NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA"

Transkripsi

1 1 NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh : SRI ANGILIA NURLAILI RINA MULYATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

2 2 NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Rina Mulayti, S.Psi., M.Si)

3 3 BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Sri Angilia Nurlaili Rina Mulyati Intisari Dengan menggunakan desain penelitian kualitatif case study, penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang bertahan dalam rumah tangganya. Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang perempuan dengan karakteristik berusia antara tahun, sudah menikah dan memiliki anak, mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan pernah melapor ke Ruang Pelayanan Khusus Polres Sleman. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap dua orang subyek penelitian. Kemudian untuk data pendukung juga dilakukan wawancara kepada lima orang informan subyek penelitian. Data dianalisis dengan tekhnik analisis thematic coding dengan langkah langkah berupa penggolongan tema tema berdasarkan fokus penelitian untuk kemudian diintegrasikan menjadi sebuah dinamika psikologis mengenai fenomena bertahan dalam KDRT. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah respon bertahan yang dilakukan masing masing subyek berbeda karena dipengaruhi oleh dua hal yaitu latar belakang keluarga dan nilai nilai yang dianut keluarga. Subyek pertama yang berasal dari keluarga yang orangtuanya bercerai karena KDRT. Subyek diajarkan paham patriaki yang kental sehingga istri harus patuh kepada suami dalam kondisi apapun. Paham patriaki ini membuat subyek selalu merasa bahwa subyek adalah milik suami subyek sehingga subyek diam dan bertahan dalam rumah tangganya walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya. Setelah empat tahun bertahan dalam rumah tangganya, subyek pada akhirnya memutuskan bercerai karena ternyata orangtua subyek tidak mempermasalahkan perceraian. Hal ini disebabkan karena orangtua subyek

4 4 juga menganut nilai masalah rumah tangga adalah masalah privasi dan orang lain termasuk orangtua tidak berhak ikut campur. Dengan demikian, orangtua subyek menyerahkan semua keputusan rumah tangganya kepada subyek apakah ingin bercerai atau mempertahankan rumah tangganya. Subyek kedua yang berasal dari keluarga yang harmonis dan religius. Orangtua subyek juga mengajarkan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Latar belakang keluarga subyek ini membuat subyek menjadi individu yang nrimo. Sifat nrimo ini membuat subyek selalu berusaha menerima semua kekurangan suaminya sehingga membuat subyek menjadi sayang kepada suaminya apa adanya. Perasaan sayang dan sifat nrimo subyek membuat subyek mampu mempertahankan rumah tanggannya selama tiga belas tahun. Subyek baru memutuskan bercerai setelah merasa bahwa suaminya tidak menyayangi subyek lagi kemudian ibu mertua subyek selalu menyalahkan subyek atas permasalahan yang terjadi antara subyek dan suaminya. Dengan demikian, dari penelitian ini diperoleh hubungan saling mempengaruhi antara latar belakang keluarga dan nilai yang dianut dengan bentuk respon bertahan serta lama bertahan subyek korban kekerasan dalam rumah tangga. Perbedaan latar belakang dan nilai yang dianut pada masing masing keluarga membuat respon bertahan dalam rumah tangga yang penuh dengan kekerasan juga berbeda. Hal ini terjadi karena proses belajar masing masing subyek korban kekerasan terhadap nilai yang diajarkan keluarga dan perilaku orangtua juga berbeda. Kata Kunci : Bertahan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga

5 5 PENGANTAR Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 23 Tahun 2004, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sedangkan bentuk kekerasan yang dialami perempuan sebagai istri ada empat macam yaitu, kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksul, dan kekerasan ekonomi. Sebenarnya, kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak terjadi. Mitra perempuan dalam Harian Kompas edisi rabu, 26 desember 2007 menyebutkan dari jumlah data tahun 2006, jumlah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi di Jakarta meningkat. Pada tahun 2006, dari 284 kasus kekerasan yang terjadi 85,42 % merupakan KDRT sedangkan pada tahun 2007, dari 336 kasus, 87,32 % merupakan kasus KDRT. Sebagian Kekerasan Dalam Rumah Tangga dilakukan oleh suami dengan presentasi pada tahun 2006 sebesar 76,49 % dan pada tahun 2007 sebesar 77,46 %. Adiningsih (2008) menyebutkan data yang dikeluarkan Komnas Perempuan pada 7 Maret 2007 mencatat adanya kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani 257 lembaga di 32 propinsi. Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menempati angka tertinggi yakni kasus atau 76 %. Rifka Annisa Women Crisis Center dalam Annual Reportnya menyebutkan pada tahun 2005 terjadi 35 kasus kekerasan terhadap perempuan, 9 kasus merupakan kasus kekerasan terhadap istri. Sedangkan pada tahun 2006

6 6 terjadi 205 kasus kekerasan terhadap perempuan, 168 kasus merupakan kasus kekerasan terhadap istri. Sedangkan Usia korban kekerasan terhadap istri adalah antara tahun. Jumlah ini dapat dikatakan meningkat drastis karena dalam rentang waktu satu tahun terjadi peningkatan kasus sebanyak 196 kasus. Sehingga dari data Rifka Annisa tersebut, dapat disimpulkan terjadinya KDRT meningkat dari tahun ke tahun. Namun pada kenyataannya, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami perempuan merupakan sebuah fenomena gunung es (Pikanisa,2008). Artinya, sebenarnya fenomena KDRT terhadap perempuan banyak terjadi, akan tetapi yang terungkap ke permukaan dan diketahui oleh masyarakat hanya sedikit. Faktanya satu dari tiga istri pernah mengalami tindak kekerasan (Firdaus,2008). Masalah yang terjadi dalam keluarga jangan sampai diketahui oleh orang lain, sehingga ketika seorang perempuan mengalami tindak kekerasan, perempuan tersebut akan menyimpan sendiri apa yang dialaminya karena menganggap itu adalah aib keluarga dan jangan sampai orang lain mengetahuinya. Dampak dari kekerasan dalam rumah tangga beraneka ragam, mulai dampak terhadap fisik sampai dampak terhadap psikis terhadap masing masing anggota keluarga. Pada bayi, kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri dapat menyebabkan anak memiliki kesehatan yang buruk, kebiasaan tidur yang jelek, dan teriakan yang berlebihan. Hal ini selanjutnya akan berdampak ketidaknormalan dalam pertumbuhan dan perkembangan emosi, bahkan sangat terkait dengan masalah kelancaran berkomunikasi (Jaffe dalam Wahab, 2006). Kemudian KDRT juga berdampak terhadap anak usia Pra sekolah, yaitu menyebabkan tingkat disstres yang tinggi (Hughes dalam Wahab, 2006) dan

7 7 berdampak terhadap kompetensi perkembangan sosial kognitif anak usia pra sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT terhadap anak usia SD adalah anak cepat belajar bahwa kekerasan merupakan suatu cara yang paling tepat menyelesaikan konflik dalam hubungan kemanusiaan (Jaffe dalam Wahab, 2006). Lebih lanjut, KDRT juga memberi dampak terhadap remaja. Remaja putra yang menyaksikan kekerasan antar kedua orang tuanya menjadi lebih agresif, sedangkan pada remaja putri menyebabkan menjadi lebih depresif (Wahab, 2006). Tidak sampai disini saja, kekerasan dalam rumah tangga juga berdampak besar terhadap istri yang menjadi sasaran langsung tindak kekerasan yang dilakukan suami. Dampak yang dirasakan istri adalah dari rasa sakit sampai kematian. Susilowati (2008) menyebutkan KDRT bisa menyebabkan istri mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, ketergantungan kepada suami, depresi dan keinginan untuk bunuh diri. Hakimi, dkk (2001) menyebutkan perempuan yang mengalami KDRT dapat menderita cidera, kelainan kandungan, dan penyakit menular seksual. Bailey (Hakimi, 2001) menambahkan paling ekstrim KDRT dapat mengarah pada pembunuhan terhadap perempuan. Sedangkan pada suami sebagai pelaku kekerasan, KDRT yang dilakukannya akan berdampak dengan hukuman pidana dalam bentuk hukuman penjara antara 5 sampai 20 tahun penjara ataupun denda antara Rp ,00 Rp ,00 sesuai dengan kekerasan yang dilakukan. Akan tetapi dengan serentetan dampak akibat kekerasan dalam rumah tangga ini, pada kenyataannya korban kekerasan yang melapor hanya sedikit. Hal ini terlihat dari data kantor Ruang Pelayanan Khusus (RPK) Kepolisian

8 8 Resort (Polres) Sleman mengungkapkan pada tahun 2007, terdapat hanya 45 kasus kekerasan terhadap istri yang dilaporkan. Sedangkan pada tahun 2008, sampai bulan mei, hanya terdapat 15 kasus kekerasan terhadap istri. Data Polres Sleman kembali menegaskan bahwa fenomena Kekerasan dalam rumah tangga terhadap Istri merupakan fenomena gunung es. Dua korban kekerasan dalam rumah tangga yang ditemui peneliti memilih diam dan bertahan dalam rumah tangga beberapa waktu walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya. Subyek tidak menceritakan kekerasan yang sering dilakukan suaminya kepada orang lain bahkan kepada orang tuanya sendiri sehingga apa yang subyek alami tidak pernah terungkap ke permukaan. Subyek KDRT pertama berasal dari keluarga dimana orang tua subyek bercerai karena ayah subyek sering melakukan tindak kekerasan kepada ibu subyek. Suami subyek sebagai pelaku kekerasan juga berasal dari keluarga dimana ayah suami subyek melakukan kekerasan terhadap ibu suami subyek, akan tetapi ibu dan ayah suami subyek tidak bercerai. Suami subyek memiliki emosi yang sangat tidak stabil yaitu mudah marah tanpa alasan yang jelas dan mudah pula mereda kemarahannya. Subyek pertama bertahan dalam rumah tangganya selama empat tahun. Korban KDRT kedua berasal dari keluarga yang harmonis dan religius. Baik subyek dan suaminya tidak memiliki sejarah orang tua yang melakukan kekerasan terhadap pasangan masing masing. Akan tetapi, ibu mertua subyek memiliki sifat temperamen. Suami subyek memiliki gangguan emosi seperti mudah marah dan suka membanting banting barang saat marah. Suami subyek juga suka menyakiti diri sendiri saat meminta maaf setelah memukul subyk. Subyek bertahan dalam rumah tangganya selama 14 tahun.

