BAB II KAJIAN TEORI. sikap sejak manusia itu lahir sampai akhir hayat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. sikap sejak manusia itu lahir sampai akhir hayat."

Transkripsi

1 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembahasan Teori 1. Teori Belajar Konstruktivisme Belajar tidak akan pernah terlepaskan dari kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu. Seperti yang didefinisikan oleh Sagala (2010: 13) belajar merupakan komponen kegiatan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun (tersembunyi). Sedangkan belajar menurut Baharudin dan Esa (2010:11) adalah proses manusia untuk mencapai berbagai macam kopentensi, keterampilan dan sikap sejak manusia itu lahir sampai akhir hayat. Beberapa hal yang menjadi penekanan dan keunggulan pandangan konstruktivistik seperti yang diungkapkan oleh Orlich (2007: 38) sebagai berikut: 1) Emphasis on Prior Experience (Menekankan pada pengalaman sebelumnya) Prinsip utama dari model konstruktivisme adalah pemikiran bahwa peserta didik membawa pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Pembelajaran dibangun atas apa yang peserta didik miliki kemudian dikembangkan dengan konteks yang lain. Pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh sebelumnya 5

2 2 adalah hal yang dapat dikembangkan oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. 2) Personal Construction of Meaning (Menekankan makna yang dibangun sendiri) Keunggulan lain dari model pembelajaran konstruktivisme ini adalah peserta didik harus membangun atau menemukan sendiri apa yang mereka pelajari. 3) Contextual and Shared Learning (Pembelajaran yang dilakukan bersama dan kontekstual) Konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang kontekstual sehingga menyediakan pembelajaran yang bersifat nyata daripada menyampaikan sesuatu dalam bentuk abstrak. 4) Changing Roles For Teacher and Learners Konsep konstruktivisme mengungkapkan peserta didik belajar bersama teman lain. Guru melihat pada apa yang dibutuhkan oleh peserta didik sehingga memungkinkan guru untuk menjalankan perannya sebagai fasilitator. Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga harus mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori kontruktivisme ini menekankan suatu proses belajar yang memanfaatkan informasi baru yang didapat dari pengalaman dan

3 3 aktivitas belajar individu. Pada penelitian eksperimen ini penggunaan pendekatan proses membaca mengacu pada teori kontruktivisme. 2. Pendekatan Proses Membaca Dalam proses belajar mengajar tidak akan pernah terlepas dari pendekatan. Berkaitan dengan konsep pendekatan, strategi, dan model pembelajaran, (Warso, 2013:147) menjelaskan arti dari pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Dengan demikian pendekatan merupakan konsep dasar yang digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menggunakan suatu metode. Proses membaca meskipun tampak sederhana ternyata melalui serangkaian tahapan penting yang harus dilakukan agar menghasilkan proses dan hasil yang tepat serta memahami isi teks. Pembelajaran membaca dengan pendekatan proses meliputi langkah-langkah, sebagai berikut: a. Persiapan untuk membaca b. Membaca, c. Merespon d. Mengeksplorasi teks, dan e. Memperluas interpretasi (Tompkins & Hoskisson, 1995: ; Tompkins, 2010: 42-50)

4 4 a. Tahap Persiapan Membaca Persiapan membaca tidak dapat diartikan hanya dengan membuka sampul buku kemudian langsung membaca. Ada tahapantahapan tertentu yang membangun persiapan membaca, antara lain: 1) Memilih teks Pada tahapan ini, pembaca memilih teks yang hendak meraka baca. Memilih buku tidak semudah yang dibayangkan. Siswa perlu tahu tentang diri mereka sebagai pembaca dalam hal jenis buku yang disukai dan penulis favorit mereka. Sebagai pembaca mereka mampu menunjukkan buku yang mereka telah baca dan dapat menjelaskan kandungan isi dari buku yang mereka baca. Selain itu juga harus mampu menjelaskan mengapa mereka menikmati apa yang mereka baca. 2) Menghubungkan teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya. Pada tahapan ini pembaca membuat hubungan antara pengalaman hidupnya dengan bahan bacaan. 3) Memprediksi isi teks. Pada tahap ini pembaca melakukan prediksi atau memperkirakan isi dari bacaan/ teks. 4) Mengadakan tinjauan pendahuluan terhadap teks. Tujuan utama tahap ini adalah untuk mengaitkan antara pengetahuan sebelumnya dengan teks yang akan dibaca.

5 5 b. Tahap Membaca Pada tahap ini peserta didik membaca teks secara keseluruhan. Ada lima macam model membaca yang dapat dilakukan. Kelima macam model membaca ini dapat diterapkan sesuai dengan jenis dan tujuan pembelajaran membaca di sekolah. Kelima model membaca tersebut yaitu: 1) Membaca nyaring (readingaloud) Peserta didik mendengarkan guru membaca teks atau bahan bacaan. Cara lain dalam strategi ini adalah dengan mendengarkan sumber suara tertentu seperti tape recorder yang diperdengarkan secara keras. 2) Membaca bersama (shared reading) Peserta didik berbagi bacaan yang berbeda dengan teman di kelas. Berbagi bacaan dimungkinkan terjadi ketika variasi bacaan lebih dari satu. 3) Membaca berpasangan (buddy reading) Dua peserta didik membaca teks bersama-sama. Kadangkadang mereka bergiliran membaca keras, kadang-kadang mereka berdua membaca tanpa suara, dan pada waktu lain satu kelas membacakan bersama-sama. 4) Membaca terbimbing Peserta didik membaca bahan bacaan dengan bimbingan guru. Sebelum kegiatan dimulai, guru mengajak peserta didik melakukan

6 6 prediksi isi bacaan. Setelah itu peserta didik membaca bahan bacaan untuk mengkonfrontir isi bacaan dengan prediksi awal. Guru dapat menghentikan kegiatan membaca sewaktu-waktu ketika diperlukan, seperti berhenti pada akhir paragraf dua dan lain sebagainya dengan maksud membahas isi teks bacaan. 5) Membaca bebas (independent reading) Peserta didik membaca secara mandiri dengan bahan bacaan bebas atau dapat ditentukan oleh guru. Strategi ini mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap bahan bacaannya. Dalam strategi ini, siswa diperbolehkan membaca seluruh teks atau sebagian teks, dan disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka. c. Tahap Merespon Pada tahap ketiga ini yaitu merespon, peserta didik memberi tanggapan terhadap kegiatan membaca mereka dan terus berusaha memahami isi. Ada dua langkah yang dapat dilakukan peserta didik untuk tahap ini yakni: 1) Memberi tanggapan dalam bentuk tertulis pada format hasil membaca 2) Berpartisipasi dalam diskusi klasikal Kedua langkah ini dapat di terapkan sesuai dengan situasi dan kebutuhan di kelas. Setelah memberi respon, para peserta didik kembali memperhatikan teks untuk menggali isinya lebih dalam lagi.

7 7 d. Tahap Mengeksplorasi Teks Pada tahap ini peserta didik melakukan langkah-langkah: 1) membaca ulang teks; 2) menemukan gaya bahasa khusus penulis (the author's craft); 3) mempelajari kosakata baru; 4) mengidentifikasi ide bacaan; dan 5) berpartisipasi dalam pengajaran singkat yang dilakukan guru. Kegiatan menggali teks ini lebih dimaksudkan untuk memahami isi bacaan secara lebih mendetail. e. Tahap Memperluas Interpretasi Pada tahap terakhir dalam proses membaca, yakni memperluas interpretasi, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan: 1) mereproduksi teks dengan bahasa sendiri; 2) bermain peran sesuai dengan isi teks; 3) mempresentasikan isi teks dengan program Powerpoint. Berdasarkan uraian dari tahapan pendekatan proses membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang tidak hanya melibatkan aktivitas berfikir secara kognitif atau membaca yang dilihat dari volume suara namun kegiatan membaca memiliki beberapa tahapan, antara lain mengeksplorasi teks dan memperluaskan intepretasi. 3. Keterampilan Membaca a. Pengetian Keterampilan Membaca Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting. Ketika melakukan kegiatan membaca akan banyak melibatkan organ tubuh yang dilakuakan untuk

8 8 kegiatan tersebut. Seperti yang dijelaskan menurut Rahim ( 2008 : 2) membaca pada hakikatnya adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banayak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif, sedangkan menurut Dalman (2013 : 5) membaca merupakan kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Pada hakikatnya keterampilan membaca perlu dimiliki oleh setiap orang. Menurut Dadang, Iskandarwasid (2009:46) keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya disekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Membaca merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa, yaitu seperti dikemukakan oleh Tomkins & Hoskisson (1995:17)yaitu: Traditionally, language arts educators have defined language arts as the study of four modes of language: listening, talking, reading and writing. Sudah menjadi hal yang umum, bahwa ahli bahasa telah mendefiniskan seni berbahasa sebagai pembahasan dari keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tompkins & Hoskisson (1995: 198) mengemukakan bahwa membaca merupakan sebuah proses transaktif di mana pembaca

9 9 menegosiasikan arti atau penafsiran. Dengan demikian membaca adalah suatu proses bertukar suatu informasi atau berinteraks dengn bacaan dimana pembaca nantilah yang akan memaknai sebuah bacaan tersebut. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan kegiatan membaca pada kegiatan membaca nyaring. Menurut Dalman (2013: 63) Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 23) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang Berdasarkan pengertian membaca nyaring diatas dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan mengeluarkan suara yang keras dan dapat dilakukan dengan bersama-sama, dimana kegiatan membaca nyaring bertujuan untuk menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa. b. Tujuan Membaca Nyaring Membaca dilakukan untuk memperoleh suatu tujuan. Secara umum tujuan membaca adalah untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. Menurut Tarigan ( 2008 : 9 ) tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh suatu informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Sedangkan

10 10 menurut Rahim ( 2008 : 11) membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan satu tujuan, cenderung lebih menerima dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Disamping itu, menurut Elis, dkk dalam (Rahim) tujuan membaca adalah pemahaman, menghasilkan siswa yang lancar membaca. Salah satu kegiatan yang dapat membantu mencapai tujuan umum yaitu sering membacakan cerita dan mendiskusikannya. Dengan demikian, membacakan suatu materi bacaan dapat dikatakan sebagai bagian dari membaca nyaring yang bertujuan untuk berbagi pengalaman yang menyenangkan, berbagi informasi yang diperoleh dari teks bacaan, dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi mengenai suatu teks bacaan. c. Aspek-Aspek Keterampilan Membaca Membaca merupakan suatu proses atau kegiatan, oleh karena itu membaca memiliki aspek atau unsur penting di dalamnya. Berikut adalah aspek-aspek penting dalam membaca: 1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup: a) Pengenalan bentuk b) Pengenalan unsur-unsur linguistic c) Pengenalan hubungan/ korespondensi pola ejaan dan bunyi d) Kecepatan membaca ketaraf lambat

11 11 2. Keterampilan yang bersifat pemahaman a) Memahami pengertian sederhana b) Memahami signifikasi atau makna c) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk) d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. (Broughton, et al, 1978:211) Menurut Dalman (2013: 64) Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaraya adalah, (1) Menggunakan ucapan yang tepat, 2) Menggunakan frasa yang tepat, 3) Menggunakan intonasi suara yang wajar, 4) Posisi sikap yang baik, 5) Menguasai tanda-tanda baca, 6) Membaca dengan terang dan jelas, 7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, 8) Membaca dengan tidak terbata-bata, 9) Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya, 10) Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya, 11) Membaca dengan tanpa terus menerus melihat bahan bacaan, dan 12) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri. Sedangkan menurut Tarigan (2008 : 25-26), aspek-aspek membaca nyaring lebih dispesifikan untuk pada kelas IV (empat) di sekolah dasar, yaitu: a) Memahami bacaan pada tingkat dasar, b) Kecepatan mata dan suara, dan c) Patah kata dalam satu detik. Dari elemen-elemen membaca nyaring di atas, maka peneliti memodifikasi elemen-elemen tersebut untuk kepentingan penelitian dalam pengambilan penilaian keterampilan membaca nyaring dapat

12 12 terakomodasi menjadi beberapa indikator, sebagai berikut: a) ketepatan, b) lafal, c) intonasi, d) kelancaran, dan e) kenyaringan. Indikator keterampilan membaca berikut ini nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam menyusun kisi-kisi keterampilan membaca nyaring. d. Jenis-Jenis Keterampilan Membaca Membaca merupakan bentuk keterampilan yang memiliki berbagai tujuan, oleh karena itu jenis-jenis membaca menjadi terbagi sesuai dengan tujuannya. Menurut Saddhono (2012: 69-70) Jenis keterampilan membaca dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan membaca karya ilmiah dan keterampilan membaca karya ilmiah popular. 1) Keterampilan membaca karya ilmiah Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan metodologi penulisan yang baik dan benar. 2) Keterampilan membaca karya ilmiah popular Karya imiah popluer disajikan dengan gaya dan bahasa yang lebih bebas dari karya ilmiah. Diksi atau pilihan kata cenderung lebih lentur meluncur berbaris demi baris. Karya ilmiah popular dapat kita jumpai pada: majalah, koran, dan tabloid. 4. Minat Membaca a. Pengertian Minat Baca Minat adalah sesuatu hal yang sangat menentukan hasil dari suatu usaha. Minat menurut Susanto (2013:16) merupakan

13 13 kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam kegiatan membaca minat sangatlah dibutuhkan. Minat baca merupakan dorongan untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga membaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu (Damlan, 2013:141). Tampubolon dalam (Damlan, 2013:141) minat baca adalah kemauan atau keinginan seseorang untuk mengenali huruf untuk menangkap makna dari tulisan tersebut. b. Indikator Ketercapaian Minat Dari penjelasan di atas, minat dicirikan dengan rasa suka, rasa tertarik dan rasa senang sebagai bentuk ekspresi terhadap suatu hal yang diminati. Minat menurut Djamarah (2008:132) dapat diekspresikan siswa melalui : 1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya. 2) Pastisipasi aktif dalam kegiatan yang diamati. 3) Memberikan perhatian luang lebih besar terhadap sesuatu yangdiminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus). Selanjutnya definisi minat ini menjadi dasar penyusunan indikator untuk angket minat. c. Faktor yang mempengaruhi Minat Baca Menumbuhkan minat dalam hal membaca tidaklah mudah. Perlu adanya dorongan atau motivasi baik dari luar maupun dari dalam diri individu untuk mempunyai minat dalam membaca. Menurut Bunata

14 14 dalam (Damlan, 2013: 142) minat baca dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor lingkungan keluarga Ditengah kesibukkan sebaiknya orang tua menyisihkan waktu untuk menemani anaknya membaca buku, dengan begitu orang tua dapat memberikan contoh yang baik dalam meningkatkan kreativitas membaca anak. 2) Faktor kurikulum dan pendidikan sekolah yang kurang kondusif. Kurikulum yang tidak secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian, serta para tenaga kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun para pustakawan yang tidak memberikan motivasi pada anak-anak peserta didik bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya. 3) Faktor infrastruktur masayarakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca masyarakat. Kurangnya minat baca masyarakat ini bisa dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Banyak orang yang lebih memilih menghabiskan uang demi hal lain daripada membeli buku. Orang juga kadang lebih suka pergi ketempat hiburan daripada pergi ke toko buku. Mereka hanya pergi ke toko buku atau perpustakaan bila memang diperlukan saja.

15 15 4) Faktor keberadaan dan kejangkauan bahan bacaan. Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca diatas adalah adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat, dan ketersediaan bahan bacaan. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Kastam Syamsi, Esti Swastika S, & Setiyawan P yang mengadakan penelitian tentang penerapan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis dengan siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Minomartani 3, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, sebagai subjeknya. Dengan model penelitian tindakan kelas, ia menyimpulkan bahwa pembelajaran membaca dengan menggunakan pendekatan proses dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Selain itu, sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran membaca pun terbukti semakin positif. Siswa tampak semakin bergairah dan senang mengikuti kegiatan pembelajatan membaca. C. Kerangka Pikir Pendekatan Proses Membaca menurut Tomkins dan Hosskison merupakan pendekatan yang tidak hanya menekankan peserta didik untuk dapat mengetahui informasi dari membaca tetapi terdapat beberapa tahapan yang

16 16 nantinya akan membuat peserta didik dapat berkembang baik kemampuan kognitif maupun kemampuan motoriknya, oleh karena itu pendekatan proses membaca menurut Tomkins dan Hosskison ini terdiri dari beberapa tahapan membaca yang harus dilakukan, yaitu persiapan untuk membaca, membaca, merespon, mengeksplorasi teks, dan memperluas interpretrasi. Pendekatan proses dalam membaca menurut Tomkins dan Hosskison menekankan pada proses atau kegiatan membaca. Sehingga, banyak sekali kegiatan yang menghubungkan aktivitas kognitif dengan motorik siswa. Dengan adanya tahapan membaca diatas menjadikan peserta didik untuk lebih tertarik dan merasakan hal baru dalam membaca. Kondisi awal keterampilan membaca dan minat membaca Penerapan Pendekatan Proses Membaca Keterampilan membaca dan minat membaca Kondisi Akhir Memberikan Pengaruh terhadap Keterampilan dan Minat Membaca Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

17 17 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangkaberpikir, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada pengaruh pembelajaran pendekatan proses membaca terhadap keterampilan membaca. 2. Ada pengaruh pembelajaran pendekatan proses membaca terhadap minat membaca.

18 18

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1 PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1 Dhi Bramasta, Dedy Irawan 2 PGSD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK Pengetahuan dan keterampilan penerapan the reading

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Sumarni Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar Sumarnisape9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

Dedy Irawan, Dhi Bramasta PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Abstrak

Dedy Irawan, Dhi Bramasta PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto  Abstrak MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PEMBELAJARAN MEMBACA MELALUI PELATIHAN PENYUSUNAN MATERI AJAR DENGAN PENDEKATAN THE READING PROCESS (Studi di Sekolah Dasar Negeri 1 Cendana, Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam belajar siswa sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak dapat dilepaskan dari kemampuan

Lebih terperinci

MEMBELAJARKAN PESERTA DIDIK UNTUK MEMBACA CEPAT. Syamsul Alam. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Kata Kunci: membaca cepat, memahami makna bacaan,

MEMBELAJARKAN PESERTA DIDIK UNTUK MEMBACA CEPAT. Syamsul Alam. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Kata Kunci: membaca cepat, memahami makna bacaan, MEMBELAJARKAN PESERTA DIDIK UNTUK MEMBACA CEPAT Syamsul Alam Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan Abstrak: Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH Devita Vuri Guru SDN Karawang Kulon II Kabupaten Karawang Abstrak Pembelajaran bahasa di SD kelas rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki keterampilan berbahasa.tampubolon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kemampuan Menulis a. Pengertian Kemampuan Menulis Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Koentjaraningrat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta diidk. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam memelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) Riska Aulia Sartika. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. riskaauliasartika66@gmail.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada siswa. Perubahan tingkah tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pada siswa. Perubahan tingkah tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. dalam meningkatkan kualitas pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran guru dalam proses belajar mengajar sangat penting karena guru sering dianggap yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana menumbuh kembangkan potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut Sahertian (2008: 26) pendidik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Oleh: Septia Sugiarsih

Oleh: Septia Sugiarsih Oleh: Septia Sugiarsih Pendekatan??? Seperangkat asumsi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Dasar teoritis untuk menetapkan suatu metode. Macam-macam Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bersosial. Manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain melalui bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR Enita Istriwati Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Pos-el: info@balaibahasajateng.web.id Pos-el penulis:nicole_helan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan wajib untuk dilaksanakan oleh semua anak di Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah mewajibkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun lisan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan, dan pengalamanya.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran bahasa Inggris dilaksanakan di sekolah dasar sebagai bekal untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan Nasional berupaya terus menerus untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan Nasional berupaya terus menerus untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan kualitas pendidikan dasar, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya terus menerus untuk meningkatkan mutu dan efisiensi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan dalam perkembangan kehidupan anak. Masa-masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib dan utama diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan belajar Bahasa Indonesia, maka siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya terus menerus untuk meningkatkan mutu dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis Menulis adalah sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, apapun bentuknya. Mendengar kata menulis tidak banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pengertian yang diutarakan oleh Chaer (2008:32), bahwasanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pengertian yang diutarakan oleh Chaer (2008:32), bahwasanya bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbiter digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Dalam dunia pendidikan, bahasa memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di Indonesia menggunakan konteks kurikulum 2013 edisi revisi 2016 yang digunakan sebagai inti dari proses pendidikan. Kurikulum ini diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada peserta didik agar dapat belajar sendiri. Akan tetapi, proses pembelajaran tersebut nyatanya sulit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI 255 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini haruslah kita sadari benar-benar karena bahasa adalah alat komunikasi manusia. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SMP berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Setelah menamatkan studi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Bahasa Indonesia di SD Hakikat pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di SD. Dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki daya saing pada. merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki daya saing pada. merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses, melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam usaha mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai alat komunikasi, bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Ilham Zamzam Nurjaman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran bahasa di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran bahasa, siswa memperoleh keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, merupakan bahasa asing pertama yang harus diajarkan di sekolah mulai dari tingkat dasar. Hal ini ditegaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci