Heni Fatmasari 1, Nur Fitriyah 2, Rita Kalalinggi 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Heni Fatmasari 1, Nur Fitriyah 2, Rita Kalalinggi 3"

Transkripsi

1 ejournal Administrative Reform, 2017, 5 (1): ISSN , ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 651/K.773/2015 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2016 (STUDI PADA PT. TRIWISNNA) Heni Fatmasari 1, Nur Fitriyah 2, Rita Kalalinggi 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 pada PT. Triwisnna. Hasil penelitian menunjukkan komunikasi yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur dengan melakukan sosialisasi kepada perusahaan-perusahaan yang berada di lingkup kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur sebagai bentuk komunikasi yang harus dijalankan selaku implementor, dan sebagai bentuk komunikasi kelembagaan dalam rangka pelaksanaan fungsi organisasi dalam menyebarkan dan mensosialisasikan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun Sumberdaya implementasi Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016 telah memiliki kemampuan dan kompetensi yang tinggi. Kata Kunci: Implementasi, Peraturan Gubernur Kalimantan Timur, Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur. Abstract The purpose of this study is to describe and analyze the implementation of the East Kalimantan Governor Regulation No. 651/ K.773/2015 Minimum Wage Fixing East Kutai 2016 at PT. Triwisnna. The results showed communication is done with dissemination to companies that are in the scope of the Department of Manpower and Transmigration East Kutai Regency as a form of communication that should be run by the Department of Manpower and Transmigration East Kutai Regency as implementor, and as a form of institutional communication in the framework of the implementation of the functions of the organization in spreading and disseminating the East Kalimantan Governor Regulation No. 651/K.773/2015 Minimum Wage Fixing East Kutai Regency Year 2016 Resource implementation Sectoral Minimum Wage Fixing East Kutai Stone Mining Sector Bara 2016 has the ability and high competence. 1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip Unmul Samarinda. 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip Unmul Samarinda. 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip Unmul Samarinda.

2 ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: Keywords: Implementation, Regulation of the Governor of East Kalimantan, East Kutai Regency Minimum Wage. Pendahuluan Pengupahan atau pemberian upah adalah salah satu masalah yang tidak pernah selesai diperdebatkan oleh pihak manajemen manapun, apapun bentuk organisasinya baik itu swasta maupun pemerintah. Di suatu pihak para pengusaha berupaya mempertahankan hak penguasaan atas wilayah otoritas bisnis, yaitu kelayakan biaya dan keuntungan produksi. Di pihak lain, para buruh berusaha mendapatkan hak atas kelayakan hidup sebagai manusia yaitu upah yang secara normatif layak bagi diri dan keluarga. Bagi kalangan buruh kenaikan upah minimum tiap tahun amat dinantikan, meskipun kenaikan yang diterimanya jauh dari harapan setidaknya sedikit meringankan kesulitan hidup buruh di tengah tekanan hidup yang tinggi, sekalipun upah riil yang diterima buruh justru turun dan makin jauh dari standar hidup layak. Ketika berbicara tentang perbedaan penetapan UMR di suatu daerah atau provinsi tentu didasarkan atas harga kebutuhan pokok di suatu daerah tersebut, inilah yang menjadi letak perbedaan UMR antar daerah memang besarnya rupiah yang diterima buruh antar daerah yang berbeda tidak dapat mempresentasikan tingkat kesejahteraan buruh di suatu daerah. Tata cara dalam penetapan Upah Minimum Regional berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/05/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.773/2015 Tanggal 8 Desember 2015 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28 Desember 2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016, baik Tingkat I maupun Tingkat II dengan tahap awal dilakukan perumusan oleh Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah. Dalam merumuskan usulan Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah dapat berkonsultasi dengan Organisasi Pengusaha, Serikat Pekerja dan Instansi terkait di daerah. Usulan tersebut disampaikan kepada Menteri melalui Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setelah mendapat rekomendasi persetujuan dari Gubernur. Konsep Kebijakan Publik Untuk dapat memperluas cakrawala pandang mengenai konsep kebijakan ini, maka penting memperhatikan beberapa pernyataan para pakar, antara lain : Dye (1978) mendefinisikan kebijaksanaan negara sebagai berikut: is whatever 272

3 Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor (Heni Fatmasari) governments choose to do or not to do (apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan). Apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuai maka harus ada tujuannya (obyektifnya) dan kebijaksanaan negara itu harus meliputi semua tindakan pemerintah. Jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Disamping itu sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh (dampak) yang sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah (Islamy, 1997:19) Dari definisi yang dikemukakan Dye tersebut, konsekuensinya bahwa kebijakan publik itu lebih banyak mengedepankan peran negara atau pemerintah. Sedangkan David Easton (dalam Islamy, 1997:20) memberikan pengertian tentang kebijaksanaan negara sebagai The autoritative allocation of values for the whole society (pengalokasian nilai-nilai secara paksa/sah kepada seluruh anggota masyarakat). Berdasarkan pendapat Easton bahwa pemerintah yang secara sah dapat berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu tersebut diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai pada masyarakat. Dari definisi Easton sudah melibatkan peran citizen atau warga negara atau masyarakat. Sedangkan pendapat Jenkin (dalam Abdul Wahab, 1997:4) memberikan penjelasan bahwa kebijaksanaan pemerintah adalah : a set of interrelated decision to taken by a political actors or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve (serangkaian keputusan yang saling berkaitan, yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusankeputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut. Konsep Implementasi Kebijakan Publik Dalam kamus Webser (dalam Abdul Wahab, 1997:64) implementasi kebijaksanaan sebagai berikut : to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means force carrying out (menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu), to give pratical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu), jika pandangan ini diikuti, maka implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (kebijakan dalam bentuk Undang-Undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan atau dekrit presiden). Sedangkan Van Meter dan Van Horn (dalam Abdul Wahab, 1997:65) menjelaskan tentang pengertian implementasi sebagai : those action by public order reliefs provide individual-individual (or group) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions (tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan). 273

4 ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: Mazmanian dan Sabatier (dalam Abdul Wahab, 1997:65) memberikan penjelasan tentang makna implementasi sebagai berikut : memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan meruakan fokus perhatian implementasi kebijakan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang tumbul sesudah dishkannya pedoman-pedoman kebijakan negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadiankejadian Bertitik tolak pada pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badanbadan administratif yang bertangung jawab untuk melaksanakan programprogram dan menimbulkan kepatuhan dari kelompok sasaran, melainkan juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan (intended) maupun yang tidak diharapkan (un intended/ negative effect). Kebijakan Pengupahan Ahli ekonomi membuat perbedaan diantara dua pengertian upah, yakni upah uang dan upah riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Kertonegoro, 1999:97). Hal tersebut muncul karena dalam jangka panjang sejumlah tertentu upah pekerja akan mempunyai kemampuan yang semakin sedikit didalam membeli barang-barang dan jasa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi akibat naiknya hargaharga barang dan jasa tersebut, kenaikan tersebut pastinya akan menurunkan daya beli dari sejumlah tertentu pendapatan tersebut. Harga barang dan upah niscaya akan selalu naik, yang menjadi masalah naiknya tidak serentak dan juga tidak pada tingkat yang sama besar. Perubahan yang berbeda ini akan menimbulkan kesulitan untuk mengetahui sampai dimana kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan yang dinikmati pekerja. Pandangan yang lainnya (bersebrangan) dengan teori neoklasik yakni efficiency wage theory (teori upah efisiensi). Teori upah efisiensi ini berfokus pada upah sebagai tujuan yang memotivasi buruh. jumlah usaha yang dibuat buruh dalam pekerjaannya adalah berhubungan terhadap seberapa baik pekerjaan itu membayar relatif terhadap alternatif pekerjaan lainnya. perusahaan akan bersedia membayar upah diatas upah keseimbangan pasar untuk memastikan bahwa buruh bekerja keras agar tidak kehilangan pekerjaannya yang baik itu (Kertonegoro, 1999:99). 274

5 Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor (Heni Fatmasari) Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun Pada PT. Triwisnna. Pemerintah selaku fasilitator menetapkan Upah Minimum berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 yang didasarkan atas rekomendasi dari Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota atau Bupati/Walikota yang kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/05/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.773/2015 Tanggal 8 Desember 2015 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28 Desember 2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timr Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun Upah Minimum diharapkan mampu menjadi jaring pengaman terhadap pemberian upah kepada pekerja/buruh. Dikatakan sebagai jaring pengaman karena Upah Minimum adalah upah terendah yang harus dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh yang bergolongan paling rendah dan yang mempunyai masa kerja kurang dari satu tahun. Dengan demikian bagi pekerja/buruh yang mempunyai golongan dan masa kerja lebih dari satu tahun harus menerima upah diatas Upah Minimum. Komunikasi Dari hasil hasil observasi lapangan diketahui bahwa di sisi perusahaan, PT. Triwisnna sudah melakukan komunikasi dengan para pekerja mengenai situasi dan kondisi perusahaan. Disamping itu perusahaan mempunyai prediksi kemungkinan kenaikan Upah Minimum, yang selanjutnya prediksi tersebut dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. Dengan penyusunan prediksi kenaikan Upah Minimum tersebut maka diharapkan perusahaan dapat melakukan proses produksinya untuk mencapai target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. Namun prediksi kenaikan Upah Minimum yang dibuat oleh Pengusaha terlalu kecil dan tidak sepadan dengan realita kenaikan Upah Minimum hal ini dikarenakan para Pengusaha tidak menginginkan biaya tenaga kerja mempengaruhi pencapaian kinerja perusahaan yang berdampak pada pencapaian Laba/Rugi Perusahaan. Pengusaha memberikan Upah Minimum hanya sebatas memenuhi ketentuan belaka. Kebanyakan perusahaan memanfaatkan kelemahan posisi karyawan dalam hal tersedianya lapangan pekerjaan. Banyaknya pengangguran dan terbatasnya lapangan pekerjaan dimanfaatkan oleh para pengusaha dengan memberikan upah atau gaji dibawah Upah Minimum atau menunda pembayaran upahnya. Hal ini sama sekali tidak akan mendapatkan perlawanan dari karyawan karena karyawan berfikiran lebih baik tetap bekerja dan mendapatkan penghasilan daripada tidak sama sekali. Pengusaha hanya melihat upah sebagai biaya produksi, dan jarang sekali yang 275

6 ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: melihat bahwa upah adalah sebagai investasi yang akan dikembalikan oleh karyawan dalam bentuk produktivitas. Hal inilah yang menyebabkan para pengusaha dalam pemberlakuan upah bagi karyawan merasa sangat berat. Padahal apabila upah yang diberikan kepada karyawan dianggap sebagai investasi yang akan dikembalikan kemudian, tentunya pengusaha tidak perlu khawatir membayar upah sesuai dengan ketentuan Upah Minimum yang berlaku. Karena biaya yang telah dikeluarkan akan dikembalikan oleh para karyawan dalam produktivitas kerja mereka. Dalam penetapan Upah Minimum sebenarnya sudah mempertimbangkan kepentingan karyawan dan kepentingan perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterwakilan dari masing-masing pihak dalam Dewan Pengupahan. Dengan adanya wakil karyawan dan wakil pengusaha, maka ketika melakukan survei harga pasar untuk menentukan besarnya Upah Minimum, masing-masing pihak diberikan kesempatan yang sama untuk memperjuangkan pihak masing-masing. Transmisi Permasalahan pengupahan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik antara pengusaha dengan karyawan, tentunya pengusaha akan kehilangan tingkat produktivitas perusahaan karena terganggu dengan adanya gejolak tersebut. Sementara karyawan tidak akan tenang bekerja atau bahkan terancam terkena dampak gejolak permasalahan tersebut seperti misalnya terjadinya inefisiensi perusahaaan akibat biaya tenaga kerja yang terlalu tinggi dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pembagian waktu kerja dengan sistem shift dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan dimana karyawan akan dapat mampu bekerja dengan baik dan penuh dedikasi apabila para karyawan tersebut juga terjamin kesejahteraannya yang hal ini perlu didukung dengan pengupahan yang memadahi. Apabila terdapat jaminan kesejahteraan bagi karyawan maka karyawan akan memberikan yang terbaik demi kepentingan perusahaan. Tidak ada penyelewengan yang akan dilakukan karyawan, misalnya memberikan tenaganya pada jam kerja untuk kepentingan pihak ketiga demi penambahan penghasilan bagi dirinya yang hal ini tentunya merugikan perusahaan. Kejelasan Informasi Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa karyawan sebagai aset milik perusahaan mempunyai dinamika yang berubah-ubah setiap waktu. Dinamika inilah yang membedakan antara aset dalam bentuk manusia dengan aset lainnya. Dikarenakan karyawan adalah sebagai aset, tentunya pengusaha dituntut untuk me-manage dan melakukan komunikasi serta memperlakukan karyawan dengan baik sehingga aset tersebut dapat memberikan kontribusi atau keuntungan bagi perkembangan dan peningkatan kinerja perusahaan. Memperlakukan dengan baik dimaksud adalah memperlakukan karyawan dengan adil, bijaksana, 276

7 Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor (Heni Fatmasari) transparan, komuniaktif, dan pemberian perhatian yang penuh pada sisi kesejahteraan karyawan. Konsistensi Informasi Untuk mendapatkan upah yang sesuai dengan kebutuhan, karyawan tidak begitu saja menerima dari perusahaan. Diperlukan perjuangan dan bargaining untuk mendapatkan besarnya upah sesuai yang diharapkan. Perjuangan mendapatkan upah yang sesuai ini sering disalahartikan oleh perusahaan dengan pengertian bahwa karyawan terlalu banyak melakukan tuntutan kepada perusahaan yang cenderung memberatkan perusahaan. Dari sisi penetapan Upah Minimum tentunya sudah mewakili perusahaan maupun pihak karyawan karena dalam penetapannya masing-masing pihak diwakili oleh wakil masing-masing. Namun apakah wakil dari masing-masing pihak sudah dapat berbuat sesuai dengan keinginan masing-masing anggotanya. Sementara tingkat kepuasan sifatnya sangat relatif yang dari masing-masing berbeda. Apalagi kepuasan untuk pekerja/buruh dengan pengusaha sangat bertolak belakang. Sumberdaya Berdasarkan hasil penelitian, disimpukan bahwa pemerintah perlu mengakomodir kepentingan semua pihak dalam hal penetapan upah minimum sehingga penetapan tersebut mampu melindungi kepentingan para karyawan maupun perusahaan terutama dilihat dari sisi sumberdaya karyawan. Pada dasarnya penetapan upah minimum bertujuan untuk menjaga kesinambungan perusahaan dan melindungi karyawan. Dalam hal pengupahan perusahaan juga perlu mempertimbangkan kembali pemberian upah yang dinilai dari sisi kemampuan dan pekerjaan masing-masing karyawan. Kebanyakan perusahaan memberikan upah sesuai golongan tertentu tanpa menilai kemampuan sumberdaya dan hasil kerja dari masing-masing karyawan. Dengan sistem ini maka tidak ada perbedaan penghasilan antara karyawan yang rajin dengan karyawan yang malas-malasan. Disamping pengupahan dengan cara tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan, tentunya karyawan dengan sumberdaya yang baik akan mendapatkan tambahan penghasilan dibandingkan sumberdaya karyawan yang rendah. Kemampuan Staf Sumberdaya manusia berkaitan dengan kemampuan staf atau pelaksana implementator apakah sudah cukup tersedia atau perlu adanya penambahan staf implementor kebijakan. Ketersediaan jumlah staf yang cukup menjadi faktor penentu suatu kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya. Namun jumlah staf yang memadai belum menjamin keberhasilan implementasi suatu kebijakan, staf harus mempunyai keterampilan dan kompetensi di bidangnya masing-masing. 277

8 ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: Sumberdaya manusia implementor Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016 pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur, yang berpendidikan SMA/SMK, Diploma III, Sarjana, dan Pascasarjana dengan latar belakang disiplin ilmu yang bervariasi memberikan gambaran bahwa hanya implementator yang mempunyai kualifikasi Sarjana dan Pascasarjana (S2) yang mempunyai kapabilitas (kemampuan) yang komprehensif dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam rangka sosialisasi kebijakan tersebut. Kemampuan Anggaran Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran. Dalam tataran implementasi Arah dan Kebijakan Umum APBD Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2015, Arah Kebijakan Umum Belanja mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur adalah mengalokasikan anggaran untuk menunjang penyelenggaraan fungsi pelayanan, dengan tetap mengacu kepada prinsip pelayanan masyarakat, keadilan anggaran, serta efisiensi dan efektifitas. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang paling menentukan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, implementator Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 yang menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel. Sementara itu dalam mengimplementasikan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan 278