9 9 Dari kedua korban KDRT tersebut dapat dilihat bahwa subyek dengan latar belakang keluarga harmonis dan religius memilih diam dan bertahan dalam rumah tangganya walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya lebih lama dari subyek korban KDRT dengan latar belakang keluarga dimana KDRT pernah terjadi. Kemungkinan latar belakang keluarga mempengaruhi lama dan bentuk respon bertahan pada korban KDRT. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut dan diajarkan pada tiap keluarga. Poerwandari (2001) menyatakan bahwa KDRT menjadi sulit diungkap karena KDRT oleh sebagian orang akan dianggap sebagai hal yang biasa biasa saja sehingga korban KDRT akan memilih diam dan bertahan dalam rumah tangganya walaupun sering mendapat kekerasan karena menganggap orang lain tidak akan menganggap penting persoalan KDRT yang dialaminya. Ridwan (2006) menambahkan perempuan bertahan dalam rumah tangganya karena adanya nilai nilai yang dianut bahwa KDRT terjadi dalam lingkup rumah tangga yang dipahami sebagai urusan yang bersifat privasi. Kemudian adanya stigma sosial bahwa kekerasan yang dilakukan suami dipahami oleh masyarakat sebagai hal yang dianggap wajar dalam kerangka pendidikan yang dilakukan oleh pihak yang mempunyai otoritas untuk melakukannya sehingga timbul pemahaman memukul istri itu lumrah dalam rangka mendidik istri menjadi lebih baik. Mengapa korban kekerasan dalam rumah tangga menunggu beberapa saat baru kemudian melaporkan atau memutuskan bercerai dari suaminya? Padahal dampak yang dialami korban tidaklah ringan, dari sekedar memar pada tubuh hingga kematian, belum lagi ketidaknormalan perkembangan anak, dan kehancuran keutuhan rumah tangga. Kemudian apakah latar belakang keluarga

10 10 dan nilai nilai yang dianut menjadikan respon bertahan dalam rumahtangga pada masing masing korban kekerasan berbeda? Hal inilah yang ingin diungkap peneliti dalam penelitian ini.

11 11 METODE PENELITIAN 1. Subyek Penelitian Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah perempuan yang berusia antara tahun, sudah menikah dan memiliki anak, serta mengalami kekerasan dalam rumah tangga. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian kualitatif dilakukan untuk mengembangkan pemahaman mengenai respon bertahan dalam kekerasan dalam rumah tangga. Pengumpulan data yang dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam dan observasi.

12 12 HASIL PENELITIAN 1. Dinamika Psikologis Subyek Maria Subyek berasal dari keluarga dimana orangtuanya bercerai. Sebelum bercerai, orangtua subyek sudah pisah rumah dari subyek kelas 3 SD sampai subyek SMP. Saat subyek masuk SMP orang tua subyek resmi bercerai. Orangtua subyek bercerai karena masalah kekerasan dalam rumah tangga seperti yang subyek alami. Ayah subyek sering memukul ibu subyek ketika mereka bertengkar. Sejak kecil subyek sudah terbiasa mandiri karena ketika orang tuanya pisah rumah dan subyek sedang tinggal bersama ayahnya, subyek harus mencuci pakaiannya sendiri bahkan mencuci pakaian ayahnya, kemudian subyek juga harus memasak makanan untuk subyek dan ayahnya. Padahal saat itu subyek masih duduk dibangku SD dimana subyek seharusnya masih menikmati bermain bersama teman teman subyek (W1, M, B ). Ayah subyek memiliki sifat keras dan temperamen. Walaupun ayah subyek sering melakukan kekerasan kepada ibu subyek ketika subyek masih kecil, akan tetapi ayah subyek tidak pernah memukul subyek dan adiknya. Namun, ayah subyek mudah marah dan meledak ledak ketika sedang marah. Ayah subyek langsung memarahi subyek saat subyek pulang terlambat tanpa bertanya mengapa subyek pulang terlambat (W2, M, B ). Akan tetapi, pertengkaran subyek dan ayahnya tidak akan berlangsung lama. Keesokan harinya, ayah subyek sudah kembali seperti biasa. Ibu subyek tidak memiliki temperamen yang tinggi seperti ayah subyek. Subyek seminggu sekali akan mengunjungi ibu. Subyek merasa ibunya sebagai teman dan sahabat, bahkan terkadang subyek memanggil ibunya dengan mbak ketika bercanda dengan ibu subyek.

13 13 Ayah subyek menganut nilai bahwa bagaimanapun seorang istri harus patuh kepada suami (paham patriaki). Budaya patriaki patriaki menempatkan laki laki sebagai lebih utama di atas perempuan (Hamim, 2001). Laki laki yang menganut budaya patriaki memberikan pengertian berhak untuk dihormati dan dilayani oleh wanita berdasarkan superioritas jenis kelamin laki laki ( Chrisler, 2003 ). Karena hal ini, ketika ayah subyek untuk pertama kalinya mengetahui bahwa suami subyek memukul subyek, ayah subyek langsung memarahi subyek tanpa bertanya mengapa suami subyek memukul subyek (W2, M, B ) karena menganggap pemukulan terjadi karena kesalahan subyek. Ayah subyek juga menganut nilai bahwa masalah keluarga merupakan hal yang sangat privasi. Apapun masalah yang terjadi dalam keluarga jangan sampai diketahui oleh orang lain. Karena hal ini, ayah subyek memarahi subyek ketika subyek melaporkan kekerasan yang dialaminya ke polisi. Ayah subyek berpendapat, dengan melaporkan apa yang dialami subyek ke kantor polisi, maka subyek sudah mengumbar aib keluarga. Seharusnya, masalah keluarga subyek bisa diselesaikan juga secara kekeluargaan tanpa melibatkan polisi (W3, M, B 47-52). Ayah subyek juga tidak pernah membela subyek ketika subyek dipukul suaminya karena ayah subyek menganggap apa yang terjadi pada subyek adalah urusan rumah tangga subyek. Ayah subyek tidak berhak mencampuri masalah subyek karena menurut ayah subyek, ayah subyek bukan siapa siap dalam rumah tangga subyek dan suaminya (W2, M, B ). Suami subyek juga berasal dari keluarga dimana kekerasan dalam rumah tangga pernah terjadi. Ibu suami subyek pernah mendapat kekerasan dari ayah suami subyek. Akan tetapi, ibu suami subyek tidak mempermasalahkan kekerasan yang dilakukan suaminya dan memilih bertahan dalam rumah

14 14 tangganya. Hal ini dikarenakan ayah dan ibu suami subyek menganut paham patriaki sehingga ibu subyek menganggap pemukulan yang dilakukan ayah subyek merupakan hal yang wajar untuk mendidik istri (W1, IM, B ). Ayah subyek sendiri bertemperamen keras. Ketika suami subyek masih kecil, ayah subyek sering memukul suami subyek saat marah. Ibu subyek juga memiliki temperamen yang keras sehingga suami subyek dan ibu suami subyek sering bertengkar karena sama sama memiliki sifat keras (W2, M, B ). Dengan paham patriaki yang dianut ibu mertua subyek, ibu mertua subyek selalu menyalahkan subyek ketika subyek bertengkar dengan suaminya. Ibu subyek akan menyuruh subyek diam saja ketika suami subyek sedang memarahi subyek. Jika subyek tetap menjawab saat suami sedang berbicara, kemudian subyek dipukul suaminya, maka menurut ibu mertua subyek pemukulan tersebut wajar terjadi karena subyek tidak patuh terhadap suami (W2, M, ). Pendekatan social cognitive atau social learning Albert Bandura (Corsini, Kristyanti, 2004) menyebutkan bahwa individu dan lingkungan tidak berdiri sendiri sendiri melainkan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan demikian, perilaku yang dihasilkan individu merupakan produk yang dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan teori Bandura, dengan latar belakang suami subyek dimana ayah suami subyek sering menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan ibu suami subyek menganggap wajar kekerasan yang dilakukan ayahnya terhadap ibu suami subyek, maka suami subyek belajar bahwa kekerasan merupakan salah satu jalan untuk menyelesaikan masalah. Suami subyek pun menganggap wajar kekerasan yang dilakukannya terhadap subyek mengingat ayahnya sendiri sering melakukan tindak kekerasan terhadap ibu

