depan tersebut; c) Nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku; d) Harga untuk menanggung ketidakpastianyang melekat pada aset e) Faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menilai aruskas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset tersebut. 4. Pengakuan Rugi Penurunan Nilai Pengakuan rugi penurunan nilai diakui Jika, dan hanya jika, nilai terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya. DFD\Akuntansi Pajak Menengah 22

26 Apabila terjadi penurunan nilai, maka: - nilai tecatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan. - Penurunan tersebut adalah rugi penurunan Nilai. - Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laporan laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan standar lain (Contoh PSAK 16: Aset Tetap) Setiap rugi penurunan nilai aset revalusian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi sesuai standar lain tersebut. - diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama - rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk aset tersebut 5. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini: a) Infomasi yang bersumber dari luar; b) Informasi yang bersumber dari dalam. Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. jika diketahui adanya pemulihan nilai maka jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai. Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba rugi, kecuali asset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataan lain (contohnya, model revaluasi di PSAK 16). Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait. E. Pengukuran menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Pengukuran dalam perpajakan adalah proses memberikan nilai pada harta dalam rangka menghitung penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta dalam perusahaan, menghitung keuntungan atau kerugian apabila terjadi penjualan atau pengalihan harta, dan penghitungan penghasilan dari penjualan barang dagangan. Dalam perpajakan dikenal beberapa macam pengukuran, yang akan dijelaskan sebagai berikut: DFD\Akuntansi Pajak Menengah 23

27 1. Harga yang sesungguhnya (Ps. 10 ayat (1) UU PPh) Pengukuran ini diterapkan untuk transaksi jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh. Bagi pembeli, ukuran harga perolehan adalah jumlah uang yang sesungguhnya dikeluarkan untuk memperoleh harta termasuk biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan. Dipihak lain, penjual mengukur harga penjualan harta dengan jumlah yang sesungguhnya diterima. Pengukuran dengan harga sesungguhnya adalah pengukuran yang umum dan lazim diterapkan dalam perpajakan untuk perolehan harta kecuali diatur lain atau pihak yang bertransaksi memiliki hubungan istimewa. 2. Harga Seharusnya (Ps. 10 ayat (1) UU PPh) Pengukuran ini diterapkan untuk transaksi jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh. Adanya hubungan istimewa antara pembeli dan penjual dapat menyebabkan harga perolehan berupa uang yang dibayar atau harga penjualan berupa uang yang diterima sering kali tidak mencerminkan harga yang wajar apabila dibandingkan dengan harga pada transaksi yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU PPh mengatur bahwa nilai perolehan atau nilai penjualan harta bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau yang seharusnya diterima. Jumlah yang seharusnya dikeluarkan oleh pembeli dan yang seharusnya diterima oleh penjual mencerminkan harga yang terbentuk apabila yang melakukan transaksi adalah pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah yang seharusnya diterima atau yang seharusnya dikeluarkan dalam hal transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa menurut pasal 18 ayat (3) UU No. 36/2008 adalah sebagai berikut : a. Metode harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method) Membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga barang atau jasa dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding Contoh : PT A menjual hasil produksinya ke B Corp (ada hubungan istimewa) dengan harga Rp 150/unit, PT B menjual kepada C Corp (tidak ada hubungan istimewa) atas barang yang sama Rp 200. Maka harga jual yang seharusnya kepada B Corp adalah Rp 200. b. Metode harga penjualan kembali (resale price method) Membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihakpihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak DFD\Akuntansi Pajak Menengah 24

28 mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar Contoh : PT A membeli barang dari produsen B Corp (pihak yang memiliki hubungan istimewa) dengan harga USD 120, kemudian PT A menjual kembali kepada pihak yang indepeden seharga USD 130. Selain membeli dari B corp, PT A juga membeli barang yang sejenis dari produsen C Corp. (Independen) dengan harga USD 110 dan menjual kembali barang tersebut kepada pihak independen dengan harga USD 135. Tidak terdapat perbedaan aktivitas distribusi yang dilakukan oleh PT A atas kedua produk tersebut. %Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari B Corp = 10/130 X 100%= 7,69 % %Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari C Corp = 25/135 X 100%= 18,52% Harga perolehan seharusnya atas barang dari B Corp = Harga jual kembali (% laba kotor Independen X Harga jual kembali) USD 130 (18,52% X 130) USD 106 c. Metode biaya plus (cost plus method) Menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha. Contoh : PT A memproduksi barang X dan barang Y. Harga pokok penjualan produk X = USD 200 Harga pokok penjualan produk Y = USD 250 Produk X dijual kepada B Corp dengan harga USD 220 Produk Y dijual kepada pembeli independen dengan harga USD 300 Tidak terdapat perbedaan fungsi yang dilakukan, aset/harta yang digunakan, risiko yang ditanggung, persyaratan kontrak, strategi bisnis serta kondisi ekonomi ketika bertransaksi dengan B Corp. maupun dengan pihak independen. Gross Mark-Up (Laba kotor:hpp) produk X = (20:200) X 100% = 10% Gross Mark-Up (Laba kotor:hpp) produk Y = (50:250) X 100% = 20% Harga jual seharusnya untuk produk X yang dijual kepada B Corp= USD (200 X 20%) = USD 240 d. Atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode laba bersih transaksional (transactional net margin method) DFD\Akuntansi Pajak Menengah 25

29 3. Harga pasar (Ps. 10 ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf b., ayat (5) UU PPh) Pengukuran ini diterapkan untuk perolehan harta dari: Tukar-menukar harta Pengalihan selain dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial sesuai ketentuan Menkeu (tidak memenuhi syarat Ps. 4 ayat (3) huruf a. UU PPh) harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang tidak diizinkan menggunakan nilai buku Pengalihan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal Undang-undang PPh menyatakan secara tegas atas perolehan harta dari transaksitransaksi di atas menggunakan harga pasar, namun tidak pernah dijelaskan apa yang dimaksud harga pasar. Apakah harga pasar sama dengan yang dimaksud dengan nilai wajar menurut akuntansi?. Kita ketahui bahwa teknik penentuan nilai wajar menurut akuntansi tidak hanya menggunakan pendekatan pasar (market approach) tetapi juga menggunakan pendekatan lain seperti pendekatan biaya (cost approach) dan pendekatan penghasilan (income approach). Bagaimana jika harga pasar tidak tersedia?. Apakah diperkenankan menentukan harga pasar dengan pendekatan selain pendekatan pasar? 4. Nilai buku. (Ps. 10 ayat (3), ayat (4) huruf a. UU PPh) Nilai buku adalah harga perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Pengukuran ini diterapkan untuk perolehan harta dari: Pengalihan dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial sesuai ketentuan Menkeu. Warisan Harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang mendapat izin Menkeu untuk menggunakan nilai buku. 5. Pengukuran berdasarkan penilaian kembali (revaluasi), yaitu dengan cara memberikan harga baru terhadap harta yang dimiliki (Ps. 19 ayat (1), Pasal 11 ayat (5)). Dengan pertimbangan adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang dimilkinya. Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi dibatasi hanya untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang memperoleh DFD\Akuntansi Pajak Menengah 26

30 izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah dan hanya dapat dilakukan paling singkat 5 tahun sekali. Empat basis pengukuran pertama di atas merupakan pengukuran saat perolehan (initial measurement). Ketentuan perpajakan tidak mengenal pengukuran setelah pengakuan awal kecuali untuk revaluasi yang harus mendapat persetujuan Dirjen Pajak sebagaimana dijelaskan di atas. Perbedaan basis pengukuran antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan akan menyebabkan perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak. Dengan demikian, apabila terdapat perbedaan basis pengukuran Wajib Pajak harus melakukan penyesuaian fiscal dalam rangka menghitung penghasilan kena pajaknya. DFD\Akuntansi Pajak Menengah 27

31 Kegiatan Belajar 3 ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN A. Aset Keuangan 1. Definisi Aset keuangan adalah asset yang terdiri atas: a) Kas; b) Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain; c) Hak kontraktual untuk: Menerima kas atau asset keuangan dari entitas lain Mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan kepada entitas d) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan: nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas Contoh aset keuangan adalah: kas, investasi dalam obligasi dan ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain, piutang dan aset keuangan derivatif. Aset fisik, seperti persediaan, asset tetap, asset sewa pembiayaan, asset tak berwujut, biaya dibayar dimuka tidak termasuk asset keuangan 2. Katagori Aset Keuangan Aset Berdasarkan PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikatagorikan sebagai berikut : a. Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (Fair Value Through Provit and Loss/FVTPL). Dikatagorikan sebagai FVTPL apabila memenuhi salah satu kondisi berikut ini: 1) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan (trading), atau 2) Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. b. Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (Held to Maturity) Aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali: 1) investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL); DFD\Akuntansi Pajak Menengah 28

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai

Lebih terperinci

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. Kecuali ditentukan lain, entitas harus menerapkan amandemen dalam

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2014 DAN 31 DESEMBER 2013

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2014 DAN 31 DESEMBER 2013 1. UMUM a. Pendirian dan Informasi Umum PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. (Perusahaan) didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja, S. H. Akta Pendirian

Lebih terperinci

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010 LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 ASET Catatan 30 Juni 2011 31 Desember 2010 Kas dan Setara Kas 2.d, 2.e.,2.n, 3, 29 887.194.955 758.054.399 Investasi Saham 2.c,

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali) LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember 2009 2011 2010 (Disajikan kembali) ASET ASET LANCAR

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved Ikatan Akuntan Indonesia Tiga Pilar Akuntansi Keuangan: Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK ETAP SAK Syariah SAK ETAP digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP). ETAP adalah entitas yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Desember 2012 dan 2011, serta 1 Januari 2011/31 Desember 2010 serta 1 Januari 2010/31 Dese 2009 1 Januari 2011 / Catatan 2012 2011 *) 31 Desember 2010 *) ASET

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Nama : Syarif Saefullah NPM : 26210788 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Silvia Avira SE.,MM. bab1 Latar Belakang Banyak

Lebih terperinci

30 September 31 Desember Catatan

30 September 31 Desember Catatan LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 30 September 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2e, 4, 30, 33 59998597270 63710521871 Investasi 2c, 5, 30, 33 2068611000

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017 POS - POS ASET 1. Kas 9,157 2. Penempatan pada Bank Indonesia 44,950 3. Penempatan pada bank lain 2,401 4. Tagihan spot

Lebih terperinci

PT GARUDA METALINDO Tbk

PT GARUDA METALINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016 DAN 31 DESEMBER 2015 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2016 DAN 2015 (MATA UANG INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SASALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-347/BL/2012 TENTANG PENYAJIAN

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

IAS 7 Laporan Arus Kas

IAS 7 Laporan Arus Kas IAS 7 Laporan Arus Kas Pendahuluan Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan yang memuat informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar, akibat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, pada

Lebih terperinci

Komponen Laporan Keuangan Lengkap Beserta Contoh dan Penjelasan

Komponen Laporan Keuangan Lengkap Beserta Contoh dan Penjelasan Komponen Laporan Keuangan Lengkap Beserta Contoh dan Penjelasan 03 May, 2014 by Mr. JAK (Seorang Akuntan yang prihatin akan mahalnya biaya pendidikan dan bahan ajar, khususnya terkait dengan bidang Akuntansi,

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 89,341 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,106,222 3. Penempatan pada bank lain 284,267 4. Tagihan spot dan derivatif 23,154 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 OKTOBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 OKTOBER 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 OKTOBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 OKTOBER 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 188,846 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,535,155 3. Penempatan pada bank lain 2,126,677 4. Tagihan spot dan derivatif 1,905,517 5. Surat

Lebih terperinci

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Ekshibit A NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) A S E T ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c,2p,3,25 1,349,564,406,813 1,205,030,845,882 Investasi jangka

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 224,190 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,800,906 3. Penempatan pada bank lain 4,231,976 4. Tagihan spot dan derivatif 1,609,369 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 237,020 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,908,323 3. Penempatan pada bank lain 1,921,142 4. Tagihan spot dan derivatif 1,739,857 5. Surat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015 PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015 Perbedaan PSAK 1 Tahun 2013 & 2009 Perihal PSAK 1 (2013) PSAK 1 (2009) Judul laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Laporan

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Maret 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Maret 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 219,637 2. Penempatan pada Bank Indonesia 10,233,306 3. Penempatan pada bank lain 6,008,316 4. Tagihan spot dan derivatif 1,688,167 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 216,348 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,360,970 3. Penempatan pada bank lain 1,230,114 4. Tagihan spot dan derivatif 1,809,138 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 208,619 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,966,030 3. Penempatan pada bank lain 961,168 4. Tagihan spot dan derivatif 1,629,355 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 212,975 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,253,068 3. Penempatan pada bank lain 1,681,402 4. Tagihan spot dan derivatif 1,808,119 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 212,448 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,772,567 3. Penempatan pada bank lain 805,791 4. Tagihan spot dan derivatif 1,443,178 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 230,047 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,344,167 3. Penempatan pada bank lain 2,117,471 4. Tagihan spot dan derivatif 1,764,716 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 29 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 29 FEBRUARI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 29 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 29 FEBRUARI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 226,647 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,256,895 3. Penempatan pada bank lain 2,093,897 4. Tagihan spot dan derivatif 1,882,319 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 301,710 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,058,354 3. Penempatan pada bank lain 1,908,431 4. Tagihan spot dan derivatif 1,810,440 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 174,832 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,391,850 3. Penempatan pada bank lain 1,867,794 4. Tagihan spot dan derivatif 1,790,796 5. Surat

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 100,373 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,655,640 3. Penempatan pada bank lain 406,718 4. Tagihan spot dan derivatif 3,051 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 95,993 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,561,077 3. Penempatan pada bank lain 848,639 4. Tagihan spot dan derivatif 22,081 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 113,766 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,081,817 3. Penempatan pada bank lain 252,782 4. Tagihan spot dan derivatif 25,708 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 105,472 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,336,546 3. Penempatan pada bank lain 570,145 4. Tagihan spot dan derivatif 6,042 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 64,702 2. Penempatan pada Bank Indonesia,08,576 3. Penempatan pada bank lain 92,692 4. Tagihan spot dan derivatif 6,037 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 597,305 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,332,008 3. Penempatan pada bank lain,66,280 4. Tagihan spot dan derivatif 2,04 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 632,766 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,363,488 3. Penempatan pada bank lain 2,037,470 4. Tagihan spot dan derivatif 3,082 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 630,298 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,878,077 3. Penempatan pada bank lain,242,250 4. Tagihan spot dan derivatif 2,959 5. Surat berharga,432,22

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 57,782 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,765,558 3. Penempatan pada bank lain,459,973 4. Tagihan spot dan derivatif 2,993 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 885,625 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,863,82 3. Penempatan pada bank lain 824,283 4. Tagihan spot dan derivatif 7,645 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 757,482 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,746,5 3. Penempatan pada bank lain,696,236 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga,235,946

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 663,293 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,974,938 3. Penempatan pada bank lain,405,659 4. Tagihan spot dan derivatif,83 5. Surat berharga 4,207,920

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 79,420 2. Penempatan pada Bank Indonesia 0,560,846 3. Penempatan pada bank lain 2,204,05 4. Tagihan spot dan derivatif 4,20 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 803,348 2. Penempatan pada Bank Indonesia,848,063 3. Penempatan pada bank lain 3,462,206 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 6,839,38

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 757,058 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,33,489 3. Penempatan pada bank lain 923,34 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 0,57,259

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 763,850 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,99,034 3. Penempatan pada bank lain 2,382,025 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 8,394,389

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 728,944 2. Penempatan pada Bank Indonesia 0,363,255 3. Penempatan pada bank lain,406,668 4. Tagihan spot dan derivatif 59,425 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 697,67 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,382,054 3. Penempatan pada bank lain,772,228 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 0,433,276

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 690.450 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9.925.292 3. Penempatan pada bank lain 845.969 4. Tagihan spot dan derivatif 9 5. Surat berharga 0.305.393

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 892,95 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,84,82 3. Penempatan pada bank lain 2,039,502 4. Tagihan spot dan derivatif 2,33 5. Surat berharga 8,29,39

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 776,427 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,097,346 3. Penempatan pada bank lain,077,060 4. Tagihan spot dan derivatif 2,6 5. Surat berharga 9,895,899

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 547,73 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,307,769 3. Penempatan pada bank lain 2,485,376 4. Tagihan spot dan derivatif 2,207 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 93,575 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,845,636 3. Penempatan pada bank lain,039,35 4. Tagihan spot dan derivatif 330 5. Surat berharga 8,034,868

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 607,296 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,397,904 3. Penempatan pada bank lain,633,647 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 4,988,23

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 590,04 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,527,52 3. Penempatan pada bank lain 2,249,246 4. Tagihan spot dan derivatif 3,052 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas,07,925 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,873,703 3. Penempatan pada bank lain 2,360,676 4. Tagihan spot dan derivatif 2,04 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 650,886 2. Penempatan pada Bank Indonesia 0,224,047 3. Penempatan pada bank lain 70,277 4. Tagihan spot dan derivatif 2,27 5. Surat berharga 3,0,249

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 690,450 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,925,292 3. Penempatan pada bank lain 845,969 4. Tagihan spot dan derivatif 9 5. Surat berharga 0,305,393

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 632,206 2. Penempatan pada Bank Indonesia 0,538,2 3. Penempatan pada bank lain,83,523 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 0,70,953

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 900,330 2. Penempatan pada Bank Indonesia 18,075,294 3. Penempatan pada bank lain 1,047,351 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 17,006,341

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 1,006,682 2. Penempatan pada Bank Indonesia 28,278,459 3. Penempatan pada bank lain 995,529 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 11,252,065

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 812,569 2. Penempatan pada Bank Indonesia 18,614,633 3. Penempatan pada bank lain 937,662 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 14,970,202 a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 763,897 2. Penempatan pada Bank Indonesia 17,811,575 3. Penempatan pada bank lain 821,027 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 15,640,624 a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 817,450 2. Penempatan pada Bank Indonesia 14,707,850 3. Penempatan pada bank lain 1,024,926 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 21,249,382

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 811,193 2. Penempatan pada Bank Indonesia 16,209,137 3. Penempatan pada bank lain 958,138 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 14,690,209 a.

Lebih terperinci

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN 30 JUNI 2014 (TIDAK DIAUDIT) DAN 31 DESEMBER 2013 (DIAUDIT) DAN (Mata Uang Rupiah) Approved by: PT SEKAWAN INTIPRATAMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JULI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JULI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JULI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JULI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 231,130 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,048,447 3. Penempatan pada bank lain 981,881 4. Tagihan spot dan derivatif 1,361,472 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JULI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JULI 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JULI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JULI 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 241,955 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,785,695 3. Penempatan pada bank lain 1,214,487 4. Tagihan spot dan derivatif 1,917,584 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 212,798 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,048,641 3. Penempatan pada bank lain 1,140,907 4. Tagihan spot dan derivatif 1,315,654 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 234,462 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,578,620 3. Penempatan pada bank lain 1,198,800 4. Tagihan spot dan derivatif 2,282,600 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 SEPTEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 SEPTEMBER 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 SEPTEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 SEPTEMBER 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 204,546 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,571,110 3. Penempatan pada bank lain 1,250,337 4. Tagihan spot dan derivatif 2,616,986 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 NOVEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 NOVEMBER 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 NOVEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 NOVEMBER 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 187,350 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,752,252 3. Penempatan pada bank lain 2,021,836 4. Tagihan spot dan derivatif 1,862,662 5. Surat

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO TBK LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2015 BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (MATA UANG RUPIAH INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO TBK LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2015 BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (MATA UANG RUPIAH INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN TANGGAL BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (MATA UANG RUPIAH INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN TANGGAL BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAFTAR ISI Halaman Pernyataan Direksi dan Dewan Komisaris

Lebih terperinci