9 Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor (Heni Fatmasari) Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28 Desember 2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016, memang telah sesuai dengan alur birokrasi dimana ketika muncul permasalahan pengupahan antara karyawan dan perusahaan, maka karyawan melalui Serikat Pekerja PT. Triwisnna akan melaksanakan rapat internal dalam mencari solusi yang terbaik. Namun apabila tidak tercapai kesepakatan selanjutnya akan dimediasi oleh Apkindo Kabupaten Kutai Timur, dan apabila tetap tidak disepakati, selanjutnya akan dibawa ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur. Sikap (Disposisi) Sikap (disposisi) adalah perilaku yang ditunjukkan oleh elemen-elemen dari suatu kegiatan implementasi kebijakan untuk mampu menyelaraskan adanya penumbuhan perilaku dari sikap yang ditunjukkan oleh para pengembang kebijakan pemerintah pada subyek dan obyek kebijakan. Termasuk di dalamnya berbagai bentuk program kegiatan dan tindak lanjut dari suatu kegiatan pembangunan. Sikap/disposisi implementor Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016, diartikan sebagai watak atau sikap untuk mengimplementasikan kebijakan Upah Minimum, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai kemampuan untuk mengimplementasi kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kesepakatan dan kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut untuk sesuai dengan tujuan dan standar kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016 sampai dilakukan penelitian ini pada PT. Triwisnna diperoleh kesimpulan bahwa belum pernah terjadi perselisihan dalam hal pengupahan. Hal ini cukup dipahami dimana PT. Triwisnna memang termasuk ke dalam perusahaan besar yang diasumsikan sebagai perusahaan yang mempunyai karyawan diatas 100 orang dengan struktur modal yang kuat. Pada perusahaan-perusahaan besar, perhitungan laba-rugi dan kinerja perusahaan dihitung secara makro atau secara totalitas per tahunnya. Total biaya pokok produksi per bulan akan diperhitungkan dengan berapa harga jual 279

10 ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: hasil produksi dalam satu bulan sehingga akan diketahui berapa tingkat produktivitas perusahaan dalam satu bulan. Diakhir tahun juga baru akan kelihatan berapa tingkat produktivitas kinerja perusahaan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Komunikasi yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur dengan melakukan sosialisasi kepada perusahaanperusahaan yang berada di lingkup kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur sebagai bentuk komunikasi yang harus dijalankan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur selaku implementor, dan sebagai bentuk komunikasi kelembagaan dalam rangka pelaksanaan fungsi organisasi dalam menyebarkan dan mensosialisasikan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun Sumberdaya implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28 Desember 2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016 telah memiliki kemampuan dan kompetensi yang tinggi. 3. Struktur birokrasi dalam implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 kurang tegas, sehingga selama ini belum pernah ada perusahaan yang mendapatkan sanksi yang diakibatkan atas kelalaian perusahaan yang mengakibatkan keterlambatan pembayaran gaji karyawan. 4. Sikap dari implementor dalam hal ini penentu kebijakan harus mempunyai komitmen yang kuat terhadap implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016, melainkan perlu adanya bentuk pemberitaan kepada publik sebagai bentuk transparansi sebuah kegiatan. 280

11 Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor (Heni Fatmasari) Saran-saran Berdasarkan hasi penelitian ini, penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Diperlukan komunikasi yang efektif antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur, Apindo Kabupaten Kutai Timur, dan PT. Triwisnna sebagai implementor Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun Diperlukan sikap dan konsistensi dalam implementatasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 sehingga dapat berjalan dengan optimal dalam melindungi hak-hak karyawan. 3. Penetapan Upah Minimum yang berlaku sampai saat ini masih dalam bentuk Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016, sehingga dalam penerapan sanksi hukum terhadap terjadinya pelanggaran oleh perusahaan tidak dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu perlu Peraturan Daerah (PERDA) sebagai payung hukum pendamping bagi karyawan. Daftar Pustaka Abdul Wahab, Solichin Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Edisi Kedua. Bumi Aksara: Jakarta Reformasi Pelayanan Publik Menuju Sistem Pelayanan Yang Responsif dan Berkualitas. PPS Unibraw: Malang Reformasi Pelayanan Publik Kajian dari Perpektif Teori Governance, Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kebijakan Publik, Universitas Brawijaya, Malang. Anonim Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.754/2012 tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Kalimantan Timur Tahun Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun Dye, Thomas R Understanding Public Policy. Englewood Eliff, Practice Hall: New Jersey. Hughes, Public Management & Administration. St. Martins, Press, Inc: New York. Islamy, M. Irfan, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta. Kertonegoro, S., Pengupahan (Wages), Yayasan Tenaga Kerja Indonesia,Jakarta. 281

Erni Khumaidah 1, Achmad Djumlani 2, Enos Paselle 3

Erni Khumaidah 1, Achmad Djumlani 2, Enos Paselle 3 ejournal Administrative Reform, 2017, 5 (2): 292-303 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1

UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1 UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1 Utami.dewi@uny.ac.id A. Kebijakan sebagai Keputusan (pilihan) 1. Menurut Thomas R Dye Public policy is whatever governments choose to do or not to do Definisi ini memiliki

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 98 Undang-undang Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA Membaca : Hasil

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan kerja

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEWAN PENGUPAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Publik Kebijakan publik berasal dari kata kebijakan dan publik. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah Serangkaian tindakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA Diana Fajarwati ABSTRACT Minimum regional wages is set by the government based on recommendation of the Board of Governors Wages. Minimum wage of city

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) MENJADI PAJAK DAERAH DI KOTA BANJARMASIN

IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) MENJADI PAJAK DAERAH DI KOTA BANJARMASIN 295 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013 IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) MENJADI PAJAK DAERAH DI KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pekerja dan pengusaha). Dalam Pasal 1 angka 30 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, upah

BAB I PENDAHULUAN. (pekerja dan pengusaha). Dalam Pasal 1 angka 30 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, upah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan ekonomi, permasalahan industri yang selalu dibicarakan adalah persoalan upah. Sebab upah merupakan titik temu antara dua kepentingan dalam hubungan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FeJournal Administrative Reform, 2013, 1 (2): 394-405 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2013 IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh membutuhkan suatu wadah yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan

Lebih terperinci

Devina Frimeri 1, Abdullah Karim 2, Rita Kala Linggi 3

Devina Frimeri 1, Abdullah Karim 2, Rita Kala Linggi 3 ejournal Administrative Reform, 2017, 5 (1): 260-270 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI N0MOR 138 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 19 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK DI KECAMATAN RANTAU PULUNG KABUPATEN KUTAI TIMUR

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK DI KECAMATAN RANTAU PULUNG KABUPATEN KUTAI TIMUR ejournal Administrative Reform, 2017, 5 (2): 438-448 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

Transformasi No. 32 Tahun 2017 Volume I Halaman 1-75

Transformasi No. 32 Tahun 2017 Volume I Halaman 1-75 IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN PERATURAN BUPATI NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Menimbang : GUBERNUR SULAWESI TENGGARA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai tenagakerja di Indonesia merupakan masalah nasional yang memang sulit diselesaikan. Selama ini pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK Mada Sutapa *) Abstract In the context of public goods, education is publicly owned goods and services, which the public has a right to get education

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 24, 2005 KETENAGAKERJAAN. BURUH. UMR. Hubungan Industrial. Serikat Pekerja. Kerja sama (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kehutanan Di Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kehutanan Di Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kehutanan Di Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Tonny Sopiansyah 1, Achmad Djumlani 2, Heryono Susilo Utomo 3 Abstract The purpose of this

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI BURUH INTERNASIONAL

PERINGATAN HARI BURUH INTERNASIONAL PERINGATAN HARI BURUH INTERNASIONAL (May Day) : Momentum Mewujudkan Sistem Pengupahan Dan Kesejahteraan Buruh Oleh: Arrista Trimaya * Naskah diterima: 30 April 2015; disetujui: 10 Mei 2015 Tanggal 1 Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Metro menjadi Kota Pendidikan maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program Jam Belajar Masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di Indonesia khususnya untuk daerah-daerah industri mengalami ketegangan sosial yang akan terus meningkat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA SERTA PENANGGUHAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik

Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik What is public policy? Keputusan dan tindakan pemerintah yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah publik (pattern

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi: BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Implementasi Kebijakan Publik a. Konsep Implementasi: Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. Mada Sutapa *) Abstract

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. Mada Sutapa *) Abstract KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK Mada Sutapa *) Abstract In the context of public goods, education is publicly owned goods and services, which the public has a right to get education

Lebih terperinci

Implementasi Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Kampung Di Kabupaten Kutai Barat

Implementasi Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Kampung Di Kabupaten Kutai Barat Jurnal Administrative Reform, Vol.4 No.3,Juli-September 2016 Implementasi Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Kampung Di Kabupaten Kutai Barat Emma Paelongan 1,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang penghasilan daerahnya sebagian besar bersumber dari sektor perkayuan, perkebunan dan perhotelan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keputusan atau usulan-usulan dari para pembuat kebijakan. Para ahli administrasi

TINJAUAN PUSTAKA. keputusan atau usulan-usulan dari para pembuat kebijakan. Para ahli administrasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Definisi Kebijakan Publik Dewasa ini, kebijakan publik menjadi suatu hal yang tidak asing lagi bahkan di kalangan masyarakat awam. Setiap saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat

Lebih terperinci

Implementasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat

Implementasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Implementasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Nova Sintia Dewi Sitorus 1, A. Margono 2, Bambang Irawan 3 Abstract The purpose

Lebih terperinci

MEMAHAMI BEBERAPA POINT PENTING YANG DIATUR DALAM RPP PENGUPAHAN

MEMAHAMI BEBERAPA POINT PENTING YANG DIATUR DALAM RPP PENGUPAHAN MEMAHAMI BEBERAPA POINT PENTING YANG DIATUR DALAM RPP PENGUPAHAN JAKARTA, 20 OKTOBER 2015 DPN APINDO Pentingnya Pengupahan diatur dalam Peraturan Pemerintah Selama ini pengaturan terkait penetapan upah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia pada era akhir pemerintahan orde baru, telah mendorong tuntutan demokratisasi di berbagai bidang. Terutama

Lebih terperinci

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para

Lebih terperinci

Andyana Frida Febiani 1

Andyana Frida Febiani 1 ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (1): 419-432 ISSN 2477-2458 (online), ISSN 2477-2631 (print), ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

Implementasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat

Implementasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Implementasi Pengelolaan Alokasi Dana.. (Nova Sintia Dewi Sitorus) Implementasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Nova Sintia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. secara umum memberikan penafsiran yang berbeda-beda akan tetapi ada juga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. secara umum memberikan penafsiran yang berbeda-beda akan tetapi ada juga yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik Penafsiran para ahli administrasi publik terkait dengan definisi kebijakan publik, secara umum memberikan penafsiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

Desentralisasi dan Otonomi Daerah:

Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Teori, Permasalahan, dan Rekomendasi Kebijakan Drs. Dadang Solihin, MA www.dadangsolihin.com 1 Pendahuluan Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 merupakan momentum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem pengupahan buruh/ pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

Lebih terperinci

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN Penyelenggaraan tugas umum Pemerintahan telah diuraikan pada Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa penyelenggaraan tugas umum Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2013 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETENAGAKERJAAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2013 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETENAGAKERJAAN KABUPATEN BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2013 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETENAGAKERJAAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di

Lebih terperinci

- 1 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 1 - PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan penawaran tenaga kerja dan

PENDAHULUAN. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan penawaran tenaga kerja dan I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di negara berkembang seperti Indonesia. Keadaan pasar kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok orang, yang tidak mampu menyelenggarakan sampai suatu taraf yang dianggap

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Akta Kelahiran, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Pembebasan Biaya.

Kata Kunci : Akta Kelahiran, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Pembebasan Biaya. ejournal Administrative Reform, 2014, 2(1): 958-969 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2014 IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA ATAS PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan patokan patokan perilaku, pada kedudukan kedudukan tertentu dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu daerah dalam pembangunan nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai

BAB V PENUTUP. 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai yaitu PNS dan PPPK, mengakibatkan kedudukan tenaga honorer dalam struktur kepegawaian pemerintah menjadi tidak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Muh. Rifai Sahempa irahmidar@yahoo.com (Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 1737 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KOTA BATAM TAHUN 2016 GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 1737 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KOTA BATAM TAHUN 2016 GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 1737 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KOTA BATAM TAHUN 2016 GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi upah pekerja/buruh agar tidak merosot pada

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA SERTA PENANGGUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DI KABUPATEN BOYOLALI,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DI KABUPATEN BOYOLALI, IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DI KABUPATEN BOYOLALI, Mulyono Aris Tri Haryanto Abstract The purpose of this study is to examine and learn Teacher Certification Policy Implementation. In this

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 T E N T A N G UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI TAHUN 2015 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut

BAB I PENDAHULUAN. ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dengan mempertimbangkan prestasi kerja dan nilai. kemanusiaan yang menimbulkan harga diri.

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dengan mempertimbangkan prestasi kerja dan nilai. kemanusiaan yang menimbulkan harga diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang era yang semakin liberal mendatang, Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang setidaknya harus menyiapkan upaya-upaya dini dalam mengantisipasi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK PENGELOLAAN AIR TANAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MALANG (Studi Pada Unit Pelayanan Terpadu Perijinan Kabupaten Malang)

KONTRIBUSI PAJAK PENGELOLAAN AIR TANAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MALANG (Studi Pada Unit Pelayanan Terpadu Perijinan Kabupaten Malang) KONTRIBUSI PAJAK PENGELOLAAN AIR TANAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MALANG (Studi Pada Unit Pelayanan Terpadu Perijinan Kabupaten Malang) Wendy Dwi Saputra, Choirul Saleh, Abdul Wachid Jurusan

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan salah satu komponen dalam melaksanakan suatu program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada perencanaan yang matang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tidak bisa digantikan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tidak bisa digantikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan pelayanan birokrasi perizinan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah tidak bisa dipisahkan dari konteks reformasi birokrasi. Institusi birokrasi memiliki peran

Lebih terperinci

Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik

Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik Oleh: Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada www.kumoro.staff.ugm.ac.id kumoro@map.ugm.ac.id Definisi Kebijakan

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Proses komunikasi kebijakan Proses komunikasi dan sosialiasi kebijakan telah mengantar Dinas Pendidikan Provinsi dapat mengimplementasikan kebijakan tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

Maya Fatmini 1, DB. Paranoan 2, Rita Kalalinggi 3

Maya Fatmini 1, DB. Paranoan 2, Rita Kalalinggi 3 ejournal Administrative Reform, 2017, 5 (2): 335-343 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 74 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN PENGUPAHAN KABUPATEN KULON PROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH PERKOTAAN

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH PERKOTAAN 119 IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH PERKOTAAN M. Hadi, Sujianto, dan Chalid Sahuri FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru, 28293 e-mail: hadicino@yahoo.com

Lebih terperinci

ANCAMAN RUU PEMDA KEPADA DEMOKRATISASI LOKAL DAN DESENTRALISASI

ANCAMAN RUU PEMDA KEPADA DEMOKRATISASI LOKAL DAN DESENTRALISASI ANCAMAN RUU PEMDA KEPADA DEMOKRATISASI LOKAL DAN DESENTRALISASI Pembahasan RUU Pemda telah memasuki tahap-tahap krusial. Saat ini RUU Pemda sedang dibahas oleh DPR bersama Pemerintah, ditingkat Panja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bernardin dan Russel (1993) upah merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung, disamping sistem gaji dan pembayaran berdasarkan kinerja. Termasuk dalam kompensasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SUMENEP

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SUMENEP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SUMENEP Rillia Aisyah Haris Program Studi Administrasi Publik, FISIP Universitas Wiraraja Sumenep Email: rilliaharis@gmail.com

Lebih terperinci