15 15 suami subyek dan ibu suami subyek tidak mempermasalahkan kekerasan yang dialaminya tersebut. Belajar dari pengalaman seperti yang dilakukan suami subyek, juga dilakukan subyek dalam usaha subyek bertahan dalam rumah tangganya. Subyek pertama kali mendapat kekerasan setelah satu tahun menikah dan sedang hamil empat bulan. Walaupun subyek sering mendapatkan kekerasan dari suaminya, subyek memilih diam saja dan bertahan dalam rumah tangganya. Hal ini dilakukan subyek karena subyek sudah merasakan tidak menyenangkannya menjadi anak dari keluarga broken home yang harus mandiri di usia yang masih kecil. Dengan demikian, subyek tidak ingin anaknya merasakan tidak enaknya menjadi anak dari keluarga broken home seperti dirinya. Alasan lainnya yang membuat subyek tetap bertahan dalam rumah tangganya walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya adalah karena budaya patriaki yang dianut baik ayah subyek maupun mertua subyek. Subyek merasa bahwa subyek adalah milik suaminya dan suami subyek berhak melakukan apa pun kepada diri subyek (W1, IM, B ). Ibu mertua subyek juga selalu menekankan agar subyek mengalah ketika bertengkar dengan suaminya. Sehingga subyek mampu bertahan dalam rumah tangganya selama empat tahun. Jika pada akhirnya subyek memutuskan bercerai, bisa jadi karena ada proses belajar terhadap apa yang terjadi dalam keluarga subyek. Ibu subyek juga meminta cerai dari ayah subyek ketika mendapat kekerasan dari ayah subyek. Walaupun subyek merasakan hal yan tidak menyenangkan akibat perceraian orang tuanya, namun subyek melihat ibunya menjadi lebih baik setelah bercerai dari ayahnya. Ayah subyek juga tidak mengekang subyek untuk tetap bertahan

16 16 dalam rumah tangganya karena menurut ayah subyek, subyek berhak menentukan pilihannya sendiri dalam rumah tangganya karena subyek lah yang menjalani dan merasakan semua hal yang terjadi dalam hidup rumah tangga nya. Dengan kebebasan menentukan pilihan sendiri ini, menyebabkan subyek yang tadinya takut ayahnya tidak mendukung jika subyek berpisah dari suaminya, menjadi berani untuk memutuskan bercerai dari suaminya setelah empat tahun pernikanannya berlangsung. 2. Dinamika Psikologis Subyek Aisyah. Subyek Aisyah berasal dari lingkungan keluarga yang harmonis dan religius. Hal ini dapat terlihat dari shalat Maghrib dan shalat Isya berjamaah yang selalu dilakukan subyek dan keluarganya di mushalla yang terletak di halaman rumah orang tua subyek. Mushalla tersebut juga dijadikan tempat mengaji oleh anak anak yang tinggal di sekitar rumah subyek. Selain seorang Ustadz yang mengajar ngaji, subyek juga ikut mengajarkan anak anak tersebut mengaji. Orang tua subyek, juga sifat lembut dan tidak pemarah. Baik ayah dan ibu subyek tidak pernah memarahi subyek yang diikuti tindak kekerasan seperti pemukulan (W1, A, B ). Ibu mertua subyek, memiliki temperamen keras dan mudah marah. Ibu mertua subyek juga suka membesar besarkan masalah saat marah kepada subyek. Ketika marah, ibu mertua subyek juga suka membanting banting barang yang berada di dekatnya. Bahkan, subyek juga pernah dimarahi oleh ibu mertuanya di depan kelurga besar suami subyek hanya karena masakan yang dimasak subyek ternyata tidak sesuai dengan yang diinginkan ibu mertua subyek

17 17 (W1, A, B ). Ibu mertua subyek membanting banting piring saat memarahi subyek tersebut. Dengan latar belakang ibu yang temperamental, tak heran suami subyek juga memiliki sifat yang keras dan kaku. Ketika subyek, suami, anak anak, dan pramuwisma subyek duduk bersama kemudian bercanda, hanya suami subyek saja yang tetap kaku dan tidak tertawa ketika yang lain tertawa (W1, SE, B ) Suami subyek juga suka membanting banting barang ketika marah kepada subyek (W1, A, B, 51-54). Suami subyek juga memiliki gangguan emosi, yaitu ketika sudah marah dan memukul subyek, suami subyek akan langsung menyesal kemudian minta maaf dengan menyakiti diri sendiri, seperti memukulkan kepala ke lantai dan minum baygon (W1, A, B ). Suami subyek tidak akan berhenti menyakiti diri sendiri sebelum subyek memaafkan dirinya. Orangtua subyek mengajarkan subyek untuk patuh pada suami (paham patriaki). Keluarga subyek membentuk subyek menjadi individu yang nrimo. Akan tetapi, orang tua subyek tetap menegur dan memarahi suami subyek ketika kekerasan yang dilakukan suami subyek membahayakan subyek. Seperti ketika suami subyek mencekik subyek dan mengakibatkan subyek pingsan bahkan subyek cacat akibat dicekik suaminya tersebut. Orangtua subyek meminta suami subyek membuat surat perjanjian diatas materai bahwa suami subyek tidak akan mengulangi perbuatan kekerasannya lagi baru kemudian orangtua subyek mengijinkan subyek kembali bersama suaminya lagi. Walaupun orangtua subyek selalu melindungi dan membantu subyek jika subyek mendapat masalah dalam rumah tangganya, subyek jarang sekali menceritakan masalah rumah tangganya kepada orang tuanya sehingga orang

18 18 tua subyek tidak mengetahui jika subyek sering mendapat kekerasan dari suaminya. Oleh karena itu, subyek mampu bertahan dalam rumah tangganya selama 13 tahun. Subyek menganut paham selalu patuh pada perintah suami. Hal ini dilakukan subyek karena ingin orang tuanya masuk surga jika subyek patuh pada perintah suami (W1, A, B ). Subyek juga tidak menceritakan kekerasan yang sering dialaminya dan sikap arogan ibu mertuanya kepada orang tua subyek untuk menjaga hubungan baik antara ibu mertua dan orang tua subyek serta menjaga kehormatan suami subyek di mata orang tua subyek. Sifat nrimo yang dimiliki subyek juga berperan dalam upaya subyek mempertahankan rumah tangganya. Subyek selalu berusaha menerima semua kekurangan yang dimiliki suaminya sehingga selama 13 tahun pernikahan subyek dan suaminya, orang lain tidak pernah tahu permasalahan yang terjadi dalam rumah tangganya karena dengan menerima kekurangan suaminya seperti sifat temperamentalnya, subyek selalu menjaga tetap terlihat harmonis. Walaupun subyek sering mendapat kekerasan dari suami bahkan sampai subyek memiliki cacat pada leher, subyek tetap berusaha bertahan dalam rumah tangganya karena subyek juga sayang kepada suaminya. Rasa sayang inilah yang mampu membuat subyek menerima semua kekurangan yang ada pasa suaminya. Keputusan subyek untuk bercerai dari suaminya karena subyek merasa suami tidak menyayangi subyek lagi dengan menyebut akan menceraikan subyek saat mereka bertengkar kemudian mertua subyek yang menuntut keluarga besar subyek datang untuk minta maaf kepada mertua subyek agar subyek dan suaminya bisa menyelesaikan masalah dan kembali bersama.

19 19 KESIMPULAN A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon bertahan pada masing masing subyek penelitian berbeda. 1. Dinamika Psikologis Subyek Maria Subyek pertama yang berasal dari keluarga dimana orangtua subyek bercerai karena masalah KDRT kemudian suami subyek sebagai pelaku kekerasan berasal dari keluarga dimana KDRT juga sering terjadi, akan tetapi orang tua suami subyek tidak bercerai. Ibu suami subyek tidak mempermasalahkan kekerasan yang dilakukan oleh ayah suami subyek sehingga ibu suami subyek bertahan sampai saat penelitian ini dilakukan. Nilai yang ditanamkan pada subyek oleh orangtua dan mertuanya adalah paham patraki yang sangat kental. Paham patriaki ini mempengaruhi subyek dalam upayanya bertahan dalam rumah tangganya, yaitu subyek merasa bahwa subyek adalah milik suami sehingga harus bertahan dalam rumah tangganya. Namun, paham patriaki yang ditanamkan keluarga subyek ini tidak membuat subyek bertahan lama dalam penikahannya. Setelah empat tahun menikah, pada akhirnya subyek memutuskan bercerai dari suaminya. Jika dihubungkan dengan social learning Bandura, maka keputusan subyek untuk berpisah dari suaminya karena subyek belajar dari pengalaman ibunya yang juga memutuskan bercerai setelah sering mendapat kekerasan dari ayah subyek. Subyek melihat bahwa ibu subyek menjadi lebih baik setelah berpisah dari ayahnya. Hal lain yang mempengaruhi karena nilai yang ditanamkan ayah subyek bahwa urusan rumah tangga subyek merupakan urusan pribadi subyek sehingga jika subyek ingin

20 20 memutuskan bercerai dari suaminya, maka keputusan itu diserahkan ayah subyek kepada subyek sepenuhnya. Ayah subyek berpendapat bahwa ayah subyek bukan siapa siapa dalam rumah tangga subyek sehingga tidak berhak mencampuri keputusan yang akan diambil subyek apakah ingin bercerai atau tidak. Oleh karena itulah, subyek akhirnya memutuskan bercerai dari suaminya sehingga subyek hanya mampu mempertahankan rumah tangganya selama empat tahun. 2. Dinamika Psikologis Subyek Aisyah Subyek Aisyah berasal dari keluarga yang harmonis dan religius. Orangtua subyek tidak pernah memarahi subyek kemudian memukul. Orangtua subyek pun memiliki sifat lemah lembut. Suami subyek berasal dari keluarga yang temperamental. Ibu mertua subyek sering memarahi subyek karena hal yang sepele, misalnya karena masakan yang dibuatkan subyek tidak sesuai dengan yang diinginkan ibu mertua subyek. Saat marah, ibu mertua subyek membanting banting barang yang ada di dekatnya. Dengan latar belakang keluarga seperti ini, suami subyek juga memiliki sifat yang temperamental. Suami subyek mudah marah dan suka membanting banting barang ketika sedang marah. Namun, emosi suami subyek suka mereda tiba tiba setelah memarahi atau memukul subyek. Ketika emosinya mereda, suami subyek sering meminta maaf kepada subyek dengan menyakiti diri sendiri seperti memukulkan kepalanya ke lantai sampai benjol dan minum baygon. Suami subyek akan melakukan segala cara agar subyek memaafkan dirinya. Dengan latar belakang keluarga subyek yang harmonis dan religius membentuk subyek menjadi individu yang nrimo. Dengan sifat nrimonya,

21 21 subyek berusaha memahami dan menerima semua kekurangan yang dimiliki suaminya. Subyek juga sayang kepada suaminya sehingga mampu mempertahankan rumah tangganya selama 13 tahun walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya. Bahkan, sekarang leher subyek cacat akibat pemukulan yang dilakukan suaminya. Akan tetapi, karena subyek sayang dan selalu berusaha menerima suaminya apa adanya, subyek tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Setelah 13 tahun menjalani rumah tangga bersama suaminya, subyek baru memutuskan ingin bercerai dari suaminya karena merasa suaminya tidak menyayangi subyek lagi dengan menyebut ingin menceraikan subyek ketika mereka bertengkar, belum lagi ibu mertua subyek yang menuntut subyek dan keluarganya untuk minta maaf pada keluarga suami subyek baru kemudian mereka boleh bersatu kembali.

22 22 SARAN 1. Untuk Penelitian Selanjutnya. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai laki laki yang menjadi korban KDRT karena selama penelitian ini dilakukan, peneliti belum menemukan penelitian lain yang meneliti suami sebagai korban KDRT. Penelitian selanjutnya diharapkan juga dapat meneliti dinamika psikologis terbentuknya pelaku KDRT. Kemudian peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya bisa meneliti dinamika psikologis korban KDRT yang bertahan dalam rumah tangganya dan tidak memutuskan bercerai. Cara korban KDRT tersebut mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bertahan tanpa terbebani mungkin bisa dimanfaatkan pihak lain yang juga ingin mempertahankan keutuhan rumah tangganya atau memiliki masalah yang sama dengan subyek penelitian. 2. Subyek Penelitian Dari penelitian ini, subyek sempat merahasiakan kekerasan yang dialaminya dari orang lain. Peneliti menyarankan agar subyek berani menceritakan apa yang dialami untuk mendapatkan bantuan atas apa yang dialaminya.

23 23 DAFTAR PUSTAKA Himpunan Perundang Undangan, Undang Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang Undang No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Yogyakarta : Kantor Pemberdayaan Perempuan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adiningsih, N.U, Stop Kekerasan Terhadap Perempuan. Anggarawaty, H Isu KDRT : Antara Fakta dan Propaganda. 05/02/06 Anggoman,Y, Wirawan,H Dampak Psikologis Kekerasan Fisik Di Dalam Rumah Tangga. Jurnal Ilmiah Psikologi Arkhe, 2, Firdaus, S Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 01/04/08 Hakimi, M, Hayati, E.N, Marlinawati, U.V, Winkvist, A, Ellsberg, M.C Membisu Demi Keharmonisan Kekerasan Terhadap Isteri Dan Kesehatan Perempuan Di Jawa Tengah, Indonesia. Yogyakarta : LPKGM-FK-UGM Hamim, A Menjadi Suami Sensitif Gender. Yogyakarta : Rifka Annisa Women s Crisis Center. Hassanah, M., Alsa, A., Rustam, A Kekerasan dalam rumah tangga (studi kualitatif mengenai kekerasan dalam rumah tangga di LBH APIK Semarang). Jurnal Psikologi Proyeksi, 1, Meiyenti, S Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Pikanisa Undang-Undang no. 23 tahun 2004 : Hanya Tataran Wacana atau Konsep Penyadaran?. tahun-2004-hanya-tataran-wacana-atau-konsep-penyadaran.html. 17/03/08 Poerwandari, K Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga sarana pengukuran dan pendidikan psikologi (LPSP3) fakultas psikologi universitas indonesia.

24 24 Poerwandari, K Menjadikan Persoalan Kekerasan Terhadap Perempuan Sebagai Masalah Bersama. Prayudi, G Berbagai Aspek Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Merkid Press : Yogyakarta. Ridwan Kekerasan Berbasis Gender. Yogyakarta : Fajar Pustaka Rosalina, J Memahami dinamika Kekerasan Pada Perempuan Korban kekerasan dalam rumah tangga (sebuah studi kualitatif pada perempuan korban KDRT yang bertahan dalam perkawinannya). Jurnal Psikologi, 1, Rosalina, J Mencari Makna Dalam Penderitaan (Potensi Peran Logoterapi Untuk Perempuan Korban KDRT). Jurnal Ilmiah Psikologi Arkhe, 2, Sullivan, M., Bybee, D Reducing Violence Using Community-Based Advocacy For Women With Abusive Partners. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 67, Susilowati, Pudji Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Istri. 20/02/08 Wahab, R Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Perspektif Psikologis dan Edukatif. Unisia, 61,

25 25 IDENTITAS PENULIS Nama : Sri Angilia Nurlaili Alamat Rumah : Jalan Sengkan No. 14, Babadan Baru XV, Sinduadi, Sleman, Yogyakarta, Nomor Telepon :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung es yang hanya nampak puncaknya saja di permukaan, namun sebagian besar badan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Merujuk dari rumusan masalah pada penelitian ini, dan dari hasil serta pembahasan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa, 1. Bentuk KDRT pada keluarga muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan Secara umum kekerasan identik dengan pengerusakan dan menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Namun jika kita pilah kedalam jenis kekerasan itu sendiri, nampaknya

Lebih terperinci

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) A. Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT.

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dewasa ini banyak terjadi di Indonesia. Persoalan KDRT ini tidak memandang kedudukan atau status sosial, namun umumnya keluarga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang mulai menginjak usia dewasa, pasti memiliki keinginan dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. Keinginan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Meskipun telah ditetapkannya UU Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun kasus KDRT masih saja meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. Permasalahan yang

Lebih terperinci

PENELITIAN KAJIAN WANITA

PENELITIAN KAJIAN WANITA PENELITIAN KAJIAN WANITA KUPAS TUNTAS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA/DOMESTIC VIOLENCE (Studi Kasus Perempuan-Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Bandung) Selly Feranie,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidik Polri dalam menjalankan tugasnya untuk membuat terang setiap tindak pidana yang terjadi di masyarakat adalah peran yang sangat penting terutama dalam

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati PERLINDUNGAN ANAK Anak UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak: Seseorang yang belum berusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang sah karena terbentuk sesuai dengan aturan hukum yang. berlaku, demi kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang sah karena terbentuk sesuai dengan aturan hukum yang. berlaku, demi kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang memiliki keyakinan bahwa perkawinan merupakan lembaga yang sah karena terbentuk sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, demi kelangsungan bangsa,

Lebih terperinci

SAAT TERJADI KONFLIK

SAAT TERJADI KONFLIK SAAT TERJADI KONFLIK Dalam berumah tangga, tak dapat dihindari yang namanya konflik atau permasalahan. Ibarat sendok dan garpu pasti ada gesekan walaupun kadang tidak disadari. Karena sekali lagi, perempuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukkan bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Persoalan nikah bukanlah persoalan baru yang diperbincangkan publik, tetapi merupakan persoalan klasik yang telah dikaji sejak lama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang mendambakan keutuhan dan kerukunan rumah tangga. Akan tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik yang tidak

Lebih terperinci

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?... Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Berita mengenai kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan (KtP) seakan sudah menjadi bagian sehari-hari yang dapat diketahui melalui media massa. Laporan penelitian

Lebih terperinci

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

Wajib Lapor Tindak KDRT 1 Wajib Lapor Tindak KDRT 1 Rita Serena Kolibonso. S.H., LL.M. Pengantar Dalam beberapa periode, pertanyaan tentang kewajiban lapor dugaan tindak pidana memang sering diangkat oleh kalangan profesi khususnya

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan

Lebih terperinci

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Banyak di tayangkan kasus kekerasan rumahtangga yang di lakukan baik ayah kepada anak, suami kepada istri, istri kepada suami yang mengakibatkan penganiyayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 28B ayat (1) UUD 1945 menentukan : Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Sedangkan perkawinan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu norma yang berfungsi mengatur mengenai segala sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. GASTER, Vol. 4, No. 2 Agustus 2008 (260-267) ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. SUKOHARJO Maryatun, Wahyuni Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum, dimana menurut Logemann Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya yang mengatur serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini PENYULUHAN HUKUM Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini Ani Yunita, S.H.M.H. Nasrullah, S.H.S.Ag.,M.CL. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pendahuluan Persoalan nikah bukanlah

Lebih terperinci

SERI BACAAN ORANG TUA KDRT. dan Pelecehan Seksual Dalam Kehidupan AUD. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

SERI BACAAN ORANG TUA KDRT. dan Pelecehan Seksual Dalam Kehidupan AUD. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan 37 SERI BACAAN ORANG TUA KDRT dan Pelecehan Seksual Dalam Kehidupan AUD Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan RINGKASAN Kekerasan dalam rumah tangga atau yang dikenal dengan KDRT sering terjadi walau telah dikeluarkan undang-umdang yang tujuannya melindungi perempuan dan dapat menyeret pelakunya ke meja hijau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksudkan adalah penggunaan

Lebih terperinci

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak. k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah upaya terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN PERKAWINAN PADA USIA ANAK

Lebih terperinci

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017 ASPEK HUKUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BERDASARKAN UU NO.23 TAHUN 2004 1 Oleh : Ollij A. Kereh 2 ; Friend H. Anis 3 Abstrak Perkembangan kehidupan sosial dewasa ini menunjukkan menurunnya nilai-nilai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun dalam kenyataan kehidupan ini, manusia tidak bisa terhindar dari pergumulan hidup. Manusia

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci