BAB l PENDAHULUAN. negara dengan negara lainnya. Di Indonesia, cita-cita ini terkandung dalam preambule
|
|
- Deddy Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Di Indonesia, cita-cita ini terkandung dalam preambule (pembukaan) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea keempat yang menyatakan bahwa: Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Usaha untuk mewujudkan tujuan ini dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan melakukan pembangunan di berbagai bidang, terutama di bidang ekonomi. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pada saat ini sudah mengarah ke globalisasi dimana memberikan peluang terhadap tumbuhnya korporasi maupun perusahaan-perusahaan transnasional. Perusahaan adalah suatu pengertian ekonomi yang banyak dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah memberikan penafsiran maupun penjelasan resmi tentang apakah perusahaan itu. Dengan mengacu kepada Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan, maka perusahaan didefinisikan sebagai berikut.
2 Perusahaan : Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terusmenerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Suatu perusahaan dapat dipecah-pecah menurut penggolongan bisnisnya dikarenakan sudah berkembang besar dan melebarnya bisnis perusahaan tersebut. Pemecahan bisnis tersebut, yang masing-masing akan menjadi perseroan terbatas yang mandiri, memerlukan suatu pengendalian yang masih tersentralisasi dalam batas-batas tertentu. Dengan demikian, pecahan-pecahan perusahaan tersebut dimiliki dan dikomandoi oleh suatu perusahaan yang mandiri pula, bersama-sama dengan perusahaanperusahaan lain yang mungkin telah terlebih dahulu ada, dengan pemilik yang sama atau minimal ada hubungan khusus. 1 Perusahan pemilik ini disebut dengan perusahaan induk (holding company) dan keseluruhan perusahaan tersebut beserta pecahan-pecahan bisnisnya disebut dengan perusahaan grup. Perusahaan grup merupakan kesatuan ekonomi yang diciptakan dari beberapa perusahaan-perusahaan berbadan hukum mandiri yang terdiri dari induk dan anak perusahaan. Perusahaan grup atau lebih dikenal dengan sebutan konglomerasi merupakan topik yang selalu menarik perhatian. Dalam perkembangan terkini, perusahaan grup menjadi bentuk usaha yang banyak dipilih oleh pelaku usaha di Indonesia. Perusahaan grup memiliki peran yang semakin penting dalam kegiatan usaha di Indonesia. Berbagai alasan pembentukan atau pengembangan perusahaan grup diindonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu upaya pelaku usaha untuk mengakomodasikan ketentuan dalam suatu peraturan perundang-undangan dan kepentingan ekonomi perusahaan grup. Peraturan perundang-undangan ini dapat berupa perintah peraturan perundang-undangan ataupun escape claused peraturan perundang-undangan yang berimplikasi kepada terbentuknya suatu perusahaan grup. Sementara itu, kepentingan bisnis pengembangan konstruksi perusahaan grup bertujuan untuk meningkatkan daya 1 Munir Fuady, 1999, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 83;
3 saing melalui sinergi anggota perusahaan grup melalui strategi pertumbuhan eksternal dengan membentuk struktur atau konstruksi perusahaan grup. 2 Pertumbuhan pesat jumlah perusahaan grup di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai motif, antara lain meliputi penciptaan nilai tambah melalui sinergi dari beberapa perusahaan, 3 upaya perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang melebihi perusahaan lain, motif jangka panjang untuk mendayagunakan dana-dana yang telah dikumpulkan, 4 ataupun perintah peraturan perundang-undangan yang mendorong terbentuknya perusahaan grup. Berbagai perbuatan hukum dalam pembentukan atau pengembangan perusahaan grup berimplikasi kepada pemilikan induk atas saham anak perusahaan atau perseroan lain. Kepemilikan induk atas saham anak perusahaan menyebabkan induk perusahaan memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS) anak perusahaan itu, induk perusahaan dapat mengangkat anggota direksi atau dewan komisaris anak perusahaan sehingga menciptakan keterkaitan kepemimpinan ataupun me ngalihkan kewenangan pengendalian perusahaan kepada perusahaan lain melalui suatu kontrak pengendalian. Kepemilikan atas saham anak perusahaan, keterkaitan kepemimpinan anak perusahaan, atau kontrak pengendalian melahirkan keterkaitan induk dan anak-anak perusahaan. 5 Yang dimaksud dengan keterkaitan induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup adalah hubungan khusus antara induk dan anak perusahaan yang berbadan hukum mandiri sehingga aspek yuridis perusahaan grup merupakan perwujudan bentuk jamak secara yuridis. Sebaliknya, realita bisnis perusahaan grup merupakan wujud tergabungnya perusahaan-perusahaan untuk membentuk suatu kesatuan ekonomi sehingga induk perusahaan memiliki kewenangan untuk mengendalikan anak perusahaan dalam suatu kesatuan ekonomi yang secara kolektif mendukung kepentingan bisnis perusahaan grup. 6 Dari sudut pandang anak perusahaan, tergabungnya anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup menimbulkan dualitas badan hukum anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri dan anak perusahaan yang berada di bawah kendali induk perusahaan sehingga orientasi kepentingan ekonomi perusahaan ditujukan untuk mendukung kepentingan ekonomi perusahaan grup. Secara yuridis, tergabungnya anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup tidak menghapuskan pengakuan yuridis terhadap status badan hukum anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri. Sebaliknya, realitas bisnis tergabungnya anak perusahaan dalam perusahaan grup 2 Sulistiowati,2001 Aspek Hukum dan Realitas Bisnis PERUSAHAAN GRUP DI INDONESIA, Jakarta: Erlangga, hal. 1; 3 Sofyan Djalil, 2009, Strategi dan Kebijakan Pemberdayaan Badan Usaha Milik Negara diakses dari pada tanggal 8 April 2014 pukul WIB; 4 Rudhi Prasetya, 1996, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 66; 6 Ibid, hal. 3; 5 Sulistiowati, Op.Cit, hal. 2;
4 merupakan bagian kepentingan ekonomi induk perusahaan untuk menciptakan sinergi diantara kegiatan usaha anak-anak perusahaan yang diorientasikan untuk mendukung tujuan kolektif perusahaan grup dalam suatu kesatuan ekonomi. 7 Sementara itu, dari sudut pandang induk perusahaan, keterkaitan antara induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup menimbulkan dualitas induk perusahaan sebagai pemegang saham anak perusahaan atau pimpinan sentral perusahaan grup yang berhak mengendalikan anak-anak perusahaan untuk memenuhi tujuan kolektif perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi. 8 Realitas bisnis perusahaan grup ini mengindikasikan bahwa tergabungnya anak perusahaan pada perusahaan grup merupakan strategi perusahaan grup untuk menciptakan sinergi kegiatan usaha anak-anak perusahaan. Hal ini berimplikasi kepada anak perusahaan yang tidak sepenuhnya mandiri secara ekonomi karena sebagaian atau seluruh kepentingan anak perusahaan lebih diarahkan untuk mendukung kepentingan perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi dibandingkan dengan kepentingan anak perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, perusahaan kelompok sebagai kesatuan ekonomi merupakan wujud orientasi kegiatan usaha anak perusahaan dalam mendukung kepentingan ekonomi perusahaan grup. 9 Peraturan perundang-undangan hanya mengatur mengenai keterkaitan antara induk dan anak perusahaan dan tidak mengatur mengenai perusahaan grup. Oleh karena itu, perusahaan grup mengacu kepada realitas bisnis tergabungnya perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas merupakan salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai induk dan anak perusahaan. Keterkaitan antara induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup tidak menghapuskan status badan induk dan anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri. Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak memberikan pengakuan yuridis, akan tetapi Undang-Undang ini memberikan legitimasi bagi munculnya realitas perusahaan grup dimana perseroan diberikan legitimasi untuk memperoleh atau memiliki saham pada 7 Ibid, hal. 6; 8 Ibid; 9 Ibid, hal, 4;
5 perseroan lain melalui proses otorisasi kepada suatu perseroan untuk melakukan perbuatan hukum berupa pendirian perseroan lain, pengambilalihan saham, atau pun pemisahan usaha, dan adanya aturan keterkaitan induk dan anak perusahaan melalui kepemilikan saham induk pada anak perusahaan. Pada perusahaan grup, seringkali terjadi permasalahan dimana terjadinya pengendalian induk terhadap anak perusahaan ke dalam ranah hukum perseroan sehingga menimbulkan kontradiksi dengan prinsip hukum yang berlaku, yaitu kemandirian badan hukum induk dan anak perusahaan. Pencampuran antara prinsip hukum mengenai kemandirian badan hukum induk dan anak perusahaan dalam perusahaan grup dengan fakta pengendalian induk terhadap anak perusahaan akan realitas bisnis perusahaan grup berimplikasi kepada perusahaan grup sebagai bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi. Oleh karena itu, perusahaan grup sebagai bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi menjadi suatu keniscayaan ketika kerangka pengaturan terhadap perusahaan grup masih menggunakan pendekatan perseroan tunggal. 10 Komplikasi permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya fakta pengendalian induk terhadap anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup merupakan wujud adanya perluasan hak suara dalam RUPS dan hak kebendaan yang diberikan oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas kepada pemegang saham terhadap kepemilikan atas saham suatu perseroan. Pengakuan yuridis terhadap badan hukum induk dan anak perusahaan berhak melakukan perbuatan hukum sendiri, sedangkan fakta pengendalian induk terhadap anak perusahaan dari realitas bisnis perusahaan grup dikelola sebagai kesatuan ekonomi. Pengendalian induk terhadap anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup menimbulkan dualitas pada anak perusahaan, yaitu sebagai badan hukum yang mandiri dan badan usaha yang tunduk di bawah kendali induk perusahaan. 11 Pengakuan yuridis terhadap badan hukum anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri berimplikasi kepada berlakunya prinsip hukum limited liability. Prinsip tersebut melindungi induk perusahaan sebagai pemegang saham anak perusahaan untuk 10 Ibid, hal. 7; 11 Ibid, hal. 21;
6 bertanggungjawab hanya sebatas nilai saham pada anak perusahaan atas ketidakmampuan anak perusahaan untuk menyelesaikan tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham minoritas, karyawan, dan kreditor sebagai akibat perusahaan melaksanakan industri dari induk perusahaan. 12 Pemberlakuan prinsip limited liability oleh UUPT terhadap tanggungjawab hukum induk perusahaan pada ketidakmampuan anak perusahaan untuk menyelesaikan tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga dapat mendorong munculnya sikap oportunistis berupa penyalahgunaan konstruksi perusahaan grup untuk kepentingan induk perusahaan. Sikap oportunitis ini muncul karena induk perusahaan memiliki kewenangan untuk mengendalikan anak perusahaan sehingga pengurusan anak perusahaan lebih ditujukan bagi kepentingan ekonomi perusahaan grup atau induk perusahaan dibandingkan untuk kepentingan anak perusahaan yang bersangkutan. 13 Sebaliknya, apabila anak perusahaan yang bersangkutan dianggap melakukan perbuatan melawan hukum, maka induk perusahaan memperoleh perlindungan berupa limited liability dari perbuatan melawan hukum anak perusahaan tersebut. Salah satu perusahaan grup di Indonesia adalah PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perusahaan ini adalah produsen semen yang terbesar didunia. Pada awalnya perusahaan ini bernama PT. Semen Gresik yang mana perusahaan ini diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama. Pada tanggal 8 Juli 1991 saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perubahan nama tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Manusia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU AH.01.02Tahun 2012 tanggal 21 Desember Ibid, hal. 8; 13 Ibid, hal. 9;
7 Penggantian nama tersebut, sekaligus merupakan langkah awal dari upaya merealisasikan terbentuknya Strategic Holding Group yang ditargetkan dan diyakini mampu mensinergikan seluruh kegiatan operasional dan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menjamin dicapainya kinerja operasional maupun keuangan yang optimal. Setelah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, pada tanggal 7 Januari 2013 ditetapkan sebagai hari lahir PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sahamnya dimiliki mayoritas oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01%. Pemegang saham lainnya sebesar 48,09% dimiliki publik. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki beberapa anak perusahaan penghasil semen, salah satunya adalah PT. Semen Padang. PT Semen Padang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Pada tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah Belanda. PT. Semen Padang awalnya merupakan suatu BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang berkedudukan di Indarung, Sumatera Barat dan mengelola sumber daya alam di Sumatera Barat dan dimiliki serta dikelola oleh pemerintah daerah Sumatera Barat. Namun karena terjadi krisis perekonomian yang menimbulkan permasalahan terutama dalam aspek keuangan, status PT. Semen Padang tidak lagi dimiliki dan dikuasai oleh daerah Sumatera Barat. Pada tahun 1995, Pemerintah mengalihkan kepemilikan sahamnya di PT Semen Padang ke PT Semen Gresik (Persero) Tbk bersamaan dengan pengembangan pabrik Indarung V, sehingga PT. Semen Padang bukan lagi sebagai suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melainkan hanya sebuah
8 perusahaan yang bertindak sebagai Perseroan Terbatas biasa yang berada dibawah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pada saat ini, pemegang saham PT. Semen Padang adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dengan kepemilikan saham sebesar 99,99% dan Koperasi Keluarga Besar Semen Padang dengan saham sebesar 0,01 %. Di dalam Pasal 29 Anggaran Dasar PT. Semen Padang dinyatakan bahwa modal ditempatkan yang telah diambil bagian dan disetor penuh dengan uang tunai melalui kas perseron oleh pemegang saham, yaitu saham yang dimiliki PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk sebesar (tiga ratus tiga puluh dua juta) saham, dengan nilai nominal seluruhnya sebesar (tiga ratus tiga puluh dua miliar rupiah) dan Koperasi Keluarga Besar Semen Padang sebesar 1 (satu) saham, dengan nilai nominal seluruhnya sebesar (seribu) rupiah. Berdasarkan latar belakang diatas, penulismenjadikanpermasalahantersebutsebagaiobjekpenelitiandenganmembatasiruanglin gkuppembahasandenganjudul :STATUS HUBUNGAN HUKUMPT. SEMEN PADANG DENGAN PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana status hubunganhukumpt. Semen Padang dengan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk? 2. Bagaimana Tanggungjawab PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh PT. Semen Padang? C. Tujuan Penelitian
9 1. Untuk mengetahui bagaimana status hubunganhukumpt. Semen Padang dengan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2. Untuk mengetahui bagaimana tanggungjawab PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh PT. Semen Padang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam menunjang perkembangan ilmu hukum khususnya di bidang hukum perdata mengenai status hubunganhukumpt. Semen Padang dengan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. b. Penelitian ini dapat dijadikan literatur dalam memperluas pengetahuan hukum masyarakat serta menambah khazanah ilmu pengetahuan. c. Penelitian ini dapat melatih kemampuan dalam melakukan penelitian secara ilmiah dan merumuskan penelitian tersebut dalam bentuk tulisan. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi masyarakat, hasil penelitian hukum dapat digunakan sebagai arahan dalam memahami status hubunganhukumpt. Semen Padang dengan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. b. Bagi PT Semen Padang, agar dapat menjadi referensi serta masukan yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugasnya sebagai anak perusahaan. c. Bagi pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat menjadi usulan atau masukan serta pedoman dalam
10 perbaikan Undang-undang yang baru (ius constituendum) ataupun Undangundang yang berkaitan dengan pembahasan ini (Lex specialis). E. METODE PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka diperlukan suatu metode. Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian guna mengumpulkan data yang diperlukan untuk pemecahan permasalahan,metode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan secara yuridis sosiologis, yaitu dengan mengumpulkan bahan dari peraturan-peraturan yang erat kaitannya dengan objek penelitian dan melihat norma-norma hukum yang berlaku. Kemudian dihubungkan dengan kenyataan atau fakta-fakta yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. 14 Keadaan yang digambarkan dalam penelitian ini adalah mengenai status hubunganhukumpt. Semen Padang dengan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk 3. Lokasi Penelitian Persada, hal. 25; 14 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo
11 Penelitian dilakukan pada PT. Semen Padang yang berlokasi di Indarung, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Alasan peneliti memilih PT. Semen Padang sebagai lokasi penelitian adalah karena PT. Semen Padang merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dan merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. 4. Sumber Data a. Library Research Library research atau penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang dilakukan dengan mencari literatur yang ada, seperti buku-buku, karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang terkait. Penelitian ini dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas, Perpustakaan Pusat Universitas Andalas serta literatur koleksi pribadi penulis. b. Field Reseach Field Research atau penelitian lapangan merupakan sumber data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan di lapangan. Berdasarkan topik yang penulis angkat, maka penelitian lapangan dilakukan di PT. Semen Padang. 5. Jenis Data a. Data Primer Data yang diperoleh langsung di lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait yaitu Staf Biro bagian Hukum PT. Semen Padang serta bahan-bahan yang erat kaitannya dengan penelitian penulis. b. Data Sekunder
12 Diperoleh dari kepustakaan yaitu berbagai buku-buku atau referensireferensi yang dapat mendukung penulisan ini dan hasil-hasil penelitian berbentuk laporan. Data sekunder yang digunakan terdiri dari 3 kelompok: 1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penulisan, seperti : a.) Undang-Undang Dasar 1945; b.) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; c.) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; d.) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas e.) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 2/1999 tentang Izin Lokasi f.) Keputusan Menteri BUMN No. KEP=117/M-MBI/2002 g.) Anggaran Dasar PT. Semen Padang 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum yang erat kaitannya dengan topik yang penulis angkat dan dapat membantu menganalisis, memahami dan menjelaskan bahan hukum primer seperti buku-buku, hasil-hasil penelitian, pendapat sarjana dan sebagainya. 3. Bahan Hukum Tersier Bahan yang membantu memberikan informasi atau penjelasan yang digunakan dalam tulisan penulis, seperti kamus hukum.
13 6. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan pendekatan masalah, yakni Yuridis Sosiologis yang digunakan penulis, maka teknik pengumpulan data penelitian ini adalah: a. Studi Kepustakaan Merupakan tahap awal dalam menganalisa pokok penelitian yang akan dibahas nantinya, yaitu dengan meneliti dan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan data-data yang di dapat di PT. Semen Padang. b. Wawancara Wawancara yaitu dialog atau tanya jawab bertatap-muka (face to face) dengan pihak Staf Biro bagian Hukum PT. Semen Padang untuk mendapatkan informasi. Teknik wawancara yang digunakan bersifat semi terstruktur (structure interview), yaitu disamping menggunakan pedoman wawancara dengan membuat daftar pertanyaan juga digunakan pertanyaan-pertanyaan lepas terhadap orang yang diwawancara. 15 Wawancara langsung ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat dari sumber yang ditetapkan sebelumnya Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data Pengolahan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, dalam skripsi ini pengolahan data dilakukan dengan cara editing, yakni pengeditan terhadap data-data yang telah dikumpulkan yang bertujuan untuk 167; 15 Ibid, hal ; 16 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: CV. Mandar Maju, hal.
14 memeriksa kekurangan yang mungkin ditemukan dan memperbaikinya. Editing juga bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa datanya akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. b. Analisis Data Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif. Yang dimaksud dengan analisis kualitatif adalah menilai dan menguraikan data tidak menggunakan rumusan statistic karena data tidak berupa angka-angka, teteapi berdasarkan peraturan perundang-undangan dan pandangan pakar. F. Sistematikan Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pada Bab ini, yang pertama membahas tinjauan umum mengenai Perseroan Terbatas, yaitu Pengertian Perseroan Terbatas, Dasar Hukum Perseroan Terbatas, Persyaratan Pendirian Perseroan Terbatas, Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas dan Organ Perseroan Terbatas.Yang kedua membahas tinjauan umum mengenai Perusahaan Grup, yaitu Pengertian Perusahaan Grup, Pengertian Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan, Pembentukan Perusahaan Grup dan Keterkaitan Induk Perusahaan dengan Anak Perusahaan. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan lebih lanjut tentang apa yang diperoleh dalam penelitian, terbagi dalam dua sub bab. Yang pertama bagaimana status
15 hubunganhukumpt. Semen Padang dengan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Yang kedua bagaimana tanggungjawab PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh PT. Semen Padang. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir, berisikesimpulan dari semua pembahasan permasalahan di atas, dan memberikan saran terhadap semua permasalahan yang telah dibahas oleh penulis, dengan beberapa harapan serta masukan guna mempertegas dari pembahasan permasalahan dalam skripsi.
BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan merupakan hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. hukum dagang merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang pemaknaannya banyak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang pemaknaannya banyak dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun jika diteliti lebih jelas KUHD tidaklah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan negara Indonesia 1 sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) diwujudkan oleh sebuah
Lebih terperinciBAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN. A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan
BAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan Pasal 1 angka 1 UUPT, elemen pokok yang melahirkan suatu Perseroan sebagai badan hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan adalah suatu pengertian ekonomi yang banyak dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah memberikan penafsiran maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan ini telah dicetuskan di dalam Pembukaan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 alenia IV dijelaskan tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB INDUK PERUSAHAAN DALAM PERUSAHAAN KELOMPOK
TANGGUNG JAWAB INDUK PERUSAHAAN DALAM PERUSAHAAN KELOMPOK Penulis : Putu Harini Desak Putu Dewi Kasih Marwanto Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT : This paper is about legal relationship
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan dalam sektor ekonomi adalah pengembangan pasar modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar modal, merupakan suatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi segala kebutuhan sesuai dengan kemampuannya
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN INDUK PERUSAHAAN DAN ANAK PERUSAHAAN DI INDONESIA. wilayah yurisdiksi yang berbeda. Perbedaan pendapat mengenai pengertian
BAB II PENGATURAN INDUK PERUSAHAAN DAN ANAK PERUSAHAAN DI INDONESIA E. Sejarah Singkat Perusahaan Grup 1. Sejarah perusahaan grup di Indonesia Keberadaan dan pengakuan yuridis terhadap perusahaan grup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara yaitu untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara penganut konsep negara kesejahteraan berada dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, indikasi bahwa Indonesia menganut
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY PERSEROAN TERBATAS BHUMI PANDANARAN SEJAHTERA (PERSERODA) KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, memberi arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia yang ada di Indonesia. Bila kita liat pada KUHD perseroan terbatas tidak diatur secara terperinci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. monopoli terhadap suatu jaringan usaha. Disisi lain perusahaan grup itu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan kelompok atau lebih dikenal dengan sebutan konglomerasi merupakan topik yang selalu menarik perhatian, karena pertumbuhan dan perkembangan perusahaan grup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat menuntut para pelaku ekonomi untuk mempertahankan usahanya. Pelaku usaha yang mengikuti trend
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai dalam perundang-undangan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) 1. Bentuk Hukum Perusahaan Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai dalam perundang-undangan, namun tidak ada satu pasal pun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu aktivitas perekonomian yang paling utama adalah berdirinya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu aktivitas perekonomian yang paling utama adalah berdirinya suatu perusahaan, dimana perusahaan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal mula masuknya peseroan terbatas dalam tatanan hukum Indonesia adalah melalui asas konkordasi, yaitu asas yang menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di
Lebih terperinciPeraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.)
Rahmad Hendra DASAR HUKUM Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kredit serta memberikan kepastian kepada mereka untuk dapat menerima uangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Salah satu yang menjadi sumber permodalan bagi suatu anak perusahaan yaitu memanfaatkan fasilitas kredit perbankan. Namun pihak perbankan perlu adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan adalah suatu pengertian ekonomi yang banyak dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah memberikan penafsiran maupun
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT) BATU WISATA RESOURCE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinci1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm Ibid.
A. Pengertian Perseroan Terbatas Tertutup dan Perseroan Terbatas Terbuka Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan perusahaan tertutup yakni suatu perusahaan terbatas yang belum pernah menawarkan saham-saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. separate entity dan limited liability yang dikenal di dalam Perseroan Terbatas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan Terbatas sebagai badan usaha berbentuk badan hukum, merupakan badan usaha yang banyak dipilih oleh masyarakat dalam menjalankan kegiatan usaha. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, Jakarta, 2000 hal 1. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan, masyarakat mempunyai kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan kemakmuran dan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 179/BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERSEROAN TERBATAS SELO ADIKARTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Menurut
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dari berbagai bentuk perusahaan, seperti Persekutuan Komanditer, Firma, Koperasi dan lain sebagainya, bentuk usaha Perseroan Terbatas ( Perseroan )
Lebih terperinciDRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap.
DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN Anggaran Dasar Lama NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan terbatas ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklan. Saat ini iklan telah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam memasarkan barang atau jasa suatu perusahaan memerlukan suatu usaha promosi. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat diceritakan posisi kasusnya berawal dari PT. Prosam Plano yang dalam hal ini adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum perusahaan adalah semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam Pasal
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG PENGGABUNGAN 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah yang sangat luas dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa, etnis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state atau negara yang pemerintahannya menjamin
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 668 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) SERANG BERKAH MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana
Lebih terperinciANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal
ANGGARAN DASAR PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk ----------------------------------------------- Pasal 1 ---------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT LOTTE CHEMICAL TITAN
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2
SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi syarat syarat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktivitas di
Lebih terperinciB A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Dasar Hukum Perseroan Terbatas Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA ------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------- -------------------------------------- PASAL 1 -------------------------------------- 1.1. Perseroan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS LANDAK BARAJAKI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS LANDAK BARAJAKI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa untuk memacu perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan usaha (business organization) di Indonesia sekarang ini demikian beragam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanng Masalah Badan usaha (business organization) di Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya.bentuk-bentuk usaha tersebut merupakan peninggalan dari kolonial Belanda.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang
Lebih terperinciSaham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan
Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti kebutuhan pangan, sandang serta kesempatan kerja. Selain itu, jumlah masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu syarat untuk keberhasilan pembangunan nasional adalah kualitas masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk yang besar menggambarkan kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciDRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- /BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR
Lebih terperinci*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK
Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang
1 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Disatu sisi ada masyarakat yang kelebihan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era modern ini Indonesia harus menghadapi tuntutan yang mensyaratkan beberapa regulasi dalam bidang ekonomi. tidak terkecuali mengenai perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MENJADI PERSEROAN TERBATAS AGRO KALTIM UTAMA DENGAN
Lebih terperinciBAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI
BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI A. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum Dewasa ini Perseroan Terbatas merupakan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA
23 BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Ketentuan-Ketentuan Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dibanding Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Perseroan terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna menunjang pertumbuhan ekonominya. Hal ini ditandai dengan berkembangnya industri-industri
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan timbul karna kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LAMPIRAN 218 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN CILEGON MANDIRI MENJADI PERSEROAN TERBATAS
Lebih terperinciPERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUM POS DAN GIRO MENJADI PT POS INDONESIA (PERSERO)
PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUM POS DAN GIRO MENJADI PT POS INDONESIA (PERSERO) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat Guna mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara berkembang yang mempunyai tujuan dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negaranya. Konstitusi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu melindungi segenap
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perseroan Terbatas ( PT ) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada tahun 1983 dimana berbagai derelugasi (penghapusan atau pembatalan suatu peraturan) mulai
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1
ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT. BFI FINANCE INDONESIA Tbk, (selanjutnya cukup disingkat dengan Perseroan ) berkedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang menyokong pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kendatipun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memang bukanlah termasuk dalam deretan negara maju dengan banyak perusahaan-perusahaan yang menyokong pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kendatipun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 20 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PT. GARUT BANGUN SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang
BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS A. Defenisi Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang saling ketergantungan yang tidak akan dapat hidup secara individual. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan untuk mendapatkan sebuah kebutuhan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era reformasi ini, upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang demokratis, bersih, dan berwibawa telah menjadi prioritas utama bagi rakyat dan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Potensi sumber daya laut tersebut tersebar di seluruh wilayah laut nusantara. 1 Pada
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciNOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PT. AKR Corporindo, Tbk.
ANGGARAN DASAR PT. AKR Corporindo, Tbk. Anggaran Dasar PT. AKR Corporindo, Tbk., sebagaimana dimuat dalam Akta Nomor 5 tanggal 5 Mei 2015, dibuat di hadapan Aryanti Artisari, SH., M.Kn., Notaris di Jakarta
Lebih terperinci