BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Ada beberapa pengertian manajemen operasional menurut para ahli sebagai berikut : 1. Menurut Heizer dan Render (2009:4), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. 2. Menurut Herjanto (2008:2), manajemen operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. 3. Menurut Handoko (2003:2), manajemen operasional adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering disebut faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. Dari beberapa pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan manajemen operasional merupakan serangkaian aktivitas dalam pembuatan barang atau jasa melalui proses pengubahan input menjadi output yang bernilai untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan membuat barang dan jasa terjadi di semua sektor organisasi. Kegiatan produksi membuat barang sangat jelas terlihat di perusahaan manufaktur, di mana kita dapat melihat pembuatan barang-barang nyata seperti televisi. Sedangkan pada organisasi-organisasi lain yang tidak memproduksi barang nyata, fungsi produksi mungkin tidak terlalu terlihat, seperti transaksi yang terjadi di bank dan kantor. Untuk dapat melaksanakan operasi dengan baik, suatu perusahaan memerlukan manajemen yang berguna untuk membuat keputusan-keputusan dalam upaya pengaturan dan pengoordinasian penggunaan sumber daya dari kegiatan produksi. Heizer dan Render lebih lanjut mengatakan bahwa ada 4 alasan mempelajari Manajemen Operasi (MO), yaitu : 1. Manajemen Operasi adalah satu dari tiga fungsi utama setiap organisasi (Pemasaran, Operasi, dan Keuangan) dan juga sangat berhubungan dengan 13

2 fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi menjual, menghitung, dan memproduksi sehingga sangat penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas manajemen operasi berjalan. Untuk itu pula, kita mempelajari bagaimana orang-orang mengorganisasikan diri mereka untuk perusahaan yang produktif. 2. Kita mempelajari MO karena kita ingin tahu bagaimana cara memproduksi barang dan jasa. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat kita yang membuat produk yang kita gunakan. 3. Kita mempelajari MO karena ini adalah bagian termahal dari suatu organisasi. Sebagian besar persentase pendapatan dari kebanyakan perusahaan digunakan untuk aktivitas MO dan menyediakan kesempatan yang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan keuntungan dan memperbaiki pelayanan mereka kepada masyarakat. 4. Kita mempelajari MO adalah agar kita memahami apa yang dilakukan oleh manajer operasi. Dengan begitu, kita dapat turut mengembangkan ilmu serta keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer operasi dan membuka pandangan kita untuk melihat kesempatan berkarir di bidang MO. 2.2 Logistik dan Distribusi Pengertian Logistik Menurut Dwiantara dan Hadi (2004) manajemen logistik merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, dan penghapusan logistik guna mendukung efektifitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa logistik merupakan semua aktivitas dan kegiatan yang bersifat manajerial untuk merancang dan mengatur sebuah sistem mulai dari pengadaan barang hingga penyampaian barang ke konsumen yang dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi Misi dan Performansi Logistik Dalam kegiatan logistik terdapat suatu misi yang ingin dicapai yaitu the right goods at the right time and in the right place atau dengan kata lain tersedianya suatu barang yang tepat pada waktu dan tempat yang tepat. Untuk mencapai misi ini, 14

3 perusahaan akan melakukan serangkaian aktivitas logistik yang terintegrasi, baik dalam hal pengadaan barang (procurement), kegiatan produksi (manufacturing support), sampai pada distribusi (physical distribution). Setiap aktivitas logistik memiliki performansi tertentu yang harus dicapai. Tingkat performansi yang ingin dicapai berupa suatu keseimbangan antara kualitas pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan dan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga mencapai tujuan perusahaan. Dua faktor utama yang berkaitan dengan performansi tersebut yaitu faktor pelayanan (service) yang menyangkut tingkat pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan faktor biaya (cost) yang menyangkut besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan tingkat pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. (Bowersox, 2013, 34-36). Pengukuran performansi logistik bisa dikategorikan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1. Biaya (cost) Tolak ukur performansi logistik yang bisa langsung dibandingkan adalah biaya yang terjadi dalam menyelesaikan suatu operasi logistik. Biaya aktual dapat dibandingkan langsung dengan biaya yang direncanakan dalam anggaran. Beberapa ukuran menyangkut performansi ini antara lain : Biaya per unit Biaya sebagai persentase dari sales Keuntungan yang diperoleh Perbandingan biaya aktual dan anggaran 2. Pelayanan (customer service) Pelayanan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen. Beberapa ukuran terkait performansi pelayanan antara lain : Kemampuan memenuhi permintaan Frekuensi stockout Pengiriman tepat waktu Back order Waktu yang diperlukan 3. Produktivitas (productivity) 15

