BAB II PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PENGUMUMAN DI SD KELAS IV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PENGUMUMAN DI SD KELAS IV"

Transkripsi

1 BAB II PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PENGUMUMAN DI SD KELAS IV 2.1 Pendekatan Kontekstual Keberhasilan suatu pembelajaran melibatkan berbagai faktor. Salah satu faktor dalam pembelajaran adalah pendekatan (approach). Pendekatan dalam pembelajaran bahasa menurut Anthony dalam Richard (1993: 15) adalah seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakikat pembelajaran dan pengajaran. Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru, siswa dengan materi yang dipelajari, sehingga hasil pembelajaran tidak bergantung pada apa yang disampaikan oleh guru tetapi bagaimana siswa mengolah informasi yang diterima. Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru memandang siswanya sebagai manusia yang memiliki potensi intelektual, sehingga peran guru tidak hanya memberikan informasi saja, melainkan harus membimbing siswanya agar berperan lebih aktif. Hal tersebut sudah menjadi tugas guru untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung tumbuhnya cara-cara belajar yang lebih proaktif dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien (Winataputra, 20011: 7.7). Mengingat betapa pentingnya pendekatan dipahami oleh guru agar pengajaran terarah dengan baik, maka melalui penelitian ini, penulis memilih 12

2 13 pendekatan kontekstual sebagai cara untuk menanggulangi masalah dalam pembelajaran menulis pengumuman Pengertian Pendekatan Kontekstual Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar (Nurhadi dalam Muslich, 2007: 41). Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa, baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat. Pembelajaran yang dilakukan selama ini baru sampai tingkat hapalan dari sekian rentetan materi atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru alam kehidupannya. Untuk memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual, COR (Center for Occupational Research) di Amerika menjabarkan

3 14 lima konsep bawahan yang disingkat REACT, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering. Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problem untuk dipecahkan. Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inquiry. Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi kedalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan. Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkmunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain. Transferring adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

4 15 (Muslich, 2007: 41). Dengan pendekatan ini diharapkan siswa dapat menjalani sebuah proses pembelajaran menulis pengumuman dengan adanya proses konstruksi mengenai pengetahuan dan keterampilan menulis pengumuman melalui penemuan, bertanya, belajar bersama, pemodelan, melakukan refleksi bersama guru dalam situasi belajar yang menyenangkan. Dengan pendekatan kontekstual siswa dapat meningkatkan kemampuan dan kreavitasnya dalam menulis pengumuman Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual adalah : 1. Kerja sama, 2. Saling menunjang, 3. Menyenangkan, 4. Belajar dengan bergairah, 5. Menggunakan berbagai sumber, 6. Siswa aktif, 7. Sharing dengan teman, 8. Siswa kritis guru kreatif, 9. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan kreasi siswa, dan 10. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor melainkan hasil karya siswa misalnya, poster atau karangan (Depdiknas, 2003: 20).

5 Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yaitu : Konstruktivitisme (constructivisme), menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning commonity), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (aut hentic assessmen). Berikut ini akan diuraikan lebih terinci tentang komponen CTL. 1. Konstruktivisme (constructivisme) Konstruktivesme (constructivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui kontek yang berbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan pada benak mereka sendiri. Esensi teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang kompleks kepada siswa lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi dan bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Pada umumnya konstruktivisme sudah diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika guru merancang rencana pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja,

6 17 praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara pisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya. 2. Menemukan ( Inquiry) Menemukan (Inquiry) merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. 3. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya (questioning) merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL. Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonirmasikan apa yang telah diketahui, dan mengarahkan perhatian siswa pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat diterapkan hampir pada semua aktivitas belajar. Bertanya dapat terjadi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya.

7 18 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, kelompok, dan antara yang tahu dan belum tahu. Di kelas ini, disekitar ini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya heterogen. Siswa pandai mengajari yang kurang pandai, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap memberi tahu yang lambat, dan sebagainya. Prakteknya dalam pembelajaran yaitu terwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau besar, mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, penulis, dan sebagainya), bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. 5. Pemodelan (Modelling) Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model ini banyak, diantaranya cara berpidato dengan baik, cara membaca puisi, contoh karya tulis, dan cara melafalkan bahasa Inggris atau guru memberikan contoh cara mengerjakan sesuatu. Sebagian guru memberikan contoh tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas. Misalnya, cara membaca cepat,

8 19 mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata (scanning). Ketika guru mendemonstrasikan cara membaca cepat, siswa mengamati guru membaca dan membolak-balikan teks. Dengan begitu, siswa tahu bagaimana gerak mata yang efektif dalam melakukan scanning. Secara sederhana kegiatan tersebut disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Dalam kasus di atas, guru sebagai model. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Siswa pun dapat dijadikan model bila memiliki kemampuan yang memadai. Misalnya, siswa yang memenangkan lomba baca puisi dijadikan model membaca puisi yang baik. Model juga dapat didatangkan dari luar misalnya untuk menulis cerpen, guru dapat menghadirkan seorang penulis cerpen yang handal. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru juga bisa membawa contoh teks berita, contoh proposal kegiatan, dan sebagainya. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara-cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan pada masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan (revisi) dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

9 20 Misalnya ketika pembelajaran berakhir, siswa menuangkan apa-apa yang telah dipelajari sebelumnya. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh dari suatu pembelajaran, catatan atau jurnal pada buku siswa, kesan dan saran siswa tentang pelajaran hari itu, diskusi, dan hasil harian. 7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment ) Assessmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa. Gambaran mengenai perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar guru bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terlepas dari kemacetan belajar tersebut. Assessment menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata siswa pada saat melakukan proses pembelajaran bukan ditekankan pada perolehannya sebanyak mungkin informasi pada akhir periode pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar Bahasa Inggris siswa harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa menggunakan bahasa Inggris, bukan pada saat siswa mengerjakan tes bahasa Inggris. Data yang diambil dari kegiatan siswa saat siswa melakukan kegiatan berbahasa Inggris baik di dalam maupun di luar kelas itulah yang disebut

10 21 data autentik (Authentic). Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru tapi juga bisa teman lain atau orang lain. Hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan laporannya, PR, kuis, karya siswa, presentasi/penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, karya tulis. Intinya dengan authentic assessment pertanyaan yang ingin dijawab adalah Apakah anak-anak belajar?. Jadi, siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara tidak hanya dari hasil tes ujian Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam kelas diuraikan secara jelas dalam Winataputra (2011: ) sebagai berikut: a. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara membangun pengetahuannya sedikit demi sedikit (construktivism). Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu siswa dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok ataupun diskusi. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang disimulasikan. Dengan demikian pengetahuan akan keterampilan akan didapat dan perilaku akan terbentuk atas kesadaran sendiri. b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan menemukan untuk semua topik (inquiry). Kegiatan ini merupakan sebuah siklus. Siklus tersebut

11 22 adalah: observasi (observation); bertanya (question); mengajukan dugaan (hipothesis); pengumpulan data (data gathering); dan penyimpulan (conclusion). c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya (question), karena pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Aktivitas bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan narasumber. d. Ciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok (learning community). Wujud masyarakat belajar di dalam kelas adalah pembentukan kelompok, bekerja berpasangan, mendatangkan narasumber di kelas. e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (modelling). Dalam pemodelan guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Kegiatan pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, bermain peran, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan (reflection). Realisasinya dapat berupa pernyataan langsung dari guru, catatan atau jurnal di buku siswa, dan cara-cara lain yang ditempuh untuk mengarahkan pemahaman mereka tentang materi yang telah dipelajari. g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (authentic assessment) yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Alat-alat penilaian otentik adalah seperti portofolio, tes

12 23 performansi/unjuk kerja,jurnal, lembar observasi, skala sikap, tes tertulis (esai, objektif). Selanjutnya John A. Zahorik dalam Constructivist Teaching (1995:14-22) mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual. Lima elemen yang dimaksud sebagai berikut. (1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) (2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. (3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (a) konsep sementara (hipotesis), (b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi), dan atas dasar tanggapan itu, (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. (4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) (5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. (Muslich, 2007: 52) 2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu

13 24 peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Dalam Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 disebutkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP, 2006: 63). Rusyana (1984: 80) dalam bukunya Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan menjelaskan bahwa pengajaran bahasa Indonesia di sekolah sudah terselenggara sejak tahun 1945, baik di sekolah dasar maupun sekolah lanjutan. Pada tahun 1946 Kementerian PPK mengeluarkan keputusan yang diantaranya berisi Rencana Pelajaran Sekolah. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dalam Rencana Pengajaran tersebut, termasuk ke dalam pengajaran kelompok bahasa, yang mencakup bahasa, membaca, menulis, bercerita, dan menyanyi, yang memperoleh jumlah jam pelajaran terbesar diantara 11 mata pelajaran di sekolah dasar. Tujuan pengajarannya adalah agar murid mengerti bahasa pergaulan yang bersahaja, dan dapat memakai bahasa pergaulan yang bersahaja, baik dengan jalan lisan, maupun dengan tulisan. Tujuan pengajaran bahasa sering berubah-ubah. Perubahan tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain oleh perbedaan tujuan pendidikan, perbedaan kepentingan, perbedaan tujuan pengajaran bahasa itu sendiri dan

14 25 sebagainya. Tujuan pengajaran bahasa sebelum kurikulum 1975 lebih dititikberatkan pada segi pengetahuan tentang bahasa. Hal ini diubah pada kurikulum 1975 dan dipertegas lagi pada kurikulum Materi pengajaran bahasa bukan hanya mengenai bahasa Indonesia itu saja tetapi juga bagaimana cara menggunakan bahasa itu. Kurikulum 1975 menggunakan pendekatan struktural. Kurikulum 1984 mengacu pada proses belajar dan hasil belajar. Pendekatan struktural masih dominan dan mulai diperkenalkan pendekatan komunikatif, keterampilan proses, dan CBSA. Kurikulum 1994 lebih memantapkan pendekatan komunikatif dan CBSA dan sangat menekankan kepada pembelajaran (Tarigan, 1994: 11-15). Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terus dilakukan, mulai dari berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sampai dengan peningkatan mutu manajemen sekoah. Kurikulum 1994, mayoritas masih berbasis materi disamping itu penjabaran materi antar kelas tidak dapat dilihat dengan jelas kesinambungannya. Maka diluncurkanlah Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disosialisasikan pertengahan tahun 2001 oleh Depdiknas dengan tujuan ingin mengantisipasi perubahan dan tuntutan masa depan yang akan dihadapi siswa sebagai generasi penerus bangsa. Namun setelah sekian tahun berjalan hasilnya belum signifikan. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor. Kemudian dibenahi dan disempurnakan dengan munculnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan KTSP ini celah kelemahan dan kekurangan

15 26 yang terdapat dalam KBK bisa ditanggulangi, baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Muchlich, 2007: 11-12). Terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut, pembelajaran berbasis kompetensi sebagaimana harapan KBK dan KTSP harus dilaksanakan di semua kelas pada satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal ini berarti guru harus mempunyai wawasan yang cukup tentang strategi pembelajaran mata pelajaran yang diampunya, minimal dalam bentuk panduan yang dapat dipakai sebagai pegangan ketika akan melaksanakan pembelajaran di kelas. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan KTSP 2006 mencakup komponen berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Mendengarkan; 2. Berbicara; 3. Membaca; 4. Menulis. (Standar Isi, 2006: 63-64) 2.3 Keterampilan Menulis Hakikat Menulis Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli tentang menulis. Fachrudin (1988: 17) mengemukakan bahwa menulis pada hakikatnya merupakan proses berpikir teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sementara itu, menurut Tarigan (1986: 21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

16 27 seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sejalan dengan kedua pendapat tersebut, Hernomo (2002: 116) menyatakan bahwa menulis ditinjau dari segi bahasa, yaitu membuat huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya) atau bisa juga diartikan sebagai melahirkan pikiran perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan pada hakikatnya menulis adalah kegiatan menuangkan pikiran dan perasaan melalui lambang-lambang grafik yang dipahami orang lain dengan menggunakan media seperti pena, kertas, dan sebagainya Manfaat Menulis Menulis bukanlah suatu kegiatan sia-sia, karena menulis memiliki beberapa manfaat. Menulis memiliki manfaat yang besar bagi penulis maupun pembaca. Akhadiat, dkk. (1995: 1) mengemukakan beberapa manfaat dari kegiatan menulis sebagai berikut. 1. Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kita dapat mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik. 2. Melalui kegiatan menulis kita dapat mengembangkan berbagai gagasan. Kita terpaksa menalar menghubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kita tidak menulis.

17 28 3. Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. 4. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. 5. Melalui tulisan kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif. 6. Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat, dalam konteks yang lebih kongkret. 7. Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. 8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib. Pendapat Akhadiat tersebut hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hairston (dalam Nursisto 2008: 8). Menurut Hairston ada beberapa alasan pentingnya menulis sebagai berikut. 1. Sarana untuk menemukan sesuatu; 2. Memunculkan ide; 3. Melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide; 4. Melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang; 5. Membantu untuk menyerap dan memproses informasi; 6. Melatih untuk berpikir aktif.

18 29 Dengan melihat beberapa manfaat menulis tersebut, jelaslah bahwa menulis menurut peneliti akan membuat kita menggali dan memunculkan pikiran dan ide yang diserap dari lingkungan sekitar. Dengan menulis akan membuat kita lebih arif dalam pikiran dan perasaan karena lebih peka terhadap lingkungan sekitar sehingga mampu memberikan reaksi positif terhadap perubahan lingkungan sekitar. Hernowo dalam bukunya yang berjudul Quantum Writing juga menyebutkan bahwa menulis dapat menyehatkan. Misalnya, dengan menuliskan hal-hal yang negatif akan membangkitkan rasa puas dan lega dan mengalami peningkatan fungsi kekebalan tubuh Tujuan Menulis Sebelum membuat tulisan, seorang penulis harus menentukan terlebih dahulu tujuan apa yang hendak ia capai dalam tulisannya. Menurut Tarigan (1986:3) yang dimaksud dengan maksud atau tujuan penulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis agar diperolehnya dari pembaca. Hugo Hartig (dalam Tarigan 1986: 24) mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut. 1. Tujuan penugasan, yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri. 2. Tujuan altruistik, yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan.

19 30 3. Tujuan persuasif, yaitu tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan beberapa gagasan yang diutarakan. 4. Tujuan informasional/tujuan penerangan, yaitu tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi, keterangan, atau penerangan kepada para pembaca. 5. Tujuan pernyataan diri, yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. 6. Tujuan kreatif, tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri, yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilainilai kesenian. 7. Tujuan pemecahan masalah, yaitu tulisan yang bertujuan memecahkan masalah, menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca Mengembangkan Kemampuan Menulis di SD Kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi, siswa harus berlatih mulai dari cara memegang alat tulis, menggerakkan tangan sampai mengamati lambang bunyi tersebut agar dapat menuliskannya secara benar. Pada tahap menulis lanjut yang diberikan pada siswa mulai kelas 4 sampai kelas 6 SD, pengajaran menulis lanjut berisikan kegiatan-kegiatan berbahasa tulis yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya dan bidang

20 31 pekerjaan pada khususnya. Pembelajaran menulis lanjut di SD menekankan pelatihan penulisan berbagai bentuk tulisan, misalnya surat, prosa, puisi, pidato, naskah drama, laporan, naskah berita, pengumuman, iklan, cara menulis ringkasan, dan mengisi formulir dan sebagainya. Pembelajaran menulis di kelas tinggi berdasarkan kompetensi-kompetensi di atas dapat dilaksanakan diantaranya melalui beberapa teknik berikut. 1. Kegiatan menulis berdasarkan rangsangan visual 2. Kegiatan menulis berdasarkan rangsangan suara 3. Kegiatan menulis dengan rangsangan buku (Resmini, 2009: 175) Penilaian terhadap Keterampilan Menulis Menulis adalah sesuatu yang multidimensi dan tidak bisa diukur secara tepat dengan hanya menghitung nilai atau kualitas komposisi yang ditulis siswa. Menulis diberikan sebagai proses berpikir yang terus menerus, proses eksperimentasi, dan proses review. Aktivitas menulis dapat dikembangkan dalam tiga tahap yaitu : 1. Perencanaan Aktivitas dalam tahap ini meliputi: memilih topik; memikirkan tujuan, bentuk dan audiensi; dan memanfaatkan dan mengorganisir gagasangagasan. 2. Penyusunan draft tulisan Aktivitas dalam tahap ini meliputi: menulis draft kasar; menulis konsep utama; dan menekankan pada pengembangan isi.

21 32 3. Perbaikan Aktivitas dalam tahap ini meliputi: membaca ulang draft kasar; menyempurnakan draft kasar dalam proses menulis; memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari kelompok menulis. 4. Penyuntingan Aktivitas dalam tahap ini meliputi: mengambil jarak dari tulisan; mengoreksi awal dengan menandai kesalahan; dan mengoreksi kesalahan. 5. Pemublikasian Pada tahap publikasi siswa memublikasikan hasil penulisannya melalui kegiatan berbagi hasil tulisan. Kegiatan berbagi hasil tulisan ini dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan siswa untuk membacakan hasil karangan di depan kelas. (Resmini, 2007: ) Berdasarkan uraian di atas penilaian yang akan dilakukan dalam kegiatan menulis pengumuman ini harus disesuaikan dengan tahapan di atas, mengingat deskripsi kegiatan menulis tersebut sesuai dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual yaitu konsep bekerja dan mengalami. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa perlu mengerti, apa makna belajar, apa manfaatnya dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

22 Pengumuman Pengertian pengumuman Pengumuman berasal dari kata dasar umum yang berarti: 1. mengenai seluruhnya atau semuanya, secara menyeluruh, tidak menyangkut yang khusus (tertentu) saja; 2. untuk orang banyak; 3. khalayak ramai; 4. tersiar (rata) kemana-mana; (sudah) diketahui orang banyak. Sedangkan Pengumuman itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai : 1. Proses, cara, perbuatan mengumumkan; 2. Yang diumumkan; pemberitahauan; permakluman. (KBBI, 1996: 1103) Soedjito dan Solchan (1993: 14) memasukkan pengumuman pada golongan surat resmi/dinas/jabatan yaitu surat yang dikirimkan oleh kantor pemerintah atau swasta kepada kantor pemerintah atau dikirimkan oleh perseorangan kepada kantor pemerintah dan sebaliknya. Karena sifatnya resmi, dalam surat resmi terdapat hubungan yang lugas dan seperlunya saja. Yang tergolong surat resmi adalah pengumuman, surat edaran, surat permohonan, surat laporan, surat pengantar, surat keputusan, surat instruksi, surat tugas, surat kuasa, lamaran kerja, surat undangan, surat perjanjian dan nota dinas. Adapun pengertian pengumuman menurut Soedjito dan Solchan (1993:74) adalah macam surat yang ditujukan kepada orang banyak atau umum.

23 34 Marjo (2000: 216) menjelaskan surat pengumuman sebagai surat yang yang berisi pengumuman mengenai sesuatu hal yang perlu diketahui oleh seluruh anggota atau warga suatu unit. Warsidi (2009: 84) menyebutkan pengumuman secara sederhana sebagai cara menyampaikan pesan dengan tulisan Bagian - Bagian Surat Pengumuman Bagian-bagian surat pengumuman adalah sebagai berikut : 1. Bagian kepala Bagian kepala memuat nama dan alamat yang memberikan pengumuman, petunjuk, pengumuman, nomor pengumuman dan perihal pengumuman. 2. Bagian isi Bagian ini memuat isi pengumuman. 3. Bagian kaki Memuat tanggal dan bulan pengumuman, nama dan jabatan penanggung jawab yang memberikan pengumuman. Pengumuman dapat disebarkan dengan beberapa cara diantarannya: 1. Menyebarkannya sebagai surat edaran; 2. Memasangnya di papan-papan pengumuman; 3. Memasangnya di koran-koran sebagai iklan (Soedjito dan Solchan, 1993:14-15).

24 Rambu-Rambu Cara Membuat Pengumuman Isi pengumuman dapat menyangkut berbagai hal, terutama hal-hal yang perlu diketahui orang banyak. Karena itu bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik dan benar serta menarik. Bahasa yang baik dan benar artinya bahasa pengumuman itu harus sesuai konteks dan memenuhi ketentuan kaidah. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan penafsiran. Bahasa yang menarik diperlukan agar pengumuman dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang. Penggunaan kalimat yang efektif sangat perlu dalam menulis pengumuman. Hindari kalimat-kalimat yang ambigu agar setiap orang dapat menafsirkan kalimat dengan makna yang sama. Dengan bahasa yang efektif dan komunikatif teks pengumuman yang dibuat dapat dipahami oleh orang yang membacanya dengan baik. Karena pengumuman termasuk surat resmi maka bahasa yang digunakan dalam teks pengumuman adalah bahasa resmi. Bahasa resmi menggunakan kata baku, yakni kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidahkaidah yang berlaku. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam menulis pengumuman antara lain: 1. Bentuk pengumuman harus menarik dan bagus. 2. Bahasa pengumuman harus efektif dan komunikatif. Bahasa yang efektif adalah bahasa yang singkat, jelas dan dapat dimengerti isinya tanpa ada keraguan. Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang mudah dipahami.

25 36 3. Isi pengumuman harus jelas. Isi pengumuman harus memuat kepada siapa pengumuman itu ditujukan, dari siapa pengumuman itu dibuat, dan tentang apa pengumuman itu. Jika pengumuman itu berkaitan dengan waktu, harus jelas waktunya, misalnya pukul, hari atau tanggal. Jika berkaitan dengan alamat, harus jelas tempatnya, misalnya nama tempat, nama gedung, nama lapangan, nama jalan, nomor tempat atau nomor teleponnya. 4. Tujuan pengumuman harus jelas pula. 5. Jenis media sesuai dengan isi dan maksud pengumuman (Yogaswara, 2005: 76) Media Penyampaian Pengumuman Banyak sekali ragam pengumuman yang bisa ditemukan, mulai dari pemberitahuan kehilangan barang hingga pengumuman lowongan kerja. Pengumuman tidak hanya dalam bentuk tertulis melainkan juga dalam bentuk lisan. Biasanya pengumuman berkaitan dengan kepentingan publik atau sesuatu yang harus diketahui oleh masyarakat luas. Ada beberapa media yang bisa digunakan untuk mengumumkan informasi, diantaranya : 1. Radio; 2. Televisi; 3. Internet; 4. Bioskop; 5. Surat kabar;

26 37 6. Pamphlet; 7. Poster; 8. Surat edaran; 9. Papan pengumuman. (Yogaswara, 2005: 72) Berikut ini contoh-contoh penulisan pengumuman cara penyampaian dalam bentuk Iklan, Surat, dan Poster (Warsidi, 2009: 74) (Yogaswara, 2005: 77) (Yogaswara, 2005: 77) Contoh: Pengumuman dalam Bentuk Poster (Pengumuman yang berisi imbauan) BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA (Yogaswara, 2005: 78)

27 Kedudukan Keterampilan Menulis Pengumuman dalam KTSP SD Kelas IV Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Permendiknas RI, 2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut. a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. b. Beragam dan terpadu. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. e. Menyeluruh dan berkesinambungan. f. Belajar sepanjang hayat. g. Seimbang dengan kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;

28 39 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan social; 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampun berbahasa; 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Standar Isi, 2006: 63-64). Penataan program pembelajaran Menulis dalam KBK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD kelas IV dapat diuraikan sebagai berikut. Standar Kompetensi : Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis deskripsi, mengisi formulir sederhana, melanjutkan cerita narasi, menulis surat, menyusun paragraf dan menulis pengumuman, serta menulis cerita rekaan, dan melanjutkan pantun. Tabel 2.1 Penataan Program Pembelajaran Menulis dalam KBK SD Kelas IV KOMPETENSI DASAR Melengkapi percakapan yang belum selesai HASIL BELAJAR Memahami isi percakapan dan melengkapi INDIKATOR 1. Menentukan isi percakapan 2. Melanjutkan MATERI POKOK Teks percakapan yang belum selesai

29 40 Menulis deskripsi Mengisi formulir sederhana Melanjutkan cerita narasi percakapan Menulis deskripsi tentang bendabenda di sekitar atau seseorang dengan bahasa yang runtut Mengisi formulir dengan benar Memahmi isi cerita dan melengkapi cerita Menulis surat Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang komunikatif Menulis paragraf Menulis paragraf dengan bahan yang tersedia Menulis cerita berdasarkan pengalaman percakapan yang belum selesai sesuai dengan isinya Mendeskripsikan secara tertulis seseorang atau benda secara rinci dan kalimat yang runtut Mengisi formulir dengan tepat berdasar data-data Melengkapi bagian awal, tengah, atau akhir cerita yang hilang sehingga cerita itu menjadi utuh Menulis surat tentang pengalaman dan cita-cita dengan gaya penceritaan yang menarik dan menggunakan EYD yang tepat 1. Mengurutkan kalimat acak menjadi paragraf yang padu 2. Menentukan kalimat utama dalam paragraf 3. Menentukan tipik/tema cerita Menulis cerita rekaan (pengalaman, perasaan) dengan gaya penceritaan yang menarik 3. Deskripsi seseorang, benda atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya. 4. Kalimat luas Berbagai bentuk formulir (seperti formulir anggota pramuka, dokter kecil) Cerita yang belum selesai (cerita rumpang) 5. Kalimat pembuka, isi, dan penutup surat 4. Cerita pengalaman 5. EYD 6. Tanda baca paragraf

30 41 Menulis pengumuman Menulis rekaan Membuat pantun cerita Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dan menggunakan EYD yang tepat Membuat pantun sederhana Menulis pengumuman dengan bahasa yang singkat, padat, dan mudah dipahami 1. Mengidentifi kasi ciri-ciri cerita rekaan 2. Menentukan tema/topik cerita 3. Menentukan gagasan pokok cerita 4. Menyusun kerangka cerita 5. Menulis cerita rekaan dengan gaya penceritaan yang menarik sehingga pembaca dapat ikut membayangkan isi dan perasaan penulis 1. Membuat pantun sederhana sesuai dengan syarat-syarat pantun 2. Pembacaan pantun yang telah Kalimat efektif Cerita rekaan masing-masing anak. Pantun Sedangkan penataan program pembelajaran Menulis dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD kelas IV semester satu dan dua dapat diuraikan sebagai berikut.

31 42 Tabel 2.2 Penataan Program Pembelajaran Menulis dalam KTSP SD Kelas IV Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Semester Menulis 4.1 Melengkapi percakapan yang Satu/ganjil 4. mengungkapkan belum selesai dengan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis memperhatikan penggunaan ejaan (tanda titik dua, dan tanda petik) dalam bentuk 4.2 Menulis petunjuk untuk melakukan percakapan, petunjuk, sesuatu atau penjelasan cara cerita, dan surat membuat sesuatu 4.3 Melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) dengan menggunakan kata/kalimat yang tepat sehingga menjadi cerita yang padu 4.4 Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang baik benar dan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) Menulis 8.Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak 8.1 menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) 8.2 menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan 8.3 membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll) sesuai dengan ciriciri pantun Dua/genap Dari uraian standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas dapat dilihat kedudukan materi pengumuman merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu, menulis pengumuman menduduki tempat yang cukup penting baik dalam kurikulum KBK 2004 maupun dalam KTSP SD

32 sebagai salah satu kompetnsi yang harus dikuasai dalam mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed. PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca

Lebih terperinci

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Disajikan pada Kongres Internasional Pendidikan Dasar OLEH DR. ISAH CAHYANI, M.PD. 08122232220 Assalamualaikum Konstruktivisme Refleksi

Lebih terperinci

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Sadiman, dkk. (2008: 17-18) mengatakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS X SMA PGRI 89 CIPANAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS X SMA PGRI 89 CIPANAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS X SMA PGRI 89 CIPANAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Yuda Permana 08210122 Permanayuda57@yahoo.com STKIP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Pengertian Pembelajaran Kontekstual 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Lebih terperinci

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL Apa itu CTL? Mengapa harus CTL Pendekatan CTL merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Oleh: Atmini Dhoruri A. Latar Belakang Perkembangan IPTEKS yang sangat pesat dan perubahan global dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan. 8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS IV SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : Tahun Pelajaran : Kelas : IV Smt

Lebih terperinci

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia KONSEP CTL Merupakan Konsep Belajar yang dapat Membantu Guru Mengaitkan

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 271 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDN BATUKARUT 2 KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG Cucu Cunayasari cucucunayasari@yahoo.co.id PROGRAM

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kemampuan Menulis a. Pengertian Kemampuan Menulis Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Koentjaraningrat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI 255 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir Kritis (critical thinking) merupakan sinonim dari pengambilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir Kritis (critical thinking) merupakan sinonim dari pengambilan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Berpikir Kritis (critical thinking) merupakan sinonim dari pengambilan keputusan (decision making), perencanaan strategi (strategic planning), proses ilmiah (scientific

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah. Maka melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kelas VIII A SMP 10 November Binangun Dengan Pendekatan Kontekstual

BAB II LANDASAN TEORI. Kelas VIII A SMP 10 November Binangun Dengan Pendekatan Kontekstual 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita Pada Siswa Kelas VIII A SMP 10 November Binangun Dengan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran 2010-2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Pada hakikatnya pendekatan mengajar adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan memuaskan (memberi pemuas kepada) rasa ingin tahu siswa. Rasa puas ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan ini terjadi sebagai hasil dari pengalaman (wikipedia.org). Dalam dunia pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti Tahun Pelajaran 2011 2012 ) NAMA : NENENG WULANSARI ALAMAT Email : wulansari@land.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi PEMBELAJARAN MENULIS oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi Assalamualakium Hakikat Menulis Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati dalam waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait dengan ketersediaan karya sastra. Sistem pengajaran, kurikulum yang kurang memberi ruang

Lebih terperinci

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa 36 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK karangan argumentasi berada dalam batas kategori sangat baik 3 orang, baik 10 orang,

Lebih terperinci

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual Model belajar kontekstual merupakan salah satu model belajar yang umum dipakai di Indonesia. model ini menekankan semua guru untuk mengsinkronkan seluruh materi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

TITIK ARIYANI HALIMAH A

TITIK ARIYANI HALIMAH A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH I SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SEMANTIK MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING): Suatu Alternatif Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa

Lebih terperinci

YUNICA ANGGRAENI A

YUNICA ANGGRAENI A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK MODELING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 ULUJAMI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI Rini Budiharti Pendidikan Fisika P.MIPA UNS ABSTRAK Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu untuk dapat hidup berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Ramtia Darma Putri, Universitas PGRI Palembang email: tyadhuarrma27@gmail.com Erfan Ramadhani, Universitas PGRI Palembang email: erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Juli Membedakan berbagai bunyi bahasa Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dengan bahasa yang santun nyaring suku kata dengan lafal Menyalin berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005 : 7) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009-2010 Kompetensi Dasar MENDENGARKAN 1.1 Menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio. Indikator Pencapaian (peserta didik

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan Laporan laporan kegiatan OSIS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN oleh Isah Cahyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Kehadiran sejarah sastra dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib dan utama diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan belajar Bahasa Indonesia, maka siswa diharapkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan Kepada Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan. matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sumbergempol.

BAB V PEMBAHASAN. mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan. matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sumbergempol. 109 BAB V PEMBAHASAN A. Rekapitulasi Hasil Penelitian Setelah dilakukakan analisis penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan pengaruh penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna

Lebih terperinci