BAB II GURU, MINAT DAN BAKAT, DAN SENI BACA AL-QUR AN. mengejar cita-cita besarnya di masa depan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GURU, MINAT DAN BAKAT, DAN SENI BACA AL-QUR AN. mengejar cita-cita besarnya di masa depan."

Transkripsi

1 28 BAB II GURU, MINAT DAN BAKAT, DAN SENI BACA AL-QUR AN A. GURU 1. Pengertian Guru Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan. Pada sisi yang lain Hadari Nawawi menyatakan bahwa, Pengertian guru secara etimologis atau dalam arti yang sempit guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Guru dalam arti luas berarti seorang yang bekerja dalam pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. 1 Makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah atau perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan peserta didik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan peserta didik mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan hlm Hadari Nawawi, Profesionalisme Guru dalam Mengajar, (Semarang: IKIP Press, 1996), 28

2 29 matra psikomotorik menjadikan peserta didik terampil dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna Tugas dan Tanggung Jawab Guru Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Guru adalah profesi yang sangat strategis dan mulia. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dengan kata lain, seorang guru dituntut untuk mampu menyelaraskan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran. 3 Di samping tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih, maka tugas utama guru menurut Depdikbud adalah sebagai berikut: 1) Tugas profesional, yaitu mendidik dalam rangka menyumbangkan kepribadian, mengajar dalam rangka menyeimbangkan kemampuan berfikir, kecerdasan dan melatih dalam rangka membina keterampilan. 2) Tugas manusiawi, yaitu membina anak didik dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan martabat diri sendiri, kemampuan manusia yang optimal serta pribadi yang mandiri. 3) Tugas kemasyarakatan, yaitu dalam rangka mengembangkan terbentuknya masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Zaenal Mustakim, Strategi Metode dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2009), hlm Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan Konsep dan Implementasi), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 56.

3 30 Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktikpraktik komunikasi. Pengetahuan guru yang diberikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhirnya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat. Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan dan mengembangkan kreativitas dan kualitas anak didik. Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sudah berat, tetapi ada yang lebih berat lagi yaitu bertanggung jawab terhadap anak didik. Besar tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, karena tidak hanya di dinding sekolah saja tetapi harus bertanggung jawab di luar sekolah (lingkungan masyarakat). 5 Guru memiliki tanggung jawab yang esensial sebagai manusia dewasa yang patut ditiru dan digugu yaitu: 1) Tanggung jawab moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2) Tanggung jawab pendidikan di sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara belajar menajar yang efektif, mampu membuat Satuan Pengajaran (SP), mampu memahami kurikulum, dan mampu mengajar di kelas. 3) Tanggung jawab kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan pembangunan dalam masyarakat, yaitu guru mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. 4) Tanggung jawab keilmuan, yaitu guru selaku ilmuan bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu yang menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan. 6 5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm Hamid Darmadi, Op. Cit., hlm. 53.

4 31 3. Peran Guru Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. 7 Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, semua peranan yang diharapkan dari guru diantaranya adalah: 1) Korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana yang buruk. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Jika guru mengabaikannya berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap dan tingkah laku anak didik. 2) Inspirator Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Oleh karenanya guru diharapkan dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. 8 7 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm

5 32 3) Informator Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan murid, kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. 4) Organisator Dalam hal ini guru harus memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik dan menyusun tata tertib sekolah. 5) Motivator Dalam hal ini, seorang guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif yang melatarbelakangi anak didiknya malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. 6) Inisiator Dalam peranannya guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan khususnya interaksi edukatif. 9 9 Ibid., hlm

6 33 7) Fasilitator Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik. 8) Pembimbing Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa yang cakap. 9) Demonstrator Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami oleh anak didik, guru harus berusaha membantunya, dengan memperagakan apa yang diajarkan. Sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien. 10) Pengelola kelas Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru, dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya Ibid., hlm

7 34 11) Mediator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. 12) Supervisor Sebagai supervisor, hendaknya guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. 13) Evaluator Sebagai evaluator guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. 11 B. MINAT DAN BAKAT 1. Minat a. Pengertian Minat Menurut kamus Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, perhatian, keinginan. 12 Minat diartikan kecenderungan arah pemusatan perhatian yang ditandai oleh perasaan senang. Minat sangat penting karena minat yang tinggi terhadap suatu objek atau kegiatan akan menunjang Ibid., hlm Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm.

8 35 pencapaian tujuan. Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu yang dianggap dapat memberikan kesenangan. Dari perasaan senang inilah, maka timbullah minat untuk memperoleh, menggambarkan sekaligus berusaha mempertahankan sesuatu yang dianggapnya dapat mendatangkan kesenangan. Pada sisi yang lain, Lusi Nuryanti menyatakan bahwa, Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan. Pada dasarnya setiap orang akan lebih senang melakukan sesuatu yang sesuai dengan minatnya (yang disukai) daripada melakukan sesuatu yang kurang disukai. Belajar dengan keadaan senang hati tertu saja akan lebih mudah daripada anak belajar dengan suasana hati yang terpaksa. 13 Menurut Sumardi Subryabrata, minat merupakan kecenderungan-kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau yang besar terhadap sesuatu. 14 Menurut WS. Winkel, Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati oleh seseorang akan diperhatikan terus menerus disertai dengan perasaan senang. Perasaan senang merupakan faktor non intelektual yang khusus berpengaruh terhadap semangat atau gairah belajar. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat oleh rasa positif. 15 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa minat adalah suatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk memusatkan dan berbuat sesuatu terhadap objek dengan disertai perasaan senang, serta ada suatu maksud dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan tersebut. hlm Lusi Nuryanti, Psikologi Anak, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2000), hlm WS. Winkel, Psikologi Pengajaran dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Rosdakarya, 1994),

9 36 b. Macam-macam Minat Berdasarkan timbulnya minat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Minat Primitif, adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. 2) Minat Kultural atau Minat Sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita, misalnya minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan. 16 Berdasarkan arahnya, minat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Minat Intrinsik, adalah minat yang langsung berhubungan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh seseorang belajar karena memang cinta pada ilmu pengetahuan atau karena senang membaca, bukan karena ingin mendapat pujian atau penghargaan. Dalam bermain sepak bola, minat intrinsiknya adalah kesenangan dalam menyepak bola, bergerak bebas dalam alam terbuka dan sebagainya. 16 Abdul Rahman Saleh, Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 265.

10 37 2) Minat ekstrinsik, adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh, seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SPMB, setelah menjadi juara kelas atau lulus saringan SPMB minat belajarnya menjadi turun. Dalam bermain sepak bola, minat ekstrinsiknya adalah bagaimana mencetak gol sebanyak mungkin, bagaimana mengalahkan lawan dan sebagainya. Jadi dalam minat ekstrinsik ada dua usaha untuk melanjutkan aktivitas sehingga tujuan akan menjadi menurun atau hilang. 17 Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat yaitu: 1) Expressed Interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun yang bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya. 2) Manifest Interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasinya atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya. 3) Tested Interest: adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut. 4) Inventoried Interest: adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan, dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan Ibid., hlm Ibid., hlm. 266.

11 38 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang ada dua faktor yaitu: 1) Faktor Internal a. Pembawaan Pembawaan sangat mempengaruhi timbulnya minat, misalnya seseorang yang mempunyai minat melukis, karena seseorang tersebut memang mempunyai bakat bawaan yaitu suka melukis. b. Psikologi Keadaan jiwa seseorang juga mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu misalnya, orang yang keadaannya tenang dan gembira akan selalu menunjukkan sikap dan perjuangannya. c. Keadaan Jasmani Jasmani yang sehat dan cacat juga mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu. Misalnya cacat penglihatan akan mempengaruhi minat pada seseorang. 19 d. Kebutuhan Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kebutuhan hidup adalah merupakan faktor yang sangat kuat dan penting bagi seseorang. Makin besar kebutuhan seseorang untuk mengatasi 2003), hlm Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,

12 39 2. Bakat kebutuhnnya. Misalnya seseorang murid yang memiliki rasa ingin tahu maka ia akan cepat mengerti dan mengingatnya dibanding dengan murid yang tidak mempunyai rasa ingin tahu maka minat membacanyapun lemah. 2) Faktor Eksternal, meliputi: a. Faktor Lingkungan Keluarga b. Faktor Lingkungan Sekolah c. Faktor Lingkungan Masyarakat. 20 dua, yaitu: Menurut Abdul Saleh, faktor yang mempengaruhi minat ada a. Faktor yang bersumber dari dalam individu yang bersangkutan terdiri dari bobot, umur, jenis, kelamin, pengalaman, perasaan mampu dan kepribadian. b. Faktor yang bersumber dari luar, mencakup lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 21 a. Pengertian Bakat Nana Syaodih Sukmadinata mengungkapkan bahwa, Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Seseorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedang yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam sejarah, dan sebagainya Ibid., hlm Abdul Rahman Saleh, Muhib Abdul Wahab, Op. Cit., hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 101.

13 40 Banyak para ahli mengemukakan tentang definisi bakat. Diantaranya adalah menurut W. B. Michael bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu. Guillford memberikan definisi sedikit berbeda, menurutnya bakat banyak sekali, sebanyak perbuatan atau aktivitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guillford, yaitu komponen: Intelektual, perseptual dan psikomotor. Komponen intelektual terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek pengenalan, ingatan, dan evaluasi. Komponen perseptual juga meliputi beberapa aspek, yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi ruang dan waktu, keluasan dan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan. 23 Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang Ibid., hlm Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 120.

14 41 Bakat memungkinkan seseorang mencapai prestasi tertentu dalam bidang tertentu. Akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar dapat tersebut dapat terwujud. Misalnya seseorang memiliki bakat dalam bidang seni baca al-qur an, jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Jika orang tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang seni baca al-qur an dan mengusahakan agar ia dapat pengalaman yang sebaikbaiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan dalam bidang seni baca al-qur an, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang unggul pada bidang tersebut. b. Macam-macam Bakat Berdasarkan cara berfungsinya, bakat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kemampuan di bidang khusus, misalnya bakat musik, melukis, dan lain sebagainya. 2. Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisasikan kemampuan khusus. Misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasikan kemampuan di bidang teknik arsitek Jamal Ma mur Asmani, Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hlm. 22.

15 42 Ada juga jenis bakat alam, bakat turunan, dan bakat kebiasaan. 1. Bakat alam, yaitu bakat yang sudah ada sejak dilahirkan. Bakat ini mulai kelihatan ketika usia beranjak besar. Bakat alam terjadi juga karena melakukan suatu hal dengan sangat cepat, tentunya dengan proses latihan. 2. Bakat turunan, yaitu bakat dari turunan orang tua atau keluarga. Contohnya, ayahnya pandai bermain gitar. Ternyata setelah beranjak dewasa sangat menyukai musik dan mencoba bermain gitar, tanpa disangka-sangka akhirnya pandai bermain gitar. 3. Bakat kebiasaan, yaitu muncul karena kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Tanpa disadari telah mengasah kemampuan yang terpendam selama ini. Misalnya, sering membantu ibu membuat kue kering, karena terbiasa membantu ibu, maka hafal cara-caranya kemudian pandai membuatnya. 26 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bakat Secara garis besar faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu, faktor internal dan eksternal. 1. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Diantaranya meliputi; minat, motif berprestasi, keberanian mengambil resiko, keuletan dalam menghadapi tantangan, dan kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul. 26 Ibid., hlm

16 43 2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari lingkungan individu tumbuh dan berkembang. Diantaranya meliputi; kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang tua atau keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan pola asuh orang tua. Individu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang menonjol Cara Mengembangkan Minat dan Bakat a. Perlu Keberanian Keberanian membuat seseorang mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendalakendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan membuat seseorang mampu melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung jawab. 27 M. Ali, M. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 81.

17 44 b. Perlu didukung Latihan Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan di sini bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik. c. Perlu didukung Lingkungan Lingkungan di sini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya, yang turut berperan dalam usaha pengembangan minat dan bakat. d. Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara mengatasinya. Perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, mengkategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit, kemudian mulai memikirkan jalan keluarnya. 28 B. SENI BACA AL-QUR AN 1. Pengertian Seni Baca Al-Qur an Seni baca al-qur an adalah menyanyi atau berlagu di dalam membaca al-qur an. Adapun seni baca al-qur an atau taghanni dalam membaca al-qur an, sebagaimana dalam hadits Nabi dijelaskan bahwa al- Qur an adalah kalam Illahi yang menganjurkan untuk dibaca, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Yamamah Al-Bahili, sebagai berikut: 28 Ibid., hlm. 82.

18 45 ع أ ب ى أ ي ا ي ة ان ب ا ه ه ي رض ي اهلل ع ه ق ال : س ع ث ر س م اهلل ص و ي ق ى ل : ا ق ز ء و اان ق ز ا, ف إ ه ي ؤ ج ي ي ان ق ي اي ة ش ف ي ع ا ن ؤ ص ح ا ب ه. Artinya: Dari pada Abi Ammah Al Bahili ra. Ia berkata: aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Bacalah olehmu al- Qur an itu, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat bagi pembacanya. 29 Secara umum lagu al-qur an adalah setiap lagu apa saja yang dapat diterapkan dalam ayat-ayat al-qur an dengan berbagai variasi dan nada suara yang teratur dan harmonis tanpa menyalahi hukum-hukum bacaan yang digariskan dalam ilmu tajwid. Tetapi jika membacanya asal jadi, tanpa memperhatikan tuturan hurufnya, tidak atas sillabelnya atau makhroj tertentu, walaupun membacanya dengan suara yang indah, maka bacaan itu tidak diridhoi Allah Swt. dan Rosul-Nya. Hukumnya haram dan orang yang membacanya berdosa, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Jajari: و ان آخ ذ ب انح ج ى ي د ح ح ى ن ا س و # ي ء ءن ى ي ج ى د ان ق ز آ ث ى ن آ ه ب ه ان إ ن ه أ س ال # و ه ك ذ ا ي ه إ ن ي ا و ص ال Artinya: 1. Melaksanakan tajwid adalah suatu keharusan dan kemestian. Dan barangsiapa al-qur an tanpa tajwid berdosa hukumnya. 2. Karena al-qur an diturunkan Allah Swt. serta tajwidnya. Demikianlah al-qur an itu datang dari Allah Swt. untuk kita (selaku makhluknya). 30 Agar didengar oleh pendengar tidak membosankan dan bertambah meresapkan isi al-qur an itu di hati sanubari pembaca 29 Khadijatus Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al Qur an dan Qiraat Tujuh di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hlm Ibid., hlm. 29.

19 46 maupun pendengarnya, maka hiasilah al-qur an dengan suara dan lagulagu Arab. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw.: ق ال ر س ى ل اهلل ص ه ى انه ه ع ه ي ه و س ه ى : س ي ى اان ق ز ا ب ا ص ى ا ج ك ى ف ا ء ان ص ى ت ان ح س ي ش ي د ان ق ز ا ح س ا. )رواهانحاكى ح انبزأ( Artinya: Hiasilah al-qur an itu dengan suaramu yang baik, karena suara yang baik itu akan menambah keindahan al-qur an. (HR. Hakim dari Barro ). 31 Patokan hadits ini merupakan anjuran bagi kita sebagai umatnya untuk memperindah bacaan al-qur an melalui suara yang baik. Karena Rasulullah Saw. sendiri yang memberikan contoh di dalam membaca al- Qur an ialah dengan suara yang merdu dan indah serta fashih di dalam huruf-hurufnya. Di dalam seni baca al-qur an terdapat suatu tuntutan yaitu agar setiap qari dan qari ah memiliki kefashihan dalam membacanya. Perbedaan tilawah atau bacaan seorang pembaca al-qur an yang satu dengan yang lainnya dapat dipahami melalui tingkat kefasihan para pembaca tersebut dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah ketika membaca al-qur an. Adapun pembahasan tentang kesempurnaan membaca akan cara melafalkan biasanya termasuk dalam cakupan fashohah. Maka dari itu pada umumnya fashohah diartikan kesempurnaan membaca dari seseorang akan cara melafalkan seluruh huruf hijaiyah yang ada di dalam al-qur an A. Munir, Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm Ibid., hlm. 71.

20 47 2. Urgensi Seni Baca Al-Qur an Al-Qur an adalah mukjizat paling besar dari segala mujizat yang pernah diberikan Allah Swt. kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya. Kemujizatan al-qur an pada dasarnya berpusat pada dua segi, yaitu: pertama, segi isi atau kandungan al-qur an, dan kedua, segi bahasa al- Qur an. Al-Qur an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Bahasa atau kalimatkalimat al-qur an adalah kalimat-kalimat yang menakjubkan, yang berbeda sekali dengan kalimat-kalimat bahasa Arab. Susunan kalimat dan gaya bahasa al-qur an bebas pula dari tujuan umum sebagaimana yang terdapat dalam syair-syair dan sajak-sajak. Keharmonisan irama yang timbul dari rangkaian kata dan kalimat telah ada di dalam setiap lafadz dan setiap ayat al-qur an, sehingga gema irama yang harmonis itu saja hampir merupakan lukisan tersendiri yang lengkap menggambarkan warna yang segar atau pucat serta menampakkan bayangan yang tipis atau tebal, sehingga menimbulkan seni tersendiri dalam membacanya. 33 Setiap mukmin yakin, bahwa membaca al-qur an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah kitab suci Illahi. Al-Qur an 33 Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), hlm. 33.

21 48 adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira maupun dikala sedih. Membaca al- Qur an bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. 34 Maka membaca al-qur an juga mempunyai seninya tersendiri, tentunya seni baca al-qur an tidak lepas dari rasa keindahan, yaitu keindahan suara (bunyi lafal-lafal al-qur an yang disertai, dengan suara yang kuat) maksudnya tidak dibaca dalam hati, hingga dapat didengar oleh orang disekitarnya, karena fungsi pembacaan al-qur an itu adalah nyaring (jahr), maka untuk tidak membosankan bagi pendengar, bacaan ayat-ayat al-qur an tersebut tidak ada salahnya bila suara yang mengeluarkan (melafalkan) ayat-ayat al-qur an itu diwarnai dengan fariasi-fariasi lagu-lagu al-qur an. Di sinilah letak seni daripada bacaan al-qur an itu. Dan di dalam mensenikan bacaan al-qur an dengan lagu yang bermacam-macam fariasi tersebut harus disertai dengan makhrijul huruf atau pengeluaran huruf yang tepat pada sillablenya masing-masing, apalagi bila disertai dengan alunan suara yang indah dan halus, makin bertambah indah serta nada-nada penuh pesona, hati melambung tinggi kehadirat pencipta Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm Khadijatus Shalihah, Op. Cit., hlm

22 49 3. Bentuk Volume Suara dan Dinamikanya dalam Seni Baca Al-Qur an a. Bentuk-bentuk Suara dalam Seni Baca Al-Qur an Di dalam bidang seni baca al-qur an terdapat beberapa tipe atau bentuk suara yang lazim ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Bentuk-bentuk suara tersebut yaitu: 1) Suara Perut Pada jenis suara bentuk bunyinya tergantung pada tekanan di dalam perut, kalau tidak ada tekanan dari dalam perut maka bentuk suaranya menjadi los (terbuka) dan pernafasan akan lebih pendek terutama pada dasar (rendah). 2) Suara Tenggorokan Jenis suara ini mempunyai tekanan yang kuat dan bernada tinggi yang digerakkan oleh tenggorokan, sehingga suara jenis ni didominir oleh gerakan-gerakan getaran (graven) dan pernafasan akan lebih mudah dikendalikan. Orang yang mempunyai jenis suara ini memberikan kesan memiliki pernafasan yang panjang dan terkendali. 36 3) Suara Hidung Pada jenis suara ini khususnya untuk seni baca al-qur an kurang mencapai kesempurnaan, dikarenakan suara ini berbunyi dari pusat dalam hidung, oleh karenanya vokal A dan L sangat tidak sempurna (kurang terbuka), sedangkan jenis-jenis huruf di 36 A. Munir, Sudarsono, Op. Cit., hlm. 85.

23 50 dalam al-qur an harus keluar dari tempat yang telah ditetapkan dalam ilmu tajwid. 4) Suara Otak Suara pada jenis ini bersumber dari kepala dan mempunyai tekanan yang keras, biasanya orang yang memiliki jenis suara ini juga disebut suara tinggi atau tenor, karena dapat melengking sampai batas maksimal. Kelemahan pada jenis suara ini kurang dapat menggunakan nada-nada minor atau raml (menurut nagham), sebaliknya lebih didominir dengan nada-nada yang lurus dan tegak. 5) Suara Mulut Suara jenis ini dapat memiliki berbagai tangga nada baik nada rendah, sedang dan tinggi dari segi vokal lebih sempurna karena fungsi mulut sangat berperan baik pada nada rendah, sedang dan tinggi. 6) Suara Dada Suara jenis ini biasanya didominir oleh nada dasar (bass) sedangkan volumenya lebih besar, dan jenis suara ini pada nada tinggi tidak dapat sempurna (tidak naik) karena tertekan oleh dada, biasanya orang yang mempunyai tipe suara dada ini hanya pada batas nada bariton dan dominasi pada jenis suara ini hanya pada nada dasar (bass) dan paling tinggi hanya mencapai nada bariton (rendah) Ibid., hlm. 86.

24 51 b. Dinamika tentang volume suara dalam Seni Baca Al-Qur an 1) Qoror/ Low adalah piano (suara lembut), maksudnya ialah suara yang paling rendah (Lowest). 2) Nawa/ Medium a. Mezzo Soprao, yaitu antara suara tinggi dan rendah. b. Mezzo Forte, yaitu suara sedang. 3) Jawab/ High adalah suara yang menanjak kuat. 4) Jawabul Jawab/ Highest Fortissime, yaitu suara yang sangat kuat. 38 Pada dasarnya suara dapat diperbaiki dan disempurnakan melalui latihan-latihan sebagai berikut: a) Latihan dengan kontinew setiap hari dalam bersuara, baik pagi, sore atau malam, dan sebaiknya apabila langsung angkat suara kepada ayat-ayat al-qur an. b) Olah raga di waktu pagi, baik jalan-jalan, senam pagi dan lain-lain. Apabila sarana memadai dianjurkan untuk berenang karena olah raga berenang baik suara ataupun nafas akan lebih mencapai kesempurnaan. c) Disamping latihan yang bersifat gerakan tubuh tertentu dianjurkan pula obat-obatan tradisional (jamu) yang dapat menyempurnakan suara dan nafas Macam-macam Lagu dalam Seni Baca Al-Qur an bagian: Lagu-lagu dalam seni baca al-qur an dibagi menjadi 2 (dua) 38 M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawatil Qur an dilengkapi Tajwid dan Qasidah, (Surabaya: Apollo, 1997), hlm Ahmad Munir, Sudarsono, Op. Cit., hlm

25 52 1) Lagu pokok Menurut sebagian guru qurro, lagu-lagu pokok dalam seni baca al-qur an ada 8 (delapan) macam, yaitu: a. Lagu Bayyati (Husaini) b. Lagu Shoba (Maya) c. Lagu Hijazi (Hijaz) d. Lagu Nahawand (Iraqi) e. Lagu Sika f. Lagu Rasta Alan Nawa g. Lagu Jiharka h. Lagu Banjaka Ada yang berpendapat bahwa lagu-lagu pokok yang umum dipakai di Indonesia ada 7 macam yaitu sebagaimana nama-nama lagu di atas dengan meninggalkan lagu banjaka. 2) Lagu cabang (selingan) a. Syuri b. Ajami (Al-Ajam) c. Mahur (Muhur) d. Bastanjar e. Kard f. Kard-kurd g. Nakriz h. Kur i. Nuqrosy Pasangan lagu-lagu cabang pada lagu-lagu pokok Syuri Ajami Mahur Bastanjar Kard Kard Kurd Nakriz Kurd Nuqrosy Murakkab Misri Turki Romi-Uroq Usy-Syaq Zanjiron j. Murokhab k. Misri l. Turki m. Romi n. Urag o. Usy syaq p. Zanjiran/ Zinjiron q. Syabir Alarros r. Kurd Bayyati Shoba Hijazi Nahawand Sika Rosta Alan Syabir Alarros Nawa Kurdi Jiharka M. Misbachul Munir, Op. Cit., hlm

26 53 Susunan Lagu Secara Lengkap 1) Lagu Bayyati dan Rosta Alan Nawa Lagu Bayyati (husaini) terdiri dari 12 bentuk, dan 3 tingkatan suara yaitu: Qoror Jawab - Jawabul Jawab, dengan satu fariasi yaitu Syuri. Adapun lagu Rosta Alan Nawa yang tergabung di dalamnya hanyalah berfungsi sebagai sisipan saja, untuk memisahkan antara Bayyati nada rendah dan Bayyati nada tinggi, karena lagu Rosta Alan Nawa mempunyai nada sedang (Jawab/ Nawa), sehingga akan menjadi serasilah jika Rasta Alan Nawa disisipkan di dalamnya. Keterangan: Untuk lagu Bayyati nada 1 dan 2 bentuknya tergantung pada nada Basmallahnya, jika bacaan Basmallah bernada rendah, maka memulainya dari Bayyati nada 1 dan jika Basmallahnya sedikit lebih tinggi, maka Bayyati nada 1 tidak dibaca tetapi langsung memulai baca Bayyati nada ) Lagu Shoba Lagu Shoba terdiri dari 5 bentuk, dengan 3 fariasi, yaitu Ajami, Mahur (Muhur) dan Bastanjar. Sedangkan tingkatan suaranya ada 2 yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu Shoba pertama disebut lagu dasar (asli) Ibid., hlm Ibid., hlm. 40.

27 54 3) Lagu Hijaz (Hijazi) Lagu Hijaz terdiri dari 7 bentuk dan 4 macam fariasi, yaitu: Kard, Kard Kurd, Nakriz dan Kurd, sedangkan untuk tingkatan suara ada 3, yaitu: Jawab, Jawabul Jawab dan Qoror. Lagu pertama disebut juga lagu asli (Hijaz Asli). 43 4) Lagu Nahawand (Iraqi) Lagu Nahawand terdiri dari 5 bentuk dan 2 fariasi/ selingan, yaitu Nuqrosy dan Murokkab. Ciri-ciri fariasi Nuqrosy adalah bernada rendah/ turun (mirip dengan Ajami dalam lagu Shoba). Sedangkan fariasi Murokkab bernada tinggi menanjak. Adapun tingkatan suaranya ada 2, yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu pertama disebut lagu asli (Nahawand Asli). 44 5) Lagu Sika Lagu Sika terdiri dari 6 bentuk dan 4 fariasi/ selingan, yaitu: Misri, Turki, Romi, Uroq. Sedang tingkatan suaranya ada 2, yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu pertama disebut lagu asli (Sika Misri). 45 6) Lagu Rast dan Rasta Alan Nawa Lagu Rast dan Rasta Alan Nawa pada bagian ini biasanya selalu bergabung satu sama lainnya, artinya: kalau mendahulukan lagu Rast, maka mesti dilanjutkan (disambung) dengan Rasta Alan Nawa. Jelasnya lagu Rast di bagian ini hanya sebagai pembuka saja. Oleh 43 Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 48.

28 55 karena berada di bagian awal, maka termasuk juga disebut lagu asli. Lagu Rast/ Rasta Alan Nawa terdiri dari 3 fariasi, yaitu: Usyaq, Zanjinan (Zinjiran) dan Syabir Alarros. Tingkatan suaranya ada 2, yaitu Jawab dan Jawabul Jawab. 46 7) Lagu Jiharka Lagu Jiharka terdiri dari 4 bentuk dan 1 fariasi yaitu Kurdi. Sedangkan tingkatan suaranya ada 2 yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu yang pertama disebut lagu Asli (Jiharka Asli). 47 8) Lagu Banjaka (Rakbi) Lagu Banjaka/ Rakbi hanya khusus untuk lagu-lagu pada bacaan Tartillul Qur an dan lagu-lagu nyanyian (Qasidah) saja, dan jarang sekali bahkan tidak pernah sama sekali diterapkan/ dipakai dalam bacaan Seni Tilawatil Qur an khususnya di Indonesia, kemungkinan karena lagu tersebut kurang cocok bila diterapkan dalam seni baca al-qur an sebagai nama lagu-lagu lainnya. Akan tetapi bila dipakai untuk lagu-lagu Qosidah sangat cocok sekali, demikian juga kadang-kadang lagu tersebut biasa dipakai untuk keperluan bacaan al-qur an secara tartil, baik itu untuk tadarus atau pada bacaan ketika sebagai imam dalam sholat Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 55.

29 56 Lagu Bayyati Quflah (Penutup) Pada umumnya, lagu Bayyati penutup ini terdiri dari 2 bentuk dan 2 tingkatan suara, yaitu Jawab dan Qoror. Sedangkan ayat-ayat untuk contohnya adalah sebagaimana lagu Bayyati pertama terdahulu Seni Baca Al-Qur an Menurut Pendapat Ulama Al-Qur an adalah kitab suci bagi umat Islam, kitab suci terakhir meresumir semua kitab sebelumnya, berisi nilai sejarah pedoman hidup, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril untuk kepentingan umat seluruh alam. Salah satu keistimewaan al-qur an dari segi bacaannya adalah tidak membosankan bila terus dibaca, dibaca siang, malam, pagi dan sore akan tetap indah apalagi manakala pembaca tersebut disertai dengan corak ragam lagu. Pembacanya atau pendengarnya merasa tersentuh hatinya untuk kian bertambah mendekatkan diri dengan Khaliq-Nya. Di dalam status hukum melagukan al-qur an tentunya tidak lepas dari dasar-dasar hukum yang telah digariskan oleh Rasulullah Saw., dimana beliau adalah kunci pertama di dalam menentukan apakah diperbolehkan bacaan al-qur an itu dilagukan atau tidak. Rasulullah Saw. juga menganjurkan kepada kita agar menghiasi al-qur an dengan suara bagus, indah lagi merdu dengan maksud supaya tidak membosankan baik pendengarnya maupun pembacanya itu sendiri. Agar bertambah meresapkan meresapkan isi al-qur an itu di hati sanubari 49 Ibid., hlm. 56.

30 57 pembaca maupun pendengarnya, maka hiasilah al-qur an dengan suara dan lagu-lagu Arab. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitabnya Muwaththa dan Nasai di dalam Sunannya, dari pada Huzaifah dari Rasulullah Saw. beliau bersabda: إ ق زإ اان ق ز آ ب ه ح ى ان ع ز ب و أ ص ى ا ج ه ا. Artinya: Bacalah al-qur an dengan bentuk suara dan lagu Arab. 50 Menurut fatwa sebagian sahabat Rasulullah Saw., para tabi in dan para ulama bahwa membaguskan suara pada bacaan al-qur an hukumnya sunnah karena lebih meresapkan pada hati, lebih berbekas pada perasaan dan lebih condong pada perhatian orang-orang yang mendengarkan. 51 Demikian juga pendapat ulama yang lain seperti Al-Qurtubi, Ibnu Hajar, Athahawi, mereka berpegang pada prinsip yang sama yaitu memperbolehkannya melagukan al-qur an. Berdasarkan hadits Rasulullah Saw. di atas juga yang dikuatkan oleh berbagai pendapat ulama dapatlah diambil kesimpulan bahwa hukum melagukan al-qur an adalah: a. Pembacaan al-qur an dengan lagu hukumnya adalah mubah dengan syarat tidak keluar dari qaidah-qaidah tajwid yang telah ditentukan oleh ulama qurro dan dibawakan dalam ekspresi yang wajar. b. Pembacaan al-qur an dengan lagu apabila keluar dari qawaidut tajwid walqiro at dan dibawakan dengan ekspresi yang berlebihan maka hukumnya adalah haram. c. Pembacaan al-qur an dengan lagu yang dibuat-buat dan dipaksakan sehingga menyalahi qawaidut tajwid walqiro at yang bersifat kahfi, maka hukumnya adalah makruh. d. Pada dasarnya memperindah suara dalam bacaan al-qur an adalah sunnah Khodijatus Shalihah, Op. Cit., hlm Ibid., hlm Ahmad Munir, Sudarsono, Op. Cit., hlm. 61.

31 58 Oleh karena itu kita diperbolehkan melagukan atau menyenandungkan al-qur an dengan suara merdu atau indah sepanjang masih انعزب ي) (بهحى dan tidak bertentangan dengan hukum qiro at dan tajwid yang menjadi ketetapan ulama yang masyhur dan mutawatir yang mempunyai sanad sampai kepada Rasulullah Saw.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama ajaran islam yang menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Pendidikan dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang tinggi, selalu meletakkan pendidikan dan pada derajat yang tinggi. Adapun untuk memperoleh derajat manusia didunia adalah melalui ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG Disusun Oleh : Mas udi NIM: 093111368 FAKULTAS TARBIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuntut ilmu merupakan hal yang wajib dilakukan oleh umat Islam, karena Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan berilmu. Dalam menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu materi yang tertuang dalam mata pelajaran fiqih adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Salat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci ummat Islam yang diharapkan menjadi pembimbing dan pedoman dalam kehidupan. Didalamnya terkandung berbagai nilai dan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah al-qur an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril, sebagai kitab suci bagi umat Islam yang berisi pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pendidikan menjadi salah satu program utama dalam pembangunan nasional. Maju dan berkembangnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh keadaan pendidikan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki perundang-undangan sebagai kitab hukumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan segala potensi dan bakat yang terpendam dapat ditumbuhkembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan segala potensi dan bakat yang terpendam dapat ditumbuhkembangkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan segala potensi dan bakat yang terpendam dapat ditumbuhkembangkan, yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu sangat wajar dan tepat kalau bidang pendidikan termasuk hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaanya merupakan suatu proses yang berkesinambungan pada setiap jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan dibekali dengan berbagai potensi untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I, Pasal 1, Ayat 1. 3 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, cet. 5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 21.

BAB I PENDAHULUAN. I, Pasal 1, Ayat 1. 3 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, cet. 5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 21. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini masih banyak masalah yang dihadapi, salah satunya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Al- Qur an dirumuskan sebagai kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maknanya, merupakan tujuan pengajaran. Adapun literasi mencakup berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. maknanya, merupakan tujuan pengajaran. Adapun literasi mencakup berpikir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami bahasa secara menyeluruh dan dengan memperhatikan maknanya, merupakan tujuan pengajaran. Adapun literasi mencakup berpikir, membaca, menulis, berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dewasa ini masih sangat terasa. Perhatian pemerintah masih sangatlah minim, seperti kurangnya sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia akan lebih berpengetahuan luas dan menjadi lebih bijaksana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghafal Al-Qur an merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang bercita-cita tulus, serta berharap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan salah satu alat pendidikan yang digunakan oleh seorang pendidik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Penerapan metode

Lebih terperinci

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Kelompok E ; Syayid Nurrofik Bahriyan Setiaji Bilhuda Fauzu Yusuf Pengertian Iman Dalam bahasa Arab, iman berarti pengetahuan (knowledge), percayaa (belief), dan yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan inklusif sesungguhnya berupaya memberikan peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an ialah kitab suci yang merupakan sumber utama bagi ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an ialah kitab suci yang merupakan sumber utama bagi ajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an ialah kitab suci yang merupakan sumber utama bagi ajaran Islam. Melalui al-qur an sebagai sumber utama ajaran Islam, manusia mendapatkan petunjuk tentang

Lebih terperinci

Dalam ajaran agama, melagukan ayat suci Al Quran merupakan seni baca yang tinggi nilainya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

Dalam ajaran agama, melagukan ayat suci Al Quran merupakan seni baca yang tinggi nilainya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia, dianjurkan agar dibaca dan dihiasi dengan suara yang merdu sehingga dapat memberikan kesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan, arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Selama ini dalam proses pembelajaran siswa kurang mendapat

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG

BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG Bentuk penelitian dalam skripsi kualitatif, yakni penelitian dengan cara memaparkan dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang esensial dalam kehidupan. Karena dengan pendidikan, manusia dapat dibedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah swt. Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk makhluknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk ciptaan Allah yang mulia, maka sangat beralasan jika Allah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk ciptaan Allah yang mulia, maka sangat beralasan jika Allah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibahas, sebab kemajuan suatu bangsa dapat kita nilai dari sistem pendidikannya. Pendidikan adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan ini sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam adalah salah satu dari empat kitab suci yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

Lebih terperinci

Interaksi dengan Al Qur'an

Interaksi dengan Al Qur'an Pengajian Muslimah Kalam Desember 2013 Interaksi dengan Al Qur'an Ratna Widyastuti Interaksi dengan Al Qur'an Pendahuluan Keutamaan membaca Al Qur'an Keutamaan mengkhatamkan Al Qur'an Tilawah Tadarus Pendahuluan

Lebih terperinci

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan 2 Seorang guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang dapat memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Baqarah, Ayat 151, Al-Qur an Terjemah Kudus, Menara Kudus, 2006, Hal 23

BAB I PENDAHULUAN. Al-Baqarah, Ayat 151, Al-Qur an Terjemah Kudus, Menara Kudus, 2006, Hal 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia yang diperlukan sepanjang hidupnya. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan ilmu, dan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam kehidupan masyarakat. Ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dasar pembentukan akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelajaran yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa khususnya mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya permasalahan kehidupan telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat Indonesia seperti permasalahan ekonomi, politik, sosial, dan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al Quran adalah Firman Allah SWT yang mulia dan termasuk mukjizat Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, sudah seharusnya jika seorang muslim mempunyai kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang sering dikenal selalu berhubungan dengan ilmu di bidang lainnya. Dengan mempelajari Matematika, otak dilatih untuk berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan yang pada hakikatnya adalah membudayakan manusia. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah Usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam. Bahkan shalat merupakan tiangnya agama, artinya barangsiapa yang mendirikan shalat maka telah mendirikan agama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat. berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat. berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena pada soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat, yang dimulai sejak lahirnya ke dunia sampai kembali ke liang lahat, baik ilmu agama maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya inpit secara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya inpit secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan

Lebih terperinci

أ ط ل ب ال ع ل م م ن ال م ھ د إ ل ى ال لح د

أ ط ل ب ال ع ل م م ن ال م ھ د إ ل ى ال لح د BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai muslim dituntut untuk menjadi orang yang berilmu, karena dengan ilmu kita menjadi tahu. Supaya kita tergolong orang yang berilmu, islam telah memerintahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutawtir, yang ditulis di mushaf, dan membacanya adalah ibadah. 2

BAB I PENDAHULUAN. mutawtir, yang ditulis di mushaf, dan membacanya adalah ibadah. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam Al-Qur an dan hadits Nabi SAW dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT) merupakan suatu fitrah atau potensi dasar manusia (anak). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, dimana pendidikan sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sifatnya mutlak baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alquran adalah kalam Allah Swt yang diturunkan secara mutawatir kepada

BAB I PENDAHULUAN. Alquran adalah kalam Allah Swt yang diturunkan secara mutawatir kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah Swt yang diturunkan secara mutawatir kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril, yang lafadz-lafadznya mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan dan teknologi berkembang dengan pesat seirama dengan perkembangan zaman dan berpengaruh kepada pendidikan. Perkembangan IPTEK dalam pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perilaku dan kepribadian siswa dewasa ini memang masih jauh dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang, kepribadian yang merosot dan

Lebih terperinci

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Shalat witir merupakan ibadah yang paling agung di sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kitab Allah yang diturunkan ke dunia yang harus diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu rukun iman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia, dalam kehidupannya juga menempati tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Di samping manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradapan manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting sebagai wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting sebagai wahana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting sebagai wahana untuk menghantar peserta didik dengan jalan membantu mereka meningkatkan kualitas hubungannya dengan dirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Interaksi yang edukatif ini dikarenakan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai makhluk tertinggi derajatnya daripada makhluk yang lainnya. Sebagai rujukan dalam menjaga fitrah manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang. pentingnya pendidikan seperti pada ayat berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang. pentingnya pendidikan seperti pada ayat berikut ini: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan anak yang lahir dalam keadaan fitrah atau suci :

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan anak yang lahir dalam keadaan fitrah atau suci : A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bagi setiap pasangan pengantin yang telah disahkan dalam perkawinan suci yaitu perkawinan, kehadiran seorang anak tentu dinantikan, sebab merekalah bukti lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahfud Junaedi. Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan pengembangan. (Semarang : Rasail. 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahfud Junaedi. Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan pengembangan. (Semarang : Rasail. 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah keharusan yang diperoleh dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan hakiki manusia karena manusia tidak akan bisa dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan memiliki kelebihan. Disamping terdapat kelebihannya,

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA NEGERI 4 BANJARBARU

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA NEGERI 4 BANJARBARU PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA NEGERI 4 BANJARBARU Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha yang di sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kehidupannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haliniberdasarkanpendapat yang telahdikemukakanolehsahabat Umar bin Khattab. Dan padakesempatanlainseorangpenyairpernahberkata:

BAB I PENDAHULUAN. haliniberdasarkanpendapat yang telahdikemukakanolehsahabat Umar bin Khattab. Dan padakesempatanlainseorangpenyairpernahberkata: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempelajaribahasa Arabmerupakansalahsatuanjuran agama islam, haliniberdasarkanpendapat yang telahdikemukakanolehsahabat Umar bin Khattab RA: 1 أ ح ر ص و ا ع لى ت ع لم

Lebih terperinci

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan. ADAB ISLAMI : ADAB SEBELUM MAKAN Manusia tidak mungkin hidup tanpa makan. Dengan makan manusia dapat menjaga kesinambungan hidupnya, memelihara kesehatan, dan menjaga kekuatannya. Baik manusia tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan bagian penting dalam mempertahankan keberlangsungan hidup agama Islam, tidak mungkin Islam dapat bertahan di tengah masyarakat bila tidak

Lebih terperinci

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat (الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Graffindo

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Graffindo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupanya membutuhkan hubungan dengan sesamanya ketika sesuatu yang dilakukan tidak dapat dikerjakan seorang diri. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak-anak mulai menerima pendidikan. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para peserta didik mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses kegiatan belajar mengajar di kelas bagi siswa tidak selamanya berlangsung secara normal. Kadang-kadang lancar, kadangkadang tidak, kadang-kadang menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum atau lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Alokasi waktu yang diperlukan perminggu persatu satuan kredit

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Alokasi waktu yang diperlukan perminggu persatu satuan kredit BAB V PEMBAHASAN A. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA Negeri 3 Sidoarjo Alokasi waktu yang diperlukan perminggu persatu satuan kredit semester (sks) sebagai berikut: 1. Untuk mata pelajaran

Lebih terperinci