4 Tolak ukur performansi produktivitas umumnya dipakai untuk mengukur performansi perusahaan secara keseluruhan. Produktivitas adalah rasio antara output (berupa barang atau jasa) dengan input (berupa sumber daya perusahaan) yang digunakan untuk memproduksi output. Pengukuran produktivitas dapat menjadi sulit apabila output dan input sulit diidentifikasi, selalu berubah, ataupun sulit diukur. Beberapa ukuran performansi logistik yang menyangkut produktivitas yang sering dipakai antara lain : Unit per pegawai Unit per biaya pekerja Perbandingan dengan standar yang telah ditetapkan 4. Aset Perusahaan (company asset) Tolak ukut performansi yang menyangkut aset perusahaan berfokus kepada penggunaan modal yang diinvestasikan pada fasilitas dan peralatan sistem inventori untuk mencapai tujuan logistik. Pengukuran aset perusahaan juga berfokus kepada seberapa cepat waktu yang diperlukan sebelum model kembali. Beberapa ukuran performansi logistik yang menyangkut aset perusahaan yang sering dipakai adalah : Inventory turn over Carrying cost Return of net asset Return of investment 5. Kualitas (quality) Pengukuran kualitas ialah pengukuran performansi yang paling berorientasi proses, dengan tujuan mengukur efektifitas beberapa seri aktivitas daripada satu aktivitas tunggal. Akan tetapi pengukuran kualitas sulit untuk dilakukan karena mempunyai lingkup yang luas. Beberapa ukuran performansi logistik yang menyangkut kualitas yang sering dipakai adalah : Frekuensi kerusakan Nilai uang dari kerusakan Jumlah klaim dari konsumen 16

5 Kerugian dari barang yang dikembalikan Konsep Dasar Distribusi Menurut Gaspersz (2004) distribusi dari produk sering menciptakan hirarki dari lokasi penyimpanan, yang dapat meliputi: Pusat-pusat produksi, pusat-pusat distribusi, grosir, dan pengecer. Distribusi dari barang mengacu pada hubungan yang ada di antara titik produksi dan pelanggan akhir, yang sering terdiri dari beberapa jenis inventori yang harus dikelola. Tujuan utama dari manajemen distribusi inventori adalah memperoleh inventori dalam tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, spesifikasi kualitas yang tepat, serta ongkos yang memadai. Tujuan ini untuk mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan pada atau dibawah tingkat ongkos yang telah ditetapkan. Keputusan-keputusan distribusi akan mempengaruhi: a. Fasilitas b. Transportasi c. Investasi inventori d. Frekuensi kehabisan stock e. Produksi f. Komunikasi dan pemrosesan data Beberapa Tujuan dari Sistem Distribusi Menurut Bowersox (2013), ada beberapa tujuan dari sistem distribusi untuk dilaksanakan antara lain: 1. Pelayanan pelanggan: a. Waktu tunggu penyerahan menjadi lebih tepat b. Pengamanan terhadap ketidak pastian permintaan. c. Akurasi data inventori. 2. Efisiensi: a. Ongkos trasportasi minimum. b. Tingkat produksi dan pengisian pesanan. c. Ukuran dan lokasi penyimpanan. d. Akurasi data inventori. 3. Investasi inventori minimum: a. Stock pengamanan yang diperlukan minimum. 17

6 b. Kuantitas pesanan untuk mengendalikan cycle stock menjadi optimum Saluran Distribusi MenurutKotler (2002:5),saluran distribusi adalah suatu perangkat organisasi yang saling bergantung dalam menyediakan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang mereka kepada pemakai akhir. Menurut Tjiptono (2008:187), saluran distribusi adalah rute atau rangkaian perantara, baik yang dikelola pemasar maupun yang independen, dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Di antara produsen dan pemakai terdapat saluran distribusi, sekumpulan perantara distribusi yang melakukan berbagai fungsi dan menyandang berbagai nama, antara lain : Pedagang : perantara yang membeli, mengambil alih hak dan menjual kembali barang dagangan itu. Agen : perantara yang mencari pelanggan dan dapat bernegosiasi atas nama produsen tetapi tidak memiliki hak atas barang itu. Fasilitator : membantu proses distribusi namun tidak memiliki hak atas barang, tidak menehosiasikan pembelian ataupun penjualan. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi adalah suatu sistem yang aktivitasnya menyalurkan barang dan atau jasa dari pihak produsen kepada pihak konsumen, para pemakai perorangan, atau pemakai industri Fungsi Saluran Distribusi Sebuah saluran distribusi melakukan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkannya. Berdasarkan Kotler (2002:5) fungsi utama dari saluran distribusi antara lain : Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing, serta pelaku dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan distribusi. 18

7 Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk merangsang pembelian. Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan. Melakukan pemesanan ke perusahaan. Memperoleh dana untuk membiayai persediaan pada berbagai level distribusi. Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran distribusi tersebut Struktur Jaringan Distribusi Menurut Gaspersz (2004) struktur jaringan distribusi berkaitan dengan pernyataan yang menyangkut: lokasi, banyak dan ukuran pusat distribusi. 1. Tingkat distribusi paling rendah (tingkat pengecer) biasanya mengambil lokasi yang dekat pada pelanggan, karena lokasi itu memberikan ongkos transportasi yang memadai dan tingkat pelayanan pelanggan yang tinggi. Akses terhadap fasilitas, seperti: tempat parkir dan volume perjalanan pelanggan menjadi pertimbangan utama dalam memilih lokasi pada tingkat pengecer. 2. Titik distribusi area: grosir atau distributor area secara langsung memasok distribusi paling rendah (pengecer). Lokasi yang dipilih mungkin pada area yang kurang memiliki akses seperti pada tingkat pengecer, tetapi fasilitas transportasi seperti: kemampuan jalan kereta api atau pengiriman melalui air menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan. Suatu lokasi yang memberikan akses cepat kepusat distribusi yang lebih rendah, biasanya menjadi pusat area yang dipilih dalam suatu kota besar atau menjadi pusat terhadap pasar-pasar yang dilayani. 3. Titik distribusi regional: sering kita memerlukan fasilitas penyimpanan distribusi regional untuk memasok pusat-pusat area, seperti misalnya mengambil lokasi diluar wilayah dari pusat-pusat area dengan mempertimbangkan ongkos transportasi yang lebih rendah dan pelayanan yang lebih cepat. 4. Lokasi Manufakturing: banyak perusahaan telah mendistribusikan pabrikpabrik secara geografis untuk memberikan pelayanan lebih baik untuk salah satu titik distribusi regional atau titik distribusi area. Dalam beberapa kasus, 19

8 barang-barang yang sama diproduksi dalam pabrik-pabrik yang berbeda untuk memberikan akses yang cepat ke pasar. Apabila mempertimbangkan bahwa setiap pabrik memiliki pusat distribusi regional utama yang pasoknya, juga memiliki kemampuan mengirim produk kepusat regional lain untuk mengatasi kekurangan, apabila diperlukan dalam memenuhi permintaan. Hal ini memungkinkan pusat-pusat area atau regional saling mengirimkan barangbarangnya satu dengan lainnya untuk memberikan tingkat pelayanan pelanggan yang tinggi. Konsekuensinya akan meningkatkan derajat kompleksitas dari banyak jaringan distribusi sehingga membentuk jaringan distribusi yang kompleks. 2.3 Distribution Requirement Planning (DRP) Menurut Bozarth dan Handfield (2008:498) menyatakan Distribution Requirement Planning adalah suatu pendekatan perencanaan yang hampir sama dengan MRP yang menggunakan perencanaan permintaan pada titik yang memiliki kebutuhan untuk menetapkan peramalan permintaan kepada pusat. Menurut Bowersox, Closs, dan Cooper (2013) mendefinisikan Distribution Requirement Planning sebagai sebuah sistem yang menentukan permintaan untuk persediaan pada pusat-pusat distribusi, menggabungkan permintaan historis, dan sebagai input untuk sistem produksi dan material. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Distribution Requirement Planningadalah suatu sistem yang menentukan perencanaan kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada pusat distribusi. DRP memberikan future demand visibility berkaitan dengan kebutuhan untuk pengiriman dari source stocking points ke destination stocking points. Hal ini akan membantu untuk melakukan tindakan-tindakan korektif yang diambil sebelum kejadian-kejadian yang tidak diinginkan berkembang menjadi krisis (Gaspersz.V, 2004) 20

9 Tabel 2. 1 Persamaan MRP dan DRP Persamaan : 1. Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama 2. Mempunyai matrik komponen perhitungan yang sama Tabel 2.2 Perbedaan MRP dan DRP 3. Membedakan Independent Demand dan Dependent Demand 4. Metode berlaku untuk Dependent Demand \ 5. Keduanya menggunakan cara pemesanan berdasarkan rentang waktu Sumber : Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), 249 Tabel 2. 2 Perbedaan MRP dan DRP MRP Untuk kegiatan manufacturing Menghitung kebutuhan tiap komponen Cocok untuk pabrik jenis rakitan Biasanya untuk bahan baku/penolong MRP adalah proses dari atas, yaitu dari Master Production Schedule Semua kebutuhan komponen bersifat dependent DRP Untuk kegiatan distribusi Menghitung kebutuhan barang untuk tiap pusat distribusi Cocok untuk sistem distribusi bertingkat Biasanya untuk barang jadi/komoditas DRP adalah proses dari bawah, yaitu kebutuhan Retail ke Distribution Center (DC) dan Warehouse Center (WC) Kebutuhan Retail bersifat Independent, sedangkan kebutuhan DC dan WC bersifat Dependent Sumber : Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), 249 Sumber : Diana Khairani Sofyan, (2013), 152 Gambar 2. 1 Perbedaan MRP dan DRP 21

10 Pada gambar 2.3 diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian tiaptiap komponen dapat dijadwalkan kebutuhannya. Sedangkan pada gambar (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat 1 sumberpenawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa pemenuhan kebutuhan tiap-tiap pusat distribusi. DRP lebih tepat digolongkan ke dalam bagian dari manajemen permintaan. DRP berfungsi sebagai jembatan antara konsumen, manajemen permintaan, dan Master Production Schedule (MPS). Jadi DRP mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan aliran produk mulai dari produk selesai diproduksi, disimpan di gudang, proses pengiriman produk, penyimpanan di distribution centre sampai pada akhirnya produk tersebut sampai di tangan konsumen. Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan pada levelterendah dalam jaringan tersebut, yaitu konsumen yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi. Menurut Sofyan (2013:154) ada 2 fungsi utama dari DRP : 1. Mengolah semua data yang diperlukan pada seluruh distribution centreyang digunakan untuk mengadakan perubahan dan perencanaan pada peramalan permintaan konsumen atau untuk melaporkan posisi persediaan yang ada pada saat ini. 2. Mengolah semua data yang diperlukan untuk mengkomunikasikan seluruh bagian dari proses distribusi sebagai dasar dari pengambilan suatu keputusan, baik itu menyangkut proses pabrikasi maupun distribusi Tabel Distribution Requirement Planning Menurur Sofyan (2013:154) tabel Distribution Requirement Planning (DRP) terdiri dari dua bagian, bagian pertama merupakan informasi deskriptif (decriptive information). Bagian kedua berisi informasi dari waktu ke waktu (time phased information). 22

11 Tabel 2. 3 Tabel Distribution Requirement Planning Sumber : Diana Khairani Sofyan, (2013), Descriptive Information Descriptive information pada tabel DRP meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Persediaan Awal (On Hand Balance) On hand balance adalah jumlah barang yang siap untuk dijual di lokasi persediaan atau cabang distribusi. Untuk gudang barang jadi atau cabang distribusi, on hand balance adalah jumlah barang yang siap untuk dikirim. Untuk gudang bahan baku dan komponen on hand balance adalah jumlah barang yang siap digunakan pada lantai produksi. On hand balance tidak termasuk jumlah barang yang masih dalam perjalanan maupun produk cacat. 2. Persediaan Pengaman (Safety Stocks) Tingkat safety stock yang berlebihan dalam sistem akan melemahkan integritas dalam perhitungan. Hal ini tidak berarti bahwa safety stock sebaiknya tidak digunakan. Ada beberapa alasan penggunaan safety stock pada DRP yaitu untuk mengantisipasi ketidakpastian permintaan relatif ramalan-ramalan yang dibuat. Pendekatan waktu terhadap safety stock adalah dengan menghitung batas terakhir planned orders berdasarkan saat di mana projected on hand akan bernilai negatif. 3. Lead Time Lead time adalah waktu yang dibutuhkan sejak dilakukannya pemesanan hingga waktu diterimanya pesanan tersebut di toko, gudang penyimpanan, atau cabang distribusi. Untuk bagian logistik, lead time dimulai pada saat ditentukannya kebutuhan suatu produk hingga pada saat dapat diambilnya inventori yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada bagian logistik, lead time terdiri dari beberapa komponen : 23

12 Peluncuran order dan pengambilan order pada sumber pemasok, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk peluncuran, pengambilan, pengepakan item, hingga siap untuk dikirimkan. Loading, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk memuatkan produk ke dalam truk. In transit, yaitu waktu yang dibutuhkan selama perjalanan dari sumber pemasok ke lokasi penyimpanan. Unloading dan penempatan produk, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membongkar muatan (unloading) dan menempatkan produk pada tempat penyimpanan Time Phased Information Time phased information pada tabel DRP meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Gross Requirements Gross Requirements merupakan jumlah permintaan untuk suatu item. Jika item tersebut berupa produk di suatu toko atau cabang distribusi maka gross requirements merupakan hasil peramalan. Jika item tersebut diproduksi atau dibeli maka gross requirements adalah jumlah yang harus dipenuhi oleh pabrik atau sumber pemasok. 2. Scheduled Receipts Scheduled receipts menunjukkan diterimanya barang pada saat dilakukannya pemesanan (planned orders) dengan lead time yang telah ditentukan sebelumnya. Di mana scheduled receipts ini akan ditambahkan dengan projected on hand periode sebelumnya, kemudian dikurangi dengan gross requirements untuk memenuhi permintaan. 3. Projected on Hand Projected on Hand diperoleh dari hasil perhitungan persediaan awal dikurangi dengan gross requirement, sedangkan planned orders ditambahkan pada perhitungannya. Hasil perhitungan projected on hand akan menunjukkan terjadinya penumpukan inventori atau tidak adanya inventori. 4. Planned Orders Sesuai dengan istilahnya, planned orders masih merupakan tahap perencanaan pemesanan dan pengiriman belum dilaksanakan. Berbeda dengan scheduled receipts yang berarti barang telah dikirim atau sedang 24

13 dalam proses. Jika item yang bersangkutan berupa produk di suatu toko atau cabang produksi, maka planned orders adalah jadwal pengiriman di masa yang akan datang dari sumber pemasok. Jika item yang bersangkutan diproduksi atau dibeli, maka planned orders adalah jadwal produksi atau pembelian di masa yang akan datang. Planned orders pada umumnya ditampilkan pada periode dimulainya atau diluncurkannya suatu pesanan. Dalam kasus pendistribusian produk jadi, planned orders merupakan periode pengiriman dari sumber pemasok. Untuk jenis produk yang diproduksi atau dibeli, planned orders merupakan periode pada saat pesanan mulai dikerjakan di lantai produksi atau periode pada saat peluncuran pesanan ke supplier Keuntungan Sistem Distribution Requirement Planning Menurut Bowersox, Closs, dan Cooper (2013) keuntungan yang terdapat pada sistem Distribution Requirement Planning adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi biaya pengangkutan pada tempat yang akan didistribusikan dan perencanaan yang baik pada muatan dengan truk dan alat transportasi lainnya. 2. Persediaan yang lebih sedikit. DRP dapat menyampaikan apa yang dibutuhkan dan kapan, serta menjaga agar informasinya up to date ketika terjadi perubahan. 3. Mengurangi tempat penyimpanan dan persediaan sehingga otomatis dapat meminimisasi besarnya biaya penyimpanan produk. 4. Mengurangi biaya distribusi. DRP memiliki penjadwalan mengenai produkproduk yang dibutuhkan pada periode tertentu sehingga produk-produk tersebut dapat dikirim pada waktu yang bersamaan. 5. Koordinasi yang lebih baik dan hubungan yang lebih menguntungkan antara perusahaan dengan distribution centre. 6. Alat yang tepat untuk memperkirakan anggaran. DRP adalah simulasi yang sangat akurat dari distribusi. Pengolahan data DRP secara tidak langsung dapat memperkirakan besarnya anngaran yang diperlukan dalam distribusi. 2.4 Manajemen Persediaan Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di hampir setiap perusahaan. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan di tangan. Namun di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas jika persediaan suatu produk habis. Oleh karena itu, perusahaan 25

14 harus mencapai keseimbangan antara tingkat investasi persediaan dengan tingkat permintaan konsumen. Menurut Heizer dan Render (2009:83), persediaan adalah barang yang siap dijual tetapi masih merupakan aset dalam pembukuan perusahaan. Menurut Handoko (2003:333), persediaan (inventory) merupakan suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Menurut Herjanto (2008:237), persediaan adalah bahan atau barang yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan segala jenis sumber daya yang disimpan untuk digunakan dalam proses produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heizer dan Render (2009) dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri dari 3 bentuk, yaitu: 1. Bahan baku, yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi menjadi produk jadi. 2. Barang setengah jadi, yaitu yang merupakan bentuk peralihan antara bahan baku dengan produk setengah jadi. 3. Barang jadi, yaitu yang merupakan hasil akhir proses transformasi yang siap dipasarkan kepada konsumen. Pengendalian persediaan sangat penting untuk dilakukan karena banyak melibatkan investasi rupiah terbesar dalam aktivitas operasional perusahaan. Jika perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, maka akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan dan mungkin mempunyai opportunity cost (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan). Demikian pula, jika perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, maka dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan Fungsi Persediaan Menurut Heizer dan Render(2009:82), persediaan dapat memilki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, yaitu : 26

15 1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, jika permintaan produknya tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stok selama musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, jika pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku ekstra diperlukan untuk menyesuaikan proses produksinya. 3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk. 4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. Stok pengaman misalnya, barang ekstra di tangan dapat mengurangi risiko kehabisan stok. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang-dalam-proses (work in process) dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk memproduksi barang dan karena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul persediaan-persediaan Jenis-Jenis Persediaan Menurut Handoko (2003:334) terdapat beberapa jenis persediaan, di mana setiap jenis memiliki karakteristik khusus dan cara pengelolaannya berbeda yaitu : 1. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 27

16 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran (output) dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan Biaya-Biaya Persediaan Tujuan dari mengendalikan persediaan adalah untuk menyediakan jumlah bahan baku yang tepat dengan biaya yang rendah. Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan. Dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya atau jumlahnya persediaan, menurut Heizer dan Render (2009:91) ada beberapa variabel biaya yang harus dipertimbangkan sebagai berikut: 1. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost) adalah biaya yang terkait dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. 2. Biaya Pemesanan (order cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dst. Ketika pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari penyetelan. 3. Biaya Penyiapan (setup cost) terjadi ketika perusahaan tidak membeli bahan-bahan dari pihak eksternal tetapi memproduksi sendiri di dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya ini terdiri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung, biaya scheduling, biaya ekspedisi, dan sebagainya. 28

17 2.4.4 Model Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Handoko (2003:339)Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu model yang menyangkut tentang pengadaan atau persediaan bahan baku pada suatu perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2009:519) Economic Order Quantity merupakan suatu teknik pengendalian persediaan yang meminimalkan total biaya pemesanan dan penyimpanan. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Economic Order Quantity merupakan suatu model untuk mengendalikan persediaan bahan baku yang dapat mengurangi biaya persediaan seperti biaya pemesanan dan penyimpanan. Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demi kelancaran proses bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu. Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan. Ketidakteraturan penjadwalan akan memberikan dampak pada biaya persediaan karena menumpuknya persediaan di gudang. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan. Penggunaan metode EOQ dapat membantu suatu perusahaan untuk menentukan jumlah unit yang dipesan agar tercapai biaya pemesanan dan biaya persediaan seminimal mungkin. Rumus dasar EOQ : EOQ 2.D.S H Annual Setup Cost = S Annual Holding Cost = H Total Unit Cost = Unit Cost (D) Total Cost (Q*)= Total Unit Cost + S+ H Keterangan : D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu S = biaya pemesanan per pesanan H = biaya penyimpanan per unit per tahun Q = jumlah unit per pesanan TC = biaya total 29

18 Menurut Heizer dan Render (2009:92), model EOQ di atas dapat diterapkan jika asumsi-asumsi berikut ini dipenuhi : 1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan 2. Adanya lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan bersifat konstan 3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu 4. Tidak ada pemberian diskon untuk pembelian dalam jumlah yang banyak 5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu 6. Keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Sumber : Heizer dan Render, (2009) Gambar 2. 2 Model Dasar Persediaan 2.4.5Waktu Tunggu Pemesanan (Lead Time) dan Stok Pengaman (Safety Stock) Pada proses pemesanan barang, di mulai dari memesan sampai barang tersebut datang/siap digunakan, diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan barang sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tunggu (lead time).lead time adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dan 30

19 datangnya bahan baku itu sendiri, Waktu tunggu ini dapat konstan dan dapat juga bersifat probabilistic. Lead time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba di perusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap dan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan persediaan pengaman atau safety stock. Menurut Assauri (2008:242), safety stock adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah teradinya kekurangan persediaan ketika permintaan tidak pasti atau karena faktor yang menentukan besarnya persediaan ini adalah penggunaan bahan baku rata-rata selama periode tertentu sebelum barang yang dipesan datang dan waktu tunggu yang bervariasi. Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan. Menurut Heizer dan Render (2009:113), untuk menghitung besar safety stock dapat menggunakan metode sebagai berikut : Dimana: Safety stock = Z σ Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya, Z = 95%, ini berarti tingkat pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau penjagaan terhadap kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%) = standar deviasi L = lead time 2.5 Peramalan (Forecasting) Menurut Handoko (2003:260), peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Menurut Heizer dan Render (2009:162), peramalan adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikanya ke masa depan dengan beberapa bentuk model sistematis. 31

20 Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa peramalan adalah proses memperkirakan jumlah permintaan di masa mendatang berdasarkan pengujian kondisi di masa sebelumnya. Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan jika kondisi permintaan pasar bersifat komplek dan dinamis. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat komplek, dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, teknologi, produk pesaing, dan produk substitusi. Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen Peramalan dan Horison Waktu Dalam hubungannya dengan horison waktu peramalan, menurut Heizer dan Render(2009:163) peramalan dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu : 1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya. 2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya mencakup hitungan bulan hingga 3 tahun. Peramalan ini lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi serta menganalisis bermacam rencana operasi. 3. Peramalan Jangka Pendek. Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi Jenis-Jenis Peramalan Menurut Heizer dan Render (2009:164), pada umumnya berbagai organisasi menggunakan tiga jenis peramalan dalam perencanaan operasi di masa depan, yaitu : 1. Peramalan Ekonomi (Economic Forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 32

21 2. Peramalan Teknologi (Technological Forecast) memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. 3. Peramalan Permintaan (Demand Forecast) adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia Metode-Metode Peramalan Metode peramalan digunakan untuk menghitung jumlah permintaan barang atau jasa di masa yang mendatang agar dapat sesuai dengan apa yang direncanakan. Menurut Heizer dan Render (2009:167), metode peramalan dibagi menjadi dua yaitu metode kualitatif dan kuantitatif Metode Kualitatif Metode ini merupakan subyektif atau berdasarkan pada estimasi-estimasi dan pendapat-pendapat. Menurut Heizer dan Render (2009:167) berbagai sumber pendapat bagi peramalan kondisi bisnis adalah sebagai berikut : a) Para eksekutif Dalam metode ini, dianggap bahwa para eksekutif sering mempunyai kemampuan untuk memberikan masukan-masukan peramalan yang berguna, terutama dari manajer yang mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam industri atau perusahaan sejenis. b) Metode Delphi Metode ini merupakan teknik yang mempergunakan suatu prosedur yang sistematik untuk mendapatkan suatu konsensus pendapat-pendapat dari suatu kelompok ahli. c) Tenaga Penjualan Para tenaga penjualan secara tetap berhubungan dengan pelanggan sehingga dapat memperkirakan jumlah pembelian, sikap, dan kebutuhan mereka. Tenaga penjualan juga merupakan sumber yang dapat menyediakan informasi tentang strategi para pesaing sekarang dan perkiraan di waktu yang akan datang. 33

22 d) Para Pelanggan (Customer) Pelanggan yang membeli suatu produk atau jasa perusahaan terkadang bersedia untuk mengungkapkan rencana pembelian mereka. Hal ini dijadikan sebagai umpan balik bagi perusahaan. Pelanggan menyampaikan informasi secara pribadi kepada para eksekutif dan tenaga penjualan, atau melalui surat, telephone dan pengisian daftar pertanyaan suatu survei konsumen atau wawancara pribadi. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa peramalan dengan metode kualitatif ini merupakan cara untuk menentukan suatu hal di masa depan terkait bisnis yang diperoleh dari pendapat para subjek terkait Metode Kuantitatif Menurut Heizer dan Render (2009:169) metode kuantitatif ini merupakan metode peramalan yang menggunakan berbagai model matematis yang menggunakan data historis dan atau variabel-variabel kausal untuk meramalkan permintaan. Hasil peramalan sangat bergantung pada model peramalan yang digunakan tersebut. Peramalan menggunakan metode kuantitatif dapat digunakan jika terdapat 3 kondisi sebagai berikut : 1. Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia. 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numeric (angka). 3. Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode kuantitatif adalah cara untuk menentukan peramalan dengan menggunakan data historis Metode Regresi Linear Menurut Handoko (2003:283), analisis regresi adalah metode statistik yang digunakan untuk menentukan hubungan antar paling tidak dua variabel, satu atau lebih variabel bebas(independent variables) dan satu variabel bergantung (dependent variable). Tujuannya adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai variabel bergantung dalam hubungannya dengan nilai variabel bebas tertentu. Secara matematis, model ini dinyatakan sebagai berikut : ŷ = a + bx a = Y n b 34 b X n

23 b = n XY X Y n X 2 ( X) 2 Keterangan: ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel terikat) a = perpotongan sumbu Y b = koefisien regresi/slop Y = nilai variabel terikat yang diketahui X = nilai variabel bebas yang diketahui b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x) n = jumlah data atau pengamatan Jadi dapat disimpulkan bahwa metode regresi linear merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (independen; X) Memantau dan Mengendalikan Peramalan Menurut Heizer dan Render (2009:177) mengemukakan bahwa, tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) dan kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error - MSE). 1. Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation = MAD) MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n). MAD= Aktual Peramalan n 2. Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Square Error = MSE) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan. MSE = (Kesalahan peramalan)2 n 35

24 Menurut Gaspersz (2004:80) akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil. Ketepatan dari sebuah ramalan merupakan hal yang sangat penting. Namun, hal yang perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap ramalan, yang selalu ada unsur kesalahannya. Sehingga yang penting diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kemungkinan kesalahannya tersebut. Akhirnya, baik tidaknya suatu ramalan yang disusun sangat tergantung pada orang yang melakukannya, langkah-langkah peramalan yang dilakukannya dan metode yang dipergunakannya. 36

25 2.6 Kerangka Pemikiran Mulai Survey Lapangan Studi Pustaka Perumusan Masalah Identifikasi Variabel Tujuan Penelitian Pengumpulan data : - Data Permintaan Bulan Januari 2014 sampai Desember Data Persediaan Produk - Data Lead Time - Data Biaya Kirim Perencanaan dan Penjadwalan Distribusi bulan Januari 2014 sampai Desember 2014 Metode Perusahaan Jumlah kuantitas produk perusahaan Perencanaan dan Penjadwalan Distribusi Metode DRP bulan Januari 2014-Desember 2014 Biaya Distribusi dengan Metode Perusahaan (TC) Biaya Distribusi dengan Metode DRP (TC 1 ) TC 1 < TC 37

26 TC 1 < TC Metode DRP dipilih Plot Data Menghitung Peramalan dengan metode Linear Regression Menentukan Peramalan Permintaan Bulanan periode Januari 2015 Desember 2015 Menghitung EOQ. dan Safety Stocks(SS) Perencanaan dan Penjadwalan Distribusi Metode DRP bulan Januari 2015-Desember 2015 Selesai Sumber : Olahan peneliti (2014) Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran 38

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Ada beberapa pengertian manajemen operasional menurut para ahli sebagai berikut : 1. Menurut Stevenson (2014), manajemen operasional adalah manajemen sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Distribusi merupakan suatu proses kegiatan aliran atau penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan konsumen. Distribusi memerlukan perencanaan, dan pengendalian

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan bisnis yang semakin ketat menyebabkan perusahaan harus bisa mengambil langkah untuk menghadapi semua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Persediaan Persediaan adalah stok atau simpanan barang-barang. Biasanya, banyak dari barang-barang yang disimpan perusahaan dalam persediaan berhubungan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau profit, seperti usaha dagang, usaha jasa maupun manufaktur berupaya mencapai tujuan yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan terhadap usulan distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Penelitian ini bersifat literatur dan disusun berdasarkan rujukan pustaka, dengan pendekatan sebagai berikut: a. Menjelaskan sistem produksi dan hubungan antara pemasok-pembeli. b. Menentukan ukuran lot

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Menurut Sofyan Assauri (1984) dalam melakukan kegiatan usaha, setiap perusahaan harus memperkirakan semua yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Semua jenis perusahaan memiliki persediaan, baik itu perusahaan jasa, dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DRP (DISTRIBUSI REQUIREMENT PLANNING) PADA SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI LPG (STUDI KASUS : PT BUMI SRIWIJAYA PALEMBANG)

PENERAPAN METODE DRP (DISTRIBUSI REQUIREMENT PLANNING) PADA SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI LPG (STUDI KASUS : PT BUMI SRIWIJAYA PALEMBANG) PENERAPAN METODE DRP (DISTRIBUSI REQUIREMENT PLANNING) PADA SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI LPG (STUDI KASUS : PT BUMI SRIWIJAYA PALEMBANG) Merry Agustina 1), Fina Oktasari 2) 1,2) Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci